Anda di halaman 1dari 77

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn.

F
POST OPERASI LIMFADENOPATI AKSILA DI RUANG ANGGREK
KAMAR 18.2 RS PANTI WILASA CITARUM SEMARANG

DISUSUN OLEH:
YULIANI/2002082

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN BETHESDA YAKKUM
YOGYAKARTA
2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Nn. F Post Operasi Limfadenopati
Aksila Di Ruang Anggrek Kamar 18.2 Rs Panti Wilasa Citarum Semarang ini telah di
setujui oleh pembimbing akademik dan pembimbing klinik untuk memenuhi tugas mata
kuliah keperawatan medikal bedah di semester V.

Yogyakarta, 18 Januari 2023

Mengetahui
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Dedy Haryanto, AMK Indah Prawesti, S.Kep., Ns., M.Kep

Praktikan

Yuliani

LAPORAN PENDAHULUAN LIMFADENOPATI AKSILA


A. Definisi Limfadenopati Aksila
Limfadenopati merupakan pembesaran Sistem Limfatik dengan ukuran lebih dari 1 cm.
Berdasarkan lokasinya limfadenopati terbagi menjadi limfadenopati generalisata dan
limfadenopati lokalisata (Oehadian, 2013).

Sebuah penelitian oleh AW Bazemore tahun 2002 (Oehadian 2013) limfadenopati


adalah abnormalitas ukuran atau karakter kelenjar getah bening. Terabanya kelenjar
getah bening supraklavikula, iliak atau poplitea dengan ukuran berapa pun dan
terabanya kelenjar epitroklear dengan ukuran lebih besar dari 5 mm yang merupakan
keadaan
abnormal

B. Anatomi-fisiologi
Definisi jaringan limfatik (atau yang sering disebut jaringan limfoid) adalah jaringan
penyambung retikuler yang diinfiltrasi oleh limfosit. Jaringan limfoid ini terdistribusi
luas di seluruh tubuh baik sebagai organ limfoid ataupun sebagai kumpulan limfosit
difus dan padat. Organ limfoid sendiri merupakan massa atau sekumpulan jaringan
limfoid yang dikelilingi oleh kapsul jaringan penyambung atau dilapisi oleh epitelium.
(Kusuma, 2019).

Secara garis besar sistem limfatik tubuh dapat dibagi atas sistem konduksi, jaringan
limfoid dan organ limfoid. Sistem konduksi mentransportasi limfe dan terdiri atas
pembuluh - pembuluh tubuler yaitu pembuluh limfe, kelenjar limfe atau nodus limfe,
saluran limfe, jaringan limfoid dan organ limfoid. Hampir semua jaringan tubuh
memiliki pembuluh atau saluran limfe yang mengalirkan cairan dari ruang interstisial.
(Pearce, 2016).
1. Pembuluh limfe
Semakin ke dalam ukuran pembuluh limfe makin besar dan berlokasi dekat dengan
vena. Seperti vena, pembuluh limfe memiliki katup yang mencegah terjadinya
aliran balik. Protein yang dipindahkan dari ruang interstisial tidak dapat
direabsorbsi dengan cara lain. Protein dapat memasuki kapiler limfe tanpa
hambatan karena struktur khusus pada kapiler limfe tersebut, di mana pada ujung
kapiler hanya tersusun atas selapis sel-sel endotel dengan susunan pola saling
bertumpang sedemikian rupa seperti atap sehingga tepi yang menutup tersebut
bebas membuka ke dalam membentuk katup kecil yang membuka ke dalam
kapiler. Otot polos di dinding pembuluh limfe menyebabkan kontraksi beraturan
guna membantu pengaliran limfe menuju ke duktus torasikus.
2. Kelenjar limfe atau nodus limfe
Kelenjar limfe atau nodus limfe berbentuk kecil lonjong atau seperti kacang dan
terdapat di sempanjang pemnuluh limfe. Kerjanya sebagai penyaring dan dijumpai
di tempat-tempat terbentuknya limfosit. Kelompok-kelompok utama terdapat di
dalam leher, aksila, toraks, abdomen dan lipat paha.

Gambar Kelenjar limfe (Pearce, 2016)


3. Saluran limfe
Struktur pembuluh limfe serupa vena kecil, tetapi memiliki lebih banyak katup
sehingga pembuluh limfe tampaknya seperti rangkaian merjan. Pembuluh limfe
yang terkecil atau kapiler limfe lebih besar dari pada kapiler darah dan terdiri atas
selapis endothelium. Pembuluh limfe bermula sebagai jalinan halus kapiler yang
sangat kecil atau sebagai rongga-rongga limfe di dalam jaringan berbagai organ.
Sejenis pembuluh limfe khusus disebut lakteal (kilus) dijumpai dalam vili usus
kecil. Terdapat dua batang saluran limfe yang utama yaitu ductus torasikus dan
batang saluran kanan. (Pearce, 2016) : Duktus toraksikus bermula sebagai
reseptakulum kili atau sisternakili di depan vertebra lumbalis. Kemudian berjalan
ke atas melalui abdomen dan torak menyimpang ke sebelah kiri kolumna
vertebralis, kemudian bersatu dengan vena -vena besar di sebelah bawah kiri leher
dan menuangkan isinya ke dalam vena-vena itu.

Ductus toraksikus mengumpulkan limfe dari semua bagian tubuh, kecuali dari
bagian yang menyalurkan limfenya ke ductus limfe kanan (batang saluran kanan).
Ductus limfe kanan ialah saluran yang jauh lebih kecil dan mengumpulkan limfe
dari sebelah kanan kepala dan leher, lengan kanan dan dada sebelah kanan dan
menuangkan isinya ke dalam vena yang berada di sebelah bawah kanan leher. Pada
waktu infeksi, pembuluh limfe dan kelenjar dapat meradang. Pembengkakan
kelenjar yang sakit tampak ketiak atau lipat paha jika sebuah jari tangan atau jari
kaki terkena infeksi.
4. Jaringan limfoid
Jaringan limfoid terdiri atas nodus dan nodulus limfoid yang mempunyai ukuran
dan lokasi bervariasi. Ukuran nodus biasanya lebih besar, panjangnya berkisar 10-
20 mm dan mempunyai kapsul; sedangkan nodulus panjangnya antara sepersekian
mili meter sampai beberapa milimeter dan tidak mempunyai kapsul. Dalam tubuh
manusia terdapat ratusan nodus limfoid ini (kelenjar limfe atau kelenjar getah
bening) yang tersebar dengan ukuran antara sebesar kepala peniti hingga biji
kacang. Meskipun ukuran kelenjar-kelenjar ini dapat membesar atau mengecil
sepanjang umur manusia, tiap kelenjar yang rusak atau hancur tidak akan
beregenerasi. Jaringan limfoid berfungsi sebagai sistem kekebalan tubuh yang
bertugas untuk menyerang infeksi dan menyaring cairan limfe (atau cairan getah
bening).
5. Organ limfoid
Menurut tahapan perkembangan dan maturasi limfosit yang terlibat di dalamnya,
organ limfoid terbagi atas:
a. Organ limfoid primer atau sentral, yaitu kelenjar timus dan bursa fabricius atau
sejenisnya seperti sumsum tulang. Membantu menghasilkan limfosit virgin dari
immature progenitor cells yang diperlukan untuk pematangan, diferensiasi dan
proliferasi sel T dan sel B sehingga menjadi limfosit yang dapat mengenal
antigen.
b. Organ limfoid sekunder atau perifer, yang mempunyai fungsi untuk
menciptakan lingkungan yang memfokuskan limfosit untuk mengenali antigen,
menangkap dan mengumpulkan antigen dengan efektif, proliferasi dan
diferensiasi limfosit yang disensitisas. oleh antigen spesifik serta merupakan
tempat utama produksi antibodi. Organ limfoid sekunder yang utama adalah
sistem imun kulit atau skin associated lymphoid tissue (SALT), mucosal
associated lymphoid tissue (MALT), gut associated lymphoid tissue (GALT),
kelenjar limfe, dan lien.

Fisiologi Sistem Limfatik


Sistem limfatik merupakan suatu jalan tambahan tempat cairan dapat megalir dari
ruang interstitial ke dalam darah sebagai transudat di mana selanjutnya ia berperan
dalam respon imun tubuh. Secara umum sistem limfatik memiliki tiga fungsi
yaitu :
1. Mempertahankan konsentrasi protein yang rendah dalam cairan interstitial
sehingga protein-protein darah yang difiltrasi oleh kapiler akan tertahan dalam
jaringan, memperbesar volume cairan dan meninggikan tekanan cairan
interstitial. Peningkatan tekanan menyebabkan pompa limfe memompa cairan
interstitial masuk kapiler limfe membawa protein berlebih yang terkumpul
tersebut. Jika sisrtem ini tidak berfungsi maka dinamika pertukaran cairan pada
kapiler akan menjadi abnormal dalam beberapa jam hingga menyebabkan
kematian.
2. Absorbsi asam lemak, transport lemak dan kilus (chyle) ke sistem sirkulasi.
Memproduksi sel-sel imun (seperti limfosit, monosit dan selsel penghasil
antibodi yang disebut sel plasma). Nodus limfoid mempersiapkan lingkungan
tempat limfosit akan menerima paparan pertamanya terhadap antigen asing
(virus, bakteri, jamur) yang akan mengaktivasi limfosit untuk melaksanakan
fungsi imunitas.

C. Epidemiologi
Berdasarkan studi yang dilakukan di Belanda pada tahun 2012, ditemukan 2.556 kasus
limfadenopati yang tidak diketahui penyababnya. Sekitar 10% kasus diantaranya
dirujuk ke subspesialis 3,2% kasus membutuhkan biopsi dan 1,1% merupakan suatu
keganasan. Penderita limfadenopati usia >40 tahun memiliki risiko keganasan sekitar
4% dibandingkan dengan penderita limfadenopati usia. (Kusuma, 2019).

<40 tahun yang memiliki risiko keganasan hanya sekitar 0,4%. (Shannon & Jake,
2012)
Sedangkan menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tanggal 30
September 2010 secara kumulatif jumlah kasus Limfadenopati adalah 778 kasus dari
230.632.700 jiwa penduduk. (Kusuma, 2019).

D. Etiologi
Banyak keadaan yang dapat menimbulkan limfadenopati. Keadaan-keadaan tersebut
dapat diingat dengan mnemonik MIAMI: malignancies (keganasan), infections
(infeksi), autoimmune disorders (kelainan autoimun), miscellaneous and unusual
conditions (lain-lain dan kondisi tak lazim) dan iatrogenic causes (sebab-sebab
iatrogenic).
Tabel Etiologi (Oehadian, 2013)
No Penyebab Karakteristik Diagnostik

a. Keganasan
Demam, keringat Biopsi kelenjar.
malam, penurunan
1) Limfoma BB, asimptomatik
Memar, Pemeriksaan
splenomegaly. hematologi,
aspirasi sumsung
2) Leukemia tulang.
3) Neoplasma Lesi kulit Biopsi lesi
Kulit karakteristik
4) Sarcoma Lesi kulit Biopsi lesi
Kaposi karakteristik.
Bervariasi tergantung Biopsi.
5) Metastasis tumor primer.
b.
Infeksi
Demam, menggigil, Kultur darah,
1) Bruselois malaise. serologi.
2) Cat-scratch Demam, menggigil Diagnosis klinis,
disease atau asimptomatik. biops.
Hepatitis, Antibodi CMV,
pneumonitis, PCR.
asimptomatik,
3) CMV influenza-like illness.
4) HIV, infeksi Nyeri, promiskuitas HIV RNA.
primer seksual
5) Limfogranulo Demam, malaise, Diagnosis klinis,
ma venereum splenomegali. titer MIF.
Demam, eksudat Pemeriksaan
orofaringeal. hematologi,
Monospot,
6) Mononukleosis serologi EBV.
Ruam karakteristik, Kultur tenggo-
7) Faringitis demam rokkan.
8) Rubela Demam, keringat Serologi.
malam, hemoptysis,
riwayat kontak.
Demam, ulkus pada PPD, kultur
tempat gigitan. sputum, foto
9) Tuberkulosis thoraks.
Demam, konstipasi, Kultur darah,
diare, sakit kepala, serologi.
nyeri perut, rose
10) Tularemia spot.
Ruam, ulkus tanpa Kultur darah,
nyeri. kultur sumsum
11) Demam tifoid tulang.
Demam, mual, Rapid plasma
muntah, diare, reagin.
12) Sifilis ikterus.
Artritis, nefritis, Serologi
anemia, ruam, hepatitis, uji
13) Hepatitis virus penurunan BB fungsi hati.
c.
Autoimun
1) Lupus Artitis simetris, kaku Klinis, ANA,
eritematosus pada pagi hari, DNA, LED,
sistemik demam. hematologi.
Perubahan kulit, Klinis, radiologi,
kelemahan otot faktor
proksimal rheumatoid,
2) Artritis LED,
rheumatoid hematologi.
Kerato EMG, kreatinin
konjungtivitis, kinase serum,
3) Dermatomiosit gangguan ginjal, biopsi otot.
is vasculitis.
Demam, Uji Schimmer,
konjungtivitis, biopsi bibir,
4) Sindrom strawberry tongue. LED,
Sjogren hematologi.
d. Lain – lain/
kondisi tak lazim
Perubahan kulit, Kriteria klinis.
1) Penyakit dyspnea, adenopati
Kawasaki hilar.
2) Sarcoidosis Demam, urtikaria, ACE serum, foto
fatigue. toraks, biopsi
paru/ kelenjar
hilus.
e.
Iatrogenik
1) Serum Limfadenopati Klinis, kadar
sickness asimptomatik. komplemen.
Penghentian obat.
2) Obat

E. Klasifikasi
Tabel Klasifikasi Limfadenopati (Oehadian 2013)
Kelompok KGB Keterangan

Level I

a. Sublevel I A KGB dalam batas segitiga antara m.


(submental) digastricus bagian anterior dan tulang
hyoid.
Kelompok ini mempunyai risiko
metastasis keganasan dari mulut,
anterior lidah, anterior mandibula, bibir
bawah.

b. Sublevel I B KGB dalam batas m. digastrik bagian


(submandibular anterior, m. stilohioid dan mandibula.
) Kelompok ini mempunyai risiko
metastasis keganasan dari kavum oral,
kavum nasal anterior, jaringan lunak
wajah dan glandula submandibularis.

Level II
(jugular atas) KGB di antara vena jugularis interna
1/3 atas, nervus asesorius spinalis mulai
dari basis kranii sampai bagian inferior
tulang hyoid.
Kelompok ini mempunyai risiko untuk
metastasis keganasan dari kavum oral,
kavum nasi, nasofaring, orofaring,
hipofaring, laring dan kelenjar parotis.
Terletak di bagian anterior nervus
a. Sublevel II A asesorius spinalis.

Terletak di bagian anterior nervus


b. Sublevel II B asesorius spinalis.

Level III KGB di antara vena jugularis interna


(jugular tengah) 1/3 tengah, mulai bagian inferior tulang
hyoid sampai bagian inferior kartilago
krikoidea.
Kelompok ini mempunyai risiko untuk
metastasis keganasan dari kavum oral,
nasofaring, orofaring, hipofaring dan
laring.

Level IV KGB di antara vena jugularis interna


(jugular bawah) 1/3 bawah, mulai bagian inferior
kartilago krikoidea sampai klavikula.
Kelompok ini mempunyai risiko untuk
metastasis keganasan dari hipofaring
tiroid, esofagus bagian servikal dan
laring.

Level V KGB di sekitar nervus asesoris


(posterior triangle pertengahan bawah dan arteri servikal
group) trnasversa.

Kelompok ini mempunyai risiko


metastasis keganasan dari nasofaring,
orofaring dan struktur kulit pada
posterior kepala dan leher.

a. Sublevel V A Di atas batas inferior arkus krikoideus


anterior, termasuk kelenjar asesoris
spinal.
b. Sublevel V B
Di bawah batas inferior arkus
krikoideus anterior, termasuk kelenjar
supraklavikula (kecuali nodus Virchow
di level IV).

Level VI KGB diantara tulang hyoid dan takik


(anterior triangle suprasternal (suprasternal notch).
group) Kelompok ini mempunyai risiko untuk
metastasis keganasan dari tiroid, laring
bagian glottis dan subglotis, apeks sinus
piriformis dan esophagus bagian
servikal.

F. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis yang sering terjadi pada penderita Limfadenopati seperti demam
yang berkepanjangan dengan suhu lebih dari 38,0OC, sering keringat malam,
kehilangan Berat Badan (BB) lebih dari 10% dalam 6 bulan, timbul benjolan di daerah
Sub Mandibular, ketiak dan lipat paha. Gejala pada Limfadenopati atau pembesaran
KGB seperti klien mungkin mengalami gejala Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA),
merasa agak lembut kelenjar di bawah kulit di sekitar telinga, di bawah dagu, di
bagian atas dari leher, ada beberapa yang mengalami infeksi kulit, infeksi
(mononucleosis atau “mono” HIV, dan jamur atau parasite infeksi) dan gangguan
kekebalan tubuh seperti lupus atau rheumatoid arthritis. (Oktarizal, 2019).

G. Pathway
Pathway Limfadenopati (Setyorini, 2014).

H. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang menurut Kusuma (2019) diantaranya yaitu :
1. Biopsi eksisi merupakan gold standar dari pemeriksaan limfadenopati namun
tidak semua pusat layanan kesehatan dapat melakukan prosedur ini karena
keterbatasan sarana dan tenaga medis. Disamping itu, metode biopsi eksisi ini
tergolong invasif dan mahal.
2. Biopsi aspirasi jarum halus merupakan penunjang yang cukup baik dalam
menggantikan jika pusat pelayanan kesehatan memiliki keterbatasan sarana dan
tenaga medis. Meskipun biopsi aspirasi jarum halus adalah diagnosis pertama
yang mapan alat untuk evaluasi kelenjar getah bening, hanya biopsi inti atau
biopsi eksisi akan cukup untuk diagnosis formal limfoma ketika teknik analitik
lebih lanjut tidak tersedia, seperti imunohistokimia, aliran cytometry dan noda
khusus.
3. Pemeriksaan laboratorium limfadenopati terutama dilihat dari riwayat dan
pemeriksaan fisik berdasarkan ukuran dan karakteristik lain dari nodul dan
pemeriksaan klinis keseluruhan klien. Ketika pemeriksaan laboratorium
ditunjukkan, itu harus didorong oleh pemeriksan klinis. Pemeriksaan
laboratorium dari limfadenopati diantaranya adalah complete blood cell count
(CBC) with differential, erythrocyte sedimentation rate (ESR), lactate
dehydrogenase (LDH), specific serologies based on exposures and symptoms
[B. henselae, Epstein–Barr virus (EBV), HIV], tuberculin skin testing (TST).
4. Pemeriksaan radiologi diantaranya yaitu ultrasonografi bisa berguna untuk
diagnosis dan monitor klien dengan limfadenopati, terutama jika mereka
memiliki kanker tiroid atau riwayat terapi radiasi saat muda. Tetapi harus
dipikirkan bahwa meski di klien kanker pembesaran kelenjar getah bening jinak
lebih sering dibandingkan yang ganas. Bentuk dari nodul limfa jinak biasanya
berbentuk oval tipis sedangkan ganas berbentuk bulat dan kenyal. Perbedaan di
ukuran atau homogenitas tidak menjadi indikator patologi yang bisa diandalkan.
5. Magnetic Resonance Imaging (MRI) sebelum meluasnya penggunaan
gadolinium dan teknik supresi lemak, MRI sering tidak lebih spesifik
dibandingkan Computerized Tomography (CT) dalam karakterisasi nodul limfa
servikal metastasis karena rendahnya kemampuan untuk menunjukkan nodul
yang bertambah secara heterogen, tanda metastasis nodul yang sangat akurat
dalam pengaturan SCC leher. Namun, teknologi scan MRI meningkat,
peningkatan gadolinium, dan rangkaian supresi lemak telah memungkinkan
akurasi yang sebanding. Juga, deteksi MRI dari invasi arteri karotis oleh
penyebaran ekstrakaspular tumor dari nodul sering kali lebih unggul daripada
CECT.
6. Pemeriksaan CT nodul limfa dilakukan bersamaan selama pemeriksaan CT
terhadap sebagian besar tumor suprahyoid dan infrahyoid atau peradangan.
Kualitas penilaian nodul limfa sangat tergantung pada keberhasilan mencapai
konsentrasi kontras yang tinggi dalam struktur arteri dan vena leher. Jika tidak,
nodul dan pembuluh mungkin tampak sangat mirip. (Rasyid et al. 2018).

I. Penatalaksanaan
Penatalaksaan limfadenopati berdasarkan pada penyebab masing-masing limfadenopati
tersebut. Tatalaksana atau pengobatan awal yang dilakukan pada Limfadenopati
biasanya adalah diberikan antibiotik dengan durasi 1-2 minggu serta diobservasi.
Beberapa antibiotik ditargetkan untuk bakteri seperti Staphylococcus aureus dan
Streptococci group A. Antibiotik yang disarankan untuk limfadenopati adalah
cephalosporins, amoxicillin/clavulanate (Augmentin), orclindamycin. Obat
kortikosteroid sebaiknya dihindari terlebih dahulu pada beberapa saat karena
pengobatan dengan kortikosteroid dapat menunda diagnosis hitologik dari leukemia
atau limfoma. (Rasyid et al. 2018).

Pelaksanaan medis pada pasien limfadenopati dengan tindakan pembedahan atau


surgical staging disebut dengan limfadenektomi. Limfadenektomi adalah suatu
tindakan
pembedahan atau surgical staging untuk mengangkat kelenjar getah bening. Ada dau
jenis tindakan limfadenektomi, yaitu Limfadenektomi selektif (sampling
lymphadenectomy/selective lymphadenectomy) yaitu tindakan yang hanya
mengangkat
kelenjar getah bening yang membesar saja dan Limfadenektomi sistematis (systematic
lymphadenectomy) yaitu mengangkat semua kelenjar getah bening pelvis dan para-
aorta (Budi, 2013).

J. Komplikasi
Limfadenopati dapat menimbulkan komplikasi yang serius jika limfadenopati terdapat
pada mediastinal, hal ini dapat menyebabkan vena cava superior syndrome dengan
obstruksi dari aliran darah, bronchi atau obstruksi trachea. Bila limfadenopati pada
abdominal (perut) dapat menyebabkan konstipasi dan obstruksi intestinal yang dapat
mengancam kesehatan. Limfadenopati yang disebabkan oleh keganasan dapat
mengganggu metabolism tubuh yang menyebabkan nephropathy, hyperkalemia,
hypercalcemia, hypocalcemia dan gagal ginjal.
(Oktarizal, 2019).

K. Pencegahan
Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Cara terbaik untuk mencegah
limfadenopati adalah dengan melakukan pemeriksaan sedini mungkin saat mengalami
gejala infeksi. Pemeriksaan juga perlu dilakukan bila terdeteksi adanya benjolan di
bawah kulit. Limfadenopati juga dapat dicegah dengan menjaga kebersihan dan
penanganan luka yang baik, misalnya dengan memberikan antiseptik pada goresan atau
luka di kulit.

L. Prognosis
Prognosis limfadenopati tergantung pada etiologi penyebabnya. Kelenjar getah bening
dapat teraba pada orang yang sehat, disebabkan patofisiologi replikasi sel-sel nodus
limfe sebagai respon terhadap stimulus antigen. Kondisi ini biasa ditemukan pada
pasien anak di daerah leher, dan sebagian besar kasus menghilang spontan selama 4-6
minggu.
(Thendiono, 2021)

M. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap pertama dari proses keperawatan yang mencangkup
pengumpulan data, penyusunan, validasi dan pencatatan data. Pengkajan dibagi
dalam pengumpulan data dan pengorganisasian data. Pengkajian dilakukan
sebelum penetapan diagnosa keperawatan. Pengkajian merupakan proses yang
kontiyu dilakukan dalam setiap tahap proses keperawatan. Pengkajian dilakukan
untuk mementukan hasil strategi keperawatan yng telah dilakukan dan
mengevaluasi
pencapaian tujuan. (Sumijatun, 2010).
Pengumpulan data
a. Identitas klien
Meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan,
suku/bangsa, agama, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, nomor
medrec, diagnosis medis dan alamat.
b. Identitas penanggung jawab
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, hubungan dengan klien dan
alamat.
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan sekarang
a) Keluhan Utama Saat Masuk RS
Menjelaskan mengenai keluhan utama yang pertama kali klien rasakan
seperti nyeri tekan, demam, kelelahan atau berkeringat malam hari.
Dituliskan juga penanganan yang pernah dilakukan dan penanganan
pertama yang diberikan saat masuk rumah sakit.
b) Keluhan Utama Saat dikaji
Keluhan utama yang bisa ditemukan pada klien dengan post operasi
limfadenopati adalah nyeri pada luka post operasi dan tidak dapat
bebas digerakkan. (Sugiani, 2015).

Nyeri luka post operasi merupakan keluhan yang sering ditemukan


pada klien dengan gangguan sistem limfatik (limfadenopati). Perawat
harus lebih jauh mengkaji tentang karakteristik nyeri luka post operasi
yang berhubungan dengan Limfadenopati. Rasa nyeri yang dirasakan
bisa sama ataupun berbeda dari satu klien ke klien lain, bergantung
pada ambang nyeri dan toleransi nyeri masing masing klien. (Sugiani,
2015). Keluhan utama dapat dikaji dengan cara PQRST :
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Pengkajian riwayat penyakit dahulu yang mendukung dengan mengkaji
apakah sebelumnya klien pernah menderita infeksi saluran pernapasan atas,
faringitis, penyakit periodontal, konjungtivis, limfadenitis, tinea, gigitan
serangga, imunisasi yang tidak lengkap dan dermatitis. Tanyakan
mengenai obat – obat yang biasa diminum oleh klien pada masa lalu yang
masih relevan (Suradhipa & Ariawati, 2019).
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh keluarga,
serta bila ada anggota keluarga yang meninggal, maka penyebab kematian
juga ditanyakan. (Suradhipa & Ariawati, 2019).
d. Pola aktivitas sehari-hari
1) Pola Nutrisi
Hal yang perlu dikaji dalam nutrisi antara lain : jenis makanan dan
minuman, porsi yang dihabiskan, keluhan mual dan muntah, lokasi nyeri,
nafsu makan. perawat juga harus memperhatikan adanya perubahan pola
makan sebelum dan saat sakit, penurunan turgor kulit, berkeringat, dan
penurunan berat badan.
2) Pola Eliminasi
Pada klien dengan limfadenopati biasanya cenderung mengalami
peningkatan reabsorbsi natrium di tubulus distal sehingga terjadi retensi
urine.
3) Pola istirahat
Pada klien dengan limfadenopati cenderung mengalami penurunan kualitas
tidur dikarenakan adanya gejala konstitusional seperti berkeringat malam
hari.
4) Personal Hygiene
Kebersihan pada klien dengan limfadenopati biasanya masih terjaga
kebersihannya terkecuali jika sudah mengalami keganasan atau infeksi
yang non spesifik seperti tuberculosis, limfoma dan penyakit vascular
kolagen.
5) Aktivitas
Pada klien dengan limfadenopati biasanya tidak terbatas.
e. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada klien dengan limfadenopati dapat dilakukan secara
persistem berdasarkan hasil observasi keadaan umum, pemeriksaan persistem
meliputi : Sistem Pernafasan, Sistem Kardiovaskular, Sistem Persyarafan,
Sistem Urinaria, Sistem Pencernaan, Sistem Muskuloskeletal, Sistem
Integumen, Sistem Endokrin, Sistem Limfatik, Sistem Pendengaran, Sistem
Pengelihatan dan Pengkajian Sistem Psikososial. Biasanya pemeriksaan
berfokus menyeluruh pada sistem Limfatik. (Suradhipa & Ariawati, 2019).
f. Pemeriksaan Psikologi
1) Data Psikologi
Data psikologis yang dikaji meliputi status emosi klien, kecemasan, pola
koping, gaya komunikasi dan konsep diri. (Suradhipa & Ariawati, 2019).
2) Data Sosial
Dikaji hubungan klien dengan keluarga, klien dengan petugas kesehatan
tempat klien dirawat dan hubungan klien dengan sesama klien di ruangan
tempat klien dirawat. (Suradhipa & Ariawati, 2019).
3) Data Spiritual
Pengkajian spiritual klien meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan
perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi,
kognitif dan perilaku klien. Perawat mengumpulkan pemeriksaan awal pada
klien tentang kapasitas fisik dan intelektualnya saat ini.
g. Pemeriksaan Diagnostik
1) Hb / Ht : untuk mengkaji sel darah yang lengkap.
2) Leukosit : untuk melihat apakah adanya kemungkinan infeksi atau
tidak.
3) Analisa Gas Darah : menilai keseimbangan asam basa baik metabolik
maupun respiratorik.
4) Tes fungsi ginjal dan hati (BUN, Kreatinin) : menilai efek yang terjadi
terhadap fungsi hati atau ginjal.
5) CT – Scan : menilai CT nodul limfa terhadap sebagian peradangan.
6) Tiroid : menilai aktifitas tiroid.
7) EKG : menilai hipertrofi atrium, ventrikel, iskemia, infark dan
distritmia.
h. Terapi
Terapi merupakan data obat yang dikonsumsi atau diberikan kepada klien.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah menganalisis data subjektif dan objektif untuk
membuat diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan melibatkan proses berfikir
kompleks tentang data yang dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam medik dan
pelayanan kesehatan yang lain (Bararah & Jaurah, 2013). Diagnosa keperawatan
yang muncul pada klien dengan Post Operasi Limfadenopati (Setyorini, 2014):
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (Prosedur operasi)
2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.
3. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan nafas
4. Resiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif
5. Resiko tidak seimbangan cairan dibuktikan dengan prosedur pembedahan mayor

3. Intervensi Keperawatan (Nursing Care Plan)


DIAGNOSIS
KEPERAWATAN &
DATA PENUNJANG TINDAKAN KEPERAWATAN
Tgl.......... jam : ....... WIB Tujuan dan Kriteria Tindakan
(D.0077) Tgl......... jam :........ WIB Tgl........... jam : ............. WIB
Nyeri akut b.d. agen pencedera fisik Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri ( I.08238) Observasi
(prosedur operasi) d.d keperawatan selama ...x24 jam di 1. Identifikasi lokasi , karakteristik, durasi,
Ds: harapkan tingkat nyeri menurun frekuensi, kualitas dan intesitas nyeri
1. mengeluh nyeri (L.08066) dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi skala nyeri
Do: 1. Keluhan nyeri menurun 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
1. tampak meringis 2. Merigis menurun 4. Identifikasi factor yang memperberat
2. bersikap protektif 3. Mampu mengontrol nyeri (mampu dan memperingan nyeri
3. gelisah menggunakan tehnik non Terapeutik
4. frekuensi nadi meningkat farmakologi) 5. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
sulit tidur mengurangi rasa nyeri
6. Kontrol lingkungan yang memperberat
nyeri
Edukasi
7. Ajarkan teknik non farmakologi (nafas
dalam)
Kalaborasi
Kalaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
Tgl jam......... : WIB Tgl jam......... : WIB Tgl jam......... : WIB
(D.0001) Setelah dilakukan tindakan (I.01006)
Bersihan jalan nafas tidak efektif keperawatan selama ....x 24 jam Latihan batuk efektif
berhubungan dengan spasme jalan diharapkan bersihan jalan napas 1. Atur posisi semi-fowler atau fowler
nafas dibuktikan dengan: meningkat (L.01001) dengan kriteria 2. Pasang perlak dan bengkok di pangkuan
Ds:- hasil: pasien
Do: 1. Batuk efektif meningkat 3. Buang sekret pada tempat sputum
1. Batuk tidak efektif 2. Produksi sputum menurun 4. Kolaborasi peberian obat
2. Tidak mampu batuk 3. Mengi menurun
3. Sputum berlebih 4. Wheezing menurun
4. Mengi, wheezing dan/atau
ronkhi kering
Tgl ............ jam : WIB Tgl ........... jam :........ WIB Tgl.......... jam : ..........WIB
(D.0109) Setelah dilakukan tindakan Dukungan perawatan diri (I.11348)
Deficit perawatan diri berhubungan keperawatan selama ....x24 jam di Observasi:
dengan kelemahan fisik d.d harapkan tingkat perawatan diri 1. identifikasi kebiasan aktivtas perawatan
Ds: meningkat (L.111030) dengan kriteria diri sesuai usia
1. Menolak melakukan hasil :
perawatan diri 1. Kemampuan mandi meningkat 2. monitor tingkat kemandirian
Do: 3. identifikasi kebutuhan alat bantu
1. Tidak mampu 2. Minat melakukan perawatan diri
meningkat kebersihan diri,berpakaian,berhias,d an
mandi/mengenakan
makan
pakaian/makan/ketoilet/berhia 3. Mempertahakan kebersihan diri
s secara mandiri Terapeutik :
meningkat
2. Minat perawatan diri kurang 4. siapkan keperluan pribadi
4. Mempertahakan kebersihan mulut (mis.parfum,sikat gigi,dan sabun mandi
meningkat
5. dampingi dalam melakukan perawatan
diri sampai mandiri
6. jadwalkan rutinitas perawatan diri
Edukasi :
7. anjurkan melakukan perawatan diri
secara konsisten sesuai kemampuan
Tgl jam......... : WIB Tgl........... jam :.......... WIB Tgl ........... jam :.......... WIB
(D.0036) Setelah dilakukan tindakan Manajemen Cairan (I.03098)
Resiko tidak seimbangan cairan
keperawatan selama ...x 24 jam Observasi
dikbuktikan dengan prosedur
pembedahan mayor diharapkan keseimbangan cairan 1. Monitor status hidrasi
meningkat (L.03020) Terapeutik
dengan kriteria hasil: 2. Catat intake-output dan hitung belence
1. Asupan cairan sedang cairan 24 jam
2. Keluaran urine sedang 3. Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
3. Dehidrasi menurun Kolaborasi
4. Kolaborasi pemberian deuretik
Tgl ........... jam :........ WIB Tgl ........... jam :........ WIB Tgl ........... jam :........ WIB
(D.0142) Risiko infeksi d.d Efek Setelah dilakukan tindakan selama ....x Pencegahan infeksi (I.14539)
prosedur invasif 24 jam keperawatan di harapkan maka Observasi
tingkat infeksi menurun (L.14137) 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
Dengan kriteria hasil : Terapeutik:
1. kebersihan tangan meningkat 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan lingkungan
2. kebersihan badan meningkat nyeri pasien
menurun Edukasi :
3. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
4. Ajarkan cara mencuci tangan dengan
benar
5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
6. Anjurkan meningkatkan asupan caian
Discharge planning
Menurut Putri, 2022 Edukasi pulang mengenai:
1. Kontrol sesuai jadwal kontrol, jika terjadi keluhan yang memberat sebelum jadwal
kontrol segera ke rumah sakit terdekat, misalnya jika pasien mengalami nyeri kepala
hebat, kejang, banyak tidur/pemurunan kesadaran, mual muntah nyemprot.
2. Minum obat sesuai program
3. Manajemen diit dengan memperhatikan nutrisi seimbang, makan makanan tinggi
protein dan serat, ekstra buah dan sayur agar BAB lancar. Makan porsi sedikit tapi
sering.
4. Mematuhi protokol kesehatan
5. Tetap memperhatikan pencegahan risiko jatuh
6. Manajemen nyeri non farmakologi dengan cara mengajarkan teknik relaksasi napas
dalam.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. K DENGAN POST OPERASI
FRAKTUR FEMUR DI RUANG ANGGREK KAMAR 19.1 RS PANTI
WILASA CITARUM SEMARANG

Tgl Pengkajian: 18 Januari 2023 Pukul: 09.00-09.30 WIB Oleh: Yuliani

I. IDENTITAS
A. Pasien
Nama : Nn. F
Tempat/tgl lahir ( umur ) : 28 Januari 2003 (19 tahun)
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum kawin
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar/Mahasiswa
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Tgl.Masuk RS : 17 Januari 2023
No.RM : 311xxx
Ruang : Anggrek, kamar 18.2
Diagnosis Medis : Limfadenopati Axilla
Alamat : Trimulyo, Kota Semarang
B. Keluarga/Penanggung Jawab
Nama : Ny. N
Hubungan
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
II. RIWAYAT KESEHATAN
A. Kesehatan Pasien

1. Keluhan utama saat dikaji :


O: setelah operasi, nyeri selama 3 menit, hilang timbul

P: nyeri post operasi


Q: nyeri senut-senut

R: aksila kanan yang dioperasi


S: 4

T: mendapatkan obat antibiotik ceftriaxone dan ketorolac efek sampingnya mual


U: nyeri akibat tindakan operasi

V: ingin nyerinya berkurang


2. Keluhan tambahan/keluhan yang lain saat dikaji : mual
3. Alasan utama masuk Rumah Sakit

Pasien mengatakan teraba benjolan di ketiak kanan sejak 1 bulan yang lalu dan
terasa nyeri pada benjolan
4. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada hari selasa 17 Januari 2023 pukul 16.00 WIB, pasien datang ke IGD
dengan keluhan ada benjolan di ketiak kurang lebih 1 bulan, benjolan terasa
nyeri, pasien mengatakan sudah periksa 2 kali di dokter BPJS dan di
Puskesmas pada bulan desember 2022, dokter menyarankan untuk dioperasi.
Di IGD dilakukan pemeriksaan TTV, Laboratorium, Radiologi (USG payudara
kanan-kiri) Keadaan umum baik, kesadaran pasien compos mentis, suhu 36,6
0
C, nadi 88x/menit TD 110/70 mmHg. Kemudian dipindahkan ke ruang
Anggrek pada pukul 17.12 WIB. Pasien dioperasi pada tanggal 18 Januari 2023
pukul 07.20-08.50 WIB. Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 18 Januari
2023 jam 09.00 WIB Nn. F berada di ruang Anggrek kamar 18 bed 2,
kesadaran compos mentis, terpasang RL 500 ml, TD: 108/71 mmHg, Suhu :
36,2oC, Spo2, Nadi: 82x/menit, RR: 20, GCS : E 4 V 5 M 6.
5. Riwayat Penyakit yang lain : tidak ada
6. Alergi: tidak ada

B. Kesehatan Keluarga

: laki-laki
: perempuan
: Pasien
: Meninggal
----------- : Tinggal Serumah
Kesimpulan:
Nn. F adalah seorang anak. Pasien tinggal dengan orangtua dan seorang adik.
Pasien mengakatakan memiliki riwayat penyakit.

III. POLA FUNGSI KESEHATAN


A. Pola nutrisi-Metabolik
1. Sebelum sakit
- Frekuensi makan ( dalam 24 jam ) : 3 kali sehari
- Jenis makanan/diet : tidak ada

- Porsi yang dihabiskan : 1 porsi


- Makanan yang disukai : cokelat
- Makanan yang tidak disukai : pete, jengkol, pare
- Makanan pantang : tidak ada
- Makanan tambahan/vitamin : tidak ada
- Kebiasaan makan : Dirumah
- Nafsu makan: baik
- Banyaknya minum (1600 cc/24 jam)
- Jenis minuman : Air mineral
- Minuman yang tidak disukai : tidak ada
- Minuman pantang : tidak ada
- Perubahan BB 6 bulan terakhir: tidak ada perubahan

2. Selama sakit (saat di Rumah Sakit)


- Jenis diet: nasi lembek, sayur dan lauk
- Jumlah kalori : 1.449 kkal
- Frekuensi makan : 3 kali dalam sehari
- Porsi makan yang dihabiskan : 1 porsi
- Banyak minum dalam sehari 1600 cc, jenis air mineral
- Keluhan: tidak ada
- Alat bantu untuk memasukan zat makanan : infus Rl 500cc 20 tpm

B. Pola Eliminasi
1. Sebelum sakit
a. Buang air besar BAB
- Frekuensi : 1x/24 jam
- Waktu : Pagi,sore dan malam (tidak menentu)
- Warna : kuning kecoklatan
- Konsistensi : lembek
- Posisi waktu BAB : duduk
- Penghantar untuk BAB : tidak ada
- Keluhan : susah BAB
- Upaya yang dilakukan : tidak ada
b. Buang air kecil (BAK)
- Frekuensi : 5 x/24 jam
- Jumlah : 1000cc/24 jam
- Warna : Kuning bening
- Bau : Amonia
- Keluhan : tidak ada
- Upaya yang dilakukan : tidak ada
2. Selama sakit
a. Buang Air Besar (BAB)
- Frekuensi : 1x/24 jam
- Waktu : tidak menentu
- Warna : cokelat
- Konsistensi : lembek
- Keluhan: tidak ada
- Upaya yang dilakukan keluarga/pasien: tidak ada
b. Buang air kecil (BAK)
- Frekuensi 5x/24 jam
- Jumlah 1000 cc/24jam
- Warna : Kuning jernih
- Bau : Amonia
- Keluhan: tidak ada
- Upaya yang dilakukan keluarga/ pasien : tidak ada
- Alat bantu buang air kecil, kateter, kondom : tidak ada

C. Pola Aktifitas istirahat-tidur


1. Sebelum sakit
a. Keadaan aktifitas sehari-hari
- Kebiasaan olahraga: tidak ada
 Waktu : tidak ada
 Lama : tidak ada
 Teratur : tidak ada
 Jenis : tidak ada
- Alat bantu untuk memenuhi aktifitas setiap hari: kursi roda, tongkat : tidak
ada
- Apakah kegiatan sehari-hari dapat dilakukan sendiri : iya
AKTIFITAS 0 1 2 3 4
Mandi 
Berpakaian 
Eliminasi 
Mobilisasi di 
tempat tidur
Pindah 
Ambulasi 
Naik tangga 
Memasak 
Belanja 
Merapikan rumah 
Ket. 0 = mandiri
1 = dibantu sebagian
2 = perlu bantuan orang lain
3 = perlu bantuan orang lain dan alat
4 = tergantung total
b. Kebutuhan tidur
- Jumlah tidur dalam sehari : 7 jam
Tidur siang : tidak ada
Tidur malam : 7 jam/hari
- Apakah tidur malam yang diutamakan : iya
- Kebiasaan pengantar tidur : tidak ada
- Apakah klien selalu tidur dengan teman : tidak
- Perangkat/alat yang selalu digunakan untuk tidur : selimut, bantal, guling
: iya
- Keluhan dalam hal tidur : tidak ada
c. Kebutuhan istirahat
- Kapan : Malam
- Berapa lama : 7 jam/hari
- Kegiatan untuk mengisi waktu luang : bermain
- Apakah menyediakan waktu untuk istirahat pada waktu siang hari : iya
- Dalam suasana yang bagaimana klien dapat istirahat dan mengisi waktu
luang : Suasana tenang
2. Selama sakit
a. Keadaan Aktifitas
Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawatan Diri
Makan/minum 
Mandi 
Toileting 
Berpakaian 
Mobilitas di TT 
Berpindah 
Ambulasi/ROM 
Ket. 0 = mandiri
1 = alat bantu
2 = dibantu orang lain
3 = dibantu orang lain dan alat
4 = tergantung total
b. Kebutuhan Tidur
- Jumlah tidur dalam sehari
Tidur siang : tidak ada
Tidur malam : 4 jam/hari
- Penghantar tidur : tidak ada
- Keluhan tidur : sulit tidur
- Apakah klien kesakitan atau sesak nafas : nyeri ketiak kanan bekas operasi
c. Kebutuhan Istirahat
- Apakah klien mengungkapkan bosan : tidak ada
- Apakah klien merasa terganggu dengan suasana lingkungan yang baru : tidak
ada
- Apakah ada alat-alat medik yang dipakai klien/klien lain yang
mengganggu klien untuk istirahat : tidak ada

D. Pola Kebersihan Diri (sebelum sakit)


1. Kebersihan kulit
- Kapan kebiasaan mandi : pagi dan sore
- Apakah mandi menggunakan sabun : iya
- Keluhan: tidak ada
2. Kebersihan rambut
- Kebiasaan mencuci rambut: 1 hari sekali
Kapan : malam hari
Menggunakan shampoo : iya
- Keluhan: tidak ada
3. Kebersihan telinga
- Kapan merawat/membersihkan telinga : selesai mandi
- Apakah menggunakan alat pendengar : tidak ada
- Keluhan: tidak ada
4. Kebersihan mata
- Kebiasaan membersihkan mata : saat mandi
- Keluhan: tidak ada
5. Kebersihan mulut
- Berapa kali menggosok gigi
Tiap hari : iya
Kapan : pagi dan malam
- Apakah menggunakan pasta gigi : iya
- Keluhan: tidak ada
6. Kebersihan kuku
- Kapan memotong kuku : ketika kuku panjang
- Keluhan: tidak ada
E. Pola Managemen Kesehatan – Persepsi Kesehatan
1. Pemahaman tentang arti sehat: pasien mengatakan sudah memahami arti sehat
2. Promosi kesehatan: pasien mengatakan sudah memahami dari promosi kesehatan
3. Perlindungan kesehatan: pasien mengatakan sudah memahami dari perlindungan
kesehatan seperti program skrening, kunjungan ke pusat pelayanan kesehatan.
4. Pengetahuan tentang pemeriksaan diri sendiri : pasien mengatakan sudah memahami
tentang pemeriksaan diri sendiri.
5. Riwayat medis, hospitalisasi, riwayat medis keluarga : tidak ada
6. Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan, diit, latihan dan olah raga,
pengobatan, terapi : menerapkan pola hidup sehat
7. Intelektual
- Pasien sudah mengetahui terkait penyakitnya
- Pengetahuan tentang perawatan, pencegahan penyakit yang diderita : pasien
mengatakan menggunakan pelayanan rumah sakit/ berobat ke rumah sakit
8. Gaya hidup yang berhubungan dengan kesehatan:
a. Penggunaan tembakau: tidak
b. Penggunaan NAPZA: Tidak
c. Alkohol: Tidak
d. Kopi: Tidak
F. Pola reproduksi-seksualitas
1. Pola seksualitas:
a. Jenis kelamin perempuan
b. Tidak ada keluhan menstruasi
c. Hubungan seksual : tidak melakukan belum menikah

G. Pola kognitif - persepsi/sensori


1. Keadaan mental
- Sadar
2. Tingkat ansietas (dengan alasannya)
- Ringan : ada (takut nyeri)
- Sedang : ada (merasa khawatir dengan efek dari operasi, gelisah, dan tegang)
- Berat : tidak ada
- Panik : tidak ada
3. Tingkat Pendidikan : SMA
4. Kemampuan mengambil keputusan : mandiri
5. Berbicara/ Berkomunikasi
a. Isi
- Jelas
b. Bahasa yang dikuasai
- Indonesia
- Jawa
c. Kemampuan membaca : baik
d. Kemampuan berkomunikasi : baik
e. Kemampuan memahami informasi : baik
f. Ketrampilan berinteraksi: memadai : baik
6. Pendengaran
- Alat bantu dengar : tidak ada
- Tinitus : tidak ada
- Terganggu: kanan/kiri : tidak ada
- Tuli : kanan/kiri : tidak ada
7. Penglihatan
- Kacamata : tidak ada
- Lensa kontak : tidak ada
- Kerusakan: kanan/kiri : tidak ada
- Mata palsu: kanan/kiri : tidak ada
- Buta: Kanan/kiri : tidak ada
8. Penciuman
- Masalah : tidak ada
9. Perabaan
- Masalah : tidak ada
10. Pengecapan
- Masalah : tidak ada
H. Pola Konsep Diri – Persepsi Diri
1. Pola Konsep diri
a. Gambaran diri:
- “Saya berharap saya bisa sembuh” (Verbal).
b. Ideal diri:
- “Saya sangat ingin menjadi anak yang baik”
c. Harga diri
- “Saya ingin sembuh sehingga bisa kembali kuliah”.
d. Peran diri:

- “Saya sudah berharap bisa kembali berkuliah seperti biasa”


e. Identitas diri:
- “ Saya menyadari bahwa apa yang menjadi rencana manusia tidak selalu sama
dengan rencana Tuhan, saya akan menjadi anak yang baik dan berbakti pada
orang tua”
2. Identitas personal : penjelasan tentang diri sendiri , kekuatan dan kelemahan
yang dimiliki
- Pasien mengatakan sibuk kuliah namun masih punya waktu untuk berkumpul
dengan keluarga
3. Keadaan fisik : segala sesuatu yang berkaitan dengan tubuh , yang disukai/ tidak
disukai
- Pasien menyukai semua bagian tubuhnya
4. Riwayat berhubungan dengan masalah fisik dan atau psikologis
- Tidak ada.
I. Pola Mekanisme Koping
1. Pengambilan keputusan : mandiri
2. Hal-hal yang dilakukan jika mempunyai masalah
- Tidur : iya
- Makan : iya
- Minum obat : iya
- Cari pertolongan : iya
- Diam : tidak
J. Pola Peran - berhubungan
1. Gambaran tentang peran berkaitan dengan :
- Keluarga : sebagai anak yang baik
- Teman : sebagai sahabat
- Rekan kerja : sebagai patner
2. Kepuasan / ketidakpuasan dalam menjalankan peran
- Pasien mengatakan puas dalam menjalankan peran sebagai anak dan kakak
3. Efek terhadap status kesehatan
- Pasien mengatakan status kesehatan baik
4. Pentingnya keluarga
- Pasien mengatakan keluarga sangat penting dalam mendukung proses pengobatan
di rumah sakit
5. Struktur dan dukungan keluarga
- Keluarga sangat mendukung pengobatan Nn. F
6. Proses pengambilan keputusan keluarga
- Tegas, teliti
7. Masalah dan atau keprihatinan keluarga
- Hubungan orang tua : baik
- Hubungan dengan anak saudara : baik
- Hubungan perkawinan : baik
8. Pola membesarkan anak
- Belum menikah
9. Hubungan dengan orang lain
a. Apakah klien berkecimpung dalam kelompok masyarakat
- iya
b. Sistem pendukung
- ada
 Pasangan : tidak ada
 Tetangga/teman : iya ada, tetangga
 Keluarga dalam rumah yang sama : orang tua dan saudara
 Keluarga dalam rumah terpisah : tidak ada
- Dukungan keluarga selama masuk rumah sakit : iya, keluarga dan teman
10. Selama sakit
- Bagaimana hubungan dengan anggota keluarga : baik
- Bagaimana hubungan dengan masyarakat : baik
- Bagaimana hubungan dengan pasien lain, anggota kesehatan lain : baik

L. Pola Nilai dan keyakinan


1. Sebelum sakit
a. Agama : Islam
b. Larangan agama : ada, dilarang memakan makanan non halal, seperti daging
babi
c. Kegiatan keagamaan : sholat lima waktu secara rutin
2. Selama sakit
a. Kegiatan keagamaan yang ingin dilakukan selama di Rumah Sakit : pasien
mengatakan tetap melakukan sholat
3. Pendampingan selama sakit: didampingi ibu untuk membantu menyiapkan
peralatan sholat

IV. PEMERIKSAAN FISIK


A. Pengukuran TB 156
Pengukuran BB sebelum sakit 5 4 kg, setelah sakit: 54 kg
IMT: 22,18 normal
B. Pengukuran tanda vital
1. Tekanan darah : 108/71 mmHg, diukur di lengan atas fossa cubiti, posisi pasien
berbaring, ukuran manset XL 22-45 cm
2. Nadi: 82x/menit, reguler, diukur di arteri radialis, kualitas adekuat
3. Suhu: 36,2 oC, diukur di frontal
4. Respirasi: 20x/menit, reguler, tipe pernapasan dada dan perut
5. Nyeri :
O: setelah operasi, nyeri selama 3 menit, hilang timbul
P: nyeri post operasi
Q: nyeri senut-senut
R: aksila kanan yang dioperasi
S: 4
T: mendapatkan obat antibiotik ceftriaxone dan ketorolac efek sampingnya mual
U: nyeri akibat tindakan operasi
V: ingin nyerinya berkurang
C. Tingkat Kesadaran :
1. Kualitatif : compos mentis
2. Kuantitatif GCS = E4 V5 M6
D. Keadaan umum: baik
Tampak : sakit sedang
Alasan : pasien meringis nyeri post operasi, gelisah, bersikap protektif pada
daerah luka operasi
E. Urutan Pemeriksaan Fisik:
1. Integumen secara umum:
- Warna : kecoklatan
- Tekstur : lembut,lentur dan halus
- Turgor : normal pada posis semula selama kurang dari tiga detik
- Kehangatan : normal tidak ada merasa dingin yang berlebihan
- Perubahan Pada Kulit (Lesi) Primer / Sekunder : tidak ada
2. Kepala
- Bentuk Kepala : normochepal simetris
- Kulit Kepala : bersih, tidak ada lesi, tidak ada benjolan, tidak ada ketombe,
warna kulit kepala putih kekuningan normal
- Luka : di kepala tidak terdapat luka
- Kebersihan : kulit kepala dan rambut tampak bersih
- Ketombe : tidak ada
- Pertumbuhan Rambut: lebat, warna hitam terdapat uban, tidak rontok, lembut,
dan jenis rambut ikal
- Kesan Wajah : simetris
3. Mata
- Kebersihan, gangguan pada mata : mata pasien bersih, tidak ada air mata yang
keluar, tidak ada kekeruhan pada bola mata
- Pemeriksaan celah mata, konjungtiva, dan sklera : konjungtiva warna merah
muda, skelera warna putih.
- Pemeriksaan pupil : reflek pupil normal kedua nya sama-sama mengecil ketika
bereaksi terhadap cahaya
4. Telinga
- Bentuknya : telingan kanan dan kiri simetris
- Periksa lubang telinga dan membrana tympani : lubang telinga terlihat normal
dan membran tympani transulen reflek cahaya positif normal
- Mastoid : pasien mengatakan tidak nyeri
- Apakah keluar cairan : tidak ada
- Kebersihan : tampak bersih
5. Hidung
- Posisi septum : sejajar dibagian tengah
- Sekret hidung : tidak ada
- Nyeri sinus, polip : tidak ada
- Fungsi pembauan : penciuman normal
- Kebersihan : tampak bersih
- Pernafasan cuping hidung : normal ekspirasi dan inspirasi bergerak sama
- Penggunaan aksesoris (tindik) : tidak ada
6. Mulut dan tenggorokan
- Kemampuan berbicara : baik
- Keadaan bibir: warnah merah muda, lembab
- Warna lidah : merah muda
- Keadaan palatum : normal tidak ada tonjolan di langit-langit mulut
- Uvula : normal simetris dan tidak ada deviasi
- Tonsil: T1
- Penggunaan aksesoris (tindik ) : tidak ada

7. Leher
- Bentuk, gerakan : normal tidak ada fraktur
- Pembesaran thiroid : tidak ada pembesaran pada thiroid
- Deviasi thrakea : tidak ada
- Kelenjar getah bening : tidak ada
8. Tengkuk
- Kaku kuduk : negatif
9. Dada
a. Inspeksi
- Perhatikan semetris atau tidak : bentuk simetris
- Perhatikan bentuk dada baik dari depan, lateral dan belakang : normal tidak
ada kelainan
- Kelainan bentuk dada seperti barel chest, peetum ex cavatum, peetum
carivatum : tidak ada
- Retraksi dada : normal
- Ketinggalan gerak : tidak ada
- Jenis pernafasan : pernafasan dada
- Ukuran (konfigurasi) dada anterio-posterior : 2:1
- Ictus cordis : normal jika ada maka akan teraba di ICS 5
b. Palpasi
- Simetris atau tidak pada waktu bernafas : simetris
- Rasa sakit: tidak ada
- Adanya masa : tidak ada
- Pernafasan kecepatan : 20 kali permenit kedalaman
- Normal jenis pernafasan : vesikuler
- Ictus cordis : normal tidak kelainan
- Heart rate : 82 x/menit
c. Perkusi
- Bandingkan suara perkusi dari seluruh dada : normal suara vesikuler
- Batas-batas jantung : tidak ada pembesaran
- Batas-batas paru-paru : normal suara sonor
d. Auskultasi
- Suara vesikuler : normal terdengar di semua lapang paru
- Suara bronkhovesikuler : tidak ada terdengar di dinding dada
- Suara bronkheal : tidak ada terdengar di tengah dada
- Bunyi suara nafas tambahan : rales/ cracels, roncy, wheezing : tidak ada
suara tambahan
- Suara friction rub akibat sisa pleuritis, pericardial friction rub : tidak ada
suara friction rub
- Irama bunyi jantung: teratur
- Suara mur-mur: tidak ada
- Sistolik atau diastolik : normal
10. Abdomen (IAPP)
a. Inspeksi
- Warna kulit : kecoklatan
- Bentuk/kontur : normal
- Simetris atau tidak : simetris
- Scar : tidak ada
- Luka : tidak ada
b. Auskultasi
- Frekuensi peristaltik (Bising usus) : 12 x/menit
- Intensitas peristaltik : normal suara yang dihasilkan dari bunyi udara dan
cairan di dalam usus
- Suara vaskuler: aorta, arteri renalis kanan/ kiri, arteri inguinalis kanan/ kiri,
arteri femoralis kanan/ kiri : normal sonor
- Suara friction rub : tidak ada
c. Perkusi
- Dengar bunyi yang dihasilkan dari perkusi : normal tympani
- Udara : tidak ada
- Cairan/tumor : tidak ada
- Organ- organ : batas hepar, batas lien, ginjal : dalam batas normal tidak ada
pembesaran
d. Palpasi
- Tonus otot : ada
- Kekenyalan organ : normal teraba lunak
- Massa : tidak ada
- Nyeri tekan : tidak ada
- Hernia : tidak ada
- Hepar: tidak teraba
- Lien : tidak pemebesaran
13. Anus dan rektum
- Pembesaran vena / hemoroid : tidak ada
- Adanya tumor : tidak ada
- Kebersihan : bersih
14. Genetalia
a. Pada Wanita
- Edema: tidak ada
- Varices: tidak ada
- Keputihan: tidak ada
- Kebersihan: bersih
- Condiloma: tidak ada
- Pembesaran kelenjar bartolini/bartolitis: tidak ada
- Keadaan perineum: tidak ada
- Keadaan lokhea: tidak ada
15. Ekstermitas
a. Atas
- Terpasang infus di tangan kiri
- Kelengkapan anggota gerak : lengkap
- Kelainan jari (Syndactili, polidactili) : tidak ada kelainan
- kekuatan otot : kanan 5 kiri 5

5 5
5 5

- Kesimetrisan: bentuk & gerak : normal


- Bentuk kuku : normal
- Clubbing Finger : tidak ada
- Capilary Reptil : tidak ada
- Oedema/tidak : tidak ada
b. Bawah
- Kelengkapan anggota gerak : lengkap
- Kekuatan otot : kanan 5 kiri 5
5 5
5 5
- Bentuk kaki : normal
- Telapak kaki (drop food, flatfood) : normal tidak ada kelainan
- Adanya kaki gajah : tidak ada
- Varices : tidak ada
- Adanya oedema (pitting oedema = dengan derajat kedalaman : +1 = 2 - mm,
+2 = 4 mm, +3 = 6 mm, +4 = 8 mm) : tidak ada edema
c. Range of Motion: normal
d. Perubahan bentuk tulang
- Tidak ada
e. Perabaan akral : normal
16. Endokrin: terdapat benjolan di aksila dekstra dengan ukuran 3.2 x 1.6
17. refleks-refleks Neurologi
- refleks fisiologis: bisep, triseps, lutut, achiles, supinator (+)
- refleks patologis:
kaku kuduk: (-)
tanda kernig: (-)
tanda brudzinski I dan II: (-)
tanda laseque: (-)
babinski: (-)
chadok: (-)
openheim: (-)

V. DIAGNOSTIK TEST
1. Laboratorium
Tanggal 9/01/2023 H / Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hemoglobin 12,0 g/dl 11.7 – 15.5
Leukosit 5.9 10 ^ 9/L 3.6 – 11.0
Eritrosit 5.1 10 ^ 12/L 3.80 – 5.20
Hematokrit 37.1 % 35 – 47
Trombosit 368 10 ^ 9/L 150 – 400
DIFF COUNT
Eosinofil 3 % 2–4
Basofil 0 % 0–1
Netrofil Segmen 50.2 % 50 – 70
Limfosit 38.8 % 25 – 40
Monosit 8 % 2-8
NLR 1.3
Absolute 2289 /mm3
Lymphocyte Count
LED
Golongan Darah O/Rh (+)
CT-BT
Masa pembekuan 3:56 Menit 3-5
(CT)
Masa pendarahan 2:04 menit 1-3
(BT)

Serologi Imunologi
SARS – COV – 2 Negatif Negatif
Antigen
2. Radiologi
USG PAYUDARA KANAN KIRI.
Pola echostruktur jaringan fibroglanduler kedua payudara tampak normal, Tidak
tampak distorsi
Tidak tampak lesi padat maupun kistik pada payudara kanan kiri
Tidak tampak dilatasi duktus laktiferous
Lemak subkutis kanan-kiri dalam batas normal.
Tidak lampak retraksi.
Tampak limfadenopati aksila kanan multipel ukuran terbesar 3.2 x 1.8 cm dan pada
aksila kiri ukuran terbesar 1.5 x 0.7 cm

Kesan
Limfadenopati aksila kanan multipel ukuran terbesar 3.2 x 1.6 cm dan pada
aksila kiri ukuran terbesar 1.5 x 0.7 cm
Tidak tampak tumor padat maupun kistik pada kedua payudara.

VI. PROGRAM PENGOBATAN DAN ANALISA OBAT

PROGRAM PENGOBATAN
No. Nama Obat Dosis Cara Aturan Tanggal
Pemberian Pakai
1. Gentamicin 300 mg Oral 2 x 300 mg 18, 19, 20
Januari
2023
2. Ondansetron 1 mg Injeksi 2 x 1 gr 18 Januari
2023
3. Ketorolac 1 amp Injeksi 3 x 1 amp 18, 19, 20
Januari
2023
4. Cefazolin 1 gr Injeksi 1 x 1 gr 18 Januari
2023
ANALISA OBAT
No. Nama Obat Indikasi Kontra Indikasi Efek Samping Implikasi Keperawatan

1. Gentamicin Gentamicin efektif


hipersensitif atau alergi 1) hipersensitivitas Kaji tanda-tanda adanya
terhadap infeksi terhadap Gentamicin 2) neurotoksisitas masalah yang berkaitan
bakteri Gram-positif dan antibiotik kelompok 3) ototoksisitas dengan kontraindikasi.
dan Gram-negatif, aminoglikosida lainnya 4) muntah
misalnya pada infeksi 5) mual
mata, otitis eksterna, 6) stomatitis
infeksi saluran kemih,
dan infeksi kulit.
2. Cefazolin Cefazolin biasanya Hindari penggunaan Efek samping yang mungkin Kaji tanda-tanda adanya
digunakan untuk Cefazoline pada pasien terjadi selama pengunaan masalah yang berkaitan
perawatan profilaksis yang memiliki alergi Cefazoline, yaitu: dengan kontraindikasi.
perioperatif, infeksi terhadap sefalorforin. 1) Diare.
tulang dan sendi, 2) Gangguan Sistem
infeksi bakteri garam- Pencernaan: Muntah,
positif dan negatif, mual, kram perut,
infeksi saluran anoreksia atau
pernafasan, infeksi gangguan nafsu
saluran kemih, infeksi
saluran empedu, makan.
keracunan darah, 3) Gatal
infeksi kulit dan 4) Ruam kulit.
jaringan lunak, 5) Sindrom Stevens-
endokarditis, infeksi Johnson atau
genital dan kondisi Kelainan serius pada
lainnya. kulit, serta lapisan
bola mata, dalam
mulut, dubur, dan alat
kelamin.
6) Gangguan Darah;
neutropenia,
leukopenia,
trombositopenia,
trombositemia.
7) Penyakit kuning atau
hepatitis.
8) Peningkatan kadar
kreatinin.
9) Gagal ginjal.
3. Ketorolac Ketorolac Kontraindikasi Ketorolac memiliki beberapaKaji tanda-tanda adanya
diindikasikan untuk pemakaian ketorolac, efek samping, antara lain masalah yang berkaitan
penatalaksanaan antara lain pada pasien pusing, mual, sakit dengan kontraindikasi
jangka pendek dengan hipersensitivitas kepala, iritasi lambung,
terhadap nyeri akut terdapat ketorolac, dan perforasi atau
sedang sampai berat riwayat perdarahan perdarahan pada saluran
setelah prosedur gastrointestinal, dan cerna.
bedah. perdarahan
serebrovaskular aktif.
4. Ondansetron mual dan muntah riwayat 1) Bradikardia (denyut Kaji tanda-tanda adanya
akibat kemoterapi hipersensitivitas jantung dibawah masalah yang berkaitan
dan radioterapi, terhadap obat ini dan normal) dengan kontraindikasi
pencegahan mual penggunaannya 2) Hipotensi
dan muntah pasca bersama obat 3) Aritmia (gangguan
operasi. apomorphin dan irama jantung)
dronedarone karena 4) Hipoksia (kekurangan
dapat menimbulkan oksigen)
hipotensi dan 5) Peningkatan sementara
penurunan kesadaran enzim hati
6) Sakit kepala
7) Sembelit
8) Sensasi terbakar pada
kepala dan ulu hati
(epigastrium)
9) Sedasi
10) Diare
11) Nyeri dada
12) Penglihatan kabur
sementara (karena
injeksi ntravena cepat)
13) Perubahan EKG
VII. PROGRAM TINDAKAN
1. Kolaborasi pemberian obat
Gentamicin 2 x 300 mg
Ondansetron 2 x 1 gr
Ketorolac 3 x 1 amp
Cefazolin 1 x 1 gr
VIII. RENCANA PULANG
1. Di tempat tinggalnya, pasien tinggal dengan: keluarga (orangtua)
2. Keinginan tinggal setelah pulang : tinggal di rumah
3. Pelayanan kesehatan yang digunakan sebelumnya: puskemas
4. Kendaraaan yang digunakan saat pulang: mobil
5. Antisipasi terhadap keuangan setelah pulang: ada
6. Antisipasi masalah perawatan diri : ada
7. Bantuan yang diperlukan setelah pulang : tidak ada
ANALISIS DATA

TGL/ NO. PENGELOMPOKA MASALAH (P) PENYEBAB


N DATA (S - S) (E)

1. DS : Nyeri akut agen pencedera


Pasien mengatakan fisik
O: setelah operasi, (prosedur
nyeri selama 3 menit, operasi)
hilang timbul
P: nyeri post operasi
Q: nyeri senut-senut
R: aksila kanan yang
dioperasi
S: 4
T: mendapatkan obat
antibiotik ceftriaxone
dan ketorolac efek
sampingnya mual
U: nyeri akibat
tindakan operasi
V: ingin nyerinya
berkurang
DO :
1) Meringis
2) Bersikap
protektif
3) Gelisah
4) Sulit tidur

2. DS: Ansietas K
1) Pasien ri
mengatakan si
khawatir dengan s
efek operasi Si
takut nyeri tu
DO: as
1) Gelisah io
2) Tegang n
3) Sulit tidur al
4) Mual

3. DS: Resiko infeksi Efek prosedur


1) pasien invasif
mengatakan
luka operasi di
ketiaknya nyeri
DO:
1) luka pasca
operasi
limfadenopati
pada aksila
dextra

DAFTAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN


TGL/NO DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. 18/01/2023 Nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisik (prosedur operasi)
dibuktikan dengan:
DS :
Pasien mengatakan
O: setelah operasi, nyeri selama 3 menit, hilang timbul
P: nyeri post operasi
Q: nyeri senut-senut
R: aksila kanan yang dioperasi
S: 4
T: mendapatkan obat antibiotik ceftriaxone dan ketorolac efek
sampingnya mual
U: nyeri akibat tindakan operasi
V: ingin nyerinya berkurang
DO :
1) Meringis
2) Bersikap protektif
3) Gelisah
4) Sulit tidur
Ansietas berhubungan dengan krisis situasional dibuktikan
2. 18/01/2023 dengan:
DS:
1) Pasien mengatakan khawatir dengan efek operasi takut
nyeri
DO:
1) Gelisah
2) Tegang
3) Sulit tidur
4) Mual
3. 18/01/2023 Resiko infeksi dibuktikan dengan:Efek prosedur invasif

Tanda Tangan
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Nn. F


Ruangan : Anggrek
Tanggal : 18 Januari 2023
Nama Mahasiswa : yuliani
DIAGNOSIS
KEPERAWATAN
& TINDAKAN KEPERAWATAN RASIONAL
DATA
PENUNJANG
Tgl 18 Januari Tujuan dan Kriteria Tindakan Tgl 18 Januari 2022 jam :
2022 jam : 10.00 Tgl 18 Januari 2022 jam : Tgl 18 Januari 2022 jam : 10.00 10.00 WIB
WIB 10.00 WIB WIB

(D.0077) (L.08066) Manajemen nyeri (I. 08238)


Nyeri akut b.d. Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi skala nyeri 1. Untuk mengetahui skala nyeri
agen pencedera keperawatan selama 3x5 jam 2. Identifikasi respon nyeri non pada pasien
fisik (prosedur maka diharapkan tingkat nyeri verbal 2. Mengetahui keadaan tidak
menyenangkan pasien yang
operasi) menurun dengan kriteria hasil: 3. Berikan teknik nonfarmakologis tidak bisa digambarkan oleh
1. Keluhan nyeri menurun untuk mengurangi rasa nyeri pasien
2. Meringis menurun (relaksasi nafas dalam) 3. Agar pasien mampu
3. Kesulitan tidur menurun 4. Kontrol faktor lingkungan yang menggunakan teknik
4. Sikap protektif menurun memperberat rasa nyeri (misal nonfarmakologi dalam
5. Gelisah menurun suhu ruangan, pencahayaan, mengurangi nyeri yang
kebisingan) dirasakan pasien
5. Ajarkan teknik nonfarmokologi 4. Mencegah pasien mengalami
untuk mengurangi rasa nyeri stress yang dapat meningkatkan
6. Kolaborasi pemberian analgetik tingkatan nyeri yang dialami
jika perlu 5. Pasien dapat menggunakan
teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri secara
mandiri
6. Analgetik dapat membantu
meredakan nyeri yang dialami
oleh pasien.
18 Januari 2022 18 Januari 2022 18 Januari 2022
18 Januari 2022

Tgl 18 Januari Tgl 18 Januari 2022 jam : 10.00 Tgl 18 Januari 2022 jam : 10.00 WIB Tgl 18 Januari 2022 jam : 10.00
2022 jam : 10.00 WIB Reduksi Ansietas (I.09314) WIB
WIB (L.09093) Observasi
(D.0080) Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda-tanda ansietas 1. Memperhatikan kondisi pasien
Ansietas keperawatan selama 3x5 jam Terapeutik 2. Mengurangi rasa cemas pada
berhubungan maka diharapkan tingkat ansietas 2. Temani pasien untuk mengurangi pasien
dengan krisis dengan kriteria hasil: ansietas, jika memungkinkan 3. Agar pasien tidak merasa
situasional 1. Vebalisasi khawatir akibat Edukasi kesepian dan selalu
kondisi yang dihadapi 3. Anjurkan keluarga untuk tetap mendapatkan suport
menurun bersama pasien 4. Untuk memberi rasa nyaman
2. Perilaku gelisah menurun 4. Latih teknik relaksasi pada pasien
3. Perilaku tegang menurun Kolaborasi 5. Untuk mengurangi rasa cemas
4. Pola tidur membaik 5. Kolaborasi pemberian obat pada pasien
ansietas, jika perlu
18 Januari 2022 18 Januari 2022
18 Januari 2022

18 Januari 2022

Tgl 18 Januari Tgl 18 Januari 2022 jam : Tgl 18 Januari 2022 jam : 10.00 Tgl 18 Januari 2022 jam :
2022 jam : 10.00 10.00 WIB WIB 10.00 WIB
WIB (L.14137) Pencegahan infeksi (I.14539)
(D.0142) Setelah dilakukan tindakan Observasi 1. Untuk mengetahui tanda dan
Resiko infeksi asuhan keperawatan selama 3x5 1. Monitor tanda dan gejala gejala infeksi dalam tubuh
dibuktikan dengan jam diharapkan tingkat infeksi infeksi pasien.
efek prosedur invasif menurun dengan kriteria hasil: Terapeutik: 2. Mencegah infeksi.
1. Kebersihan tangan meningkat 2. Cuci tangan sebelum dan 3. Mencegah terjadinya infeksi.
2. Kebersihan badan meningkat sesudah kontak dengan 4. Memberi gambaran apa saja
3. Nafsu makan meningkat pasien dan lingkungan yang akan terjadi karena infeksi.
4. Nyeri menurun pasien 5. Mencuci tangan yang benar
Edukasi : merupakan salah satu upaya
3. Jelaskan tanda dan gejala pencegahan penyakit.
infeksi 6. Mencaga tubuh tetap ternutrisi
4. Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
5. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
6. Anjurkan meningkatkan 18 Januari 2022
18 Januari 2022
asupan caian
18 Januari 2022

18 Januari 2022
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien : Nn. F


Ruangan : Anggrek
Diagnosis Medis : Fraktur Femur

No. No. DK/MK Hari PERKEMBANGAN TANDA


Tgl (SOAPIE) TANGAN
1. (D.0077) Selasa, 18 I:
Nyeri akut Januari 2023 - Mengidentifikasi
b.d. agen 10.10 WIB skala nyeri
pencedera DS: pasien
fisik (prosedur mengatakan
operasi) nyeri sedang
DO: skala nyeri 4

- Mengidentifikasi
10. 12 WIB respon nyeri non
verbal
DS: pasien
mengatakan
sangat nyeri
sedang senut-
senut hilang
timbul
DO: pasien meringis

- Kolaborasi
pemberian
gentamicin
10.15 WIB 2x300 gr dan
cefazolin 1x1gr
DS: pasien
mengatakan
nyerinya
berkurang
DO: pasien
rileks
E:
S:
- Pasien
11.30 WIB mengatakan
masih nyeri
hilang timbul
O:
- Skala nyeri 4
A:
- Masalah nyeri
akut belum
teratasi pasien
masih mengeluh
nyeri
P:
- Lanjutkan
intervensi
kolaborasi
pemberian
ketorolac 2x1
amp
2. (D.0080) Selasa, 18 I:
Ansietas Januari 2023 - Monitor tanda-
berhubungan 10.13 WIB tanda ansietas
dengan krisis DS: -
situasional
DO: pasien gelisah

- Anjurkan
keluarga untuk
10.14 WIB tetap bersama
pasien

DS: pasien
mengatakan
takut sendiri

DO: pasien ditemani


keluarga (Ibu)

E:
S:
- pasien
mengatakan
takut
menggerakan
tangan kanan
karena takut
nyeri
O:
- pasien berhati-
hati
A:
- masalah ansietas
belum teratasi
pasien masih
cemas
P:
- lanjutkan
intervensi no 4

3. (D.0142) Selasa, 18 I:
Resiko infeksi Januari 2023 - Memonitor tanda
dibuktikan 10.16 WIB dan gejala infeksi
dengan:Efek lokal dan sistemik
prosedur DS: pasien
invasif mengatakan nyeri
setelah operasi lebih
baik dari sebelum
operasi
DO: pasien lemah
10.20 WIB E:-
S:
- Pasien
mengatakan
nyeri
O:
- luka post
operasi di aksila
dextra
A:
- Masalah resiko
infeksi belum
teratasi
P:
- Lanjutkan
intervensi 2, 3
dan 4
4. (D.0077) Rabu, 19 S:
Nyeri akut Januari 2023 - Pasien
b.d. agen mengatakan
pencedera 07.05 WIB nyeri pada
fisik (prosedur ketiak kanan
operasi) O:
- Luka post
operasi di aksilla
dextra
- Skala nyeri 3
A:
- Masalah nyeri
belum teratasi
pasien masih
mengeluh nyeri
07.10 WIB P:
- Lanjutkan
intervensi no
3,4, 5, 6

I:
- Memberikan
teknik
nonfarmakologis
untuk
mengurangi rasa
nyeri (relaksasi
nafas dalam)
DS: pasien
mengatakan
dapat memahami
teknik yang
diberikan
DO: pasien rileks
07. 15 WIB
- mengontrol
faktor
lingkungan yang
memperberat
rasa nyeri: suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan
DS: pasien
mengatakan
suhu panas
memperparah
nyeri
DO: pasien lemah

- mengajarkan
teknik

07. 17 WIB nonfarmokologi


(terapi nafas
dalam) untuk
mengurangi rasa
nyeri
DS: pasien
mengatakan
nyeri berkurang
DO: pasien
rileks

- kolaborasi
pemberian

07.40 WIB gentamicin


2x300 mg,
ketorolac 3x1
amp
DS: pasien
mengatakan
nyerinya
berkurang
DO: pasien
rileks
E:
S: pasien mengatakan
nyerinya sudah
08. 00 WIB berkurang
O: pasien rileks
A: lanjutkan intervensi
no 6

(D.0080) Rabu, 19 S : pasien mengatakan


Ansietas Januari 2023 sudah tidak merasa
berhubungan cemas pada nyeri
dengan krisis 07.17 WIB O : pasien rileks
situasional A : masalah ansietas
teratasi sebagian pasien
rileks
P : lanjutkan intervensi
no 4
08.30 WIB I:
- Melatih
teknik relaksasi
DS: pasien
mengatakan
sudah tenang
DO: pasien
rileks
E:
08.40 WIB S: pasien mengatakan
sudah tenang
O: pasien rileks
A: ansietas teratasi
P: lanjutkan intervensi
no 4
I: melatih teknik
relaksasi
DS: pasien mengatakan
sudah tenang
DO: pasien rileks
E:
S: pasien mengatakan
sudah tenang dan tidak
cemas lagi
O: pasien rileks
A: masalah ansietas
teratasi
P: lanjutkan intervensi
no 3
6. (D.0142) Rabu, 19 S:
Resiko infeksi Januari 2023 - Pasien
dibuktikan mengatakan
dengan efek 08.20 WIB sudah membaik
prosedur O:
invasif - Pasien rileks
A:
- Masalah teratasi
sebagian
P:
- Lanjutkan
intervensi 2 dan
3
09.30 WIB I:
- Mengajarkan
cuci tangan
dengan benar
DS: pasien
mengatakan
sudah bisa cuci
tangan dengan
benar
DO: pasien dapat
melakukan cuci
tangan dengan
benar

09. 35 WIB - menganjurkan


meningkatkan
asupan nutrisi
DS: pasien
mengatakan
mual
DO: pasien
menghabiskan 1
porsi makan
makanan

- menganjurkan
meningkatkan

09. 40 WIB asupan cairan


DS: pasien
mengakatan
banyak minum
air putih
DO:
pasien minum 900
cc/24 jam
pasien terpasang
infus RL 500 ml

E:
S:
10. 00 WIB - pasien
mengatakan
masih nyeri kaki
kiri
O:
- kaki kiri masih
bengkak
A:
- masalah resiko
infeksi teratasi
sebagian
P:
- lanjutkan
intervensi no 2
7. (D.0077) kamis, 20 S:
Nyeri akut Januari 2023 - pasien
b.d. agen 12.00 WIB mengatakan
pencedera sudah tidak nyeri
fisik (prosedur O:
operasi) - skala nyeri 3
A:
12.40 WIB - masalah nyeri
teratasi sebagian
P:
- lanjutkan
intervensi no 6
I:
- Kolaborasi
pemberian
analgetik
ketorolac 3x1
amp
E:
S:
- pasien
mengatakan
sudah tidak nyeri
O:
- pasien rileks
A:
- masalah nyeri
teratasi
P:
- stop intervensi
8. (D.0080) kamis, 20 S:
Ansietas Januari 2023 - pasien
berhubungan 12.20 mengatakan
dengan krisis sudah tenang dan
situasional tidak cemas lagi
O:
- pasien rileks
A:
- masalah teratasi
12.30 sebagian
P:
- lanjutkan
intervensi no 4
I:
- melatih teknik
relaksasi
E:
S:
- pasien
mengatakan
sudah tidak
cemas
O:
- pasien rileks
A:
- masalah ansietas
teratasi
P:
- stop intervensi
9. (D.0142) kamis, 20 S:
Resiko infeksi Januari 2023 - pasien
dibuktikan mengatakan
dengan:Efek sudah tidak ada
prosedur keluhan
invasif 12.35 WIB O:
- pasien rileks
A:
- masalah resiko
infeksi teratasi
P:
- Lanjutkan
intervensi no 3
I:
20. 40 WIB - menjelaskan
tanda dan gejala
infeksi
DS: pasien
mengatakan
paham
DO: pasien
rileks
E:
S:
- Pasien
mengatakan
sudah tidak ada
keluhan
O:
- Pasien rileks
A:
- Masalah resiko
infeksi teratasi
P:
- Stop intervensi
DAFTAR PUSTAKA
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2023. Limfadenopati.
Kusuma, A. J. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Klien Post Limfadenektomi
Atas Indikasi Limfadenopati Dengan Nyeri Akut Di Ruang Melati 3a Rsud
Dr. Soekardjo Tasikmalaya.
Putri, R. C. A. (2022). Asuhan Keperawatan Pada Ny. E Dengan Brain Metastase
Di Ruang Anggrek 2 Rsup Dr. Sardjito (Doctoral Dissertation, Poltekeks
Kemenkes Yogyakarta).
Thendiono, Eduward. 2021. Prognosis Limfadenopati.

Anda mungkin juga menyukai