LINFOMA
Ta.2020/2021
Dosen Pembimbing:
Ns.Rahmiwati,M.Kep
Disusun Oleh: Kelompok IV
2020
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu limfoma?
2. Apa saja jenis limfoma?
3. Bagaimana asuhan keperawatan yang tepat untuk penderita limfoma?
4. Menjelaskan Askep Teori Linfoma?
5. Menjelaskan Mind Map Linfoma?
C. TUJUAN
1. Mahasiswa tahu dan mengerti apa itu limfoma
2. Mahasiswa menjadi lebih mengerti jenis-jenis dari limfoma
3. Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat untuk pasien yang
menderita lifoma
4. Mahasiswa dapat mengetahui mind mapp linfoma?
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Limfoma adalah kanker/keganasan yang timbul pada jaringan limfoid. Dalam
kondisi yang normal, sel limfosit merupakan salah satu dari sistem pertahanan
tubuh. Sementara itu sel limfosit T dan B yang tidak normal (limfoma)
berkumpul di kelenjar getah bening dan menyebabkan pembengkakan. Sel
limfosit ternyata tak cuma beredar di dalam pembuluh limfe, sel ini juga
beredar ke seluruh tubuh di dalam pembuluh darah karena itulah limfoma bisa
juga timbul di luar kelenjar getah bening. Dalam hal ini, yang tersering adalah
di limpa dan sumsum tulang.
B. KLASIFIKASI
Berdasarkan gambaran histopatologisnya ,limfoma di bagi menjadi 2 yaitu:
1. Limfoma non Hodgkin Limfoma non-hodgkin adalah kelompok
keganasan primer limfosit yang dapat berasal dari limfosit B, limfosit
T dan sangat jarang berasal dari sel NK (natural killer) yang berada
dalam sistem limfe; yang sangat heterogen, baik tipe histologist, gejala,
perjalanan klinis, respon terhadap pengobatan, maupun prognosis
Pada Limfoma ini sel limfosit berproliferasi secara tak terkendali
sehingga mengakibatkan terbentuknya tumor. Seluruh sel LNH berasal
dari satu sel limfosit, sehingga semua sel dalam tumor pasien LNH sel
B pada permukaan selnya memiliki immunoglobulin yang sama.
2. Limfoma Hodgkin pada limfoma Hodgkin ditemukan sel Reed
Sternberg,Analisis PCR menunjukkan bahwa sel Reed Sternberg
berasal dari folikel sel B yang mengalami gangguan struktur pada
immunoglobulin, sel ini juga mengandung suatu faktor transkripsi inti
sel. Kedua hal tersebut menyebabkan gangguan apoptosis.
C. ETIOLOGI
Penyebab dari penyakit limfoma masih belum diketahui dengan
pasti. Empat kemungkinan penyebabnya adalah: faktor keturunan,
kelainan sistem kekebalan, infeksi virus atau bakteria (HIV, virus
human T-cell leukemia/lymphoma (HTLV), Epstein-Barr virus (EBV),
Helicobacter Sp) dan toksin lingkungan (herbisida, pengawet dan
pewarna kimia).Namun diperkirakan aktivasi gen abnormal tertentu
mempunyai peran dalam timbulnya semua jenis kanker, termasuk
limfoma.
D. MANIFESTASI KLINIS
E. PATOFISIOLOGI
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Penyakit ini ditahapkan sesuai dengan penampilan mikroskopik
dari nodus limfe yang terkena dan luas serta beratnya gangguan.
Pentahapan yang akurat paling penting pada pembagian program
pengobatan dan prognosis selanjutnya.
2. Pemeriksaandarh dapat bervariasi dari secara lengkap nirmal
sampai abnormalis. Pada tahap I sedikit pasien mengalami
abnormalitas hasil pemeriksaan darah.
3. Hitung darah lengkap :
a. SDP : bervariasi, dapat normal, menurun atau meningkat
secara nyata.
b. Deferensial SDP : Neutrofilia, monosit, basofilia, dan
eosinofilia mungkin ditemukan. Limfopenia lengkap (gejala
lanjut).
c. SDM dan Hb/Ht : menurun.
d. Eritrosit :
1) Peneriksaan SDM : dapat menunjukkan normositik ringan
sampai sedang, anemia normokromik (hiperplenisme).
2) LED : meningkat selama tahap aktif dan menunjukkan
inflamasi atau penyakit malignansi. Berguna untuk
mengawasi pasien pada perbaikan dan untuk mendeteksi
bukti dini pada berulangnya penyakit.
3) Kerapuhan eritrosit osmotik : meningkat - Trombosit :
menurun (mungkin menurun berat, sumsum tulang
digantikan oleh limfoma dan oleh hipersplenisme)
4) Test Coomb : reaksi positif (anemia hemolitik) dapat terjadi
namun, hasil negatif biasanya terjadi pada penyakit lanjut.
5) Besi serum dan TIBC : menurun.
6) Alkalin fosfatase serum : meningkat terlihat pasda
eksaserbasi.
7) Kalsium serum : mungkin menigkat bila tulang terkena.
8) Asam urat serum : meningkat sehubungan dengan destruksi
nukleoprotein dan keterlibatan hati dan ginjal.
9) BUN : mungkin meningkat bila ginjal terlibat. Kreatinin
serum, bilirubin, ASL (SGOT), klirens kreatinin dan
sebagainya mungkin dilakukan untuk mendeteksi
keterlibatan organ.
10) Hipergamaglobulinemia umum : hipogama
globulinemia dapat terjadi pada penyakit lanjut.
11) Foto dada : dapat menunjukkan adenopati mediastinal
atau hilus, infiltrat, nodulus atau efusi pleural
12) Foto torak, vertebra lumbar, ekstremitas proksimal,
pelvis, atau area tulang nyeri tekan : menentukan area yang
terkena dan membantu dalam pentahapan.
13) Tomografi paru secara keseluruhan atau skan CT dada :
dilakukan bila adenopati hilus terjadi. Menyatakan
kemungkinan keterlibatan nodus limfa mediatinum.
14) Skan CT abdomenial : mungkin dilakukan untuk
mengesampingkan penyakit nodus pada abdomen dan
pelvis dan pada organ yang tak terlihat pada pemeriksaan
fisik.
15) Ultrasound abdominal : mengevaluasi luasnya
keterlibatan nodus limfa retroperitoneal.
16) Skan tulang : dilakukan untuk mendeteksi keterlibatan
tulang.
17) Skintigrafi Galliium-67 : berguna untuk membuktikan
deteksi berulangnya penyakit nodul, khususnya diatas
diagfragma.
18) Biopsi sumsum tulang : menentukan keterlibatan
sumsum tulang. Invasi sumsum tulang terlihat pada tahap
luas.
19) Biopsi nodus limfa : membuat diagnosa penyakit
Hodgkin berdasarkan pada adanya sel Reed-Sternberg.
20) Mediastinoskopi : mungkin dilakukan untuk
membuktikan keterlibatan nodus mediastinal.
21) Laparatomi pentahapan : mungkin dilakukan untuk
mengambil spesimen nodus retroperitoneal, kedua lobus
hati dan atau pengangkatan limfa (Splenektomi adalah
kontroversial karena ini dapat meningkatkan resiko infeksi
dan kadangkadang tidak biasa dilakukan kecuali pasien
mengalami manifestasi klinis penyakit tahap IV.
Laporoskopi kadang-kadang dilakukan sebagai pendekatan
pilihan untuk mengambil spesimen.
G. PENATALAKSANAAN
1. Terapi
Cara pengobatan bervariasi dengan jenis penyakit. Beberapa pasien
dengan tumor keganasan tingkat rendah, khususnya golongan
limfositik, tidak membutuhkan pengobatan awal mereka tidak
mempunyai gejala dan ukuran lokasi limfadenopati yang bukan
merupakan ancaman.
2. Radio terapi Walaupun beberapa pasien dengan stadium I yang
benar-benar terlokalisasi dapat disembuhkan dengan radio terapi,
terdapat angka yang relapse dini yang tinggi pada pasien yang
dklasifikasikan sebagai stadium II dan III. Radiasi local untuk
tempat utama yang besar harus dipertimbangkan pada pasien yang
menerima khemoterapi dan ini dapat bermanfaat khusus jika
penyakit mengakibatkan sumbatan/ obstruksi anatomis. Pada pasien
dengan limfoma keganasan tingkat rendah stadium III dan IV,
penyinaran seluruh tubuh dosis rendah dapat membuat hasil yang
sebanding dengan khemoterapi.
3. Khemoterapi
a. Terapi obat tunggal Khlorambusi latausik lofosfamid kontinuatau
intermiten yang dapat memberikan hasil baik pada pasien dengan
limfomamaligna keganasan tingkat rendah yang membutuhkan
terapi karena penyakit tingkat lanjut.
b. Terapi kombinasi. (misalnya COP (cyclophosphamide, oncovin,
dan prednisolon) juga dapat digunakan pada pasien dengan
tingkat rendah atau sedang berdasakan stadiumnya.
H. KOMPLIKASI
Efek-efek yang merugikan berkaitan dengan kemoterapy
meliputi alopesia, mual, muntah, supresi sum-sum tulang, stomatitis
dan gangguan gastrointestinal. Infeksi adalah potensial komplikasi
yang dapat menyebabkan syok sepsis.Efek jangka panjang dari
kemoterapy meliputi kemandulan, kardiotoksik, dan fibrosis pulmonal.
Efek samping terapi radiasi di hubungkan dengan area yang diobati
bila pengobatan pada nodus limpfa servikal atau tenggorok maka akan
terjadi hal-hal seperti mulut kering,disfagia,mual,muntah,rambut
rontok,dan penurunan produksi saliva.juga mungkin dapat terjadi
peningkatan karies gigi.bila dilakukan pengobatan nodus limfa
abdomen,efek yang terjadi adalah muntah,diare,anoreksia,keletihan.
BAB III
ASKEP TEORI
Nyeri tekan pada kudran kiri atas dan pembesaran pada palpasi
(splenomegali)Penurunan haluaran urine urine gelap/pekat, anuria
(obstruksi uretal/ gagal ginjal).
5. MAKANAN/CAIRAN
6. NEUROSENSORI
8. PERNAPASAN
9. KEAMANAN
10. SEKSUALITAS
11. PENYULUHAN/PEMBELAJARAN
Pertimbangan
Rencana pemulangan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Rencana keperawatan apa yang harus dilakukan selanjutnya setelah
menentukan penyakitnya pada penderita limfoma.
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
E. EVALUASI
A. Kesimpulan
Limfoma adalah kanker yang berasal dari jaringan limfoid mencakup
sistemlimfatik dan imunitas tubuh. . Dalam kondisi yang normal, sel
limfosit merupakan salah satu dari sistem pertahanan tubuh. Sementara
itu sel limfosit yang tidak normal (limfoma) berkumpul di kelenjar
getah bening dan menyebabkan pembengkakan. Berdasarkan
gambaran histopatologisnya ,limfoma di bagi menjadi 2 yaitu limfoma
non hodgkin dan limfoma hodgkin.
B. Saran
Dengan dibuatnya asuhan keperawatan ini semoga para mahasiswa
bisa mengerti apa itu definisi dari limfoma, jenis-jenis limfoma dan
dapat melakukan pengkajian keperawatan dengan baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Kasus
Laki-laki umur 29 tahun datang dengan keluhan benjolan dileher kiri yang
diketahui 3 bulan sebelum masuk Rumah sakit juga mengalami demam
.Pasien mengaku bahwa awalnya benjolan sebesar telur puyuh,makin lama
dirasakan makin membesar.Benjolan terasa nyeri.Pasien juga mengeluhkan
sulit menelan,klien mengeluhkan berat badan menurun sejak 3 bulan sebelum
masuk rumah sakit Sebelumnya pasien berobat ke Poli THT dan oleh dokter
disarankan kepada pasien melakukan biopsi (FNAB).Seminggu kemudian
pasien control ulang dan membawa hasil biopsi dengan kesimpulan suatu
linfoma Hodgkin.Kemudian disarankan untuk dilakukan trakeostomi.Mual dan
muntah tidak dikeluhlan dikeluhkan.BAB tidak ada keluhan ,berkeringat
malam tidak ada,riwayat kejang dan demam ,riwayat merokok dan minum
alcohol ,riwayat penurunan berat badan .Dari pemeriksaan fisik didapatkan
ada benjolan dileher kiri ,S 38,5celcius ,TD120/80mmHg,RR 20x/menit, N
82x/menit, ,terpasang trakeostomi.Klien terlihat lemas dan lesu ,pasien
mengatakan gatal bagian dibagian area yang sakit, klien terlihat pucat,klien
tampak gelisah ,klien tampak tidak nyaman .
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama :
Umur : 29 thn
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan :
Pekerjaan :
Tgl, masuk RS :
Dx medis : Linfoma hodgkin
Alamat :
2. Riwayat kesehatan
3. Pengkajian berdasarkan respons
Kesadaran : Komposmentis.
Keadaan umum : Klien terlihat lemas dan lesu dan terlihat tidak
nyaman dan klien mengatakan kurangnya terpapar informasi
a. TTV :
TD : 120/80 mmHg
N : 82 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 38,5 derajat celcius
b. Oksigenisasi
c. Cairan dan Elektrolit
d. Aktivitas/Istirahat
Klien mengalami gangguan pada aktivitasnya.Klien tampak
lesu dan lemas.
e. Nyeri/tidak nyaman
Klien mengeluh nyeri bagian leher.
f. Neurosensorik
Kesadaran klien komposmentis.
g. Keamanan
Klien mengalami demam dan klien ada riwayat demam
kejang.
4. Pemeriksaan penunjang
a. laboratorium : Pengambilan Biopsi
b. Radiologi : -
c. CT Scan : -
5.Analisa data
NO DATA MASALAH ETIOLOGI
1 DS: 1. Nyeri akut. 1. Agen pencendera
-PX mengeluhkan: 2. Intoleransi fisiologis
-Demam, aktivitas 2. kelemahan
-nyeri bagian leher 3. Hipertermia 3. proses penyakit
sebelah kiri. 4. Defisit nutrisi 4. ketidak mampuan
-gangguan menelan. 5. Gangguan rasa menelan
-klien mengeluhkan nyaman 5. gejala penyakit
berat badan menurun 6. Resiko infeksi
-PX mengatakan telah
melakukan biopsy
-pasien mengatakan
gatal bagian area yang
sakit
DO:
Setelah dilakukakan
pemeriksaan fisik :
-RR 20x/menit
-S 38,5 c
-N 82 x/menit
-TD 120/80 mmhg
-Berat badan menurun
-PX terlihat:
-Lemas dan lesu
-tidak nyaman
-pucat
-gelisah
-terpasang
trakeostomi
C.DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
N DX TUJUAN&KH INTERVENSI
O
1 Hipertermia Setelah dilakukan 1. Monitor suhu tubuh
b/d proses tindakan keperawatan 2. Sediakan lingkungan yang dingin
penyakit d/d: diharapkan suhu 3. Longgarkan atau lepaskan pakaian
tubuh agar tetap 4. Ganti linen setiap hari
DS: berada pada rentang 5. Lakukan pendinginan
-PX normal eksternal(kompres dingin pada
mengatakan dahi,leher,dada,abdomen,axila.
demam. KH: 6. Anjurkan tirah baring
-pucat 2(cukup 7. Kolaborasipemberian cairan dan
DO: meningkat)-3(sedang) elektrolit intravena,jika perlu
-Pucat -suhu tubuh 2(cukup
-S 38,5 memburuk)-4
derajat
celcius
*pemeriksaan
labor:
-Biobsi
DO:
Px terlihat:
-lemas dan
lesu
-gelisah
-pengambilan
biopsi
DO:
-pasien
terlihat:
-berat badan
menurun
-lesu
-pucat
*Pemeriksaan
labor:
-pengambilan
biopsy
5 Resiko Setelah dilakukan Pencegahan infeksi
infeksi d/d tindakan keperawatan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi local
diharapkan derajat dan sistemik
DS: infeksi berdasarkan 2. Berikan perawatan kulit
-Pasien observasi atau 3. Pertahankan Teknik aseptic pada
mengeluhkan sumber informasi pasien berisiko tinggi
nyeri bagian menurun 4. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
leher kiri 5. Anjurkan cuci tangan dengan benar
-Pasien KH: 6. Anjurkan pemberian imunisasi jika
mengatakan -Demam perlu
demam 1(meningkat)-
DO: 4(cukup menurun)
- pasien -Nyeri 1(meningkat)-
terpasang 3(sedang)
trakeostomi
-Pengambilan
biopsi
-S 38,5 c
6 Gangguan Setelah dilakukan Perawatan Kenyaman
rasa nyaman tindakan keperawatan 1. Identifikasi gejala yang tidak
b/d gejala diharapkan menyenangkan (nyeri)
penyakit d/d keseluruhan rasa 2. Berikan lingkungan yang nyaman
DS: nyaman dan aman 3. Jelaskan mengenai kondisi dan pilihan
-pasien secara fisik terapi/pengobatan
mengatakan ,psikologis spiritual 4. Ajarkan terapi relaksasi
nyeri bagian social budaya dan 5. Kolaborasi pemberian analgesik
leher lingkungan
- pasien meningkat
mengatakan KH:
gatal area -keluhan tidak
bagian yang nyaman 2(cukup
sakit meningkat)-4(cukup
menurun)
DO: -gelisah
-Pasien 1(meningkat)-
terlihat 3(sedang)
meringis
-pasien
tampak
gelisah
-pasien
tampak tidak
nyaman.
D. Implementasi keperawatan
N SDKI IMPLEMENTSI EVALUASI
O
1 Hipertermi 1. Memonitor suhu S: Px mengatakan badannya
b/b proses tubuh masih panas
penyakit 2. Menyediakan O: Setelah dilakukan tindakan
lingkungan yang keperawatan didapatkan suhu
dingin pasien 37,5 c
3. Melonggarkan atau Pasien terlihat pucat
lepaskan pakaian A: Masalah teratasi sebagian
4. Mengganti linen P: Intervensi dilanjutkan 1,2,5
setiap hari
5. Melakukan
pendinginan
eksternal(kompres
dingin pada
dahi,leher,dada,abdo
men,axila.
6. Menganjurkan tirah
baring
7. Mengkolaborasi
pemberian cairan
dan elektrolit
intravena,jika perlu
2 Nyeri akut Manajemen nyeri S:Px mengatakan nyeri sudah
b/d agen 1. ,Mengidentifikasi berkurang
pencendera skala nyeri
fisiologis 2. Mengidentifikasi O: Setelah dilakukan tindakan
respon nyeri non keperawatan skala nyeri sudah
verbal berkurang
3. Mengidentifikasi Px sudah tidak meringis
factor yang
memperberat dan A:Masalah teratasi sebagian
memperingan nyeri
4. Mengontrol P: Implementasi dilanjtkan 1,2
lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri
5. Mempertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
6. Menjelaskan
strategi meredakan
nyeri
7. Mengkolaborasi
pemberian
analgetik jika perlu
3 Intoleransi Manajemen energi S: Px mengatakan lemas
aktivitas b/d 1. Mengidentifikasi berkurang
kelemahan gangguan fungsi tubuh O:Setelah dilakukan tindakan
yang mengakibatkan keperawatan pasien terlihat
kelelahan -lemas dan lesu berkurang
2. Memberikan aktivitas -Nyaman dan rileks
distraksi yang A:Masalah teratasi sebagian
menenangkan P: Intervensi dilanjutkan 1-2
3. Menganjurkan
menghubungi perawat
jika tanda dan gejala
kelelahan tidak
berkurang
4. Mengkolaborasi
dengan ahli gizi
tentang cara
meningkatkan asupan
makan
4 Defisi nutrisi Manajemen nutrisi S: Px mengatakan sudah
b/d 1. Mengidentifikasi mampu menelan
ketidakmampu nutrisi O:Setelah dilakukan tindakan
an menelan 2. Mengidentifikasi keperawatan pasien terlihat
kebutuhan kalori dan -Berat badan sudah mulai naik
jenis nutrient -Sudah bisa menelan
3. Memonitor berat A:Masalah teratasi
badan P: Intervensi dihentikan
4. Memberikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
5. Menganjurkan posisi
duduk jika perlu
6. Mengkolaborasi
pemberian medikasi
sebelum
makan(Pereda nyeri)
7. Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrien yang
dibutuhkan
5 Resiko infeksi Pencegahan infeksi S:Px mengatakan nyeri dan
1. Memonitor tanda dan deman sudah berkurang
gejala infeksi local dan O: Setelah dilakukan tindakan
sistemik keperawatan pasien terlihat
2. Memberikan -nyeri sudah berkurang
perawatan kulit A: masalah teratasi
3. Mempertahankan P:Intervensi dihentikan
Teknik aseptic pada
pasien berisiko tinggi
4. Menjelaskan tanda
dan gejala infeksi
5. Menganjurkan cuci
tangan dengan benar
6. Menganjurkan
pemberian imunisasi
jika perlu
6 Gangguan rasa Perawatan Kenyaman S: Px mengatakan sudah tidak
nyaman b/d 1. Mengidentifikasi meringis dan sudah nyaman
gejala gejala yang tidak O: Setelah dilakukan tindakan
penyakit menyenangkan (nyeri) keperawatan pasien terlihat
2. Memberikan -Tidak meringis
lingkungan yang -Tidak gelisah
nyaman
3. Menjelaskan A:Masalah teratasi
mengenai kondisi dan P: Intervensi dihentikan
pilihan
terapi/pengobatan
4. Mengajarkan terapi
relaksasi
5. Mengkolaborasi
pemberian analgesic
SIKI: Pencegahan