Anda di halaman 1dari 24

NAMA KELOMPOK PSBH

1. ANISAH DIYA APRILIA 2720170047


2. FANI OKTAVIANI 2720170018
3. LARAS GUMILANG 2720170016
4. RIZNA RENWARIN 2720170020
Problem Solving for Better Helath and Hospital (PSBH),
merupakan gerakan yang didasari oleh suatu yayasan non p
rofit yang bernama The Dreyfus Health Foundation, yang
berpusat di New York, USA. Pendekatan PSBH pertama k
ali diperkenalkan oleh Dr. Barry Smith, seorang dokter ah
li bedah otak dari Bostom University School of Public Hea
lth, USA tahun 1993.

Problem Solving for Better Health (PSBH) adalah adalah


suatu pendekatan untuk mengatasi berbagai masalah di ru
mah sakit dengan cara yang mudah, menarik, dan dilakuka
n dengan suka hati (Smith, 1993).
Macam – macam PSBH
1. PSBHospital

PSBHospital adalah yang diterapkan diberbagai rumah sakit se


bagai strategi penjaminan mutu pelayanan. Untuk menjalank
an PSBHospital, rumah sakit akan mengadakan workshop dan m
emberikan pelatihan kepada problem solver langkah – langkah
yang dapat dilakukan untuk memberikan penyelesaian masalah
yang selama ini ada di rumah sakit dan tidak dapat teratasi, de
ngan menggunakan sumber daya (biaya) yang dimiliki dan tidak
meminta tambahan sumber daya untuk mengatasi suatu masalah
, dan mengupakan agar supaya masalah yang sudah dapat diatasi
tidak timbul lagi dengan mensinambungkan kegiatan untuk meng
atasi masalah tersebut.
2. PSBH-Nursing

PSBH – Program Keperawatan, diluncurkan bekerja sama


dengan pemimpin keperawatan internasional Dame Sheila
Quinn (UK), mendorong perawat untuk menyadari potensi peme
cahan masalah mereka sehingga mereka dapat mengarahkan indi
vidu, keluarga, dan masyarakat untuk menangani masalah – masal
ah kesehatan yang lebih baik. Perawat terdiri dari tenaga kerja
yang sangat besar tetapi sering kurang dimanfaatkan dan kuran
g dihargai dalam bidang kesehatan. Perawat merupakan tenaga k
esehatan yang sangat berpengaruh bagi kesembuhan pasien.
Langkah – langkah PSBH

1. Langkah pertama adalah mendefinisikan m


asalah

Masalah harus didefinisikan dengan jelas mengenai sifat, besar


masalah, sebab serta faktor – faktor penunjangnya. Masalah ya
ng disampaikan harus riil (nyata) dan benar – benar terjadi ditem
pat kerja.
2. Langkah kedua adalah menentuka
n bagian realistik dari masalah

Caranya adalah dengan mengambil bagian yang kecil d


ari masalah, bagian yang realistik dan dapat dikelola,
kemudian mengatasi setiap bagian kecil tersebut seb
elum mengatasi masalah yang lain. Setelah mendefini
sikan masalah dengan
jelas dan realistik, kita dapat menentukan prioritas
masalah yang kita hadapi.
3. Langkah ketiga adalah mendefinisikan solusi

Beberapa jenis solusi yang dapat dipertimban


gkan diantaranya pendidikan,biomedis, psikol
ogis, ekonomi, hukum, dan lingkungan. Solu
si dari masalah dituangkan dalam bentuk per
tanyaan yang baik, yaitu pertanyaan yang rele
van, didefinisikan dengan baik, dan dapat dija
wab.
4. Langkah selanjutnya adalah penyusunan P
lan of Action (PoA)

PoA adalah suatu alat untuk membantu kita me


ngatur pikiran dan langkah untuk menyelesai
kan masalah. PoA merupakan rincian tentang
kegiatan yang akan kita lakukan, pihak yang aka
n melakukan, untuk jangka waktu berapa lama,
serta target yang akan dicapai.
Penerapan Langkah – Langkah PSBH

Ketika menangani sebuah kasus yang dialami di lapangan, seo


rang perawat seharusnya berpedoman pada beberapa prinsip.
Prinsip – prinsip itu diantaranya adalah menggunakan sumber
daya yang ada, memulai dengan masalah yang kecil, selanjutn
ya realitas dan dapat dikelola. Terakhir, perawat dalam meny
elasaikan permasalahan dianjurkan untuk menangani permasa
lahan tersebut secara pribadi.
Dalam penerapan PSBH salah satu komponen pentingnya adal
ah problem solver yaitu karyawan rumah sakit yang terdiri d
ari dokter, tenaga keperawatan, tenaga kesehatan lainnya da
n tenaga non medis yang telah mengikuti pelatihan atau work
shop PSBH selama 2-3 hari. Pada kegiatan workshop ini dipap
arkan langkah – langkah atau tahapan dalam metode PSBH. Di
akhir workshop problem solver ditugaskan untuk membuat P
lan Of Action (POA), yang selanjutnya mempresentasikan PO
A, melaksanakan POA, dan mempresentasikan hasilnya kepad
a fasilitator.
Penerapan PSBH di Rumah Saki
t (1)

penerapan PSBH di RSUD Tugu Rejo, perawat yang bertu


gas di ruang ICU tidak bisa membaca EKG dengan bena
r. Sebanyak 20 orang atau 83,3% karena
perawat tidak mendapatkan pelatihan. Faktor penunjang terj
adinya masalah tersebut karena tidak mendapat pelatihan da
n tidak tersedianya dana untuk melatih seluruh perawat ICU
.
Untuk mengatasi masalah itu, kelompok PSBH membuat
program pelatihan cara membaca EKG. Narasumbernya adal
ah petugas yang sudah memahami cara membaca EKG. Mer
eka membagi ilmunya kepada para petugas yang belum bisa
membaca EKG sambil bekerja, tidak perlu dilakukan pelatih
an secara khusus di dalam kelas. Hasilnya 100% perawat di I
CU sekarang mampu membaca EKG dengan benar.
Disini kita menggunakan ide atau pendekatan baru, menggu
nakan sumber daya yang tersedia. Pelatihan ini tidak memerl
ukan biaya, karena dilakukan dalam proses belajar sambil be
kerja. Yang terpenting perawat yang menerima pelatihan bis
a diuji kemampuannya.
Dalam pemecahan masalah tersebut, Tim PSBH mencari solusinya
. Tim mendiskusikan, bagaimana penyelesaian terbaik dalam menyel
esaikan masalah tersebut. PSBH menyusun rencana kerja yang baik d
alam satu artikel yang tersusun mulai dari latar belakang, tujuan kegi
atan, langkah yang akan diambil, jadwal kegiatan, rencana anggaran
dan evaluasi, dan bagaimana langkah selanjutnya supaya berkesinam
bungan.
Untuk menggairahkan gerakan ini tiap tahun diselenggarakan kegiata
n “Mini Konvensi PSBH“ lomba antar kelompok PSBH yang sekara
ng jumlahnya sudah mencapai 32 kelompok. Tahun 2008 RSUD Tug
urejo menjadi juara II Lomba PSBH Nasional yang diselenggarakan
oleh Kementerian Kesehatan RI.
Dalam konvensi, masing-masing PSBH unit tampil unt
uk menjelaskan pemecahan masalah yang dihadapi ma
sing-masing unit pelayanan. Sebelum tampil dalam gel
ar konvensi. PSBH Unit mempresentasikan makalahny
a di depan tim juri. Jika dalam pemecahan masalah in
i tidak mampu meningkatkan kinerja pelayanan, maka
peserta gugur, tidak bisa ikut dalam gelar konvensi. P
rinsipnya bila kita memulai dengan menyelesaikan ma
salah kecil , maka masalah besar tidak akan terjadi.
Penerapan PSBH di Rumah Saki
t (2)
RSUP Dr Sardjito sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis Kementeri
an Kesehatan RI telah menyelenggarakan kegiatan pencegahan dan pe
ngendalian infeksi secara konsisten dibawah koordinasi, pembinaan se
rta pengawasan Panitia Pengendali Infeksi (PPI) RSUP Dr Sardjito. A
dapun sebagai salah satu bentuk wujud nyata komitmen terhadap progr
am Save Lives: Clean Your Hands, RSUP Dr Sardjito juga telah melak
sanakan penandatanganan bersama “RSUP Dr Sardjito Berkomitmen
Melaksanakan Budaya Hand Hygiene” oleh seluruh karyawan RSUP
Dr Sardjito pada tanggal 5 Mei 2011.
Berdasarkan hasil kegiatan tersebut diperoleh hasil tingkat kepatuha
n melakukan Hand Hygiene yang bervariasi mulai dari 0 hingga 79,2%
dengan rata-rata kepatuhan 28%. Instalasi Gawat Darurat (IGD) mer
upakan salah satu instalasi di RSUP Dr Sardjito yang masuk kategori
High Risk untuk terjadinya infeksi dimana angka kepatuhannya menca
pai 8,3%. Adapaun jumlah seluruh karyawan di IGD terdiri dari Dokte
r 17 orang, perawat 80 orang, pramuhusada 8 orang, pekarya 10 oran
g dan petugas ambulance 1 orang. Dari semua jumlah staf IGD, diambi
l data secara random yaitu 30%, sehingga didapatkan angka kepatuha
n 8,3%.

.
Faktor yang menyebabkan angka kepatuhan di IGD r
endah yaitu tingkat kesibukan yang tinggi, tingkat pe
ngetahuan tentang Hand Hygiene yang rendah. Damp
ak kegagalan melakukan hand hygiene yang baik dan b
enar dianggap sebagai penyebab utama infeksi rumah
sakit dan penyebaran mikroorganisme multiresisten
di fasilitas pelayanan kesehatan dan telah diakui seb
agai kontributor yang penting terhadap timbulnya wa
bah
Penerapan PSBH dimasyarakat
(1)
Meningkatnya Kasus Diare pada Anak Balita
di RT C Kelurahan Mariso Tanjung Bunga Makassar Tahun 2013
Hasil penelitian menunjukkan bahwa meningkatnya kasus diare di
kelurahan Mariso, terdapat 157 orang balita di kelurahan Mariso
dan terdapat 39 orang balita di RT C yaitu sebanyak 72% atau 28
orang responden di RT C mengaku bahwa anaknya pernah mengala
mi penyakit diare. Gejalanya beragam, mulai dari berak cair seba
nyak 3 kali dalam sehari, sampai ada yang didiagnosis mulai menga
lami dehidrasi dan harus dirawat inap di rumah sakit. Sedangkan
sebanyak 28% atau 11 responden mengaku bahwa anaknya tidak p
ernah terserang penyakit diare.
Temuan ini menunjukkan bahwa angka balita yang terserang p
enyakit diare masih cukup tinggi di kelurahan Mariso khususn
ya di RT C, setelah penelitian diketahui bahwa penyebab diare
pada anak balita di RT C yaitu masih kurangnya sanitasi pada
saat pemberian makanan pada anak, kurangnya pengetahuan ib
u tentang kebersihan dan penyakit diare serta faktor penduk
ung yaitu lingkungan RT C yang tidak sehat dekat dari pembua
ngan sampah dan WC umum sehingga tercemar kuman diare se
rta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pu
la, yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulk
an kejadian penyakit diare.
1. Sifat Masalah:
Hasil penelitian menunjukkan bahwa meningkatnya kasus diare di kelurahan
Mariso

2. Besar Masalah:
Terdapat 39 orang balita di RT C yaitu sebanyak 72% atau 28 orang respon
den di RT C mengaku bahwa anaknya pernah mengalami penyakit diare dan s
ebanyak 28% atau 11 responden mengaku bahwa anaknya tidak pernah terse
rang penyakit diare.

3. Sebab dari Masalah :


Kurangnya sanitasi pada saat pemberian makanan pada anak, kurangnya peng
etahuan ibu tentang kebersihan dan penyakit diare

4. Faktor penunjang :
Lingkungan RT C yang tidak sehat dekat dari pembuangan sampah dan WC u
mum sehingga tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku ma
nusia yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat
menimbulkan kejadian penyakit diare.
Langkah–langkah
a. Persiapan
1.Melakukan observasi lapangan
2.Sosialisasi dengan ibu-ibu balita
3.Persiapan materi penyuluhan, pembuatan brosur dan komsumsi
4.Persiapan kuesioner pre test dan post test

b. Pelaksanaan
1.Pembagian kuesioner pre test kepada ibu-ibu balita
2.Mengadakan penyuluhan tentang diare
3.Melakukan diskusi dan tanya jawab.
4.Pembagian Post test
c. Evaluasi
Evaluasi dilakukan oleh penyuluh di RT
C kelurahan Mariso dengan metode pre
test dan post test, yaitu pada saat seb
elum dan setelah penyuluhan dengan tuj
uan meninjau kembali pengetahuan ibu-
ibu tentang diare dan kebersihan denga
n penurunan 30%.
Penerapan PSBH dimasyarakat
(2)
Puskesmas sebagai organisasi kesehatan fungsional yang meru
pakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga memb
ina peran serta masyarakat dan memberikan pelayanan secara men
yeluruh dan terpadu kepada masyarakat.
Masalah kesehatan di kecamatan Glagah berdasarkan data pa
sien di Puskesmas Glagah sebagian besar adalah masalah yang ber
basis lingkungan. Penyakit tersebut disebabkan oleh kondisi lingku
ngan yang tidak memadai, baik kualitas maupun
kuantitasnya serta perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) ya
ng masih rendah yang mengakibatkan timbuinya penyakit – penyaki
t seperti diare, ISPA, DBD, TB paru penyakit kulit, kecacingan lai
nnya yang merupakan 10 besar penyakit di puskesmas dan merupak
an pola penyakit utama di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai