Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi
kesehatannya. Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang
mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan/melewati aktivitas perawatan diri
secara mandiri.
Pemeliharaan hygiene perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan,
dan kesehatan. Seperti pada orang sehat dapat memenuhi kebutuhan personal hygienenya
sendiri. Cara perawatan diri menjadi rumit dikarenakan kondisi fisik atau keadaan
emosional klien. Selain itu,beragam faktor pribadi dan sosial budaya mempengaruhi
praktik hygiene klien.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi defisit perawatan diri ?
2. Apa penyebab perilaku kekerasan ?
3. Apa jenis-jenis perawatan diri ?
4. Apa tanda dan gejala defisit perawatan diri ?
5. Apa mekanisme koping pada klien perilaku kekerasan ?
6. Apa saja rentan respon kognitif ?
7. Bagiamana gambaran pohon masalah defisit perawatan diri ?
8. Bagaimana penatalaksanaan umum klien defisit perawatan diri ?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan umum
Setelah membahas kasus ini diharapkan mengerti dan memberikan asuhan
keperawatan pada pasien perilaku kekerasan.
1.3.2 Tujuan khusus
Setelah menyusun makalah ini diharapkan mahasiswa mampu :
1. Melakukan pengkajian pada klien dengan defisit perawatan diri
2. Merumuskan diagnosa untuk klien dengan defisit perawatan diri
3. Membuat perencanaan untuk klien dengan defisit perawatan diri
4. Melakukan implementasi pada klien dengan defisit perawatan diri
5. Membuat evaluasi pada klien dengan defisit perawatan diri
1.4 Tujuan
Tujuan utama dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan mata kuliah Keperawatan Jiwa.Adapun tujuan lainnya yaitu:
1. Mahasiswa mengetahui dan memahami defisit perawatan diri.
2. Mahasiswa mengetahui dan memahami etiologi defisit perawatan diri.
3. Mahasiswa mengetahui manifestasi klinis defisit perawatan diri.
4. Mahasiswa mengetahui mekanisme koping defisit perawatan diri.
5. Mahasiswa mengetahui dan memahami intervensi dari defisit perawatan diri
dan dapat mengimplementasikannya.

1.5

1.6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah yang timbul pada pasien
gangguan jiwa. Pasien gangguan jiwa kronis sering mengalami ketidakpedulian merawat diri.
Keadaan ini merupakan gejala perilaku negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan baik
dalam keluarga maupun masyarakat.

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhanya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai
dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak
dapat melakukan perawatan diri (Depkes 2000).

Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya
perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri
menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri
diantaranya mandi, dan toileting (Buang Air Besar[BAB]/Buang Air Kecil[BAK]).

Defisit Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna mempertahankan hidupnya, kesehatannya dan kesejahteraanya sesuai
dengan kondisi kesehatannya dan kesejahteraanya sesuai dengan kondisi kesehatannya. Klien
dinyatakan terganggu perawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan dirinya. (Aziz
R., 2003).

2.2 Etiologi

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), Penyebab kurang perawatan diri adalah
kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Menurut Depkes (2000), Penyebab kurang
perawatan diri adalah

a. Faktor Prediposisi
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif menurun.
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan
diri.
3) Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan
diri.
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.

b. Faktor Presipitasi
yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang
dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan
perawatan diri.
Menurut Depkes(2000), faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene
adalah :
a) Body Image. Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu
tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
b) Praktik Sosial. Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c) Status Sosial Ekonomi. Personal Hygiene memerlukan alat dan bahan seperti
sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan
uang untuk menyediakannya.
d) Pengetahuan. Pengetahuan Personal Hygiene sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien
penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan di setiap luka
misalnya pada kakinya.
e) Budaya. Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
f) Kebiasaan Seseorang. Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk
tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, shampo dan lain-lain.
g) Kondisi Fisik atau Psikis. Pada keadaan terntentu/sakit kemampuan untuk
merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukanya.

Dampak yang sering timbul pada masalah Personal Hygiene.

1. Dampak Fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang
sering terjadi adalah : Gangguan integritas kulit, gangguan membrane
mukosa mulut, Infeksi pada mata dan telinga serta gangguan fisik pada
kuku.
2. Dampak Psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan Personal Hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa aman, kebutuhan dicintai dan mencintai,
kebutuhan harga diri, kebutuhan aktualisasi diri dan gangguan interaksi
sosial.
2.3 Jenis – Jenis Perawatan Diri

Menurut Nanda-I (2012), jenis perawatan diri terdiri dari :

a) Defisit perawatan diri: mandi;


Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi/beraktivitas
perawatan diri untuk diri sendiri.
b) Defisit perawatan diri: berpakaian;
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas berpakaian dan
berias untuk diri sendiri.
c) Defisit perawatan diri: makan;
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sendiri.
d) Defisit perawatan diri: eliminasi;
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas eleminasi
sendiri.

2.4 Tanda dan Gejala

Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri
adalah :

1. Fisik

a. Badan bau, pakaian kotor.

b. Rambut dan kulit kotor.

c. Kuku panjang dan kotor.

d. Gigi kotor disertai mulut bau.

e. Penampilan tidak rapi.

2. Psikologis

a. Malas, tidak ada inisiatif.

b. Menarik diri, isolasi diri.

c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.

3. Sosial

a. Interaksi kurang.

b. Kegiatan kurang

c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma.

d. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan
mandi tidak mampu mandiri.

Adapun tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut Fitria (2009) adalah sebagai berikut :

a. Mandi/hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan, memperoleh atau
mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi, mendapatkan
perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi.
b. Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan pakaian,
meninggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian. Klien juga memiliki
ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian dalam, memilih pakaian, menggunakan
alat tambahan, menggunakan kancing tarik, melepaskan pakaian, menggunakan kaos
kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat yang memuaskan, mengambil
pakaian dan mengenakan sepatu,
c. Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan, mempersiapkan
makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan, menggunakan alat tambahan,
mendapatkan makanan, membuka container, memanipulasi makanan dalam mulut,
mengambil makanan dari wadah lalu memasukkannya ke mulut, melengkapi makan,
mencerna makanan menurut cara yang diterima masyarakat, mengambil cangkir atau
gelas, serta mencerna cukup makanan dengan aman.
d. Eliminasi
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan jamban atau
kamar keciil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting
membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar
kecil.

Data yang biasa ditemukan dalam defisit perawatan diri adalah :

1. Data Subyektif
 Pasien merasa lemah
 Malas untuk beraktivitas
 Merasa tidak berdaya

2. Data Obyektif
 Rambut kotor, acak-acakan
 Badan dan pakaian kotor dan bau
 Mulut dan gigi bau
 Kulit kusam dan kotor
 Kuku panjang dan tidak terawat
2.5 Mekanisme Koping

1. Regresi

2. Penyangkalan

3. Isolasi diri, menarik diri

4. Intelektualisasi

Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2 (Stuart &


Sundeen, 2000) yaitu :

 Mekanisme koping adaptif


Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar
dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah klien bisa memenuhi kebutuhan perawatan
diri secara mandiri

 Mekanisme koping maladaptif


Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah
pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan.
Kategorinya adalah tidak mau merawat diri.

2.6 Rentang Respon Kognitif

Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang tidak dapat merawat diri
sendiri adalah :

1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri

a. Bina hubungan saling percaya.

b. Bicarakan tentang pentingnya kebersihan.

c. Kuatkan kemampuan klien merawat diri.

2. Membimbing dan menolong klien merawat diri.

a. Bantu klien merawat diri

b. Ajarkan ketrampilan secara bertahap

c. Buatkan jadwal kegiatan setiap hari

3. Ciptakan lingkungan yang mendukung

a. Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi.


b. Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien.

c. Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien misalnya,

kamar mandi yang dekat dan tertutup.

2.6 Pohon Masalah


Isolasi Isolasi
sosial sosial

Defisit perawatan diri

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

Penuruna kemampuan motivasi diri

Mekanisme koping individu tidak efektif

2.7 Penatalaksanaan

 Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri.


 Membimbing dan menolong klien merawatan diri.
 Ciptakan lingkungan yang mendukung.

Anda mungkin juga menyukai