Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

POST SECTIO CAESARIA PADA NY. N BANGSAL FLAMBOYAN DI


RUMAH SAKIT HARAPAN KOTA MAGELANG

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Profesi Ners

Disusun oleh:
Fauzi Aldiansyah
Desiana Dwi Utami
Tenia Viviani Budiono
Desan Inti Inka Sevira
Rahma Fanisa
Fauziyyah Anis E

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2022
A. SECTIO CESARIA
1. Pengertian SC
Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan
pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina atau suatu
histerektomia untuk janin dari dalam rahim. Sectio caesaria adalah suatu cara
melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui
dinding depan perut atau vagina atau suatu histerektomia untuk janin dari
dalam rahim (Mitayani, 2019).
Sectio caesarea adalah persalinan melalui sayatan pada dinding abdomen dan
uterus yang masih utuh dengan berat janin lebih dari 1000 gr atau umur
kehamilan > 28 minggu (Manuaba, 2012).

2. Jenis-jenis SC
a. Sectio cesaria transperitonealis profunda
Sectio cesaria transperitonealis propunda dengan insisi di segmen bawah
uterus. insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang atau
memanjang. Keunggulan pembedahan ini adalah:
1) Pendarahan luka insisi tidak seberapa banyak.
2) Bahaya peritonitis tidak besar.
3) Perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri dikemudian
hari tidak besar karena pada nifas segmen bawah uterus tidak seberapa
banyak mengalami kontraksi seperti korpus uteri sehingga luka dapat
sembuh lebih sempurna.
b. Sectio cacaria klasik atau section cecaria corporal
Pada cectio cacaria klasik ini di buat kepada korpus uteri, pembedahan ini
yang agak mudah dilakukan, hanya di selenggarakan apabila ada halangan
untuk melakukan section cacaria transperitonealis profunda. Insisi
memanjang pada segmen atas uterus.
c. Sectio cacaria ekstra peritoneal
Section cacaria eksrta peritoneal dahulu di lakukan untuk mengurangi
bahaya injeksi perporal akan tetapi dengan kemajuan pengobatan terhadap
injeksi pembedahan ini sekarang tidak banyak lagi di lakukan. Rongga
peritoneum tak dibuka, dilakukan pada pasien infeksi uterin berat.
d. Section cesaria Hysteroctomi
Setelah sectio cesaria, dilakukan hysteroktomy dengan indikasi:
1) Atonia uteri
2) Plasenta accrete
3) Myoma uteri
4) Infeksi intra uteri berat

3. Indikasi SC (Ibu, Janin/anak)


Manuaba (2012) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur uteri
iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari
janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa
faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio caesarea
sebagai berikut:
a. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu
tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan
ibu tidak dapat melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul
merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk rongga panggul
yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin ketika akan lahir
secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul
patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami
sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut
menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran-
ukuran bidang panggul menjadi abnormal.
b. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung
disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah
perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab
kematian maternal dan perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan.
Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan
mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.
c. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar
ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di
bawah 36 minggu.
d. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena
kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi
daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami
sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara
normal.
e. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan
pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.

f. Kelainan Letak Janin


1) Kelainan pada letak kepala
a) Letak kepala tengadah
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam
teraba UUB yang paling rendah. Etiologinya kelainan panggul,
kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar
panggul.
b) Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang
terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira
0,27-0,5 %.
c) Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi
terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya
dengan sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau letak
belakang kepala.
2) Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang
dengan kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah
kavum uteri. Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi
bokong, presentasi bokong kaki, sempurna, presentasi bokong kaki
tidak sempurna dan presentasi kaki (Saifuddin, 2012).

4. Penatalaksanaan Post SC
a. Bedah Caesar Klasik/ Corporal
1) Buatlah insisi  membujur secara tajam dengan pisau pada garis tengah
korpus uteri diatas  segmen bawah rahim. Perlebar insisi dengan
gunting sampai sepanjang kurang lebih 12 cm saat menggunting
lindungi janin dengan dua jari operator.
2) Setelah cavum uteri terbuka kulit ketuban dipecah. Janin dilahirkan
dengan meluncurkan kepala janin keluar melalui irisan tersebut.
3) Setelah janin lahir sepenuhnya tali pusat diklem (dua tempat) dan
dipotong diantara kedua klem tersebut.
4) Plasenta dilahirkan secara manual kemudian segera disuntikkan
uterotonika kedalam miometrium dan intravena.
5) Luka insisi dinding uterus dijahit kembali
6) Eksplorasi kedua adneksa dan bersihkan rongga perut dari sisa-sisa
darah dan air ketuban
7) Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis
b. Bedah Caesar Transperitoneal Profunda
1) Plika vesikouterina diatas segmen bawah rahim dilepaskan secara
melintang, kemudian secar tumpul disisihkan kearah bawah dan
samping.
2) Buat insisi secara tajam dengan pisau pada segmen bawah rahim
kurang lebih 1 cm dibawah irisan plika vesikouterina. Irisan kemudian
diperlebar dengan gunting sampai kurang lebih sepanjang 12 cm saat
menggunting lindungi janin dengan dua jari operator.
3) Setelah cavum uteri terbuka kulit ketuban dipecah dan janin dilahirkan
dengan cara meluncurkan kepala janin melalui irisan tersebut.
4) Badan janin dilahirkan dengan mengaitkan kedua ketiaknya.
5) Setelah janin dilahirkan seluruhnya tali pusat diklem ( dua tempat) dan
dipotong diantara kedua klem tersebut.
6) Plasenta dilahirkan secara manual kemudian segera disuntikkan
uterotonika kedalam miometrium dan intravena.
7) Luka insisi dinding uterus dijahit kembali
8) Eksplorasi kedua adneksa dan bersihkan rongga perut dari sisa-sisa
darah dan air ketuban
9) Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis.
c. Bedah Caesar Ekstraperitoneal
1) Dinding perut diiris hanya sampai pada peritoneum. Peritoneum
kemudia digeser kekranial agar terbebas dari dinding cranial vesika
urinaria.
2) Segmen bawah rahim diris melintang seperti pada bedah Caesar
transperitoneal profunda demikian juga cara menutupnya.
d. Histerektomi Caersarian ( Caesarian Hysterectomy)
1) Irisan uterus dilakukan seperti pada bedah Caesar klasik/corporal
demikian juga cara melahirkan janinnya.
2) Perdarahan yang terdapat pada irisan uterus dihentikan dengan
menggunakan klem secukupnya.
3) Kedua adneksa dan ligamentum rotunda dilepaskan dari uterus.
4) Kedua cabang arteria uterina yang menuju ke korpus uteri di klem (2)
pada tepi segmen bawah rahim. Satu klem juga ditempatkan diatas
kedua klem tersebut.
5) Uterus  kemudian diangkat diatas kedua klem yang pertama.
Perdarahan pada tunggul serviks uteri diatasi.
6) Jahit cabang arteria uterine yang diklem dengan menggunakan benang
sutera no. 2.
7) Tunggul serviks uteri ditutup dengan jahitan ( menggunakan chromic
catgut ( no.1 atau 2 ) dengan sebelumnya diberi cairan antiseptic.
8) Kedua adneksa dan ligamentum rotundum dijahitkan pada tunggul
serviks uteri.
9) Dilakukan reperitonealisasi sertya eksplorasi daerah panggul dan visera
abdominis.
10)Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis

5. Ketuban Pecah Dini


a. Definisi
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai kebocoran spontan cairan
dari kantung amnion sebelum adanya tanda-tanda inpartu. Kejadian KPD
dapat terjadi sebelum atau sesudah masa kehamilan 40 minggu.
Berdasarkan waktunya, KPD dapat terjadi pada kehamilan preterm atau
kehamilan kurang bulan terjadi sebelum minggu ke-37 usia kehamilan,
sedangkan pada kehamilan aterm atau kehamilan cukup bulan terjadi
setelah minggu ke-37 dari usia kehamilan. Pada KPD kehamilan preterm
dan KPD kehamilan aterm kemudian dibagi menjadi KPD awal yaitu
kurang dari dua belas jam setelah pecah ketuban dan KPD berkepanjangan
yang terjadi dua belas jam atau lebih setelah pecah ketuban.
b. Etiologi
Ketuban pecah dini biasanya menyebabkan persalinan premature alias bayi
terpaksa dilahirkan sebelum waktunya. Air ketuban pecah lebih awal bisa
disebabkan oleh beberapa hal, seperti yang disampaikan oleh Geri Morgan
(2019) yaitu:
1) Infeksi rahim, leher rahim, atau vagina,
2) Pemicu umum ketuban pecah dini adalah:
a) Persalinan premature 
b) Korioamnionitis terjadi dua kali sebanyak KPD
c) Malposisi atau malpresentasi janin
3) Faktor yang mengakibatkan kerusakan serviks
a) Pemakaian alat-alat pada serviks sebelumnya (misalnya
aborsiterapeutik, LEEP, dan sebagainya) 
b) Peningkatan paritas yang memungkinkan kerusakan serviks
selama pelahiran sebelumnya
c) Inkompeteni serviks
4) Riwayat KPD sebelumnya sebanyak dua kali atau lebih
5) Faktor-faktor yang berhubungan dengan berat badan ibu:
a) Kelebihan berat badan sebelum kehamilan 
b) Penambahan berat badan sebelum kehamilan
6) Merokok selama kehamilan
7) Usia ibu yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang kuat
daripada ibu muda
8) Riwayat hubungan seksual baru-baru ini.
c. Tanda dan gejala
1) Keluarnya air ketuban warna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau
kecoklatan sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.
2) Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi
3) Janin mudah diraba
4) Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah
kering
5) Inspeksi : Tampak air ketuban mengalir, atau selaput ketuban tidak
ada air dan ketuban sudah kering.
6) Bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin
bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.
d. Patofisiologi ketuban pecah dini
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini menurut Manuaba (2011) :
1) Terjadinya pembukaan premature serviks
2) Membran terkait dengan pembukaan terjadi devaskularisasi serta 
nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan
3) Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban makin berkurang
4) Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat dengan infeksi yang
mengeluarkan enzim proteolotik dan enzim kolagenase.
e. Komplikasi ketuban pecah dini
Komplikasi yang terjadi pada KPD meliputi mudah terjadinya infeksi intra
uterin, partus prematur, dan prolaps bagian janin terutama tali pusat
(Manuaba, 2019). Terdapat tiga komplikasi utama yang terjadi pada KPD
yaitu peningkatan morbiditas neonatal oleh karena prematuritas,
komplikasi selama persalinan dan kelahiran, dan resiko infeksi baik pada
ibu maupun janin. Risiko infeksi karena ketuban yang utuh merupakan
penghalang penyebab infeksi (Prawirohardjo, 2011).
Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan
janin terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan
janin, serta hipoplasi pulmonal. Komplikasi akibat KPD kepada bayi
diantaranya adalah IUFD, asfiksia dan prematuritas. Sedangkan pada ibu
diantaranya adalah partus lama, infeksi intrauterin, atonia uteri, infeksi
nifas, dan perdarahan post partum
f. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
2) Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna. Konsentrasi,
baud an pHnya.
3) Cairan yang keluar dari vagina ini ada kemungkinan air ketuban,
urine, atau secret vagina.
4) Secret ibu hamil pH: 4-5, dengan kertas nitrazin tidak berubah warna
tetap kuning.
5) Tes lakmus (nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru
menunjukan adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7-7,5, darah
dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes yang positif palsu.
6) Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas
objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukan
daun pakis.
7) Pemeriksaan Ultrasonogafi (USG)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban
dalam kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban
yang sedikit. Namun sering terjadi kesalahan pada penderita
oligohidramnion. (Varney, 2017)
g. Penatalaksanaan ketuban pecah dini
Sebagai gambabaran umum untuk tatalaksana ketuban pecah dini dapat
dijabarkan sebagai berikut: (Manuaba, 2011)
1) Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur khususnya maturitas
paru sehingga mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru
yang sehat.
2) Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi peicu
sepsis, meningitis janin, dan persalinan prematuritas.
3) Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan
berlangsung dalam waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid,
sehingga kematangan paru janin dapat terjamin.
Kehamilan ≥47 minggu, induksi dengan oksitosin. Bila gagal seksio
sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 25µg – 50µg intravaginal tiap 6
jam maksimal 4 kali. Bila skor pelvic < 5, lakukan pematangan serviks,
kemudian induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio
sesarea. Bila skor pelvic > 5, induksi persalinan (Prawirohardjo, 2010).

B. MASA NIFAS
1. Definisi Masa Nifas
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6
minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke
keadaan normal sebelum hamil (Bobak, 2011).
Masa ini merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga kesehatan untuk
selalu melakukan pemantauan karena pelaksanaan yang kurang maksimal
dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah, bahkan dapat berlanjut
pada komplikasi masa nifas, seperti sepsis puerperalis. Jika ditinjau dari
penyabab kematian para ibu, infeksi merupakan penyebab kematian terbanyak
nomor dua setelah perdarahan sehingga sangat tepat jika para tenaga
kesehatan memberikan perhatian yang tinggi pada masa ini.

2. Periode Masa Nifas


Periode yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut :
a. Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini
sering terdapat banyak masalah, misalnya pendarahan karena atonia uteri,
oleh karena itu, bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan
kontraksi uterus, pengeluaran lokhea, tekanan darah, dan suhu.
b. Periode early postpartum (24 jam-1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak
ada perdarahan, lokhea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup
mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
Selain itu, pada fase ini ibu sudah memiliki keinginan untuk merawat
dirinya dan diperbolehkan berdiri dan berjalan untuk melakukan
perawatan diri karena hal tersebut akan bermanfaat pada semua sistem
tubuh.
c. Periode late postpartum (1 minggu- 5 minggu)
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan
sehari-hari serta konseling KB. Periode immediate postpartum dan early
postpartum merupakan periode yang sering terjadi komplikasi pada ibu.
Periode masa nifas yang beresiko terhadap kematian ibu terutama terjadi
pada periode immediate postpartum (50%), pada masa early postpartum
(20%) dan masa late postpartum (5%). Resiko sering terjadi ketika satu
minggu pertama post partum (Early postpartum) karena hampir seluruh
sitem tubuh mengalami perubahan secara drastis.
3. Adaptasi Fisiologis Post Partum
Sistem tubuh ibu akan kembali beradaptasi untuk menyesuaikan dengan
kondisi postpartum. Organ-organ tubuh ibu yang mengalami perubahan
setelah melahirkan antara lain:
a. Perubahan sistem reproduksi
1) Uterus
Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi
sebelum hamil. Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan
pemeriksaan palpasi untuk meraba dimana TFU-nya (Tinggi Fundus
Uteri).
Tabel.1 Tinggi Fundus Uterus Dan Berat Uterus
Menurut Hari
Kondisi Tinggi Fundus Uterus Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gr
Uri lahir Dua jari dibawah pusat 750 gr
1 minggu Pertengahan pusat-symphisis 500 gr
2 minggu Tak teraba di atas symphisis 350 gr
6 minggu Bertambah kecil 50 gr
8 minggu Sebesar normal 30 gr
*Sumber: Widyasih, Hesty,dkk.2012. Perawatan Masa Nifas,
Yogyakarta halaman: 28
2) Lokhea
Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea
berbau amis atau anyir dengan volume yang berbeda-beda pada setiap
wanita. Lokhea yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi.
Lokhea mempunyai perubahan warna dan volume karena adanya
proses involusi. Lokhea dibedakan menjadi 4 jenis berdasarkan warna
dan waktu keluarnya:
a) Lokhea rubra
Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa
postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi
darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak
bayi, lanugo (rambut bayi), dan mekonium.
b) Lokhea sanguinolenta
Lokhea ini berwarna merah kecokelatan dan berlendir, serta
berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post partum.
c) Lokhea serosa
Lokhea ini berwarna kuning kecokelatan karena mengandung
serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada
hari ke-7 sampai hari ke-14.

d) Lokhea alba
Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput
lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lokhea alba ini
dapat berlangsung selama 2-6 minggu post partum. Lokhea yang
menetap pada awal periode post partum menunjukkan adanya
tanda-tanda perdarahan sekunder yang mungkin disebabkan oleh
tertinggalnya sisa atau selaput plasenta. Lokhea alba atau serosa
yang berlanjut dapat menandakan adanya endometritis, terutama
bila disertai dengan nyeri pada abdomen dan demam. Bila terjadi
infeksi, akan keluar cairan nanah berbau busuk yang disebut
dengan “lokhea purulenta”. Pengeluaran lokhea yang tidak lancar
disebut “lokhea statis”.
3) Perubahan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang sangat
besar selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari pertama
sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur.
Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak
hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul
kembali, sementara labia menjadi lebih menonjol.
4) Perubahan Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena
sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada post
natal hari ke-5, perinium sudah mendapatkan kembali sebagian
tonusnya, sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum
hamil.
5) Perubahan Sistem Pencernaan
Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini
disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat
tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan
yang berlebihan pada waktu persalinan, kurangnya asupan makan,
hemoroid dan kurangnya aktivitas tubuh.

6) Perubahan Sistem Perkemihan


Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk
buang air kecil dalam 24 jam pertama. Penyebab dari keadaan ini
adalah terdapat spasme sfinkter dan edema leher kandung kemih
setelah mengalami kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang
pubis selama persalinan berlangsung. Kadar hormon estrogen yang
besifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok.
Keadaan tersebut disebut “diuresis”.
7) Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus, pembuluh darah
yang berada di antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit, sehingga
akan menghentikan perdarahan. Ligamen-ligamen, diafragma pelvis,
serta fasia yang meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-
angsur menjadi ciut dan pulih kembali. Stabilisasi secara sempurna
terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.
8) Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Setelah persalinan, shunt akan hilang tiba-tiba. Volume darah
bertambah, sehingga akan menimbulkan dekompensasi kordis pada
penderita vitum cordia. Hal ini dapat diatasi dengan mekanisme
kompensasi dengan timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume
darah kembali seperti sediakala. Pada umumnya, hal ini terjadi pada
hari ketiga sampai kelima postpartum.

b. Perubahan Tanda-tanda Vital


Pada masa nifas, tanda – tanda vital yang harus dikaji antara lain :
a. Suhu badan
Dalam 1 hari (24 jam) postpartum, suhu badan akan naik sedikit (37,50
– 380C) akibat dari kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan
dan kelelahan. Apabila dalam keadaan normal, suhu badan akan
menjadi biasa. Biasanya pada hari ketiga suhu badan naik lagi karena
ada pembentukan ASI. Bila suhu tidak turun, kemungkinan adanya
infeksi pada endometrium.
b. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Denyut
nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat. Denyut nadi yang
melebihi 100x/ menit, harus waspada kemungkinan dehidrasi, infeksi
atau perdarahan postpartum.
c. Tekanan darah
Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan darah
akan lebih rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan.
Tekanan darah tinggi pada saat postpartum menandakan terjadinya
preeklampsi postpartum.
d. Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan
denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan
mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran
nafas. Bila pernafasan pada masa postpartum menjadi lebih cepat,
kemungkinan ada tanda-tanda syok.

4. Adaptasi Psikologis Post Partum


Kelahiran anggota baru bagi suatu keluarga memerlukan penyesuaian bagi
ibu. Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani,
perubahan tersebut berupa perubahan emosi dan sosial. Adaptasi psikologis ini
menjadi periode kerentanan pada ibu postpartum, karena periode ini
membutuhkan peran professional kesehatan dan keluarga. Tanggung jawab
ibu postpartum bertambah dengan hadirnya bayi yang baru lahir. Proses
penyesuaian ibu atas perubahan yang dialaminya terdiri atas tiga fase yaitu:
a. Fase taking in
Fase taking in yaitu periode ketergantungan. Periode ini berlangsung dari
hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu
sedang berfokus terutama pada dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali
menceritakan proses persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir.
Ibu perlu bicara tentang dirinya sendiri. Ketidaknyamanan fisik yang
dialami ibu pada fase ini seperti rasa mules, nyeri pada jahitan, kurang
tidur dan kelelahan merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari. Hal
tersebut membuat ibu perlu cukup istirahat untuk mencegah gangguan
psikologis yang mungkin dialami, seperti mudah tersinggung, menangis.
Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif. Pada fase ini petugas
kesehatan harus menggunakan pendekatan yang empatik agar ibu dapat
melewati fase ini dengan baik.
b. Fase taking hold
Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung 3-10 hari setelah
melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa khawatir akan ketidakmampuan
dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu mempunyai
perasaan sangat sensitif sehingga mudah tersinggung dan gampang marah.
Kita perlu berhati-hati menjaga komunikasi dengan ibu. Dukungan moril
sangat diperlukan untuk menumbuhkan kepercayaan diri ibu.
c. Fase letting go
Fase letting go yaitu periode menerima tanggung jawab akan peran
barunya. Fase ini berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah
mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Ibu memahami
bahwa bayi butuh disusui sehingga siap terjaga untuk memenuhi
kebutuhan bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya sudah
meningkat pada fase ini. Ibu akan lebih percaya diri dalam menjalani
peran barunya. Pendidikan kesehatan yang kita berikan pada fase
sebelumnya akan sangat berguna bagi ibu. Ibu lebih mandiri dalam
memenuhi kebutuhan diri dan bayinya.
Dukungan suami dan keluarga masih terus diperlukan oleh ibu. Suami dan
keluarga dapat membantu merawat bayi, mengerjakan urusan rumah
tangga sehingga ibu tidak telalu terbebani. Ibu memerlukan istirahat yang
cukup, sehingga mendapatkan kondisi fisik yang bagus untuk dapat
merawat bayinya

5. Pathway

1. Placenta previa sentralis dan


lateralis
2. Panggul sempit
3. Disporsi sepalopelvik
4. Rupture uteri
5. Partus lama

SECTIO CAESARIA

Perdarahan Luka insisi

Resiko syok Nyeri akut b.d agen Resiko infksi b.d


hipovlemik pencedera fisik tindakan invasif

Ganguan pola tidur

6. Pengkajian Keperawatan Pada Ibu Post Partum


Pengkajian pada ibu post partum menurut Doenges, 2011 adalah sebagai
berikut:
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
a. Bagaimana keadaan ibu saat ini ?
b. Bagaimana perasaa ibu setelah melahirkan ?
2. Pola nutrisi dan metabolik
a. Apakah klien merasa kehausan setelah melahirkan ?
b. Apakah klien merasa lapar setelah melahirkan ?
c. Apakah klien kehilangan nafsu makan atau merasa mual ?
d. Apakah ibu mengalami penurunan BB setelah melahirkan ?
3. Pola aktivitas setelah melahirkan
a. Apakah ibu tampak kelelahan atau keletihan ?
b. Apakah ibu toleransi terhadap aktivitas sedang atau ringan ?
c. Apakah ibu tampak mengantuk ?
4. Pola eliminasi
a. Apakah ada diuresis setelah persalinan ?
b. Adakan nyeri dalam BAB pasca persalinan ?
5. Neuro sensori
a. Apakah ibu merasa tidak nyaman ?
b. Apakah ibu merasa nyeri di bagian tubuh tertentunya ?
c. Bagaimana nyeri yang ibu raskan ?
d. Kaji melalui pengkajian P, Q, R, S, T ?
e. Apakah nyerinya menggangu aktivitas dan istirahatnya ?
6. Pola persepsi dan konsep diri
a. Bagaimana pandangan ibu terhadap dirinya saat ini
b. Adakah permasalahan yang berhubungan dengan perubahan penampilan
tubuhnya saat ini ?
7. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
1) Pemeriksaan TTV
2) Pengkajian tanda-tanda anemia
3) Pengkajian tanda-tanda edema atau tromboflebitis
4) Pemeriksaan reflek
5) Kaji adanya varises
6) Kaji CVAT ( cortical vertebra area tenderness )
b. Payudara
1) Pengkajian daerah areola ( pecah, pendek, rata )
2) Kaji adanya abses
3) Kaji adanya nyeri tekan
4) Observasi adanya pembengkakanatau ASI terhenti
5) Kaji pengeluaran ASI
c. Abdomen atau uterus
1) Observasi posisi uterus atau tiggi fundus uteri
2) Kaji adnanya kontraksi uterus
3) Observasi ukuran kandung kemih
d. Vulva atau perineum
1) Observasi pengeluaran lokhea
2) Observasi penjahitan lacerasi atau luka episiotomi
3) Kaji adanya pembengkakan
4) Kaji adnya luka
5) Kaji adanya hemoroid
8. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan darah
Beberapa uji laboratorium biasa segera dilakukan pada periodepasca
partum. Nilai hemoglobin dan hematokrit seringkali dibutuhkan pada
hari pertama pada partumuntuk mengkaji kehilangan darah pada
melahirkan.
b. Pemeriksaan urin
Pegambilan sampel urin dilakukan dengan menggunakan cateter atau
dengan tehnik pengambilan bersih (clean-cath) spisimen ini dikirim ke
laboratorium untuk dilakukan urinalisis rutin atau kultur dan sensitivitas
terutama jika cateter indwelling di pakai selama pasca inpartum. Selain
itu catatan prenatal ibu harus di kaji untuk menentukan status rubelle
dan rhesus dan kebutuhan therapy yang mungkin (Bobak, 2012).

7. Diagnosa Yang Mungkin Muncul


1. Nyeri berhubungan dengan prosedur invasif
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan laserasi dan proses persalinan.
3. Resiko menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan
cara perawatan payudara bagi ibu menyusui.
4. Gangguan pola eliminasi bowel berhubungan dengan adanya konstipasi.
5. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan
dengan kehilangan darah dan intake ke oral.
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal psikologis,
proses persalinan dan proses melelahkan.

8. Intervensi dan Rasional


A. Nyeri berhubungan dengan prosedur invasif
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang
Kriteria Hasil:
a. Klien mengatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri 3-4
b. Klien terlihat rileks, ekspresi wajah tidak tegang, klien bisa tidur
nyaman
c. Tanda-tanda vital dalam batas normal : suhu 36-370 C, N 60-100
x/menit, RR 16-24 x/menit, TD 120/80 mmHg
Intervensi :
a. Kaji karakteristik nyeri klien dengan PQRST (P : faktor penambah
dan pengurang nyeri, Q : kualitas atau jenis nyeri, R : regio atau
daerah yang mengalami nyeri, S : skala nyeri, T : waktu dan
frekuensi)
Rasional : untuk menentukan jenis skala dan tempat terasa nyeri
b. Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi klien terhadap nyeri
Rasional : sebagai salah satu dasar untuk memberikan tindakan atau
asuhan keperawatan sesuai dengan respon klien
c. Berikan posisi yang nyaman, tidak bising, ruangan terang dan tenang
Rasional : membantu klien rilaks dan mengurangi nyeri
d. Biarkan klien melakukan aktivitas yang disukai dan alihkan perhatian
klien pada hal lain
Rasional : beraktivitas sesuai kesenangan dapat mengalihkan perhatian
klien dari rasa nyeri
e. Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : untuk menekan atau mengurangi nyeri

B. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan cara


perawatan Vulva
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi infeksi,
pengetahuan bertambah
Kriteria hasil :
a. Klien menyertakan perawatan bagi dirinya
b. Klien bisa membersihkan vagina dan perineumnya secara mandiri
c. Perawatan pervagina berkurang
d. Vulva bersih dan tidak inveksi
e. Tidak ada perawatan
f. Vital sign dalam batas normal
Intervensi :
a. Pantau vital sign
Rasional : peningkatan suhu dapat mengidentifikasi adnya infeksi
b. Kaji daerah perineum dan vulva
Rasioal : menentukan adakah tanda peradangan di daerah vulva dan
perineum
c. Kaji pengetahuan pasien mengenai cara perawatan ibu post partum
Rasional : pasien mengetahui cara perawatan vulva bagi dirinya
d. Ajarkan perawatan vulva bagi pasien
Rasional : pasien mengetahui cara perawatan vulva bagi dirinya
e. Anjurkan pasien mencuci tangan sebelum memegang daerah
vulvanya
Rasional : meminimalkan terjadinya infeksi
f. Lakukan perawatan vulva
Rasional : mencegah terjadinya infeksi dan memberikan rasa nyaman
bagi pasien
C. Resiko menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan
cara perawatan payudara bagi ibu menyusui
Tujuan : pasien mengetahui cara perawatan payudara bagi ibu menyusui
Kriteria hasil :
a. Klien mengetahui cara perawatan payudara bagi ibu menyusui
b. Asi keluar
c. Payudara bersih
d. Payudara tidak bengkak dan tidak nyeri
e. Bayi mau menetek
Intervensi :
a. Kaji pengetahuan paien mengenai laktasi dan perawatan payudara
Rasional : mengetahui tingkat pengetahuan pasien dan untuk menentukan
intervensi selanjutnya.
b. Ajarkan cara merawat payudara dan lakukan cara brest care
Rasional : meningkatkan pengetahuan pasien dan mencegah terjadinya
bengkak pada payudara
c. Jelaskan mengenai manfaat menyusui dan mengenai gizi waktu
menyusui
Rasional : memberikan pengetahuan bagi ibu mengenai manfaat ASI bagi
bayi
d. Jelaskan cara menyusui yang benar
Rasional : mencegah terjadinya aspirasi pada bayi
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Irene. M., Lowdermilk., And Jensen. (2014). Buku Ajar Keperawatan Maternitas.
Edisi 4. Jakarta : EGC.

Bobak, Lowdermilk, Jense. (2012). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.

Doengoes, Marilyn E. (2011). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan


Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC.

Widyasih, Hesty,Dkk. (2012). Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta Halaman: 28.

Mitayani. 2019. Asuhan Keperawatan Maternitas. Salemba Medika Jakarta.

Sofian A. 2012. Sinopsis Obseteri Jilid 2. Jakarta: EGC.

Nugroho, Taufan. 2011. Buku Ajar Obstretri.Yogjakarta:Nuha Medika Green,C. J And J. M.


Wilkinson. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal & Bayi Baru Lahir. Jakarta :
EGC

Wilkinson, Judith M & Ahern, Nancy R. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9
Nanda Nic Noc. Jakarta : EGC

Wilkinson, Judith M & Ahern, Nancy R. 2011. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnisa Medis & Nanda Nic Noc. Jakarta : EGC

Saleha, Sitti. 2019. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika.
PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
Kampus II Jln. Mayjend Bambang Soegeng Mertoyudan Magelang 56172Telp (0293)
326945 web: www.ummgl.ac.id email:tatausahafikes@gmail.com

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MATERNITAS


(FASE POST PARTUM)
Nama Mahasiswa : Fauzi Aldiansyah
Desiana Dwi Utami
Tenia Viviani Budiono
Desan Inti Inka Sevira
Rahma Fanisa
Fauziyyah Anis E
Semester/Tingkat : 1/1
Tempat Praktek : Bangsal Flamboyan
Tanggal Pengkajian : 06 November 2022

DATA KLIEN

A. DATA UMUM
1. Nama inisial klien : Ny. N
2. Umur : 23 tahun
3. Alamat : Gunung Bakal
4. Pekerjaan : IRT
5. Agama : Islam
6. Tanggal masuk RS/RB : 06 November 2022
7. Nomor Rekam Medis : 191313
8. Diagnosa Medis : Post Op SC hari 1
9. Bangsal : Flamboyan
B. DATA KESEHATAN UMUM
1. Masalah kesehatan khusus: Klien mengatakan nyeri pada luka operasi
P : luka operasi
Q : seperti disayat-sayat
R : hypogastric
S:6
T : hilang timbul saat bergerak

2. Konsumsi obat-obatan/jamu-jamuan : tidak mengkonsumsi obat obatan atau jamu


3. Riwayat alergi
a. Obat-obatan : tidak ada
b. Makanan : tidak ada
c. Bahan kimia tertentu : tidak ada
d. Cuaca : tidak ada
e. Lain-lain : tidak ada
f. Diet Khusus : klien tidak melakukan diet khusus
5. Penyakit bawaan : tidak ada penyakit bawaan
6. Menggunakan alat bantu:
a. Gigi tiruan : tidak ada
b. Kaca mata : tidak memakai kaca mata
c. Lensa kontak : tidak menggunakan lensa kontak
d. Alat dengar : tidak menggunakan alat bantu dengar
e. Lain-lain : tidak ada

C. PENGKAJIAN 13 DOMAIN NANDA

1. HEALTH PROMOTION (Meliputi Kesadaran Kesehatan dan Manajemen Kesehatan):


Klien mengatakan selalu rutin kontrol kehamilannya ke bidan terdekat dan selalu rutin
mengikuti posyandu

2. NUTRITION (Meliputi perbandingan antara intake sebelum dan sesudah persalinan):


Klien mengatakan biasanya makan 3 kali sehari. Setelah melahirkan nafsu makan
berkurang karena klien merasa mual. Klien hanya makan ½ porsi makan.

3. ELIMINATION (Meliputi frekuensi BAK/BAB sebelum dan sesudah persalinan,


jelaskan karakteristik BAB dan BAK tersebut, ada mual dan muntah tidak)
Klien terpasang kateter, warna urin kuning, bau khas. Setelah melahirkan klien mengatakan
belum BAB.
Klien mengatakan sebelum sc BAK kurang lebih 6 kali dalam sehari dengan warnah jernih
dan bau khas urine. Pola BAB klien biasanya 1 kali dalam sehari dengan konsistensi
lunak dan bau khas feses.
4. ACTIVITY/REST(Meliputi jam tidur sebelum dan sesudah persalinan, adakah
gangguan tidur):
Sebelum persalinan klien mengatakan tidur ±8 jam dalam sehari, biasanya klien tidur pukul
21.00 – 05.00.
Selama di rumah sakit setelah proses persalinan klien mengatakan sulit tidur karena merasa
nyeri pada luka post operasi dan hanya tidur ±5 jam dalam sehari.

5. PERCEPTION/COGNITION (Meliputi cara pandang klien tentang proses persalinan


dan bayi yang dilahirkannya, apakah klien memiliki pemahaman yang cukup terkait
proses persalinan):
Klien mengetahui proses persalinan ada dua, dengan normal ataupun dengan sesar. Karena
persalinan klien yang pertama maka klien masih kurang paham dengan proses
persalinan

6. SELF PERCEPTION (Meliputi apakah klien merasa cemas/takut tentang proses


persalinan sekarang, apakah klien merasa senang dengan kelahiran bayinya sekarang):
Klien mengatakan merasa cemas akan nyeri pada luka post SC. Klien mengatakan senang
dan lega setelah anaknya sudah lahir.

7. ROLE RELATIONSHIP (Meliputi hubungan klien dengan perawat/bidan/dokter yang


membantu persalinan, hubungan dengan suami/anggota keluarga lainnya, orang yang
mendukung dalam proses persalinan sekarang):
Hubungan klien dengan suami, keluarga maupun tenaga kesehatan terjalin dengan baik.
Suami dan ibu klien selalu menemani dan mambantu klien mengurus bayinya.

8. SEXUALITY (Meliputi karakteristik darah nifas klien, apakah klien akan


menggunakan kontrasepsi setelah persalinan sekarang, apakah klien pernah mengalami
masalah seksual sebelum proses persalin sekarang):
Klien tidak mengalami perdarahan, darah nifas berwarna merah segar. Klien
mengatakan setelah sc terpasang kontasepsi IUD.

9. COPING/STRESS TOLERANCE (Meliputi bagaimanacara klien mengatasi stressor


dalam proses persalinan sekarang, jika bayi klien yang lahir meninggal atau mengalami
gangguan maka apa tindakan klien):
Klien mengatakan dirinya pasrah dengan Allah SWT yang memberikan rezeki anak
kepadanya. Klien mengatakan asalkan bayinya bisa sehat klien akan melakukan
berbagai cara supaya bayinya bisa hidup serta tumbuh dan berkembang dengan sehat.
10. LIFE PRINCIPLES (Meliputi apakah klien tetap menjalankan sholat/ibadah yang lain
selama proses perawatan, apakah klien mengikuti kegiatan keagamaan sebelum masuk
perawatan, apa prinsip hidup yang dimiliki klien):
Klien selalu menjalankan ibadah sholat dan mengikuti yasinan sebelum persalinan,
selama masa nifas tidak mengerjakan ibadah keagamaan.

11. SAFETY/PROTECTION (Meliputi apakah klien menggunakan alat bantu jalan, apakah
pengaman di samping tempat tidur berfungsi dengan baik, apakah tersedia selimut
untuk mengatasi cuaca dingin):
Klien tidak menggunakan alat bentu jalan, tidak terdapat pagar pada tempat tidur dan
tersedia selimut diruangan

12. COMFORT (Meliputi apakah klien merasa nyaman dengan proses persalinan sekarang,
bagaimana penampilan psikologis klien seperti tenang bingung):
Klien mengatakan lebih lega saat bayinya sudah keluar. Klien tampak khawatir karena ASI
belum keluar
Klien mengatakan nyeri pada luka operasi skala 6, nyeri terasa seperti disayat-sayat pada
bagian hypogastri, nyeri hilang timbul saat bergerak

13. GROWTH/DEVELOPMENT (Meliputi berapakah kenaikan berat badan klien selama


kehamilan sekarang):

Selama kehamilan klien mengatakan mengalami kenaikan ± 9 kg, dari sebelum hamil
55 kg, setelah hamil 64 kg

D. DATA UMUM MATERNITAS


1. Apakah kehamilan ini direncanakan : Ya
2. Nifas hari ke :1
3. Menikah :1 kali, lama 10 bulan
4. Status Obstetri : G1 P0 A0
5. Anak sebelumnya :0
6. Tinggi Badan : 155 cm
7. Berat Badan : 64 kg
8. Kenaikan BB selama kehamilan : ±9 kg
9. Masalah kehamilan sekarang : tidak ada
10. Alat kontrasepsi yang pernah dipakai : tidak KB
a. Masalah yang pernah dialami selama penggunaan kontrasepsi:
Tidak ada
b. Rencana penggunaan alat konrasepsi setelah kehamilan ini:
IUD
11. Pendidikanan yang ingin ibu dapatkan selama perawatan:
Cara perawatan luka operasi dan perawatan payudara agar ASI keluar dengan lancar.
Selain itu motivasi untuk makan makanan yang bergizi agar jahitan cepat kering.

E. DATA PSIKOSOSIAL UMUM

1. Perasaan ibu dan pasangan setelah proses persalinan sekarang:

Merasa bahagia dan lega dengan kelahiran anak pertama mereka


2. Perasaan ibu terhadap rooming in (rawat gabung):
Klien merasa senang karena bisa dirawat gabung dengan bayi
3. Respon sibling (respon anak sebelumnya dengan kelahiran saudaranya) terhadap
kehamilan sekarang:
Klien mengatakan kelahiran kali ini adalah anak pertama

4. Ibu berada pada fase: taking ini

F. PEMERIKSAAN FISIK UMUM (Coret data yang tidak perlu)


1. Keadaan umum : baik
2. Neurologis :E4V5M6
3. Kesadaran : Composmentis
4. Kepala dan Leher
a. Bagian kepala atas
1) Hematom/post trauma : Tidak
2) Tipe rambut : Rambut panjang lurus
3) Distribusi rambut : Rambut tebal
4) Warna rambut : Berwarna hitam
5) Alopesia (kebotakan) : Tidak

b. Mata
1) Pupil isokor (diameter kedua pupil sama) : Ya
2) Reflek cahaya (normal jika pupil miosis/mengecil) : Miosis
3) Sklera ikterik (kekuningan) : Tidak
4) Conjungtiva anemis (pucat) : Tidak
c. Telinga
1) Cerumen : Tidak
2) Terpasang alat bantu dengar : Tidak

d. Molar / Pipi
1) Chloasma gravidarum (bercak-bercak khas di pipi pada wanita hamil): Tidak
ada
2) Acne (jerawat) : Tidak ada
e. Hidung
1) Nafas cuping hidung : Tidak
2) Pilek : Tidak
3) Terpasang alat bantu nafas : Tidak.
f. Bibir dan Mulut
1) Sianosis : Tidak
2) Sariawan : Tidak
3) Gigi palsu : Tidak
4) Mukosa bibir : Lembab
5) Gangguan gigi dan gusi : Tidak
g. Leher
1) Pembesaran kelenjar tiroid (gondok) : Tidak
2) Limfonodi (kelenjar limfe) : Tidak
3) Nadi karotis : Teraba
5. Thorak
a. Pre-kordium (lapisan luar dinding dada yang melindungi organ jantung)
1) Inspeksi
a) Ictus cordis terlihat di intercosta 4-5 : Tidak
b) Luka parut (post operasi jantung) : Tidak
2) Palpasi : Ictus cordis teraba di intercosta 4-5
3) Perkusi : Redup (normal)
4) Auskultasi
a) Bising jantung : Tidak ada
b) Bunyi S1 (lup) dan S2 (dup) : Ada, regular
b. Pulmonal
1) Inspeksi
a) Retraksi (normalnya tidak ada) : Tidak ada
b) Simetris kanan dan kiri : Ya
c) Ekspansi dada kanan dan kiri sama : Ya

2) Palpasi
a) Krepitasi (suara retakan tulang) : Tidak
b) Vocal fremitus kanan kiri sama : Ya
3) Perkusi : Sonor (normal)
4) Auskultasi
a) Wheezing/mengi : Tidak
b) Ronchi : Tidak
c) Vesikuler (normal) : Ya
c. Mamae
1) Inspeksi
a) Kemerahan di areola/badan mamae : Tidak
b) Simetris kanan dan kiri : Ya
c) ASI keluar : Belum
d) Retraksi puting (puting tenggelam) : Tidak
e) Peau de orange (Kulit mamae seperti kulit jeruk, khas pada Ca Mamae) :
Tidak
2) Palpasi
a) Nyeri : tidak.
b) Benjolan abnormal dalam mamae : tidak

6. Abdomen
a. Inspeksi
1) Datar/cembung : Cembung
2) Bekas operasi Sectio Caesaria
Ada, pada region hypogastri sepanjang ± 10 cm
3) Stretch mark (guratan pada abdomen wanita hamil) : Ada
4) Linea nigra (garis memanjang dari pusar sampai simfisis pubis)
Ada
5) Balutan luka bersih tidak rembes

b. Auskultasi : Peristaltik 6 x/menit


b. Palpasi:
1) Tinggi Fundus Uteri (TFU) : 2 jari dibawah pusat
2) Kontraksi : Kuat
3) Posisi Rahim : Sentral
4) Vesika Urinaria : Kosong

c. Perkusi : Timpani
7. Vagina
a. Lokhea : darah dan lendir
b. Benjolan : tidak ada benjolan
c. Bentuk : simetris

8. Ekstrimitas
a. Superior (atas):
1) Edema : Tidak
2) Infus:
a) Terpasang : Di lengan sinistra
b) Jenis infus : RL + Oxytocin
c) Faktor tetesan : 20 tetes/menit
d) Nyeri di area tusukan infus : Tidak
3) Nadi radialis (pergelangan tangan ) :80 x/menit
4) Palmar (telapak tangan) : Kemerahan
5) Kekuatan otot : Kuat
6) CRT (capilarry refill time) < 3 detik : Ya
7) Refleks fisiologis biseps/triseps : Normal
8) Refleks patologis : Tidak
9) Deformitas (kelainan bentuk) : Tidak Ada
10) Fraktur : Tidak Ada
b. Inferior (bawah):
1) Edema : Tidak
2) Akral (bagian kaki paling bawah) : Hangat
3) Kekuatan otot : Lemah
4) Refleks patella : Normal
5) Refleks patologis : Tidak
6) Homan’s sign : Tidak Ada

G. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
Klien berada pada fase: Taking-in, tanda-tanda klien bergantung pada suaminya, aktivitas
dibantu oleh suaminya

H. LAPORAN BAYI BARU LAHIR


Keadaan umum bayi baru lahir :
a. Berat badan :2400 gram (normal 2500-3500 gram)
b. Panjang badan : 43 cm (normal 45-54 cm)
c. Lingkar kepala : 32 cm (normal 33-37 cm)
d. Lingkar dada : 30 cm (normal 2 cm lebih kecil dari LK)
e. Lingkar perut : 30 cm (normal 30 – 38 cm)
f. Lingkar lengan : 8 cm

I. APGAR SCORE

NO. TANGGAL / JAM KARAKTERISTIKY 1 MENIT 5 MENIT


ANG DINILAI
Appearance (warna kulit) 2 2
Pulse (denyut nadi) 2 2
Grimace (reflek) 1 2
Activity (tonus otot) 1 1
Respiratory (pernafasan) 2 2
Total 8 9
Kesimpulan : Asfiksia sedang

J.
J. PANDUAN MENGISI APGAR SCORE
Nilai
Tanda
0 1 2
Apperance (warna Seluruh tubuh Tubuh kemerahan, Tubuh dan
kulit) biru/pucat ekstrimitas biru ekstrimitas kemerahan

Pulse (Denyut Nadi) Tidak ada <100x/menit >100 x/menit


Grimace (reflek) Tidak merespon Menangis lemah saat Menangis, batuk atau
stimulasi distimulasi bersin
Activity (tonus otot) Lemah atau tidak Sedikit gerakan Bergerak aktif
ada gerakan
Respiratory(per Tidak ada nafas Pernafasan lemah Pernafasan baik dan
nafasan) tidak teratur teratur,menangis
kuat

K. DATA LABORATORIUM ABNORMAL


TANGGAL JENIS HASIL INTEPRETASI
DAN JAM PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN
06/11/22 Limfosit% 22.1 Low
Monosit% 10.3 High
Eosinofil% 1.4 Low
Monosit# 0.98 High
L. ANALISA DATA (TABEL)

No Tanggal dan Symptom Etiologi Diagnose Prioritas


Jam
1 06 November DS: Agen Pencedera Nyeri Akut 1
2022 - Klien mengatakan nyeri pada luka post operasi Fisik (D.0077)
11.00 P : luka post operasi
Q : seperti ditusuk-tusuk
R : hypogastric
S : skala 6
T : hilang timbul, saat untuk bergerak
- Klien mengatakan mual dan tidak nafsu makan
- Klien mengatakan sulit tidur dan hanya tidur ±5 jam dalam
sehari
- Klien mengatakan hanya makan ½ porsi
DO :
- Klien tampak meringis
- Klien tampak menahan nyeri
- uterus terasa membulat
- Ibu masih terlihat di fase taking-in
2. 06 November DS: Efek Prosedur Resiko infeksi 2
2022 - Pasien mengatakan takut jika lukanya tidak kunjung kering Invasif (D.0142)
- Pasien mengatakan belum dilakukan perawatan atau ganti
verban pada luka operasi
- Pasien mengatakan takut jika terjadi infeksi
DO:
- Ada luka Post SC di bagian perut bawah yang masih
tertutup plaster
- Pasien tampak melindungi bagian jahitan
- Pasien tampak menahan sakit
3. 06 November DS : Nyeri Gangguan 3
2022 - Pasien mengatakan saat bergerak terasa nyeri mobilitas fisik
11.00 DO (D.0054)
- Aktivitas dibantu suaminya
- Kekuatan otot ektremitas bawah lemah

M. DIAGNOSA KEPERAWATAN SESUAI PRIORITAS


1. Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisik (D.0077)
2. Resiko Infeksi b.d Efek prosedur invasif (D.0142)
3. Gangguan Mobilitas Fisik b.d Nyeri (D.0054)
N. INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Tgl/ jam SDKI SLKI SIKI Rasional
1. 6-11-2022 Nyeri Akut Setelah dilakukan tidakan Manajemen nyeri (I.08238) 1. Untuk mengetahui lokasi,
11.00 (D.0077) keperawatan selama 2x8 Observasi : karakteristik, durasi,
jam diharapkan nyeri - Identifikasi lokasi, karakteristik, frekuensi, kualitas,
terkontrol dengan kriteria frekuensi, kualitas, intensitas intensitas nyeri pada pasien
nyeri
hasil : 2. Mengetahui skala nyeri
- Identifikasi skala nyeri
Tingkat nyeri (L.08066) pasien
Terapeutik :
1. Keluhan nyeri menurun 3. Membantu mengurangi rasa
- Berikan teknik non-farmakologis
2. Meringis menurun nyeri
untuk mengurangi rasa nyeri
3. Berfokus pada diri 4. Membantu menurunkan
(relaksasi nafas dalam)
sendiri menjadi nyeri secara farmakologi
Edukasi :
menurun
- Mengajarkan teknik non-
farmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
- Anjurkan mengontrol nyeri secara
mandiri
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian analgetic
2. 6-11-2022 Resiko Setelah dilakukan tidakan Pencegahan Infeksi (I.14539) 1. Untuk mengetahui kondisi
11.00 Infeksi keperawatan selama 2x8 Observasi : luka pada area abdomen
(D.0142) resiko infeksi menurun - Monitor tanda dan gejala infeksi post Sc
dengan kriteria hasil: lokal dan sistemik 2. Untuk mencegah infeksi
Integritas kulit dan Terapeutik : 3. Membantu pasien untuk
jaringan (L.14125) - Berikan perawatan kulit pada area pencegahan infeksi secara
1. Tingkat infeksi edema mandiri
menjadi menurun - Cuci tangan sebelum dan sesudah 4. Membantu untuk
2. Perdarahan menurun kontak dengan pasien dan mengurangi infeksi
3. Kemerahan menurun lingkungan pasien
4. Jaringan parut - Pertahankan teknik absetik pada
menurun pasien beresiko tinggi
Edukasi :
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
- Ajarkan cara memeriksa kondisi
luka atau luka operasi
- Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan
cairan
3. 6-11-2022 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Dukungan Mobilisasi (I. 05173) 1. Mengetahui faktor yang
Mobilitas
11.00 keperawatan 2x8 jam Observasi : mempengaruhi mobilisasi
(D.00054)
mobilitas fisik meningkat - Identifikasi toleransi fisik 2. Mengetahui kemampuan
dengan kriteria hasil : melakukan pergerakan klien melakukan mobilisasi
Mobilitas Fisik (L.05042) - Monitor keadaan umum selama 3. Mengetahui tanda vital sign
1. Gerakan terbatas melakukan mobilisasi klien
menjadi menurun (2 – Terapeutik : 4. Melatih rentang gerak aktif
4) - Fasilitasi aktivitas mobilisasi klien
2. Kelemahan fisik dengan alat bantu (missal pagar 5. Mengajari keluarga untuk
menjadi menurun (3 – timpat tidur) membantu proses
5) - Fasilitasi melakukan pergerakan, penyembuhan klien
jika perlu 6. Memberikan informasi
- Libatkan kelurga untuk kepada klien
membantu pasien dalam
meningkatakan pergerakan
Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
- Ajarkan mobilisasi sederhana
( duduk di tempat tidur, duduk di
sisi tempat tidur, pindak tempat
tidur ke kursi
O. IMPLEMENTASI

N JAM/ DX. KEP IMPLEMENTASI RESPON PARAF


O TANGGAL
1 6-11-2022 Nyeri Akut Manajemen nyeri (I.08238) DS
12.00 (D.0077) Observasi : - Klien mengatakan nyeri pada luka
- Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, post operasi
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri P : luka post operasi
- Mengidentifikasi skala nyeri Q : seperti ditusuk-tusuk
R : hypogastric
S : skala 6
T : hilang timbul, saat untuk
bergerak
DO :
- Klien tampak meringis
- Klien tampak menahan nyeri
- uterus terasa membulat
14.00 - Klien masih terlihat di fase taking-in
Terapeutik :
- Memberikan teknik non-farmakologis untuk DS : Klien mengatakan masih terasa

mengurangi rasa nyeri (relaksasi nafas dalam) nyeri


DO : Klien terlihat melakukan teknik
relakstrasi nafas dalam setiap
14.00 merasakan nyeri
Edukasi :
- Mengajarkan teknik non-farmakologis untuk DS : Klien mengatakan masih terasa
mengurangi rasa nyeri (relaksasi nafas dalam) nyeri
- Anjurkan mengontrol nyeri secara mandiri DO : Terlihat klien mengerti apa yang
12.00
di jelaskan dan di instruksikan
Kolaborasi :
- Berkolaborasi pemberian analgetic DS : -
DO : pemberian injeksi ketorolac
1x30mg
2 26 Oktober Resiko Infeksi Pencegahan Infeksi (I.14539) DS:
2022 (D.0142) Observasi : Pasien mengatakan tidak nyaman pada
12.00 - Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan luka jahitan post SC
sistemik DO:
Terapeutik : - luka pasien berbalut verban anti air
12.00 - Berikan perawatan kulit pada area edema DS:
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak Pasien mengatakan masih nyeri
dengan pasien dan lingkungan pasien DO:
- Pertahankan teknik absetik pada pasien Luka pasien masih tertutup verban dan
beresiko tinggi belum di ganti
Edukasi :
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi DS:
- Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar pasien memahami apa yang di ajari
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau oleh perawat
luka operasi DO:
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi Pasien tampak mengerti dan mau
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk berlatih secara mandiri
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian antibiotik
3 6-11-2022 Gangguan Dukungan Mobilisasi (I. 05173) DS : Klien mengatakan masih nyeri
Mobilitas
14.00 Terapeutik : untuk bergerak
(D.00054)
- Memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat DO:
bantu (missal pagar timpat tidur) - Klien tampak ingin mencoba untuk
- Memfasilitasi melakukan pergerakan duduk
- Melibatkan tindatkan kelurga untuk - Klien tampak mengerti cara
membantu pasien dalam meningkatakan mobilisasi sederhana
14.00
pergerakan - klien tampak dibantu suami untuk
Edukasi : mencoba duduk
- Menjelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi - klien terlihat menahan nyeri saat
- Mengajarkan mobilisasi sederhana ( duduk di melakukan pergerakan
tempat tidur) Klien terlihat berkeringat setelah
mencoba untuk duduk
P. EVALUASI

N TANGGA DX EVALUASI PARAF


O. L/JAM
1. 6-11-2022 Nyeri Akut S:
14.00 (D.0077) - Klien mengatakan nyeri pada luka post operasi
P : luka post operasi
Q : seperti ditusuk-tusuk
R : hypogastric
S : skala 6
T : hilang timbul, saat untuk bergerak
O:
- Klien tampak meringis
- Klien tampak menahan nyeri
- Uterus terasa membulat
- Klien masih terlihat di fase taking-in
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
Terapeutik :
- Berikan teknik non-farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (relaksasi
nafas dalam)
Edukasi :
- Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (relaksasi
nafas dalam)
2 6-11-2022 Resiko Infeksi S:
14.00 (D.0142) - Pasien mengatakan takut jika lukanya tidak kunjung kering
- Pasien mengatakan belum dilakukan perawatan atau ganti verban pada
luka operasi
- Pasien mengatakan takut jika terjadi infeksi
O:
- Ada luka Post SC di bagian perut bawah yang masih tertutup plaster
- Pasien tampak melindungi bagian jahitan
- Pasien tampak menahan sakit
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
Observasi :
- Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Terapeutik :
- Berikan perawatan kulit pada area edema
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien
- Pertahankan teknik absetik pada pasien beresiko tinggi
Edukasi :
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian antibiotik
3 6-11-2022 Gangguan S : Klien mengatakan masih nyeri untuk bergerak
Mobilitas
14.00 DO:
(D.00054)
- Klien tampak ingin mencoba untuk duduk
- Klien tampak mengerti cara mobilisasi sederhana
- klien tampak dibantu suami untuk mencoba duduk
- klien terlihat menahan nyeri saat melakukan pergerakan
- Klien terlihat berkeringat setelah mencoba untuk duduk
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
Observasi :
- Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
- Monitor keadaan umum selama melakukan mobilisasi
Terapeutik :
- Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (missal pagar timpat tidur)
- Fasilitasi melakukan pergerakan
- Lbatkan kelurga untuk membantu pasien dalam meningkatakan pergerakan
Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
- Ajarkan mobilisasi sederhana (duduk di sisi tempat tidur, pindak tempat
tidur ke kursi)
1 6-11-2022 Nyeri Akut DS
08.30 (D.0077) - Klien mengatakan nyeri pada luka post operasi
P: luka post operasi
Q: seperti ditusuk-tusuk
R: hypogastric
S: skala 3
T: hilang timbul, saat untuk bergerak
- Klien mengatakan masih terasa nyeri saat bergerak
- Klien mengatakan relaks
DO:
- Klien tampak meringis setiap bergerak
- Klien tampak menahan nyeri
- Klien terlihat di fase taking hold
- Klien terlihat melakukan teknik relakstrasi nafas dalam
A:
Masalah teratasi
P:
Hentikan intervensi
2 6-11-2022 Gangguan S:
08.30 Integritas - klien mengatakan nyeri pada bagian luka jahitan berkurang
kulit / Jaringan O:
(D.0129) - klien terlihat tebih tenang
- Tidak terlihat ada rembesan darah pada balutan
- Terdapat luka sayatan operasi di region hypogastric ± 10 cm
- Luka terlihat kering kering
- Tidak terlihat kemerahan, bengkak pada area sekitar luka
A:
Masalah teratasi
P:
Hentikan intervensi
3 6-11-2022 Gangguan S:
Mobilitas
08.30 - Klien mengatakan sudah lebih nyaman untuk bergerak
(D.00054)
- Klien mengatakan ingin mencoba duduk dan turun agar cepat pulang
O:
- Klien tampak sudah bisa duduk tanpa di bantu
- Klien tampak tenang saat melakukan mobilitas sederhana ( duduk)
- klien terlihat mobilitas sederhana ( duduk) secara mandiri dengan
berpeganagan pagar tempat tidur
- Klien tampak paham dengan penjelasan mobilitas sederhana
- Klien tampak ingin mencoba untuk duduk
- Klien tampak mengerti cara mobilisasi sederhana (duduk di sisi tempat tidur,
pindak tempat tidur ke kursi)
- klien tampak dibantu suami untuk mencoba pindah dari tempat tidur ke
kursi)
- Klien terlihat melakukan nafas dalam setiap bergerak
A:
Masalah teratasi
P:
Hentikan intervensi

Anda mungkin juga menyukai