DisusunOleh :
Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penyusun, sehingga penyusun
dapat menyelesaikan makalah tentang “PJB Asianotik (CHD) pada Anak” ini
dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas
yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Anak II Ifana
Anugraheni S.Kep, Ns, M.Kep.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis
peroleh dari buku panduan dan hasil dari browsing internet yang berkaitan dengan
penyakit jantung bawaan dan hal-hal yang berkaitan dengan hal tersebut.
Penulis berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi
kita, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai penyakit jantung
bawaan pada anak dan segala hal yang berkaitan dengan hal tersebut, serta
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-harii, khususnya bagi para praktisi
medis yang bersangkutan dengan hal-hal ini.
Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang
lebih baik.
Penyusun
DAFTAR ISI
HalamanJudul………………………………………………………………………
Kata Pengantar…………………………………………………………………….
Daftar Isi………………………………………………………………………….
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………
1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………………..
1.4 Manfaat Penulisan…………………………………………………………….
1.2.Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan PJB (CHD) ?
1.3.Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan PJB (CHD).
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi dari PJB (CHD).
2. Mengetahui etiologi dari PJB (CHD).
3. Mengetahui patofisiologi dari PJB (CHD).
4. Mengetahui manifestasi klinis dari PJB (CHD).
5. Mengetahui pemeriksaan diagnostik PJB (CHD).
6. Mengetahui penatalaksanaan medis PJB (CHD).
7. Mengetahui komplikasi PJB (CHD).
8. Mengetahui deteksi PJB (CHD).
9. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan PJB (CHD).
1.4.Manfaat Penulisan
1.4.1. Manfaat teoritis
1. Bagi penulis, makalah ini dapat dijadikan sebagai sarana untuk mendalami
pemahaman tentang konsep penyakit PJB (CHD) pada anak.
2. Bagi pembaca, khususnya mahasiswa keperawatan dapat mengerti tentang
konsep penyakit PJB (CHD) yang sesuai dengan standart kesehatan demi
meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat dan dapat dijadikan sebagai
referensi untuk penelitian yang lebih lanjut.
1.4.2. Manfaat praktis
Mahasiswa keperawatan dapat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien anak
dengan PJB (CHD) dengan baik.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
PJB(CHD)
PJB (CHD)
PJB Asianotik
PJB sianotik
TOF DAP
Koarktasio
Aorta
VSD ASD
Overiding Aorta
Hipertrofi Stenosis Stenosis Aorta
ventrikel kanan VSD Stenosis
Pulmonal
Pulmonal
TOF
TOF
Penyempitan arteri
Kebocoran septum ventrikel pulmonal
Darah masuk ke
Darah bercampur Aliran darah ke paru
V.kiri
Darah stuck di dlm
Tekanan V.kiri > V.kanan Darah membendung di
Kelelahan V.kiri jantung
V.kanan
Darah terbendung di
fungsi pompa Kemungkinan adanya
V.kanan
Terjadi di otak MO hematogen
MK Distribusi darah
Tekanan V.kanan > V.kiri MK: :curah
curah Menginfeksi jantung
jantung Iskemia jar. Serebral
jantung
Backward mechanism Distribusi O2 dan
Penurunan MK
nutrisi MK: :Resiko
ResikoInfeksi
Infeksi
Darah kembali ke atrium kesadaran
kiri Gg pada jaringan Perfusi ke sel
sinkope
paru MK
Kembali ke paru via vena MK MK: :Gg
Ggperfusi
perfusi
pulmonalis MK: :GgGg jar.serebral
jar.serebral
perfusi Lack of nutrient
perfusi
MK jar.perifer
Edema paru MK: :Gg
Gg jar.perifer
Sel kekurangan nutrisi
Pertukaran
PertukaranGas
Gas
MK
Kemampuan recoil n Regenerasi dan MK: :Gg
Gg
complience paru MK: Lack of O2 tumbang
MK:Ketidakefektifan
Ketidakefektifanpola
pola pertumbuhan terganggu tumbang
napas
napas
Aerob anaerob
Nafsu makan ,
Sesak ; hiperpnea Sianosis kronis
kesulitan minum MK
ATP MK: :Gg
Ggbody
body
Clubbing finger image
image
MK
MK: : Energi
Ketidakseimbangan
Ketidakseimbangannutrisi
nutrisi<<keb.tubuh
keb.tubuh MK
Resiko
Resikokekurangan
kekuranganvol.cairan
vol.cairan Kelemahan MK: :Intol.
Intol.
aktivitas
aktivitas
2.4. Manifestasi Klinis PJB (CHD)
Gejala-gejala dan tanda-tanda dari PJB dihubungkan dengan tipe dan
keparahan dari kerusakan jantung. Beberapa anak tidak mempunyai gejala atau tanda-
tanda, dimana yang lainnya mengembangkan sesak napas, cyanosis (warna kulit yang
biru disebabkan berkurangnya oksigen didalam darah), nyeri dada, syncope, kurang
gizi atau kurang pertumbuhannya.
Kerusakan atrial septal (sebuah lubang di dinding antara atrium kanan dan
kiri), misalnya dapat menyebabkan sedikit atau sama sekali tidak ada gejala.
Kerusakan dapat berlangung tanpa terdeteksi untuk puluhan tahun.
Aortic Stenosis (halangan aliran darah pada klep aortic karena katup yang
abnormal) juga umumnya tidak menyebabkan gejala-gejala terutama ketika stenosis
(penyempitan) ringan. Pada kasus aortic stenosis berat yang mana kasus ini jarang
terjadi, gejala-gejala dapat timbul selama masa bayi dan anak-anak. Gejala-gejala
dapat termasuk pingsan, pusing, nyeri dada, sesak napas dan keletihan yang luar
biasa.
Ventricular septal defect (VSD) adalah contoh lain dimana gejala-gejala
berhubungan dengan kerusakan yang berat. VSD adalah suatu lubang didinding
antara kedua ventrikel. Ketika kerusakannya kecil, anak-anak tidak menderita gejala-
gejala, dan satu-satunya tanda VSD adalah suara desiran jantung yang keras. Jika
lubangnya besar, dapat terjadi gagal jantung, kurang gizi dan pertumbuhan yang
lambat. Pada kasus-kasus yang lain dengan komplikasi pulmonary hypertension yang
permanen (kenaikan tekanan darah yang parah pada arteri-arteri dari paru-paru),
cyanosis dapat terjadi.
Tetralogy of Fallot (TOF) adalah suatu kerusakan jantung yang merupakan
kombinasi dari VSD dan halangan aliran darah keluar dari ventricle kanan. Cyanosis
adalah umum pada bayi dan anak-anak dengan TOF. Cyanosis dapat timbul segera
setelah kelahiran dengan episode mendadak dari cyanosis parah dengan pernapasan
yang cepat bahkan mungkin menjadi pingsan. Selama latihan, anak-anak yang lebih
dewasa dengan TOF bisa mendapat sesak napas atau pingsan.
Coarctation dari aorta adalah bagian yang menyempit dari arteri besar ini.
Umumnya tidak ada gejala waktu kelahiran, namun hal ini dapat berkembang lebih
awal, misalnya minggu pertama sesudah kelahiran. Seorang bayi dapat mengalami
gagal jantung congestive atau hipertensi.
3.1. Pengkajian
3.1.1. Biodata
Meliputi identitas klien dan penanggung jawab yang terdiri dari nama,
umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan penderita,
suku, alamat.
3.1.2. Keluhan Utama
Klien atau keluarga klien biasanya mengeluh klien mengalami serangan
sianotik mendadak ditandai dengan dyspnea, napas cepat dan dalam, lemas,
kejang, sinkop bahkan sampai koma.
3.1.3. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien tampak biru (sianosis) setelah tumbuh, sianosis ini menyeluruh atau
pada membran mukosa bibir, lidah, konjungtiva. Sianosis juga timbul pada saat
menangis, makan dan pada saat klien tegang. Dyspnea biasanya menyertai
aktifitas makan, menangis atau tegang/stress. Klien akan sering squatting
(jongkok) setelah anak dapat berjalan, setelah berjalan beberapa lama anak akan
berjongkok dalam beberapa waktu sebelum ia berjalan kembali. Pertumbuhan dan
perkembangan tidak sesuai dengan usia. Digital clubbing.
3.1.4.Riwayat Penyakit Dahulu
Dari lahir telah ditemukan adanya kelainan jantung. Kaji riwayat
terjadinya infeksi pada ibu selama trimester pertama, riwayat prenatal seperti ibu
yang menderita DM dengan ketergantungan pada insulin, kepatuhan ibu menjaga
kehamilan dengan baik termasuk menjaga gizi ibu, tidak mengonsumsi obat-
obatan dan merokok, dan proses kelahiran secara alami atau adanya faktor-faktor
yang memperlama proses persalinan serta penggunaan alat.
3.1.5. Riwayat Penyakit Keluarga
Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti penyakit SLE, diabetes
melitus, hipertensi, penyakit jantung kongenital pada keluarga baik dengan
abnormalitas kromosom misalnya sindrom down maupun tidak, atau kelainan
bawaan. Riwayat selama periode antenatal (kehamilan) ibu, seperti sebelumnya
ikut program KB oral atau suntik, minum obat-obatan tanpa resep dokter, jamu
tradisional yang diminum serta kebiasaan merokok dan minum alkohol selama
hamil. Adanya kemungkinan menderita penyakit infeksi seperti penyakit rubella
(campak jerman) pada ibu.
Edema paru
Sesak
5 DO: Edema paru Gangguan Pertukaran
- GDA abnormal
Gas
- Frekuensi, irama dan Kemampuan recoil n complience
kedalaman napas paru
abnormal
- Diaforesis gangguan pada jar.paru
- Hiperkapnea
- Hipoksia gangguan pertukaran gas
- PCH
- Somnolen
- Takikardi
DS :-
6 DO: sesak Ketidakseimbangan
- Tidak tertarik untuk
Nutrisi Kurang Dari
makan nafsu makan menurun
- BB turun atau tidak Kebutuhan Tubuh
mengikuti kurva ketidakseimbangan nutrisi
pertumbuhan
- Bising usus hiperaktif
- Konjunctiva dan
membran mukosa
pusat
- Tonus otot buruk
DS :-
7 DO: sesak Resiko Kekurangan
- Perubahan status
mental kesulitan minum Volume Cairan
- Penurunan TD
- Nadi melemah Resiko Kekurangan Volume
- Turgor kulit menurun Cairan
- Kulit dan membran
mukosa mengering
- Ht meningkat
- kelemahan
DS :-
8 DO: Perfusi ke sel Gangguan Tumbuh
- Ukuran tubuh tidak
Kembang
sesuai umur (grafik Lack of nutrient
pertumbuhan)
DS :- Sel kekurangan nutrisi
Kelemahan
Intoleransi aktivitas
11 DO:- darah membendung di V.kanan Resiko Infeksi
DS :-
Darah stuck di dlm jantung
Kemungkinan adanya MO
hematogen
Menginfeksi jantung
Resiko infeksi
3.3. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kegagalan fungsi jantung.
2. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan fungsi
pompa.
3. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan fungsi
pompa.
4. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan edema paru akibat
mekanisme backward.
5. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan pada jaringan
paru akibat edema paru.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan energi yang
dihasilkan dari metabolisme yang berubah.
7. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan ketidakcukupan nutrisi
untuk regenerasi dan perkembangan sel-sek tubuh.
8. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan nafsu makan akibat sesak.
9. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan kesulitan minum akibat
sesak napas.
10. Resiko infeksi berhubungan dengan pembendungan darah dalam jantung.
11. Gangguan body image berhubungan dengan adanya clubbing finger akibat
sianosis yang kronik
3.4. Rencana Keperawatan
No. Dx.keperawatan Tujuan/KH Intervensi Rasional
1 Penurunan curah Setelah diberikan asuhan 1. Monitor tanda-tanda vital, 1. Abnormalitas TTV, terutama pulsasi nadi
jantung keperawatan selama ...x24 jam Observasi kwalitas dan kekuatan denyut dan jantung menunjukkan
berhubungan pasien dapat mentoleransi jantung, nadi perifer, warna dan kehangatan ketidakadekuatan curah jantung.
dengan kegagalan gejala-gejala akibat penurunan kulit. 2. Istirahat dapat mengurangi beban kerja
fungsi jantung. curah jantung. 2. Informasikan dan anjurkan tentang jantung.
Kriteria hasil : pentingnya istirahat yang adekuat. 3. Oksigen tambahan dapat membantu
1. TTV dalam ambang normal 3. Berikan oksigen tambahan dengan pemenuhan saturasi oksigen tanpa
2. Pasien dapat beristirahat kanula nasal / masker sesuai indikasi menggunakan energi yang berlebih.
dengan tenang 4. Identifikasi derajat cyanosis 4. Sianosis menunjukkan tanda
3. Saturasi oksigen normal ( sircum oral, membran mucosa, clubbing) keinadekuatan perfusi karena penurunan
4. Tidak menunjukkan tanda- 5. Kaji perubahan pada sensori, curah jantung.
tanda sianosis contoh letargi, bingung disorientasi cemas 5. Penurunan kesadaran dapat dikarenakan
5. GCS normal 6. Secara kolaborasi, berikan ketidakadekuatan curah jantung.
tindakan farmakologis berupa digitalis, digoxin 6. Digitalis dapat memperkuat kerja jantung
sehingga kebutuhan dapat terpenuhi.
2 Gangguan perfusi Tujuan: 1. Pantau/catat status neurologis secara teratur 1. Mengkaji tingkat kesadaran dan
jaringan serebral Setelah dilakukan tindakan dan bandingkan dengan nilai standar GCS. potensial peningkatan TIK dan
berhubungan keperawatan diharapkan dapat 2. Evaluasi keadaan pupil, ukuran, kesamaan bermanfaat dalam menentukan lokasi,
dengan penurunan mempertahankan tingkat antara kiri dan kanan, respon terhadap perluasan dan perkembangan kerusakan
fungsi pompa. kesadaran, kognisi, dan fungsi cahaya. SSP.
motorik/sensori. 3. Pantau tanda-tanda vital: TD, nadi, frekuensi 2. Reaksi pupil diatur oleh saraf cranial
Kriteria hasil: nafas, suhu. okulomotor (III) berguna untuk
1. Tanda vital stabil 4. Bantu pasien untuk menghindari/membatasi menentukan apakah batang otak masih
2. tidak ada tanda-tanda batuk, muntah, mengejan. baik. Ukuran/kesamaan ditentukan oleh
peningkatan TIK 5. Tinggikan kepala pasien 15-45 derajat. keseimbangan antara persarafan
3. tingkat kesadaran mambaik. 6. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi. simpatis dan parasimpatis. Respon
4. Saturasi oksigen normal terhadap cahaya mencerminkan fungsi
yang terkombinasi dari saraf kranial
optikus (II) dan okulomotor (III).
3. Peningkatan TD sistemik yang diikuti
oleh penurunan TD diastolik (nadi yang
membesar) merupakan tanda terjadinya
peningkatan TIK, jika diikuti oleh
penurunan kesadaran.
4. Aktivitas ini akan meningkatkan
tekanan intrathorak dan intraabdomen
yang dapat meningkatkan TIK.
5. Meningkatkan aliran balik vena dari
kepala sehingga akan mengurangi
kongesti dan oedema atau resiko
terjadinya peningkatan TIK.
6. Menurunkan hipoksemia, yang mana
dapat meningkatkan vasodilatasi dan
volume darah serebral yang
meningkatkan TIK.
3 Gangguan perfusi Tujuan: 1. Observasi TTV 1. TTV normal menunjukkan kenormalan
jaringan perifer Setelah diberikan asuhan 2. Observasi adanya tanda-tanda sianosis dan sistem tubuh.
berhubungan keperawatan selama ...x24 jam gangguan perfusi (kebiruan pada ujung 2. Sianosis menunjukkan ketidakadekuatan
dengan penurunan pasien dapat menunjukkan ekstremitas, mukosa, akral dingin) perfusi
fungsi pompa. perfusi yang adekuat. 3. Palpasi dan observasi pulsasi nadi perifer 3. Pulsasi yang kuat pada bagian distal
Kriteria Hasil : 4. Berikan rangsangan pada daerah perirer, dapat mengindikasikan keadekuatan
1. TTV dalam rentang normal misal pada ujung kaki perfusi.
2. Tidak menunjukkan tanda- 4. Adanya parasthesia mengindikasikan
tanda sianosis, suhu keinadekuatan perfusi
ekstremitas hangat
3. Denyut distal dan proksimal
kuat dan simetris
4. Tingkat sensasi normal
4 Ketidakefektifan Tujuan: 1. Evaluasi frekuensi pernafasan dan 1. Frekuensi napas yang tinggi
pola napas Setelah diberikan asuhan kedalaman. Catat upaya pernafasan menunjukkan usaha pemenuhan oksigen
berhubungan keperawatan selama ...x24 jam 2. Observasi penyimpangan dada, selidiki demand yang berarti masih adanya
dengan edema paru pasien dapat menunjukkan penurunan ekspansi paru atau ketidak masalah pada pemenuhan permintaan
akibat mekanisme keefektifan pola napas. simetrisan gerakan dada. oksigen
backward. Kriteria Hasil : 3. Kaji ulang hasil GDA, Hb sesuai 2. Kelainan dapat terlihat pada penggunaan
1. Frekuensi napas dalam indikasi otot bantu napas dalam memenuhi
ambang normal, napas tanpa 4. Minimalkan menangis atau aktivitas kebutuhan oksigen.
usaha yang berlebihan pada anak 3. GDA dan Hb normal menunjukkan
2. Chest expansion yang normal keseimbangan hemostasis.
3. GDA dan Hb dalam ambang 4. Menangis dan aktivitas berlebihan dapat
normal menyebabkan oksigen demand semakin
4. Anak dalam keadaan tenang bertambah.
5 Gangguan Tujuan: 1. Pantau frekuensi, irama, kedalaman 1. Perubahan dapat menandakan awitan
pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan pernapasan setiap 1 jam. Catat komplikasi pulmonal atau menandakan
berhubungan keperawatan diharapkan pasien ketidakteraturan pernapasan, pantau lokasi/luasnya keterlibatan otak.
dengan gangguan menunjukkan mekanisme kepatenan oksigenasi 2. Adanya obstruksi dapat menimbulkan
pada jaringan paru pertukaran gas yang baik. 2. Auskultasi suara napas, perhatikan daerah tidak adekuatnya pengaliran volume
akibat edema paru. Kriteria hasil: hipoventilasi dan adanya suara tambahan dan menimbulkan penyebaran udara
1. Tidak terdapat dyspnea, yang tidak normal misal: ronkhi, wheezing, yang tidak adekuat. Untuk
tarikan dinding dada dan PCH krekel. mengidentifikasi adanya masalah paru
tidak ada atau berkurang 3. Lakukan tes uji BGA. seperti atelektasis, kongesti, atau
2. tidak terdapat suara napas obstruksi jalan napas yang
tambahan membahayakan oksigenasi cerebral
3. blood gas dalam batas normal dan/atau menandakan terjadinya infeksi
paru.
3. Gangguan pertukaran gas dapat
menyebabkan masalah yang lebih
serius, misalnya Asidosis metabolik.
6 Intoleransi aktivitas a. Kaji perkembangan peningkatan tanda-
berhubungan tanda vital, seperti adanya sesak
dengan penurunan b. Bantu pasien dalam aktivitas yang tidak
energi yang dapat dilakukannya
dihasilkan dari c. Dukung pemenuhan nutrisi
metabolisme yang
berubah.
7 Gangguan tumbuh Tujuan: 1. Berikan diet/nutrisi yang cukup. 1. Memperbaiki status gizi.
kembang Setelah dilakukan tindakan 2. Monitor pertumbuhan dan perkembangan. 2. Untuk mengetahui/mengontrol tingkat
berhubungan keperawatan diharapkan anak 3. Berikan suplemen besi. pertumbuhan dan perkembangan.
dengan dapat mengalami pertumbuhan 4. Berikan kebebasan anak mengekspresikan 3. Untuk mencegah terjadinya anemia.
ketidakcukupan dan perkembangan sesuai aktivitasnya dan membantu anak untuk 4. Untuk menghindari stress dan
nutrisi untuk dengan kurva pertumbuhan atau melakukan tugas perkembangan sesuai membantu anak dalam
regenerasi dan perkembangan dan mampu usianya. perkembangannya.
perkembangan sel- melakukan aktivitas yang sesuai
sek tubuh. dengan usianya.
Kriteria hasil:
1. Pertumbuhan dan
perkembangan sesuai
dengan usia anak.
8 Ketidakseimbangan Tujuan: a. Anjurkan ibu untuk 1. ASI memberikan cukup ntrisi untuk bayi
nutrisi kurang dari Setelah diberikan Asuhan terus menyusui walaupun sedikit tapi sering yang masih menyusu
kebutuhan tubuh keperawatan selama ...x24 jam b. Pasang IV infus jika 2. Nutrisi parenteral membantu memenuhi
berhubungan pasien akan menunjukkan terajdi ketidak adekuatan nutrisi kebutuhan nutrisi yang tidak dapat masuk
dengan penurunan keseimbangan nutrisi. c. Jika anak sudah tidak secara peroral
nafsu makan akibat Kriteria Hasil : menyusu, berikan makanan sedikit tapi sering 3. Makanan sedikit tapi sering dapat
sesak. 1. Intake nutrisi dengan diet sesuai instruksi menstimulasi keinginan anak untuk
adekuat d. Observasi pemberian makan lenih banyak.
2. BB dalam ambang makanan atau menyusui 4. Pemberian makan secara intensif dapat
normal sesuai usia memperbaiki status gizi anak.
3. Kebutuhan nutrisi
terpenuhi
BAB 4
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah penyakit dengan kelainan pada
struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir yang terjadi
akibat adanya gangguan atau kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase
awal perkembangan janin. Ada 2 golongan besar PJB, yaitu non sianotik
(tidak biru) dan sianotik (biru) yang masing-masing memberikan gejala dan
memerlukan penatalaksanaan yang berbeda.
Adapun jenis kelainan pada penyakit jantung bawaan sangat bervariasi,
ada yang hanya menyebabkan gangguan ringan pada fungsi jantung tetapi ada
juga kelainan yang cukup fatal hingga mengganggu fungsi kerja jantung dalam
mendistribusikan darah ke seluruh tubuh. Pada umumnya kelainan Jantung
bawaan dapat dideteksi sejak lahir, namun tak jarang gejalanya baru muncul
setelah bayi berumur beberapa minggu atau beberapa bulan.
Gejala umum dari penyakit jantung bawaan adalah sesak nafas dan bibir
terlihat kebiru-biruan. Kelainan yang termasuk dalam penyakit Jantung bawaan
banyak sekali jenis nya, mencakup gangguan pada bilik dan atau serambi jantung
serta gangguan pada pembuluh darah jantung. Apapun jenis kelainan pada
penyakit jantung bawaan, semuanya mengakibatkan ketidaklancaran sirkulasi
darah, karena Jantung sebagai salah satu organ vital dalam tubuh memiliki tugas
memompa dan mengalirkan darah keseluruh bagian tubuh.
4.2. Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
tentang PJB, sehingga dapat lebih mengenali dengan gejala-gejala yang ditimbulkan,
baik gejala yang dapat dirasakan maupun tidak, serta dapat memberikan asuhan
keperawatan dengan sebaik-baiknya.
DAFTAR PUSTAKA
A.H Markum. (1991. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak jilid 1. Jakarta : Fakultas
kedokteran UI
Anderson RH, Macartney FJ, Shinebourne EA, Tynan M. (1987). Fetal circulation
and circulatory changes at birth. In : Anderson RH, Macartney FJ,
Shinebourne EA and Tynan M, eds. Paediatric Cardiology. Vol.2 Churchill
Livingstone, 1987: 109.
Artman M, Mahony L, Teitel DF. (2002). Neonatal Cardiology. The McGraw-Hill
Companies Medical Publishing Division.
Carpenito J.Lynda. (2001). Diagnosa Keperawatan edisi 8. Jakarta : EGC
Doengoes, Marylin E. (2000). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan.
Edisi 3 EGC. Jakarta.
Madiyono B. (1997). Kardiologi anak masa lampau, kini, dan masa mendatang :
Perannya dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit kardiovaskuler.
Jakarta : Pidato pada upacara pengukuhan sebagai guru besar tetap dalam
ilmu kardiologi anak pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Ontoseno T. (1996). Kelainan Jantung Bawaan Dan Etiologinya Masa Kini. Buletin
Toraks Kardiovaskuler Indonesia.
Saenz RB, Diane KB, Laramie C. Triplett, M.D. (2003). Caring for Infants with
Congenital Heart Disease and Their Families. University of Mississippi
Medical Center Jackson, Mississippi American academy of Family Physician.
Wilkinson JL. (2002). Initial management and referral for surgical intervention of
neonates with critical congenital heartd disease. Indones J Pediatr Cardiol
Anonim. (2010). Penyakit Jantung Bawaan. [Internet]. Bersumber dari :
http://www.totalkesehatananda.com/congenital1.html. (Diakses pada tanggal
14 Desember 2012, pukul 08.47 WIB)
Anonim. (2011). Jenis dan Gejala Penyakit Jantung Bawaan (PJB) Biru. [Internet].
Bersumber dari :
http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/gizi+dan+kesehatan/Bayi/jenis.dan.gejal
a.penyakit.jantung.bawaan.pjb.biru/001/001/1637/63/3. (Diakses pada tanggal
14 Desember 2012, pukul 08.47 WIB)
Anonim. (2012). Askep Kelainan Jantung Bawaan. [Internet]. Bersumber dari :
http://junitri.wordpress.com/2012/04/24/askep-kelainan-jantung-bawaan/.
(Diakses pada tanggal 14 Desember 2012, pukul 08.47 WIB)
Anonim.(2012). Penyebab Kerusakan Jantung Bawaan. [Internet]. Bersumber dari :
http://www.anakku.net/penyakit-jantung-bawaan-pada-bayi-baru-lahir.html.
(Diakses pada tanggal 14 Desember 2012, pukul 08.47 WIB)
Febrina, D, Rizkia. (2011). Penyakit jantung bawaan. [Internet]. Bersumber dari :
http://id.scribd.com/doc/55410647/penyakit-jantung-bawaan. (Diakses pada
tanggal 14 Desember 2012, pukul 08.47 WIB)
Hanifah, Rizka. (2010). Deteksi Dini dan Tata Laksana Penyakit Jantung Bawaan.
[Internet]. Bersumber dari :
http://www.berbagimanfaat.com/2010/05/deteksi-dini-dan-tata-laksana-
pjb.html. (Diakses pada tanggal 14 Desember 2012, pukul 08.47 WIB)