Disusun oleh:
Fauzi Aldiansyah
Desiana Dwi Utami
Tenia Viviani Budiono
Desan Inti Inka Sevira
Rahma Fanisa
Fauziyyah Anis E
2. Jenis-jenis SC
a. Sectio cesaria transperitonealis profunda
Sectio cesaria transperitonealis propunda dengan insisi di segmen bawah
uterus. insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang atau
memanjang. Keunggulan pembedahan ini adalah:
1) Pendarahan luka insisi tidak seberapa banyak.
2) Bahaya peritonitis tidak besar.
3) Perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri dikemudian
hari tidak besar karena pada nifas segmen bawah uterus tidak seberapa
banyak mengalami kontraksi seperti korpus uteri sehingga luka dapat
sembuh lebih sempurna.
b. Sectio cacaria klasik atau section cecaria corporal
Pada cectio cacaria klasik ini di buat kepada korpus uteri, pembedahan ini
yang agak mudah dilakukan, hanya di selenggarakan apabila ada halangan
untuk melakukan section cacaria transperitonealis profunda. Insisi
memanjang pada segmen atas uterus.
c. Sectio cacaria ekstra peritoneal
Section cacaria eksrta peritoneal dahulu di lakukan untuk mengurangi
bahaya injeksi perporal akan tetapi dengan kemajuan pengobatan terhadap
injeksi pembedahan ini sekarang tidak banyak lagi di lakukan. Rongga
peritoneum tak dibuka, dilakukan pada pasien infeksi uterin berat.
d. Section cesaria Hysteroctomi
Setelah sectio cesaria, dilakukan hysteroktomy dengan indikasi:
1) Atonia uteri
2) Plasenta accrete
3) Myoma uteri
4) Infeksi intra uteri berat
4. Penatalaksanaan Post SC
a. Bedah Caesar Klasik/ Corporal
1) Buatlah insisi membujur secara tajam dengan pisau pada garis tengah
korpus uteri diatas segmen bawah rahim. Perlebar insisi dengan
gunting sampai sepanjang kurang lebih 12 cm saat menggunting
lindungi janin dengan dua jari operator.
2) Setelah cavum uteri terbuka kulit ketuban dipecah. Janin dilahirkan
dengan meluncurkan kepala janin keluar melalui irisan tersebut.
3) Setelah janin lahir sepenuhnya tali pusat diklem (dua tempat) dan
dipotong diantara kedua klem tersebut.
4) Plasenta dilahirkan secara manual kemudian segera disuntikkan
uterotonika kedalam miometrium dan intravena.
5) Luka insisi dinding uterus dijahit kembali
6) Eksplorasi kedua adneksa dan bersihkan rongga perut dari sisa-sisa
darah dan air ketuban
7) Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis
b. Bedah Caesar Transperitoneal Profunda
1) Plika vesikouterina diatas segmen bawah rahim dilepaskan secara
melintang, kemudian secar tumpul disisihkan kearah bawah dan
samping.
2) Buat insisi secara tajam dengan pisau pada segmen bawah rahim
kurang lebih 1 cm dibawah irisan plika vesikouterina. Irisan kemudian
diperlebar dengan gunting sampai kurang lebih sepanjang 12 cm saat
menggunting lindungi janin dengan dua jari operator.
3) Setelah cavum uteri terbuka kulit ketuban dipecah dan janin dilahirkan
dengan cara meluncurkan kepala janin melalui irisan tersebut.
4) Badan janin dilahirkan dengan mengaitkan kedua ketiaknya.
5) Setelah janin dilahirkan seluruhnya tali pusat diklem ( dua tempat) dan
dipotong diantara kedua klem tersebut.
6) Plasenta dilahirkan secara manual kemudian segera disuntikkan
uterotonika kedalam miometrium dan intravena.
7) Luka insisi dinding uterus dijahit kembali
8) Eksplorasi kedua adneksa dan bersihkan rongga perut dari sisa-sisa
darah dan air ketuban
9) Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis.
c. Bedah Caesar Ekstraperitoneal
1) Dinding perut diiris hanya sampai pada peritoneum. Peritoneum
kemudia digeser kekranial agar terbebas dari dinding cranial vesika
urinaria.
2) Segmen bawah rahim diris melintang seperti pada bedah Caesar
transperitoneal profunda demikian juga cara menutupnya.
d. Histerektomi Caersarian ( Caesarian Hysterectomy)
1) Irisan uterus dilakukan seperti pada bedah Caesar klasik/corporal
demikian juga cara melahirkan janinnya.
2) Perdarahan yang terdapat pada irisan uterus dihentikan dengan
menggunakan klem secukupnya.
3) Kedua adneksa dan ligamentum rotunda dilepaskan dari uterus.
4) Kedua cabang arteria uterina yang menuju ke korpus uteri di klem (2)
pada tepi segmen bawah rahim. Satu klem juga ditempatkan diatas
kedua klem tersebut.
5) Uterus kemudian diangkat diatas kedua klem yang pertama.
Perdarahan pada tunggul serviks uteri diatasi.
6) Jahit cabang arteria uterine yang diklem dengan menggunakan benang
sutera no. 2.
7) Tunggul serviks uteri ditutup dengan jahitan ( menggunakan chromic
catgut ( no.1 atau 2 ) dengan sebelumnya diberi cairan antiseptic.
8) Kedua adneksa dan ligamentum rotundum dijahitkan pada tunggul
serviks uteri.
9) Dilakukan reperitonealisasi sertya eksplorasi daerah panggul dan visera
abdominis.
10)Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis
B. MASA NIFAS
1. Definisi Masa Nifas
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6
minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke
keadaan normal sebelum hamil (Bobak, 2011).
Masa ini merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga kesehatan untuk
selalu melakukan pemantauan karena pelaksanaan yang kurang maksimal
dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah, bahkan dapat berlanjut
pada komplikasi masa nifas, seperti sepsis puerperalis. Jika ditinjau dari
penyabab kematian para ibu, infeksi merupakan penyebab kematian terbanyak
nomor dua setelah perdarahan sehingga sangat tepat jika para tenaga
kesehatan memberikan perhatian yang tinggi pada masa ini.
d) Lokhea alba
Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput
lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lokhea alba ini
dapat berlangsung selama 2-6 minggu post partum. Lokhea yang
menetap pada awal periode post partum menunjukkan adanya
tanda-tanda perdarahan sekunder yang mungkin disebabkan oleh
tertinggalnya sisa atau selaput plasenta. Lokhea alba atau serosa
yang berlanjut dapat menandakan adanya endometritis, terutama
bila disertai dengan nyeri pada abdomen dan demam. Bila terjadi
infeksi, akan keluar cairan nanah berbau busuk yang disebut
dengan “lokhea purulenta”. Pengeluaran lokhea yang tidak lancar
disebut “lokhea statis”.
3) Perubahan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang sangat
besar selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari pertama
sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur.
Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak
hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul
kembali, sementara labia menjadi lebih menonjol.
4) Perubahan Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena
sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada post
natal hari ke-5, perinium sudah mendapatkan kembali sebagian
tonusnya, sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum
hamil.
5) Perubahan Sistem Pencernaan
Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini
disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat
tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan
yang berlebihan pada waktu persalinan, kurangnya asupan makan,
hemoroid dan kurangnya aktivitas tubuh.
5. Pathway
SECTIO CAESARIA
Bobak, Irene. M., Lowdermilk., And Jensen. (2014). Buku Ajar Keperawatan Maternitas.
Edisi 4. Jakarta : EGC.
Bobak, Lowdermilk, Jense. (2012). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.
Wilkinson, Judith M & Ahern, Nancy R. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9
Nanda Nic Noc. Jakarta : EGC
Wilkinson, Judith M & Ahern, Nancy R. 2011. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnisa Medis & Nanda Nic Noc. Jakarta : EGC
Saleha, Sitti. 2019. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika.
PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
Kampus II Jln. Mayjend Bambang Soegeng Mertoyudan Magelang 56172Telp (0293)
326945 web: www.ummgl.ac.id email:tatausahafikes@gmail.com
DATA KLIEN
A. DATA UMUM
1. Nama inisial klien : Ny. N
2. Umur : 23 tahun
3. Alamat : Gunung Bakal
4. Pekerjaan : IRT
5. Agama : Islam
6. Tanggal masuk RS/RB : 06 November 2022
7. Nomor Rekam Medis : 191313
8. Diagnosa Medis : Post Op SC hari 1
9. Bangsal : Flamboyan
B. DATA KESEHATAN UMUM
1. Masalah kesehatan khusus: Klien mengatakan nyeri pada luka operasi
P : luka operasi
Q : seperti disayat-sayat
R : hypogastric
S:6
T : hilang timbul saat bergerak
11. SAFETY/PROTECTION (Meliputi apakah klien menggunakan alat bantu jalan, apakah
pengaman di samping tempat tidur berfungsi dengan baik, apakah tersedia selimut
untuk mengatasi cuaca dingin):
Klien tidak menggunakan alat bentu jalan, tidak terdapat pagar pada tempat tidur dan
tersedia selimut diruangan
12. COMFORT (Meliputi apakah klien merasa nyaman dengan proses persalinan sekarang,
bagaimana penampilan psikologis klien seperti tenang bingung):
Klien mengatakan lebih lega saat bayinya sudah keluar. Klien tampak khawatir karena ASI
belum keluar
Klien mengatakan nyeri pada luka operasi skala 6, nyeri terasa seperti disayat-sayat pada
bagian hypogastri, nyeri hilang timbul saat bergerak
Selama kehamilan klien mengatakan mengalami kenaikan ± 9 kg, dari sebelum hamil
55 kg, setelah hamil 64 kg
b. Mata
1) Pupil isokor (diameter kedua pupil sama) : Ya
2) Reflek cahaya (normal jika pupil miosis/mengecil) : Miosis
3) Sklera ikterik (kekuningan) : Tidak
4) Conjungtiva anemis (pucat) : Tidak
c. Telinga
1) Cerumen : Tidak
2) Terpasang alat bantu dengar : Tidak
d. Molar / Pipi
1) Chloasma gravidarum (bercak-bercak khas di pipi pada wanita hamil): Tidak
ada
2) Acne (jerawat) : Tidak ada
e. Hidung
1) Nafas cuping hidung : Tidak
2) Pilek : Tidak
3) Terpasang alat bantu nafas : Tidak.
f. Bibir dan Mulut
1) Sianosis : Tidak
2) Sariawan : Tidak
3) Gigi palsu : Tidak
4) Mukosa bibir : Lembab
5) Gangguan gigi dan gusi : Tidak
g. Leher
1) Pembesaran kelenjar tiroid (gondok) : Tidak
2) Limfonodi (kelenjar limfe) : Tidak
3) Nadi karotis : Teraba
5. Thorak
a. Pre-kordium (lapisan luar dinding dada yang melindungi organ jantung)
1) Inspeksi
a) Ictus cordis terlihat di intercosta 4-5 : Tidak
b) Luka parut (post operasi jantung) : Tidak
2) Palpasi : Ictus cordis teraba di intercosta 4-5
3) Perkusi : Redup (normal)
4) Auskultasi
a) Bising jantung : Tidak ada
b) Bunyi S1 (lup) dan S2 (dup) : Ada, regular
b. Pulmonal
1) Inspeksi
a) Retraksi (normalnya tidak ada) : Tidak ada
b) Simetris kanan dan kiri : Ya
c) Ekspansi dada kanan dan kiri sama : Ya
2) Palpasi
a) Krepitasi (suara retakan tulang) : Tidak
b) Vocal fremitus kanan kiri sama : Ya
3) Perkusi : Sonor (normal)
4) Auskultasi
a) Wheezing/mengi : Tidak
b) Ronchi : Tidak
c) Vesikuler (normal) : Ya
c. Mamae
1) Inspeksi
a) Kemerahan di areola/badan mamae : Tidak
b) Simetris kanan dan kiri : Ya
c) ASI keluar : Belum
d) Retraksi puting (puting tenggelam) : Tidak
e) Peau de orange (Kulit mamae seperti kulit jeruk, khas pada Ca Mamae) :
Tidak
2) Palpasi
a) Nyeri : tidak.
b) Benjolan abnormal dalam mamae : tidak
6. Abdomen
a. Inspeksi
1) Datar/cembung : Cembung
2) Bekas operasi Sectio Caesaria
Ada, pada region hypogastri sepanjang ± 10 cm
3) Stretch mark (guratan pada abdomen wanita hamil) : Ada
4) Linea nigra (garis memanjang dari pusar sampai simfisis pubis)
Ada
5) Balutan luka bersih tidak rembes
c. Perkusi : Timpani
7. Vagina
a. Lokhea : darah dan lendir
b. Benjolan : tidak ada benjolan
c. Bentuk : simetris
8. Ekstrimitas
a. Superior (atas):
1) Edema : Tidak
2) Infus:
a) Terpasang : Di lengan sinistra
b) Jenis infus : RL + Oxytocin
c) Faktor tetesan : 20 tetes/menit
d) Nyeri di area tusukan infus : Tidak
3) Nadi radialis (pergelangan tangan ) :80 x/menit
4) Palmar (telapak tangan) : Kemerahan
5) Kekuatan otot : Kuat
6) CRT (capilarry refill time) < 3 detik : Ya
7) Refleks fisiologis biseps/triseps : Normal
8) Refleks patologis : Tidak
9) Deformitas (kelainan bentuk) : Tidak Ada
10) Fraktur : Tidak Ada
b. Inferior (bawah):
1) Edema : Tidak
2) Akral (bagian kaki paling bawah) : Hangat
3) Kekuatan otot : Lemah
4) Refleks patella : Normal
5) Refleks patologis : Tidak
6) Homan’s sign : Tidak Ada
G. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
Klien berada pada fase: Taking-in, tanda-tanda klien bergantung pada suaminya, aktivitas
dibantu oleh suaminya
I. APGAR SCORE
J.
J. PANDUAN MENGISI APGAR SCORE
Nilai
Tanda
0 1 2
Apperance (warna Seluruh tubuh Tubuh kemerahan, Tubuh dan
kulit) biru/pucat ekstrimitas biru ekstrimitas kemerahan