Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN HIDROSEFALUS

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktek Stase Anak

Oleh :

ARDI NUR SETIYONO

NIM : 1808014

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA

SEMARANG

2018
A. DEFINISI
Hidrosefalus adalah akumulasi cairan serebro spinal dalam
ventrikelserebral, ruang subarachnoid atau ruang subdural (Suriadi dan Yuliani,
2001).
Hidrosefalus merupakan keadaan patologis otak yang mengakibatkan
bertmbahnya cairan serebro spinalis tanpa atau pernah dengan tekanan
intracranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat
mengalirnya cairan serebro spinal (Ngastiyah,2007).
Hidrosefalus merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi
yang progresif pada system ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari
jaringan – jaringan serebral selama produksi CSF berlangsung yang
meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili arachnoid. Akibat berlebihannya
cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan intrakranial menyebabkan
terjadinya peleburan ruang – ruang tempat mengalirnya liquor (Mualim, 2010)
Jenis Hidrosefalus dapat diklasifikasikan menurut:
1. Waktu Pembentukan
a. Hidrosefalus Congenital, yaitu Hidrosefalus yang dialami sejak
dalamkandungan dan berlanjut setelah dilahirkan
b. Hidrosefalus Akuisita, yaitu Hidrosefalus yang terjadi setelah
bayidilahirkan atau terjadi karena faktor lain setelah bayi dilahirkan
(Harsono,2006).
2. Proses Terbentuknya Hidrosefalus
a. Hidrosefalus Akut, yaitu Hidrosefalus yang tejadi secara mendadak yang
diakibatkan oleh gangguan absorbsi CSS (Cairan Serebrospinal)
b. Hidrosefalus Kronik, yaitu Hidrosefalus yang terjadi setelah cairanCSS
mengalami obstruksi beberapa minggu (Anonim,2007)
3. Sirkulasi Cairan Serebrospinal
a. Communicating, yaitu kondisi Hidrosefalus dimana CSS masih
biaskeluar dari ventrikel namun alirannya tersumbat setelah itu.
b. Non Communicating, yaitu kondis Hidrosefalus dimana sumbatanaliran
CSS yang terjadi disalah satu atau lebih jalur sempit
yangmenghubungkan ventrikel-ventrikel otak (Anonim, 2003).
4. Proses Penyakit
a. Acquired, yaitu Hidrosefalus yang disebabkan oleh infeksi yangmengenai
otak dan jaringan sekitarnya termasuk selaput pembungkusotak
(meninges).
b. Ex-Vacuo, yaitu kerusakan otak yang disebabkan oleh stroke atau
cederatraumatis yang mungkin menyebabkan penyempitan jaringan otak
atauathrophy (Anonim, 2003).

B. ETIOLOGI
Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada salah
satu tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat
absorbsi dalam ruang subarackhnoid. akibat penyumbatan, terjadi dilatasi
ruangan CSS diatasnya. Penyumbatan aliran CSS sering terdapat pada bayi dan
anak ialah:
1. Kongenital : disebabkan gangguan perkembangan janin dalam rahim,atau
infeksi intrauterine meliputi :
Stenosis aquaductus sylvi
- Spina bifida dan kranium bifida
- Syndrom Dandy-Walker
- Kista arakhnoid dan anomali pembuluh darah
2. Didapat : disebabkan oleh infeksi, neoplasma, atau perdarahan
- Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen. secara patologis
terlihat penebalan jaringan piameter dan arakhnoid sekitar sisterna
basalis dan daerah lain. penyebab lain infeksi adalah toksoplasmosis.
- Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat
aliran CSS. pada anak yang terbanyak menyebabkan penyumbatan
ventrikel IV / akuaduktus sylvii bagian terakhir biasanya suatu glioma
yang berasal dari cerebelum, penyumbatan bagian depan ventrikel III
disebabkan kraniofaringioma.
- Perdarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan
fibrosis leptomeningfen terutama pada daerah basal otak, selain
penyumbatan yang terjakdi akibat organisasi dari darah itu sendiri.

C. FISIOLOGI CAIRAN CEREBRO SPINALIS


a. Pembentukan CSF
Normal CSF diproduksi + 0,35 ml / menit atau 500 ml / hari dengan
demikian CSF di perbaharui setiap 8 jam. Pada anak dengan hidrosefalus,
produksi CSF ternyata berkurang + 0, 30 / menit. CSF di bentuk oleh PPA;
1. Plexus choroideus (yang merupakan bagian terbesar
2. Parenchym otak
3. Arachnoid
b. Sirkulasi CSF
Melalui pemeriksaan radio isotop, ternyata CSF mengalir dari tempat
pembentuknya ke tempat ke tempat absorpsinya. CSF mengalir dari II
ventrikel lateralis melalui sepasang foramen Monro ke dalam ventrikel III,
dari sini melalui aquaductus Sylvius menuju ventrikel IV. Melalui satu
pasang foramen Lusckha CSF mengalir cerebello pontine dan cisterna
prepontis. Cairan yang keluar dari foramen Magindie menuju cisterna magna.
Dari sini mengalir kesuperior dalam rongga subarachnoid spinalis dan ke
cranial menuju cisterna infra tentorial.Melalui cisterna di supratentorial dan
kedua hemisfere cortex cerebri. Sirkulasi berakhir di sinus Doramatis di
mana terjadi absorbsi melalui villi arachnoid.

D. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis Hidrosefalus dibagi menjadi 2 yaitu : anak dibawah usia 2
tahun, dan anak diatas usia 2 tahun.
1. Hidrosefalus dibawah usia 2 tahun
- Sebelum usia 2 tahun yang lebih menonjol adalah pembesaran kepala.
- Ubun-ubun besar melebar, terba tegang/menonjol dan tidak berdenyut.
- Dahi nampak melebar dan kulit kepala tipis, tegap mengkilap dengan
pelebaran vena-vena kulit kepala.
- Tulang tengkorak tipis dengan sutura masih terbuka lebar cracked pot
sign yakni bunyi seperti pot kembang yang retak pada perkusi.
- Perubahan pada mata.
a. bola mata berotasi kebawah olek karena ada tekanan dan penipisan
tulang supra orbita. Sclera nampak diatas iris, sehingga iris seakan-
akan seperti matahari yang akan terbenam
b. strabismus divergens
c. nystagmus
d. refleks pupil lambat
e. atropi N II oleh karena kompensi ventrikel pada chiasma optikum
f. papil edema jarang, mungkin oleh sutura yang masih terbuka.
2. Hydrochepalus pada anak diatas usia 2 tahun.
- Yang lebih menonjol disini ialah gejala-gejala peninggian tekanan intra
kranial oleh karena pada usia ini ubun-ubun sudah tertutup

E. PATOFISIOLOGI
Jika terdapat obstruksi pada system ventrikuler atau pada ruangan
subarachnoid, ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan ventrikuler
mengkerut dan merobek garis ependymal. White mater dibawahnya akan
mengalami atrofi dan tereduksi menjadi pita yang tipis. Pada gray matter terdapat
pemeliharaan yang bersifat selektif, sehingga walaupun ventrikel telah
mengalami pembesaran gray matter tidak mengalami gangguan. Proses dilatasi
itu dapat merupakan proses yang tiba – tiba / akut dan dapat juga selektif
tergantung pada kedudukan penyumbatan. Proses akut itu merupakan kasus
emergency. Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya melipat dan melebar
untuk mengakomodasi peningkatan massa cranial. Pada orang yang lebih tua,
sutura cranial telah menutup sehingga membatasi ekspansi masa otak, sebagai
akibatnya menujukkan gejala : Kenailkan ICP sebelum ventrikjel cerebral
menjadi sangat membesar. Kerusakan dalam absorbsi dan sirkulasi CSF pada
hidrosephalus tidak komplit. CSF melebihi kapasitas normal sistim ventrikel tiap
6 – 8 jam dan ketiadaan absorbsi total akan menyebabkankematian.
Pada pelebaran ventrikular menyebabkan robeknya garis ependyma
normal yang pada didning rongga memungkinkan kenaikan absorpsi. Jika route
kolateral cukup untuk mencegah dilatasi ventrikular lebih lanjut maka akan
terjadi keadaan kompensasi.
F. KOMPLIKASI
- Peningkatan tekanan intrakranial
- Kerusakan otak
- Infeksi:septikemia,endokarditis,infeksiluka,nefritis,meningitis,ventrikulitis,a
bses otak.
- Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik.
- Hematomi subdural, peritonitis,adses abdomen, perporasi organ dalam
rongga abdomen,fistula,hernia, dan ileus.
- Kematian

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan fisik:
a. Pengukuran lingkaran kepala secara berkala. Pengukuran ini penting
untuk melihat pembesaran kepala yang progresif atau lebih dari normal
b. Transiluminasi
- Pemeriksaan darah:
Tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk hidrosefalus
- Pemeriksaan cairan serebrospinal:
Analisa cairan serebrospinal pada hidrosefalus akibat perdarahan atau
meningitis untuk mengetahui kadar protein dan menyingkirkan
kemungkinan ada infeksi sisa
- Pemeriksaan radiologi:
a. X-foto kepala: tampak kranium yang membesar atau sutura yang
melebar.
b. USG kepala: dilakukan bila ubun-ubun besar belum menutup.
c. CT Scan kepala: untuk mengetahui adanya pelebaran ventrikel dan
sekaligus mengevaluasi struktur-struktur intraserebral lainnya

H. MASALAH KEPERAWATAN
1. Perfusi jaringan tidak efektif: serebral b.d peningkatan tekanan
intrakranial, hipervolemia.
2. Gangguan persepsi sensori b.d gangguan pusat persepsi sensori.
3. Kerusakan intregritas kulit b.d penurunan mobilitas fisik, defisiensi
sirkulasi.
4. Resiko defisit volume cairan b.d mual, muntah, anoreksia.
5. Perubahan proses keluarga b.d perubahan status kesehatan anggota
keluarga.
6. Kurang pengetahuan orang tua tentang penyakit, perawatan,
komplikasi b.d kurang informasi.

I. PENTALAKSANAAN MEDIS
1. Pencegahan
Untuk mencegah timbulnya kelainan genetic perlu dilakukan penyuluhan
genetic, penerangan keluarga berencana serta menghindari perkawinan antar
keluarga dekat. Proses persalinan/kelahirandiusahakan dalam batas-batas
fisiologik untuk menghindari trauma kepala bayi. Tindakan pembedahan
Caesar suatu saat lebih dipilih dari pada menanggung resiko cedera kepala
bayi sewaktu lahir.
2. Terapi Medikamentosa
Hidrosefalus dewngan progresivitas rendah dan tanpa obstruksi pada
umumnya tidak memerlukan tindakan operasi. Dapat diberi asetazolamid
dengan dosis 25 – 50 mg/kg BB. Pada keadaan akut dapat diberikan menitol.
Diuretika dan kortikosteroid dapat diberikan meskipun hasilnya kurang
memuaskan. Pembarian diamox atau furocemide juga dapat diberikan. Tanpa
pengobatan “pada kasus didapat” dapat sembuh spontan ± 40 – 50 % kasus.
3. Pembedahan :
Tujuannya untuk memperbaiki tempat produksi LCS dengan tempat absorbsi.
Misalnya Cysternostomy pada stenosis aquadustus. Dengan pembedahan juga
dapat mengeluarkan LCS kedalam rongga cranial yang disebut :
a. Ventrikulo Peritorial Shunt
b. Ventrikulo Adrial Shunt
Untuk pemasangan shunt yang penting adalajh memberikan pengertian
pada keluarga mengenai penyakit dan alat-alat yang harus disiapkan
(misalnya : kateter “shunt” obat-obatan darah) yang biasanya
membutuhkan biaya besar.
Pemasangan pintasan dilakukan untuk mengalirkan cairan serebrospinal
dari ventrikel otak ke atrium kanan atau ke rongga peritoneum yaitu
pintasan ventrikuloatrial atau ventrikuloperitonial.
Pintasan terbuat dari bahan bahansilikon khusus, yang tidak
menimbulkan raksi radang atau penolakan, sehingga dapat ditinggalkan
di dalam yubuh untuk selamanya. Penyulit terjadi pada 40-50%, terutama
berupa infeksi, obstruksi, atau dislokasi.
4. Terapi
Pada dasarnya ada 3 prinsip dalam pengobatan hidrosefalus, yaitu :
a. Mengurangi produksi CSS
b. Mempengaruhi hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat
absorbsi
c. Pengeluaran likuor ( CSS ) kedalam organ ekstrakranial.

Penanganan hidrosefalus juga dapat dibagi menjadi :

1. Penanganan sementara
Terapi konservatif medikamentosa ditujukan untuk membatasi evolusi
hidrosefalus melalui upaya mengurangi sekresi cairan dari pleksus
khoroid atau upaya meningkatkan resorbsinya.
2. Penanganan alternatif ( selain shunting )
Misalnya : pengontrolan kasus yang mengalami intoksikasi vitamin A,
reseksi radikal lesi massa yang mengganggu aliran likuor atau perbaikan
suatu malformasi. saat ini cara terbaik untuk malakukan perforasi dasar
ventrikel dasar ventrikel III adalah dengan teknik bedah endoskopik.
3. Operasi pemasangan “ pintas “ ( shunting )
Operasi pintas bertujuan mambuat saluran baru antara aliran likuor
dengan kavitas drainase. pada anak-anak lokasi drainase yang terpilih
adalah rongga peritoneum. baisanya cairan ceebrospinalis didrainase dari
ventrikel, namun kadang ada hidrosefalus komunikans ada yang didrain
rongga subarakhnoid lumbar. Ada 2 hal yang perlu diperhatikan pada
periode pasca operasi, yaitu pemeliharaan luka kulit terhadap
kontaminasi infeksi dan pemantauan. kelancaran dan fungsi alat shunt
yang dipasang. infeksi pada shunt meningkatkan resiko akan kerusakan
intelektual, lokulasi ventrikel dan bahkan kematian.
J. FOKUS INTERVENSI KEPERAWATAN

DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN


KEPERAWATAN/
NO
MASALAH NOC NIC
KOLABORASI
1. Perfusi jaringan tidak Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji status neurologis yang
efektif: serebral b.d keperawatan selama 3 x 24 berhubungan dengan tanda-
peningkatan tekanan jam diharapkan perfusi tanda peningkatan tekana
intrakranial, jaringan serebral efektif intrakranial, terutama GCS.
hipervolemia. dengan kriteria hasil: 2. Monitor tanda-tanda
1. Terpeliharanya status vital:TD, nadi, respirasi,
neurologis. suhu, minimal tiap 15 menit
2. Tanda vital stabil. sampai keadaan pasien
stabil.
3. Monitor tingkat kesadaran,
sikap reflek, fungsi motorik,
sensorik tiap 1-2 jam.
4. Naikkan kepala dengan
sudut 15-450, tanpa bantal
(tidak hiperekstensi atau
fleksi) dan posisi netral
(posisi kepala sampai
lumbal ada dalam garis
lurus).
5. Anjurkan anak dan orang
tua untuk mengurangi
aktivitas yang dapat
menaikkan tekanan
intrakranial atau
intraabdominal, misal:
mengejan saat BAB,
menarik nafas,
membalikkan badan, batuk.
6. Monitor tanda kenaikan
tekanan intrakranial,
misalnya: iritabilitas, tangis,
sakit kepala, mual muntah.
7. Monitor intake output cairan
setiap hari.

2. Gangguan persepsi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat kesadaran dan


sensori b.d gangguan keperawatan selama 3x 24 respon.
pusat persepsi sensori. jam, diharapkan persepsi 2. Ukur vital sign, status
sensori meningkat, dengan neurologis.
kriteria hasil: 3. Monitor tanda-tanda
1. Tanda vital normal. kenaikan tekanan
2. Orientasi baik. intrakranial seperti
3. GCS lebih dari 13. iritabilitas, tangis
4. Tekanan intrakranial melengking, sakit kepala,
<10 mmHg. mual muntah.
5. Refleks fisiologis (+). 4. Ukur lingkar kepala dengan
6. Refleks patologis (-). meteran/ midline.
5. Lakukan terapi auditori dan
stimuli taktil.

3. Kerusakan intregritas Setelah dilakukan tindakan Pressure Management


kulit b.d penurunan keperawatan selama 3x 24 1. Monitor kondisi fontanella
mobilitas fisik, defisiensi jam, diharapkan kerusakan mayor tiap 4 jam.
sirkulasi. intregitas kulit dapat teratasi, 2. Ubah posisi tiap 2 jam,
dengan kriteria hasil: pertimbangkan perubahan
1. Integritas kulit yang posisi kepala tiap 1 jam.
baik bisa 3. Gunakan lotion atau minyak
dipertahankan dan lindungi posisi daerah
(sensasi, elastisitas, kepala dari penekanan.
temperatur, hidrasi, 4. Letakkan kepala pada bantal
pigmentasi) karet atau gunakan water
2. Tidak ada luka/lesi bed jika perlu.
pada kulit 5. Gunakan penggantian alat
3. Perfusi jaringan baik tenun dari bahan yang
4. Menunjukkan lembut.
pemahaman dalam 6. Stimuli daerah kepala setiap
proses perbaikan kulit perubahan posisi.
dan mencegah 7. Pertahankan nutrisi sesuai
terjadinya sedera program terapi.
berulang 8. Memandikan pasien dengan
5. Mampu melindungi sabun dan air hangat
kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami

4. Resiko defisit volume Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor intake output


cairan b.d mual, muntah, keperawatan selama 3x 24 makanan dan cairan.
anoreksia. jam, diharapkan tidak terjadi 2. Ukur dan observasi tanda
deficit volume cairan, vital.
dengan kriteria hasil: 3. Catat jumlah, frekuensi dan
1. Hidrasi adekuat. karakter muntah.
2. Turgor kulit baik. 4. Timbang BB tiap hari.
3. Membran mukosa 5. Kaji tanda-tanda dehidrasi.
lembab.
4. Tanda vital normal.
5. Urin output 0,5-1 cc/
kgBB/ jam.

5. Perubahan proses Setelah dilakukan tindakan 1. Beri kesempatan pada


keluarga b.d perubahan keperawatan selama 3x 24 keluarga atau orang tua
status kesehatan anggota jam, diharapkan perubahan untuk mendiskusikan
keluarga. proses keluarga dapat efektif, masalah.
dengan kriteria hasil: 2. Beri dorongan sikap
1. Keluarga partisipasi penerimaan terhadap anak
dalam perawatan dan (misal dipeluk, berbicara
pengobatan. dan menyenangkan anak).
2. Keluarga memberikan 3. Bantu orang tua untuk ikut
sentuhan, perasaan merawat anaknya, libatkan
senang dan bicara orang tua sebanyak
pada anaknya. mungkin.
3. Keluarga mampu 4. Jelaskan setiap prosedur
mengidentifikasi perawatan dan pengobatan.
perilaku negatif dan 5. Dorong sikap positif dari
cara mengatasinya. orang tua, beri penjelasan
tentang sifat negatif.
6. Diskusikan sikap yang
mengindikasikan frustasi,
ajarkan cara menyelesaikan
masalah dengan strategi
koping yang baru.
7. Hubungi konsultan jika
perlu.

6. Kurang pengetahuan Setelah dilakukan tindakan 1. Jelaskan semua prosedur dan


orang tua tentang keperawatan selama 3x 24 pengobatan, kehadiran
penyakit, perawatan, jam, diharapkan pengetahuan perawat diperlukan bila ada
komplikasi b.d kurang keluarga tentang penyakit informasi oleh team
informasi. efektif, dengan kriteria hasil: kesehatan lain untuk
1. Ungkapkan pengertian memperkuat penjelasan.
rencana perawatan. 2. Beri dorongan pada orang
Menerima kenyataan tua untuk mengekspresikan
terhadap anaknya. perasaan dan harapan dan
2. Demonstrasikan partisipasi dalam perawatan
perawatan yang anaknya dengan perasaan
diperlukan. yang menyenangkan.
3. Mengetahui tanda 3. Bantu orang tua untuk dapat
infeksi dan menerima kenyataan tentang
peningkatan tekanan perubahan dan
intrakranial. perkembangan anaknya.
4. Menjelaskan 4. Yakinkan orang tua bahwa
pengobatan yang anak membutuhkan kasih
diberikan, minum obat sayang dan keamanan.
sesuai rencana dan 5. Demonstrasikan perawatan
mengerti efek yang diperlukan (bagaimana
samping. mengecek fungsi shunt,
posisi anak), berikan
kesempatan untuk
mengulang.
6. Beri penjelasan tentang
pengobatan.
7. Berikan dafatar nomor
telepon team kesehatan
untuk dapat digunakan bila
muncul masalah.
DAFTAR PUSTAKA

Mc Closky & Bulechek. (2005). Nursing Intervention Classification (NIC). United States
of America:Mosby.

Meidian, JM. (2006). “Nursing Outcomes Classification (NOC).United States of


America:Mosby.

Mualim. 2010. Askep Hidrosefalus. Diakses pada tanggal 29 Agustus 2012


http://mualimrezki.blogspot.com/2010/12/askep-hydrocephalus.html

Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan BAyi dan Anak (untuk perawat dan bidan).
Jakarta: Salemba Medika.

Price,Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi;Konsep klinis proses-proses


penyakit,Jakarta;EGC.

Riyadi. 2009. Asuhan Keperawatan pada Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu

Saharso. 2008. Hydrocephalus. Diakses pada tanggal 29 Agustus 2012


http://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0
&pdf=&html=061214-sykj201.htm

Vanneste JA. Diagnosis and management of normal-pressure hydrocephalus. J. Neurol,


2005 ; 247 : 5-14.

Anda mungkin juga menyukai