Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN CA TIROID

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktek Stase Gadar

Oleh :
ARDI NUR SETIYONO
NIM : 1808014

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2019

3
BAB I

PENDAHULUAN

Kelenjar tiroid terletak di dalam leher bagian bawah, di sebelah kanan-

kiri anterior trakea, melekat pada tulang laring dan pada dinding laring. Kelenjar

ini terdiri dari 2 lobus yaitu lobus dextra dan sinistra yang saling berhubungan

oleh istmus. Masing-masing lobus tebalnya ±2 cm, panjangnya ±4 cm dan

lebarnya ±2,5 cm. Struktur dari kelenjar tiroid terdiri dari banyak folikel-folikel

tertutup (100-300 mikrometer) yang dibatasi sel epitel kuboid. Saraf vasomotor

pada kelenjar tiroid sebagian besar tidak bermielin dan terdapat pada dinding

arteri tiroid, sedangkan saraf simpatis berakhir pada lamina basal folikel yang

merangsang langsung pada sel folikel.

Sel folikel mengeluarkan cairan lekat yaitu koloida tiroid (materi

proteinaseosa berwarna merah muda) mengandung yodium yang dinamakan

hormon tiroxin (T4) dan triiodotironin (T3). T4 dan T3 meningkatkan

kecepatan metabolisme basal tubuh (BMR) dengan mempercepat reaksi kimia

tubuh, mengatur penggunaan oksidasi dan udara pernapasan. Sekresinya

dipengaruhi hormon dari lobus anterior kelenjar hipofisis yaitu tirotropik/TSH.

T3 disekresikan oleh kelenjar tiroid hanya 7 % sehingga jumlahnya di dalam

darah jauh lebih sedikit dan lebih sebentar daripada T4 namun T3 empat kali

lebih kuat intensitas dan kecepatan kerjanya. T4 juga nantinya akan diubah

menjadi T3 di dalam jaringan, diantaranya karena faktor stress, intake makanan

dan minuman beryodium, suhu, dan kebutuhan oksigen. Bila kelenjar tiroid

4
tidak aktif maka koloid dihasilkan banyak serta folikel akan membesar dan

lapisan selnya datar.

Selain T4 dan T3, kelenjar tiroid mensekresikan juga

Tirokalsitonin/Kalsitonin untuk metabolisme kalsium tubuh, mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Kalsitonin memacu pengendapan

kalsium di dalam tulang sehingga menurunkan konsentrasi kalsium dalam

cairan ekstravaskuler. Kelenjar tiroid akan meningkatkan pelepasan kalsitonin

bila kadar serum kalsium meningkat, dan sebaliknya.

5
BAB II

KONSEP DASAR KANKER TIROID

A. PENGERTIAN

 Kanker tiroid adalah suatu keganasan pada tiroid yang memiliki empat (4)

tipe, yaitu papiler, folikuler, anaplastik, dan meduler.

( www.medicastore.com )

 Kanker tiroid adalah pembesaran tiroid yang diskret.

( Price, Sylvia A., 1995 )

B. ETIOLOGI DAN KLASIFIKASI

Kanker tiroid lebih sering ditemukan pada orang-orang yang pernah menjalani

terapi penyinaran di kepala, leher maupun dada. Faktor resiko lainnya adalah

adanya riwayat keluarga yang menderita kanker tiroid dan gondok menahun

serta tetangga atau penduduk sekampung ada yang menderita kelainan kelenjar

gondok (endemis). Hal ini lebih kepada pola hidup dan letak geografis yang

tidak mendukung pada pemenuhan intake yodium. Selain itu, terdapat penyebab

spesifik berdasarkan klasifikasi atau pembagian tipe kanker tiroid, yaitu sebagai

berikut:

1. Kanker Papiler

60-70% dari kanker tiroid adalah kanker papiler. 2-3 kali lebih sering terjadi

pada wanita. Kanker papiler lebih sering ditemukan pada orang muda, tetapi

pada usia lanjut kanker ini lebih cepat tumbuh dan menyebar. Resiko tinggi

6
terjadinya kanker papiler ditemukan pada orang yang pernah menjalani

terapi penyinaran di leher.

2. Kanker Folikuler

15-20% dari kanker tiroid adalah kanker folikuler. Ini merupakan jenis

kanker yang paling tidak ganas dan paling mudah diobati. Kanker folikuler

juga lebih sering ditemukan pada wanita, usia 20-50 tahun. Mirip tiroid

normal namun dapat berkembang lambat dan bermetastase cepat. Pada

penderita yang tidak diobati, kematian disebabkan karena perluasan lokal

atau karena metastasis jauh mengikuti aliran darah dengan keterlibatan yang

luas dari tulang dan paru-paru.

3. Kanker Anaplastik

Kurang dari 10% kanker tiroid merupakan kanker anaplastik. Ini merupakan

jenis kanker tiroid yang sangat ganas. Kanker ini paling sering ditemukan

pada wanita usia lanjut. Kanker anaplastik tumbuh sangat cepat dan

biasanya menyebabkan benjolan yang besar di leher. Kanker ini

mengakibatkan kematian dalam beberapa minggu (bulan). Biasanya terjadi

pada pasien-pasien tua dengan riwayat goiter yang lama dimana kelenjar

tiba-tiba (dalam waktu beberapa minggu atau bulan) mulai membesar dan

menghasilkan gejala-gejala penekanan, disfagia atau kelumpuhan pita

suara, kematian akibat perluasan lokal yang masif biasanya terjadi dalam

6-36 bulan. Kanker ini sangat resisten terhadap pengobatan.

7
4. Kanker Meduler

Pada kanker meduler, kelenjar tiroid menghasilkan sejumlah besar

kalsitonin (dari sel C). Kanker meduler ini sangat jarang terjadi dan

merupakan penyakit keturunan. 5-10% dari semua kasus. Karakteristiknya

adalah bentuk tumor bulat, keras yang terletak di lobus tengah dan atas

kelenjar tiroid. Kanker cenderung menyebar melalu sistem getah bening ke

kelenjar getah bening dan melalui darah ke hati, paru-paru dan tulang. Pada

metastase stadium dini dapat merupakan komplikasi dari masalah kelenjar

lain (sindroma neoplasia endokrin multipel), yakni Pheochromocytomo

(kelainan pada kelenjar adrenal) dan pertumbuhan pesat kelenjar paratiroid.

Kanker ini lebih agresif dari pada kanker papiler atau folikuler tetapi tidak

seagresif kanker tiroid anaplastik.

5. Jenis-Jenis Lain

a. Limfoma

Satu-satunya jenis kanker tiroid yang tumbuh cepat yang berespon baik

terhadap pengobatan. Limfoma tiroid kadang-kadang timbul pada

pasien dengan tiroiditis Hashimoto yang lama dan sulit dibedakan dari

tiroiditis kronik. Invasi limfosit pada folikel tiroid dan dinding

pembuluh darah dapat membantu dalam membedakan limfoma tiroid

dari tiroiditis kronik.

b. Kanker Metastatik ke Tiroid

Kanker sistemik metastasis ke kelenjar tiroid, termasuk kanker payudara

dan ginjal, kanker bronkogenik dan melanoma maligna.

8
C. MANIFESTASI KLINIK

Tanda dan gejala kanker tiroid adalah:

1. Terdapat pembesaran kelenjar tiroid atau pembengkakan kelenjar getah

bening di daerah leher (karena metastasis).

2. Nodul ganas membesar cepat, dan nodul anaplastik cepat sekali (dihitung

dalam minggu), tanpa nyeri.

3. Merasakan adanya gangguan mekanik di daerah leher, seperti gangguan

menelan yang menunjukkan adanya desakan esofagus, atau perasaan sesak

yang menunjukkan adanya desakan / infiltrasi ke trakea.

4. Suara penderita berubah atau menjadi serak.

5. Bisa terjadi batuk atau batuk berdarah, serta diare atau sembelit.

D. PENATALAKSANAAN

Secara umum, penatalaksanaan kanker tiroid adalah:

 Operasi

Pada kanker tiroid yang masih berdeferensiasi baik, tindakan tiroidektomi

(operasi pengambilan tiroid) total merupakan pilihan untuk mengangkat

sebanyak mungkin jaringan tumor. Pertimbangan dari tindakan ini antara

lain 60-85% pasien dengan kanker jenis papilare ditemukan di kedua lobus.

5-10% kekambuhan terjadi pada lobus kontralateral, sesudah operasi

unilateral.

9
 Terapi Ablasi Iodium Radioaktif

Terapi ini diberikan pada pasien yang sudah menjalani tiroidektomi total

dengan maksud mematikan sisa sel kanker post operasi dan meningkatkan

spesifisitas sidik tiroid untuk deteksi kekambuhan atau penyebaran kanker.

Terapi ablasi tidak dianjurkan pada pasien dengan tumor soliter berdiameter

kurang 1mm, kecuali ditemukan adanya penyebaran.

 Terapi Supresi L-Tiroksin

Supresi terhadap TSH pada kanker tiroid pascaoperasi dipertimbangkan

karena adanya reseptor TSH di sel kanker tiroid bila tidak ditekan akan

merangsang pertumbuhan sel-sel ganas yang tertinggal. Harus juga

dipertimbangkan segi untung ruginya dengan terapi ini. Karena pada jangka

panjang (7-15 tahun) bisa menyebabkan gangguan metabolisme tulang dan

bisa meningkatkan risiko patah tulang.

Secara khusus (berdasarkan klasifikasi kanker tiroid), penatalaksanaan kanker

tiroid adalah:

1. Penatalaksanaan Kanker Papiler

Kanker ini diatasi dengan tindakan pembedahan, yang kadang melibatkan

pengangkatan kelenjar getah bening di sekitarnya. Nodul dengan diameter

lebih kecil dari 1,9 cm diangkat bersamaan dengan kelenjar tiroid di

sekitarnya, meskipun beberapa ahli menganjurkan untuk mengangkat

seluruh kelenjar tiroid. Pembedahan hampir selalu bisa menyembuhkan

kanker ini. Diberikan hormon tiroid dalam dosis yang cukup untuk menekan

pelepasan TSH dan membantu mencegah kekambuhan. Jika nodulnya lebih

10
besar, maka biasanya dilakukan pengangkatan sebagian besar atau seluruh

kelenjar tiroid dan seringkali diberikan yodium radioaktif, dengan harapan

bahwa jaringan tiroid yang tersisa atau kanker yang telah menyebar akan

menyerapnya dan hancur. Dosis yodium radioaktif lainnya mungkin

diperlukan untuk memastikan bahwa keseluruhan kanker telah dihancurkan.

Kanker papiler hampir selalu dapat disembuhkan.

2. Penatalaksanaan Kanker Folikuler

Pengobatan untuk kanker ini adalah pengangkatan sebanyak mungkin

kelenjar tiroid dan pemberian yodium radioaktif untuk menghancurkan

jaringan maupun sel kanker yang tersisa.

3. Penatalaksanaan Kanker Anaplastik

Pemberian yodium radioaktif tidak berguna karena kanker tidak menyerap

yodium radioaktif. Pemberian obat anti kanker dan terapi penyinaran

sebelum dan setelah pembedahan memberikan hasil yang cukup

memuaskan. Operasi reseksi diikuti radiasi dan kemoterapi.

4. Penatalaksanaan Kanker Meduler

Pengobatannya meliputi pengangkatan seluruh kelenjar tiroid.

Lebih dari 2/3 penderita kanker meduler yang merupakan bagian dari

sindroma neoplasia endokrin multipel, bertahan hidup 10 tahun; jika kanker

meduler berdiri sendiri, maka angka harapan hidup penderitanya tidak

sebaik itu. Kadang kanker ini diturunkan, karena itu seseorang yang

memiliki hubungan darah dengan penderita kanker meduler, sebaiknya

menjalani penyaringan untuk kelainan genetik. Jika hasilnya negatif, maka

11
hampir dapat dipastikan orang tersebut tidak akan menderita kanker

meduler. Jika hasilnya positif, maka dia akan menderita kanker meduler;

sehingga harus dipertimbangkan untuk menjalani pengangkatan tiroid

meskipun gejalanya belum timbul dan kadar kalsitonin darah belum

meningkat. Kadar kalsitonin yang tinggi atau peningkatan kadar kalsitonin

yang berlebihan setelah dilakukan tes perangsangan, juga membantu dalam

meramalkan apakah seseorang akan menderita kanker meduler.

E. PATOFISIOLOGI

Terapi penyinaran di kepala, leher dan dada, riwayat keluarga yang menderita

kanker tiroid dan gondok menahun serta tetangga atau penduduk sekampung

ada yang menderita kelainan kelenjar gondok (endemis) dapat mencetuskan

timbulnya neoplasma yang menyebabkan timbulnya pertumbuhan kecil (nodul)

di dalam kelenjar tiroid seseorang. Hal ini dipengaruhi oleh pelepasan TRH oleh

Hipotalamus. Dimana karena pengaruh TRH, Hipofisis anterior akan

merangsang peningkatan sekresi TSH sebagai reaksi adanya neoplasma.

Peningkatan TSH ini akan meningkatkan massa tiroid yang akan berdiferesiasi

sehingga memunculkan kanker tiroid. Kanker ini umumnya akan meluas

dengan metastasis dan invasi kelenjar dan organ tubuh. Berikut perluasan

kanker pada organ tubuh yang lain :

a. Pada kanker papiler, kanker ini biasanya meluas dengan metastasis dalam

kelenjar dan dengan invasi kelenjar getah bening lokal. Selama bertahun-

tahun tumbuh sangat lambat dan tetap berada dalam kelenjar tiroid dan

12
kelenjar getah bening lokal. Pada pasien tua kanker ini bisa jadi lebih agresif

dan menginvasi secara lokal ke dalam otot dan trakea. Selain itu, dapat

tumbuh cepat dan berubah menjadi karsinoma anaplastik. Pada stadium

lanjut, dapat menyebar ke paru-paru.

b. Pada kanker folikuler cenderung menyebar melalui aliran darah,

menyebarkan sel-sel kanker ke berbagai organ tubuh. Kanker ini sedikit

lebih agresif dari pada kanker papiler dan menyebar dengan invasi lokal

kelenjar getah bening atau dengan invasi pembuluh darah disertai metastasis

jauh ke tulang atau paru. Kanker-kanker ini sering tetap mempunyai

kemampuan untuk mengkonsentrasi iodin radioaktif untuk membentuk

tiroglobulin dan jarang untuk mensintesis T3 dan T4.

c. Pada kanker anaplastik, terjadi invasi lokal pada stadium dini ke struktur di

sekitar tiroid lalu bermetastasis melalui saluran getah bening dan aliran

darah.

d. Kanker cenderung menyebar melalui sistem getah bening ke kelenjar getah

bening dan melalui darah ke hati, paru-paru dan tulang. Pada metastase

stadium dini dapat merupakan komplikasi dari masalah kelenjar lain

(sindroma neoplasia endokrin multipel).

F. PATHWAY
Terapi penyinaran di kepala, leher dan dada,
riwayat keluarga, endemis, konsumsi minim yodium

13
timbul neoplasma, pertumbuhan kecil
(nodul) di kelenjar tiroid

Hipotalamus melepas TRH

Hipofisis anterior akan merangsang


peningkatan sekresi TSH

T3,T4, Kalsitonin
meningkat

massa tiroid meningkat, berdiferensi

memunculkan kanker tiroid Kurang


pengetahuan

Pembengkakan laring menyebar melalui aliran darah &


saluran getah bening

Cedera pita
suara, serak meluas dengan metastasis dan
Nyeri akut
invasi kelenjar dan organ hati,
Kerusakan
Kerusakan menelan paru-paru dan tulang tubuh
komunikasi
verbal

BAB III

14
ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN KANKER TIROID

A. PENGKAJIAN

1. Anamnesis

Anamnesis (keterangan riwayat penyakit) merupakan bagian penting dalam

menegakkan diagnosis. Pasien dengan nodul tiroid nontoksik baik jinak

maupun ganas, biasanya datang dengan keluhan kosmetik atau takut

timbulnya keganasan. Sebagian besar keganasan tiroid tidak menimbulkan

keluhan, kecuali jenis anaplastik yang sangat cepat membesar dalam

beberapa minggu saja. Pasien umumnya mengeluh adanya gejala penekanan

pada jalan napas (sesak) atau pada jalan makanan (sulit menelan). Pada

nodul dengan adanya perdarahan atau disertai infeksi, bisa menimbul

keluhan nyeri. Keluhan lain pada keganasan tiroid yang mungkin timbul

adalah suara serak.

2. Pemeriksaan fisik

Perlu dibedakan antara nodul tiroid jinak dan ganas. Yang jinak, dari

riwayat keluarga: nodul jinak, strumadifus, multinoduler. Pertumbuhannya

relatif besarnya tetap. Konsistensinya lunak, rata dan tidak terfiksir. Gejala

penekanan dan penyebarannya tidak ada. Sedangkan yang ganas, dari

riwayat keluarga: karsinoma medulare, nodul soliter, Usia kurang dari 20

tahun atau di atas 60 tahun. Pria berisiko dua kali daripada wanita dan

15
riwayat terekspos radiasi leher. Pertumbuhannya cepat membesar.

Konsistensi, padat, keras, tidak rata dan terfiksir. Gejala penekanan, ada

gangguan menelan dan suara serak. Penyebarannya terjadi pembesaran

kelenjar limfe leher.

3. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang diagnostik dilakukan untuk mengevaluasi nodul

tiroid dapat berupa pemeriksaan laboratorium untuk penentuan status fungsi

dengan memeriksa kadar TSHs dan hormon tiroid, pemeriksaan

Ultrasonografi, sidik tiroid, CT scan atau MRI, serta biopsi aspirasi jarum

halus dan terapi supresi Tiroksin untuk diagnostik.

a. Pemeriksaan laboratorium dimaksudkan untuk memperoleh hasil

pemeriksaan fungsi tiroid baik hipertiroid maupun hipotiroid yang

dapat menditeksi kemungkinan keganasan. Pemeriksaan TSH yang

meningkat berguna untuk tiroiditis. Pemeriksaan kadar antibodi

antitiroid peroksidase dan antibodi antitiroglobulin penting untuk

diagnosis tiroiditis kronik Hashimoto yang sering timbul nodul

uni/bilateral. Sehingga masih mungkin terdapat keganasan.

b. Pemeriksaan calcitonin merupakan pertanda untuk kanker tiroid

jenis medulare, sedangkan pemeriksaan kadar tiroglobulin cukup

sensitif untuk keganasan tiroid tetapi tidak spesifik. Karena bisa

ditemukan pada keadaan lain seperti tiroiditis dan adenoma tiroid.

16
c. Pemeriksaan Ultrasonografi yang merupakan pemeriksaan

noninvasif dan ideal. Khususnya dengan menggunakan ''high

frequency real-time'' (generasi baru USG). Dengan alat ini akan

diperoleh gambaran anatomik secara detail dari nodul tiroid, baik

volume (isi), perdarahan intra-noduler, serta membedakan nodul

solid/kistik/campuran solid-kistik. Gambaran yang mengarah

keganasan seperti massa solid yang hiperkoik, irregularitas,

sementara gambaran neovaskularisasi dapat dijumpai pada

pemeriksaan dengan USG. Dari satu penelitian USG nodul tiroid

didapatkan 69% solid, 12% campuran dan 19% kista. Dari kista

tersebut hanya 7% yang ganas, sedangkan dari nodul yang solid atau

campuran berkisar 20%.

d. Pemeriksaan sidik tiroid dapat memberikan gambaran morfologi

fugsional, hasil pencitraannya merupakan refleksi dari fungsi

jaringan tiroid. Bahan radioaktif yang digunakan I-131 dan Tc-99m.

Pada sidik tiroid 80-85% nodul tiroid memberikan hasil dingin

(cold), sedangkan 10-15% mempunyai risiko ganas. Nodul panas

(hot) dijumpai sekitar 5% dengan risiko ganas paling rendah, sedang

nodul hangat (warm) 10-15% dari seluruh nodul dengan risiko ganas

kurang dari 10%.

e. Pemeriksaan CT scan (Computed Tomographic scanning) dan MRI

(Magnetic Resonance Imaging) diperlukan bila ingin mengetahui

17
adanya perluasan struma substernal atau terdapat

kompresi/penekanan pada jalan nafas.

f. Pemeriksaan Biopsi Aspirasi Jarum Halus dianggap sebagai

metode yang efektif untuk membedakan nodul jinak atau ganas pada

nodul tiroid yang soliter maupun pada yang multinoduler.

Pemeriksaan biopsi aspirasi jarum halus ini mempunyai sensitivitas

sebesar 83% dan spesifisitas 92%.

g. Terapi supresi Tiroksin (untuk diagnostik). Rasionalisasi dari

tindakan ini adalah bahwa TSH merupakan stimulator kuat untuk

fungsi kelenjar tiroid dan pertumbuhannya. Tes ini akan

meminimalisasi hasil negatif palsu pada biopsi aspirasi jarum halus.

18
B. ANALISIS DATA

No. Data Fokus Etiologi Problem

1. DS : - Kerusakan saraf Kerusakan

DO : Kesulitan berbicara, laring, cedera pita komunikasi verbal

suara serak suara

2. DS : Pasien mengatakan nyeri Cedera postoperasi Nyeri akut

secara verbal atau nonverbal

DO : Pasien merintih nyeri

3. DS : Pasien mengeluh sakit Tumor laring- Kerusakan

ketika makan kanker tiroid menelan

DO : Pasien lambat dalam

menelan

4. DS : Keterbatasan Kurang

DO : Pasien terlihat bingung paparan informasi pengetahuan

dan sering bertanya mengenai mengenai

penyakitnya dan prosedur penyakit, komdisi

penatalaksanaan penyakit dan prosedur

penatalaksanaan

penyakit

19
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan cedera pita suara,

kerusakan saraf laring.

2. Nyeri akut berhubungan dengan cedera pascaoperasi.

3. Kerusakan menelan berhubungan dengan tumor laringeal (kanker tiroid).

4. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, kondisi dan prosedur

penatalaksanaan penyakit berhubungan dengan keterbatasan paparan

informasi

D. NURSING OUTCOMES CLASSIFICATION (NOC)

1. Diagnosa I

NOC : Kemampuan berkomunikasi

Indikator : - menggunakan bahasa tertulis

- menggunakan bahasa lisan

- menggunakan bahasa nonverbal/isyarat

- menanggapi pesan yang diterima

2. Diagnosa II

NOC : Kontrol/Pengendalian nyeri

Indikator : - mengetahui factor penyebab

- mengetahui waktu muncul dan permulaan nyeri

- penggunaan analgetik yang tepat

- menggunakan sumber pendukung yang tepat

- mengetahui gejala nyeri

20
3. Diagnosa III

NOC : Status menelan: esofagial

Indikator : - nyaman saat menelan

- Makanan masuk

- tidak batuk saat menelan

- tidak ada nyeri epigastrial

- kandungan di lambung terjaga/tidak muntah

- tidak terjadi hematemesis

- pengulangan menelan tidak terjadi

4. Diagnosa IV

NOC (a) : Pengetahuan tentang proses penyakit

Indikator : - mengetahui tentang nama penyakit

- menjelaskan mengenai proses penyakit

- menjelaskan penyebab dan factor pendukung

- menjelaskan tanda dan gejala penyakit

- menjelaskan komplikasi penyakit

- menjelaskan tanda dan gejala penyakit

NOC (b) : Pengetahuan tentang prosedur

Indikator : - menjelaskan prosedur

- menjelaskan tujuan prosedur

- menjelaskan langkah/tahapan prosedur

- mendemonstrasikan prosedur

- menjelaskan efek samping yang potensial

21
NOC (c) : Pengetahuan tentang pengobatan

Indikator : - menjelaskan tentang cara penggunaan obat

- menjelaskan tentang efeks damping obat

- menyebutkan nama obat dengan benar

- menjelaskan tentang cara penyimpanan obat dengan benar

E. NURSING INTERVENTION CLASSIFICATION (NIC)

1. NOC I

NIC : Peningkatan komunikasi : defisit bicara

Aktivitas : :

- Libatkan keluarga untuk membantu memahami apa yang

dibicarakan oleh pasien.

- Dengarkan pasien saat berbicara dengan penuh perhatian.

- Gunakan kata dan kalimat yang sederhana saat berbicara dengan

pasien.

- Gunakan papan tulis/gambar bagi pasien untuk mengungkapkan

kebutuhannya.

- Anjurkan pada pasien dan keluarga untuk menggunakan alat bantu

suara.

2. NOC II

NIC : Manajemen nyeri

Aktivitas : :

- Kaji ulang secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi,

karakteristik, penjalaran, keparahan, kualitas, factor pencetus

22
- Observasi isyarat non verbal atas ketidaknyamanan

- Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui

tanggapan pasien terhadap nyeri yang dialami

- Monitoring perubahan nyeri

- Kendalikan factor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon

pasien atas ketidak nyamanan misalnya suhu ruang

- Ajarkan teknik nonfarmakologikal (kompres dingin, relaksasi,

guided imagery) sebelum, selama, dan setelah nyeri

- Kolaborasi medis pemberian analgetik

- Pastikan pasien menerima perawatan analgetik yang tepat

3. NOC III

NIC : Terapi menelan

Aktivitas : :

- Hindarkan minum minuman bersoda

- Bantu pasien memilih posisi yang nyaman saat makan

- Anjurkan pasien untuk memfleksikan kepalanya ke depan saat

makan unutk mendukung menelan

- Monitor tanda dan gejala aspirasi

- Monitor pergerakkan lidah saat makan

- Anjurkan pasien menjangkau makanan yang ada di bibir dan sekitar

mulut dengan lidah

- Monitor intake dan output makanan dan minuman, turgor kulit,

mukosa mulut

23
- Sediakan perawatan mulut

- Kolaborasi dengan ahli diet konsultasi tentang kebutuhan nutrisi

pasien

3. NOC IV

NIC (a) : Pengajaran : Proses Penyakit

Aktivitas : :

- Jelaskan patofisiologi penyakit dan hubungannya dengan anatomi

dan fisiologi

- Jelaskan tanda dan gejala penyakit

- Jelaskan kemungkinan komplikasi penyakit

- Identifikasi penyebab

- Informasikan tentang kondisi pasien

- Diskusikan perubahan gaya hidup untuk mencegah komplikasi dan

mengontrol penyakit

- Diskusikan pilihan terapi

- Instruksikan pasien agar melaporkan bila terjadi tanda dan gejala

guna tindakan perawatan

- Kolaborasi tenaga kesehatan lain untuk memberikan informasi

kepada pasien tentang penyakit.

NIC (b) : Pengajaran : Prosedur treatment

Aktivitas :

- Informasikan kepada pasien tentang prosedur meliputi, waktu,

durasi, tempat

24
- Jelaskan tujuan prosedur treament

- Anjurkan pasien agar ia kooperatif selama prosedur treatment

- Diskusikan alternatif treatment

- Libatkan keluarga dalam treatment

NIC (c) : Pengajaran : Medikasi

Aktivitas :

- Anjurkan pasien untuk mematuhi tindakan pengobatan

- Informasikan pada pasien tentang obat meliputi jenis, merk ,

kandungan, reaksi, dosis, dan durasi efektif obat

- Anjurkan pasien untuk mengikuti prosedur sebelum pelaksanaan

medikasi

- Informasikan pada pasien tentang apa yang harus dilakukan bila

terjadi pengobatan yang terlupa/terlambat

- Informasikan tentang tanda dan gejala bila terjadi kekurangan atau

kelebihan dosis obat

- Informasikan tentang penyimpanan obat

- Libatkan keluarga dalam proses medikasi

25
F. EVALUASI

Evaluasi dilakukan dengan memperhatikan Nursing Outcomes Classification

yang telah ditetapkan guna mengetahui perkembangan kondisi pasien setelah

dilakukan implementasi sesuai Nursing Intervention Classification. Beberapa

hasil evaluasi yang ideal adalah sebagai berikut

1. Diagnosa I : Pasien mampu berkomunikasi dengan nyaman

2. Diagnosa II : Pasien mampu mengontrol/mengendalikan nyeri

3. Diagnosa III : Status menelan: esofagial pasien normal

4. Diagnosa IV : Pasien mengetahui tentang proses penyakit

Pasien mengetahui tentang prosedur treatment

Pasien mengetahui tentang pengobatan/medikasi

26
BAB IV

PENUTUP

Kanker tiroid adalah suatu keganasan pada tiroid yang memiliki empat (4) tipe,

yaitu papiler, folikuler, anaplastik, dan meduler. Kanker tiroid lebih sering

ditemukan pada orang-orang yang pernah menjalani terapi penyinaran di kepala,

leher maupun dada. Faktor resiko lainnya adalah adanya riwayat keluarga yang

menderita kanker tiroid dan gondok menahun serta tetangga atau penduduk

sekampung ada yang menderita kelainan kelenjar gondok (endemis). Hal ini lebih

kepada pola hidup dan letak geografis yang tidak mendukung pada pemenuhan

intake yodium. Penatalaksanaannya diantaranya adalah Operasi, Terapi Ablasi

Iodium Radioaktif, Terapi Supresi L-Tiroksin.

27
DAFTAR PUSTAKA

Closkey, J.C, Bulecheck, G.M, 1996. Iowa Intervention Project: Nursing

Intervention Classification (NIC) 2nd, Mosby, St.Louis.

Greenspan & Baxter, 2000, Endokrinologi Dasar dan Klinik, EGC, Jakarta.

Isselbacher, Kurt J, 2000, Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, EGC,

Jakarta.

Johnson, M, dkk, 2000, Iowa Intervention Project: Nursing Outomes Classification

(NOC) 2nd. Mosby, St.Louis.

Mansjoer, Arif, dkk, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, Jakarta.

NANDA, 2005, NANDA:Nursing Diagnosis Definition & Classification 2005-

2006, Philadelphia.

Price, Sylvia Anderson & Lorraine M.W., 1995, Patofisiologi: Konsep Klinis

Proses-proses Penyakit, EGC, Jakarta.

Ragg, M. , 1999, Memahami Masalah Tiroid, ARCAN, Jakarta.

Suastika, K., 1995, Penyakit Kelenjar Tiroid, EGC, Jakarta.

http://www.medicastore.com/med/detail/Kanker Tiroid/231206/19.46 WIB @id.

28

Anda mungkin juga menyukai