Anda di halaman 1dari 64

Askep Psikososial Bagi

Para Korban Dan


Keluarga
Sri Anik Rustini
Dukungan

Dukungan Psikososial Dukungan Sosial


• Setiap orang yang terkena • Perhatian pada masalah sosial
bencana harus dijangkau yang sederhana
• Perkiraan jumlah orang yang • Strategi untuk memperbaiki
terkena bencana kesejahteraan sosial
• Tokoh masyarakat dibutuhkan • Masalah-masalah relevan dengan
kebutuhan yang mendesak dan
untuk memberikan bantuan
kebutuhan lokal
pertama psikososial • Dukungan sosial harus sesuai
(psychological first aid) dengan budaya setempat
Kebutuhan untuk Dukungan
Psikososial
• Banyak dukungan relawan pada awal kejadian
bencana
• Banyak orang dan organisasi yang peduli
Reaksi psikologis korban bencana:

Respon dari orang-orang yang terkena bencana dapat dibagi atas 3


kategori utama:
• Respon psikologis normal, tidak membutuhkan intervensi khusus
• Respon psikologis disebabkan distres atau disfungsi sesaat,
membutuhkan bantuan pertama psikososial (psychological first aid)
• Distress atau disfungsi berat yang membutuhkan bantuan profesi
kesehatan jiwa
Reaksi segera ( dalam 24 jam)

• Tegang, cemas dan panik’


• Kaget, linglung, syok, tidak percaya
• Gelisah,bingung
• Agitasi, menangis, menarik diri
• Rasa bersalah pada korban yang selamat
• Reaksi ini tampak hampir pada setiap orang didaerah bencana dan ini
dipertimbangkan sebagai Reaksi Alamiah pada Situasi Abnormal
(TIDAK membutuhkan intervensi psikologis khusus).
Reaksi terjadi dalam hari sampai minggu setelah
bencana

• Ketakutan,waspada, siaga berlebihan


• Mudah tersinggung, marah, tidak bisa tidur
• Khawatir, sangat sedih
• “flashbacks’ berulang ( ingatan terhadap peristiwa yang selalu datang berulang dalam
pikiran)
• Menangis, rasa bersalah
• Kesedihan
• Reaksi positif termasuk pikiran terhadap masa depan
• Menerima bencana sebagai suatu Takdir
Semua ini adalah Reaksi Alamiah Dan HANYA membutuhkan intervensi psikososial.
Terjadi kira-kira 3 minggu setelah bencana
Reaksi yang sebelumnya ada dapat
menetap dengan gejala seperti:
• Gelisah
• Perasaan panik
• Kesedihan yang mendalam dan berlanjut, pikiran pesimistik yang tidak
realistik
• Tidak melakukan aktivitas keluar, isolasi, perilaku menarik diri
• Ansietas atau kecemasan dengan manifestasi gejala fiisk seperti
palpitasi, pusing, mual, lelah, sakit kepala
Reaksi ini TIDAK PERLU diperhitungkan sebagai gangguan jiwa. Gejala
ini dapat diatasi oleh tokoh masyarakat yang telah dilatih agar mampu
memberikan intervensi psikologik dasar.
Coping Skill pada orang yang
terkena bencana:
a. Coping skills yang SEHAT
• Kemampuan untuk menghadapi sendiri masalah dengan cepat
• Tepat dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan
• Tepat menggunakan bantuan
• Tepat mengekpresikan emosi yang menyakitkan
• Toleransi terhadap ketidak jelasan tanpa memilih perilaku agresif
Tidak semua reaksi emosional dari orang yang terkena dampak
bencana adalah maladaptif. Kebanyakan mereka memperlihatkan
respon coping yang SEHAT dan MATANG terhadap situasi
b. Coping skills yang TIDAK SEHAT

• Menyangkal dan menghindar secara berlebihan


• Perilaku impulsif
• Sangat-Ketergantungan pada orang lain
• Ketidakmampuan untuk membangkitkan perasaan dari orang lain
• Penekanan emosi
• Penyalahgunaan zat
Intervensi psikososial bagi orang yang terkena
bencana
Selama fase emergensi (3 minggu pertama):
• Menyediakan informasi yang sederhana dan mudah diakses pada daerah
yang banyak jenazah
• Tidak mengecilkan arti dari upacara pengurusan jenazah
• Menyediakan pencarian keluarga untuk yang tinggal sendiri, orang lanjut
usia dan kelompok rentan lainnya
• Menganjurkan mereka membentuk kelompok-kelompok seperti,
keagamaan, ritual dan sosio keagamaan lainnya
• Menganjurkan anggota tim lapangan untuk secara akif berpartisipasi
selama masa duka cita
• Menganjurkan kegiatan bermain untuk anak
Next…
• Memberikan informasi tentang reaksi psikologi normal yang terjadi setelah bencana.
Yakinkan mereka bahwa ini adalah normal, sementara, dan dapat hilang dengan
sendirinya, dan semua akan merasakan hal yang sama
• Tokoh agama, guru dan tokoh sosial lainnya harus terlibat secara aktif
• Menganjurkan mereka untuk bekerja bersama-sama menjaga apa yang mereka
butuhkan
• Libatkan korban yang sehat dalam pekerjaan bantuan
• Motivasi tokoh masyarakat and tokoh kunci lainnya untuk mengajak mereka dalam
diskusi kelompok dan berbagi tentang perasaan mereka
• Jamin distribusi bantuan secara tepat
• Sediakan layanan “cara penyembuhan” yang dengan orang dan memperlihatkan sikap
peduli terhadap setiap orang (misalnya, kelemahan atau minoritas) dari masyarakat
Ringkasan intervensi selama fase emergensi (3 minggu
pertama)
• Menyampaikan perasaan turut berduka
• Mendengarkan
• Nilai kebutuhan
• Jamin kebutuhan fisik dasar
• Jangan paksa mereka untuk bicara
• Menyediakan atau memobilisasi lebih disukai dari anggota keluarga
• Menganjurkan tapi tidak memaksa dukungan sosial
• Melindungi mereka dari dampak-dampak yang merugikan
Anjuran umum pada individu untuk kesejahteraan
mereka:

• Mengingatkan pada sekeliling yang dikenali


• Bermanfaat bagi bantuan yang jujur
• Memulai membangun
• Kembali pada kegiatan rutin sehari-hari
• Ekspresikan emosi anda
• Coba untuk membantu yang lain
• Sediakan waktu untuk istirahat
• Makan makanan yang sehat dan tidur dengan baik
• Tidak mengkonsumsi alkohol atau obat penenang secara berlebihan
Komunikasi dengan orang yang terkena bencana
Yang boleh dilakukan (DO’s)
• Dekati mereka secara aktif
• Dengarkan mereka
• Empati, hindari simpati
• Hargai martabat mereka
• Terima dan hargai pandangan mereka tentang masalahnya
• Ketahui kebutuhan mereka untuk “privacy” dan “confidential”
• Jamin perawatan yang berkelanjutan
Yang tidak boleh dilakukan (DONT’s)
• Jangan paksakan dukungan dan bantuan pada mereka
• Jangan interupsi mereka bila mereka sedangan menyampaikan
emosinya
• Jangan mengasihani mereka
• Jangan menghakimi mereka
• Jangan sebarkan rumor
• Jangan melabel mereka dengan gangguan psikiatri ( lebih baik rujuk
ke dokter atau profesi keswa)
Intervensi psikososial spesifik

Siapa yang membutuhkan bantuan Bagaimana cara membantu mereka


• Individu yang melaporkan gejala • Psikososial umum
distres • Psikososial khusus
• Orang yang diisolasi • Kapan merujuk ke spesialis
• Orang yang kehilangan
• Melakukan need assessment
Tentukan psikososial umum:
• Berikan perhatian khusus pada mereka selama memberikan
pelayanan rutin
• Bina hubungan (rapport) dengan mereka
• Tanyakan tentang…. Dan tawarkan bantuan
• Dorong mereka untuk berbicara jika mereka ingin bicara
Teknik konseling
• Pertolongan pertama psikososial (psychological first aid)
• Konseling trauma
• Konseling berkabung
• Petunjuk
• Antisipasi
• Konseling krisis
• Konseling pemecahan masalah
Intervensi psikososial pada
kelompok khusus
Respon emosional pada anak
•prasekolah:
Irritabel, sering menangis
• “Clinging”
• Sangat ketakutan dan merasa tidak aman
• Ketergantungan yang sangat
• Takut air- termasuk pada air yang digunakan untuk kebutuhan dirumah (air minum,
air untuk mandi, dan lain-lain)
• Menghisap jempol, ngompol, temper tantrum
• Aktivitas bermain dapat secara spontan melibatkan bagian dari peristiwa bencana
• Mimpi yang menakutkan sering terbangun ketika tidur
Respon emosional pada anak
sekolah:
• Menarik diri
• Rasa bersalah
• Perasaan gagal
• Marah, mengamuk dan perilaku agresif
• Merasa ketakutan, cemas atau kecurigaan
• Perasaan (mood) yang menurun, menurunnya berbagai aktifitas dan tingkat interaksi
• Merasa gugup, tidak bisa konsentrasi
• Pikiran yang berulangan atau bayangan tentang peristiwa
• Khayalan dan permainan sebagai penyelamat “rescuer”
• Preokupasi yang mendalam dengan peristiwa secara rinci
• Perilaku yang berhaya dan berisiko, menolak peran sosial yang tampak pada perilaku agresif (hanya pada remaja)
• Kehilangan minat belajar, menolak pergi ke sekolah, penampilan akademik yang menurun
• Gejala psikosomatik seperti nyeri perut yang tak dapat dijelaskan, sakit kepala, pusing, muntah, nafas cepat atau pingsan tiba-
tiba
Langkah-langkah yang dilakukan
pada anak-anak:
• Menjamin bayi dan anak dekat kembali denan ibu atau keluarga
• Menjamin nutrisi yang cukup and kebutuhan fisik lain yang
dibutuhkan
• Menganjurkan dan membantu keluarga untuk mengembalikan anak-
anak pada kegiatan rutin semual seperti; makan, bermain, belajar,
tidur dan berinterkasi dengan orang lain
• Mengajak anak dalam kegiatanL menggambar, bercerita, drama,
games (janganmenganjurkan anak untuk mengekspresikan perasaan
yang berhubungan dengan bencana melalui kegiatan ini)
Next..
• Mengizinkan anak untuk memutuskan apakah ia mau membicarakan trauma
yang dialami nya atau tidak serta untuk mengekspresikan perasaan tentang ini
• Mengajak keluarga ( dalam kelompok) untuk memfasilitasi kegiatan bermain
khusus dalam kelompok bermain anak-anak
• Mengajak keluarga atau tokoh masyarakat untuk mememulai beberapa
bentuk kegiatan mengajar ( termasuk non formal) untuk anak sekolah sampai
anak-anak dapat pergi kesekolah kembali untuk belajar seprti biasa.
Memobilisasi bantuan pendidikan relawan remaja untuk kegiatan ini
• Menasehatkan orang tua dan keluarga untuk tidak mengecilkan hati anak bila
mereka menyampaikan perasaan mereka
Langkah-langkah yang dilakukan
pada remaja:
• Menjamin privasi dan konfidensialitas ketika melakukan wawancara tentang
masalah mereka
• Berhati-hati terhadap isu gender) interaksi dengan dan kontak fisik dengan orang
yang berlawanan jenis
• Bantu mereka dalam memutuskan apa yang akan dilakukan kedepan
• Mnganjurkan agar tetap melanjutkan pendidikan formal khususnya pelajar
tingkat SLTP dan SLTA
• Libatkan mereka dalam kelompok-kelompok masyarakat
• Menganjurkan partisipasi dari remaja yang lebih besar dalam kegiatan
kemanusiaan masyarakat
Perawatan psikososial pada usia
lanjut
Kemungkinan reaksi psikososial terhadap bencana:
• Respon ketakutan yang diikuti dengan marah dan frustrasi
• Merasa gelisah, kesepian dan putus asa dengan perasaan kehilangan yang banyak
• Meningkatnya ketergantungan pada keluarga dan menolak bantuan dari pemerintah
• Perilaku menarik diri menangis dan perasaan depresi
• Gangguan tidur
• Tendensi bunuh diri
• Disorientasi
• Kesulitan konsentrasi dan komunikasi
Orang usia lanjut, khususnya masuk
dalam kelompok rentan bila
• Ketidak mampuan secara fisik
• Tingal sendir
• Kurangnya bantuan dari berbagai sumber]
• Syok karena kehilangan …..
Perawatan psikososial pada
perempuan
• Strategi untuk membantu perempuan:
• Melibatkan mereka dalam kegiatan di masyarakat seperti dapur, kebersihan,
aktivitas keagamaan
• Melibatkan mereka dalam kegiatan untuk meringan gejala seperti mengadakan
kelompok bermain atau mengajar anak – anak , mengidentifikasi orang-orang
yang mempunyai penyakit fisik di masyarakat dan lain-lain.
• Mengajak mereka untuk membentuk kelompok tolong diri untuk menemukan
jalan keluar mengatasi perasaan mereka dan situasi saat ini
• Memberikan pelayanan khusus pada ibu hamil dan perawatan untuk menjamin
nutrisi, perawatan medik yang sesuai, keamanan fisik dan menjamin privacy
Evaluasi dan penatalaksanaan
gangguan psikiatrik
Gejala psikologis hanya dapat dinyatakan bila memenuhi kriteria
dibawah ini:
• Gejala hebat dan menunjukkan gangguan yang bermakna pada fungsi
sosial dan pekerjaan.
• Gejala menetap selama beberapa minggu (4–6 minggu) (kecuali
psikosis dimana cukup satu minggu bila ada gejala sudah dapat
ditegakkan diagnosis)
• Gejala harus Symptoms should be present most of the time lebih dari
rather than occasionally atau secara sporadis
Gangguan Depresi
Tanda dan Gejala
• Suasana hati (Mood) yang depresif: perasaan sedih, menderita, mudah tersinggung atau
gelisah
• Kehilanganminat dan rasa senang
• Berkurangnya tenaga, mudah lelah, menurunnya aktifitas, tanda kelelahan pada upaya yang
sangat ringan
• Menurunnya konsentrasi dan perhatian terhadap tugas
• Berkurangnya rasa percaya diri dan rendahnya harga diri
• Rasa bersalah dan rasa tidak berguna
• Pandangan suram dan pesismistik terhadap masa depan
• Merusak diri atau usaha bunuh diri
• Gangguan tidur
• Berkurangnya libido dan nafsu makan
Terapi farmakologi

• Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI )


(Fluoxetine: 20 – 40 mg/ hari)
• Imipramine (150 – 250 mg/ hari). Saat ini kurang disukai karena efek
sampingnya
• Mulailah semua obat dengan dosis rendah dan tingkatkan secara bertahap
setelah 7- 10 hari
• Lanjutkan pemberian antidepresan selama 6–8 minggu
• Bila respon masih kurang naikkan dosis
• Bila pasien memperlihatkan hasil yang baik lanjutkan pengobatan sampai 6–9
bulan
Next…
• Turunkan dosis obat setelah 4–6 minggu setelah menyelesaikan pengobatan .
• Kapan dirujuk ke psikiater
• Depresi berulang
• Depresi berat
• Depresi dengan gejala psikotik
• Depresi yang resisten terhadap pengobata
• Gangguan bipolar pada fase depresi
• Pasien dengan ko-morbiditas fisik dan gangguan psikiatrik lain
• Pasien dengan ide dan percobaan bunuh diri
Gangguan Cemas (Ansietas)

• Ansietas biasanya tampak dengan gejala somatik, kognitif dan


emosional
• Gangguan ansietas termasuk Gangguan Cemas Menyeluruh
Gangguan Panik, Fobia sosial dan spesifik, Gangguan stres pasca
trauma (post traumatic stress disorder (PTSD)
• Gejala dapat terjadi secara episodik atau berlanjut, mereka dapat
muncul secara tiba-tiba tanpa sebab atau sebagai respon atas situasi
tertentu.
Tanda dan Gejala
• Gejala somatik yang menonjol: palpitasi, tremor pada otot, berkeringat,
perasaan tidak enak pada perut, , hyperventilation
• Gejala kognitif yang menonjol seperti buruknya konsentrasi dan daya ingat
• Gejaal emosional yang menonjol seperti gugup dan ketakutan
• Pada pemeriksaan :
• Pasien memperlihatkan tanda kelelahan
• Tampak cemas dan Gelisah
• Sering tremor dan berkeringat pada telapak tangan dengan meningkatkannya denyut
jantung dan tekanan darah
Terapi farmakologi
• Gangguan ansietas menyeluruh:
• Diazepam 5mg dua kali sehari pada kasus ringan dan 3 kali 10 mg sehari pada kasus
berat atau
• Alprazolam 0.75 – 1.5 mg/ hari atau
• Buspirone 30 – 60 mg/ hari
• Propranolol 40 – 80 mg/hari dibagi dua dosis
• Gangguan Panik
• Fluoxetine 20 – 40 mg/ hari atau
• Alprazolam 1.5 – 6 mg /hari dalam dua atau tiga dosis atau
• Imipramine 50mg/hari dalam dua dosis sampai maksimum 150 – 250 mg/ hari
Gangguan Stres Pasca Trauma
Gejala termasuk:

• Pengalaman berulang terhadap peristiwa (misal dalam bentuk mimpi yang


menakutkan)
• Menghindar dari hal yang dapat mengingatkan peristiwa
• Secara umum kurang responsif
• Berkurangkany minat
• Meningkatnya gangguan tidur dan buruknya konsentrasi
• Diagnosis hanya ditegakkan bila gejala diatas terdapat lebih dari satu
bulan.
Penatalaksanaan
• Pendidikan: Bantu mereka memahami kondisi mereka dan tentramkan mereka bahwa apa yang mereka
alami adalah reaksi stres yang terjadi disebabkan peristiwa trauma
• Dukungan keluarga, teman dan siapapun yang bekerja dengan orang denga mengajak mereka
menegetahui bahwa mereka tidak sendiri dan mereka tidak bertanggungjawab dengan kejadian trauma
• Strategi manajemen : relaksasi, teknik pernafasan dan and diverting the individual’s mind through
involvement in activities
• Perubahan gaya hidup: diet sehat, menghindari stimulansia atau zat yang beracun, latihan teratur dan
tidur cukup
• Pasien membutuhkan terapi farmakologi untuk ansietas
• Kapan dirujuk ke psikiater
• Pasien dengan kecemasan yang berat
• Serangan panik berulang
• PTSD berat yang tidak ada respon terhadap pengobatan setalah penggunaan 4-6 minggu
Gangguan campuran ansietas
dan depresi
• Kadangkala gangguan ansietas dan depresi dapat terjadi pada waktu
yang sama memberikan tanda dan gejala dari kedua gangguan
tersebut
• Pengobatan dapat dilakukan untuk kedua kondisi diatas
• Perasaan nyeri atau reaksi maladaptif untuk suatu stres yang spesifik
dan terjadi dalam waktu 3 bulan dari waktu kejadian stres
• Suatu kejadian stres berakhir, gejala biasanya hilang dalam waktu 6
bulan.
Tanda dan gejala

• Depresi
• Menangis
• Putus asa
• Kecemasan yang bermanifestasi dengan palpitasi dan hiperventilasi
• Gangguan menantang seperti : merusak, mengendari ugal-ugalan , berkelahi (hak orang dilanggar atau acuh tak
acuh)
• Gangguan pada pekerjaan (gangguan pada bidang akademik yang dimanifestasikan pada kesulitan dalam fungsi
pekerjaan atau sekolah)
• Menarik diri, manifestasi dengan perilaku menarik diri dari lingkungan sosial , ini tidak khusus pada semua orang
• Terapi farmakologi
• Bila gejala ansietas berat, gunakan obat ansiolitik untuk beberapa hari pertama
• Alprazolam 0.5 – 1 mg dapat diberika tiga kali sehari
• Kapan dirujuk ke psikiater
• Bila gejala secara bermakna lebih dari satu bulan meskipun dengan terapi
Gangguan somatoform
• Pasien mempunyai berbagai keluhan fisik tapi tidak ditemuakan
adanya etiologi yang spesifik
• Gejala biasanya membantu individu untuk melarikan diri dari situasi
yang menekan atau untuk mencari perhatian
• Gangguan Somatoform termasuk:
• Gangguan konversi: paralysis dan kejang yang tidak dapat dijelaskan
• Hypokondriasis
• Gangguan Somatisasi ditandai dengan berbagai keluhan somatik
Prinsip umum penatalaksanaan

• Exclude disease tapi hindari pemeriksaan yang tidak perlu


• Dengar pasien, pasien mencari pertolongan
• Jangan label mereka dengan sebagai hysterical atau malingering
• Fokus untuk meringankan gejala secara simptomatik dan tidak apada mencari
penyebab
• Berikan “reassurance” pada pasien
• Fokuskan pada fungsi dari pada gejala atau penyakit
• Antipsikotik dapat digunakan secara bijaksana
Reaksi berkabung
• Proses emosional dan psikologis yang menyertai duka cita, dapat
diekspresikan secara internal maupun eksternal
• Normal, Berduka (grief) akan membaik dalam waktu 6 bulan
Tanda dan Gejala
• Menghindar secara sosial
• Depresi
• Kurang tidur
• Anoreksia
• Gejala somatik dari nyeri dan perasaan
• Ganguan pada penampilan
• Berkurangnya tenaga
• Preokupasi pada kematian
• Halusinasi yang sementara
• Mumifikasi (preservation of possessions)
• Penatalaksanaan
• Konseling untuk “kehilangan”
• Terapi dengan obat dapat meringankan kecemasan atau depresi
• Pertama dapat diberikan hypnotik atau ansiolitik
• Selanjutnya lebih baik menggunakan antidepresan
Gangguan psikotik akut
• Gejala awal:
• Hallusinasi (sensasi atau bayangan yang salah, misalnya mendengar suara-
suara bila tidak ada satupun orang disekelilingnya)
• Waham (ide atau keyakinan salah yang benar-benar dipertahankan pasien)
• Gangguan proses pikir: pembicaraan aneh dan assosiasi
• Perilaku abnormal seperti menarik diri dari lingkungan sosial , kecurigaan,
mengancam .
Terapi farmakologi

• Berikan Inj. Haloperidol (5-10 mg) intramuskular atau


• Mulai dengan pemberaian neuroleptik oral dan rujuk ke psikiater
Gangguan manik akut
Gejala dan Tanda
• Peningkatan energi dan aktifitas
• Peningkatan mood atau aktivitas
• Pembicaraan yang cepat
• Hilangnya inhibisi
• Menurunnya kebutuhan tidur
• Pikiran mudah kacau
• Pada kasus berat timbul halusinasi dan waham
• Terapi farmakologi
• Injeksi Haloperidol (5-10 mg) i.m atau
• Injeksi Lorazepam (4 mg) i.v atau i.m
• Mualai dengan pemberian oral neuroleptik dan rujuk ke psikiater
Alkoholisme
• Intoksikasi
• Peningkatan mood, disinhibisi, gangguan penilaian, menantang, mood yang labil , berkurangnya rentang
perhatia, bicara cadel, inkoordinasi motorik , jalan sempoyongan, nystagmus, stupor atau koma
• Putus alkohol
• Hiperaktifitas otonom ( berkeringat, denyut nadi diatas 100)
• Meningkatnya tremor pada tangan
• Insomnia
• Mual dan muntah
• Halusinasi visual, taktil dan pendengaran
• Agitasi psikomotor
• Ansietas
• Rum Fits: Kejang tonik-klonik
• Delirium Tremens
Penatalaksanaan
Putus zat tanpa komplikasi

• Benzodiazepin adalah pilihan terapi


• Diazepam 20-60 mgatau klordiazepoksid 40- 120 mg per hari dalam dosis terbadi peroral.
• Lorazepam 4-8 mg perhari dalam dosis terbagi peroral pada pasien dengan gangguan pada
hepar
• Alternatif - Carbamazepine 400-600 mg/hari dalam 3 dosis
• Tidak membutuhkan terapi antipsikotik
• Obat-obatan harus diturunkan dalam waktu 7-14 hari.
• Delirium Tremens
• Diazepam (10 mg) or Lorazepam (2mg) parenteral
• Rujuk ke RS untuk mendapatkan pengobatan intensif
Gangguan pengguna zat lain
• Opiod
• Intoksikasi: Dimulai dengan euforia, diiktin dengan apatis, by apathy,
dysphoria, agitasi atau retrdasi psikomotor, gangguan penilaian, sosial
atau pekerjaan, konstriksi papillary, bicara cadel, mengantuk dan
gangguan daya ingat
• Putus zat: mual, muntah, sakit pada otot-otot, nyeri pada
persendian, , lakrimasi, hidung berair, pupil dilatasi , piloereksi,
berkeringat, diare, menguap, perubahan suhu tubuh, meningkatnya
denyut jantung, kejang dan nyeri pada otot perut.
Sedatif, hipnotik dan dan ansiolitik

• Intoksikasi: Bicara cadel, inkoordinasi, jalan sempoyongan, gangguan


perhatian dan daya ingat, mood yang labil, gangguan pada penilaian dan
fungsi sosial
• Putus zat: mual, muntah, kelehanan dan lemah, berkeringat, cemas, irritabel,
hipotensi ortostatik, tremor kasar pada tangann, lidah , kelopkan mata,
insomnia, kejang tonik-klonik umum, hilang nafsu makan dan berat badan,
delirium, halusinasi,waham dan, agitasi.
Penatalaksanaan

• Bila pasien mengalami overdosis dari opioid atau zat lain, pemilihan yang
simpomatik harus dimulai segera untuk untuk gejala yang timbul
• Untuk penatalaksanaan lebih lanjut pasien harus dirujuk ke pusat pelayanan
detoksifikasi
Konsep keperawatan

a. Pengkajian Perilaku (Behavioral Assessment)

1. Dalam keadaan yang bagaimana klien mengalami perilaku agresif yang berlebihan.
2. Dalam keadan yang seperti apa klien mengalami kembali trauma yang dirasakan.
3. Bagaimana cara klien untuk menghindari situasi atau aktifitas yang akan
mengingatkan klien terhadap trauma.
4. Seberapa sering klien terlibat aktivitas sosial.
5. Apakah klien mengalami kesulitan dalam masalah pekerjaan semenjak kejadian
traumatis.
b.   Pengkajian Afektif (Affective
Assessment)
1. Berapa lama waktu dalam satu hari klien merasakan ketegangan
dan perasaan ingin cepat marah.
2. Apakah klien pernah mengalami perasaan panik.
3. Apakah klien pernah mengalami perasaan bersalah yang berkaitan
dengan trauma.
4. Tipe aktivitas yang disukai untuk dilakukan.
5. Apa saja sumber - sumber kesenangan dalam hidup klien.
6. Bagaima hubungan yang secara emosional terasa akrab dengan
orang lain
c.    Pengkajian Intelektual (Intellectual Assessment)

1. Kesulitan dalam hal konsentrasi.


2. Kesulitan dalam hal memori.
3. Berapa frekuensi dalam satu hari tentang pikiran yang berulang
yang berkaitan dengan trauma.
4. Apakah klien bisa mengontrol pikiran-pikiran berulang tersebut
5. Mimpi buruk yang dialami klien.
6. Apa yang disukai klien terhadap dirinya dan apa yang tidak disukai
klien terhadap dirinya.
d.   Pengkajian Sosiokultural (Sociocultural Assessment)

1. Bagaimana cara keluarga dan teman klien menyampaikan tentang


perilaku klien yang menjauh dari mereka.
2. Pola komunikasi antara klien dengan keluarga dan teman.
3. Apa yang terjadi jika klien kehilangan kontrol terhadap rasa
marahnya.
4. Bagaimana klien mengontrol kekerasan terhadap sistem
keluarganya.
Diagnosa Keperawatan

• Ansietas b/d Krisis situasiona


• Koping Defensif b/d Kurangnya system dukungan
• Ketakutan b/d berasal dari dlaam (neurotransmitter)
• Duka cita b/d kematian orang terdekat
• Resiko sindrom pasca trauma b/d bencana
• Sindrom stress akibat perpindahan b/d pindah dari satu lingkungan ke
lingkungan lain
Risiko Sindrom Pasca Trauma
(00145)

• Domain 9 :Koping/Toleransi Stress


• Kelas 1 :Respon Pascatrauma
• Definisi :Berisiko Mengalami respon maladaftif yang terus menerus
terhadap peristiwa traumatitis dan memilukan
faktor resiko:

. Penurunan kekuatan ego


• Pindah rumah.
• Durasi peristiwa.
• Rasa tanggung jawab yang berlebihan.
• Dukungan sosial yang tidak adekuat.
• Pekerjaan (Mis.,Polisi pemadam kebakaran, petugas penyelamat, staf unit gawat darurat,
petugas kesehatan jiwa, tenaga reparasi).
• Persepsi peristiwa.
• Parah sebagai orang yang selamat dalam peristiwa.
• Lingkungan yang tidak mendukung
NOC: Spiritual Health (2001)

• Quality Of Faith (200101)


• Quality Of Hope (200102)
• Makna dan Tujuan Hidup (200103)
NIC : Dukungan Rohani (5420)

• Menggunakan komunikasi untuk membangun kepercayaan dan terapi empatik peduli


• Mengobati individu dengan martabat dan menghormati
• Mendorong melalui meninjau kehidupan melalui kenang-kenangan
• Memberikan privasi dan tenang kali untuk activitas rohani
• Mendorong partisipasi dalam kelompok pendukung
• Mengajari metode relaksasi , meditasi , citra dan memberinya petunjuk
• Berdoa dengan sendiri
• Selalu terbuka untuk individu ekspresi perhatian
• Mengungkapkan perasaan empati secara pribadi
• Tersedia untuk mendengarkan individu perasaan
Sindrom Stress Akibat
Perpindahan 00114
• Domain 9 : Koping / Toleransi stress
• Kelas : Respon pascatrauma.
• Defenisi : Gangguan fisiologis dan atau psikososial setelah pindah
dari satu lingkungan ke lingkungan lain.
Batasan karakteristik

• Perasaan asing
• Merasa sendirian
• Marah
• Ansietas (mis., perpisahan)
• Harga diri rendah kronik
• Khawatir terhadap perpindahan
• Perasaan ketergantungan
• Depresi
• Takut
• Frustasi
• Perburukan penyakit
• Peningkatan gejala fisik
Faktor yang berhubungan


Penerunan status kesehatan
• Gangguan kesehatan psikososial
• Isolasi
• Kurang sistem dukungan yang adekuat
• Kurangnya konseling pra keberangkatan
• Kendala bahasa
• Tersesat
• Pindah dari satu lingkungan ke lingkungan lain.
• Koping pasif
• Menyatakan perasaaan tidak berdaya
NOC: Stress level (1212)

• Depresi (121221)
• Kegelisahan (121222)
NIC: Pengurangan Kecemasan Stres (Stress
Anxiety Reduction) (5820)

• Menggunakan pendekatan meyakinkan membuat pasien tenang


• Tetap bersama pasien untuk keamanan dan mengurangi rasa takut
• berusaha untuk memahami pasien dari situasi stres
• Memberikan informasi berdasarkan fakta
• Mendengarkan dengan perhatian
• Memberi dukungan untuk mekanisme koping pasien
• Membantu pasien mengenali situasi yang memicu kecemasan
• Mengidentifikasi pasien ketika mengalami perubahan tingkat kecemasan
• Mendorong verbalisasi perasaan persepsi dan ketakutan
• Mendorong keluarga untuk tetap berada di dekat pasien
Daftar Pustaka
• Efendi, Ferry.Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan praktik
dalam keperawatan. Jakarta. Penerbit Salemba Medika,2009.
• Herdman, T. heather. 2011. Diagnose Keperawatan 2015-2017.
Jakarta: EGC
• Koentara.(2006).MenanganiKasusBencana(online)(
http://www.dispsiad.mil.id/index.php/en/publikasi/artikel/221-post-t
raumatic-stress-disorder-ptsddiakses
09 Mar 2016)

Anda mungkin juga menyukai