Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

1.Konsep Cemas
1.1. Definisi Cemas
Keamanan adalah kondisi bebas dari cidera fisik dan psikologis atau
bisa juga keadaan aman dan tenteram yang merupakan salah satu
kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Lingkungan
pelayanan kesehatan dan komunitas yang aman merupakan hal yang
penting untuk kelangsungan hidup klien (Potter & Perry edisi 4 volume
2, 2006).

Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang


terhindar dari ancaman bahaya/kecelakaan. Pemenuhan kebutuhan
rasa aman dan keselamatan dilakukan untuk menjaga tubuh bebas
dari kecelakaan baik pada pasien, perawat atau petugas lainnya yang
bekerja untuk pemenuhan kebutuhan tersebut (Potter & Perry, 2006).

Ansietas adalah keadaan individu/kelompok mengalami perasaan


gelisah (penilaian atau opini) dan ativasi sistem saraf otonom dalam
merespon terhadap ancaman yang tidak jelas non spesifik (Linda Juall
Carpenito, Edisi 8).

Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas menyebar di alam dan


terakit dengan perasaan ketidakpastian dan ketidakberdayaan
perasaan isolasi, keterasingan dan ketidak nyamanan juga hadir
(Stuart dan Laraia, 2005).

1.2. Etiologi
Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh orang yang
mengalami ansietas (Hawari, 2008), sebagai berikut:
1.2.1. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya
sendiri, mudah tersinggung.
1.2.2. Merasa tegang, tidak senang, gelisah, mudah terkejut
1.2.3. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang
1.2.4. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan
1.2.5. Gangguan konsentrasi dan daya ingat
1.2.6. Keluhan-keluhan somatic

1.3. Tingkatan kecemasan:


1.3.1. Ansietas ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa
kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi
waspada dan lahan persepsinya meningkat. Kecemasan dapat
memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan
kreatifitas.
1.3.2. Ansietas sedang
Ansietas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan
pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain.
Sehingga seseorang mengalami tidak perhatian yang selektif
namun dapat melakukan sesuatu yang lebih banyak jika diberi
arahan.
1.1.1. Ansietas berat
Pada ansietas berat lapangan persepsi menjadi sangat menurun.
Individu cenderung memikirkan hal yang sangat kecil saja dan
mengabaikan hal yang lain. Individu tidak mampu berfikir
realistis dan membutuhkan banyak pengarahn, untuk dapat
memusatkan pada daerah lain.

1.2. Tingkat Panik


Tingkat panic dari ansietas berhubungan dengan terpengarah,
ketakutan dan terror. Karena mengalami kehilangan kendali, individu
yang mengalami panic tidak mampu melakukan sesuatu walaupun
dengan pengarahan. Terjadi peningkatan aktivitas motorik,
menurunnya kemampuan berhubungan dengan orang lain. Persepsi
yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat
ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan, jika berlangsung terus
dalam waktu yang lama dapat terjadi kelelahan bahkan kematian.

1.3. Pengukuran kecemasan:


Mengetahui derajat kecemasan ringan, sedang, berat dan panic
dikenal dengan Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRSA). Terdiri dari
10 kelompok gejala yang masing-masing kelompok gejala diberi
penilaian angka, yaitu:

Nilai 0 (tidak ada gejala yang muncul) = tidak ada gejala


Nilai 1 (hanya 1 gejala yang muncul) = gejala ringan
Nilai 2 (sebagian gejala yang muncul = gejala sedang
Nilai 3 (lebih dari sebagian gejala yang muncul)= gejala berat
Nilai 4 (seluruh gejala yang muncul) = gejala berat sekali/panic

1.4. Faktor Ansietas


Menurut (Stuart dan Laraia 1998) terdapat beberapa teori yang dapat
menjelaskan ansietas, diantaranya:
1.4.1. Factor biologis
Otak mengandung reseptor untuk benzodiazepine, membantu
mengatur ansietas. Penghambat GABA berperan utama dalam
mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas sebagaimana
halnya endorphin.
1.4.2. Factor Psikologis
1.4.2.1.Pandangan Psikoanalitik,
konflik emosional antara 2 elemen yaitu: id (dorongan
insting atau impuls primitive) dan superego (hati nurani).
Ego berfungsi menengahi tuntutan dari 2 elemen yang
bertentangan dan fungsi ansietas mengingatkan ego
bahwa ada bahaya.
1.4.2.2. Pandangan interpersonal
Perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan
penolakan interpersonal.
1.4.2.3. Pandangan perilaku
Merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.
I.5 Sosial budaya
Merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga. Factor ekonomi,
latar belakang pendidikan berpengaruh terhadap terjadinya ansietas.
1.5.1. Factor presipitasi
Factor presipitasi dibedakan menjadi:
1.5.1.1. Ancaman terhadap integritas
seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan
datang dan menurunnya kapasitas untuk melakukan
aktifitas hidup sehari-hari.
1.5.1.2. Ancaman terhadap sistem diri
seseorang dapat membahayakan identitas, harga diri,
dan fungsi social.

1.6. Mekanisme koping


Mekanisme koping adalah distorsi kognitif yang digunakan oleh
seseorang untuk mempertahankan rasa kendali terhadap situasi,
mengurangi rasa tidak nyaman dan menghadapi situasi yang
menimbulkan stress (Videbeck, 2008).
Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2
(Stuart dan Sundeen, 2002), yaitu:
1.6.1. Mekanisme koping adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi,
pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan.
1.6.2. Mekanisme koping maladaptive
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah
pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai
lingkungan.

1.7. Tanda dan Gejala


Gejala utamanya adalah kecemasan, ketegangan motoric,
hiperaktivitas otonom, dan kewaspadaan kognitif.
1.7.1. Ketegangan motoric sering dimanifestasikan dengan
gemetar, gelisah, dan nyeri kepala.
1.7.2. Hiperaktivitas dimanifestasikan oleh sesak napas, keringat
berlebihan, palpitasi dan gejala gastrointestinal. Gejala lain
adalah mudah tersinggung.
1.7.3. Kewaspadaan pasien sering datang ke dokter umum atau
penyakit dalam dengan keluhan somatic yang spesifik.

1.8. Patofisiologi
1.8.1. Faktor predisposisi (pendukung). Ketenangan dalam
kehidupan dapat berupa hal-hal sebagai berikut:
1.8.1.1. Peristiwa traumatic
1.8.1.2. Konflik emosional
1.8.1.3. Gangguan konsep diri
1.8.1.4. Frustasi
1.8.1.5. Gangguan fisik
1.8.1.6. Pola mekanisme koping keluarga
1.8.1.7. Riwayat gangguan kecemasan
1.8.1.8. Medikasi

1.8.2. Faktor Presipitasi


1.8.2.1. Ancaman terhadap integritas fisik
1.8.2.1.1. Sumber internal
Meliputi kegagalan mekanisme fisiologis
sistem imun, regulasi suhu tubuh,
perubahan biologis normal (misalnya: hamil)
1.8.2.1.2. Sumber eksternal
Meliputi paparan terhadap infeksi virus dan
bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan,
kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya
tempat tinggal.
1.8.2.2. Ancaman terhadap harga diri
1.8.2.2.1. Sumber internal
Kesulitan dalam berhubungan interpersonal
di rumah dan tempat kerja, penyesuaian
terhadap peran baru. Berbagai ancaman
terhadap integritas fisik juga dapat
mengancam harga diri.
1.8.2.2.2. Sumber eksternal
Kehilangan orang yang dicintai, perceraian,
perubahan status pekerjaan, tekanan
kelompok dan social budaya.

1.9. Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan tanda-tanda vital dan keluhan fisik seperti: reflex,
terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, kaku, gelisah,
wajah tegang, kelemahan umum, gerakan lambat, kakik goyah.

1.10. Pemeriksaan Penunjang


1.10.1. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan
fungsi adrenal, peningkatan glukosa dan menurunnya fungsi
paratiroid, tingkat oksigen dan kalsium.
1.10.2. Uji Psikologis

1.11. Penatalaksanaan
Menurut Hawari, (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap
pencegahan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan
yang bersifat holistic, yaitu mencangkup fisik (somatic), psikologik
atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Upaya meningkatkan
kekebalan terhadap stress, dengan cara:
1.11.1. Makan makanan yang bergizi dan seimbang
1.11.2. Tidur yang cukup
1.11.3. Cukup olahraga
1.11.4. Tidak merokok
1.11.5. Tidak meminum minuman keras
1.11.6. Terapi psikofarmaka (merupakan pengobatan untuk cemas
dengan memakai obat-obatan yang berkhasiat memulihkan
fungsi gangguan neuron transmitter (sinyal penghantar
saraf) di susunan saraf pusat otak (limbik sistem).

2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


2.1. Pengkajian
2.1.1. Riwayat Keperawatan
Pengkajian Keperawatan pada pasien dengan ansietas menurut (Stuart, 2007)
yaitu:
2.1.1.1. Identitas Klien
2.1.1.1.1. Initial :Ansietas lebih rentan terjadi pada wanita daripada
laki-laki, karena wanita lebih mudah stress dibanding
pria.
2.1.1.1.2. Umur : Toddler-lansia
2.1.1.1.3. Pekerjaan : Pekerajaan yang mempunyai tingkat stressor yang
besar.
2.1.1.1.4. Pendidikan : Orang yang mempunyai tingkat pendidikan yang
rendah lebih rentan mengalami ansietas
2.2. Pemeriksaan Fisik dan data focus
2.2.1. Pemeriksaan Fisik
2.2.1.1 Tanda Vital:
TD : Meningkat, palpitasi, berdebar-debar bahkan sampai pingsan.
N : Menurun
S : Normal (36˚C - 37,5˚C ), ada juga yang mengalami hipotermi
tergantung respon individu dalam menangania ansietasnya
P : Pernafasan , nafas pendek, dada sesak, nafas dangkal, rasa tercekik
terengah- engah
2.2.1.2 Ukur : TB dan BB: normal (tergantung pada klien)
2.2.1.3 Keluhan Fisik : refleks, terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor,
kaku, gelisah, wajah tegang, kelemahan umum, gerakan lambat, kaki
goyah.
Selain itu juga dapat dikaji tentang repon fisiologis terhadap ansietas
(Stuart, 2007):
2.2.1.4 B1 : Nafas cepat, sesak nafas, tekanan pada dada, nafas dangkal
pembengkakan pada tenggorokan, terengah-engah.
2.2.1.5 B2 : Palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah meningkat, rasa ingin
pingsan, pingsan, TD ↓, denyut nadi ↓.
2.2.1.6 B3 : Refleks ↑, reaksi terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia,
tremor, rigiditas, gelisah, wajah tegang.
2.2.1.7 B4 : Tidak dapat menahan kencing, sering berkemih.
2.2.1.8 B5 : Kehilangan nafsu makan, menolak makan, rasa tidak nyaman pada
abdomen, nyeri abdomen, mual, nyeri ulu hati.
2.2.1.9 B6 : Lemah.

2.2.2. Data Fokus


2.2.2.1. Data subyektif

2.2.2.1.1 Klien menyatakan merasa cemas dengan

keadaannya sekarang

2.2.2.1.2 Klien menyatakan bingung

2.2.2.1.3 Klien menyatakan mengalami penurunan

nafsu makan

2.2.2.1.4 Klien mengatakan tidak mengerti tentang

penyakitnya

2.2.2.1.5 Klien menyatakan kelelahan akan penyakitnya

2.2.2.2. Data Obyektif

2.2.2.2.1. Wajah klien pucat

2.2.2.2.2. Klien menolak makan

2.2.2.2.3. Klien tampak bingung

2.2.2.2.4. Klien tampak kelelahan dan lesu

2.2.3. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan darah lengkap, Berat jenis urine, dan analisis gas

darah.
2.3. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul

Diagnose 1: Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar

informasi

2.3.1. Definisi Ansietas

Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai

respons autonom (sumber seringkali tidak spesifik atau tidak

diketahui oleh individu): perasaan takut yang disebabkan oleh

antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat

kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya

bahaya dan memampukana individu untuk bertindak

menghadapi anacaman.

2.3.2. Batasan Karakteristik

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif:

2.3.2.1. Merasa bingung

2.3.2.2. Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang

dihadapi

2.3.2.3. Sulit berkonsentrasi

Objektif:

2.3.2.4. Tampak gelisah


2.3.2.5. Tampak tegang

2.3.2.6. Sulit tidur

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif:

2.3.2.7. Mengeluh pusing

2.3.2.8. Anoreksia

2.3.2.9. Palpitasi

2.3.2.10. Merasa tidak berdaya

Objektif:

2.3.2.11. Frekuensi napas meningkat

2.3.2.12. Frekuensi nadi meningkat

2.3.2.13. Tekanan darah meningkat

2.3.2.14. Tremor

2.3.2.15. Muka tampak pucat

2.3.3. Faktor yang berhubungan dengan kurang terpapar informasi

Diagnosa 2: Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan Hambatan

Lingkungan

2.3.4. Definisi Gangguan Pola Tidur

Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat factor

eksternal.

2.3.5. Batasan karakterisitk

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif:

2.3.5.1. Mengeluh sulit tidur

2.3.5.2. Mengeluh sering terjaga

2.3.5.3. Mengeluh tidak puas tidur

Objektif: -

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif:

2.3.5.4. Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun

Objektif: -

2.3.6. Faktor yang berhubungan dengan kurang privasi

2.4. Perencanaan

Diagnosa 1: Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi

2.4.1. Tujuan dan criteria Hasil

2.4.1.1. Tujuan

Berkurangnya ansietas.

2.4.1.2. Kriteria Hasil

2.4.1.2.1. Tidak dapat beristirahat

2.4.1.2.2. Perasaan gelisah

2.4.1.2.3. Wajah tegang

2.4.1.2.4. Rasa takut yang disampaikan secara lisan

2.4.1.2.5. Peningkatan tekanan darah


2.4.2. Intervensi keperawatan dan Rasional

2.4.2.1. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan

Rasional: Mempermudah Asuhan Keperawatan untuk

pasien

2.4.2.2. Berikan informasi factual terkait diagnosis,

perawatan dan prognosis

Rasional: Agar pasien mengetahui tentang

penyakitnya dengan informasi yang tepat

2.4.2.3. Dorong keluarga untuk mendampingi klien dengan

cara yang tepat

Rasional: agar pasien mendapatkan dukungan emosi

dari keluarga untuk menenangkan pasien dan

menciptakan penerimaan serta bantuan dari keluarga.

2.4.2.4. Instruksikan klien untuk menggunakan teknik

relaksasi

Rasional: untuk meredakan kecemasan pada klien

Diagnosa 2: Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan Hambatan

Lingkungan

2.4.3. Tujuan dan Kriteria Hasl

2.4.3.1. Tujuan

Gangguan pola tidur dapat teratasi


2.4.3.2. Kriteria Hasil

2.4.3.2.1. Pola tidur

2.4.3.2.2. Kualitas tidur

2.4.3.2.3. perasaan segar setelah tidur

2.4.3.2.4. suhu ruangan yang nyaman

2.4.3.2.5. Mudah bangun pada saat yang tepat

2.4.4. Intervensi dan Rasional

2.4.4.1. Tentukan pola tidur

Rasional: dengan mengetahui pola tidur pasien, akan

memudahkan dalam menentukan intervensi selanjutnya.

2.4.4.2. Jelaskan pentingnya tidur yang cukup selama klien sakit

Rasional:  Pemberian informasi yang tepat dapat memotivasi klien agar

berusaha memperbaiki kualitas tidurnya.

2.4.4.3. Monitor/catat waktu dan pola tidur klien

Rasional: Memonitor waktu dan pola tidur klien dapat membantu perawat

mengetahui apakah klien mengalami gangguan tidur atau tidak.

2.4.4.4. Atur lingkungan (misalnya pencahayaan, suara berisik, suhu, kasur, dan

tempat tidur) untuk mempermudahkan klien tidur.

Rasional: Lingkungan yang nyaman membantu tubuh menjadi lebih relaks

sehingga dapat mempermudah tidur.

2.4.4.5. Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi pasien

Rasional: Obat merupakan salah satu alat bantu yang efektif untuk

membantu mempermudah tidur.


DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. ( 2008 ), Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta : EGC


Bulechek M. Gloria,dkk. (2013). Nursing Interventions Classification
(NIC).Indonesia.ISBN
Carpenito-Moyet, L. J. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 10. Jakarta:
EGC
Direja Surya, Herman Ade. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika
Hawari, Dadang.(2008). Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta : FK Universitas
Indonesia
Moorhead Sue.(2013).Nursing Outcome Classification (NOC).Indonesia.ISBN
Nuriinaya Muhammad Toha. (2012). Laporan Pendahuluan Ansietas Jiwa.
(Online.available). From: https://www.scribd.com/doc/148768349/Lp-Ansietas-Jiwa,
Diakses pada Senin, 06 April 2020 pukul 16.00
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai