F
POST OPERASI LIMFADENOPATI AKSILA DI RUANG ANGGREK
KAMAR 18.2 RS PANTI WILASA CITARUM SEMARANG
DISUSUN OLEH:
YULIANI/2002082
Mengetahui
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik
Praktikan
Yuliani
B. Anatomi-fisiologi
Definisi jaringan limfatik (atau yang sering disebut jaringan limfoid) adalah jaringan
penyambung retikuler yang diinfiltrasi oleh limfosit. Jaringan limfoid ini terdistribusi
luas di seluruh tubuh baik sebagai organ limfoid ataupun sebagai kumpulan limfosit
difus dan padat. Organ limfoid sendiri merupakan massa atau sekumpulan jaringan
limfoid yang dikelilingi oleh kapsul jaringan penyambung atau dilapisi oleh epitelium.
(Kusuma, 2019).
Secara garis besar sistem limfatik tubuh dapat dibagi atas sistem konduksi, jaringan
limfoid dan organ limfoid. Sistem konduksi mentransportasi limfe dan terdiri atas
pembuluh - pembuluh tubuler yaitu pembuluh limfe, kelenjar limfe atau nodus limfe,
saluran limfe, jaringan limfoid dan organ limfoid. Hampir semua jaringan tubuh
memiliki pembuluh atau saluran limfe yang mengalirkan cairan dari ruang interstisial.
(Pearce, 2016).
1. Pembuluh limfe
Semakin ke dalam ukuran pembuluh limfe makin besar dan berlokasi dekat dengan
vena. Seperti vena, pembuluh limfe memiliki katup yang mencegah terjadinya
aliran balik. Protein yang dipindahkan dari ruang interstisial tidak dapat
direabsorbsi dengan cara lain. Protein dapat memasuki kapiler limfe tanpa
hambatan karena struktur khusus pada kapiler limfe tersebut, di mana pada ujung
kapiler hanya tersusun atas selapis sel-sel endotel dengan susunan pola saling
bertumpang sedemikian rupa seperti atap sehingga tepi yang menutup tersebut
bebas membuka ke dalam membentuk katup kecil yang membuka ke dalam
kapiler. Otot polos di dinding pembuluh limfe menyebabkan kontraksi beraturan
guna membantu pengaliran limfe menuju ke duktus torasikus.
2. Kelenjar limfe atau nodus limfe
Kelenjar limfe atau nodus limfe berbentuk kecil lonjong atau seperti kacang dan
terdapat di sempanjang pemnuluh limfe. Kerjanya sebagai penyaring dan dijumpai
di tempat-tempat terbentuknya limfosit. Kelompok-kelompok utama terdapat di
dalam leher, aksila, toraks, abdomen dan lipat paha.
Ductus toraksikus mengumpulkan limfe dari semua bagian tubuh, kecuali dari
bagian yang menyalurkan limfenya ke ductus limfe kanan (batang saluran kanan).
Ductus limfe kanan ialah saluran yang jauh lebih kecil dan mengumpulkan limfe
dari sebelah kanan kepala dan leher, lengan kanan dan dada sebelah kanan dan
menuangkan isinya ke dalam vena yang berada di sebelah bawah kanan leher. Pada
waktu infeksi, pembuluh limfe dan kelenjar dapat meradang. Pembengkakan
kelenjar yang sakit tampak ketiak atau lipat paha jika sebuah jari tangan atau jari
kaki terkena infeksi.
4. Jaringan limfoid
Jaringan limfoid terdiri atas nodus dan nodulus limfoid yang mempunyai ukuran
dan lokasi bervariasi. Ukuran nodus biasanya lebih besar, panjangnya berkisar 10-
20 mm dan mempunyai kapsul; sedangkan nodulus panjangnya antara sepersekian
mili meter sampai beberapa milimeter dan tidak mempunyai kapsul. Dalam tubuh
manusia terdapat ratusan nodus limfoid ini (kelenjar limfe atau kelenjar getah
bening) yang tersebar dengan ukuran antara sebesar kepala peniti hingga biji
kacang. Meskipun ukuran kelenjar-kelenjar ini dapat membesar atau mengecil
sepanjang umur manusia, tiap kelenjar yang rusak atau hancur tidak akan
beregenerasi. Jaringan limfoid berfungsi sebagai sistem kekebalan tubuh yang
bertugas untuk menyerang infeksi dan menyaring cairan limfe (atau cairan getah
bening).
5. Organ limfoid
Menurut tahapan perkembangan dan maturasi limfosit yang terlibat di dalamnya,
organ limfoid terbagi atas:
a. Organ limfoid primer atau sentral, yaitu kelenjar timus dan bursa fabricius atau
sejenisnya seperti sumsum tulang. Membantu menghasilkan limfosit virgin dari
immature progenitor cells yang diperlukan untuk pematangan, diferensiasi dan
proliferasi sel T dan sel B sehingga menjadi limfosit yang dapat mengenal
antigen.
b. Organ limfoid sekunder atau perifer, yang mempunyai fungsi untuk
menciptakan lingkungan yang memfokuskan limfosit untuk mengenali antigen,
menangkap dan mengumpulkan antigen dengan efektif, proliferasi dan
diferensiasi limfosit yang disensitisas. oleh antigen spesifik serta merupakan
tempat utama produksi antibodi. Organ limfoid sekunder yang utama adalah
sistem imun kulit atau skin associated lymphoid tissue (SALT), mucosal
associated lymphoid tissue (MALT), gut associated lymphoid tissue (GALT),
kelenjar limfe, dan lien.
C. Epidemiologi
Berdasarkan studi yang dilakukan di Belanda pada tahun 2012, ditemukan 2.556 kasus
limfadenopati yang tidak diketahui penyababnya. Sekitar 10% kasus diantaranya
dirujuk ke subspesialis 3,2% kasus membutuhkan biopsi dan 1,1% merupakan suatu
keganasan. Penderita limfadenopati usia >40 tahun memiliki risiko keganasan sekitar
4% dibandingkan dengan penderita limfadenopati usia. (Kusuma, 2019).
<40 tahun yang memiliki risiko keganasan hanya sekitar 0,4%. (Shannon & Jake,
2012)
Sedangkan menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tanggal 30
September 2010 secara kumulatif jumlah kasus Limfadenopati adalah 778 kasus dari
230.632.700 jiwa penduduk. (Kusuma, 2019).
D. Etiologi
Banyak keadaan yang dapat menimbulkan limfadenopati. Keadaan-keadaan tersebut
dapat diingat dengan mnemonik MIAMI: malignancies (keganasan), infections
(infeksi), autoimmune disorders (kelainan autoimun), miscellaneous and unusual
conditions (lain-lain dan kondisi tak lazim) dan iatrogenic causes (sebab-sebab
iatrogenic).
Tabel Etiologi (Oehadian, 2013)
No Penyebab Karakteristik Diagnostik
a. Keganasan
Demam, keringat Biopsi kelenjar.
malam, penurunan
1) Limfoma BB, asimptomatik
Memar, Pemeriksaan
splenomegaly. hematologi,
aspirasi sumsung
2) Leukemia tulang.
3) Neoplasma Lesi kulit Biopsi lesi
Kulit karakteristik
4) Sarcoma Lesi kulit Biopsi lesi
Kaposi karakteristik.
Bervariasi tergantung Biopsi.
5) Metastasis tumor primer.
b.
Infeksi
Demam, menggigil, Kultur darah,
1) Bruselois malaise. serologi.
2) Cat-scratch Demam, menggigil Diagnosis klinis,
disease atau asimptomatik. biops.
Hepatitis, Antibodi CMV,
pneumonitis, PCR.
asimptomatik,
3) CMV influenza-like illness.
4) HIV, infeksi Nyeri, promiskuitas HIV RNA.
primer seksual
5) Limfogranulo Demam, malaise, Diagnosis klinis,
ma venereum splenomegali. titer MIF.
Demam, eksudat Pemeriksaan
orofaringeal. hematologi,
Monospot,
6) Mononukleosis serologi EBV.
Ruam karakteristik, Kultur tenggo-
7) Faringitis demam rokkan.
8) Rubela Demam, keringat Serologi.
malam, hemoptysis,
riwayat kontak.
Demam, ulkus pada PPD, kultur
tempat gigitan. sputum, foto
9) Tuberkulosis thoraks.
Demam, konstipasi, Kultur darah,
diare, sakit kepala, serologi.
nyeri perut, rose
10) Tularemia spot.
Ruam, ulkus tanpa Kultur darah,
nyeri. kultur sumsum
11) Demam tifoid tulang.
Demam, mual, Rapid plasma
muntah, diare, reagin.
12) Sifilis ikterus.
Artritis, nefritis, Serologi
anemia, ruam, hepatitis, uji
13) Hepatitis virus penurunan BB fungsi hati.
c.
Autoimun
1) Lupus Artitis simetris, kaku Klinis, ANA,
eritematosus pada pagi hari, DNA, LED,
sistemik demam. hematologi.
Perubahan kulit, Klinis, radiologi,
kelemahan otot faktor
proksimal rheumatoid,
2) Artritis LED,
rheumatoid hematologi.
Kerato EMG, kreatinin
konjungtivitis, kinase serum,
3) Dermatomiosit gangguan ginjal, biopsi otot.
is vasculitis.
Demam, Uji Schimmer,
konjungtivitis, biopsi bibir,
4) Sindrom strawberry tongue. LED,
Sjogren hematologi.
d. Lain – lain/
kondisi tak lazim
Perubahan kulit, Kriteria klinis.
1) Penyakit dyspnea, adenopati
Kawasaki hilar.
2) Sarcoidosis Demam, urtikaria, ACE serum, foto
fatigue. toraks, biopsi
paru/ kelenjar
hilus.
e.
Iatrogenik
1) Serum Limfadenopati Klinis, kadar
sickness asimptomatik. komplemen.
Penghentian obat.
2) Obat
E. Klasifikasi
Tabel Klasifikasi Limfadenopati (Oehadian 2013)
Kelompok KGB Keterangan
Level I
Level II
(jugular atas) KGB di antara vena jugularis interna
1/3 atas, nervus asesorius spinalis mulai
dari basis kranii sampai bagian inferior
tulang hyoid.
Kelompok ini mempunyai risiko untuk
metastasis keganasan dari kavum oral,
kavum nasi, nasofaring, orofaring,
hipofaring, laring dan kelenjar parotis.
Terletak di bagian anterior nervus
a. Sublevel II A asesorius spinalis.
F. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis yang sering terjadi pada penderita Limfadenopati seperti demam
yang berkepanjangan dengan suhu lebih dari 38,0OC, sering keringat malam,
kehilangan Berat Badan (BB) lebih dari 10% dalam 6 bulan, timbul benjolan di daerah
Sub Mandibular, ketiak dan lipat paha. Gejala pada Limfadenopati atau pembesaran
KGB seperti klien mungkin mengalami gejala Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA),
merasa agak lembut kelenjar di bawah kulit di sekitar telinga, di bawah dagu, di
bagian atas dari leher, ada beberapa yang mengalami infeksi kulit, infeksi
(mononucleosis atau “mono” HIV, dan jamur atau parasite infeksi) dan gangguan
kekebalan tubuh seperti lupus atau rheumatoid arthritis. (Oktarizal, 2019).
G. Pathway
Pathway Limfadenopati (Setyorini, 2014).
H. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang menurut Kusuma (2019) diantaranya yaitu :
1. Biopsi eksisi merupakan gold standar dari pemeriksaan limfadenopati namun
tidak semua pusat layanan kesehatan dapat melakukan prosedur ini karena
keterbatasan sarana dan tenaga medis. Disamping itu, metode biopsi eksisi ini
tergolong invasif dan mahal.
2. Biopsi aspirasi jarum halus merupakan penunjang yang cukup baik dalam
menggantikan jika pusat pelayanan kesehatan memiliki keterbatasan sarana dan
tenaga medis. Meskipun biopsi aspirasi jarum halus adalah diagnosis pertama
yang mapan alat untuk evaluasi kelenjar getah bening, hanya biopsi inti atau
biopsi eksisi akan cukup untuk diagnosis formal limfoma ketika teknik analitik
lebih lanjut tidak tersedia, seperti imunohistokimia, aliran cytometry dan noda
khusus.
3. Pemeriksaan laboratorium limfadenopati terutama dilihat dari riwayat dan
pemeriksaan fisik berdasarkan ukuran dan karakteristik lain dari nodul dan
pemeriksaan klinis keseluruhan klien. Ketika pemeriksaan laboratorium
ditunjukkan, itu harus didorong oleh pemeriksan klinis. Pemeriksaan
laboratorium dari limfadenopati diantaranya adalah complete blood cell count
(CBC) with differential, erythrocyte sedimentation rate (ESR), lactate
dehydrogenase (LDH), specific serologies based on exposures and symptoms
[B. henselae, Epstein–Barr virus (EBV), HIV], tuberculin skin testing (TST).
4. Pemeriksaan radiologi diantaranya yaitu ultrasonografi bisa berguna untuk
diagnosis dan monitor klien dengan limfadenopati, terutama jika mereka
memiliki kanker tiroid atau riwayat terapi radiasi saat muda. Tetapi harus
dipikirkan bahwa meski di klien kanker pembesaran kelenjar getah bening jinak
lebih sering dibandingkan yang ganas. Bentuk dari nodul limfa jinak biasanya
berbentuk oval tipis sedangkan ganas berbentuk bulat dan kenyal. Perbedaan di
ukuran atau homogenitas tidak menjadi indikator patologi yang bisa diandalkan.
5. Magnetic Resonance Imaging (MRI) sebelum meluasnya penggunaan
gadolinium dan teknik supresi lemak, MRI sering tidak lebih spesifik
dibandingkan Computerized Tomography (CT) dalam karakterisasi nodul limfa
servikal metastasis karena rendahnya kemampuan untuk menunjukkan nodul
yang bertambah secara heterogen, tanda metastasis nodul yang sangat akurat
dalam pengaturan SCC leher. Namun, teknologi scan MRI meningkat,
peningkatan gadolinium, dan rangkaian supresi lemak telah memungkinkan
akurasi yang sebanding. Juga, deteksi MRI dari invasi arteri karotis oleh
penyebaran ekstrakaspular tumor dari nodul sering kali lebih unggul daripada
CECT.
6. Pemeriksaan CT nodul limfa dilakukan bersamaan selama pemeriksaan CT
terhadap sebagian besar tumor suprahyoid dan infrahyoid atau peradangan.
Kualitas penilaian nodul limfa sangat tergantung pada keberhasilan mencapai
konsentrasi kontras yang tinggi dalam struktur arteri dan vena leher. Jika tidak,
nodul dan pembuluh mungkin tampak sangat mirip. (Rasyid et al. 2018).
I. Penatalaksanaan
Penatalaksaan limfadenopati berdasarkan pada penyebab masing-masing limfadenopati
tersebut. Tatalaksana atau pengobatan awal yang dilakukan pada Limfadenopati
biasanya adalah diberikan antibiotik dengan durasi 1-2 minggu serta diobservasi.
Beberapa antibiotik ditargetkan untuk bakteri seperti Staphylococcus aureus dan
Streptococci group A. Antibiotik yang disarankan untuk limfadenopati adalah
cephalosporins, amoxicillin/clavulanate (Augmentin), orclindamycin. Obat
kortikosteroid sebaiknya dihindari terlebih dahulu pada beberapa saat karena
pengobatan dengan kortikosteroid dapat menunda diagnosis hitologik dari leukemia
atau limfoma. (Rasyid et al. 2018).
J. Komplikasi
Limfadenopati dapat menimbulkan komplikasi yang serius jika limfadenopati terdapat
pada mediastinal, hal ini dapat menyebabkan vena cava superior syndrome dengan
obstruksi dari aliran darah, bronchi atau obstruksi trachea. Bila limfadenopati pada
abdominal (perut) dapat menyebabkan konstipasi dan obstruksi intestinal yang dapat
mengancam kesehatan. Limfadenopati yang disebabkan oleh keganasan dapat
mengganggu metabolism tubuh yang menyebabkan nephropathy, hyperkalemia,
hypercalcemia, hypocalcemia dan gagal ginjal.
(Oktarizal, 2019).
K. Pencegahan
Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Cara terbaik untuk mencegah
limfadenopati adalah dengan melakukan pemeriksaan sedini mungkin saat mengalami
gejala infeksi. Pemeriksaan juga perlu dilakukan bila terdeteksi adanya benjolan di
bawah kulit. Limfadenopati juga dapat dicegah dengan menjaga kebersihan dan
penanganan luka yang baik, misalnya dengan memberikan antiseptik pada goresan atau
luka di kulit.
L. Prognosis
Prognosis limfadenopati tergantung pada etiologi penyebabnya. Kelenjar getah bening
dapat teraba pada orang yang sehat, disebabkan patofisiologi replikasi sel-sel nodus
limfe sebagai respon terhadap stimulus antigen. Kondisi ini biasa ditemukan pada
pasien anak di daerah leher, dan sebagian besar kasus menghilang spontan selama 4-6
minggu.
(Thendiono, 2021)
M. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap pertama dari proses keperawatan yang mencangkup
pengumpulan data, penyusunan, validasi dan pencatatan data. Pengkajan dibagi
dalam pengumpulan data dan pengorganisasian data. Pengkajian dilakukan
sebelum penetapan diagnosa keperawatan. Pengkajian merupakan proses yang
kontiyu dilakukan dalam setiap tahap proses keperawatan. Pengkajian dilakukan
untuk mementukan hasil strategi keperawatan yng telah dilakukan dan
mengevaluasi
pencapaian tujuan. (Sumijatun, 2010).
Pengumpulan data
a. Identitas klien
Meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan,
suku/bangsa, agama, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, nomor
medrec, diagnosis medis dan alamat.
b. Identitas penanggung jawab
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, hubungan dengan klien dan
alamat.
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan sekarang
a) Keluhan Utama Saat Masuk RS
Menjelaskan mengenai keluhan utama yang pertama kali klien rasakan
seperti nyeri tekan, demam, kelelahan atau berkeringat malam hari.
Dituliskan juga penanganan yang pernah dilakukan dan penanganan
pertama yang diberikan saat masuk rumah sakit.
b) Keluhan Utama Saat dikaji
Keluhan utama yang bisa ditemukan pada klien dengan post operasi
limfadenopati adalah nyeri pada luka post operasi dan tidak dapat
bebas digerakkan. (Sugiani, 2015).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah menganalisis data subjektif dan objektif untuk
membuat diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan melibatkan proses berfikir
kompleks tentang data yang dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam medik dan
pelayanan kesehatan yang lain (Bararah & Jaurah, 2013). Diagnosa keperawatan
yang muncul pada klien dengan Post Operasi Limfadenopati (Setyorini, 2014):
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (Prosedur operasi)
2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.
3. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan nafas
4. Resiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif
5. Resiko tidak seimbangan cairan dibuktikan dengan prosedur pembedahan mayor
I. IDENTITAS
A. Pasien
Nama : Nn. F
Tempat/tgl lahir ( umur ) : 28 Januari 2003 (19 tahun)
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum kawin
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar/Mahasiswa
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Tgl.Masuk RS : 17 Januari 2023
No.RM : 311xxx
Ruang : Anggrek, kamar 18.2
Diagnosis Medis : Limfadenopati Axilla
Alamat : Trimulyo, Kota Semarang
B. Keluarga/Penanggung Jawab
Nama : Ny. N
Hubungan
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
II. RIWAYAT KESEHATAN
A. Kesehatan Pasien
Pasien mengatakan teraba benjolan di ketiak kanan sejak 1 bulan yang lalu dan
terasa nyeri pada benjolan
4. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada hari selasa 17 Januari 2023 pukul 16.00 WIB, pasien datang ke IGD
dengan keluhan ada benjolan di ketiak kurang lebih 1 bulan, benjolan terasa
nyeri, pasien mengatakan sudah periksa 2 kali di dokter BPJS dan di
Puskesmas pada bulan desember 2022, dokter menyarankan untuk dioperasi.
Di IGD dilakukan pemeriksaan TTV, Laboratorium, Radiologi (USG payudara
kanan-kiri) Keadaan umum baik, kesadaran pasien compos mentis, suhu 36,6
0
C, nadi 88x/menit TD 110/70 mmHg. Kemudian dipindahkan ke ruang
Anggrek pada pukul 17.12 WIB. Pasien dioperasi pada tanggal 18 Januari 2023
pukul 07.20-08.50 WIB. Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 18 Januari
2023 jam 09.00 WIB Nn. F berada di ruang Anggrek kamar 18 bed 2,
kesadaran compos mentis, terpasang RL 500 ml, TD: 108/71 mmHg, Suhu :
36,2oC, Spo2, Nadi: 82x/menit, RR: 20, GCS : E 4 V 5 M 6.
5. Riwayat Penyakit yang lain : tidak ada
6. Alergi: tidak ada
B. Kesehatan Keluarga
: laki-laki
: perempuan
: Pasien
: Meninggal
----------- : Tinggal Serumah
Kesimpulan:
Nn. F adalah seorang anak. Pasien tinggal dengan orangtua dan seorang adik.
Pasien mengakatakan memiliki riwayat penyakit.
B. Pola Eliminasi
1. Sebelum sakit
a. Buang air besar BAB
- Frekuensi : 1x/24 jam
- Waktu : Pagi,sore dan malam (tidak menentu)
- Warna : kuning kecoklatan
- Konsistensi : lembek
- Posisi waktu BAB : duduk
- Penghantar untuk BAB : tidak ada
- Keluhan : susah BAB
- Upaya yang dilakukan : tidak ada
b. Buang air kecil (BAK)
- Frekuensi : 5 x/24 jam
- Jumlah : 1000cc/24 jam
- Warna : Kuning bening
- Bau : Amonia
- Keluhan : tidak ada
- Upaya yang dilakukan : tidak ada
2. Selama sakit
a. Buang Air Besar (BAB)
- Frekuensi : 1x/24 jam
- Waktu : tidak menentu
- Warna : cokelat
- Konsistensi : lembek
- Keluhan: tidak ada
- Upaya yang dilakukan keluarga/pasien: tidak ada
b. Buang air kecil (BAK)
- Frekuensi 5x/24 jam
- Jumlah 1000 cc/24jam
- Warna : Kuning jernih
- Bau : Amonia
- Keluhan: tidak ada
- Upaya yang dilakukan keluarga/ pasien : tidak ada
- Alat bantu buang air kecil, kateter, kondom : tidak ada
7. Leher
- Bentuk, gerakan : normal tidak ada fraktur
- Pembesaran thiroid : tidak ada pembesaran pada thiroid
- Deviasi thrakea : tidak ada
- Kelenjar getah bening : tidak ada
8. Tengkuk
- Kaku kuduk : negatif
9. Dada
a. Inspeksi
- Perhatikan semetris atau tidak : bentuk simetris
- Perhatikan bentuk dada baik dari depan, lateral dan belakang : normal tidak
ada kelainan
- Kelainan bentuk dada seperti barel chest, peetum ex cavatum, peetum
carivatum : tidak ada
- Retraksi dada : normal
- Ketinggalan gerak : tidak ada
- Jenis pernafasan : pernafasan dada
- Ukuran (konfigurasi) dada anterio-posterior : 2:1
- Ictus cordis : normal jika ada maka akan teraba di ICS 5
b. Palpasi
- Simetris atau tidak pada waktu bernafas : simetris
- Rasa sakit: tidak ada
- Adanya masa : tidak ada
- Pernafasan kecepatan : 20 kali permenit kedalaman
- Normal jenis pernafasan : vesikuler
- Ictus cordis : normal tidak kelainan
- Heart rate : 82 x/menit
c. Perkusi
- Bandingkan suara perkusi dari seluruh dada : normal suara vesikuler
- Batas-batas jantung : tidak ada pembesaran
- Batas-batas paru-paru : normal suara sonor
d. Auskultasi
- Suara vesikuler : normal terdengar di semua lapang paru
- Suara bronkhovesikuler : tidak ada terdengar di dinding dada
- Suara bronkheal : tidak ada terdengar di tengah dada
- Bunyi suara nafas tambahan : rales/ cracels, roncy, wheezing : tidak ada
suara tambahan
- Suara friction rub akibat sisa pleuritis, pericardial friction rub : tidak ada
suara friction rub
- Irama bunyi jantung: teratur
- Suara mur-mur: tidak ada
- Sistolik atau diastolik : normal
10. Abdomen (IAPP)
a. Inspeksi
- Warna kulit : kecoklatan
- Bentuk/kontur : normal
- Simetris atau tidak : simetris
- Scar : tidak ada
- Luka : tidak ada
b. Auskultasi
- Frekuensi peristaltik (Bising usus) : 12 x/menit
- Intensitas peristaltik : normal suara yang dihasilkan dari bunyi udara dan
cairan di dalam usus
- Suara vaskuler: aorta, arteri renalis kanan/ kiri, arteri inguinalis kanan/ kiri,
arteri femoralis kanan/ kiri : normal sonor
- Suara friction rub : tidak ada
c. Perkusi
- Dengar bunyi yang dihasilkan dari perkusi : normal tympani
- Udara : tidak ada
- Cairan/tumor : tidak ada
- Organ- organ : batas hepar, batas lien, ginjal : dalam batas normal tidak ada
pembesaran
d. Palpasi
- Tonus otot : ada
- Kekenyalan organ : normal teraba lunak
- Massa : tidak ada
- Nyeri tekan : tidak ada
- Hernia : tidak ada
- Hepar: tidak teraba
- Lien : tidak pemebesaran
13. Anus dan rektum
- Pembesaran vena / hemoroid : tidak ada
- Adanya tumor : tidak ada
- Kebersihan : bersih
14. Genetalia
a. Pada Wanita
- Edema: tidak ada
- Varices: tidak ada
- Keputihan: tidak ada
- Kebersihan: bersih
- Condiloma: tidak ada
- Pembesaran kelenjar bartolini/bartolitis: tidak ada
- Keadaan perineum: tidak ada
- Keadaan lokhea: tidak ada
15. Ekstermitas
a. Atas
- Terpasang infus di tangan kiri
- Kelengkapan anggota gerak : lengkap
- Kelainan jari (Syndactili, polidactili) : tidak ada kelainan
- kekuatan otot : kanan 5 kiri 5
5 5
5 5
V. DIAGNOSTIK TEST
1. Laboratorium
Tanggal 9/01/2023 H / Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hemoglobin 12,0 g/dl 11.7 – 15.5
Leukosit 5.9 10 ^ 9/L 3.6 – 11.0
Eritrosit 5.1 10 ^ 12/L 3.80 – 5.20
Hematokrit 37.1 % 35 – 47
Trombosit 368 10 ^ 9/L 150 – 400
DIFF COUNT
Eosinofil 3 % 2–4
Basofil 0 % 0–1
Netrofil Segmen 50.2 % 50 – 70
Limfosit 38.8 % 25 – 40
Monosit 8 % 2-8
NLR 1.3
Absolute 2289 /mm3
Lymphocyte Count
LED
Golongan Darah O/Rh (+)
CT-BT
Masa pembekuan 3:56 Menit 3-5
(CT)
Masa pendarahan 2:04 menit 1-3
(BT)
Serologi Imunologi
SARS – COV – 2 Negatif Negatif
Antigen
2. Radiologi
USG PAYUDARA KANAN KIRI.
Pola echostruktur jaringan fibroglanduler kedua payudara tampak normal, Tidak
tampak distorsi
Tidak tampak lesi padat maupun kistik pada payudara kanan kiri
Tidak tampak dilatasi duktus laktiferous
Lemak subkutis kanan-kiri dalam batas normal.
Tidak lampak retraksi.
Tampak limfadenopati aksila kanan multipel ukuran terbesar 3.2 x 1.8 cm dan pada
aksila kiri ukuran terbesar 1.5 x 0.7 cm
Kesan
Limfadenopati aksila kanan multipel ukuran terbesar 3.2 x 1.6 cm dan pada
aksila kiri ukuran terbesar 1.5 x 0.7 cm
Tidak tampak tumor padat maupun kistik pada kedua payudara.
PROGRAM PENGOBATAN
No. Nama Obat Dosis Cara Aturan Tanggal
Pemberian Pakai
1. Gentamicin 300 mg Oral 2 x 300 mg 18, 19, 20
Januari
2023
2. Ondansetron 1 mg Injeksi 2 x 1 gr 18 Januari
2023
3. Ketorolac 1 amp Injeksi 3 x 1 amp 18, 19, 20
Januari
2023
4. Cefazolin 1 gr Injeksi 1 x 1 gr 18 Januari
2023
ANALISA OBAT
No. Nama Obat Indikasi Kontra Indikasi Efek Samping Implikasi Keperawatan
2. DS: Ansietas K
1) Pasien ri
mengatakan si
khawatir dengan s
efek operasi Si
takut nyeri tu
DO: as
1) Gelisah io
2) Tegang n
3) Sulit tidur al
4) Mual
Tanda Tangan
RENCANA KEPERAWATAN
Tgl 18 Januari Tgl 18 Januari 2022 jam : 10.00 Tgl 18 Januari 2022 jam : 10.00 WIB Tgl 18 Januari 2022 jam : 10.00
2022 jam : 10.00 WIB Reduksi Ansietas (I.09314) WIB
WIB (L.09093) Observasi
(D.0080) Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda-tanda ansietas 1. Memperhatikan kondisi pasien
Ansietas keperawatan selama 3x5 jam Terapeutik 2. Mengurangi rasa cemas pada
berhubungan maka diharapkan tingkat ansietas 2. Temani pasien untuk mengurangi pasien
dengan krisis dengan kriteria hasil: ansietas, jika memungkinkan 3. Agar pasien tidak merasa
situasional 1. Vebalisasi khawatir akibat Edukasi kesepian dan selalu
kondisi yang dihadapi 3. Anjurkan keluarga untuk tetap mendapatkan suport
menurun bersama pasien 4. Untuk memberi rasa nyaman
2. Perilaku gelisah menurun 4. Latih teknik relaksasi pada pasien
3. Perilaku tegang menurun Kolaborasi 5. Untuk mengurangi rasa cemas
4. Pola tidur membaik 5. Kolaborasi pemberian obat pada pasien
ansietas, jika perlu
18 Januari 2022 18 Januari 2022
18 Januari 2022
18 Januari 2022
Tgl 18 Januari Tgl 18 Januari 2022 jam : Tgl 18 Januari 2022 jam : 10.00 Tgl 18 Januari 2022 jam :
2022 jam : 10.00 10.00 WIB WIB 10.00 WIB
WIB (L.14137) Pencegahan infeksi (I.14539)
(D.0142) Setelah dilakukan tindakan Observasi 1. Untuk mengetahui tanda dan
Resiko infeksi asuhan keperawatan selama 3x5 1. Monitor tanda dan gejala gejala infeksi dalam tubuh
dibuktikan dengan jam diharapkan tingkat infeksi infeksi pasien.
efek prosedur invasif menurun dengan kriteria hasil: Terapeutik: 2. Mencegah infeksi.
1. Kebersihan tangan meningkat 2. Cuci tangan sebelum dan 3. Mencegah terjadinya infeksi.
2. Kebersihan badan meningkat sesudah kontak dengan 4. Memberi gambaran apa saja
3. Nafsu makan meningkat pasien dan lingkungan yang akan terjadi karena infeksi.
4. Nyeri menurun pasien 5. Mencuci tangan yang benar
Edukasi : merupakan salah satu upaya
3. Jelaskan tanda dan gejala pencegahan penyakit.
infeksi 6. Mencaga tubuh tetap ternutrisi
4. Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
5. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
6. Anjurkan meningkatkan 18 Januari 2022
18 Januari 2022
asupan caian
18 Januari 2022
18 Januari 2022
CATATAN PERKEMBANGAN
- Mengidentifikasi
10. 12 WIB respon nyeri non
verbal
DS: pasien
mengatakan
sangat nyeri
sedang senut-
senut hilang
timbul
DO: pasien meringis
- Kolaborasi
pemberian
gentamicin
10.15 WIB 2x300 gr dan
cefazolin 1x1gr
DS: pasien
mengatakan
nyerinya
berkurang
DO: pasien
rileks
E:
S:
- Pasien
11.30 WIB mengatakan
masih nyeri
hilang timbul
O:
- Skala nyeri 4
A:
- Masalah nyeri
akut belum
teratasi pasien
masih mengeluh
nyeri
P:
- Lanjutkan
intervensi
kolaborasi
pemberian
ketorolac 2x1
amp
2. (D.0080) Selasa, 18 I:
Ansietas Januari 2023 - Monitor tanda-
berhubungan 10.13 WIB tanda ansietas
dengan krisis DS: -
situasional
DO: pasien gelisah
- Anjurkan
keluarga untuk
10.14 WIB tetap bersama
pasien
DS: pasien
mengatakan
takut sendiri
E:
S:
- pasien
mengatakan
takut
menggerakan
tangan kanan
karena takut
nyeri
O:
- pasien berhati-
hati
A:
- masalah ansietas
belum teratasi
pasien masih
cemas
P:
- lanjutkan
intervensi no 4
3. (D.0142) Selasa, 18 I:
Resiko infeksi Januari 2023 - Memonitor tanda
dibuktikan 10.16 WIB dan gejala infeksi
dengan:Efek lokal dan sistemik
prosedur DS: pasien
invasif mengatakan nyeri
setelah operasi lebih
baik dari sebelum
operasi
DO: pasien lemah
10.20 WIB E:-
S:
- Pasien
mengatakan
nyeri
O:
- luka post
operasi di aksila
dextra
A:
- Masalah resiko
infeksi belum
teratasi
P:
- Lanjutkan
intervensi 2, 3
dan 4
4. (D.0077) Rabu, 19 S:
Nyeri akut Januari 2023 - Pasien
b.d. agen mengatakan
pencedera 07.05 WIB nyeri pada
fisik (prosedur ketiak kanan
operasi) O:
- Luka post
operasi di aksilla
dextra
- Skala nyeri 3
A:
- Masalah nyeri
belum teratasi
pasien masih
mengeluh nyeri
07.10 WIB P:
- Lanjutkan
intervensi no
3,4, 5, 6
I:
- Memberikan
teknik
nonfarmakologis
untuk
mengurangi rasa
nyeri (relaksasi
nafas dalam)
DS: pasien
mengatakan
dapat memahami
teknik yang
diberikan
DO: pasien rileks
07. 15 WIB
- mengontrol
faktor
lingkungan yang
memperberat
rasa nyeri: suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan
DS: pasien
mengatakan
suhu panas
memperparah
nyeri
DO: pasien lemah
- mengajarkan
teknik
- kolaborasi
pemberian
- menganjurkan
meningkatkan
E:
S:
10. 00 WIB - pasien
mengatakan
masih nyeri kaki
kiri
O:
- kaki kiri masih
bengkak
A:
- masalah resiko
infeksi teratasi
sebagian
P:
- lanjutkan
intervensi no 2
7. (D.0077) kamis, 20 S:
Nyeri akut Januari 2023 - pasien
b.d. agen 12.00 WIB mengatakan
pencedera sudah tidak nyeri
fisik (prosedur O:
operasi) - skala nyeri 3
A:
12.40 WIB - masalah nyeri
teratasi sebagian
P:
- lanjutkan
intervensi no 6
I:
- Kolaborasi
pemberian
analgetik
ketorolac 3x1
amp
E:
S:
- pasien
mengatakan
sudah tidak nyeri
O:
- pasien rileks
A:
- masalah nyeri
teratasi
P:
- stop intervensi
8. (D.0080) kamis, 20 S:
Ansietas Januari 2023 - pasien
berhubungan 12.20 mengatakan
dengan krisis sudah tenang dan
situasional tidak cemas lagi
O:
- pasien rileks
A:
- masalah teratasi
12.30 sebagian
P:
- lanjutkan
intervensi no 4
I:
- melatih teknik
relaksasi
E:
S:
- pasien
mengatakan
sudah tidak
cemas
O:
- pasien rileks
A:
- masalah ansietas
teratasi
P:
- stop intervensi
9. (D.0142) kamis, 20 S:
Resiko infeksi Januari 2023 - pasien
dibuktikan mengatakan
dengan:Efek sudah tidak ada
prosedur keluhan
invasif 12.35 WIB O:
- pasien rileks
A:
- masalah resiko
infeksi teratasi
P:
- Lanjutkan
intervensi no 3
I:
20. 40 WIB - menjelaskan
tanda dan gejala
infeksi
DS: pasien
mengatakan
paham
DO: pasien
rileks
E:
S:
- Pasien
mengatakan
sudah tidak ada
keluhan
O:
- Pasien rileks
A:
- Masalah resiko
infeksi teratasi
P:
- Stop intervensi
DAFTAR PUSTAKA
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2023. Limfadenopati.
Kusuma, A. J. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Klien Post Limfadenektomi
Atas Indikasi Limfadenopati Dengan Nyeri Akut Di Ruang Melati 3a Rsud
Dr. Soekardjo Tasikmalaya.
Putri, R. C. A. (2022). Asuhan Keperawatan Pada Ny. E Dengan Brain Metastase
Di Ruang Anggrek 2 Rsup Dr. Sardjito (Doctoral Dissertation, Poltekeks
Kemenkes Yogyakarta).
Thendiono, Eduward. 2021. Prognosis Limfadenopati.