Anda di halaman 1dari 361

Light Novel RE:ZERO KARA HAJIMARU ISEKAI SEIKATSU

Arc 04
Chapter 01 – 15 –End-
Scr : Zhi-End

Repost : Aldio Reysza


Chapter 1 : Tempat Mereka Kembali.

Langit berwarna abu-abu yang terlihat suram mencerminkan hati Subaru saat ini.

Di depan mansion Crusch, 6 kereta naga berbaris membentuk satu barisan. Kereta-kereta
tersebut berasal dari daerah Roswaal, warga desa dari „Arlam‟ (atau begitulah mereka
menyebut tempat itu) telah naik keatas kereta. Hanya ada satu kereta khusus yang
disiapkan untuk Subaru dan Emilia.

Perjalanan ini akan sangat panjang. Jadi tidak seperti saat mereka kesini, kali ini mereka
tidak akan bersama dengan anak-anak itu lagi, dikarenakan ada segunung hal yang dia
ingin katakan pada Emilia.. dan juga dia tidak ingin menjadi sangat acuh tak acuh dengan
membiarkan anak-anak itu berkendara bersama dengan „dia‟…

“Aku akan jadi agak kesepian.”

Menatap kereta-kereta dengan diselimuti keheningan, Subaru mendengar sebuah suara


dari arah belakangnya.

Menoleh untuk melihatnya, terdapat Crusch yang sedang menatap kearahnya. Rambut
hijau panjangnya melambai tertiup angin, dia menutup matanya, lalu meletakkan tangannya
pada rambut Subaru, dan mengacak-ngacaknya
“Ini tidak seperti akan terjadi sesuatu jika aku tetap disini, aku juga merasa tidak enak jika
terus-menerus memanfaatkan kebaikanmu… Sejujurnya, aku masih perlu waktu untuk
memulihkan kondisiku, tapi yah, mau bagaimana lagi.”

Mengepalkan kemudian membuka tangannya kembali, Subaru memikirkan kondisi


kesehatannya dan tersenyum dengan kikuk. Kalau diingat-ingat, pada awalnya, dia datang
ke mansion Crusch untuk memulihkan kesehatannya. Sebenarnya Roswaal lah yang
mengirimnya kesini, dan itu masih membuat dia kesal karena melihat rencana si Badut itu
berjalan dengan begitu sempurna. Karena masalah prinsip, meskipun dia memenuhi
apapun keinginan orang itu, seharusnya dia masih punya niat untuk menghentikan
keinginan si Badut itu.

“Natsuki Subaru-sama, kau tahu, kau dipersilahkan untuk tinggal disini selama yang kau
mau… Meskipun sulit untuk mengatakan itu dengan keras.”

“Terima kasih atas tawaramu.. tapi meskipun aku juga mengingkannya, masih ada banyak
hal yang harus aku selesaikan. Ada Paus Putih, “Dosa Kemalasan”, dan ada perjanjian
dengan guild pedagang.”

Menolak tawaran Crusch, Subaru menggelengkan kepalanya. Dia sedang memikirkan


Julius dan Anastasia.

Diluar dari 3 faksi yang menggabungkan kekuatannya untuk menghadapi Paus putih dan
„Dosa kemalasan‟ faktanya hanya pihak Anastasia lah yang murni diuntungkan dari aliansi
ini.

Di pihak Crusch, dengan membunuh paus putih, mereka telah berhasil mencapai prestasi
yang begitu luar biasa setelah 400 tahun berlalu… Akan tetapi, amnesia Crusch
menghancurkan semua itu.

Sementara bagi pihak Subaru dan Emilia yang telah mengalahkan „Dosa kemalasan‟,
ketidakhadiran Roswaal „yang tahu segalanya‟ sama sekali bukanlah pertanda bagus.

Dari segi banyaknya korban, meskipun mereka tidak mengalami kerugian yang begitu
besar seperti pihak Crusch, tapi bagi Subaru, kerugian yang dia alami jauh lebih besar.

Sebagai perbadingan, hanya kehilangan sebagian tentara bayaran dan kereta


persediannya saja, bisa dikatakan kalau pasukan Anastasia hampir sepenuhnya masih
utuh. Dan meskipun dia bukanlah pemain utama dalam pertempuran ini, pasukannya sudah
memberikan kontribusi yang sangat besar dengan kerugian yang sangat minim, sebuah
investasi yang begitu menguntungkan.
Ketika kerugian yang dialami dua faksi lainnya membuat mereka ragu untuk mengumukan
kemenangan mereka, hal tersebut tidak berlaku bagi Anastasia.

Untuk bisa mengurangi keuntungan Anastasia, kerja sama antara faksi Emilia dan Crusch
akan sangat dibutuhkan.

… Melihat Subaru tenggelam dalam pemikirannya, Crusch pun menguap dengan malas.
Subaru mengerutkan dahinya menyaksikan hal ini, dan Crusch dengan ekspresi malu di
wajahnya, hanya melambaikan „bukan apa-apa‟ menggunakan tangannya.

“Maaf karena aku menjadi begitu sentimentil… Dan aku merasa begitu malu karena tidak
bisa membalas semua kebaikanmu.”

“Orang yang membalas kebaikan dengan segera bukanlah lawan yang layak. Jangan
khawatirkan hal itu, ketika masih ada banyak makanan di piringmu. Disamping itu, kami
sudah menerima begitu banyak balasannya.”

Mendengar kata-kata penuh kepedulian Crusch, Subaru pun mengalihkan pandangannya


pada bagian depan kereta khusus. Dibandingkan dengan yang lainnya, itu adalah kereta
naga VIP kelas atas, dan kehormatan untuk menariknya jatuh padaaa…….

“Sungguh permintaan yang tidak niat sama sekali… Kau benar-benar ingin merawat luka
naga tanah ini dan juga menjaganya?”

“Aku berhutang banyak pada naga tanah ini. Meskipun itu hanyalah hubungan jangka
pendek, tapi kami telah berlari melewati tepi jurang kematian berkali-kali lebih banyak
daripada yang bisa aku hitung. Dan aku bermaksud untuk menghadapi lebih banyak lagi
tantangan bersamanya, jadi aku tidak akan menganggap Patrasche sebagai mainan.”

“… Kalau begitu, aku tidak perlu khawatir.”

Naga tanah, Patrasche, melirik kearah Subaru ketika dia berbicara, dan kemudian seolah-
olah menolak pujian dari Subaru, dia mengalihkan pandangannya kearah Wilhelm. Si
Swordman tua yang sampai sekarang sedang mengecek kereta naga sebelum
keberangkatan mereka itu, mengangguk menanggapi percakapan mereka.

“Diana adalah jenis naga tanah yang paling sulit untuk dijinakkan. Sampai mau melindungi
tuannya dengan tubuhnya sendiri, Subaru-dono pasti sangat disukai oleh naga tanah ini.”

“Meskipun aku tidak terlalu mengingatnya, sebelum pertempuran melawan paus putih, aku
hanya tiba-tiba saja memutuskan untuk memilihnya.”
Mungkin memang benar kalau mereka mempunyai sebuah ikatan. Ini lebih dari
keberuntungN semata, karena jika dia memilih naga tanah lain, entah itu pertempuran
melawan paus putih maupun Betelgeuse, mungkin tidak akan berhasil keluar hidup-hidup.
Bagaimanapun,

“Aku tidak akan puas dengan naga tanah lain selain dirimu… Ah, Patrasche yang begitu
menggoda.”

Sambil menyentuh tekstur lembut dari bagian tepi perut Patrasche dengan menggunakan
telapak tangannya seolah-olah untuk menunjukan kasih sayangnya, Subaru pun melihat
kearah mata Patrasche yang terlihat kesal.

Menanggapi pelecehan berlebihan yang dilakukan Subaru, naga tanah itu bereaksi dengan
memberikan ekspresi yang begitu jijik dari dalam lubuk hatinya, dan kemudian
menghentakan tubuhnya seolah-olah ingin mematahkan jari Subaru.

“Ow!! Itu sangat berlebihan kalau hanya untuk menyembunyikan rasa malumu!! Dengan
semua latihan membersihkan jendela yang kulakukan sewaktu SMP dulu, jari-jariku tidak
akan patah semudah itu!”

“Naga tanah itu sedang bercanda denganmu. Komunikasi yang hangat seperti itu harusnya
menjadi pertanda kepercayaan yang begitu kuat diantara kalian berdua.”

“Apakah itu terlihat seperti komunikasi? Bagiku itu malah terlihat seperti aku sedang
menyatakan cinta bertepuk sebelah tanganku dan Patrasche menolaknya dengan bahasa
tubuhnya.”

Kepercayaan yang tak terucapkan di medan tempur itu… Sama sekali tidak terlihat saat ini.
Bagaimanapun itu hanyalah tindakan yang lancang, tapi pada akhirnya, meskipun dengan
sikap yang begitu dingin, Patrasche mengizinkan Subaru untuk membelainya.
XxxxX
Bagaimanapun,

“Jadi, namaku mendapatkan kredit dalam misi perburuan paus putih, kemudian aku berhasil
menyelematkan Emilia dengan membunuh „Dosa Kemalasan‟, dan sekarang aku
mendapatkan naga tanah tersayangku… Bukankah penghargaan ini sudah terlalu hebat?”

“Membunuh paus putih… Betapa berartinya hal itu, Subaru-dono hanya tidak menyadari
kalau ini adalah sesuatu yang sangat mengagumkan. Mungkin suatu hari nanti, seluruh
dunia akan berterimakasih padamu atas pencapaian hebat ini. Aku akan sangat
menantikan datangnya hari itu.”
“Yeah, aku juga berpikir begitu!! Tunggu… Tapi, bukankah yang kulakukan hanyalah berlari
di bawah hidung paus putih itu seperti umpan sepanjang waktu?”

Mendengar kata-kata Subaru, Wilhelm pun melihat kearahnya dengan sebuah senyum
yang begitu hangat. Hatinya terasa agak geli melihat kehangatan itu, kemudian Subaru pun
menggeleng-gelengkan kepalanya seakan-akan mencoba menghilangkan perasaan itu.

“Selain itu… Untuk sementara ini, sepertinya aku tidak akan bisa bertemu denganmu
Wilhelm-san. Tolong rawat lukamu dengan baik.”

“Maaf, karena membuatmu khawatir. Sepertinya jaraknya sudah semakin menjauh, jadi
pendarahannya juga sudah berhenti. Tapi tidak peduli apapun yag terjadi, hari dimana aku
bertarung di sisi Subaru-dono lagi pasti akan datang. Sampai saat itu tiba…”

Luka Wilhelm… Luka tidak bisa disembuhkan yang diberikan oleh Sword Saint generasi
sebelumnya, Thearesia Van Astrea. Menyebutkan hal ini membuat tatapan Wilhelm
menjadi begitu tajam. Pikirannya langsung teralihkan pada Uskup Agung Pendosa yang
menyerang Crusch, yaitu si „Kerakusan‟ dan „Keserakahan‟.

Jika kematian istri dari „Sword Demon‟ itu, berkaitan dengan hal lain selain paus putih,
kemungkinan besar mereka berdualah tersangkanya.

Subaru, sama seperti Wilhelm, dia pun memendam kebencian yang begitu kuat terhadap
„Dosa kerakusan‟. Tidak peduli apapun yang terjadi, mereka berdua pada akhirnya harus
bertatap muka dengan Uskup Agung Dosa ini. Ketika Pemuja Penyihir adalah sesuatu yang
harus mereka hindari, „Dosa Kerakusan‟ adalah masalah yang sepenuhnya berbeda. Bagi
mereka, mereka harus mengalahkan Uskup Agung Dosa ini agar bisa mendapatkan
kembali hal-hal yang tak bisa tergantikan itu…. Ingatan Crusch adalah salah satunya, dan
yang lebih penting lagi….

“Subaru-kyun, Rem-chan sudah berada di dalam, ingin memeriksanya dulu?”

Sambil mengatakan hal ini, dari jendela kereta menjulur keluar sebuah kepala dengan
telinga mirip kucing, Ferris. Melihat Ferris keluar dari kereta khusus Patrasche, Subaru pun
berjalan kearahnya. Mengintip kedalam, di bagian dalam yang lumayan luas, beberapa
tempat duduk telah digantikan dengan sebuah tempat tidur, dan diatasnya, seorang gadis
sedang tertidur.

Dia tidak memakai seragam maid yang biasa digunakannya, dia menggunakan gaun tidur
berwarna biru halus, yang sangat cocok dengan warna rambutnya. Seorang gadis yang
berada dalam tidur yang tak bisa dibangunkan, dan dilupakan oleh seluruh dunia. Dia
mencintai Subaru, dan Subaru mencintainya. Mungkin, seperti itulah gadis itu.
“Benda ini aman, kan?”

“Hey, aku sudah berhati-hati, aku ini penyembuh, nyan. Luka fisik Rem sudah sembuh, dia
sudah bukan lagi pasien, nyan.”

Secara diam-diam, Subaru menatap wajah tertidur gadis itu. Kata-kata Ferris memang
terdengar agak kurang ajar, tapi dari sisi wajahnya menunjukan sesuatu yang berbeda dari
dirinya yang biasa. Mungkin Ferris juga merasakan rasa sakit dari ketidakmampuannya
sendiri, bukan terhadap Rem, tapi kepada tuan tak tergantikannya, Crusch.

“Kau benar-benar ingin membawanya bersamamu?”

“Ya, aku akan membawanya bersamaku. Dia tidak akan menjadi lebih baik dengan berada
disini… Tidak bermaksud kalau itu kesala….”

“Aku tahu nyan. Subaru-kyun tidak bermaksud begitu nyan.”

Melihat Subaru yang merasa malu setelah mendengar kata-katanya, Ferris pun tersenyum
dengan canggung.

“Faktanya..”

Ferris menunjuk Subaru.

“Selain Rem, masalah yang lebih besar lagi adalah Subaru-kyun kan?”

“Aku?”

“Jangan pura-pura bodoh nyan, gerbang mu itu sudah kelebihan beban nyan. Ketika
menyembuhkanmu aku harus dengan paksa menyuntikkan Mana dalam jumlah yang besar
melewati gerbang mu, itu mungkin akan sedikit rusak nyan. Apa kau merasa lemah atau
capek, baik dari segi fisik ataupun dari segi sihir?”

Menanggapi pertanyaan Ferris, Subaru pun menggerakkan leher dan bahunya. Memutar-
mutar leher dan bahunya, dia tidak menemukan ada sesuatu yang salah. Dia sedikit
melompat dan sepertinya juga tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

“Tidak masalah. Kedua bagian yang kugunakan dan tidak kugunakan baik-baik saja.
Kesampingkan soal gerbang itu, bagaimanapun, aku tidak biasa menggunakan sihir.”
“Pada akhirnya, kau memang bukan pengguna sihir. Jika itu Ferris, Ferris akan
menghindari penggunaan sihir kecuali dalam keadaan genting, nyan…. en, Itu bagus nyan.”

Melihat Subaru menyimpan sendiri kondisi kritis kesehatannya, Ferris pun akhirnya
menyerah. Dengan mata besar dan bulatnya, Ferris melihat area sekitar leher Subaru dan
menarik kerah bajunya.

“Tapi, jangan memaksakan diri lagi. Meskipun Ferris bisa mengeluarkan setiap racun dari
dalam tubuh Subaru-kyun, jika gerbang mu hancur menjadi ribuan keping, Ferris tidak akan
mampu untuk memperbaikinya nyan. Jadi waktu untuk menyembuhkannya…. Kira-kira 2
bulan nyan.”

“Dua bulan tanpa sihir… Bagi orang yang tidak pernah menggunakan sihir selama 17
tahun, itu bukan apa-apa.”

Subaru sedikit bercanda setelah mendengarkan diagnosa dari Ferris.. Kalau dipikir-pikir
lagi, Subaru berada di dunia ini bahkan belum ada 2 bulan, meskipun dari sudut
pandangnya itu sudah seperti 4 bulan lebih… Itu semua terasa seperti wakti yang sangat
lama.

Memikirkan kembali semua yang telah terjadi semenjak dia datang ke dunia ini, akan
menjadi seberapa sulit beristirahat selama 2 bulan? Subaru sendiri tidak yakin.

“En… Meskipun aku selalu membuat diriku terlibat dalam bencana… Tunggu, apa tadi aku
baru saja menaikkan sebuah „flag‟? Kurasa aku baru saja mendengar efek suaranya.”

“Sayang sekali, Ferris bukan ahli mengobati masalah pada otak, nyan.”

Subaru terlihat terkejut dengan kata-katanya sendiri, Ferris melihat kearahnya agak kurang
tertarik.

Terpengaruh oleh reaksi ini, Subaru memutuskan untuk mengakhiri percakapan ini. Setelah
berpikir beberapa saat, dia mengulurkan tangannya pada Ferris.

“Nyan?”

“Tidak, aku benar-benar harus berterimakasih atas semua yang telah kau lakukan untuk
membantuku. Untuk menyembuhkanku, dan ketika kita melawan paus putih dan „Dosa
Kemalasan‟, jika tida ada kau, mungkin semuanya akan menjadi berantakan…. dan untuk
Rem, terima kasih.”
“… Nyan. Kau terlihat tidak sedang mengejekku nyan, jadi ya begitulah.”

“Ooooo!! Kemampuan -Social Air Reading- ku telah diaktifkan!! Tenanglah!”

Sebuah pengekspresian terima kasih yang canggung, akan tetapi Ferris terlihat
menyukainya. Bagaimanapun, perasaannya telah tersampaikan. Ferris memegang tangan
yang terulur kearahnya, dan mereka pun bersalaman.

“Jari-jari yang begitu ramping dan lembut… Aku tidak bisa membayangkan, bagaimana
jadinya jika punya tangan yang maskulin.”

“Dengan Ferris yang begitu manis dan sempurna ini, apakah itu terlalu mengecewakan
nyan? Baik itu tubuh, rambut, atapun kulit, semua yang ada pada Ferris itu semuanya alami
nyan,”

Ferris mengangkat tangannya dengan bangga, Subaru sekilas bisa melihat kaki putih
sempurna dibalik rok milik Ferris. Melihat keindahan bentuknya, bahu Subaru pun jatuh
karena merasa kecewa.

“Tapi, dia adalah seorang pria….”

“Yep, Ferris adalah seorang pria, baik tubuh maupun jiwa nyan.”

“Bagaimana bisa kau merasa bangga dengan hal itu? Bagian mana dari dirimu yang terlihat
seperti pria?”

Berpakaian seperti seorang gadis cantik. memanggil Ferris seorang pria adalah hal yang
terlalu berlebihan… Meskipun Subaru tidak terlalu primitif ataupun sesuatu yang seperti itu,
dia tahu kalau tingkah laku Ferris adalah kebalikan dari apa yang disebut dengan pria.

Menanggapi pertanyaan Subaru, Ferris meletakkan jarinya pada sudut bibirnya. Dan
dengan goyangan pinggangnya yang begitu mempesona,

“Karena Crusch-sama bilang ini cocok dengan Ferris, bagaimanapun diriku, inilah yang
paling cocok dengan jiwa Ferris. Kata-kata Crusch-sama, Ferris akan membalasnya
dengan semua yang kumiliki.”

“Tapi…”
Crusch yang sekarang tidak mengetahui hal ini… Tapi Subaru menahan kata-katanya.
Meskipun dia tidak mengatakannya, Ferris harusnya sudah tahu. Dan jika dia
mengatakannya, itu hanya akan menyakitinya.

Subaru, lebih dari siapapun, sangat benci melakukan hal ini. Jika seseorang berbicara
tentang Rem, Subaru pasti akan merasa terganggu. Mungkin Ferrs juga mengetahui hal ini.

“…. Tidak peduli apa jadinya rumah Karsten.”

“…..??”

Tiba-tiba, sebuah suara terdengar di telinga Subaru.

Pelan, dan dingin, sebuah suara dengan emosi yang begitu dingin.

Milik siapa suara itu… Jika dia mendengarnya sekarang, itu masih saja membuatnya
terdiam.

Kepalanya tertunduk, ekspresi Ferris tersembunyi dibalik rambut poninya, mustahil untuk
bisa melihatnya.

Disaat yang sama, Ferris menggenggam erat tangan Subaru.

“Hanya Crusch-sama seorang, aku akan melindunginya dengan nyawaku.”

“Ferris?”

“Itulah… kenapa.”

Dihadapan Subaru yang tercengang, Ferris tiba-tiba mengangkat kepalanya, tersenyum


dengan suara yang begitu ceria. Tapi dibandingkan dengan keceriaan yang biasanya, yang
biasa dilihat oleh mata nakal Subaru, saat ini senyum itu muncul seolah matanya selama ini
telah membohonginya.
XxxxX
“Ingat perjanjiannya Subaru-kyun!! Kalau semua Mana dalam tubuhmu meluap, itu bisa
menggoreng otakmu sampai kau mati nyan.”

“Apa sih yang kau katakan dengan senyum seperti itu di wajahmu? Dan kenapa kau
mengancam seorang sekutu?”
“Mengancam?? Itu lebih seperti kalimat kematian, nyan.”

Melepaskan diri dari tangan Ferris, Subaru pun mengalihkan pandangannya. Untuk
beberapa saat, di dalam semua keributan ini…

… Dia sedikit berharap Rem akan bereaksi.

Mendesah dengan pelan, dia menekan harapannya itu keluar dari pikirannya.

Di dekat bagian luar dari bagasi kereta naga, dia melihat Emilia dan Crusch sedang
berbicara.

“Ah, Subaru. Apakah tempat tidur Rem-san sudah disiapkan?”

“Yep Ferris sudah mengaturnya dengan begitu sempurna. Lihat!! Ini adalah KOMBO
SIRKUS HEBAT antara diriku dan Patrasche! Kami akan menunjukan kepadamu sesuatu
yang bahkan tidak bisa ditunjukan oleh Great Kinoshita Circus.”

“Meskipun aku tidak mengerti apa yang kau katakan, aku mempunai firasat buruk mengenai
hal ini… jadi tidak usah melakukan Sirkus Hebat itu oke?”

“Langitnya!! Itu sungguh sangat disayangkan! Tapi jantungku sudah berdegub kencang
menantikan gairah dari Emilia-tan!”

Subaru menyebutnya “Di dalam kereta cepat ini, hidupku berada dalam bahaya,
mungkinkan bertambahnya detakan jantung ini adalah CINTA?”. Sebuah rencana yang
disusun sendiri oleh SUbaru.

Tapi mendengar Emilia mengatakan “Rem-san”… sebuah rasa sakit yang tak terduga
bersarang di hati Subaru, menolak untuk pergi.

Seketika mata Emilia terfokus pada mulut Subaru yang tiba-tiba berhenti bergerak. Tapi
sebelum Emilia mengatakan sesuatu, Ferris muncul dari belakang Subaru.

“Well, kereta naganya sudah selesai disiapkan nyan. Maaf kalau lama nyan. Ini terasa
sangat sedih untuk mengucapkan selamat tinggal… Crusch-sama, ada yang ingin
dikatakan?”

“En, yaa.”
Ferris menuju ke samping Crusch, sementara Subaru pergi ke sisi Emilia. Melihat mereka
berdua, Crusch mengambil napas dalam, dan meletakkan satu tangannya di depan
dadanya.

“Pertama-tama, mungkin aku sudah mengatakan ini berkali-kali sebelumnya, tapi aku
benar-benar ingin berterimakasih pada kalian. Meskipun aku tidak lagi mengingatnya, aku
tahu, sebelum aku kehilangan ingatanku, aku menginginkan kita bisa bekerja sama dan
juga menjadi teman. Aku sekali lagi berterimakasih padamu.”

“Tidak… Crusch-sama, tidak perlu berterimakasih padaku. Pada hari-hari itu, aku hanya
bisa terus bersembunyi dalam kegelapan dan meningggalkan semuanya…”

“En, Itu benar, Emilia-tan tidak melakukan apa-apa. Tapi aku sudah mengurusi semuanya,
jadi jangan khawatir. Lagi pula pencapaianku adalah pencapaian Emilia-tan ku juga!”

Melihat Emilia yang merasa malu, Subaru memukul-mukul dadanya sambil menyatakan hal
itu. Melirik sejenak kearah Subaru, Emilia pun sedikit mengangguk.

“Terima kasih Subaru… Meskipun aku tidak ingat pernah menjadi Emilia mu.”

“Re-rencanaku untuk “memberikan kesan hubungan romantis kepada pihak ketiga secara
tidak sadar” telah berhasil diketahui..?”

“Itu karena aku mendengarkan dengan seksama…. Oh, maaf mengenai hal itu.”

Semua tekanan udara menghilang dari dada Subaru, membuat Subaru merosot, kemudian
Emilia meminta maaf kepada Crusch, yang diam-diam mengamati percakapan akrab
mereka.

“Tidak, hubungan kalian berdua terlihat begitu luar biasa. Aku secepatnya juga harus
kembali seperti biasa dengan Ferris dan Wilhelm.”

“Ferris akan selalu terbuka kepada Crusch-sama, baik tubuh maupun jiwa Ferris nyan.”

Ferris, menutupi pipinya dengan kedua tangannya, menggerakannya kekiri dan kekanan.
Ketika Ferris sedang melakukan hal itu selayaknya seekor gurita di belakang, Crusch
terlihat menerima hal itu dengan sebuah senyum hangat tapi feminim yang tersungging di
wajahnya.

“Kurasa kita akan segera bertemu lagi Emilia-sama, Subaru-sama. Aku harap kita bisa
menjadi teman selamanya.”
Itu bukanlah sebuah kebohongan, itu pasti pemikirannya yang sebenarnya… Subaru
memikirkan hal tersebut.

Meskipun kehilangan ingatannya, dia sama sekali tidak kehilangan jiwa kebangsawanan
dari dalam hatinya. Kejujuran sangat terlihat dari tingkah lakunya, pujian palsu ataupun
kebohongan sangat tidak cocok dengan hal itu.

Mungkin karena hal itu terjadi secara tiba-tiba, mata Emilia terbuka lebar karena terkejut,
sementara bibirnya sedikit bergetar.

“Aku… Bagi Crusch-sama adalah salah satu kandidat lawan. Aliansi ini.. suatu hari nanti
akan kembali menjadi persaingan di antara kita.”

“En, itu benar. Dengan Emilia-sama sebagai saingannya, aku tidak akan tertinggal di
belakang. Jadi aku juga akan berusaha dengan keras.”

“Dan meskipun tanpa itu, aku adalah seorang Half-Elf, dengan rambut berwarna perak…
Apa itu tidak menakutimu?”

“Emilia-tan, itu…..”

Dia tidak perlu menanyakan hal itu, begitulah pikir Subaru, mencoba untuk
menghentikannya. Melihat tekad yang terlihat di wajah Emilia, Subaru tahu percakapan ini
tidak harus dilanjutkan.

Emilia sangat serius menanyakan hal itu. Sebagian dari dirinya tahu kalau seharusnya tidak
pernah mengungkap identitasnya segampang itu.

Ditambah lagi, mengatakan itu semua dihadapan Crusch Karsten, Subaru tahu kalau
membiarkan ini berlanjut pasti akan….

“Jiwa kita lah yang menentukan arti nilai dari kehidupan itu sendiri. Bagiku dan bagi yang
lainnya juga, hidup dengan jiwa kita sepenuhnya, tanpa ada rasa malu, itulah seharusnya
bagaimana cara kita hidup.”

“…..”

“Entah bagaimana itu terasa seperti aku sudah mengatakannya berkali-kali sebelumnya.
Bagaimana aku mengatakannya ya…. Sekarang ketika aku mendengarkannya sendiri, itu
terdengar sangat berpengalaman, ya kan?”
Crusch menutup mulutnya dan tidak mampu menahan tawanya. Mendengar hal ini Emilia
hanya berdiri tercengang, tidak mampu berkata apa-apa.

“Emilia-sama, apakah kau merasa malu dengan caramu menjalani hidupmu?”

“…. Aku, tidak. Meskipun semua orang berpikir begitu, selama aku tidak membenci diriku
sendiri, aku masih bisa terus menjalani hidup seperti ini.”

“Kalai begitu, kau tidak perlu menyesali apapun. Terus tingkatkan dirimu, cobalah yang
terbaik, dan tetaplah jujur pada dirimu… Kau mempunyai jiwa yang cantik.”

Tersenyum, Crusch mengulurkan tangannya kepada Emilia.

“Bisa mengenalmu, jujur aku senang. Takut? Tidak sedikitpun.”

Menggingit bibirnya, Emilia mengukir kata-kata itu dalam ingatannya, dadanya terasa sakit
karena berbagai perasaan. Dia menatap pada tangan yang terulur padanya. Crusch
menunggunya dengan sabar. Kemudian jari-jari Emilia bersentuhan dengan telapak tangan
Crusch, dan mereka berdua pun berjabat tangan dengan lembut.

“Tidak peduli apapun yang terjadi, aku harap kita bisa segera bertemu lagi.”

“A-aku…. tidak. Aku juga, disaat seperti ini, seharusnya aku berdiri dengan tegak
dihadapan Crusch-sama, ya kan? Sampai saat itu, kuharap kau akan sehat selalu.”

Begitulah, kedua kandidat calon pemilihan raja, janji mereka untuk melakukan yang terbaik
telah tersegel.

Melihat dari samping, hati Subaru terasa dipenuhi dengan kepuasan. Itu adalah salah satu
tujuan perjuangan Subaru… Meskipun pada akhirnya, tidak mungkin semuanya akan
berjalan begitu sempurna…

“… Setelah semuanya kita sepakati… Kenapa aku masih punya ekspresi sedih ini di
wajahku? Aku bukan ingin menyalahkanmu… Sungguh..”

Melihat kearah kereta naga, pemandangan seorang gadis yang sedang tertidur di dalamnya
terlihat di mata Subaru.

Di saat-saat yang membahagiakan ini, Rem tidak mungkin akan memaafkan jika aku
seperti ini… Rem tidak menginginkannya… Jadi sepertinya aku ini sangat egois, ya kan?
“Natsuki Subaru-sama, jagalah dirimu. Aku akan menantikan aksi-aksimu di masa yang
akan datang dan juga kesembuhannya.”

“Lebih banyak aksi dari ku…. Kupikir itu bukan ide yang bagus… Sejujurnya aku adalah tipe
orang yang hanya berlarian kesana-sini mencoba melakukan semuanya sebagai pilihan
terakhir dan masih berakhir menjadi orang yang tidak berguna. Mengenai Rem…. Crusch-
san bukanlah orang luar. Tidak peduli apapun yang terjadi, dia pasti akan sembuh. Aku
janji, dia pasti akan sembuh.”

Crusch mengulurkan tangannya pada Subaru. Tapi berjabat tangan dalam keadaan yang
seperti ini, bukankah itu terlalu memalukan? Untuk menutupi rasa malunya, Subaru pun
memberinya sebuah tos.

Sebuah suara kecil terdengar, sentuhan singkat antara tangan Subaru dan tangan Crusch
pun berakhir. Tangan Crusch terpantul, matanya sedikit berkedip.

“Kita pasti akan bertemu lagi.”

Dengan kata-kata itu, tuan dan pelayan itu membungkuk, menyaksikan kepergian Subaru
dan Emilia.
XxxxX
Dalam perjalanan pulang, sebuah aura suram yang terasa aneh menghinggapi kereta naga.

Kereta itu sendiri adalah pemberian dari Crusch kepada Subaru bersamaan dengan
Patrasche, sebagai tanda terima kasih. Bahkan tanpa hiasan, sudah jelas kalau kereta itu
adalah hasil dari ketrampilan yang mahal. Tapi dari kelembutan tempat duduk dan
megahnya bagian dalamnya, semuanya terasa sedikit berlebihan.

Bagian dalamnya yang luas mampu menampung sampai 10 orang dan masih ada ruang
yang tersisa, jadi tidak heran kalau mereka tidak tahu apa yang harus mereka lakukan,
dengan hanya ada 3 penumpang di dalamnya.

Di dalam kereta Emilia, Subaru, dan Rem terus saja diam. Rem tentu saja sedang tertidur,
duduk di sebelahnya, Subaru masih setia menunggunya, tanpa ada sedikitpun pemikiran
untuk pindah dari tempatnya. Mungkin karena mempertimbangkan Rem yang tidak sadar,
Emilia menahan kata-katanya untuk keluar.

“…..”

Ini buruk, pikir Subaru, sambil menyilangkan tangannya. Mungkin akan memalukan jika
membuat percakapan yang ceria di situasi seperti ini, tapi ada begitu banyak hal yang perlu
mereka bicarakan. Mereka harus memutuskan sikap mereka terhadap Pemilihan Raja,
mereka perlu memperbaharui aliansi mereka dengan faksi Crusch, dan mereka masih
belum berbicara mengenai apa yang terjadi dalam beberapa hari belakangan ini.

Kemudian ada Rem. Bagaimana dia bisa dirawat di mansion jika tidak ada seorangpun
selain Subaru yang mengingatnya? Meskipun itu tidak bisa dielakkan, hanya memikirkan
apa yang mungkin akan dikatakan Ram ketika melihat Rem yang tidak sadar saja, sudah
membuat Subaru merasa merinding.

“Aku tahu kau khawatir, tapi saat ini aku merasa suasananya akan menjadi lebih baik jika
anak-anak itu berkendara bersama kita..”

Tentu saja anak-anak itu juga berada dalam rombongan yang menuju kawasan Roswaal.
Tapi saat ini mereka sedang bersama dengan orang tua mereka masing-masing. Jika
mereka bertanya soal Rem, pasti akan sulit untuk menjelaskannya, dan bagaimana jika
warga desa berpikir kalau itu adalah sebuah penyakit… Sayangnya, hasilnya adalah
keheningan yang tercipta sekarang ini.

Apa yang harus aku lakukan sekarang… Sangat tidak biasa bagi Subaru merasa begitu
tertahan, dia menatap kearah langit-langit sambil berpikir.

“Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi tidak bisakah kalian memikirkan sesuatu untuk
dibicarakan? Ahhhh.. aku sudah tidak tahan lagi dengan keheningan ini..”

“Apa yang kau katakan? Tiba-tiba menyelinap masuk begitu? Tunggu, apa kau dari tadi ada
disana?”

“Kasar sekali!! Tentu saja aku ada disini! Apa kau tidak ingat kondisi yang membuatku
setuju untuk membntumu?”

Otto mengatakannya dengan berlebihan, menjulurkan kepalanya kedalam kereta melalui


lubang yang ada di depan, dan mengirimkan sedikit air liur bersamaan dengan suaranya.
Otto adalah salah satu orang yang ikut mengendarai kereta ini, dia duduk di bagian luar, di
tempat duduk kusir. Dia menjulurkan kepalanya melalui lubang yang terhubung ke bagian
dalam kereta hanya untuk mengomentari keheningan yang tercipta di dalam kereta.

Mendengar kata-kata Otto, Subaru memiringkan kepalanya, kemudian mengangguk sambil


mengatakan „Ah‟.

“Aku ingat, aku ingat. Benar, kau memintaku untuk membantumu bertemu Roswaal kan?..
Ah, tapi, apa yang kukatakan…”

“Ada apa?”
“Well, jika kau hanya mengejar-ngejar pria, itu tidak masalah, tapi kalau pria itu Roswaal…..
Ah, ngomong-ngomong aku ini normal dan aku sudah punya Emilia, jadi jangan
mengejarku.”

“Itu sama sekali bukan alasanku ingin bicara dengannya!! Kau pikir aku ini apa?”

“Seorang pedagang yang mencari kesenangan?”

“Kenapa kau menganggapku seperti orang mesum?”

Menatap Otto seakan-akan mengasihaninya dari dalam lubuk hatinya, Subaru menggeleng-
gelengkan kepalanya dengan sedih. Emilia, yang dari tadi hanya diam mengamati
percakapan mereka, tiba-tiba membuka matanya lebar-lebar dan mengatakan hal ini
dengan ekspresi terkejut.

“Kalian berdua… Benar-benar teman yang akrab ya? Aku terkejut!!”

“Oy oy, Emilia-tan. Hentikan leluconmu itu. Jangan menempatkanku dalam wadah yang
sama dengan pedagang yang serakah akan uang ini. Satu-satunya hal yang selalu
kuinginkan lebih hanyalah cintamu.”

“Kalau begitu kau juga serakah. Ah, tunggu, aku kan tidak serakah!!”

“Otto, diamlah!!”

Menghela napas menghadapi pedagang ini, Subaru pun berdiri dan memegang penutup
yang digunakan untuk menutup jendela yang terhubung ke tempat kusir.

“Ah, tunggu, jangan perlakukan aku seolah-olah aku ini penganggu.”

“Ok, kau pergi sana!!”

Menarik penutup itu dengan sebuah suara tepukan, wajah dari orang yang berusaha
sampai akhir untuk mengatakan sesuatu itu akhirnya menghilang. Menggabungkan jari-
jarinya dan merentangkan tangannya seperti seseorang yang baru saja melakukan tugas
berat, Subaru menoleh untuk melihat Emilia yang menatapnya kosong.

“…. Puh.”

“Hihahahaha.”
Saling menatap wajah satu sama lain, mereka tiba-tiba tertawa dengan keras.

Untuk sebentar saja mereka membiarkan diri mereka terbawa oleh tawa mereka, tapi
segera setelahnya, tawa mereka mulai menghilang, dan keheningan pun sekali lagi
menghinggapi kereta tersebut.

Di saat seperti itu..

“Membiarkan atmosfer yang berat ini terus ada, benar-benar tidak terlihat seperti diriku
kan?”

“Kau benar, itu sama sekali tidak seperti dirimu. Subaru yang aku kenal itu adalah orang
yang begitu bersemangat, tidak beralasan, dan ceria. Tidak peduli apa yang kurasakan
pada waktu itu, dia selalu bisa meniup jauh semua perasaan tidak enak ku.”

“Aku merasa seperti itu juga bisa diartikan sebagai orang bodoh yang tidak bisa membaca
suasana.”

Bagaimanapun, Otto benar-benar telah menghilangkan suasana yang canggung ini.


Berterima kasih pada Otto karena telah melakukan hal ini, mungkin malah akan
membuatnya marah, meski begitu, Subaru masih berterimakasih padanya di dalam
pikirannya sendiri sambil berdiri dan duduk di sebelah Emilia seolah-olah itu adalah hal
yang paling wajar di dunia.

Melihat ini, Emilia pun tersenyum kecut.

“Kau selalu terbiasa duduk di sebelahku ya, Subaru?

“Well, itu wajar bagi seseorang ingin duduk di sebelah gadis yang mereka sukai, jadi aku
ingin duduk sedekat yang aku bisa, dan menghirup udara yang sama denganmu.”

“Gezz, setengah bagian awal dari kalimatmu memang terasa memalukan, tapi setengah
bagian akhirnya entah bagaimana memberikan perasaan yang tidak enak.”

Mendengar pernyataan cinta yang begitu jelas seperti itu membuat wajah Emilia memerah,
tapi kemesuman dari setengah bagian terakhirnya membuat dia sedikit marah. Sambil
mencondongkan kepalanya kearah Emilia yang bereaksi seperti itu, Subaru berkata,

“Hmmm, aku hanya mencoba bertingkah seperti yang selalu aku lakukan, kau tahu?”
“Kalau dipikir-pikir kau memang selalu seperti itu. Karena kau selalu seperti itu, aku tidak
pernah bisa menerima apa yang kau katakan.”

Ketika Emilia menatapnya, suara Emilia menjadi semakin mengecil dan kemudian
sepenuhnya menghilang. Subaru menggaruk kepalanya, mempertimbangkan apakah harus
menanggapi percakapan ini atau tidak.

“Para pria tidak bisa secara mental menangani hal-hal yang bersifat terang-terangan, dan
tidak bisa berpura-pura bercanda jika berhubungan dengan hal-hal seperti ini. Aku
mencintai Emilia-tan, aku melihat Emilia-tan dengan cara yang mesum dan aku ingin
membantu Emilia-tan, itu semua adala perasaanku yang sebenar-benarnya dan sejujur-
jujurnya. Kau bisa mempercayai itu, kau tahu?”

“Aku mempercayainya, tapi mempercayai dan menerima adalah dua hal yang berbeda.”

“Tidak masalah buatku, percayalah padaku, dan aku akan berusaha sangat keras sampai
kau mau menerima perasaanku.”

Kalau dipikir-pikir lagi, itu adalah pernyataan yang sangat agresif. Faktanya, mendengar hal
itu membuat wajah Emilia tersipu malu.

Berusaha keras untuk tetap mempertahankan ketidakgugupannya, kedua pipi dan telinga
Emilia sudah berubah menjadi sangat merah dan membuat ekspresinya tidak bisa lagi
dipertahankan. Dia sepertinya tidak pernah mempunyai seseorang yang mengungkapkan
perasaan mereka dengan sepenuh hati kepada dirinya sebelumnya. Tentu saja, Subaru,
orang yang mencoba untuk mengungkapkan perasaannya juga tidak punya pengalaman
apapun, jadi wajahnya juga ikut memerah.

Meskipun begitu,

“Daripada berjalan dengan ekspresi sedih, ini lebih terlihat seperti diriku. Benar kan, Rem?”

“… Barusan, apa kau mengatakan sesuatu?”

“Aku hanya berpikir, betapa menyenangkannya jika kau mengangkat rambutmu sehingga
aku bisa menatap lehermu dengan mesum.”

“Nah itu, kau mencoba mengalihkan perhatianku lagi… Kau benar-benar peduli terhadap
Rem-san kan?”
Subaru mencoba untuk melarikan diri dengan cara melucu, tapi kata-kata tajam Emilia
memblokir jalan keluarnya. Menerima kekalahannya, Subaru pun tersenyum pahit, dan
menoleh kearah Rem, yang masih tertidur di tempat tidur.

“Ya, benar. Aku… Sangat amat peduli padanya. Aku selalu berpikir kalau aku harus
melakukan sesuatu, aku berpikir, dan aku ingin terus berpikir. Meskipun aku ingin Emilia-
tan lah yang menjadi nomor 1 di pikiranku, tapi ini sama sekali tidak bisa kukendalikan…
Maafkan aku.”

“Aku bukanlah anak nakal yang akan marah dan jengkel karena hal ini. Aku tidak akan
marah karena sesuatu yang sangat penting… Aku bisa tahu hanya dari melihatnya saja, dia
pasti sangat berarti bagi Subaru.”

Seperti Subaru, Emilia juga menoleh kearah Rem yang sedang tertidur. Bibirnya bergetar,
dan setelah ragu-ragu sesaat, dia bertanya.

“Kau… menyukainya, ya kan?”

“Aku menyukainya. Aku mencintainya. Aku mencintainya seperti aku mencintaimu.”

“Aku tidak tahu bagaimana perasaanku setelah mendengar hal ini, tapi… Subaru, apa kau
ini tipe pria yang suka main mata??”

“Aku pikir aku bisa menjadi pria yang setia, tapi mempunyai seseorang yang sangat
mencintaimu itu…. Seorang pria yang hatinya tidak tergerak karena hal itu, kurasa dia
adalah pria yang tidak punya setetespun darah ataupun air mata di dalam dirinya.”

Memikirkan kembali pengulangannya beberapa hari yang lalu, dia ingat berapa kali dia
telah menerima cinta sepenuh hati Rem. Menerima semua itu, bagaimana mungkin hatinya
tidak ikut tergerak? Seiring berjalannya waktu, dia menyadari kalau keberadaan Rem di
dalam hatinya telah berkembang menjadi begitu besar untuk bisa diabaikan.

“Meskipun kau bilang padaku kalau kau mencintaiku?”

“Hanya untuk memperjelas saja, aku sangat mencintai Rem, tapi Rem masih lebih
mencintaiku, kau tahu? Dia benar-benar berjuang demi diriku, dan aku benar-benar tidak
mengerti apa alasannya.”

Memeluk bahunya sendiri, Subaru bertanya-tanya bagaimana Rem bisa mencintainya


tanpa mengharapkan sedikitpun balasan? Dicintai sedalam itu oleh gadis seperti Rem,
apakah dia benar-benar pantas mendapatkannya?
Dia masih tidak mengerti apa alasannya. Tapi meski begitu… Sebagai pria yang dia cintai,
setidaknya yang bisa dia lakukan adalah mencoba hidup seperti apa yang Rem lihat dari
dirinya.

Melihat Subaru, bibir Emilia terlihat lebih santai.

“Kurasa aku bisa memahaminya.”

“Huh?”

“Alasan kenapa Rem-san begitu mencintaimu. Aku yakin itu karena dia sudah sering sekali
melihat sisi baikmu dari dekat. Kau itu seperti penyakit yang kadang-kadang menjadi
sangat luar biasa dan melakukan hal-hal yang sangat luar biasa.”

“Penyakit? Aku tidak bisa sepenuhnya menyangkal hal itu.”

Subaru menggaruk pipinya dan sedikit cemberut menunjukkan ketidakpuasannya. Emilia,


tidak terpengaruh dengan hal itu, dia mempertahankan ekspresi tegasnya yang seolah-olah
mengatakan „itu benar, kau tahu‟ dan kemudian memejamkan matanya.

“Aku tidak akan jatuh cinta denganmu semudah itu, kau tahu?”

“Itu membuat semua usahaku terlihat lebih layak. Suatu hari nanti, aku akan membuat
Emilia-tan jatuh cinta dan terus menempel padaku, membangunkan Rem dari tidurnya, dan
menyelesaikan ini dengan cara yang menyenangkan. Aaaah, aku tersenyum hanya dengan
memikirkannya saja!”

Mempunyai Emilia dan Rem yang saling menarik kedua tangannya, merebutkan satu-
satunya tubuhnya. Itu akan menjadi pemandangan yang begitu menyenangkan dan luar
biasa.

Pasti itulah sebabnya, pasti suatu hari nanti….

“Aku punya kalian berdua yang akan menarikku sampai aku terbagi menjadi ribuan keping.”

“Aku tidak tahu apa yang kau pikirkan, tapi kurasa aku harus mengatakan ini; aku tidak
akan melakukan sesuatu yang seperti itu!!”
XxxxX
Setelah percakapan itu, pembicaraan di dalam kereta menjadi berjalan sangat lancar.
Bagaimanapun, mereka telah menunggu setengah hari lamanya hanya untuk berbicara.
Dan karena ada begitu banyak hal yang harus mereka bicarakan, mereka tidak punya
waktu yang cukup untuk melakukannya.

Menceritakan semua yang terjadi beberapa hari yang lalu kepada Emilia, akhirnya Otto juga
ikut bergabung dengan percakapan mereka, dan ikut ambil bagian dari rencana mereka
kedepannya.

Sederhananya,

“Pada dasarnya, jika kita tidak bisa bertemu dengan Roswaal, kita tidak akan bisa
merencanakan apapun kan?”

Setelah semua itu, kesimpulannya sama dengan awal dari percakapan itu.

Roswaal adalah satu-satunya orang yang mengerti sepenuhnya kemampuan dan kekuatan
dari Faksi Emilia, jadi tidak ada yang bisa dilakukan tanpa adanya dia.

“Well, jika Ram yang pergi ke *Sanctuary bertemu dengan Roswaal, kita bisa menyuruhnya
kembali ke mansion. Tapi aku akan menamparnya dulu, sebelum kita berbicara baik-baik
dengannya.”

(*Disini saya sedikit bingung mau translate Sanctuary itu apa, takutnya malah salah kaprah,
jadi gausah ane translate aja lah.. :3 kalo masih bingung anggep aja tempat sakral, atau
tempat suci yang dipakai buat perlindungan atau sejenisnya.)

“Kau sangat agresif kepada majikanmu ya, Natsuki-san?”

“Kurasa aku punya hak untuk melakukan itu setelah semua yang dia lakukan. Dia sangat
pantas menerima semua itu.”

Memikirkan kembali semua kekacauan yang Roswaal tinggalkan untuk dibereskan Subaru,
kurang lebih itu adalah tanggapan yang tepat. Faktanya, Emilia terlihat tidak punya maksud
untuk menghentikan Subaru, seolah-olah dia mengizinkan Subaru untuk melakukannya
“sekali ini saja”.

Setelah menyimpulkan pembicaraan mereka dan topik pembicaraan mereka beralih pada
masalah daerah Roswaal, kereta naga mereka pun meninggalkan hutan dan memasuki
desa.

…. Mereka seketika menyadari ada sesuatu yang tidak beres.


Desa yang biasa dilihat Subaru, terlihat begitu sunyi dan suram tepat seperti setelah
pertarungan melawan Betelgeuse. Tidak ada satupun tanda dari para pasukan mereka
yang tetap tinggal disana.

Sederhananya, nampaknya tidak ada satupun warga desa yang telah kembali.

“Aku tidak melihat siapapun, Natsuki-san. Tempat ini tidak terlihat seperti baru saja
dihancurkan atau semacamnya, ini hanya terlihat seperti tidak ada seorangpun disini.”

Turun dari kereta naga, Otto menyuarakan pemikirannya ketika dia melihat kesekeliling
desa dengan beberapa warga desa yang telah kembali bersama mereka. Bahkan Subaru
yang melihat dengan kelompok yang berbeda, mempunyai kesimpulan yang sama.

Dalam keheningan yang suram itu, memori dari pengulangan yang dulu… Dimana warga
desa dibunuh dan dibantai oleh jari-jari Betelgeuse, tiba-tiba menyerang Subaru seperti
sebuah mimpi buruk yang mendatanginya kembali. Tapi dia yakin kalau dia hanya terlalu
memikirkannya.

Tapi kemudian, itu memunculkan pertanyaan lainnya.

“Ram bilang kalau dari sini sampai ke Sanctuary itu hanya butuh waktu sekitar 7-8 jam…
Tapi kenapa mereka lebih lambat daripada kita, jika kita hanya tinggal di ibukota selama 3
hari?”

“Mereka mungkin tidak tahu kalau kita telah mengalahkan Pemuja Penyihir, jadi mungkin
mereka menjadi waspada?”

“Roswaal mengabaikan tempat ini? Aku berasumsi kalau Roswaal bertarung satu lawan
satu dengan „Dosa Kemalasan‟, Roswaal mungkin akan menang. Meskipun itu bukanlah
gaya „Dosa Kemalasan‟ untuk bertarung secara terbuka, Roswaal seharusnya datang kesini
paling tidak untuk menyelidikinya.”

Roswaal yang bahkan bisa terbang, pasti bisa dengan mudah kembali ke wilayahnya. Jika
dia berniat melakukannya, dia bisa memeriksa kawasan mansion dari adanya ancaman
yang tersisa dan memastikan tempat ini aman untuk kembali didatangi. Tapi dia tidak
melakukannya.

“Selain dia menjadi terlalu waspada atau….”

“Sesuatu telah terjadi di Sanctuary?”


Kedua pendapat Subaru dan Emilia sangat cocok. Saling memandang satu sama lain,
mereka pun mengangguk.

Tidak peduli apapun yang terjadi, mereka harus tahu situasi yang ada di Sanctuary.

Selain masalah mereka, warga desa juga punya kekhawatiran mereka sendiri.

Bagaimanapun juga, sekitar 60% dari warga desa menuju ke Sanctuary. Mereka yang
kembali dari ibukota hanyalah anak-anak yang memutuskan untuk menemani Emilia, orang
tua mereka, dan para pasukan muda yang pergi bersama mereka, itu hanya meliputi 40%
dari warga desa. Tanpa yang lainnya, kelangsungan desa akan sangat terpengaruh.

Selain itu, pikiran orang-orang selalu cenderung mengarah kekemungkinan terburuk.

“Bagaimanapun juga, kita harus melakukan sesuatu… Untuk sekarang, ayo kembali ke
mansion. Aku ingin mengistirahatkan Rem dulu. Ditambah, Otto, kau tidak punya tempat
untuk ditinggali, jadi datanglah ke mansion bersama kami.”

“Apa?? Merepotkan Margrave dengan menginap disana? Jika aku berada di situasi
terburuk pun, aku lebih memilih tidur di kereta naga!”

“Diamlah, kau ini sudah terlibat dalam masalah ini. Lebih baik biasakan hal ini karena aku
akan menggunakanmu sampai mati.”

Mengabaikan keberatan Otto, Subaru pun mengucapkan selamat tinggal kepada warga
desa dan menyuruh Patrasche untuk berlari menuju mansion.

Jaraknya 15 menit dengan berjalan kaki dan 5 menit dengan menggunakan kereta. Itulah
letak dari mansion Roswaal.

Terakhir kali, dia tidak punya kesempatan untuk mengagumi pemandangannya, jadi ketika
dia melihatnya lagi, kali ini, ada sesuatu yang terasa begitu emosional mengenai itu semua.

“Well, sepertinya tidak ada yang berubah… Ram dan yang lainnya juga terlihat belum
kembali.”

“Tapi, Beatrice pasti masih ada di dalam. Aku harap dia tahu dimana „Sanctuary‟ nya.”
“Wha.. Serius? Sial.. Aku pikir Emilia-tan tahu dimana letak Sanctuary itu. Lalu bagaimana
cara kita memastikan kalau Roswaal baik-baik saja.”

Pondasi paling penting dari rencana mereka telah runtuh, Subaru mengernyitkan dahinya
melihat kegelapan yang terbentang dihadapan mereka.

Wajah cantik Emilia juga menunjukan rona kesedihan. Sementara Otto, tidak sanggup
untuk ikut bergabung kedalam percakapan ini, dan hanya diam terpaku, terpesona oleh
kemewahan mansion dan sekelilingnya, seolah-olah sedang masuk kedalam alam mimpi.

“Tch. Sial. Well, Kita hanya bisa berharap Beatrice tahu sesuatu mengenai hal ini.”

“Hey, kenapa kau mendecapkan lidahmu ketika sedang menatap kearahku?”

“Tch. Itu hanya perasaanmu saja. Tidak ada yang peduli kepadamu seperti yang kau
pikirkan.”

“Wow, sungguh komentar yang sangat jahat!”

Mengabaikan Otto yang sedikit depresi, Subaru memarkirkan kereta naganya di halaman
depan dan kemudian langsung menuju kearah pintu masuk.

Pertama, temui Beatrice, kemudian periksa mansion, mengamankan tempat tidur untuk
Rem, dan memikirkan rencana kedepannya lagi.

“Aku pulang, mansion Roswaal! Inilah rumah penuh ke…”

Mengatakan hal itu sambil mendorong pintu masuknya, suara Subaru menjadi tersendat…

Dikarenakan apa yang menyambutnya adalah pemandangan yang benar-benar berbeda


dari apa yang dia perkirakan.

Di lorong masuknya terbentang karpet-karpet yang sangat cantik, di sudut tangga yang
menuju lantai atas terdapat vas-vas yang terlihat mahal diisi dengan bunga yang berwarna-
warni.

Dari langit-langitnya tergantung lampu kristal yang begitu cantik yang biasa menjadi tempat
lilin di dunia parallel ini.
Lorong masuk yang dikenalnya… benar-benar berbeda dari apa yang dia perkirakan. Apa
yang dia perkirakan malah…

“Ini bahkan tidak tergores sedikitpun… Apakah ini memang diatur seperti ini?”

Tatakannya ditata dengan begitu rapi tanpa ada sedikitpun lipatan, bunga didalam vas yang
berada di sudut-sudut tangga juga mekar dengan sangat indah, dan tempat lilinnya dirawat
dengan begitu hati-hati membuatnya bersinar dengan begitu indahnya, bahkan lebih dari
biasanya.

Terpaku oleh pemandangan ini, Subaru kehilangan kata-katanya dan terus berdiri.

Karena kakagumannya, reaksinya menjadi sangat lambat.

“….”

“…Siapa itu?”

Sebuah suara yang begitu kecil, lemah, dan hampir tidak dapat terdengar. Subaru dengan
tergesa-gesa segera menoleh kearah suara tersebut.

Tapi, ketika dia menyadari adanya sebuah bayangan, itu semua sudah terlambat.

Bayangan tersebut sudah berlari menuju arah belakangnya dan kemudian…

Subaru melihatnya. Dari arah belakangnya, seolah-olah seperti gerhana, bayangan itu
menelan Subaru sepenuhnya.

Di dalam bayangan itu… sebuah mulut yang dipenuhi dengan taring putih selayaknya
binatang buas, terlihat jelas di mata Subaru.

….. Dan di momen berikutnya, bahkan sebelum dia bisa menyadarinya… Kesadaran
Subaru serta dunianya telah terseret menuju kegelapan.
Chapter 2 : Cacian dan Rasa Terima Kasih.

-Oi, Subaru, mati disini itu akan terlihat sangat menyedihkan.

Masih terbaring dalam keadaan berantakan, Subaru menggeleng-gelengkan kepalanya,


kemudian dia bangun dan melihat kearah sekitar.

Dia biasanya pandai bangun tidur, tapi alasan kenapa dia tidak bisa berpikir jernih setelah
bangun tidur, singkatnya karena dia tidak sepenuhnya „tertidur‟. Dia berusaha keras
mengingat apa yang terjadi sebelum dia pingsan, tapi hal pertama yang terpikir olehnya
adalah dia sedang berada di dalam ruangan yang begitu familiar.

“Ini kamar tamu Mansion, kan?”

“Oh, Subaru, kau sudah bangun?”

Sebuah suara terdengar seolah-olah ingin memastikan, kemudian pintu kamar terbuka dan
wajah Emilia terlihat berada di baliknya.

Rambut peraknya dikepang, dia memberikan ekspresi sedikit ceria di wajahnya ketika dia
berjalan menuju Subaru yang meringkuk di tempat tidur, tatapan mereka pun bertemu.

Ditatap dengan seksama oleh mata besar dan bulat Emilia, Subaru pun agak menciut.

“Uhm, Emilia-tan, apa yang terjadi?”

“Segera setelah kau memasuki mansion, kami mendengarmu berteriak. Otto dan aku
benar-benar terkejut. Lalu ketika kami lari kedalam untuk melihatnya…”

“Aku sudah tertidur?”

“Mengatakan hal tersebut terasa agak kurang tepat.. tapi itu tidak sepenuhnya salah,
kurasa?”

Emilia meletakkan jarinya di bibirnya, dan sedikit memiringkan kepalanya kesamping. Tidak
ada sedikitpun kesan terdesak dari jawabannya.
Dia begitu khawati ketika baru saja bangun, sekarang setelah melihat Emilia bersikap
santai, Subaru menyadari kalau tidak ada sesuatu yang gawat. Namun meskipun begitu,
dia tidak bisa menghilangkan perasaan kalau ada sesuatu yang tidak beres.

Dia yakin sebelum dia kehilangan kesadarannya, sejenis binatang dengan taring yang
begitu tajam telah….

“Emilia-sama, ada waktu sebentar?”

Sebuah ketukan terdengar dari luar pintu, diikuti oleh suara wanita yang memanggil Emilia.
Menengok kearah suara itu, Emilia memberikan persetujuannya dengan kata “tentu” dan
pintu pun terbuka perlahan.

Melihat kearah pintu yang terbuka, Subaru hanya bisa merasa kebingungan.

… Aku tidak ingat pernah mendengar suara itu sebelumnya.

Keragu-raguannya segera menjadi pasti ketika dia melihat sosok orang yang berdiri di luar
pintu.

Senyum wanita itu begitu membekas di mata Subaru.

Dia adalah seorang wanita dengan rambut panjang berwarna pirang yang hampir tembus
cahaya, cara berdirinya memiliki postur yang begitu sempurna. Penampilan dan sikapnya
terlihat sangat sopan, dan gerakannya sama sekali tidak menunjukan adanya pergerakan
yang tidak perlu.

Dia memakai seragam yang sama dengan pelayan lainnya di mansion Roswaal… Seragam
maid yang terlihat sangat manis dan praktis, tanpa ada banyak lipatan maupun kerutan
yang terlihat.

Piring di tangannya digunakan untuk membawa wadah air serta handuk, piring itu dengan
lembut dia letakkan di atas sebuah meja yang berada ditengah-tengah ruangan tanpa
membuat suara sedikitpun… Jika dia sedang berada dalam ujian, dia pasti akan lulus
dengan sangat mudah.

… Itulah apa yang kau lihat, jika kau mengabaikan perawakan garang dan senyum
jahatnya.
Seragamnya mungkin dipakai dengan sempurna, tapi orang yang memakainya sedikit lebih
tinggi daripada Subaru dengan tubuh atletis mirip seperti dirinya. Jika dia seorang pria,
mungkin dia akan terlihat sehat dan kuat, tapi karena dia adalah seorang wanita, semua
kesan itupun seketika hancur.

Apalagi, senyum sempurnanya… benar-benar dirusak oleh sekumpulan taring tajam yang
mengintip melalui sudut bibirnya. Dilihat lebih dekat, ada sesuatu yang tidak biasa dari
ketajaman tatapannya, dan pupil hijaunya terlihat memberikan kilauan cahaya seperti
karnivora yang sedang menatap mangsanya.

“Senang bertemu denganmu. Aku adalah pelayan dari mansion milik Margrave L. Mathers,
Fredeica Bauman..”

“Wajah yang menakutkan..”

Perkenalan diri penuh hormat Frederica dipotong oleh kata blak-blakan yang terselip keluar
dari mulut Subaru. Setelah mendengar hal ini ekspresi wanita itu langsung membeku, dan
setelah mata jahatnya berkedip beberapa kali… air matanya pun mulai terbentuk.

“Hiks… hiks..”

“Wha…?”

“Subaru, kau bodoh!!”

Tanpa sepatah katapun, wanita itu mengalihkan pandangannya, dan bahkan itu membuat
Subaru terkejut. Segera setelahnya, Subaru langsung diserang oleh sebuah suara marah
dan sensasi sakit karena telinganya dijewer. “Ow! Ow!” sambil mengeluarkan teriakan itu
dan menoleh untuk melihatnya, Subaru menyaksikan Emilia dengan alis khas miliknya yang
berkedut karena marah.

“Itu adalah hal terburuk yang kau katakan pada seorang wanita!! Frederica melakukan
banyak hal untuk merawatmu, dan kau malah…”

“A-aku ingin anda menghentikannya, Emilia-sama. Itu memang benar. Lagipula, Aku… Aku
lah yang salah disini. Aku sangat senang karena dipanggil kembali ke mansion, aku
menjadi terlalu bersemangat karenanya… dan melupakan penampilanku yang biasanya
membuat banyak orang merasa tidak senang…”

Sambil menarik lengan baju Emilia, dia… wanita yang dipanggil Frederica itu
menggelengkan kepalanya. Dan dengan tangannya yang lain dia pun menutupi mulutnya.
“Aku minta maaf karena telah mengejutkanmu. Daripada itu, aku telah melakukan sesuatu
yang sangat tidak pantas beberapa saat lalu. Aku tidak percaya aku bisa salah mengira
Natsuki Subaru-sama sebagai seorang penyusup.

“Penyusup….. Ah, tunggu sebentar. Kurasa aku paham apa yang baru saja terjadi.”

Setelah lepas dari hukuman Emilia, Subaru memijat-mijat telinganya sambil mencerna kata-
kata Frederica. Sepertinya dia telah mengetahui apa yang baru saja terjadi.

Pada dasarnya, sosok misterius yang berlari kearahnya tepat setelah Subaru memasuki
mansion adalah…

“Ketika aku kembali ke mansion, Frederica-san mengira aku adalah penyusup, dan
mencoba untuk mengusirku. Kemudian Emilia-tan masuk ke dalam mansion, dan
menjelaskan semua kesalahpahaman ini. Itulah yang membawa kita sampai pada situasi
ini, benar??”

“Itu tepat sekali… Kau benar-benar bisa mencerna hal-hal tersebut dengan cepat.”

“Tapi ada beberapa hal yang tidak bisa kupahami hanya dari situasi ini… tidak, sebelum
itu.”

Pernyataan Frederica memastikan kalau pemikirannya benar, Subaru kemudian


mengalihkan pandangannya kearah Emilia yang kini berdiri di belakang Frederica, dan
sedang mengarahkan dagunya kearah Frederica. Subaru sangat tahu apa maksud dibalik
tindakan Emilia. Jadi Subaru berdiri dari tempat tidurnya dan menghadap Frederica, dia pun
berbicara,

“Senang bertemu denganmu, aku sungguh minta maaf karena tiba-tiba mengatakan
sesuatu yang sangat tidak pantas seperti tadi. Aku tahu aku tidak bisa membuat alasan
seperti baru saja bangun tidur ataupun, itu tadi cuma bercanda dan meminta untuk
dimaafkan. Kau bisa memutuskan apakah mau merebusku atau menggorengku…. Dan aku
akan sangat berterima kasih kalau hukuman ini tidak akan terlalu menyakitkan.”

Daripada mengatakan kalau dia telah bertindak selayaknya seorang pria sejati, hal ini lebih
seperti Subaru sedang menundukan kepalanya sambil mengatakan permintaan maaf yang
entah bagaimana terdengar lemas.

Mereka memulai hal ini dengan cara yang benar-benar salah, tapi tidak seperti Frederica
yang hanya berniat menyerang seorang penyusup yang mencurigakan, kata-kata Subaru
tadi benar-benar sangat kasar. Jadi, seperti yang dikatakannya, jika ini bisa meredakan
amarah Frederica, Subaru akan dengan senang hati menerima hukuman apapun.
Meski begitu, Subaru akan lebih senang kalau hukuman itu tidak disertai rasa sakit secara
fisik dan justru berharap kalau itu hanyalah sebuah makian semata.

Seperti itulah komitmen dari permintaan maaf Subaru.

“… Haha, kau benar-benar pria yang sangat lucu.”

Dengan kata-kata tersebut, senyumnya yang selama ini tersembunyi dibalik tangan yang
menutupi mulutnya, langsung lepas begitu saja.

Menaggapi tanda tanya besar yang melayang di atas kepala Subaru, Frederica pun
membungkuk, rambut pirangnya melambai di sekitaran wajahnya.

“Akulah yang seharusnya meminta maaf. Atas permintaan Emilia-sama, aku tadi sedang
mengujimu.”

“Menguji??”

Mendengar kata-kata Frederica, baik Subaru maupun Emilia, keduanya kini memiringkan
kepalanya. Mereka tidak tahu apa yang baru saja dikatakannya.

Itu akan sangat wajar kalau Subaru merasa bingung, tapi jika dia mempercayai kata-kata
Frederica, maka itu akan sangat aneh jika melihat Emilia juga menunjukkan kebingungan
yang sama. Melihat tanggapan mereka berdua, senyum Frederica pun menjadi semakin
lebar.

“Meskipun aku hanya bertindak berdasarkan tugasku melindungi mansion, tetap saja apa
yang kulakukan pada Subaru-sama masihlah sangat kasar. Aku sudah siap, atau lebih
tepatnya tidak ada pilihan selain dibebas tugaskan dari posisiku setelah melakukan hal
seperti itu.”

“Tidak, kupikir kau terlalu cepat sampai pada kesimpulan itu. Aku ini tipe seorang pria yang
akan mengerti jika kita membicarakannya dengan baik-baik, ya kan?”

“Kalau begitu, berarti Emilia-sama terlalu memaksakan dirinya. Dia benar-benar berusaha
dengan sangat keras, kurasa bahkan wajahku pun pasti akan memerah setelah mendengar
hal-hal yang dia katakan tentang Subaru…”

“Wha?”
Terkejut oleh apa yang baru saja dikatakan Frederica, Subaru pun mengeluarkan sebuah
teriakan yang seperti tercekat di tenggorokannya, sambil melihat Emilia. Sementara Emilia
berdiri disana dan mencoba sekuat tenaga menyembunyikan raut wajahnya.

“Fre-de-ri-ca!!”

Dengan tangan di pinggangnya, Emilia mengeluarkan suara histeris yang terdengar tidak
seperti dirinya yang biasanya sambil menatap tajam pada maid tersebut. Menerima itu
semua, Frederica pun dengan tenang menjawab.

“Oh ya ampun, menakutkan sekali… Sepertinya Emilia-sama masih tidak berubah, tidak
manis sama sekali. Biasanya, entah yang kukatakan itu benar atau tidak, wajah tersipu dan
gugup seharusnya bisa menjadi respon paling manis.”

“Eh, benarkah..?? Tunggu, aku tidak akan tertipu kali ini. Bahkan orang sepertiku yang
selalu tertipu, pasti akan belajar agar lebih banyak tahu. Itu benar, aku tahu ketika kau
berbohong, salah satu matamu pasti akan terlihat malas!”

“Aku tidak tahu hal-hal seperti itu. Ngomong-ngomong Emilia-sama, apa kau tahu kalau
kapanpun kau berbohong telingamu akan sedikit memanjang.”

“Tidak mungkin?”

Ekspresi kemenangan yang ditunjukan Emilia dengan tangan terulur dan jari yang
menunjuk kearah Frederica, seketika langsung lenyap ketika dia melesatkan tangannya
untuk memegang kedua telinganya. Mendapatkan respon ini, tepat pada saat itu,
kemenangan Frederica sudah bisa dipastikan.

Masih dalam keadaan gugup, Emilia sepertinya tidak menyadari kalau dia telah kalah, tapi
Subaru yang menyaksikan Emilia dengan seksama, mengeluarkan sebuah desahan dan
mengangkat kedua bahunya.

“Sepertinya aku telah benar-benar dikalahkan… Namaku Natsuki Subauru dan…. Apakah
aku perlu melakukan perkenalan?”

“Ya, tentu saja. Aku akan senang mendengarnya. Mari kita mulai dari awal dan mengenal
satu sama lain dengan benar kali ini.”

Dengan kata-kata tersebut, Frederica pun menyingkirkan tangan yang menutupi mulutnya,
menunjukan sebuah senyum yang diikuti dengan taring-taring yang begitu tajam. Kali ini,
melihat senyum berbahayanya itu, segenap udara yang berada di paru-paru Subaru
seketika menghilang.
XxxxX
“Kalau tidak salah, kurasa tadi aku dengar kalau kau adalah…. Maid yang keluar sebelum
sesaat sebelum aku tiba disini kan? Aku datang ke mansion sekitar satu bulan yang lalu…
dan itu sudah 3 bulan setelah kau pergi?”

“Sepertinya benar begitu. Aku mengundurkan diri dari pekerjaanku karena alasan pribadi
dan aku masih ingat betapa sakitnya kesepian meninggalkan tempat ini… Tapi nampaknya
aku bisa kembali ke mansion ini lebih cepat dari yang kuduga.”

Sambil menutupi mulutnya dengan lengan bajunya, Frederica pun tersenyum. Selama dia
menutupi mulutnya, rambut pirang dan mata dinginnya akan berkombinasi membentuk
sesuatu yang memperlihatkab kecantikan seorang gadis. Tapi kepribadian usil serta mulut
penuh taringnya selalu meniadakan kesan itu.

Di dalam kamar tamu mansion Roswaal, Subaru dan Frederica baru saja saling bertukar
informasi dasar mengenai mereka selain nama mereka. Mendengarkan perkenalan diri
Frederica, Subaru merasa seperti pernah mendengar nama itu sebelumnya.

“Tiga bulan yang lalu, itu artinya kau sudah kenal dengan Emilia-tan, benar?”

“Hrmph!! Sepertinya benar begitu!”

“Mengatakan „Hrmph‟ di zaman seperti sekarang ini? Dan juga merajuk seperti itu
sangatlah manis, gezzz.”

Menanggapi pertanyaan serta tatapan Subaru, Emilia duduk di atas tempat tidur. Dia
mengalihkan pandanganya seolah-olah menahan diri untuk tidak bergabung kedalam
percakapan tersebut, meski begitu dia masih mendengarkan dengan seksama. Dia telah
bertingkah seperti ini bahkan sebelum dia menyadarinya, tapi semua itu sudah terlambat
Frederica telah berhasil menipunya. Tapi selain itu..

“Ini baru saja 2 atau 3 hari semenjak kau kembali kesini kan? Kami meninggalkan desa
sekitar 3 hari yang lalu, ah 4 hari kalau kau menghitung perjalanannya juga. Ini terlihat
sangat kebetulan.”

“Aku juga sangat terkejut ketika kembali ke mansion dan mengetahui ternyata mansion
sudah kosong. Untungnya, aku menemukan surat yang menjelaskan semuanya di kantor
Roswaal-sama, jadi aku bisa menghindari kebingunganku.”

“Surat?”
“Ya, dari Ram, dialah orang yang memanggilku kembali ke mansion, meskipun dia adalah
orang yang agak serampangan ketika berbicara… Aku tahu ini akan sangat
memanjakannya karena ini memang sudah kepribadiannya, tapi itulah yang kurasakan.”

Melihat senyum canggung Frederica, Subaru bisa melihat ikatan yang telah mereka jalin
sekian lama, dan hari-hari indah yang telah mereka lewati bersama. Di saat yang sama,
meskipun telah dihapus dari ingatannya, waktu yang dia habiskan bersama Rem
seharusnya juga begitu.

“Bisakan kau menceritakan padaku kenapa Ram memanggilmu kembali?”

“Aku juga tidak mengerti apa alasannya. Tapi Emilia-sama juga ada disini pada waktu itu,
aku yakin dia tahu alasannya.”

Seketika, kedua tatapan mereka langsung tertuju kearah Emilia dengan dipenuhi rasa
penasaran. Bahkan sekarang pun, Emilia masih mempertahankan sikap „Aku masih marah,
benar-benar marah‟ nya dan memalingkan mukanya. Akan tetapi, karena dia perlahan
menjadi tidak sanggup lagi menahan tatapan yang terfokus kearahnya, Emilia pun
mencoba mencuri pandang kearah mereka. Hanya saja, lirikan itu berubah menjadi tatapan
yang terlihat jelas.

“Emilia-tan, cerialah… Eh, sebenarnya bukan aku yang membuatmu marah kali ini.
Frederica, maukah kau meminta maaf kepadanya?”

“Maafkan aku Emilia-sama. Apa yang aku lakukan tadi sangatlah tidak baik dan aku minta
maaf. Aku sangat senang karena kita bisa bertemu lagi setelah sekian lama, sisi jahatku
secara tidak sengaja keluar begitu saja.”

“…. Kau tidak akan menggodaku seperti itu lagi?”

“Tidak, aku akan menahan diri untuk tidak melakukan hal itu. Demi seluruh dunia aku tidak
akan pernah menggoda Emilia-sama dengan tingkah seperti itu lagi.”

Subaru tidak bisa menyingkirkan perasaan kalau permintaan maaf Frederica menyisakan
beberapa ruang untuk menafsirkannya dengan arti yang berbeda. Akan tetapi, dewi kita
Emilia sepertinya mempercayai kata-kata itu begitu saja tanpa pikir panjang, dan ekspresi
merajuknya seketika berubah menjadi lebih santai seolah mengatakan „yah mau
bagaimana lagi.‟

“Aku mengerti, aku sudah tidak marah. Apa itu cukup?”


“Ya, aku minta maaf atas kelakuanku yang sebelumnya Emilia sama……….. Terlalu
mudah.”

Entah bagaimana, hanya Subaru yang bisa mendengar bagian terakhir dari kata-katanya,
dia seketika langsung melihat kearah Frederica, tapi dia berpura-pura bodoh. Emilia yang
tidak tahu kalau dia dianggap terlalu mudah, meletakkan jarinya di pipinya dan berbicara.

“Jadi mari kita lihat. Alasan Frederica dipanggil kembali ke mansion adalah… Ummm.”

“Yeah yeah, terburu-buru memanggil seseorang yang sudah kau pecat, itu hanya berarti
ada sebuah keadaan darurat…. Sebenarnya, kurasa aku tahu kenapa.”

Sebenarnya memang ada keadaan darurat, beberapa hari yang lalu mansion Roswaal dan
desa Arlam ditargerkan oleh para Pemuja Penyihir. Melihat kemampuannya yang sanggup
membuat Subaru tidak sadar dalam sekejap, Frederica pastinya adalah Maid lain dari
mansion Roswaal dengan kemampuan bertarung yang gila. Singkatnya, Ram
memanggilnya kembali untuk memperkuat pertahanan mansion selama keadaan…..

“Itu karena ketangkasan Ram dalam mengurusi pekerjaan rumah tangga sangat
menyedihkan dan juga karena mansion sedang berada dalam keadaan kacau. Itu hanya
berlangsung beberapa hari, tapi tinggal disini menjadi semakin lebih sulit dan lebih sulit
lagi.”

“Itu benar-benar alasan yang dipaksakan!! Dia hanya bisa bicara dan tidak…. tunggu, Ram
tahu kalau dia tidak berguna, dia bahkan mengatakannya sendiri!! Setidaknya dia benar
mengenai hal itu, akan tetapi, kalau begitu seharusnya dia berusaha keras untuk
meningkatkan kemampuannya, iya kan?”

Jantung Subaru terasa seperti akan meledak karena mengetahui betapa dipaksakannya
kenyataan ini dibandingkan dengan situasinya yang sebenarnya.

Emilia memperlihatkan senyum kecut dan mengalihkan pandangannya keseluruh kamar


tamu… atau lebih tepatnya keseluruh mansion seolah-olah dia bisa melihat tembus dinding.

“Tapi semenjak Frederica kembali, mansionnya benar-benar menjadi lebih rapi. Aku pikir
Ram telah membuat keputusan yang benar dengan menyerahkan hal ini kepada orang
yang lebih mampu daripada membuatnya lebih buruk dengan mengabaikannya.”

“Emilia-tan, meskipun kau tidak bermaksud mengatakannya, tapi kata-katamu itu tadi
seperti sebuah tamparan!! Dan well, aku pikir itu masih bukanlah alasan yang cukup bagus
untuk dia menyerah semudah itu.”
“Mengesampingkan tentang Rem, ini sebenarnya sudah sangat lama semenjak aku
diberikan kesempatan untuk melakukan pekerjaan yang bermanfaat. Untungnya karena
tidak ada orang disini, aku bisa menghabiskan waktu lebih banyak untuk membersihkan
mansion ini.”

Mendengarkan Frederica membicarakan tentang pekerjaannya mengurus mansion ini,


Subaru menahan napasnya tidak sanggup menahan rasa sakit yang entah bagaimana
terasa di dalam hatinya.

Hal ini adalah cara dunia menghapus keberadaan Rem yang di sebabkan oleh kemampuan
„Dosa Kerakusan‟.

“Aku rasa karena Ram tidak bisa mengurus mansion sendirian, pilihan terbaiknya adalah
mengandalkan orang lain..”

Jadi Ram menghubungi Frederica yang sudah mengundurkan diri untuk kembali ke
mansion. Tanpa Rem, mansion Roswaal tidak akan bisa terus berjalan, dan begitulah
pengganti Rem, Frederica pun tiba.

Namun, satu-satunya orang di dunia yang tahu akan kebenaran menyedihkan ini hanyalah
Subaru. Ram hanya melakukan apa yang dirasa perlu tanpa memikirkan kenapa dia tiba-
tiba perlu bantuan Frederica ataupun bagaimana dia bisa mengurusi mansion sampai
sekarang. Itu semua sama sekali tidak terpikirkan oleh mereka.

Tapi,

“Maaf karena tiba-tiba aku menjadi serius, tapi…. Apakah syarat untuk semua Maid di
mansion Roswaal harus menjadi sangat unik?”

“…..? Mempertimbangkan siapa tuan kita, apa untungnya menanyakan hal itu?”

“Itu hal yang agak mengganggu.”

Saat ini, semua keragu-raguan Subaru telah terjawab. Melihat responnya, Frederica pun
menganggukkan kepalanya dengan puas, dan melanjutkan sikap sempurnanya sambil
menatap Subaru. Dan kemudian dengan suara yang pelan,

“Ngomong-ngomong, kusir kereta naga yang berada di luar mansion sana, sudah kita
abaikan selama lebih dari satu jam… apa itu tidak apa-apa?”
“Hmm? Oh, maksudmu Otto. Jadi ini sudah satu jam ya…. Well, aku rasa itu bukan
masalah besar. Aku ingin segera membiarkan Patrasche beristirahat di kandang, tapi kau
tidak perlu terlalu memperhatikan si Otto itu.”

“Untuk seorang rekan yang berbagi pengalaman mengahadapi kematian bersama, hal itu
sangat kejam Natsuki-san!! Aku tidak pernah berpikir kalau prioritasku lebih rendah
daripada seekor naga tanah.”

Tepat di saat itu, Otto secara dramatis membuka pintu kamar tamu. Bahunya membungkuk
karena marah, dia menatap tajam kearah Subaru sambil bernapas keras melalui
hidungnya. Melihat hal ini, Subaru pun berdiri, menggelengkan kepalanya dan mendesah.

“Tidak Otto, kau salah paham!”

“Bagaimana mungkin aku salah paham? Sudah terlambat untuk menarik kembali kata-
katamu tadi…”

“Itu tidak seperti prioritasmu lebih rendah daripada seekor naga tanah. Tapi prioritasmu
jauh lebih rendah daripada seekor naga tanah.”

“Itu dua kali lipatnya!! Itu bahkan lebih buruk.”

Puas dengan reaksi Otto dan gerakan menghentakan kakinya, Subaru pun mengalihkan
pandangannya kearah jendela. Dia melihat kearah halaman depan dimana kereta naga
yang ditarik oleh Patrasche terparkir.

Otto mengikuti pandangannya dan terlihat mengerti apa maksudnya. Masih dengan wajah
yang terlihat kesal, dia berbicara.

“Aku sudah menaruh Patrasche di kandang. Dia adalah naga yang sombong dan sulit
dikendalikan, tapi dia tidak ingin menyebabkan masalah apapun untuk Natsuki-san, maka
dari itu dia menjadi sangat jinak.”

“Mendengarkan hal itu dari dirimu, membuatku ragu akan kemampuan Divine Protection
„Bisikan Binatang‟ milikmu. Jika dia adalah seorang wanita, dia pastinya adalah seorang
Kuudere, meskipun hatinya sangat lembut. Dan kapan perubahan ini terjadi?”

“Bagaimana mungkin aku bisa tahu hal itu. Terlebih lagi….”


Ketika Subaru masih berusaha memahami apa yang membuat Patrasche begitu menurut
padanya, Otto mengalihkan pembicaraan kearah masalah lain yang berhubungan dengan
kereta naga. Itu adalah…..

“Apa yang harus kita lakukan terhadap gadis yang tertidur di dalam kereta? Aku rasa ini
agak menyedihkan meninggalkan dia terus berada di sana. Jika kau sibuk aku bisa
membawanya ke kamar…..”

“… Jangan sentuh Rem!!”

Sama sekali tidak ada maksud jahat dari kata-kata Otto. Tapi suara Subaru menjadi
sedingin es…. Dia sendiri juga terkejut dengan ketajaman suaranya, ketika dia melihat Otto
tersentak.

Itu hampir terdengar seperti bisikan, kata-katanya pelan dan gelap, sebuah gambaran dari
beban berat yang melekat dalam pikirannya. Untungnya hal ini tidak mencapai telinga para
gadis, tapi tetap saja, Subaru merasa begitu terganggu dengan ketidaknormalan dari suara
yang baru saja meluncur dari tenggorokannya.
XxxxX
“… Aku akan membawanya masuk, jadi kau tidak perlu melakukan apa-apa. Punggungmu
pasti akan berteriak keras jika kau menggendong seorang gadis.”

“Kau tahu, pedagang selalu mengangkat benda-benda yang lebih berat lagi selama
bekerja. Kami tidak selemah seperti yang pikirkan, Natsuki-san.”

Subaru mencoba menutupi kata-katanya dengan sebuah ejekan, dan berkat jawaban Otto
yang datang setelah keragu-raguan tadi, Subaru pun menghela napas.

Tidak peduli apapun yang terjadi, reaksinya tadi sudah terlalu berlebihan. Meskipun itu
bukan maksudnya… atau lebih tepatnya, justru karena hal itu tidak sengaja lah yang
membuat masalah. Kegelisahan Subaru telah berakhir, dan siapapun yang mencoba
mencampuri urusan Rem, tidak peduli apapun tujuannya, nampaknya akan menjadi musuh
baginya.

“Ini sama sekali bukan hal yang bagus… Sial!! aku merasa sangat menyedihkan. Kenapa
aku selalu….”

Subaru mengira dia sudah bisa mengatasi hal ini, akan tetapi, disini dia langsung
tersandung kerikil pertama yang berada di jalannya. Kenapa dia tidak pernah punya
kekuatan untuk terus berdiri tegak?
Jika Rem ada disini, jika Emilia menyaksikannya…. Jika mereka berdua ada disini
bersamanya, pasti dia akan punya kekuatan untuk terus berdiri tegak.

“Aku menanggungnya sendiri…. Tidak, aku memaksa Rem untuk menanggungnya. Diriku
ini benar-benar seorang pecundang.”

Seharusnya ada jalan yang lebih baik, jalan yang lebih sempurna.

Dia percaya kalau dia telah melakukan yang terbaik, sampai akhir dari pengulangannya
beberapa hari lalu, dia sangat amat mempercayainya. Seharusnya ada hasil yang lebih
baik, mulus, dan sempurna entah dimana. Tapi Subaru telah melewatkan kesempatan
untuk menemukannya. Di dalam rasa puasnya, di dalam sifat pengecutnya, dia telah masuk
ke dalam masa depan yang tidak sempurna. Dan pengorbanan Rem lah bayarannya.

Jika saja dia lebih kompeten, dia pasti akan menyadarinya.

Sebelum mengevakuasi Emilia dan Ram dari mansion, surat yang dia berikan kepada
pembawa pesan dari pihak Crusch telah menjadi kosong. Dia pikir Pemuja Penyihir yang
membuntuti si pembawa pesan itu telah mengganti surat tersebut untuk membuat mereka
kebingungan, tapi hal itu sangat menggelikan.

Saat itu sama sekali tidak ada kesempatan bagi para Pemuja Penyihir untuk bisa
menyadari ancaman mereka, dan bagaimana mungkin dia percaya bahwa Pemuja Penyihir
akan mengambil jalan memutar dengan menabur benih-benih ketidakpercayaan diantara
dua pihak seperti itu? Terlebih lagi, jika memang mereka ingin membuat masalah,
dibandingkan dengan sebuah surat kosong, bukankah akan lebih efektif jika mereka
mengubah isinya?

Lalu kenapa, kenapa surat itu bisa berubah menjadi kosong?? Jika ini bukan perbuatan
para Pemuja Penyihir, maka hanya ada satu jawabannya.

“Rem menulis surat itu. Kemudian aku meminta surat itu untuk diantarkan dan Crusch,
adalah orang yang menyerahkannya kepada si pembawa pesan. Kenyataan itu tidak
banyak berubah dan hanya isinya lah yang terhapus.”

Itu adalah kemampuan dari „Dosa Kerakusan‟, dan takdir bagi mereka yang „nama‟ dan
„ingatan‟nya telah dimakan. Sebuah kehidupan dihapus begitu saja dari dunia ini, dan
hanya meninggalkan jaring-jaring keganjilan di belakang. Jika kau tidak mengetahuinya,
kau tidak akan pernah merasa ada yang aneh, kau tidak akan pernah menyadari kalau ada
sesuatu yang hilang.

Jika sudah begitu, untuk siapa, atau untuk apa tujuan dari kehidupan itu….
Melihat lebih dalam pada fakta bahwa surat itu telah kosong, menyelidikinya secara
mendalam, memahami dan menggali kebenerannya, mungkin dia akan bisa melakukannya.

Apa yang Emilia katakan pada waktu itu, kalau diingat-ingat, surat tersebut tiba ketika sore
hari sebelum hari terakhir. Pada saat itu isi dari surat itu telah menghilang dan Rem pasti
telah diserang. Jika benar begitu, maka hampir tidak ada waktu yang telah berlalu
semenjak Subaru dan Rem berpisah. Kesempatan untuk menyusul mereka sangatlah kecil,
tapi setidaknya masih ada sebuah kesempatan.

Hanya saja, Subaru melewatkan kesempatan itu. Kenapa kesempatan itu bisa terlewatkan?
Subaru tidak sanggup lagi untuk menjawabnya. Apakah dia benar-benar tidak merasa ada
yang aneh?

Ram dengan „siscon‟nya, dan juga Emilia yang sadar kalau mereka meninggalkan Rem
bersama dengan Subaru di ibukota, tapi mereka sama sekali tidak menyebutkan namanya,
jadi kenapa hal ini…..

“… Ah!!”

Subaru akhirnya menyadarinya.

Seketika Subaru mengeluarkan teriakan yang terdengar bodoh dan meletakkan tangannya
pada dahinya. Dengan gerakan yang goyah dia menuju kearah dinding dan membenturkan
kepalanya sekeras yang dia bisa.

Terkejut dan terasa sakit. Tapi sekali saja tidak cukup, lagi, lagi, lagi, dan dia
mengulanginya lagi.

“Wh, Subaru??”

Melihat tingkahnya yang tak terduga, mereka bertiga pun menjadi sangat terkejut dan tidak
bisa berkata apa-apa. Tapi Emilia lah yang pertama sadar dan memanggilnya dengan
cemas. Dia memegang bahu Subaru dari belakang dan memutar tubuhnya.

“Ada apa tiba-tiba begini? Ini bukan pertama kalinya kau melakukan sesuatu yang aneh,
tapi ini…. Oh, lihat dahimu jadi merah begini!”

“Melihat tingkat kebodohanku, dari dalam lubuk hatiku aku merasa begitu takjub, serius.”
Merasakan sensasi dingin dari sentuhan jari-jari Emilia di dahinya, Subaru menggeleng-
gelengkan kepalanya. Seperti yang dia bilang, dia tidak tahan lagi melihat kebodohannya
sendiri.

Kemudian, tiba-tiba dia mendekat ke arah Emilia, Subaru memfokuskan tatapannya pada
Emilia.

“Emilia-tan, aku ingin meminta sesuatu padamu.”

“Ap- apa? Tahan dulu Subaru, wajahmu terlalu dekat, dan matamu membuatku takut…”

“Kebodohanku…. Maukah kau sedikit mencaciku?”

“Huh?”

Merasa terkejut, Emilia pun membelalakkan matanya. Melihat ada tanda-tanda penolakan
dari reaksinya, Subaru pun meletakkan kedua tangannya pada bahu Emilia, memegangnya
dengan erat seolah mencegahnya untuk melarikan diri dan kemudian mendekatkan
wajahnya lebih jauh lagi.

“Kumohon. Jangan maafkan aku, caci maki saja diriku.”

“I-itu, aku tidak bisa melakukannya. Aku merasa kau tidak melakukan sesuatu yang salah
ataupun semacamnya….”

“SUDAH CARI SAJA!!”

“Meskipun kau memintaku….”

“Kumohon!! Jika kau melakukan hal ini untukku, aku akan menyerahkan seluruh jiwaku…!”

“Mengatakan sesuatu seperti itu hanya akan membuatku merasa tidak nyaman!! Gezz,
kurasa aku tidak punya pilihan lain.”

Emilia merasa ragu-ragu menghadapi keputusasaan Subaru, menghadapi permohonan


tidak masuk akalnya. Tapi pada akhirnya dia pun mengangguk setuju. Dia berdeham dan
melihat kearah Subaru.

“Subaru, kau bodoh!!!”


“Uuuu…..”

“Kau nakal, hiperaktif, keras kepala, egois, berandal, tidak tahu kapan harus menyerah,
terlalu sombong!!”

“Gu.. gu.. gu…”

“Tidak ada yang memintamu, tapi kau terus mengkhawatirkan orang lain, dan kau juga tidak
tahu batasmu. Kau adalah orang lemah yang mendukung seorang half-elf. Ketika aku dicaci
dan merasa depresi, kau selalu mengambil tempatku, bertindak gegabah, mendapat
siksaan, dan melakukan hal-hal yang sembrono.”

“Gu……. Eh?”

“Kau mendengarkan tapi tidak merespon dengan benar, seorang pengecut yang hanya
main-main dan kemudian kabur begitu saja. Orang bodoh yang datang untuk membantu
seseorang ketika dalam masalah, bahkan setelah mereka bertengkar hebat. Ketika
semuanya tidak berjalan sesuai rencana, dan ketika kau menginginkan sesuatu, kau
langsung saja mengatakan kalau itu sangat tidak adil. Lalu ketika semuanya telah berakhir
dan semua orang mengurusi sisanya, kau malah tidur dan tidak melakukan apa-apa.
Subaru, kau idiot!”

“Idiot?? Itu adalah kata-kata yang tidak akan sering kau dengar…. Kau tahu Emilia-tan…”

Dia mengharapkan sebuah celaan, tapi apa yang dia terima jauh dari hal itu. Kata-kata
tersebut tidak menggores hatinya dan meninggalkan luka malahan kata-kata tersebut
begitu ramah, dan memberikan bekas yang mirip di hatinya dan hati Emilia.

Menanggapi panggilan Subaru, Emilia terus menatap kearah Subaru sambil mengerutkan
bibirnya.

“Apa?”

“Bagaimana aku mengatakannya ya… Mm, apakah itu semua yang kau rasakan mengenai
diriku?”

“Aku tahu, itu semua terdengar seperti perasaanku keluar begitu saja. Aku seperti
melakukannya begitu saja dan setelah beberapa saat aku tidak tahu apa yang baru saja
kukatakan… Subaru, apa kau berpikir kalau itu adalah apa yang sebenarnya kurasakan?”
“Aku juga ingin tahu. Ketika kau berada di situasi seperti ini, apakah benar mereka
perasaanmu yang sesungguhnya… Aku tidak tahu lagi apakah itu benar atau tidak.”

Paling tidak, Subaru telah mengalami penyesalan karena mengatakan sesuatu secara tiba-
tiba.

Apakah itu perasaan yang sudah terpendam begitu lama dan akhirnya ingin lepas dari
dalam hati Emilia ataukah hanya emosi tanpa pikir panjang keluar secara tiba-tiba? Subaru
merasa tidak akan ada orang yang bisa menjawab pertanyaan itu.

“Terima kasih Emilia-tan!”

“Yang kulakukan hanyalah mengatakan hal-hal buruk tentangmu. Mendapatkan kata terima
kasih karena mengatakan hal-hal seperti itu…. Kau benar-benar abnormal Subaru.”

“„Abnormal‟ itu hanya bagi Emilia-tan. Jika aku mendengarnya darimu, entah itu cacian,
pelecehan, ataupun puisi keselamatan lalu lintas, itu semua pasti akan membuatku merasa
bahagia.”

“Yang terakhir itu aku tidak mengerti apa maksudnya, tapi tampaknya itu adalah sesuatu
yang tidak perlu kuketahui, jadi aku akan melupakan kalau aku pernah mendengarnya…..
Jadi apa kau puas sekarang?”

Emilia mencoba merespon sambil menahan tawanya, tapi pada akhirnya, matanya masih
saja terlihat diwarnai dengan begitu banyak kesedihan.

Itu sangat tidak adil, ekspresi yang beberapa kali dia tunjukan pada Subaru, dan itulah
kenapa Subaru tidak bisa membiarkan dia sendiri.

Untuk menjawab bahasa tubuh Emilia, Subaru pun tersenyum lebar yang memperlihatkan
barisan giginya.

“Yeah, aku baik-baik saja sekarang. Sebenarnya, mungkin aku masih belum sehat. Tapi
jika aku mendapatkan ciuman dari Emilia-tan untuk menghapus kutukanku, aku mungkin
akan bisa menemukan keberanian yang kubutuhkan, jika saja….”

“Sayang sekali, karena permintaannya telah ditutup untuk hari ini.”

“Sialan!! Aku gagal!! Kenapa aku selalu…. terlambat… Ah!”


Seolah-olah sangat menyesalinya, Subaru pun menjatuhkan dirinya sendiri. Melihat hal ini,
Emilia hanya menunjukan sebuah senyum kecut. Setelah menghabiskan beberapa saat
untuk meratapinya, Subaru akhirnya berdiri dan melihat kesekeliling ruangan.

“Well, aku takut ada beberapa urusan yang harus ku urus. Aku merasa tidak enak
meninggalkan kalian semua dan Emilia-tan seperti ini, tapi aku butuh sedikit waktu. Aku
pikir itu tidak butuh waktu lama tapi….. Apa-apaan dengan wajahmu itu Otto?”

“Aku merasa seperti aku harus meminta pertanggungjawabanmu setelah menyaksikan


kejadian menggelikan tadi, tapi aku akan melakukan negosiasi harganya nanti…. Apa yang
akan kau lakukan sekarang?”

Otto yang sampai sekarang terlupakan menyuarakan ketidakpuasannya kepada Subaru


yang sedang menyilangkan kedua tangannya dan mengangkat kepalanya sambil berpikir.
Kalau dipikir-pikir Otto tidak tahu tentang orang terakhir di mansion ini yang belum Subaru
kenalkan padanya.

Jika begitu, untuk memberitahu Otto kemana dia berencana untuk pergi selanjutnya, hanya
kata inilah yang paling pantas.

Setelah memikirkan hal itu sebentar, Subaru pun meluruskan tangannya kembali dan
mengatakan,

“Well, aku akan pergi menemui seorang loli dengan rambut keriting seperti bor yang
berlubang di dalam ruangan yang mirip seperti sarang tikus mondok.”

Dengan kata-kata itu, Subaru mengabaikan semua tanggung jawabnya untuk menjelaskan
situasi saat ini dan meninggalkan Otto dalam keadaan bingungnya.
Chapter 3 : Reuni dan Perpisahan.

…. Sedikit demi sedikit, hanya terfokus untuk memutar knop pintu di tangannya, Subaru
menahan napasnya.

Dia pernah merasakan perasaan ini sebelumnya.

Diam-diam mengelilingi seluruh mansion seperti ini, tiba-tiba dia menyadari sebuah pintu
yang menarik perhatiannya.

Setelah meninggalkan Emilia dan yang lainnya di ruang tamu, dan diberi sedikit waktu,
Subaru pun mengelilingi mansion sendirian. Kemudian dia menemukan sebuah pintu ketika
dia menapakkan kakinya di sebuah lorong yang ada di lantai dua.

Ketika dia menyentuh knop pintunya, keragu-raguannya mulai berubah menjadi sebuah
keyakinan, dan ketika dia mulai mendorong pintu tersebut, keraguan di dalam pikirannya
pun hilang seketika.

Dan setelah menyadari keberadaan „ruang itu‟, saat itu juga, Subaru langsung
melangkahkan kakinya ke dalam.

“Hey, lama tak bertemu.”

Perpustakaan Terlarang, persis seperti yang dia ingat, terbentang di depan matanya.

Gadis kecil yang menjadi tuan di ruang remang-remang tersebut, juga tidak berubah
sedikitpun….. Sambil duduk di sebuah anak tangga seolah-olah itu adalah kursi sementara,
dia kini terlihat sedang membalik halaman sebuah buku.

“….. Mansion sangat berisik hari ini, rupanya kau sudah kembali.”

Matanya sedikit terangkat untuk melihat Subaru…. Akan tetapi, setelah menggumamkan
kata-kata tersebut seolah-olah sedang bosan, dia pun seketika kehilangan ketertarikannya
dan menjatuhkan pandangannya kembali ke arah buku.

“Jika kau kembali, itu berarti Nii-chan juga kembali. Aku merasakan keberadaan gadis itu
dan juga beberapa serangga pengganggu lainnya.”
“Puck masih belum muncul, kurasa dia sedang mengisi baterai nya. Ah, aku tidak suka
caramu membicarakan Emilia-tan seolah-olah dia itu sama dengan serangga kau tahu?
Tapi aku tidak keberatan bagian Otto nya.”

“Kau benar-benar berisik!”

Beatrice menggembungkan hidungnya menanggapi perkataan Subaru dan merubah posisi


kakinya dibalik gaun mewahnya. Melihat hal itu, Subaru pun terus berjalan mendekatinya,
sambil merangkai kata-kata ketika dia melakukan hal tersebut.

“Tapi ini memang benar-benar sudah lama semenjak terakhir kali aku melihatmu. Semenjak
pertarungan dengan Bete….. Ah tunggu, itu tidak terjadi… Terakhir kali kita bertemu saat
sebelum aku pergi ke ibukota kan? Itu kira-kira sudah 10 hari..”

“Kurasa itu sama sekali tidak lama. Ketika Betty berada di ruangan ini, aliran waktu di luar
sana benar-benar sudah tidak penting lagi.”

“Dan kau mengatakan sesuatu yang aneh lagi, gezzz. Juga, ketika kau sedang berbicara
dengan orang lain kau seharusnya tidak membiarkan matamu terus tertuju pada buku kau
tahu? Kembali bertemu denganku setelah 10 hari, aku bisa mengerti kalau kau merasa
sangat senang dan ingin menyembunyikan muka merahmu, tapi tetap saja……”

“Kau tahu, aku bisa membuat mulutmu memuntahkan darah ataupun suara sampai
wajahmu berubah menjadi sangat pucat.”

Menanggapi perasaan jengkel yang sama sekali tidak disembunyikan oleh gadis itu, Subaru
pun mengendurkan ketegangan yang ada di wajahnya.

Kapanpun dia datang untuk berbicara dengan gadis penjaga Perpustakaan Terlarang ini,
entah kenapa Subaru selalu saja ingin melakukan sesuatu yang bisa memancing sikap
keras kepalanya dan mengacaukan ekspresi datar yang ada di wajahnya itu.

Bercanda, melucu, mengganggunya sampai dia benar-benar marah, kemudian terus


mendesaknya sampai dia tidak tahan lagi dan akhirnya menerbangkan Subaru keluar.

Ada bagian dari diri Subaru yang menikmati interaksi itu. Tapi kenapa dia selalu punya
perasaan seperti ini kepada gadis tersebut? Subaru sendiri juga tidak yakin apakah dia tahu
penyebabnya.

“Aku akan menganggap fakta bahwa kau sudah kembali kesini adalah sebagai tanda kalau
kerusuhan disekitar sini yang terjadi akhir-akhir ini sudah selesai dibereskan, kurasa…”
“Kau menyadarinya…. Well, kurasa itu memang sangat wajar. Emilia dan Ram sudah
berlari mengelilingi mansion untuk mencarimu kau tahu? Akan lebih baik kalau kau
meminta maaf kepada mereka nanti.”

“Betty? Meminta maaf? Kepada siapa dan untuk apa? Aku tidak bisa membayangkan
kenapa aku harus melakukan hal-hal semacam itu?”

Merasa jengkel, Beatrice pun menutup bukunya dengan sebuah suara tepukan yang keras
dan bangkit dari tempat duduknya. Kemudian, dia menaruh buku tebal bersampul hitam
tersebut kembali ke raknya dengan berjinjit dan mengulurkan tangannya sekuat yang dia
bisa untuk menggapai buku yang berada di sebelahnya.

Melihat Beatrice kesulitan untuk mengambil buku itu, Subaru pun berjalan di sebelahnya.

“Yang ini?”

“….. Tidak. Yang sebelahnya, kurasa. Jika kau mencoba untuk memberikan bantuan
kepada mereka yang tidak memintanya, setidaknya cobalah bantu mereka dengan benar.”

“Seperti sebuah ucapan terima kasih dari seorang loli…. Oy, hati-hati untuk tidak
menjatuhkannya. Kau pasti akan kesakitan kalau benda seperti bata ini jatuh mengenai
kakimu.”

Ketika Subaru mengambil buku itu dengan satu tangan, dia pun menyadari kalau buku itu
lumayan berat. Ketika dia dengan hati-hati menyerahkannya kepada Beatrice, Beatrice pun
menerimanya dan memeluk buku itu di dadanya.

Subaru mencoba membaca judulnya, tapi bagi seseorang yang nyaris tidak bisa memahami
apapun selain alfabet “Yi”, itu adalah sesuatu yang berada di luar pemahaman Subaru.

“Kupikir aku tidak akan berterimakasih padamu.”

“Aku tahu kau sedang mencoba mengikuti jalan seorang Tsundere ataupun sejenisnya, tapi
sebenarnya kau sudah mengatakannya, kau sudah mengucapkan kata „Terima Kasih‟ yang
mempunyai arti yang sama dalam situasi ini.”

Setidaknya, fakta bahwa Beatrice mengakui kalau tindakan Subaru pantas mendapatkan
kata terima kasih, cukup itu saja sudah menjadi bukti dari niat baik Beatrice.

Menanggapi jawaban Subaru, Beatrice pun mengerutkan dahinya dan memalingkan


wajahnya. Melihat sifat keras kepala Beatrice, Subaru pun menggaruk-garuk kepalanya.
“Aku tidak keberatan jika kau tidak pernah berterima kasih padaku sampai hari kiamat pun,
tapi setidaknya pastikan untuk berterima kasih kepada mereka berdua, ok? Mereka berdua
benar-benar khawatir karena telah meninggalkanmu sendirian di mansion.”

“Itu tidak seperti aku pernah meminta mereka untuk melakukan itu….”

“Jangan mengatakan sesuatu seperti itu. Kebanyakan orang tidak pernah meminta untuk
dilahirkan, tapi mereka sudah dilahirkan, dan meskipun kau meminta orang lain untuk tidak
khawatir, mereka tetap saja akan khawatir….. Dan untuk bagian yang kedua itu, hanya
akan terjadi ketika kau punya orang-orang baik di sekelilingmu.”

Tidak perlu dijelaskan kalau Emilia dan Ram lah orang-orang baik itu. Kehidupan sehari-
hari Emilia saja sudah memberinya nilai 100 dari 100 poin sebagai orang yang baik, dan
meskipun kemungkinan Ram mempunyai nilai negatif, bagaimana isi hatinya adalah
sebuah urusan yang berbeda.

Meski begitu, Beatrice tidak menunjukan sedikitpun tanda-tanda setuju dengan perkataan
Subaru. Malahan, dia memalingkan mukanya, menggigit bibirnya perlahan dan
mengatakan….

“Tapi pada akhirnya, mereka tetap pergi meninggalkan mansion…. tanpa Betty.”

“Apa maksudmu? Apa kau mau bilang kalau kau tidak ingin ditinggalkan? Kau itu
mengurung dirimu sendiri dengan menggunakan sihir „Hikikomori Door‟ milikmu itu, apakah
terlalu merepotkan kalau mencoba keluar sendiri?”

“Namanya „Door Crossing‟. Jangan menggantinya dengan nama konyol seperti itu. Selain
itu, memberikan Betty saran seperti itu sama saja dengan mencaci maki Betty.”

Tanpa membenarkan kata-kata Subaru, Beatrice masih saja memalingkan wajahnya. Sifat
keras kepala nya ini sama sekali tidak dapat dihancurkan. Subaru merasa kali ini ada
sesuatu yang berbeda dan berbahaya, melebihi tingkah Beatrice yang biasanya.
Merasakan hal itu, Subaru pun mengangkat alisnya karena tidak tahu harus melakukan
apa.

Dengan sikap Beatrice yang sudah menjadi seperti ini bahkan sebelum mereka mulai
berbicara tentang apa yang ingin ditanyakannya, Subaru pun bertanya-tanya bagaimana
dia harus menghadapi situasi ini sekarang. Meski begitu, Subaru masih punya satu trik lagi
di dalam lengan bajunya untuk menaikkan mood Beatrice.

“Well, jika kau menjadi sekeras kepala itu, maka aku akan mengatakan pada Emilia kalau
kau tidak bisa berhenti mengucapkan kata „terima kasih‟ dengan berlinangan air mata.”
“Kau tidak seharusnya membuat kebohongan. Sudah sangat lama semenjak terakhir kali
aku meneteskan air mata, kurasa.”

“Apa? Kau bilang, kau terlalu malu untuk menangis? Jika kau mengatakan hal-hal
semacam itu ketika masih kecil, kau akan kesusahan mengekspresikan perasaanmu ketika
kau sudah dewasa, kau tahu? Anak-anak tidak seharusnya cemas dengan apa yang orang
lain katakan dan menangis ketika mereka sedih.”

“Aku merasa keberatan mendengarkan hal ini dari seorang pria yang menangis di
pangkuan gadis yang dia sukai.”

“Tidak bisakah kau melupakan hal itu?”

Mungkin Emilia sendiri paham, untuk tidak mengingatkan Subaru dengan kejadian
memalukan ini.

Dia sudah bertingkah seperti orang idiot yang melarikan diri dari ketakutan yang ada di
dalam hatinya, yang mana tanpa sadar hal itu telah membangun sebuah bendungan yang
amat besar.

Ketika terbaring di pangkuan Emilia, semua itu pun runtuh dan semua emosi yang telah dia
bendung semenjak datang ke dunia ini meluncur keluar menjadi genangan air mata.

Mengingat kembali kejadian itu, wajah Subaru terasa seperti mau terbakar. Namun,
bersamaan dengan panasnya, jauh di dalam hatinya dia juga merasakan sebuah cahaya
yang bersinar terang dari ingatan itu.

Menggaruk-garuk pipinya sambil memperbaiki segel pada ingatan itu, Subaru pun mencuri
pandang ke arah Beatrice. Dia terlihat bosan seperti biasanya, dia sudah kembali duduk di
atas anak tangga dengan buku yang Subaru ambilkan untuknya. Secara perlahan, dia
mulai membiarkan matanya menelusuri isi buku tersebut.

Sangat jelas sekali kalau Beatrice berniat untuk menghentikan percakapan ini. Jika Subaru
membiarkannya melakukan hal itu, kedatangannya kesini tidak akan berarti apa-apa.

“Ngomong-ngomong, kesampingkan saja masalah menangis atau tidak…. Aku punya


sesuatu yang ingin kutanyakan padamu, apakah itu tidak masalah?”
“Kau bebas untuk bertanya, kurasa.”

Di dalam jawabannya yang dibarengi oleh suara halaman yang sedang dibalik dari
bukunya, terdapat sebuah pesan „entah aku menjawabnya atau tidak itu sudah jadi urusan
yang berbeda‟. Sama sekali tidak indikasi kalau dia mau diajak bekerja sama, tapi
setidaknya dia telah memberikan izin kepada Subaru untuk bertanya. Subaru pun
menggumamkan „baiklah‟ di sela-sela hembusan napasnya, dan berniat untuk segera
membicarakan perihal kedatangannya….

“….. Kalau dipikir-pikir, melihat kerusuhan yang terjadi di luar sana, tidakkah reaksimu itu
sedikit kurang?”

Akan tetapi, apa yang keluar dari mulutnya bukanlah apa yang ingin dia tanyakan, dan
malahan itu hanya memberikan ruang untuk menyalakan kembali percakapan yang baru
saja dia tutup.

Mendengar kata-kata Subaru, Beatrice pun mengangkat pandangannya dari bukunya.


Merasakan tatapan Beatrice yang bersih tanpa noda, Subaru pun menghirup napas.

“Ke-ketika kau duduk disini seolah tidak terjadi apa-apa, diluar sana sudah menjadi sangat
gila kau tahu? Ada segerombolan orang aneh yang mengepung mansion ini dan…..”

“Hentikan!!”

“Jika aku tidak berhasil membawa bala bantuan dari ibukota, kau tidak akan tau apa yang
selanjutnya bisa terjadi. Dan juga tidak mudah bagiku untuk bisa kembali kesini…”

“Aku benar-benar ingin kau menghentikannya sekarang.”

“Itu benar-benar perjalanan yang sangat berat. Jika aku menceritakan semuanya padamu,
baik kau dan aku pasti akan berlinangan air mata dari awal sampai akhir, meski begitu,
pada akhirnya kami bisa menghadapi rintangan-rintangan tersebut…”

Karena sebuah suara yang begitu keras, kata-kata Subaru terhenti secara paksa.

Setelah melihat sekeliling, asal dari suara tersebut ternyata adalah buku yang ada di tangan
Beatrice, yang mana telah dia tutup dengan seluruh kekuatannya. Subaru mencoba
memahami ekspresi dan maksud dari Beatrice, akan tetapi Beatrice menatapnya dengan
sebuah tatapan yang begitu tajam dan tanpa belas kasihan. Dia pun mengatakan..
“Bagaimana kalau mengatakan langsung apa yang sebenarnya ingin kau katakan ketika
datang kesini, dasar pengecut!!”

“…. Yeah.”

Subaru tidak bisa membantahnya.

Beatrice benar, dia bisa melihat dengan jelas percobaan melarikan diri yang dilakukan oleh
Subaru. Dia mencoba melarikan diri dari jawaban untuk pertanyaan yang harus dia
tanyakan.

“Apa kau….”

Sambil menahan napasnya, Subaru pun menutup paksa kedua matanya dan
memperhatikan detak jantungnya.

Dibalik matanya yang tertutup, Subaru bisa melihat „senyum manisnya‟ yang tertuju
kearahnya.

“Apa kau…. mengingat Rem?”

…. Pertanyaannya telah tersampaikan dan melebur ke dalam kenyataan tanpa bisa ditarik
kembali.

XxxxX
Dalam pengulangan setelah membunuh Paus Putih, Subaru hanya sekali berbicara kepada
Beatrice di Perpustakaan Terlarang.

Tujuan dari pembicaraan itu adalah untuk meyakinkan dia agar mau melarikan diri dari para
Pemuja Penyihir, akan tetapi dia menolaknya, dan pada akhirnya, gadis itu ditinggalkan di
dalam Mansion sendirian.

Meskipun Subaru tidak mengingat apa yang mereka bicarakan, akan tetapi ada satu fakta
yang tidak akan bisa dia abaikan begitu saja.

Beatrice pada waktu itu bertanya tentang Rem, yang dikira sudah kembali bersama Subaru.

Pada saat itu, surat yang ditulis Rem sudah berubah menjadi kosong ketika sampai di
mansion.
Dengan kata lain, percakapan itu terjadi setelah Rem diserang oleh Uskup Agung Dosa.
Dan Beatrice yang tidak pernah peduli dengan Rem sampai pada saat itu, tiba-tiba
menanyakannya…..

“Jawab aku!! Apa kau ingat Rem yang dulu pernah tinggal di mansion ini?”

Dia ingin Beatrice mengingatnya. Dia harus mengingatnya. Memikirkan hal ini, suara
Subaru menjadi terdengar tidak seperti biasanya.

Kedalaman ingatan Subaru memastikan hal ini, hatinya yang pernah melemah dan hampir
saja tenggelam dalam lautan keputusasaan, begitu berharap agar bisa bangkit kembali. Dia
tidak ingin menyangkal hal ini.

Beatrice kini menatap Subaru dengan hening.

Di dalam pupil matanya, tidak ada sedikitpun perasaan ataupun emosi. Apa yang saat ini
dia pikirkan mustahil untuk bisa dibaca.

Biasanya dia adalah seorang gadis yang emosinya mudah dipahami, tapi kali ini Subaru
sama sekali tidak bisa memahaminya. Giginya terasa gatal, rasanya seolah-olah waktu
terus berjalan dan jantungnya mulai terbakar menjadi abu.

“Hey…..”

Kenapa kau tidak mengatakan apa-apa.

Apakah kau mengingatnya atau tidak, seharusnya tidak sulit untuk menjawab pertanyaan
itu.

… Tentu saja, hanya ada satu jawaban yang ingin Subaru dengar. Dia ingin Beatrice
mengingat tentang Rem dan kemudian menertawakan betapa bodohnya pertanyaan itu.

Ingatan dimakan, nama ditelan, dan menghilang dari seluruh dunia, betapa bodohnya
pemikiran itu.

Dia ingin agar Beatrice merasakan apa yang dia rasakan, dia ingin Beatrice merasakan
kemarahan yang sama terhadap kebiadaban dunia ini. Atau meskipun jika mereka hanya
bisa berbagi fakta tentang eksistensi Rem saat ini, mungkin mereka berdua bisa
menemukan solusinya bersama. Hanya itu saja sudah cukup bagi seorang Subaru.
Jadi, katakan padaku kalau kau mengenalnya.

Seperti Emilia, seperti Crusch, seperti Wilhelm, seperti semuanya, Rem…… Jangan bilang
kalau kau telah melupakannya.

Ingin mendengar jawabannya. Takut mendengar jawabannya. Pergolakan, penyangkalan,


semua emosinya bercampur menjadi satu.

Menyaksikan Subaru yang goyah, melihat hatinya yang bergejolak, Beatrice pun berbicara.

“….. Aku tidak ingin menjawabnya.”

Dia mengalihkan pandangannya dari Subaru, tidak menjawab ya ataupun tidak.

Menghembuskan napas sambil mengatakan “Ha?”, seketika itu juga pemikiran Subaru
terhenti. Kemudian, dia pun menghempaskan tangannya di udara.

“Tu tunggu! Apa maksudmu dengan tidak ingin menjawab? Bukankah pertanyaan ini hanya
punya jawaban YA atau TIDAK?”

“Aku tidak tahu apa yang kau maksud dengan „ya‟ atau „tidak‟. Dan jawabanku tidak akan
berubah. Aku tidak ingin menjawabnya.”

“AKU BILANG ITU BUKANLAH SEBUAH JAWABAN!!”

Sambil mengayunkan tangannya, Subaru melangkah maju kedepan dengan geram.

Gadis yang duduk di anak tangga itu, bahkan tidak melirik kearah Subaru sedikitpun dan
hanya menutup rapat bibirnya. Melihat sifat keras kepalanya, kobaran api pun melahap
dada Subaru, mustahil untuk bisa mengehentikannya sekarang.

“Itu bukanlah kata-kata yang ingin kudengar darimu!”

“Kenapa Betty harus menjawab dengan kata-kata yang ingin kau dengar? Berhentilah
membuat keributan. Perpustakaannya bisa berantakan, kurasa.”

“Kau…..!!”

Subaru berjalan dengan membabi buta kearah Beatrice.


Wajah yang bahkan tidak ingin melihat kearahnya, Subaru benar-benar ingin memaksa
wajah itu untuk menengok dan menanyakannya secara langsung bagaimana mungkin dia
bisa mengatakan sesuatu yang sekejam itu. Tapi,

“…..”

Ketika dia hampir menyentuh Beatrice, Beatrice pun menatap kearah Subaru.

Secara tiba-tiba mata Beatrice dipenuhi dengan berbagai emosi, dan membuat tangan
Subaru berhenti bergerak. Karena hal itu, Beatrice pun……

“Pertanyaanmu itu, apakah kata-kata itu menanyakan tentang seseorang yang dimakan
oleh „Dosa Kerakusan‟?”

“…..! Jadi, kau….”

“Dalam masalah ini, seseorang yang familiar dengan Kekuasaan „Dosa Kerakusan‟ pasti
tidak akan kesulitan untuk menyimpulkannya kurasa. Roswaal dan Nii-chan juga, Shaula
pun juga tahu semua ini.”

“Ros..!?”

Sebuah nama yang tidak terduga terdengar di telinga Subaru dan membuat
tenggorokannya tersedak.

Roswaal tahu tentang Kekuasaan „Dosa Kerakusan‟….. Apakah itu berarti ada
kemungkinan dia mengingat Rem? Tidak, sebelum itu…

“Berapa banyak yang kalian ketahui tentang Pemuja Penyihir?? Roswaal seharusnya
sudah tahu ketika identitas Emilia sebagai Half-elf diketahui oleh publik, maka Pemuja
Penyihir juga akan mulai bergerak. Jika aku tidak melakukan apa-apa, mansion dan juga
desa ini pasti sudah dihancurkan oleh mereka. Sebenarnya apa yang terjadi?”

“……”

“Tidak mungkin Roswaal tidak merencanakan apa-apa; itulah apa yang Rem dan Crusch
katakan padaku. Tapi bagiku, ini seperti dia tidak merencanakan apa-apa, jika dia
merencanakan sesuatu, bagaimana bisa ini semua berakhir menjadi sebuah bencana?”
“Betty tidak tahu seberapa banyak Roswaal memikirkan tentang hal ini. Tapi…. Kurasa,
Roswaal tidak mungkin tidak memikirkan apa-apa.”

Mendengarkan pernyataan Beatrice, Subaru pun mengangkat alisnya mencoba mencari


indikasi pergerakan Roswaal selama pertempuran melawan Betelgeuse. Akan tetapi, tidak
peduli seberapa keras Subaru mencari-cari dalam ingatannya, dia sama sekali tidak bisa
menemukan tanda-tanda pergerakan Roswaal.

“Apakah ini sebuah kesalahpahaman? Ataukah kita terlalu berlebihan menilai


kemampuannya? Jika Roswaal melakukan sesuatu, lalu kenapa aku menemui banyak
sekali masalah…..”

“Jika kau saja tidak tahu, maka tidak ada seorangpun yang akan tahu.”

Desahan Beatrice membawa sebuah kekecawaan, sepertinya dia telah menyerah


menghadapi kurangnya pemahaman Subaru.

Meskipun Subaru tidak senang dengan sikap Beatrice, tapi dia menyadari kalau
percakapan mereka mulai menyimpang dari topik.

“Tunggu, selain itu, jika kau mengetahui sesuatu tentang Pemuja Penyihir maka katakan
padaku semuanya. Tentang Uskup Agung Dosa, tentang „Dosa Kerakusan‟, pokoknya ada
segunung pertanyaan yang ingin kutanyakan padamu…. Dan juga ini.”

Satu demi satu, Subaru ingin menanyakan semuanya kepada Beatrice.

Subaru menggerakkan tangannya kedalam jaket, dan mengeluarkan sebuah buku


bersampul hitam dari dalam jaketnya.

Buku itu terlihat kotor karena darah berwarna kehitaman yang ada di sampul dan serta di
beberapa titik di dalamnya. Buku itu adalah benda yang dia dapatkan setelah melewati
pertempuran sengit dengan musuh yang begitu kuat beberapa hari yang lalu.

“Aku tahu benda ini adalah benda yang benar-benar penting bagi Pemuja Penyihir…. aku
tidak bisa membaca apa yang tertulis di dalamnya, tapi sebagai penjaga Perpustakaan
Terlarang kau mungkin tahu sesuatu.”

“….. Sebuah Kitab!!”

Melihat apa yang ada di tangan Subaru, mata Beatrice pun terbuka lebar.
Bibirnya bergetar, matanya terus menatap kearah buku itu.

Sebuah tulisan yang tidak bisa dibaca tertulis di sampulnya…. Beatrice sekilas
membacanya dan kemudian dengan ekspresi ragu-ragu, dia pun mengatakan,

“Kenapa kau dari semua orang bisa mempunyai….”

“Aku merampasnya, tapi itu tidak seperti aku benar-benar menginginkannya, kau tahu.
Seperti yang kukatakan, para Pemuja Penyihir telah mengepung mansion ini, jadi aku
mengambilnya dari pemimipin mereka. Pemiliknya…… s udah tidak ada lagi di dunia ini.”

“Mengambilnya…. Tapi itu….”

Suara Beatrice bergetar ketika dia mencoba mengulurkan tangannya kearah buku yang
dipegang oleh Subaru.

Meskipun Subaru ragu-ragu melihat jari-jari kecil Beatrice yang bergetar, dia pun secara
perlahan meletakkan kitab itu di atas tangan Beatrice. Menerima kitab tersebut, dan seolah-
olah ingin memeriksanya, Beatrice pun mengerakkan tangannya menyusuri tulisan
misterius yang ada di sampulnya. Kemudian,

“Pemiliknya…. Kau tadi bilang dia sudah mati kan?”

“Yeah, dia sudah mati. Dia dilindas oleh roda kereta dan….. Aku membunuhnya.”

Kalau diperhatikan lagi, sebenarnya Betelgeuse tidaklah dibunuh secara langsung oleh
Subaru.

Tapi tetap saja, segala sesuatu mulai dari alasan, keadaan sampai kejadian yang
menuntun pada kematian Betelgeuse, tidak terelakan lagi kalau semua itu adalah berkat
tindakan Subaru.

Subaru ingin membunuhnya, jika saja dia tidak berhasil membunuh orang itu, didalam
hatinya, Subaru pasti tidak akan sanggup memaafkan dirinya sendiri.

Oleh karena itu, Subaru sama sekali tidak merasa keberatan dengan niatnya membunuh
Betelgeuse.

Akan tetapi, meskipun dia sama sekali tidak keberatan, tetap saja mengotori tangannya
seperti itu tidak mungkin tidak akan meninggalkan penyesalan apapun. Dia tidak bisa
berpura-pura kalau hal itu tidak berpengaruh padanya, dan tidak mungkin juga hatinya akan
membohongi dirinya sendiri dalam masalah ini.

Fakta bahwa dia telah membunuh Betelgeuse dan fakta bahwa dia pernah dibunuh oleh
Betelgeuse tidak akan pernah dilupakan oleh Subaru.

Selama dia hidup, dia akan terus membawa kehidupan yang dia ambil dari orang itu…..
Akan tetapi, sentimen ini tidak mungkin bisa keluar dari mulut Subaru.

Betelgeuse adalah sebuah eksistensi yang pantas untuk mati, dan Subaru yang
mempercayai hal itu, telah membunuhnya.

Hanya itu saja.

Akan tetapi, untuk semua pemikiran itu yang tercampur dalam perkataan Subaru, Beatrice
sama sekali tidak menunjukan reaksi apa-apa.

Dia hanya berguman pelan “begitu ya….” dan terus menatap kearah kitab yang berada di
tangannya.

“Jadi bahkan kaupun meninggalkan Betty ya Juice…..”

“….. Siapa itu?”

“Kau tidak perlu tahu. Jika kau telah membunuh „Dosa Kemalasan‟, apa yang terjadi pada
„Gen Penyihir‟ nya?”

“Gen.. Penyihir…..??

Mendengar pertanyaan Beatrice, Subaru pun mengerutkan dahinya dan memiringkan


kepalanya.

Melihat hal ini dari Subaru, ekspresi Beatrice menjadi terheran-heran. Kemudian dia
menyipitkan matanya seolah-olah sedang mencoba membaca perasaan Subaru dari
ekspresinya. Akan tetapi, setelah mencari-cari, tatapannya itu tidak bisa menemukan apa
yang dia cari.

Subaru merasa heran dan mendecapkan lidahnya.


“Tch, ayolah, jangan gunakan istilah-istilah professional kepada pria yang tidak tahu apa-
apa mengenai situasi ini. Apa itu „Gen Penyihir? Ugh, itu saja sudah terdengar luar biasa.”

“Kau tidak tahu…? Tunggu, serius ini? Lalu, apa alasanmu membunuh „Dosa kemalasan‟??
Aku tidak mengerti.”

“Aku hanya menyingkirkan percikan api yang jatuh!! Apa sebenarnya yang ingin coba kau
sampaikan padaku?”

Percakapan ini sepertinya hanya membuat kesabaran Subaru menghilang, akan tetapi,
tidak seperti Subaru yang mencoba memaksa alurnya, Beatrice semakin lama semakin
berniat untuk diam. Sambil meletakkan punggung tangannya pada bibirnya seolah-olah
sedang memikirkan sesuatu, Beatrice pun terus menatap kearah sampul buku itu.

“Aku, tidak tahu… Ini diluar kemampun Betty untuk memutuskannya.”

“Apa yang coba kau putuskan sendiri….. Hey!”

Sambil mengelengkan kepalanya, Beatrice pun melemparkan kitab itu pada Subaru.

Dengan cepat Subaru menangkap buku itu, dia bernapas lega, dan….

“Apa yang kau lakukan tiba-tiba begini? Aku tidak bilang kalau itu berbahaya, tapi ini
masihlah sebuah buku yang menakutkan, jadi serahkanlah dengan hati-hati!”

“……. Kau seharusnya menyimpannya. Apa yang akan dipilih oleh Gen Penyihir ataupun
tidak, entah yang mana itu, keputusannya pasti akan terasa sedikit dipaksakan. Ketika saat
itu datang, jika benda itu memang membantu mu dalam membuat membuat keputusan,
Juice juga akan menyerahkannya secara baik-baik.”

“Apa kau bermaksud memberikan sebuah minuman?? Kau……”

Tidak sedikitpun, Subaru sama sekali tidak mengerti kata-kata yang barusan didengarnya
itu. Akan tetapi, sebelum dia bisa mengatakan apa-apa, sebuah sensasi aneh terasa
dibelakangnya.

Dibelakangnya terdengar suara aneh dari ruang dimensi yang dibengkokan dengan
kekuatan yang tidak biasa. Subaru seketika paham, meskipun dia tidak tahu bagaimana dia
bisa tahu tentang hal ini.
“Apa kau akan mengusirku? Aku masih belum menanyakan apa-apa.. Kau benar-benar
ingin meninggalkan hanya dengan jawaban itu saja, serius?”

“Jawaban yang ingin kau dengar dan kata-kata yang ingin kau dengar.. kenapa Betty harus
mengatakan itu semua? Egois… Berhentilah menjadi sombong!!”

“Som……!! Kumohon katakan padaku, aku hanya ingin tahu!! Aku janji aku tidak akan
bertanya apa-apa lagi!! Jadi, kumohon!!”

“….. Betty…”

Semua rambut dibagian belakang kepalanya berdiri…. Mereka ditarik oleh sebuah
kekuatan yang juga menarik seluruh tubuh Subaru ke belakang.

Ruang dimensi tersebut terdistorsi….. Saat Subaru menolehkan kepalanya untuk melihat ke
belakang, dia menyaksikan pintu yang harusnya tertutup kini sudah terbuka lebar, dan dia
seketika tahu bahwa ruang dimensi dengan kegelapan mutlak tersebut akan segera
menelannya.

Tidak ada angin yang bertiup, kaki ataupun tangannya juga tidak di pegang oleh sesuatu.

Hanya saja, ada sebuah tekanan yang tidak bisa dijelaskan mendorong seluruh tubuhnya
dari depan, dan ada sebuah gaya gravitasi yang tidak terlihat dari arah belakangnya,
seolah-olah hal tersebut mendekapnya dan menariknya menjauh.

…. Mutlak dan begitu kuat. Itulah wujud sebenarnya dari Door Crossing.

“Beako…. Beatrice!!”

“Apa yang saat ini mencoba keluar adalah tubuhmu dan juga jiwamu.”

“Apa yang kau….”

“Hatimu tidak ingin mendengarkan jawaban yang sebenarnya, karena kelemahanmu itu
pandanganmu kini menghindari kenyataan, dan pemikiran egoismu tidak mau melihat
dosamu sendiri…. Semua hal ini akan menjauhkan tubuhmu dari Perpustakaan Terlarang.”

Tapi,

“…….!”
“Betty bukanlah…… Alat yang cocok untukmu.”

“…….!?”

“Apa yang ingin kau dengar, kapan kau ingin mendengarnya, dalam kata-kata apa kau ingin
mendengarnya, dan bagaimana kau ingin mendengarnya….. Aku bukanlah eksistensi yang
cocok untuk semua itu.”

Ketika kata-kata ini meluncur dari bibir Beatrice, Subaru tidak bisa lagi mengucapkan apa-
apa.

Kata-kata tersebut menembus dalam-dalam dan menusuk tepat pada sasarannya. Subaru
yang tidak membuat persiapan sama sekali, dihajar oleh kata-kata tersebut.

Kemudian, disaat kekosongan itu muncul, tubuh Subaru pun jatuh, dan….

“Cra….”

Kali ini, seolah-olah dihisap oleh pintu di belakangnya, tubuh Subaru pun terasa seperti
ditarik menuju Door Crossing.

Jika dia melewati pintu tersebut, dia pasti sudah berada di luar perpustakaan. Di saat-saat
terakhir, Subaru pun berpegang pada pinggiran pintu tersebut, dan ketika setengah bagian
tubuhnya hampir terlempar keluar, dia menginjakkan satu kakinya di ujung lainnnya.

Sambil terengah-engah dan menggertakkan giginya, Subaru pun mendongak…. Di


hadapannya terdapat seorang gadis dengan ekspresi yang penuh akan kesedihan.

“Jika ada sesuatu yang ingin kau ketahui, tanya saja pada Roswaal…. Nii-chan dan Betty
tidak akan mengatakan apa-apa padamu.”

“…… Kenapa kau hampir menangis?”

Menanggapi pertanyaan terakhir Subaru, Beatrice pun menunduk dan tidak merespon
sedikitpun.

Pada akhirnya, gadis itu pun mengulurkan ujung jarinya dan melilitkan mereka pada jari
Subaru yang berada di pintu….. Dan kemudian melepaskan pegangannya.

Terhisap keluar, terlempar keluar, dan terkunci diluar.


Menuju pintu, dari Perpustakaan Terlarang….. Dan oleh hati dari seorang gadis bernama
Beatrice.

“……”

Meluncur melewatinya, pintu itu pun memuntahkan Subaru dan menerbangkannya ke


lorong.

Di depan matanya, pintu yang baru saja melemparnya keluar tertutup dengan keras.
Melihat hal ini, Subaru pun mengulurkan tangannya pada penutupnya, akan tetapi semua
itu sudah terlambat.

“Si Loli itu …..”

Sisi lain dari pintu ini bukan lagi Perpustakaan Terlarang, hanya sebuah kamar tamu yang
kosong.

Subaru pun melihat ke sekeliling mansion, tapi dia tidak bisa lagi merasakan indera keenam
yang menghubungkannya dengan Perpustakaan Terlarang.

…. Hari ini, Subaru tidak bisa lagi bertemu dengannya.

Kenyataan ini harus diterima oleh hati Subaru.

Apa yang ingin dia dengar dan apa yang ingin dia ketahui, daripada semua iti, dia hanya
diputar-putarkan oleh kata-kata membingungkan dari gadis tersebut, dan diusir sebelum
mendapatkan apa-apa.

“Apa-apaan itu!! Jika kau mengetahui sesuatu, katakan saja, dasar bocah pelit!! Dasar
Hikikomori!! Kau pikir kau ini anak dari keluarga Natsuki mana?”

Subaru pun menendang pintu yang beberapa saat lalu terhubung dengan Perpustakaan
Terlarang dan menghembuskan napas panjang.

Sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, Subaru mencoba melupakan gambaran itu


dalam ingatannya…. Hal terakhir yang dia lihat dari pertemuan mereka, yaitu ekspresi
Beatrice, sama sekali tidak mau meninggalkan pikirannya.

Tapi, tentu saja dia…..


“Dengan wajah yang hampir menangis seperti itu, berhentilah mengurung dirimu sendiri,
dasar bodoh!!”

Subaru berpikir kalau itu adalah kesalahannya sehingga Beatrice membuat ekspresi itu dan
tidak berhasil mendapatkan apa-apa. Dia sama sekali tidak bisa menyalahkan gadis itu.
Chapter 4 : Tempat Selanjutnya.

…. Setelah Beatrice melemparnya dari Perpustakaan Terlarang, Subaru pun kembali


kepada semua orang di ruang tamu dengan tangan kosong, dia terlihat agak malu dengan
dirinya sendiri.

Seolah menunggu dia kembali, ruang tamu tersebut benar-benar terlihat sama seperti saat
dia meninggalkannya. Perbedaanya hanyalah Otto yang sekarang duduk di tempat duduk
Subaru dan terlihat seperti baru saja selesai membicarakan sesuatu dengan Emilia.

Memasang wajah yang tidak diragukan lagi akan memberikan kesan kepada siapa saja,
betapa besar dia membenci pria lain yang berbicara kepada Emilia dengan mesra, Subaru
pun berjalan menuju Otto.

“Aku lihat kau sedang berbincang-bincang akrab dengan Emilia-tan ketika aku pergi, akan
lebih baik kalau kau pergi dan mati sekarang!!”

“Bukan kebiasaanku kalau hanya duduk diam disini dan membiarkan waktu berlalu…
Terlebih lagi, orang waras macam apa yang akan mengatakan hal seperti itu saat dia baru
saja kembali? Kau tau, itu terasa sangat tidak menyenangkan ketika kau selalu
mengarahkan kemarahanmu kepadaku?”

“J-jangan berbicara seolah-olah kau mengerti!! Segera setelah aku membeli minyakmu dan
memenuhi janjiku, semua diantara kita akan segera berakhir! Jadi jangan salah paham!”
(Subaru berbicara dengan suara wanita)
“Bisakah kau tidak berbicara seolah-olah ada sesuatu diantara kita yang bisa menyebabkan
kesalahpahaman?”

Seketika, hal itu berhasil membuat Otto berteriak kearah Subaru yang bertingkah seperti
seorang Tsundere, sementara Subaru, seolah kehilangan minatnya, menoleh ke arah
Emilia.

Emilia tidak ikut ambil bagian dalam perbincangan tersebut, dia menunggu Subaru dan Otto
selesai berbicara. Melihat Subaru yang menatap kearahnya, dia pun menatapnya balik dan
bertanya.

“….. Apa kau sudah bertemu dengan Beatrice?”

Sungguh sebuah pertanyaan yang sulit. Di satu sisi jawaban dari pertanyaan itu adalah YA,
tapi di sisi lain, jawaban untuk pertanyaan yang sebenarnya dia tanyakan lebih mengarah
ke TIDAK.

Meskipun Subaru berhasil bertemu dengannya, namun dia tidak benar-benar berhasil
membicarakan topik yang paling penting. Dia hampir saja tertawa melihat betapa lemah,
tidak tegas, dan pengecutnya dia sebagai Main Chara di sebuah Adventure RPG.

“Tidak, itu tidak terjadi!”

“Oh.. well, kurasa hal itu memang sudah bisa diperkirakan. Ketika Beatrice bersembunyi
menggunakan „Door Crossing‟ kurasa tidak mungkin untuk menemukannya. Lagi pula, Ram
dan aku juga tidak berhasil menemuinya, jadi….”
“Ehm, sebenarnya aku berhasil menemukannya, tapi dia, hmm bagaimana mengatakannya
ya… Kurasa dia sedang bad mood, dia sedikit suram.. Yah bagaimanapun, aku tidak
berhasil mendapatkan jawaban dari dia, bodoh kan?”

“Kau… menemukannya?”

Setelah pada awalnya berpikiran kalau Subaru tidak berhasil menemuinya, mata Emilia pun
kini melebar dengan penuh keheranan. Merasa sedikit terkejut oleh reaksi Emilia, Subaru
pun mengatakan „Ah?‟ dan kemudian menganggukan kepalanya.

“Aku telah memikirkan hal ini sampai sekarang, tapi… Kau dan Beatrice itu benar-benar
akrab ya?”

Emilia menggumam dengan suara pelan, dia pun menyentuh bibir bagian bawahnya
dengan menggunakan jarinya seakan-akan sedang merenungkan sesuatu.

Sebagai responnya, Subaru pun menunjukkan ekspresi ketidaksetujuannya, dia berusaha


keras membuat ekspresi yang membentuk wajahnya menjadi sesuatu yang tidak mungkin
akan disalahartikan oleh orang lain.

“Aku dan Beako, berteman? Ayolah… dia itu sudah seperti musuh besarku sejak pertama
kali kami bertemu. Saat pertama kali kami bertemu, dia sudah menguras habis Mana-ku,
kau tahu? Kupikir waktu yang tersisa di dunia ini tidak akan cukup untuk menghilangkan
kesan pertama yang buruk seperti itu!”
“Meskipun kau sudah baikan dengan Julius? Pada akhirnya, itu terjadi diantara kalian kan?
Subaru, terkadang kau selalu saja seperti ini, menjadi begitu keras kepala terhadap hal-hal
yang tidak berarti.”

“Menjadi keras kepala adalah tolak ukur bagi seorang pria! Aku adalah tipe pria yang akan
terus membawa pemikiran seperti itu, meskipun aku tahu kalau itu adalah omong kosong
belaka. Ditambah lagi, aku TIDAK baikan dengan Julius. Aku, benci, orang itu, SE-LA-MA-
NYA!!”

“Iya, iya.”

Emilia menepis bantahan Subaru dengan sebuah tawa kecil. Melihat hal ini, Subaru pun
menunjukan ekspresi ketidakpuasan. Meski begitu, di dalam hatinya dia juga merasa lega
karena topik pembicaraan itu telah berakhir.

Subaru masih belum bisa memikirkan percakapannya dengan Beatrice. Ekspresi sedih
yang dia tunjukan pada akhir pertemuan mereka, Subaru bahkan tidak tahu bagaimana
harus mulai memikirkannya.

“Ngomong-ngomong, kemana Frederica pergi? Bagaimana bisa dia meninggalkan Emilia-


tan ku bersama dengan Otto….”

“Mengabaikan masalah diriku yang dianggap sebagai milik orang lain…. Tadi Frederica
pergi untuk menyiapkan salah satu kamar tamu. Kita akan butuh tempat untuk Rem-san
beristirahat, kan?”
“Ah, begitu ya.”

Subaru meresponnya dengan sebuah bisikan. Emilia terlihat sedih dan menyipitkan
matanya.

Sambil membenci dirinya sendiri karena menyebabkan ekspresi tersebut di wajah Emilia,
disaat yang bersamaan Subaru juga tidak sanggup menahan rasa sakit yang menyayat
hatinya setiap kali dia mengingat Rem.

Akan tetapi, dengan sebuah kedipan dan gelengan kepala, Subaru pun memadamkan duka
dari ekspresinya agar tidak mencapai Emilia. Sambil me rileks kan bibirnya dia pun
berbicara,

“Kalau begitu, akan lebih baik kalau aku segera menjemput Rem di kereta. Dia tidak
seharusnya dibaringkan disana sendirian…. Oh, maaf untuk apa yang telah aku katakan
sebelumnya Otto.”

“Tidak, tidak, aku tidak akan menyalahkanmu. Lagi pula aku bisa merasakannya…. banyak
hal yang telah terjadi diantara kau dan dia, Natsuki-san. Aku tidak bisa memintamu untuk
terus menjaga emosimu di kondisi seperti ini.”

“Itulah yang kupikirkan ketika kau ingin menyentuh Rem dengan tangan kotor mu itu, aku
tidak bisa melakukan apa-apa….. Aku benar-benar minta maaf.”
“Tidak mungkin kau akan berkata seperti itu jika kau benar-benar merasa bersalah!! Aku
juga tidak berpikir kalau itu adalah kata-kata yang seharusnya diucapkan oleh seseorang
yang baru saja menganggap seorang gadis yang benar-benar berbeda sebagai miliknya.”

“Itu hanyalah rencanaku untuk membuat Emilia-tan cemburu padaku. Jangan membuatku
mengatakannya keras-keras, idiot!”

“Kau baru saja mengatakannya sendiri!”

Sambil menyeringai pada reaksi meledak-ledak milik Otto, Subaru pun melirik kearah wajah
Emilia. Setelah mengamati percakapan mereka dengan seksama, bibir Emilia tampak
sedikit melembut dan kesedihan yang terlihat beberapa saat lalu telah menghilang.
Memastikan hal ini, Subaru pun bernapas lega.

“Subaru dan Otto-kun terlihat sangaaaaat dekat, meskipun kalian baru saja bertemu akhir-
akhir ini.”

“Huh, kau cemburu pada hal itu? Dibandingkan perasaanku padamu, Otto itu hanyalah
sebuah mainan, sebuah mainan di pinggir lapangan. Aku ini benar-benar ingin punya
hubungan yang nyata dan bergairah denganmu, Emilia-tan!”

“Kenapa aku selalu menjadi orang yang dicampakkan? Meskipun semua hal ini tidak ada
hubungannya dengan kenyataan, tetap saja aku sangat tidak menyukainya.”

Melihat kedua pria itu semakin memanas, Emilia tiba-tiba saja tertawa keras. Sambil
menutupi mulutnya dengan menggunakan tangannya, pundaknya juga ikut bergetar karena
gelak tawa tersebut. Emilia berhasil memaksa keluar kata „maafkan aku‟ dari mulutnya,
sebelum akhirnya benar-benar mampu untuk melanjutkan kalimatnya.

“Kupikir ini bukanlah situasi dimana aku seharusnya tertawa seperti ini, tapi yah, mau
bagaimana lagi…. Apa kalian yakin kalian ini belum saling mengenal untuk waktu yang
sangat lama?”

“Dia itu pedagang yang melakukan perjalanan, kau tahu? Ketika urusannya sudah selesai,
dia pasti akan segera pergi dari sini bahkan sebelum kau mengetahuinya…. Sebenarnya,
hanya memikirkan ada karakter pria lain selain diriku di dekat Emilia-tan saja, aaahh, aku
tidak tahan melihatnya.”

“Aku tidak tahu apa maksudnya itu, tapi setelah mengenalmu, aku bisa tahu kalau itu
adalah sesuatu yang benar-benar mengerikan, jadi aku tidak menyukainya….”

Melihat Otto meletakkan tangan di kepalanya sambil memasang ekspresi trauma di


wajahnya, Subaru pun mendengus keras dan memutar mulutnya.

Paling tidak, pernyataan itu memanglah perasaannya yang sebenarnya. Semenjak


menyerahkan hatinya kepada Emilia, Subaru telah mengejarnya dengan sangat gigih, dan
hatinya juga sudah diatur supaya cemburu ketika ada pria lain yang mendekatinya.

Ini semua bisa terjadi dikarenakan dalamnya keposesifan dan kecemburuannya. Kedua hal
itu berkali-kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan orang normal pada umumnya.
XxxxX

Percakapan yang mengarah kemana-mana di ruang tamu itu pun selesai ketika Frederica
kembali setelah menyiapkan sebuah kamar tamu.

“Kupikir aku akan memeriksa bagaimana situasi di desa. Karena aku memegang sertifikat
untuk pedagang lain mengenai pembelian kargo mereka, aku bisa mengurusi
pendistribusian berbagai macam hal ke desa. Tentu saja, Margrave harus membayarnya
nanti.”

Setelah mengatakan hal ini, Otto pun langsung pergi menuju ke desa, seolah-olah
kelelahan karena baru saja melakukan perjalanan jauh sama sekali tidak berefek padanya.

Tidak peduli bagaimana dia menunjukan wajah seorang pedagangnya, meskipun ketika
60% pengungsi belum kembali, penawarannya untuk memberikan bantuan dan dukungan
kepada desa Arlam yang masih belum pulih, sama sekali tidak berkurang sedikitpun.

Menyaksikan Otto menyembunyikan semua ini dibalik sikap gila-uangnya, Subaru pun
dengan cepat menutupi rasa terima kasihnya dengan berpura-pura meludah.

“Aku sudah menyiapkan sebuah kamar di area pelayan seperti yang telah diperintahkan….
Anehnya, ada sebuah kamar yang kelihatannya seperti telah dikosongkan.”

“Dikosongkan…..? Sebuah kamar paling dalam di lantai dua?”


“… Ya benar sekali, hanya kamar itu yang terlihat bersih, seolah-olah semuanya telah
dibuang kecuali kasurnya… Apa kau tahu sesuatu?”

Ketika Frederica berbicara mengenai kamar yang baru saja disiapkannya, Subaru pun
berusaha keras untuk menahan kesedihannya agar tidak terlihat di matanya.

Kamar yang dia bicarakan….. sebuah kamar di bagian paling dalam lantai dua Mansion
yang terletak di sayap timur, kamar itu adalah kamar yang dulu digunakan Rem.
Mendengar kalau semua yang ada di kamar itu telah dibersihkan, Subaru pun dengan jelas
bisa merasakan kekuatan dari „Kekuasaan Dosa Kerakusan : Penghapusan Keberadaan‟.

“Tidak… Hanya firasatku saja. Sama sekali tidak ada maksud di baliknya.”

Frederica yang tahu kebenaran di balik kata-kata Subaru, sama sekali tidak berkata apa-
apa.

Dia sepertinya juga punya sikap yang dibutuhkan sebagai seorang Maid. Sepertinya, Rem
dan Frederica lah yang terus membuat mansion Roswaal ini terus berfungsi…. Ram tidak
masuk dalam hitungan.

Sambil melihat kembali ke arah mansion, sebuah suara dengusan kecil pun menyapa
Subaru ketika dia berjalan menuju kereta naga.
Melihat dimana kereta itu terparkir, Subaru bisa menyaksikan sebuah bangunan yang
tampak seperti rumah penyimpanan….. Lebih tepatnya itu adalah tempat yang digunakan
untuk menaungi kereta naga, seperti sebuah garasi. Dia melihat bangunan itu serta
Patrasche yang berada di dekatnya.

Seekor naga tanah dengan kulit hitam itu pun meringkik dan menjulurkan lehernya kearah
Subaru dengan lembut.

Sambil meletakkan ujung jarinya pada lubang hidung yang mendekat itu, Subaru pun
menggelitiki kulit keras tersebut.

“Maaf karena aku tidak pernah berterima kasih dengan benar padamu, Patrasche. Banyak
hal yang telah terjadi, dan aku tahu ini sudah terlambat, tapi, mulai dari sekarang sampai
seterusnya, aku akan terus mengandalkanmu, kawan.”

“……”

Sebagai jawaban untuk kata-kata Subaru, Patrasche pun menjilat telapak tangan Subaru
dengan lidah kasarnya. Melihat interaksi di antara mereka, Frederica pun memiringkan
kepalanya.

“Dia benar-benar menyukaimu. Dalam sekali lihat, siapapun pasti tahu kalau dia adalah
naga tanah yang kompeten, namun melihat dia bisa dijinakkan seperti itu…. Itu sangatlah
mencengangkan.”
“Aku belum pernah melakukan sesuatu seperti menjinakkanya. Jika naga tanah lain sulit
untuk dipeluk dan dijinakkan, kurasa itu hanya karena Patrasche punya emosi yang lebih
dalam daripada naga tanah lainnya. Atau, mungkin aku terlalu lemah, jadi dia tidak bisa
meninggalkanku.”

Itu bukanlah seperti Subaru yang bersikap rendah hati, itu hanya caranya untuk
menghargai kasih sayang Patrasche.

Hanya dalam 3, 4 hari semenjak bertemu dengannya, sudah berapa kali hidup Subaru
diselamatkan oleh naga tanah ini?

Sebaliknya, Subaru sama sekali belum melakukan apapun untuk membalasnya. Mau tidak
mau dia mulai berpikir kalau pertemuannya dengan naga ini adalah sebuah berkah.

Seolah-olah memahami pikiran Subaru, Patrasche pun menjulurkan kepala yang


sebelumnya digunakan untuk menjilat tangan Subaru dan menggosok-gosokan
moncongnya pada pipi Subaru. Terkejut dengan serangan tiba-tiba ini, Subaru pun
tersenyum kecut sambil merasakan sensasi kasar di wajahnya.

“Kurasa, aku mengerti orang seperti apa Subaru-sama itu… Kau punya kesulitanmu
sendiri.”

“…..”
Menggantikan Subaru yang kedua tangannya sibuk dengan Patrasche, kata-kata Frederica
dan tatapannya kini terarah langsung pada Patrasche yang sedang bermain-main dengan
Subaru.

Patrasche menghentikan pergerakannya sebentar menanggapi perasaan mendalam dibalik


kata-kata Frederica. Dia pun melihat kearah Frederica dengan mata seekor reptil sebelum
lanjut bermain-main dengan Subaru.

Pada saat itu, entah bagaimana kadua wanita itu seolah mengerti satu sama lain,
sementara Subaru sama sekali tidak menyadarinya.

Bagaimanapun,

“Maaf membuatmu menunggu Rem. Aku yakin disini sangat sempit dan gelap. Aku akan
membawamu ke kamarmu sekarang, okay?”

Setelah beberapa saat menghabiskan waktu bermain dengan Patrasche, Subaru pun pergi
menuju tempat dimana kereta naga itu terparkir….. dengan kata lain, ketempat dimana
Rem tertidur.

Tidak ada sedikitpun perubahan, Rem masih saja tertidur dengan lelap. Dia sama sekali
tidak menunjukan keberatannya, ngambek karena ditinggalkan, memalingkan wajahnya,
menggembungkan pipinya, mengatakan „Subaru-kun, kau sangat kejam‟, ataupun tertawa
melihat permintaan maaf Subaru…… Tidak ada satupun dari hal-hal itu yang terjadi.

“….. Aku sudah mendengarnya tadi, tapi aku masih saja terkejut.”
Dari arah belakang Subaru yang tenggelam dalam perasaan nostalgianya, Frederica yang
baru pertama kali melihat Rem, sama sekali tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.
Ketika Subaru memiringkan kepalanya menanggapi keterkejutannya, Frederica pun
menggelengkan kepalanya.

“Tidak ada. Hanya saja, wajahnya benar-benar mirip seperti Ram yang kukenal.
Perbedaanya yang kulihat hanyalah warna rambutnya…. Kembar, tepat seperti apa yang
kau katakan.”

“Aku yakin itu pasti sulit untuk dipercaya dengan hilangnya ingatanmu dan semuanya, tapi
aku senang kau percaya padaku. Itu akan membuatku lebih senang lagi jika kau
mengingatnya, tanpa berpikir kalau itu adalah sejenis lelucon yabg kejam.”

Sambil mengangguk pada alasan keterkejutan Frederica, Subaru pun mengulurkan


tangannya untuk menyentuh pipi Rem.

Entah bagaimana, Subaru sama sekali tidak merasakan kehangatan ataupun dinginnya pipi
Rem. Tidak diragukan lagi kalau semua tanda-tanda kehidupannya masih ada, akan tetapi
tidak ada yang tertinggal di dalamnya.

Memastikan apa yang telah dia periksa berkali-kali, Subaru lagi-lagi mendapatkan sebuah
luka yang tak dapat di sembuhkan di hatinya. Meskipun dia mengetahui hal ini, dia masih
saja ingin memeriksanya.

“Subaru-sama. Akan lebih baik kalau aku yang membawanya….”


“Aku ingin melakukannya. Tolong biarkan aku melakukannya. Aku ingin menjadi seseorang
yang membawa Rem ke Mansion…. ke kamarnya. Maafkan keegoisanku ini.”

“Tidak apa-apa, itu sangat menyentuh. Matamu terlihat seperti seorang pembunuh, tapi kau
sangat baik.”

“Aku juga punya punya hati yang akan terasa sakit jika mendengar sesuatu seperti itu.”

Sambil merespon kata-kata Frederica, Subaru pun memeluk tubuh Rem dengan
menggunakan tangannya. Dia telah membawa Rem berkali-kali untuk memindahkannya,
tapi meski begitu, dia masih saja kaget mengingat betapa ringannya dia. Ini adalah tubuh
yang Rem gunakan untuk berdiri dihadapannya, tubuh yang Rem gunakan untuk bertarung
melindungi dirinya yang tidak berguna. Semakin dia memikirkan hal ini, perasaanya
menjadi semakin menyadari betapa berharganya Rem bagi dirinya.

“Aku akan membangunkanmu secepat yang kubisa. Jadi, kumohon, marahlah kepadaku
karena telah merasakan kelembutan tubuhmu dengan jari-jariku ini.”

“Itu tadi adalah sesuatu yang hebat, sampai saat kau mengacaukannya.”

Subaru pun keluar dari kereta naga, dan mengabaikan kata-kata Frederica. Dia
menganggukan kepalanya untuk mengucapkan selamat tinggal pada Patrasche yang
menjulurkan kepalanya dari dalam kandang. Kemudian dia memasuki mansion dengan
dipandu oleh Frederica.
Dia dipandu kearah kamar pelayan di timur…. Sebuah kamar yang pernah menjadi milik
Rem.

“Kau telah berbicara dengan Beatrice-sama ya?”

Pertanyaan tersebut tiba-tiba terlontar ketika mereka sedang berjalan.

Subaru yang menaiki tangga dengan hati-hati, melihat kearah punggung Frederica. Dia
menyipitkan pupil matanya dan melihat kearah Subaru dengan tatapan yang hanya berisi
sebuah intimidasi.

Meski begitu, Subaru mengerti kalau itu hanyalah sebuah kesalahpahaman, karena dia
juga memiliki mata yang sama dengan area berwarna putih yang lebih besar daripada
biasanya.

Mengasumsikan kalau diamnya Subaru sebagai persetujuan untuk pertanyaannya,


Frederica pun berbicara,

“Apakah dia baik-baik saja? Aku bertanya karena, semenjak kembalinya diriku ke mansion,
aku sama sekali belum pernah bertemu dengannya.”

“Aku sudah mengatakannya pada Emilia-tan, tapi dia baik-baik saja…. kurasa, meskipun
aku tidak berbicara dengannya sebanyak biasanya karena dia sedang dalam mood yang
buruk sih.”
“Hmm…. Begitu ya?”

Seolah-olah merasa cemas, Ekspresi Frederica terhadap kata-kata Subaru pun tidak
terlihat ceria.

Melihat tatapan itu, Subaru pun hanya bisa merasa penasaran terhadap sesuatu. Dia
bertanya-tanya sebenarnya apa peran dari gadis bernama Beatrice itu di mansion.

Sampai sekarang ini, dia masih belum tahu posisi serta latar belakang Beatrice yang
sebenarnya.

Gadis yang berada di mansion Margrave Roswaal, lebih tepatnya tinggal di suatu ruangan
misterius yang disebut Perpustakaan Terlarang. Dia juga diperlakukan oleh Ram dan Rem
sebagai tamu sekaligus kaum bangsawan.

Dia juga terlihat begitu manja dengan Puck; roh yang mempunyai kontrak dengan Emilia
yang menjadi salah satu kandidat pemilihan raja, seolah-olah Puck adalah kakaknya.
Ditambah lagi, tingkahnya terhadap Subaru terlihat sangat cocok dengan usianya
mengesampingkan tindakannya pada saat pertemuan terakhir mereka….. Itu semua adalah
misteri bagi Subaru.

“Umm, Frederica, berapa lama kau sudah bekerja di mansion ini?”


“Oh, apa kau tertarik? Emilia-sama, gadis di pelukanmu…. dan Beatrice-sama, sepertinya
kau punya banyak sekali ketertarikan.”

“Jangan mengikutsertakan Beako dengan begitu mudahnya, aku sama sekali tidak tertarik
dengan gadis kecil. Kau bisa melihat kalau kedua tanganku sudah penuh dengan Emilia-tan
dan Rem kan? Kalau kau…. Hmm, sejujurnya, ini memang baru sebentar, tapi kau
bukanlah tipeku.”

“Oh, aku dibenci.”

“Itu sama sekali tidak bagus, apa kau mencoba mencabut rantai dan menyerangku seperti
yang dilakukan salah satu Maid Roswaal? Oh, sebenarnya itu hanya masalah selera
pribadi, aku tidak membencimu ataupun semacamnya.”

Mata Frederica pun menari-nari, dan dia tertawa menanggapi komentar Subaru sambil
menutupi mulutnya yang dipenuhi oleh taring.

“Aku tidak terlalu memikirkan hal itu. Kau nampaknya telah menjadi seorang yang
mempunyai rasa cemas berlebihan.”

“Itu karena aku sudah menyakitimu ketika kita pertama kali bertemu, meskipun kau tertawa,
itu masih saja sedikit sakit kan?”

“…..”
Menganggapi kata-kata Subaru, mata Frederica pun berkedip dengan sebuah ekspresi
keterkejutan. Senyumnya menghilang dari wajahnya, dia menatap kearah Subaru. Warna
emas di matanya terlihat berkilau. Dia mengarahkan tatapannya agar bisa bertemu dengan
tatapan Subaru dan membuat Subaru merasakan sebuah sensasi yang terasa seolah
Frederica sedang mencoba memeriksanya.

Sambil menghembuskan napas pelan, Frederica pun berbicara.

“Jarang sekali ada orang yang bisa melihat isi hatiku. Aku akan sangat menghargainya jika
kau bisa menahan diri agar tidak melakukan hal itu lagi.”

“Aku hanya mencoba menyimpulkan apa yang telah aku tapaki. Di samping itu, bisa
dibilang mataku ini memang punya tatapan yang jahat… Well, seluruh anggota keluargaku
memang begitu sih.”

Karena kedua orang tua Subaru mempunyai ekspresi yang jahat, maka anaknya pun juga
mempunyainya. Selama makan malam, mereka semua memasang ekspresi yang sama
ketika sedang mengeluarkan mayonnaise dari wadahnya masing-masing. Itu mungkin akan
terlihat seolah-olah mereka sedang mencoba mengeluarkan Sihir Hitam diatas meja
makan.

Mengerutkan keningnya ketika melihat Subaru memikirkan kenangannya sendiri, Frederica


pun menghela napas.

“Kau itu bukanlah pria yang tidak menyenangkan, hanya saja kau itu benar-benar sangat
aneh. Kurasa aku mengerti kenapa Emilia-sama bertingkah seperti sekarang ini.”
“Emilia-tan? Apa?”

“Bukan apa-apa. Kali ini Emilia-sama akan benar-benar marah padaku. Ngomong-
ngomong, apa yang akan kau lakukan ketika sudah tahu berapa lama aku bekerja disini?”

Sambil menggelengkan kepalanya, Frederica pun mengalihkan topik pembicaraannya.

Meskipun Subaru tidak paham dengan kata-kata itu, dia akhirnya juga kembali ke topik
awalnya.

“Jadi begini, aku ingin membicarakan tentang Beako.. Beatrice. Jika kau sudah bekerja
disini sebagai maid untuk waktu yang lama, aku hanya ingin tahu berapa lama dia sudah
berada di mansion ini.”

Subaru tidak menyuarakan hal itu sebagai sebuah pertanyaan ataupun semacamnya, tapi
menurut perkiraan Subaru, Frederica itu berusia beberapa tahun lebih tua darinya… sekitar
23 atau 24 tahun. Jika dia adalah Maid senior yang telah bekerja selama 10 tahun,
sementara Beatrice berusia kira-kira sekitar 12 tahun, apa yang perlu dia lakukan hanyalah
menghitung dan dia pasti akan berhasil mendapatkan sebuah kesimpulan.

Namun, untuk menjawab pertanyaan Subaru, Frederica pun menggelengkan kepalanya.


“Maafkan aku, aku tidak tahu. Beatrice-sama selalu mengurung dirinya di dalam
perpustakaan sepanjang waktu, bahkan sebelum aku mulai bekerja di mansion ini.”

“Ah, well, mau bagaimana lagi. Latar belakangmu sebagai seorang Maid sepertinya tidak
ada hubungannya dengan berapa lama kau telah bekerja di Mansion Ros-chi. Jadi kau
datang kesini sebagai Maid yang sudah berpengalaman ya…”

“Tidak, bukan begitu Subaru-sama.”

Frederica memotong kata-kata Subaru yang merasa kalau kesimpulannya telah di sangkal
oleh sebuah alasan yang agak kurang masuk akal.

Ketika Subaru mengernyitkan dahinya, Frederica pun meluruskan punggungnya, kemudian


dengan dibarengi oleh wajah jahat serta kekhawatirannya, dia berbicara,

“Satu-satunya tempat dimana aku bekerja sebagai Maid adalah disini, di Mansion ini. Dan
ketika pertama kali aku dipekerjakan sebagai Maid adalah saat aku berusia 12 tahun. Itu
sudah lebih dari 10 tahun yang lalu.”

“…. Tunggu, bukankah itu aneh?? Kalau dihitung-hitung, itu berarti Beako sudah
mengurung dirinya di ruangan buluk itu semenjak dia balita.”

“Bukankah kau sudah tahu?”


Seolah mengkritik sifat keras kepala Subaru, Frederica pun mengelengkan kepalanya.

Dengan sikap Frederica itu, Subaru pun memastikan keraguan yang selama ini ada di
dalam hatinya. Dia akhirnya mengerti apa yang selalu coba dia hindari dari pemikirannya.

Dengan kata lain, gadis di dalam perpustakaan itu….

“Penampilannya tidak berubah….. Aku rasa dia memang benar-benar bukan manusia.”

“Seorang penjaga perpustakaan yang telah bersumpah untuk terus mengawasi


Perpustakaan Terlarang semenjak awal mula keluarga Mathers…. itulah siapa dia yang
sebenarnya, Roh Agung, Beatrice-sama.”

Tidak mampu menemukan tanda-tanda kebohongan dalam kata-katanya, Subaru pun


hanya punya pilihan untuk menerima bahwa identitas sebenarnya dari gadis yang telah
berinteraksi dengannya selama ini adalah makhluk dari dimensi yang benar-benar berbeda.

“Roh Agung… julukan itu sama dengan julukan Puck, tapi dia terlihat sangat berbeda.”

“Hal itu berhubungan dengan kontrak dan sumpah mereka…. tidak, aku seharusnya tidak
mengatakan lebih dari ini. Tolong lupakan saja.”
“Mustahil, benar-benar mustahil.”

Sudah berapa kali ketidaktahuan Subaru menyebabkan dia terseret oleh apa yang orang
lain ketahui tapi tidak mau mereka bagi?

Frederica sama sekali tidak peduli dengan tatapan sinis Subaru dan menutup mulutnya
rapat-rapat. Sepertinya dia tidak berniat untuk menyinggung masalah itu lagi. Melihat sikap
dan prilakunya, Subaru pun menghela napas dan menyadari kalau dia tidak akan bisa
memaksa pembicaraan mengenai Beatrice lagi.

Ketika Subaru ingat kalau pembicaraan mereka terus berlanjut dengan kaki mereka yang
berhenti bergerak…

“Frederica..”

“Maafkan aku Subaru-sama. Lidahku ini sedikit kehilangan kendali. Aku hanya merasa
senang ada seseorang yang begitu peduli dengan Beatrice-sama. Kumohon, maafkan aku.”

“Tidak masalah, tapi lenganku ini sudah sampai pada batasnya.

Lengan bagian atasnya bergetar, dia menatap Frederica dengan ekspresi kaku di
wajahnya.
Subaru hanya bertingkah sok kuat dengan mengucapkan kata-kata “Ini tubuh yang sangat
ringan” ataupun “Semuanya bisa terjadi dengan adanya cinta”, tapi hal-hal seperti kekuatan
lengan, stamina otot dan lain sebagainya benar-benar mengabaikan semua kata-kata tadi
dan menyerangnya dengan paksa.

“Oh, oh.”

“Jadi berjalanlah, kumohon!”

Subaru telah bersumpah kepada dirinya sendiri kalau dia tidak akan pernah melakukan hal
bodoh seperti menjatuhkan Rem ke lantai ataupun menyerahkannya pada Frederica, oleh
karena itu, dia pun melewati Frederica dan menolak tawarannya untuk gantian. Dia berjalan
menuju kamar tamu tersebut dengan langkah yang begitu cepat.

Suara langkah kaki menggema di belakangnya, sepertinya Frederica juga mengikutinya


dari belakang. Ketika Subaru merenungkan betapa buruknya dia mengakhiri pembicaraan
mereka, Subaru pun akhirnya sampai di depan kamar Rem.

“…. Kau benar-benar menikmati waktumu ya.”

Kata Emilia, ekspresinya menunjukkan betapa bosannya dia menunggu Subaru.

XxxxX
Setelah membaringkan Rem di kasur, Subaru pun menyelimutinya sampai pada dadanya.
Detak jantungnya dan kembang kempis dadanya ketika dia bernapas memberikan bukti
kalau dia masih hidup. Sampai pada hari ketika matanya terbuka kembali, Subaru bertanya-
tanya berapa lama waktu yang akan dia habiskan seperti ini.

“Kurasa itu akan bergantung pada seberapa keras aku berusaha ya…”

Menjadikan perasaan ini sebagai sumpahnya yang baru, Subaru dengan lembut mengusap
rambut Rem yang ada di dahinya, dan kemudian berbalik untuk menghadap Emilia yang
sedari tadi berdiri diam di belakangnya.

“Maaf membuatmu menunggu. Frederica dan aku berbicara banyak sekali hal tadi, dan aku
berakhir dengan memproduksi asam laktat serius di bisepku.”

“Itu sangat luar biasa jika kau bisa terus berada di dalam jalur percakapanmu. Apa yang
kau dan Frederica bicarakan?”

“Aku memulai dengan bertanya beberapa pertanyaan yang berhubungan rehabilitasi gadis
kecil yang suka mengurung diri. Berapa lama dia sudah mengurung diri, kapan itu dimulai,
bagaimana dia memperlakukan orang lain setelah itu terjadi… Dan semua hal yang
berhubungan dengan pemulihannya.”

“Hmmm, aku mengerti. Subaru, kau benar-benar tahu banyak jika berhubungan dengan
mengurung diri. Itu sangat luar biasa.”
“Emilia-tan, aku yakin kau memang tidak bermaksud mengatakannya, tapi…. kata-katamu
terkadang mengenai tepat pada intinya. Seperti sekarang ini.”

Hal itu terasa sedikit membingungkan bagaimana Emilia bisa setulus itu memuji Subaru.
Emilia dengan ekspresi polosnya memiringkan kepalanya dan memandang kearah Subaru
yang kini sedang mengerutkan keningnya. Subaru pun membalasnya dengan sebuah
senyum kecut dan mengangkat bahunya.

“Jadi, kau tidak berhasil membuat Beatrice mengatakan semuanya padamu ya, lalu?”

“Mulutnya tertutup rapat dan dia sama sekali tidak mau mengalah. Ngomong-ngomong aku
sudah sering menanyakan hal ini, tapi….. dimana Puck?”

“… Sayang sekali, masih tidak ada respon. Ini terkadang memang terjadi, tapi timing kali ini
benar-benar sangat buruk. Gezz, ini benar-benar menyusahkan.”

Meraih bagian dalam bajunya, Emilia pun mengeluarkan sebuah batu kristal berwarna
hijau. Lebih cocok menjadi sebuah pendan, batu tersebut bersinar lemah. Di dalamnya,
seberkas cahaya yang mempesona berputar-putar tepat dimana Si Roh Agung itu berada.

Itu adalah penghubung yang menyegel kontrak antara Emilia dan Puck. Dan Subaru yang
telah melihat perwujudan dari kristal itu hampir setiap hari, tahu betul mengenai hal ini.
Hanya saja, seperti yang bisa disimpulkan dari percakapan mereka, tidak ada tanda-tanda
dari dirinya di dalam batu kristal itu selama beberapa hari belakangan ini. Dia telah
menghilang….. sulit untuk mempercayainya, tapi dia sama sekali tidak merespon panggilan
mereka.
“Hal seperti ini kadang-kadang terjadi? Itu pasti akan sangat menjengkelkan buatmu.”

“Kapanpun aku benar-benar butuh bantuan Puck, dia selalu saja datang membantu. Jadi
kupikir, tidak mungkin dia tidak menyaksikan semua ini… Aku sudah bertanya padanya
tentang apa yang dia lakukan ketika dia tidak ada di sampingku, tapi dia tidak pernah
memberitahuku.”

Mendengarkan kata-kata Emilia, Subaru pun menggaruk-garuk kepalanya dan


mengatakan, “Itu….”. Dia tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya pada fakta bahwa
Puck, yang biasanya waspada terhadap semuanya, lebih memilih untuk diam kali ini.
Dengan ini, semua sosok penting yang dia andalkan untuk dimintai pertolongan, tidak
diragukan lagi telah memilih untuk tetap diam.

“Puck dan Beako, keduanya berhenti berbicara padaku disaat yang bersamaan… Ini seperti
sebuah tamparan bagi kita.”

“Aku tahu…. Hey, Subaru, apa yang harus kita lakukan?”

Subaru meletakkan tangannya di atas dahinya dan tenggelam dalam pemikirannya ketika
Emilia menanyakan keputusannya kali ini.

Dia pun menundukan tatapannya menanggapi panggilan Emilia. Melihat kepercayaan dan
keyakinan yang terlihat di dalam tatapannya, Subaru merasa sangat membenci dirinya
sendiri karena merasa senang di saat-saat seperti ini. Menyadari kalau Emilia sangat
mengandalkannya terlepas dari perasaan yang mencekik itu, akhirnya dia mengerti apa
yang harus dia lakukan.
“Karena kedua orang yang seharusnya tahu sesuatu tiba-tiba menjadi diam, maka kita tidak
punya pilihan lain selain terus bergerak maju… Meski begitu, jika kita berhasil menemukan
pria itu, entah dia akan memberikan informasi atau tidak itu sudah menjadi masalah yang
berbeda.”

“Maksudmu Roswaal, kan?”

“Yeah, kurasa ini sudah waktunya bagi dia menumpahkan isi perutnya dan memberitahu
kita semuanya.”

Melihat Emilia yang paham akan situasinya, Subaru pun menganggukkan kepalanya.
Karena dia sudah mengerti bagaimana jalan pikiran Subaru, dia mungkin juga berpikiran
hal yang sama.

Emilia menempatkan tangannya diatas dadanya dan terlihat lega karena mereka
sependapat.

“Aku sangat senang Subaru setuju denganku. Aku bertanya-tanya apa yang harus aku
lakukan jika kau menolak usulan ku seperti yang selalu dilakukan oleh Roswaal dan Ram.”

“Aku mungkin tidak akan setuju tergantung dari detailnya, tapi aku sepenuhnya 100% ada
di belakangmu Emilia-tan. Meskipun aku tidak setuju denganmu, hal itu tidak akan berubah
karena cintaku padamu Emilia-tan. Aku harap kau percaya padaku.”
“Cinta…… Subaru, kau benar-benar tahu bagaimana cara mengambil kesempatan untuk
merayu.”

Rayuan tak bertanggung jawab Subaru membuat Emilia terkejut, dan dengan cepat
memalingkan mukanya. Pipi Subaru juga sedikit memerah ketika dia mengepalkan
tangannya. Sementara itu, Emilia yang masih menolak untuk melihat kearahnya pun
mengatakan,

“Kalau begitu, aku punya permintaan untukmu Subaru, karena kau selalu berada di
pihakku.”

“Baiklah, mari kita dengarkan apapun yang kau inginkan.”

Subaru meletakkan tangannya di atas dadanya dengan sikap patuh. Melihat hal ini, Emilia
pun menutup salah satu matanya dan mengatakan “Karena kau mengatakannya dengan
begitu baik…”. Kemudian dia mengerutkan bibirnya dan menengok kearah Subaru.

Setelah menghembuskan napas panjang, Emilia pun menatap lekat-lekat pada pupil gelap
milik Subaru.

“Ada banyak hal yang perlu kita bicarakan dengan Roswaal, dan kita juga harus tahu apa
yang terjadi dengan para penduduk desa kan? Itulah kenapa, aku ingin pergi ke
„Sanctuary‟..”

“Sanctuary…..”
Itu adalah nama sebuah tempat yang telah dia dengar berkali-kali di Mansion Roswaal.
Sayangnya, Subaru tidak bisa menemukan dimana letaknya, akan tetapi para pengungsi
yang dipimpin oleh Ram telah bergerak menuju kesana untuk menghindari para Pemuja
Penyihir. Setidaknya, karena Pemuja Penyihir yang dipimpin oleh Betelgeuse sudah
berhasil dikalahkan, tingkat ancaman di „Sanctuary‟ seharusnya tidak lebih baik dari
mansion.

“Aku sudah diberitahu kalau itu adalah sebuah tempat yang terkadang harus aku kunjungi,
jadi kupikir ini adalah waktu yang tepat. Aku sudah memutuskannya kali ini. Aku akhirnya
bisa berbicara dengan Roswaal mengenai semua ini.”

“T-tu-tu-tunggu dulu!! Kau tidak berpikir akan meninggalkanku kan?”

“Eh?”

Menahan tangannya di depan tubuhnya sendiri sambil menanggapi kata-kata antusias


Emilia, Subaru pun terlihat begitu depresi dengan pernyataan tegas Emilia. Tapi meskipun
begitu, dia harus mengatakannya.

“Emilia-tan, aku tahu kau sangat bersemangat, dan aku juga setuju, tapi kau tidak bisa
meninggalkanku begitu saja. Aku tahu aku ini lemah dan bodoh, tapi aku sangat benci jika
aku tidak bisa berusaha yang terbaik di sisimu. Aku tahu ini egois, tapi kumohon
mengertilah.”

Mendengar kata-kata penuh tekad Subaru, mata Emilia pun melebar.


Tapi mereka salah paham dengan pemikiran Subaru yang sebenarnya. Dia memang ingin
terus berada di sisi Emilia. Jika dia tidak bersama dengan Emilia, maka dia tidak mungkin
bisa melindunginya dan tidak mungkin bisa melakukan sesuatu untuknya. Tidak ada
kepura-puraan dalam perasaannya. Singkatnya, kehadirannya sangat diperlukan untuk
membantu Emilia. Itu tidak ada hubungannya dengan sesuatu yang dia inginkan sebagai
balasannya, sederhananya itulah apa yang ingin dia lakukan.

Ekspresi Emilia masih menunjukan keheranan pada kata-kata Subaru. Memutuskan kalau
sekarang adalah waktu yang tepat untuk mengacaukan keseimbangan Emilia, Subaru pun
melanjutkan,

“Tidak ada gunanya jika kau mencoba menghentikanku. Aku akan ikut denganmu. Aku
tidak berniat ingin ditinggalkan. Entah itu „Sanctuary‟ ataupun Roswaal yang akan kita
hadapi, tidak akan ada yang bisa menghalangi cinta membaraku untuk…….”

“Tidak mungkin aku akan meninggalkanmu. Ikutlah bersamaku.”

“Aku tidak ingin ditinggalkan, tidak, tidak, TIDAK!! ….. Tunggu, apa yang kau katakan?”

Subaru yang masih setengah berada di lantai dan hampir siap untuk memohon dan
meminta-minta, menanyakan hal tersebut pada Emilia.

Melihat penampilan Subaru, Emilia meletakkan tangannya pada bibirnya, wajahnya pun
sedikit memerah.
“Seperti yang kubilang, ikutlah bersamaku. Aku akan sangat cemas, jika aku kesana
sendirian.”

“Eh, Emilia-tan…..”

“Subaru, aku mengandalkanmu. Aku tidak berpikir kalau kau itu lemah ataupun bodoh. Aku
butuh kekuatanmu.”

Kata-kata itu sangat melebihi gambaran Subaru. Mulut Subaru menganga, sementara itu,
wajah Emilia dihiasi dengan ketidakpastian melihat diamnya Subaru. Sambil mengangkat
tangannya seolah-olah bingung apakah harus menyentuhnya atau tidak, Emilia pun
berbicara…

“Ah, uhm, a-ada apa? Apa aku mengatakan sesuatu yang aneh lagi?”

“Tombol untuk motivasiku berada di tanganmu. Entah itu dalam posisi on ataupun off, itu
semua bergantung pada kata-katamu. Aku tidak bisa melakukan apa-apa terhadap tombol
itu.”

Sambil menutupi wajahnya dengan menggunakan tangannya, Subaru pun berbicara


dengan nada menggoda kepada Emilia. “Eh eh? Apa maksudmu?”, tidak bisa membaca
maksud dari kata-kata Subaru, Emilia pun bingung bagaimana harus membalasnya.

Menyaksikan Emilia yang terlihat begitu bingung, Subaru hampir saja ingin mengusapkan
tangannya pada wajah Emilia. Namun pada akhirnya dia hanya bisa memegang tangan
Emilia, dan menikmati setiap bagian dari momen itu.
“….. Kedengarannya kalian sudah membuat kesepakatan.”

“Gya…?”

Interaksi mereka yang terlihat seperti dua orang yang sedang bercumbu, secara tragis
dipotong oleh ketukan di pintu dan disusul dengan kedatangan Frederica.

Emilia sama sekali tidak terkejut dengan kedatangan Frederica, akan tetapi, Subaru yang
berusaha keras untuk menyembunyikan jantungnya yang berdetak keras, menatap tajam
kearah Frederica. Meskipun Frederica pasti bisa dengan mudah melihat perasaan Subaru,
tapi hal itu sama sekali tidak terlihat dalam ekspresi tenang namun jahat miliknya.

“Aku tidak keberatan jika kalian berdua ingin pergi ke „Sanctuary‟. Akan tetapi,
persiapannya akan membutuhkan waktu dua hari.”

“Persiapan? Apakah itu artinya kau juga akan ikut bersama kami?”

“Tidak. Karena aku masih mempunyai pekerjaan disini, aku tidak akan bisa menemani
kalian. Meski begitu, aku akan menunjukkan jalan menuju „Sanctuary‟ kepada naga tanah
yang kau bawa kemari bersamamu.”

“Maksudmu Patrasche?”
Subaru membelalakkan matanya menanggapi bagian yang tidak terduga itu. Responnya
mendapatkan jawaban “Kenapa ya?” dari Frederica yang melanjutkan kalimatnya seolah-
olah itu sudah jelas.

“Naga tanah adalah makhluk yang cerdas. Jika kau menginstruksikan mereka dengan
benar, mereka bisa tahu jalan mana yang harus diambil, sehingga pengarahan dari kusir
sama sekali tidak diperlukan. Karena dia tampaknya sangat cerdas, kurasa itu tidak akan
jadi masalah.”

“Patrasche, kau terus saja menjadi semakin hebat! Serius ini, apa yang membuatmu
menjadi seperti ini?”

“Yang lebih penting lagi, ada beberapa hal yang harus aku katakan pada kalian berdua.”

Subaru memiringkan kepalanya mencoba untuk memahami partnernya, namun Frederica


mengabaikan pertanyaan tersebut. Sambil meluruskan tubuh penuh ototnya, Frederica pun
menatap kearah mereka berdua.

“Jika kalian ingin pergi ke „Sanctuary‟, ada beberapa hal yang kuharapkan terus kalian
ingat. Terutama Emilia-sama, aku ingin kau berhati-hati terhadap masalah kelahiran dan
penampilanmu.”

“… Ya, aku sudah mempersiapkan diriku. Lagi pula aku sudah mendengar kalau itu adalah
tempat yang dipenuhi berbagai masalah.”
Menanggapi peringatan Frederica, Emilia pun merapatkan rahangnya, tatapan di matanya
terlihat penuh tekad. Untuk menunjukan kalau dia menghargai keputusan Emilia, Subaru
pun berjalan ke samping Emilia.

“Sejujurnya, aku tidak tahu apa-apa mengenai tempat itu, selain tempat itu bernama
„Sanctuary‟ ….. Tapi, tujuanku yang paling penting adalah mendukung Emilia-tan, jadi aku
akan mendengarkan apapun yang kau katakan.”

“Sebenarnya, aku merasakan sebuah motif tulus dan tersembunyi di sana.”

Kejengkelan dan rasa takjub terlihat pada mata Frederica, kemudian, setelah berkedip
sekali, dia pun menekan sentimennya itu dan mengangkat jarinya.

“Kalau begitu, akan kuceritakan pada kalian mengenai „Sanctuary‟. Tapi sebelum itu, ada
satu hal yang harus kalian ingat.”

“Harus kami…..”

“….. Ingat?”

Subaru dan Emilia memiringkan kepalanya di saat yang bersamaan. Melihat hal ini,
Frederica pun menganggukkan kepalanya, dan dengan kata-kata “Ya”, dia memelankan
suaranya,
“….. Berhati-hatilah pada seseorang yang bernama Garfiel. Di dalam „Sanctuary‟, kalian
harus sangat berhati-hati jika bertemu dengan pria itu.”
Chapter 5 : Faksi Emilia.

Tepat seperti apa yang dikatakan oleh Frederica, butuh dua hari persiapan sebelum
mereka pergi ke Sanctuary.

Di antara pekerjaannya di mansion, Frederica juga harus melatih Patrasche mengenai


lokasi Sanctuary. Karena Frederica sudah bertanggung jawab atas kebanyakan pekerjaan
di mansion, Subaru pun mengusulkan kalau Frederica bisa meringankan beban kerjanya
dengan memberitahu lokasi Sanctuary secara langsung, tapi…

“Maafkan aku, tapi lokasi Sanctuary sangatlah penting bagi tuan kita. Sebagai pelayan, aku
tidak bisa bertindak gegabah dalam masalah ini. Aku bahkan akan memilih tidak
mengajarkannya kepada naga tanah jika aku bisa menghindarinya.”

Dia dengan sopan menolak untuk memberitahu lokasi Sanctuary kepada Subaru.

Meskipun terasa kurang nyaman bagi Subaru, tapi mengeluhkan soal kewaspadaan
Roswaal yang berlebihan, tidak akan bisa membuatnya lebih dekat ke Sanctuary. Dan
setelah mempertimbangkan bagaimana berbagai hal terungkap, Subaru pun tidak punya
pilihan lain selain menerima keputusan Frederica.

Dan begitulah, Subaru menghabiskan dua hari tenangnya dengan berjalan-jalan bersama
warga desa dan kembali ke perannya sebagai pelayan, melakukan berbagai pekerjaan
kasar di mansion.

Sementara itu, sambil terus mengerutkan bibirnya jengkel karena Puck tidak kunjung
keluar, Emilia yang tidak punya sesuatu yang harus dikerjakan pun selalu mengikuti Subaru
ke desa dan berusaha keras mengurangi jarak antara dirinya dan warga desa. Selain itu,
dengan membaca berbagai buku dan tulisan yang tidak dimengerti Subaru, dia juga
menghabiskan waktunya untuk membangun pengetahuannya.

Ketika mereka menghabiskan dua hari mereka dengan cara yang berbeda-beda, ada
beberapa perubahan yang terjadi.

Yang pertama adalah…

“Aaahhh!! Kenapa semuanya ditumpuk begini? Dokumen yang harus di prioritaskan,


dokumen yang bisa dibuang begitu selesai dibaca, dan dokumen yang bahkan tidak layak
dibaca… Kenapa mereka tidak diurutkan dengan benar dan dibiarkan seperti ini….”

Menggaruk kepalanya dengan kasar sambil menggerutu, Otto pun mengurutkan dokumen
yang ada di sekelilingnya dengan kecepatan yang luar biasa. Setelah dengan cepat melihat
dokumen dan memahami isinya, dia pun langsung melemparkannya ke salah satu
tumpukan raksasa yang ada di meja, kemudian selanjutnya, dan selanjutnya, dia terus
menerus memisahkan dan mengatur dokumen-dokumen itu.

Melihat mata Otto dan tangannya yang bergerak ke sana sini sambil menolehkan
kepalanya dari satu sisi ke sisi lainnya dengan cepat, orang yang melihatnya pun pasti akan
berharap ingin melihat api keluar dari tubuhnya. Sementara itu di seberang meja, Subaru
yang mengistirahatkan dagunya di atas tangannya pun mendesah dengan takjub.

“Haaa.. itu luar biasa!! Jika itu adalah aku, meskipun mereka dicetak dengan rapi, mereka
masih terlihat seperti omong kosong bagiku…”
“Itu tidak seperti aku mencoba memahami mereka. Aku hanya memisahkan mereka ke
dalam dokumen yang berhubungan dengan keuangan, berhubungan dengan surat
permohonan, dan berbagai macam dokumen lain terlebih dahulu. Jika saja masing-masing
dokumen ini sudah diurutkan ketika mereka datang…. tapi melihat susuan ini, aku takut
kalau mereka memang sudah ditata dengan cara yang hanya dimengerti oleh orang itu.”

Hal ini tidak pernah terjadi. Subaru yang harusnya merasa kagum terhadap Otto yang
menatap tajam kearah gunungan dokumen dihadapannya, malah telihat agak terkejut.
Mendengarkan dia berbicara mengenai pemilik dokumen ini…… wajah Roswaal pun
terlintas di pikiran Subaru. Dia merasa meskipun Otto mengatakannya dengan santai,
kemungkinan, teorinya sangatlah tepat.

Itu adalah pemikiran yang menakutkan, berpikir kalau Roswaal mampu memahami semua
tumpukan raksasa dokumen-dokumen ini. Tapi masalahnya adalah, karena tidak ada
seorang pun yang memahaminya dan orang itu juga tidak ada disini, maka tidak ada pilihan
lain selain mengurutkannya seadanya.

“Ok, semuanya sudah dalam kategorinya sekarang. Selanjutnya adalah menyusun mereka
berdasarkan urutan kronologinya… tapi sebelum itu, mungkin sebaiknya aku memisahkan
mereka menjadi bagian yang sudah diproses dan yang belum diproses terlebih dahulu..”

“Aku tidak tahu apakah aku harus menyebutmu teliti atau maniak, tapi Otto, kau pasti Type-
A kan?”

“Apa itu a/ta pe? Itu tidak terdengar seperti sesuatu yang bagus.”

Melihat Otto menatapnya, Subaru pun melambaikan tangannya tanpa berusaha untuk
menjalaskan. Ini tidak seperti dia benar-benar percaya kalau golongan darah ada
hubungannya dengan kepribadian seseorang, selain berguna menjadi topik pembicaraan
konyol.

Secara kebetulan, Subaru adalah type-B…. sebenarnya, seluruh anggota keluarga Natsuki
adalah type-B. Kapanpun hal ini dikatakan kepada orang lain, jawaban yang mereka dapat
selalu “Aku sudah tahu” dan begitulah, itu bukanlah hal yang menyenangkan bagi mereka.

“Tunggu, kalau kupikir-pikir lagi….”

“Ada apa? Kenapa kau berhenti? Kau sudah bergerak dengan kecepatan yang hebat, ayo
lanjutkan!”

“Sebagai seseorang yang peduli terhadap efisiensi, aku tidak keberatan melakukan hal ini,
tapi bukankah situasi ini sedikit aneh? Kenapa aku yang seorang pedagang pengelana
berdiri di kantor Margrave dengan keringat di seluruh dahiku bekerja begitu keras
merapikan dokumennya? Tidakkah posisiku sedikit aneh disini?”

“Butuh waktu yang sangat lama untukmu menyadarinya, ya kan?”

Melihat Otto baru menyadari hal ini, Subaru pun menundukkan kepalanya dan tertawa.
Tidak alasan bagi Otto melakukan tugas kasar, seperti menata ulang dokumen yang
berhubungan dengan urusan Margrave, itu semua sejalan dengan rencana Subaru.

Itu adalah cara untuk mengamankan bakat yang berguna bagi faksi Emilia di tempat
Roswaal.
Di situasi saat ini, ketika Subaru melihatnya, posisi Emilia dalam Pemilihan Raja tidaklah
menguntungkan sama sekali. Sebagai kesatrianya, atau setidaknya orang yang dianggap
seperti itu, dia memang sudah berperan penting dalam memukul mundur Pemuja Penyihir
serta membunuh Paus Putih, tapi dibandingkan dengan buruknya situasi yang masih
mengelilingi Emilia saat ini, berapa banyak hal itu akan berefek pada situasi ini masihlah
menjadi sebuah pertanyaaan.

Dibandingkan dengan kandidat lainnya, dari awal posisi Emilia sudah tertinggal di belakang
bahkan sebelum balapan dimulai. Seolah menambah kesulitan posisinya adalah adanya
fakta bahwa tujuan sebenarnya Roswaal masih belum diketahui. Meskipun dia mendukung
Emilia, sejauh ini, tugas Roswaal sebagai penyokongnya hanya bisa digambarkan dengan
kata „gagal‟.

Dia telah gagal menyiapkan satupun serangan balasan kepada Pemuja Penyihir meskipun
seharusnya dia sudah menduganya dari jauh-jauh hari, dan sekarang, setelah berhasil
melewati ancaman itu, mereka malah tidak punya cara untuk menghubunginya. Kalau saja
dia keluar dan mengumumkan apakah dia sekutu atau musuh, hal ini pasti akan menjadi
lebih mudah… yang manapun itu, dia memanglah eksistensi yang sangat mengganggu.

Selain itu, orang-orang yang berada di sekitar Roswaal cenderung menutup mulutnya jika
berhubungan dengan tujuan tuan mereka yang sebenarnya. Ram yang tidak diragukan lagi
begitu memuja Roswaal diatas segalanya, tindakannya memang bisa diperkirakan, lalu
Frederica dengan dedikasinya yang begitu kuat untuk perannya sebagai pelayan, juga tidak
mengatakan apa-apa. Bahkan Puck dan Beatrice pun memilih untuk tidak membicarakan
masalah ini dengan Emilia dan Subaru.

Dengan kata lain, tidak ada seorangpun yang bisa Emilia percayai dengan aman.

Tentu saja Subaru ingin menjadi orang itu, dan dia juga sudah bertindak sesuai dengan hal
itu, namun jangkauan Subaru terlalu pendek, bahkan jika dibandingkan dengan orang-
orang pada umumnya. Subaru sangat tahu fakta bahwa dia bukanlah pria yang bisa
meraihnya, dan dengan dirinya sendiri, dia tidak akan mampu melenyapkan semua
kekhawatirannya. Hal ini selalu saja mengganggunya.

Jadi begitulah, orang yang berada dalam penglihatan Subaru saat ini adalah pria yang
selalu bolak balik pergi antara desa Arlam dan mansion, orang yang akan memukul bibirnya
sendiri setelah makan malam dan minum teh serta mengatakan hal-hal seperti “Aaaa, tidak
memiliki ambisi dan berdiam diri seperti ini pasti akan membuat siapapun menjadi busuk”,
sambil tersenyum dengan santai…. dia adalah Otto.

“Dengan kata lain, ini adalah rencana „jika kita tidak punya sekutu, kenapa kita tidak mulai
membudidayakannya sekarang‟.”

“Aku merasa apa yang kau katakan itu terasa sedikit mengganggu, tapi apa hubungannya
denganku?”

“Hmm, aku tidak tahu… Mungkin…. Ah, Otto-san, kau masih belum mengurutkan dokumen
di sebelah sini.”

“Oh, maaf. Ayo kita lihat, lokasi penambangan untuk mineral arcane, jumlah cadangan
mereka, dan…… BUKANKAH INI DOKUMEN YANG SEHARUSNYA TIDAK BOLEH
DILIHAT OLEH ORANG LUAR???”

“Ah, kau telah melihatnya… aku tau, kau telah melihat mereka…. ahh, ok, ok, yeah well,
aku akan berusaha untuk menjelaskannya pada Roswaal, jadi tidak perlu khawatir, ok?”
“Itu sangat mengagumkan, bagaimana kalimat itu sama sekali tidak membuatku nyaman.”

Ketika Otto mengeluh dan mencoba menjauhkan dokumen yang diberikan kepadanya
sejauh mungkin, Subaru malah hanya menyeringai, dan bertingkah seolah-olah dia adalah
pengamat yang tidak berdosa. Melihat kelakuan Subaru, wajah Otto pun terlihat sangat
menakutkan, dan dengan bibirnya yang bergetar, dia berbicara,

“Aku tidak ingin mempercainya, tapi apa kau benar-benar mencoba membuatku
menghilang dengan menunjukkan dokumen yang tidak boleh dilihat oleh orang luar, lalu
tidak membantuku ketika ada masalah? Apa kau berniat menginjak-injak perjanjian kita?”

“Tentu saja tidak!! Pembayaran untuk kargo mu serta bantuan yang kau minta, aku berniat
untuk memenuhi semuanya. Selain itu, aku juga ingin menyeretmu lebih jauh dalam
masalah ini, sampai kau masuk terlalu dalam dan tidak bisa melarikan diri lagi.”

“Apa kau benar-benar harus menjadi sekejam itu? Aku ini hanyalah seorang pedagang
kecil, aku tidak mengerti kenapa kau mencoba memberikan begitu banyak beban di
pundakku, tapi kumohon, hentikan itu!!”

Dengan wajah yang terlihat sangat tertindas, Otto pun mencoba menolak. Mendengar hal
ini, Subaru merasa kalau dia memang sudah agak keterlaluan. Jadi, sambil menganggukan
kepalanya dan mengganti ekspresinya, dia pun menggumamkan kata “maaf” dengan pelan.

“Aku sudah sedikit keterlaluan tadi. Aku punya begitu banyak hal yang berbeda-beda di
atas piringku dan aku juga seperti terburu-buru ingin meluruskan benang kusut ini, hal ini
membuatku bahkan tidak terpikir untuk menanyakan apa yang kau rasakan, maaf.”
“Ah, tidak, jika kau tiba-tiba menjadi seperti ini, aku pasti akan merasa bingung….. Uh, aku
ragu apa aku boleh bertanya, tapi….. Apa yang membuatmu berharap begitu banyak
dariku?”

Melihat Subaru tiba-tiba berbicara dengan normal padanya, Otto pun merasa sedikit
bingung, tapi, pada dasarnya dia menerima hal ini, dan menanyakan pertanyaan itu kepada
Subaru.

Lagipula, dari sudut pandangnya, dia baru kenal Subaru akhir-akhir ini, dan tidak ada
sesuatu yang benar-benar bisa membenarkan kepercayaan di antara mereka. Tentu saja,
bahkan bagi Subaru pun, hubungan mereka bukanlah yang paling kuat.

Mereka sudah beberapa kali bertemu di pengulangan sebelumnya, jadi sekarang Subaru
merasakan sedikit kesan baik terhadap Otto, tapi, yah hanya itu saja..

Jika benar begitu, lalu kenapa dia menyeret Otto seperti ini?

“Sejujurnya, ini tidak seperti aku punya alasan khusus untuk tertarik padamu atau
semacamnya. Ini juga tidak seperti aku menghargaimu sebagai seorang individu…. Tapi ini
lebih seperti karena kau memenuhi kriterianya.”

“Itu terlalu jujur!!….. Kurasa aku bisa mengerti, tapi apa kriterianya?”

“Fakta bahwa kau tidak terkait dengan salah satu faksi manapun di Pemilihan Raja. Kau
hebat dalam menimbang untung dan rugi, dan kemampuanmu untuk bernegosiasi serta
mengumpulkan dukungan adalah kualitas yang sangat berharga. Dan yang paling penting,
kau sama sekali tidak terlihat mendeskriminasi Emilia karena dia adalah seorang half-elf,
atapun melihatnya dengan cara yang berbeda karena hal itu.”

“……”

Mendengar ketiga alasan itu, Otto pun hanya memandang kearah Subaru tanpa bisa
berkata apa-apa.

Mempertimbangkan situasi yang mereka hadapi, ketiga alasan itu sama sekali tidak bisa
diabaikan. Dan sampai sekarang, menurut penilaian Subaru, orang ini… Otto Suwen,
adalah satu-satunya orang yang memenuhi semua kriteria itu.

Otto yang tidak mengatakan apa-apa, masih menunggu Subaru.

Tidak seperti saat mereka bergurau beberapa saat yang lalu, mata Otto kini terlihat lebih
tenang, dan berkilau seolah-olah mencoba melihat Subaru sampai ke pikirannya.

Subaru sadar kalau dia sedang diamati. Dia juga tidak mencoba menyembunyikannya. Dari
awal dia memang sudah mengamati Otto, jadi hal ini bisa disebut impas, akan tetapi….

“Dan juga, ini hanya pendapat pribadiku….”


“… Mari kita dengar!”

“Aku merasa seperti bisa akrab denganmu. Sejujurnya, meskipun tidak ada yang lebih baik
selain mendapatkan sekutu sebanyak-banyaknya untuk Emilia-tan, bisa akrab denganmu
adalah sebuah bonus. Ah, dan juga karena kau tidak punya perasaan apa-apa terhadap
Emilia-tan sebagai seorang wanita. Jika kau sampai punya perasaan padanya, meskipun
kita adalah teman seumur hidup, aku pasti akan membunuhmu….”

“Kau berniat membunuh saingan cintamu?”

“Jika aku punya rival, aku hanya akan punya nol kepercayaan diri untuk bisa menang.
Jangan kau meremahkan sifatku ini!! Dalam hidupku sampai saat ini, jumlah orang yang
benar-benar menyukaiku bisa dihitung dengan satu tangan, kau tahu?”

Rinciannya adalah orang tuanya, Rem, Wilhelm, Emilia, dan dengan beberapa
pertimbangan, Julius serta Reinhart….. yah kira-kira hanya itu. Sebenarnya, kalau dipikir-
pikir hitungan tadi itu sudah melebihi satu tangan.

Menerima penghargaan semacam itu setelah datang ke Dunia Paralel ini, mungkin pada
akhirnya Subaru bisa menjadi orang yang terhormat. Yah meskipun dia tidak bisa melihat
hal itu di kaca.

Bagaimanapun juga….
“Gezz, kau benar-benar orang yang blak-blakan. Tapi, dengan tidak membawa pertahanan
apapun ketika duduk berhadapan dengan seorang pedagang di meja negosiasi, kau itu
bisa menjadi sasaran empuk, kau tahu?”

“Jika ini adalah meja negosiasi, mungkin aku akan sedikit mendesakmu, namun tidak ada
pedagang ataupun sasaran empuk disini, yang ada hanya kau dan aku kan? Tapi, jika
memang begitu caramu melihat hal ini, maka aku akan mengganti perlengkapan serta
merubah sikapku..”

“Setelah memuji bakatku sebagai pedagang, kau malah mengatakan hal seperti itu?
Ungkapan mengenai bagaimana kau merubah kata-katamu bahkan sebelum lidahmu
kering, benar-benar diterapkan secara sempurna disini…. Ada apa sih denganmu?”

Dengan ekpresi yang terlihat terganggu, Otto pun mendesah, dan semua tanda-tanda
ketegangan serta kewaspadaan beberapa saat yang lalu lenyap dari wajahnya. Dia
menoleh kearah Subaru yang mencoba terlihat acuh tak acuh, dan mengatakan…

“Aku tidak tahu kenapa aku mengatakan ini disini, tapi Natsuki-san, aku juga punya tujuan.
Itu bukanlah sesuatu yang begitu hebat sehingga aku akan menyombongkannya pada
orang lain, meski begitu, itu masihlah mimpi bagiku.”

“Kurasa mimpi seorang pria itu bisa menjadi sangat konyol sehingga mereka harus
melebih-lebihkannya, atau sangat konyol sehingga mereka harus menyimpannya sendiri
dan tidak pernah menceritakannya pada siapapun, yah hanya ada dua jenis kurasa, tapi
apa kau akan menceritakan mimpimu?”

“Fakta bahwa aku setuju denganmu sangatlah tidak mengenakkan… Bagaimanapun, kau
tahu, aku ini terlahir sebagai anak kedua dari keluarga pedagang yang cukup sukses. Sejak
kecil aku sudah berada di lingkungan yang makmur, meski begitu, ketika tiba waktuku untuk
menjadi mandiri, aku malah tidak mendapatkan banyak dukungan.”

Subaru tidak tahu berapa banyak kemiripian antara situasi saudara di dunia ini dengan
dunia asalnya, tapi setidaknya dasar-dasar yang sama seperti penyerahan gelar dan
warisan sepertinya juga berlaku disini…. Lebih jelasnya, itu pasti akan diserahkan kepada
anak tertua.

Dalam hal ini, seperti yang Subaru duga dari dunia fantasi yang mengambil latar abad
pertengahan, Otto yang terlahir sebagai anak kedua hanya punya pilihan antara menjadi
pembantu kakaknya atau menjadi mandiri dengan usahanya sendiri.

“Ketika membantu kakakku mengurusi bisnisnya, aku belajar dasar-dasar perdagangan dan
berhasil menabung cukup uang untuk membangun bisnisku sendiri. Dengan uang itu, aku
bisa membeli Furufu, naga tanahku sendiri sekaligus keretanya dan…. Well, aku juga
terlahir dengan dikaruniai „Divine Protection‟, jadi secara keseluruhan, semuanya berjalan
dengan lancar, kurasa.”

“Mengenai Divine Protection, maksudmu Divine Protection „Anima Whispering‟ kan??


Mampu berbicara dengan berbagai macam binatang, tergantung bagaimana kau
menggunakannya, kurasa kau bisa mendapatkan banyak keuntungan dari itu.”

“Itu tidak terlalu berguna seperti yang kau katakan, Natsuki-san… Ada beberapa masalah
tidak menyenangkan yang selalu mengikuti karunia itu yang belum kau pikirkan.
Bagaimanapun, itu butuh beberapa tahun untukku bekerja keras dan berusaha agar tidak
tergores oleh mereka, tapi pada saat itulah, sebuah mimpi muncul dalam pikiranku.”

Melanjutkan ceritanya setelah menceritakan bagaimana dia menjadi mandiri, Otto pun lagi-
lagi membawa kata „mimpi‟. Mendengar hal itu, tanpa adanya alasan khusus, Subaru pun
langsung duduk dengan benar seolah-olah ingin mendengarkannya dengan seksama.
Menerima perlakuan seperti itu, Otto pun tersenyum hangat dan memulai dengan “ini mimpi
yang sangat biasa, kau tahu.”

“Pedagang manapun yang menjadi pedagang pengelana pasti akan memiliki mimpi ini….
Mimpi ini adalah untuk memiliki tempatku sendiri, seperti memiliki kastil sendiri, memiliki
tokoku sendiri.. tempat untukku berada dan menjalankan bisnis disana. Jika aku bisa
memilikinya di beberapa kota besar, itu mungkin akan menjadi kebahagiaan terbesar yang
bisa diharapkan oleh seorang pedagang.”

“Itu mimpimu, Otto?”

“Itu adalah hal yang sangat membosankan untuk diharapkan… Tapi setelah berkelana dan
berkelana, pada akhirnya, apa yang kuinginkan masihlah sama seperti apa yang kumiliki
saat aku tumbuh. Well, kurasa kau bisa mengatakan kalau lingkungan itu adalah simbol
kebahagiaan bagiku.”

Sambil menggaruk-garuk pipinya karena malu, Otto pun berbicara lebih cepat untuk
mencoba menutupi rasa malunya. Subaru memahami jawaban Otto dan bertanya-tanya
balasan apa yang dia inginkan. Kemudian dia bersandar dan membebankan seluruh berat
badannya pada kursi.

Tapi, sambil menjauh dari perhatian Subaru, dengan kata “Itulah mengapa”, Otto pun
melanjutkan..

“Kesempatan untuk membuat kemajuan besar seperti Margrave berhutang padaku…


sebagai anak kedua dari keluarga pedagang, sebagai seorang pedagang pengelana, dan
sebagai orang yang akan menjadi pedagang hebat nantinya, aku tidak mungkin
membiarkan kesempatan itu melewatiku begitu saja. Terutama, mengingat kalau aku akan
melakukan kebaikan untuk seseorang yang mungkin akan menjadi raja di negara ini, ini
adalah kesempatan bisnis yang sangat besar, sampai-sampai meskipun jika mengulangi
seluruh hidupku, aku tidak akan menemui kesempatan seperti ini lagi, ya kan?”

“Ok, jadi kau akan bergabung dengan kami. Terima kasih, aku sangat senang. Aku tahu
kau akan membuat pilihan yang tepat, Otto. Sekarang, terus urutkan dokumen-dokumen
itu.”

“Apa? Itu tadi pernyataan yang sangat bagus kan? Tidakkah reaksimu itu sangat kurang?”

“Entah mengapa aku merasa jika aku membuat kesan seperti itu, berarti aku kalah…. Well
bagaimanapun juga, saat kau menyentuh dokumen yang tidak boleh dilihat oleh siapapun
itu, sudah tidak ada jalan kabur lagi bagimu, kekekekeke.”

“Tidak peduli bagaimana aku melihatmu, kau masihlah orang yang sangat jahat.”

Pada akhir percakapan panjang itu, nampaknya tidak ada hal yang benar-benar berubah,
dan Otto juga tidak menerima bayaran yang cukup atas tekad barunya.

Akan tetapi, bahkan ketika dia menggoda Otto, jauh di dalam hatinya, Subaru masih sangat
berterima kasih untuk itu.. yah meskipun kata-kata itu tidak akan pernah keluar dari
mulutnya.

“Tapi aku harus mengatakan hal ini terlebih dahulu. Tidak sepeti Natsuki-san yang
mendukung Emilia-sama tanpa syarat, aku hanya bekerja sama karena situasi sekarang ini.
Jika Margrave dan Emilia-sama berselisih di dalam faksi, aku akan terlebih dahulu
menimbang untung dan ruginya sebelum memilih pihak mana yang akan kubela. Jadi
jangan salah mengira aku sebagai sekutu sepenuhnya.”

“Jika kau membandingkan Emilia-tan dan Roswaal dengan skala yang sama, kau akan
sepenuhnya berada di pihakku. Secara perlahan, aku pasti akan „mencekokimu‟ dengan
semua kualitas bagus dari Emilia-tan, jadi jangan khawatir……. Kau sudah mendengar
semuanya dengan jelas, kan?”

Sambil mengesampingkan alasan Otto, di akhir kalimat yang barusan dikatakannya, Subaru
pun menolehkan kepalanya serta mengarahkan kata-katanya ke arah yang benar-benar
berbeda. Melihat Subaru melakukan hal ini, Otto pun mematung dengan ekspresi
tercengang di wajahnya. Dia menoleh kearah yang dilihat Subaru, dan disana….

“Yep.. maksudku, Ya, aku sudah mendengar semuanya, Subaru-sama.”

Dengan senyum manisnya, gadis berseragam maid itu pun menggoyangkan rambut
berwarna chestnut-nya dan berdiri di depan pintu.

Beberapa perubahan yang ada di mansion selama dua hari ini, dan inilah yang kedua.

***
Dengan hanya Frederica, (Subaru juga membantu, tapi kemampuannya sebagai pelayan
masih setengah matang dan kesehatannya juga belum pulih sepenuhnya) mengurusi
segala sesuatu yang ada di mansion sendirian, secara fisik bisa dibilang mustahil. Jadi
Frederica yang memahami hal ini, secara pribadi pergi ke desa untuk merekrut bantuan dan
disitulah gadis ini menawarkan dirinya dengan tangan terbuka….. Petra Leyte.

Menjadi penduduk desa Arlam sekaligus menjadi salah satu diantara penduduk yang
mengungsi ke Ibukota, Petra telah kembali ke desa dengan selamat bersama mereka. Akan
tetapi, karena kebanyakan penduduk lain belum kembali, sekarang ini pasti menjadi waktu
yang sangat tidak menyenangkan baginya.

Meskipun begitu, ketika Frederica datang ke desa untuk merekrut maid baru untuk bekerja
di mansion, dia pun langsung menawarkan diri. Karena tidak ada kandidat lain yang tertarik,
dia pun direkrut dan sekarang bekerja di mansion sebagai pegawai sementara.

“Kau masih sangat kecil, tapi kau sudah meninggalkan orang tuamu dan bekerja di sini
sebagai maid, kau benar-benar luar biasa, Petra.”

“Aku sudah 12 tahun, jadi aku adalah orang dewasa yang bisa bekerja sekarang…
Sebenarnya sih aku hanya orang dewasa saja. Subaru-sama, bisakah kau
memperlakukanku seperti orang dewasa?”

“Aku akan mempertimbangkannya, jika kau mengatakannya dengan sopan dan setelah
kata „sementara‟ dihilangkan dari status pekerjaanmu serta setelah kau mendapatkan
seritifikat resmi dari Frederica. Sampai saat itu, aku akan tetap memperlakukanmu sebagai
gadis kecil yang manis.”

Ketika Subaru dengan canggung menyentuh kepala gadis itu saat dia sedang menggeliat,
Gadis dengan rambut yang berantakan setelah sebelumnya ditata rapi itu pun mengatakan
“Eeek—” dan menempel erat-erat pada Subaru. Itu adalah reaksi yang benar-benar
berbeda dari apa yang diharapkan oleh Subaru, tapi itu jauh lebih baik daripada dipukul
ataupun diludahi.

Bagaimanapun juga, saat ini dia sedang berada di usia dimana dia ingin dianggap lebih tua
dari usianya yang sebenarnga dan ingin berdiri dengan kakinya sendiri. Petra, dengan
karakternya yang kuat serta caranya untuk menjadi dewasa, benar-benar mempunyai
kemampuan yang cukup tinggi untuk menjadi seorang maid. Meskipun dia tidak memenuhi
semua poin dalam hal membersihkan mansion dan menyiapkan makanan dengan bantuan
Frederica, dia sudah berhasil melampaui kemampuan Subaru.

…..Well, Subaru memang benar-benar tidak berguna.

***

Dari luar pintu kantor Margrave, Petra menajamkan telinganya untuk mendengarkan
percakapan di dalam ruangan. Dia tentu saja melakukan hal itu atas perintah Subaru, dan
tidak perlu dikatakan lagi, kalau itu semua adalah bagian dari rencananya untuk
memancing keluar komitmen Otto dan memutus jalan keluarnya.

Menyadari semua ini, wajah Otto pun memerah, dia melotot kearah Subaru.

“Itu semua su-sudah diatur…!?”


“Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Dengan orang ketiga yang ikut terlibat disini,
pernyataanmu yang sebelumnya telah sah secara resmi. Itu adalah manipulasi memilukan
untuk mengamankan keterangan saksi kepada juri nantinya…. anggap saja seperti itu.”

“Apanya yang memilukan mengenai seorang pria yang berbicara tentang „manipulasi‟!?”

Sambil memegangi kepalanya sendiri, Otto pun akhirnya menyadari kalau sekarang dia
sudah tidak bisa lari kemana-mana lagi, dia berteriak kearah mereka dengan suara
setengah menangis, tapi itu semua sudah terlambat. Memberikan Otto sebuah seringai,
Subaru pun mengacungkan jempolnya kepada Petra yang sedang berdiri di pintu.

“Bagus Petra!! Tapi apa kau tidak akan dimarahi oleh Frederica menghabiskan waktumu
dengan melakukan sesuatu seperti ini?”

“Sekarang ini, aku sedang menghabiskan waktuku dengan menyapu koridor. Menggunakan
waktu lebih banyak untuk menyapu koridor di depan kantor Margrave, aku tidak mungkin
akan dimarahi.”

“Kau sangat pintar.. bahkan gadis kecil pun masih termasuk seorang wanita…”

Mendengarkan paruh kedua dari kata-kata Subaru, Petra pun mengendurkan pipinya
dengan riang. Melihat sikap dan reaksinya yang sudah bisa diperkirakan, memang benar,
bahwa ada sesuatu disana yang bisa menghangatkan hati Subaru.
Seperti Otto, Petra adalah salah satu sekutu yang tidak berada dibawah pengaruh
Roswaal.

Dibandingkan dengan Otto, memang tidak banyak yang bisa dia lakukan untuk Emilia,
pengaruh serta kualitasnya pun mungkin juga lebih rendah dibandingkan Subaru. Tapi, dia
tidak takut terhadap Emilia. Dalam perjalanan menuju ibukota saat evakuasi mereka, Petra
dengan senang hati selalu berada di sisi Emilia. Subaru tidak akan melupakannya, dan
mungkin, Emilia juga tidak akan pernah melupakannya.

Dengan Petra berada disana, mungkin akan menjadi saat dimana Emilia diselamatkan oleh
keberadaan itu.

“Tidak ada salahnya memiliki banyak sekutu. Apa yang bisa kau lakukan atau tidak
bukanlah sebuah masalah… Yang terpenting adalah apa yang bersedia kau lakukan dan
apa yang akan kau perjungkan untuk orang itu. Lagipula jika aku menghitung jumlah hal-hal
yang bisa kulakukan, itu pasti akan terlihat sangat buruk bagiku…”

Kualitas serta kekurangannya, Subaru mungkin bisa menghitung dengan jarinya dan
menyadari kalau dia memiliki lebih banyak kekurangan. Tapi meskipun begitu, dia ingin
menjadi sekutu Emilia, dia harus menggunakan apa yang bisa dia lakukan dengan seluruh
potensinya, dan terus melangkah maju dengan segala cara.

Dengan sikap „persetan dengan hal itu‟, dan merasa seolah tak terhentikan, dia pun
memberikan penjelasan yang terlampau optimis ini…

“Kita memang kecil, tapi, ayo kita lakukan yang terbaik mulai dari sekarang. Inilah kita,
anggota pertama dari faksi Emilia.”
Sambil mengepalkan tangan dan meninjukannya ke udara, Subaru pun membuat
pernyataan ini.

Melihat hal itu, Petra dan Otto yang telah ditinggalkan pun, saling menatap satu sama lain,
dan…

“Aku tidak pernah bilang kalau aku adalah bagian dari faksi itu kan? Tolong jangan salah
paham, okay?”

“Aku juga ingin menjadi sekutu untuk Onee-chan, tapi aku tidak ingin kalah darinya…”

Otto terlihat terkejut dan memegangi kepalanya. Sementara Petra, dia menyatukan
tangannya di balik punggungnya, menunduk dan bergumam dengan ragu-ragu.

Tapi tetap saja, pada akhirnya mereka menyatukan tinju pertama mereka, jadi tidak
mungkin ada keraguan yang tertinggal di pikiran orang yang melihatnya, bahwa mereka
sepenuhnya tahu apa yang mereka lakukan.

….. Dua hari sebelum keberangkatan menuju Sanctuary, meskipun itu hanyalah langkah
kecil, ada sesuatu yang nyata di dalamnya, dan ketika memikirkan hal ini, hari penantian itu
pun sudah hampir menemui akhirnya.
Chapter 6 : Sepanjang Perjalanan Menuju Sanctuary.

“Aku tidak bisa menemani kalian, jadi tolong berhati-hatilah selama perjalanan. Dan kalau
bisa, tolong sampaikan pada Master kalau Frederica sedang mengawasi keadaan disini.”

Pagi hari saat keberangkatan, kereta naga sudah terparkir di halaman depan mansion.
Datang untuk mengantar kepergian mereka, dengan kata-kata tersebut, Frederica pun
sedikit membungkukkan tubuhnya.

Pose membungkuknya begitu sopan, membuat siapapun yang menerimanya pasti


terintimidasi untuk meluruskan punggungnya.

Bagaimanapun, menerima hal itu, Subaru dan Emilia saling menatap satu sama lain.

“Akulah yang seharusnya meminta maaf. Aku tahu betapa sibuknya kondisi saat ini….
Roswaal tidak ada, dan aku harus bertindak menggantikan posisinya, tapi….”

“Walau bagaimanapun, Emilia dan aku benar-benar tidak tahu apa-apa jika berhubungan
dengan pekerjaan mengurus mansion. Meskipun aku bisa menangani beberapa tugas rutin,
tapi semua orang tahu betapa amatirnya diriku jika jumlah pekerjaannya juga terlibat. Aku
sudah mencoba melempar Otto untuk mengatasi semuanya, tapi itu seperti memercikan air
kedalam bara panas.”

Melihat hasil yang mereka peroleh dua hari belakangan ini, Subaru hanya bisa tersenyum
kecut menyaksikan betapa sia-sianya usaha mereka.
Dia dan Otto telah berkelana tanpa tujuan di dalam kantor yang berantakan itu, dan satu-
satunya hal yang mereka pelajari adalah „ini semua mustahil tanpa penjelasan dari orang
yang bersangkutan‟…. Satu kalimat itu sudah cukup untuk menyimpulkan sejauh mana
kemajuan mereka.

Frederica tampaknya memiliki sebuah ide, tapi itu masih butuh waktu untuk menutupi
kesenjangan yang ada setelah beberapa bulan ketidakhadirannya. Sebenarnya,
memikirkan berapa banyak pekerjaan yang berhubungan dengan mengurus mansion,
malah hanya akan menambah beban kerja Frederica.

Emilia berusaha menangani beberapa tugas sederhana, tapi selain itu, dia tidak punya
pilihan lain selain membiarkannya, meskipun dia tahu kalau mereka hanya akan mulai
menumpuk.

“Seperti itulah rasanya ketika kau menunda mengerjakan PR liburan musim panasmu, dan
kemudian hal selanjutnya yang kau ketahui, itu sudah hari pertama semester baru… Yah,
tapi aku bukanlah tipe pria yang tidak pernah mengumpulkan PRnya!”

“Aku benar-benar tidak mengerti, tapi bukankah itu hal yang bagus? Saat ini, aku merasa
berlawanan dengan hal itu dan dadaku juga benar-benar sakit. Ini tidak seperti aku merasa
bersalah, tapi aku tahu, tidak baik jika meninggalkan semuanya terlantar seperti ini.”

“Itu tidak sepenuhnya kesalahan kita.. yah begitulah alasanku, tapi ini sulit bagi Emilia-tan,
ya kan? Well, aku benar-benar paham bagaimana rasanya ketika kita hanya bisa
menyaksikan sesuatu berubah menjadi semakin memburuk..”

Sangat menjengkelkan, ketika kita harus menelantarkan sesuatu yang seharusnya tidak
kita tunda. Tapi, meskipun dia bersimpati pada perasaan bersalah Emilia, tidak ada banyak
hal yang bisa dia lakukan untuk membantu.
Pada akhirnya, Subaru memang tidak bisa diandalkan, jadi satu-satunya hal yang bisa dia
lakukan hanyalah memanggil orang yang lebih kompeten.

“Naga tanah sudah siap berangkat. Meskipun baru beberapa hari semenjak mereka bekerja
begitu keras, Patrasche milik Natsuki-san terlihat seolah-olah sudah tidak sabar untuk
pergi.”

“Dia benar-benar gadis pekerja keras, ya kan? Pemilik sebelumnya pasti punya karakter
yang menarik, tidak seperti pemiliknya yang sekarang…. Kau pikir dia bisa membawa kita
kesana? Akan sangat buruk jika kita tersesat dan akhirnya terlantar.”

Orang yang masuk kedalam percakapan mereka adalah seorang pria yang duduk di kursi
kemudi kereta naga, dia sedang bercakap-cakap dengan dua naga tanah, Patrasche dan
Furufu… Otto.

Karena Divine Protection „Anima Whispering‟ hanya bisa dilakukan oleh Otto, bagi orang
lain yang melihatnya, dia tampak seperti orang gila yang berbicara dengan naga tanah,
meski begitu, Subaru sama sekali tidak mengomentarinya.

Tidak menyadari kalau Subaru sedang memberinya sebuah tatapan hangat, Otto pun
hanya merespon dengan jujur “Uh huh”, sambil mengangguk.

“Arahan Frederica sangat bagus, dan sepertinya juga tidak akan ada masalah. Aku yakin
kita bisa sampai kesana kurang dari setengah hari.”
“Begitu ya…. Tapi, apa kau berencana untuk ikut juga?

“Tentu saja aku ikut.”

Setelah Otto memberikan persetujuan kepada arahan Patrasche, Subaru pun mengangguk
dan beralih ke pertanyaan berikutnya, tapi Otto malah menghentakkan kakinya di tempat
kusir dan memelototi Subaru.

“Lagipula, ini akan menjadi pertemuan pertamaku dengan Margrave. Tentu saja, aku ingin
memintamu untuk mengenalkanku, tapi membayangkan perkenalan apa yang akan kau
beri jika aku tidak ada disana… itu terlalu mengerikan, aku tidak bisa menyerahkannya
padamu.”

“Oy, oy, aku akan menjadi bingung jika kau terlalu mempercayaiku.”

“Yeah, meskipun kita baru saja mengenal satu sama lain, tapi aku sudah mempercayaimu
120℅…. Aku bisa yakin kalau Natsuki-san pasti akan melakukan apa yang tidak
kuinginkan.”

Subaru memutar bibirnya menanggapi kata-kata tersebut, sementara Emilia yang hanya
diam mendengarkan mereka sampai sekarang, tiba-tiba tertawa terbahak-bahak.

Kedua pria itu menoleh untuk melihat asal tawa tersebut disaat yang bersamaan, Emilia
pun dengan malu-malu mengangkat tangannya.
“Serius, kalian berdua sudah seperti seorang sahabat. Kapanpun aku melihat kalian
bersama, kalian selalu saja bertengkar mesra, itu membuatku sedikit cemburu.”

“Jika kau mau, aku juga bisa kok mesra dengan Emilia-tan, hanya saja itu bukan bertengkar
melainkan bercumbu. Aku akan memindahkan waktu bertengkar dengan Emilia-tan untuk
waktu Otto, dan menggantinya dengan waktu kemesraan dari waktu Otto.”

“Jika kau melakukannya, tidak akan ada hal lain diantara kita selain caci maki dan adu
tinju.”

Subaru sangat percaya diri akan kemampuannya dengan kata-kata dan cacian, tapi jika
berkelahi dengan Otto dalam sebuah perkelahian, dia tidak sepenuhnya yakin bisa
menang. Otto mungkin terlihat sangat sopan, tapi Subaru tahu sendiri seberapa kuatnya
dia.

Di pengulangan sebelumnya, setelah berdebat, Otto mendorong Subaru jatuh dari kereta.
Mengetahui bahwa lawannya bukan hanya orang lemah, Subaru pun menyadari peluang
menangnya sangat tipis jika mereka harus berkelahi satu lawan satu.

“Memikirkannya, kemampuan bertarungku memang benar-benar sangat lemah… Aku


sudah tahu hal itu, tapi tetap saja, itu masih terasa sangat menyedihkan.”

Seperti yang dia sebutkan sebelumnya, Subaru kalah melawan Otto, dan tanpa perlu
penjelasan pun dia pasti tidak akan bisa mengalahkan Emilia yang tahu mengenai sihir. Dia
sudah dihancurkan oleh Frederica, dan tidak perlu mengikutsertakan Rem yang tertidur
ataupun Beatrice yang sedang mengurung diri. Kalau begitu, satu-satunya orang di
mansion yang kemungkinan bisa dikalahkan oleh Subaru adalah….

“Kalau dipikir-pikir, satu-satunya orang yang mungkin bisa kukalahkan adalah Petra, dan
aku tidak melihat dia di sekitar sini. Dimana dia?”

“Aku takut untuk menanyakannya….. Tapi bagaimana bisa pemikiranmu berubah kearah
orang yang bisa kau kalahkan? Ngomong-ngomong, Petra ada di dalam mansion… ah, itu
dia.”

Sedikit terkejut oleh usaha sia-sia Subaru untuk memperoleh kemenangan dengan cara
eliminasi, Emilia pun menoleh ke arah mansion, mata ungunya sedikit berbinar.
Terpengaruh oleh sikap Emilia dan melihat kearah yang sama, Subaru melihat seorang
gadis mengayun-ayunkan lengan baju dari seragam maid barunya ketika dia berlari kearah
mereka berdiri.

“Tunggu, tunggu sebentar, Suba- Subaru-sama…..”

“Kau tidak perlu terburu-buru. Aku tidak akan melakukan sesuatu yang kejam seperti pergi
tiba-tiba, hanya Otto yang akan melakukan hal seperti itu. Benar kan Otto?”

“Tidakkah kau ingat apa yang kau katakan 3 detik yang lalu?”

Tersenyum kearah gadis yang sedang terengah-engah sambil meletakkan tangannya


diatas lututnya, Subaru pun menarik Otto masuk kedalam percakapannya dengan sebuah
ejekan sambil menunggu gadis itu mengatur napasnya. Kemudian, setelah mengusap
dahinya dengan lembut, Petra pun mendongak untuk melihat kearah Subaru.

Pipinya memerah, mata besar dan bulatnya terlihat begitu menawan. Dia mengeluarkan
napas panjang, melepaskan kelelahannya, dan menyunggingkan sebuah senyum di wajah
malaikatnya.

“Aku ingin memberikan ini kepadamu sebelum kau pergi. Tolong bawa ini bersamamu.”

Dan dengan itu, dia mengulurkan sebuah saputangan sederhana yang terlihat sangat
biasa.

Pada tepi kain berwarna putih itu terdapat renda berwarna emas, dan ujung jari Subaru bisa
mengatakan kalau saputangan itu dibuat dengan pengerjaan yang teliti. Menerima benda
itu, Subaru pun membaliknya untuk melihat sisi lainnya.

“Oh, ini…… dibordir. Ini benar-benar bagus.”

Terjahit pada permukaan kain putih itu, adalah sebuah bordiran yang kemungkinan besar
dikerjakan oleh Petra sendiri. Bordiran itu dikerjakan dengan benang berwarna hitam, pink,
dan abu-abu, sementara desainnya adalah sesuatu yang sangat akrab dengan Subaru.
Emilia yang mengintip dari balik pundak Subaru, mengeluarkan sebuah tawa kecil, “Aha”.

“Itu sama seperti Puck yang kau gambar, Subaru. Oh, wow, ini benar-benar dikerjakan
dengan baik.”
“Gambar Puck ku, yeah ini benar-benar dikerjakan dengan bagus. Pasti tidak butuh waktu
lama untuk mempelajarinya.”

“Aku mendapatkan stempel setelah melakukan senam radio setiap pagi.”

Lupa untuk berbicara dengan sopan, Petra pun mengeluarkan sesuatu dari sekitar
lehernya. Itu adalah kartu stempel yang Subaru buat dan dia berikan untuk anak-anak
desa… Setiap pagi setelah mereka berpartisipasi dalam senam radio pagi, Subaru
menyetempel kartu-kartu mereka dengan sebuah gambar yang terukir diatas kentang
manis, itu benar-benar mirip seperti sebuah stempel betulan.

Di tangannya, dia memegang stempel yang paling baru, stempel dengan gambar puck
“Gloomy Monday”. Dia pasti bekerja sangat keras dan melukai jarinya ketika dia menjahit
desainnya.

(*Baca Arc 3 Chapter 1)

“Ini benar-benar sangat bagus, sebagai seorang master penjahit, aku tidak boleh kalah
disini.”

“Apa kau mau membawanya…. ah, tidak, apakah anda akan membawanya?”
“Yang benar itu “maukah kau menerima ini?”…. Tentu saja, aku akan dengan senang hati
menerimanya. Kelihatannya akan sangat memalukan jika ini digunakan untuk mengelap
darah, keringat, ataupun air mata, jadi aku hanya akan terus membawanya seperti sebuah
jimat.”

Setelah melipat saputangan itu dengan teliti, Subaru pun menaruhnya kedalam saku
dadanya sebelum melihat kembali kearah Petra. Kemudian, selembut yang dia bisa….. dia
melihat kearah sepasang mata galak dan sipit, serta taring tajam yang menghiasi
senyumnya, yang mana saat ini sedang menatap kearah Petra. Mendengar kata-kata
Subaru, Petra pun meletakkan kedua tangan pada wajahnya yang tersipu sambil
mengalihkan pandangannya.

“Aku akan menunggu kepulanganmu. Oh, Onee-chan, dan pria berisik itu juga.”

“Sepertinya aku hanya sebuah tambahan….”

“Tunggu, bukankah panggilanku itu sedikit terlalu kasar!?”

Emilia dan Otto membalas kata-kata Petra secara bergantian, sebuah senyum kecut terlihat
di wajah mereka. Subaru hanya bisa tersenyum, ketika Petra tampak mengabaikan tekanan
yang berasal dari Frederica di belakangnya.

Tidak diragukan lagi, ketika mereka pergi, Petra pasti akan menerima pelajaran keras dari
Frederica, bertahanlah Petra!!

“Baiklah, meskipun berat meninggalkan kalian semua, tapi kami harus segera berangkat.”
“Jika kita menghabiskan terlalu banyak waktu berbicara disini, semuanya akan menjadi sia-
sia meskipun kita mencoba berangkat sangat awal.”

Subaru menyela, dan mengakhiri percakapan itu sebelum melompat masuk kedalam
kereta. Setelah itu, dia mengulurkan tangannya.

“Jika kau bersedia, Emilia-tan. Pegang tanganku..”

“Aku yakin akan lebih menyenangkan melihat pemandangan dari kursi kemudi sekali-
sekali?”

“Ahh! Kejam!! E.M.K!!…. Oh wah!!”

(*T/N : Emilia Major Koakuma) (*Koakuma = Iblis kecil)

Diperlakukan dengan begitu kejam, Subaru hampir saja menarik kembali tangannya, tapi
sebelum itu, tangannya tiba-tiba di tarik dengan begitu kuat sehingga dia hampir terjatuh
dari kereta ketika Emilia lewat di sampingnya dengan santai.

Rambut peraknya menyapu hidung Subaru ketika dia lewat, hingga dia mencapai bagian
dalam kereta naga dengan suara yang sangat pelan. Duduk dengan lembut di sisi yang
berlawanan dengan Subaru, dia pun memiringkan kepalanya dan melihat kearah Subaru.
“Ada yang salah?”

“Tidak… Tidak ada?”

Dengan kata-kata itu, Subaru menapakkan kakinya dengan keras menuju tempat Emilia
berada, dan duduk di sebelahnya. Mengingat kalau bagian dalam kereta itu cukup luas,
Emilia tersenyum menanggapi tingkah Subaru.

Otto, yang meyaksikan interaksi diantara mereka, menggerutu “aku tidak bisa tahan jika
terlibat denganmu” sambil duduk di kursi kemudi, dia memegang tali kemudi dan melihat
kearah jalan yang ada di hadapannya.

“Baiklah, kita berangkat! Berhati-hatilah agar tidak menggigit lidah kalian sendiri.”

“Tepat di belakangmu, ah, jangan membuat keretanya berguncang terlalu keras. Dan jika
kau ingin mengerem tiba-tiba… Tolong gunakan sinyal yang sudah kita bicarakan
sebelumnya. Tanpa itu, akan sulit bagiku menemukan waktu yang tepat untuk berdesak-
desakan dengan Emilia.”

“Kau memikirkan sesuatu seperti itu?”

“Aku tidak pernah mendengar rencana licik itu dalam hidupku!! Tunggu, sejak kapan aku
menjadi kaki tanganmu?”
Emilia memberikan tatapan remeh kepada Subaru dan Otto, dia sepertinya tidak
mempercayai protes Otto terhadap tuduhan palsu tersebut. Memikirkan ratapan Otto
karena ketidakadilan yang sangat sesuai dengannya, meskipun tidak ada hubungannya
dengan Subaru, dia pun mengangkat tangannya.

“Baiklah. Tujuan : Sanctuary. Ayo berangkat…..!”

“Siapa kau berkata seperti itu?”

Melihat Otto merajuk di kursi kemudi, Subaru pun menjawab “kau tidak mengerti soal hype,
ya kan?”, sebelum menjulurkan kepalanya keluar jendela untuk melihat dua orang yang
mengantar kepergian mereka.

“Baiklah, kami serahkan tempat ini kepada kalian. Juga…. Aku mengandalkanmu…. untuk
merawat Rem.”

“Serahkan saja padaku. Sebagai gantinya, aku serahkan Emilia-sama dan Roswaal-sama.”

“Hati-hati, dan kembalilah dengan selamat!”

Suara Subaru tidak terdengar main-main seperti biasanya, dan ketika mereka bersiap-siap
berangkat, Petra dan Frederica pun membungkukan badan mereka sebagai ucapan
selamat tinggal.
Setelah interaksi formal yang konyol itu, kali ini Subaru secara meyakinkan…. well, dengan
beberapa keraguan, menghilangkan mansion dari daftar pikirannya.

“Oy, kita masih belum berangkat, Otto? Kau, lam-bat…”

“Aku tidak paham dengan perlakuan ini!”

Interaksi ini meniup semua ketegangan yang tersisa, mereka pun berangkat menuju
Sanctuary.

XxxxX

“Sepertinya aku harus mengajarimu bagaimana cara berbicara lebih sopan dan
membungkuk lebih baik lagi.”

“Maafkan aku. Itu hanya…… aku ingin menjadi lebih manja, meskipun hanya sedikit.”

Petra dengan cepat menundukan kepalanya, gestur-nya hampir sempurna seperti ajaran
Frederica. Dia adalah murid yang cepat tanggap, dia bisa paham dengan cepat, dan tentu
saja dia adalah murid yang layak untuk diberi bimbingan.
Interaksi beberapa saat yang lalu bisa dimaklumi untuk gadis seusianya, jadi tidak ada
alasan untuk memarahi dia karena hal sepele seperti ini.

“Aku tahu kau menjadi semakin dekat dengan Subaru-sama dan Emilia-sama beberapa
hari ini. Tapi tetap saja, tidak baik melupakan hubungan kalian sebagai pelayan dan tuan.”

“…. Ya bu, aku benar-benar minta maaf.”

Gadis ini sadar tingkah lakunya menjadi sedikit egois.

Dia bisa berperilaku tepat seperti yang sudah diajarkan dan mengantar kepergian Subaru
dan yang lainnya dengan benar, tapi dia dengan sengaja meninggalkan tugasnya sebagai
pelayan dan memilih untuk mengantar kepergian Subaru dan yang lainnya sebagai seorang
gadis biasa… Pasti ada alasan dibalik semua itu, dan meskipun alasannya sepele, tetap
saja itu tidak bisa dipisahkan.

“Tidak ada untungnya mendiskusikan hal ini semakin jauh. Sebagai hukuman atas apa
yang telah kau lakukan, kau harus menyalin tulisan extra siang ini.”

“Uh…. Akankah topiknya juga akan bertambah?”

“Paling tidak kau harus bersiap-siap. Selain itu, jika kau sudah memperkirakan kalau hal ini
akan menjadi hukuman untuk menutupi kesalahanmu, maka aku akan sangat menantikan
masa depanmu sebagai muridku.”
Setelah mengatakan hal itu, Frederica pun menepukkan tangannya, dan dengan kata
“baiklah sekarang,” dia melanjutkan…

“Meskipun Emilia-sama dan yang lainnya sudah pergi sekarang, Beatrice-sama masih ada
di dalam mansion. Kita tidak boleh santai-santai saja dalam hal menyiapkan makanan dan
bersih-bersih. Jika kita tidak cepat menyelesaikannya, maka kita tidak akan punya cukup
waktu untuk belajar. Jadi Petra, cepat dan selesaikan tugasmu.”

“Ya bu. Aku akan menyelesaikannya dalam sekejap.”

Melihat gadis kecil itu berlari pergi dengan baju yang melambai-lambai, bibir Frederica
sedikit melembut dan menampakkan taring-taringnya. Dengan gerakan yang sudah terlatih
dia menutupi senyum tersebut dengan menggunakan tangannya dan melihat kearah
dimana kereta naga yang sudah tidak terlihat lagi itu pergi… kearah dimana Emilia dan
yang lainnya pergi meninggalkan mansion.

“Tepat seperti yang kau katakan, Master. Entah mereka bisa mangatasi „Sanctuary‟ atau
tidak, itu semua tergantung pada Emilia-sama dan Subaru-sama sekarang.”

Dengan menutup matanya, Frederica membiarkan hembusan angin lembut menerpa


tubuhnya.

“Akankah Emilia-sama bisa mengatasinya? Terikat dengan darah Sang Penyihir, jalan
buntu yang tidak bisa dihindarinya adalah taman surga…”
XxxxX

“Jadi pada akhirnya, Puck belum menunjukan wajahnya juga ya?”

“Belum. Aku sudah memanggilnya, dan aku masih bisa merasakan keberadaannya di
dalam kristal, tapi….. ini pertama kalinya dia menghilang untuk waktu yang lama, aku jadi
sedikit khawatir.”

Di dalam kereta naga yang berderap dengan halus, duduk bersama, hanya suara Subaru
dan Emilia yang bergema di dalam kereta.

Dibawah Divine Protection „Wind Evasion‟, suara angin dan berbagai suara berisik diluar
hampir sepenuhnya tidak bisa didengar dari dalam kereta. Bahkan ketika berlari dengan
kecepatan tinggi, suara ataupun keributan yang dihasilkan oleh kereta naga pun hampir
tidak ada, sehingga membuat semua ini terasa seperti sesuatu yang ada di dalam mimpi.

Mungkin, ini rasanya sama seperti saat menaiki kursi premium dari kereta express
Shinkansen, tapi Subaru tidak pernah punya kesempatan untuk merasakan kursi itu, tidak
juga dengan kursi umum, untuk alasan apapun.

Bagaimanapun, di dalam kereta yang begitu tenang, pembicaraan mereka bisa terdengar
dengan sangat jelas. Dan disini, topik pembicaraan mereka beralih pada perubahan yang
sangat mengganggu mereka beberapa hari belakangan ini, yaitu ketidakhadiran seseorang
yang biasanya berada di samping Emilia, sosok seorang ayah kucing yang selalu
menggagalkan usaha Subaru untuk mendekati Emilia…. Puck.
“Kalau dipikir-pikir lagi, dia sudah tidak kelihatan bahkan sebelum kita kembali ke
mansion…. terakhir kali kita melihatnya adalah.. ”

“Buatku sih ketika masih ada di Ibukota, ketika kita berada di mansion Crusch. Kupikir
semuanya sangat normal, tapi aku tidak bertemu dengannya semenjak pagi itu. Bahkan
ketika aku memanggilnya, dia juga tidak muncul…. aku khawatir kalau aku sudah
membuatnya marah atau semacamnya.”

Sambil menunduk, Emilia bermain-main dengan ujung rambutnya mencoba untuk tidak
menunjukan wajahnya pada Subaru. Beberapa hari ini rambut peraknya selalu saja
dikepang.

Melihat Subaru menatap kearahnya, seolah mengerti maksud dibalik tatapan itu, Emilia pun
mengangguk “Ya”

“Kontrak yang aku buat dengan Puck ketika terakhir kali aku melihatnya adalah „selalu
mengepang rambutku‟. Setelah itu, aku tidak diberitahu apa yang harus kulakukan, jadi aku
terus membiarkannya seperti ini.”

“Gaya rambutmu adalah kontrakmu dengan Puck? Serius? Itu sangat mudah, ya kan?
Meski begitu, katanya rambut adalah nyawa bagi seorang wanita, jadi itu seolah-olah
kontrak Puck adalah memegang sebuah kehidupan ya…”

“Aku pikir itu juga harga yang sangat murah. Aku tidak tahu hal ini sampai aku keluar dari
hutan, tapi mempunyai kontrak dengan seorang roh seperti Puck, keadaan seperti ini
memang terlalu mudah. Roswaal juga sangat terkejut. Pada kenyataannya, jika ingin
membuat kontrak, kau sepertinya harus memiliki jumlah Mana yang sangat besar ataupun
syarat-syarat rumit lainnya.”

Melihat Emilia mengendurkan sudut bibirnya ketika mengatakan ini, Subaru pun
mengangguk seolah-olah sedang memikirkan sesuatu. Tapi kemudian, dia dengan cepat
mengangkat rahangnya untuk menghilangkan senyum lemah Emilia.

“Well, bisa membatasi sedikit saja waktu Emilia-tan, bagiku, aku bisa bilang kalau itu adalah
harga yang sangat mahal.”

“Kata-kata seperti itu, jika kau terus mengatakannya dengan begitu enteng, itu hanya akan
menjadi kata-kata yang dangkal. Jika itu adalah sesuatu yang penting, maka lebih baik
mengungkapkan mereka di waktu yang penting juga, kurasa.”

Emilia menyuarakan keberatannya melihat bagaimana Subaru yang selalu saja


menemukan cara untuk menggodanya. Pada akhirnya, Subaru mengangkat kedua
tangannya dan menggelengkan kepalanya.

“Rahasia yang perlu dikatakan kepada Emilia-tan sudah tersimpan secara terpisah hanya
untuk saat-saat yang penting. Yang satu ini untuk kebutuhan sehari-hari, satu dari
beberapa hal yang mudah untuk dikatakan kepada Emilia-tan.”

“Serius, Subaru, kau punya lidah perak…. Oh tidak, mungkin wajahku saat ini sedang
memerah, jangan lihat aku!!”

(T/N : Lidah perak : Pandai berkata-kata)


Melihat Emilia yang tiba-tiba menggunakan telapak tangannya untuk menutupi wajahnya,
Subaru pun tertawa, memastikan dia mendapatkan apa yang dia inginkan. Dan, mencoba
membawa percakapannya kembali ke topik, Subaru pun melanjutkan dengan “Well….”

“Karena Puck tidak ada, ada beberapa masalah serius dalam aspek pertarungan pada
perjalanan kali ini. Kita tidak bisa mengandalkan Otto untuk bertarung, dan aku juga tidak
hebat sama sekali. Emilia-tan juga tidak terlalu tangguh tanpa Puck, benar kan?”

“Oh, kau mengatakan hal seperti itu ya.. Tapi, akan kuberitahu kau, aku masih bisa
menggunakan sihir bahkan ketika Puck tidak ada disini. Tidak hanya Puck, aku punya
kontrak dengan roh-roh yang sangat kecil juga. Aku tidak punya masalah berkomunukasi
dengan mereka, jadi aku bisa bertarung. Aku pasti akan melindungimu tidak peduli apapun
yang terjadi.”

“Oh tidak, sangat jantan…. !! Itu berarti aku terlalu menyedihkan, ya kan? …. Kata-kata itu,
suatu hari nanti, aku sendiri pasti akan mengatakannya kepada Emilia-tan, jadi tunggu
saja!!”

“Aku akan menunggunya tanpa ekspektasi apapun.”

Seolah-olah membuktikan kata-kata Emilia, roh-roh yang sangat kecil pun muncul, datang
mendekat, dan berkumpul di ujung jari Emilia, mereka melayang-layang dan terlihat
bercahaya. Mereka terlihat seperti roh-demi milik Julius, tapi keberadaan mereka terlihat
lebih lemah jika dibandingkan… dan meskipun kekuatan mereka sangat jauh dari Puck,
setidaknya mereka tidak menjadi kumpulan makhluk yang tidak berdaya.
Satu-satunya gadis dalam rombongan mereka dan orang yang Subaru sukai…
Mengandalkan perlindungannya pasti akan sangat memalukan.

“Begitulah, ketergantunganku pada orang lain tidak berubah banyak semenjak pertarungan
melawan Paus Putih. Saat itu, aku benar-benar bergantung pada Rem, dan bahkan
sebelum itu…. tunggu, tidak pernahkah ada saat dimana aku melakukan semuanya
sendiri?”

Tentu saja, itu adalah cerita dari sudut pandang Subaru, dan mungkin semua itu juga
kurang dihargai oleh dirinya sendiri.

Tapi bagaimanapun, karena tidak ada orang yang punya cukup informasi untuk
menemukan kesalahan dalam kesimpulan ini, reaksi mengerikan Subaru saat menyadari
semua ini pun lewat begitu saja.

“Well, Sanctuary huh.. Sebenarnya, tempat seperti apa itu….?”

Setelah sedikit menginstropeksi diri, Subaru melihat pemandangan di luar kereta melalui
sebuah jendela kecil sambil menggumamkan hal tersebut di sela-sela napasnya.

Saat ini, bagi Subaru, Sanctuary adalah tempat yang sama sekali tidak diketahui. Dari
namanya saja sudah tidak memberikan kesan berbahaya, tapi peringatan Frederica ketika
dia membicarakan tentang Sanctuary benar-benar membekas dalam otak Subaru. Salah
satu dari kata-kata itu…

“Hati-hati terhadap Garfiel huh…”


“Kau juga tidak pernah bertemu dengan dia kan Subaru? Aku hanya mendengar namanya,
dan Frederica juga sama sekali tidak memberitahukan detailnya.”

Seolah-olah mengikuti kata-kata Subaru, alis rapi Emilia pun juga memicing dengan cemas.
Kejadian yang muncul di pikirannya mungkin sama dengan apa yang ada di pikiran Subaru.

Kejadian saat Frederica memberikan peringatan untuk berhati-hati terhadap pria bernama
Garfiel, namun menolak untuk menjelaskannya lebih detail.

Meskipun ketika Subaru menyuarakan ketidakpuasannya terhadap minimnya informasi


yang dia dapatkan, Frederica tetap saja menolak dengan keras kepala, mengatakan “itu
karena Sumpahku” dan tidak mengatakan apa-apa lagi. Emilia dan Subaru yang tidak tahu
harus melakukan apa, memutuskan untuk tidak menekannya lebih jauh.

“Aku seharusnya mendapatkan informasi yang lebih banyak darinya… Dia tahu
sepenuhnya kalau Garfiel adalah sosok yang berbahaya, tapi dia hanya memberitahu kita
namanya, itu sangat keterlaluan.”

“Yah, mau bagaimana lagi, itu adalah sebuah Sumpah. „Kesepakatan itu suci dan tidak bisa
diganggu gugat, sama sekali tidak boleh dilanggar. Kontrak, Sumpah, dan Perjanjian,
meskipun pada dasarnya mereka berbeda, mereka semua tetaplah setara‟.”

Sambil mengayunkan jarinya yang terangkat, Emilia mengatakan hal itu seolah-olah
sedang mengajari Subaru.
Kontrak, Sumpah, dan Perjanjian, seperti sebuah permainan kata-kata, mereka semua
melayang ke telinga Subaru. Sebuah pertanyaan tiba-tiba muncul dipikiran Subaru, dia pun
segera mengutarakannya..

“Jadi, antara Emilia-tan dan Puck adalah Kontrak. Antara Frederica dan Roswaal adalah
Sumpah wajib. Dan kemudian, kesepakatan antara Sang Naga dan Kerajaan adalah
sebuah perjanjian…. Benar kan? Atau aku salah?”

“Hal itu tidak dibedakan sebegitu jelasnya, tapi dari apa yang kupahami, Kontrak itu antar
individu, Sumpah dibuat ketika satu pihak bersumpah pada pihak lainnya, dan Perjanjian
adalah sebuah kesepakatan yang melampui batas-batas individu, dan bahkan melebihi
batas-batas waktu…. Setidaknya, itulah yang sudah kupelajari.”

“Begitu ya. Itu sangat cocok dengan pengertiannya…”

Mengangguk menanggapi penjelasan Emilia, Subaru pun menggaruk-garuk kepalanya


dengan kasar dan dengan kata-kata “tapi, tetap saja” dia melanjutkan

“Itu juga dihiasi dengan kata-kata yang indah…. „Kesepakatan itu suci dan tidak bisa
diganggu gugat‟, ya kan?”

“Perjanjian….. Janji adalah sesuatu yang sangat penting. Tentu saja, Sumpah dan bahkan
Kontrak pun tidak memaksa untuk melindungi mereka. Sama sekali bukan seperti itu, tapi
tetap saja kita harus menepati janji. Kita berusaha keras untuk menepatinya, ya kan?
Meskipun tidak ada orang yang melihat, ataupun tidak ada orang yang menyadarinya, janji
haruslah dijaga. Entah itu orang lain ataupun diriku sendiri, kami pasti akan melakukan
yang terbaik untuk menepatinya.”
Sambil menempatkan tangan di depan dadanya, Emilia pun mengunci pandangannya
kearah Subaru yang bertanya dengan begitu enteng. Nada bicaranya lembut dan tidak ada
maksud untuk menyalahkan Subaru…. Tapi, hati Subaru terasa begitu sakit ketika
mendengar hal itu.

XxxxX

“Karena kami mempercayai hal ini, kami memberikan kata-kata kami dan bekerja keras
untuk memenuhinya. Karena janji itu dijaga untuk melindungi kepercayaan orang lain, kan?”

“Mengenai itu…. Aku benar-benar minta maaf!”

Di dalam kereta tanpa ada sedikitpun keributan, tiba-tiba Subaru menjatuhkan diri ke lantai
dan menjatuhkan kepalanya lurus di depannya.

Melihat Subaru meletakkan dahinya di lantai dengan pose DOGEZA penuh, untuk
beberapa saat, Emilia terbelalak heran. Beberapa detik kemudian, setelah merenungkan
apa yang baru saja dia katakan ditambah dengan pose Subaru saat ini, Emilia tampak
mulai mengerti.

(T/N : Dogeza : intinya adalah bersujud)


“Oh, aku tidak menyalahkanmu atau semacamnya. Well, memang benar kau tidak menjaga
janjimu, dan bahkan tidak meminta maaf, ditambah lagi kau malah berbalik memarahiku,
jadi memang benar kalau aku merasa seperti „Apa-apaan ini!'”

“Ow ow ow telingaku sakit!”

“Tapi kemudian, setelah memikirkannya, aku sadar kalau aku juga tidak adil dan hanya
melihat sesuatu dari sudut pandangku. Aku seharusnya berdamai dengan Subaru tepat
setelahnya, tapi aku begitu keras kepala, aku tidak melakukannya, jadi ini juga
kesalahanku. Maafkan aku!”

“Ow ow ow dadaku sakit!”

“Perjanjian dan hal-hal semacam itu, mungkin mereka lebih mendalam dan berat untukku,
karena aku adalah seorang pengguna roh, kontrak itu lebih penting bagiku daripada orang-
orang normal pada umumnya. Seorang pengguna roh harus menghormati kontrak mereka
diatas segalanya, dan itulah kenapa aku sangat over sensitif ketika itu terjadi…. Yeah, janji
adalah masalah yang sangaaat besar bagiku. Sekarang, kalau kupikir-pikir lagi, Subaru,
renungkan juga apa yang telah kau lakukan!”

“Ow ow ow hatiku sakit!”

Ketika dia mengatakan itu semua, seolah-olah mengingat kalau Subaru telah membuatnya
tidak nyaman, Emilia pun mulai cemberut. Merasakan hal ini, Subaru pun menekan
kepalanya lebih keras kearah lantai.
Sudah jelas sekarang kenapa Emilia begitu marah dengan Subaru ketika berada di Istana
Kerajaan.

Itu bukan hanya amarah karena janjinya telah diingkari. Bagi Emilia, janji itu sendiri adalah
sesuatu yang lebih jauh dan lebih berat. Ketika Subaru mengingkari janji itu dengan begitu
mudahnya, bahkan seseorang berhati lembut seperti dirinya pun, tidak akan bisa tetap
tenang.

Karena, tanpa disadari, Subaru telah menginjak-injak sesuatu yang sangat penting di hati
Emilia.

“Apa kau sudah menyadari tindakanmu sekarang ?”

“Aku menyesal. Lebih dalam dari lautan, lebih tinggi dari pegunungan, lebih luas daripada
langit dan jauh lebih luas dari alam semesta.”

“Baiklah,aku memaafkan mu!”

Setelah dengan lembut menyentuh dahi Subaru ketika dia sedang mendongak, Emilia pun
menyentuhkan jarinya ke bibirnya dan tersenyum kecil. Lega karena tidak ada tanda-tanda
kemarahan dari Emilia, dan juga karena kelakuannya yang begitu menawan, Subaru pun
tidak bisa berkata-kata.
Mengabaikan Subaru yang menggerakkan mulutnya seperti ikan sedang bernafas, Emilia
pun menoleh untuk melihat jalan di depan, dan,

“Sanctuary, Garfiel, Roswaal dan semua orang dari desa…. ada begitu banyak hal yang
harus dibicarakan, saat ini jantungku sudah berdebar-debar.”

“Jangan khawatir, aku tidak akan membuat Emilia-tan berada dalam bahaya. Tolong
percayalah pada pelindung keduamu, diriku.”

“Kau yang kedua ? Lalu, siapa yang pertama?”

“Saat ini, dia sedang mengemudi kereta naga dan bercumbu dengan Patrasche ku.”

Melihat kearah Subaru, yang baru saja menyebut Otto sebagai perisai daging tanpa
persetujuannya, kali ini, Emilia tidak bisa menahannya dan tertawa. Melihatnya tertawa
terbahak-bahak, Subaru pun merasa puas dan dipikirannya, dia bertanya-tanya berapa
banyak rintangan yang akan menanti mereka di depan sana?

Semenjak dia datang di dunia ini, dia selalu disuguhi dengan masalah demi masalah tanpa
henti.

Bahkan di sepanjang perjalanan menuju sanctuary, kekhawatiran dan ekspektasi terhadap


apa yang ada di tempat itu pun muncul di dalam hati Subaru. Bagaimanapun, Frederica
hanya memberi tahu sedikit tentang tempat itu, kemudian Roswaal, serta fakta bahwa
penduduk desa yang belum juga kembali hanya menambah keragu-raguan Subaru. Ada
pula masalah ketidakmampuannya untuk membuat Puck menunjukan dirinya dan…. apa
yang dia tinggalkan di mansion…. membuatnya terus saja khawatir.

“Apa kau sedang memikirkan Rem-san ?”

“….. Kau mengetahuinya?”

Subaru tiba-tiba terdiam. Sambil menatap sisi wajah Subaru, Emilia pun memiringkan
kepalanya.

Rambut peraknya meluncur pada bahunya ketika dia melakukan hal itu. Sambil
mengangkat ujung rambut kepang dengan jari-jarinya dan mengayunkannya dari sisi ke
sisi, dia pun mengatakan “Ya, aku tahu”, dan….

“Hanya dari caramu melihatku, sebenarnys aku juga akan memikirkan Subaru dengan cara
yang sama.”

“Itu artinya, Emilia-tan, kau selalu memikirkanku sepanjang waktu kan?”

“Oh, sebenarnya anggap saja itu setengah dari setengah dari setengah nya.”

“Itu artinya 3 jam ..!”


“Setengah dari setengah dari setengah dari….”

“Aku pasti akan terluka jika mendengar jumlah sebenarnya, jadi tolong hentikan!”

Berteriak untuk mengehentikan Emilia yang sedang mencoba menghitung jumlah


sebenarnya, Subaru pun mendesah pelan, menggaruk pipinya, dan…

“Aku sudah mempercayakannya pada Frederica dan Petra, jadi tidak ada yang perlu
dikhawatirkan. Seharusnya sih tidak ada…. tapi tetap saja, kecemasan yang ada pada
diriku ini, aku tidak bisa menggambarkannya dengan kata-kata.”

“Kau khawatir karena kau gelisah, yah mau bagaimana lagi. Itu menandakan betapa
berartinya dia untukmu. Terus dipikirkan sampai seperti itu, aku sebenarnya sedikit iri.”

“Biar kukatakan ini sekarang, aku merasakan hal yang sama kuatnya dengan Emilia-tan
juga….. Tunggu, kau baru saja menipuku untuk berkata seperti itu kan?”

“Ya, aku memang bermaksud begitu. Maaf!”

Emilia menjulurkan lidahnya, dengan satu tingkah itu, dia pasti sudah memaafkan
semuanya.
Di depan Subaru, yang tidak bisa melakukan apa-apa selain membuat suara berkumur
dalam tenggorokannya, Emilia pun mengatakan “Tapi….” dan menatap kearah Subaru..

“Orang yang lebih kau khawatirkan lagi adalah Beatrice, kan?

“….. Mungkin. Emilia-tan, apakah hati kita ini saling terhubung satu sama lain? “GOOD
END” sudah ada di depan mata!”

“Biasanya kau akan mengatakan „mana mungkin aku khawatir!‟ meskipun itu kau, tapi hari
ini kau bahkan tidak mengatakan hal semacam itu. Itu artinya kau benar-benar khawatir
kan?”

Terkena pukulan telak, Subaru hampir saja mengucapkam “Guu!”, dia menggigit bibirnya
dengan ekspresi jengkel di wajahnya…

Tapi dia dengan cepat segera menghentikan hal itu, dan…

“Khawatir? Aku tidak khawatir ataupun semacamnya. Hanya saja, mengakhiri semuanya
dengan pertengkaran seperti itu, aku merasa seperti tidak akan bisa bertemu dengan dia
lagi setelahnya. Pergi dari mansion tanpa bisa melihatnya lagi, meninggalkan sedikit
perasaan tidak enak untukku, itu saja. Yeah, hanya sedikit. Hanya sedikiiit saja, cuma
seujung.”
“Itu terdengar sedikit kotor bagiku, yag mungkin aku terlalu memikirkannya….”

“Kau tidak perlu membayangkannya, itu hanya aku.”

Menyembunyikan kebahagiaannya ketika mendapatkan reaksi yang dia inginkan, Subaru


pun menatap kearah Emilia yang memiringkan kepalanya dan tersenyum seolah tidak
mengerti apa-apa, dan….

“Jika masalah hikikomori Beako semakin parah, sebagai seorang hikikomori, aku juga
merasa bertanggung jawab.”

“Hikikomori….. Subaru, kau tau banyak tentang hal itu, kan? Beatrice, apakah dia mau
keluar?”

“Sebenarnya, itu sangat sulit. Tanpa menemukan kesempatan yang pas dan hanya
menariknya keluar secara paksa bukanlah hal yang baik, tapi menghabiskan terlalu banyak
waktu juga malah hanya akan terlalu memanjakannya. Hikikomori itu seperti „sakit pantat‟…
Tunggu! Aku salah satunya!”

(T/N : Sakit pantat / pain in the ass : gatau gimana mengatakannya dalam bahasa
Indonesia :v jadi saya pas-pasin aja.. :v Arti sebenarnya sih „sesuatu yang sulit
dihilangkan/disembuhkan‟)

Dengan akhir yang konyol, Subaru mencoba untuk memperbaiki arah dari percakapannya
kembali.
Lagipula, karena sekarang mereka sedang menuju Sanctuary, itu bukanlah sesuatu yang
akan mereka urusi sampai kepulangan mereka.

“Setelah aku kembali, aku pasti akan membicarakan banyak hal dengan Beako. Terakhir
kali, aku tidak bisa membuatnya mengatakan apa yang ingin aku ketahui.”

“Beatrice dan Puck, mereka sepertinya tahu banyak hal, dan menyembunyikannya dari
kita.”

“Aku juga merasa begitu. Bahkan dengan Frederica, tapi kemudian, semua orang yang
berhubungan dengan mansion itu mempunyai kebiasaan mengatakan sesuatu secara
samar-samar dan membiarkankannya terjawab belakangan. Itu sudah seperti penyakit.
Bukan penyakit yang baik juga. Dan si Beako itu, dia mengembalikan „Kitab‟ seperti itu dan
mengatakan hal-hal yang masih tidak bisa ku hilangkan dari pikiranku…”

„Kitab‟, yang Beatrice lemparkan kepada Subaru bersamaan dengan kata-kata


misteriusnya, saat ini sudah aman berada di tangan Subaru. Jika kitab ini hanya akan
menjadi halangan, maka dia bisa meninggalkannya, tapi bagian terburuknya, dia bisa
menginterogasi Roswaal hal ini, sehingga dia harus membawanya.

Tapi karena benda ini begitu mengerikan, dia menyimpannya di bagian paling bawah
tasnya, seolah-olah menyembunyikannya dari pandangan mata.

“…. Aku pikir kita sudah memasuki hutan.”


Emilia, tiba-tiba mengangkat wajahnya dan menyapu rambut yang ada dahinya, dia
mangatakan hal ini sambil melihat sekeliling. Mengikutinya, Subaru juga mengangkat
kepalanya, tapi dari bagian dalam kereta dia tidak bisa melihat apa-apa. Melangkah menuju
jendela dan mengintip keluar, memang benar kalau warna di luar sana telah dipenuhi
dengan warna hijau.

“Kau bahkan tidak melihat keluar, tapi kau bisa tahu, ya..”

“Meskipun campuran, aku ini masih memiliki darah Elf. Mereka bilang Elf adalah ras yang
berasal dari hutan, jadi Elf dan hutan itu mempunyai ikatan tak terpisah……”

Ketika Emilia mengatakannya dengan senyum sekilas…

Tiba-tiba, sebuah sensasi lembut mengejutkan kulit Subaru, dia melihat kesekelilingnya
untuk melihat apa itu. Tapi tentu saja, kekuatan yang tadi melewatinya, bukanlah sesuatu
yang bisa dilihat oleh matanya.

Di dalam kereta, Divine Protection „Wind Evasion‟ masih memisahkan mereka dari dunia
luar.

Tapi,

“…. Hey, hey!!”


“…….”

Tubuh ramping Emilia terhuyung-huyung tanpa daya, dan mulai jatuh, Subaru pun langsung
bergerak dan berhasil menangkapnya tepat waktu.

Momentumnya berhenti saat berada di pelukan Subaru, dia terbaring lemah di lengannya,
mata Emilia tertutup, di wajahnya tergambar kesakitan ketika dia berbaring sambil
terengah-engah.

“Tunggu, Emilia-tan!? Apa yang terjadi, Emilia!?”

Emilia tampaknya tidak bisa menjawab. Dia terlihat seolah-olah sedang kesakitan, tapi
selain napas pendek terengah-engah dan ekspresi menyiksanya, tidak ada tanda-tanda
demam ataupun keringat dingin.

Mengangkat tubuh Emilia di lengannya, Subaru segera menyadari kalau dia tidak bisa
menangani hal ini sendirian. Dia segera bergegas ke depan, dan menjulurkan kepalanya
melalui jendela kecil yang terhubung ke kursi kemudi, dan…

“Otto! Ini gawat, Emilia tiba-tiba pingsan! Apa kau punya obat atau….”

“Oh….. Natsuki-san,maaf!”
Kata-kata ketidaksabaran Subaru terhenti. Otto, yang dia tanyai, terlihat begitu berkeringat
di dahinya. Menoleh kearah Subaru, dia pun membalas dengan suara yang terdengar
sangat lemah.

Subaru menyadari dua hal….. Yang pertama, kereta telah berhenti. Patrasche dan Furufu
menghentikan langkah mereka, dan berdiri diantara pepohonan. Karena meluapnya emosi
Subaru sebelumnya, dia bahkan tidak menyadari kalau kereta telah berhenti, tapi sekarang,
ada hal lain, masalah yang bahkan lebih serius.

Itu adalah hal kedua yang dia sadari..

“Langsung msuk lrus dri arah dpan, kau bnar-bnar punya nyali, rang asing!!”

Seolah meludahkan kata-katanya, tidak seperti isi dari apa yang dia katakan, tidak ada
sedikitpun tanda-tanda keramahan dari ucapannya.

Hanya dengan satu kalimat ini, orang-orang pasti hampir bisa memahami karakter dari
orang yang mengucapkan kata-kata tersebut.

Seolah membenarkan kesan tersebut, pria yang memamerkan dirinya di depan kereta naga
itu, terlihat tepat seperti kedengarannya.

Dengan rambut jabrik berwarna pirang, bekas luka putih di keningnya terlihat begitu
mencolok, lirikan tajam dari matanya terlihat tidak kalah dengan lirikan Subaru dalam hal
keganasan, dan seperti seekor binatang buas, gigi taring di dalan rahangnya mengintip
keluar, terlihat begitu putih. Punggungnya yang membungkuk, membuat dia terlihat agak
pendek untuk ukuran seorang pria, tapi aura gelap nan kejam dari seluruh tubuhnya
menghapus semua keinginan untuk meremehkannya karena perawakannya yang kecil.

“Aku tdak tahu dri mna kau brasal, tapi kau trlihat seperti sjnis pria „yang bertaruh dengan
sebuah poin yang lemah‟.”

“Huh, apa?”

Mendengar logat aneh yang belum pernah dia dengar sebelumnya, Subaru hanya
mengerang kebingungan, tapi lawannya yang mendengar hal itu, pasti menganggapnya
sebagai sebuah ketakutan, dengan sebuah tawa “Hah”….

“Oh? Kau tkut huh? Tapi memang bnar, kau sdang trtimpa ksialan, tmpat yang cba kau
masuki adlah „sbuah tempat‟, dan trlbih lgi, kau bertemu dngan KU.”

Pria itu tertawa jahat, dia menggertakan taringnya ketika tertawa, dia mengepalkan kedua
tangannya, menurunkan posisinya, dan siap untuk bertarung. Dan dengan postur itu, dia
mendongak dengan sebuah tatapan tajam kearah musuhnya yang terdiam.

“Brtemu dengan GARFIEL adlah akhir dri keberuntunganmu. Sekarang HANCURLAH, sprti
PAZO MAZO KANAN DAN KIRI!!!!”
Seorang berandalan yang menyebutkan namanya sendiri itu, memaki-maki dengan sesuatu
yang tidak bisa dipahami sambil menghentak-hentakan kakinya ke tanah.

Dan sesaat setelahnya, sebuah kekuatan luar biasa yang seolah-olah bisa membalikkan
dunia, menghantam Subaru.
Chapter 7 : Tanah Ujian

Saat berandalan itu menghentakkan kakinya ke tanah, Subaru merasakan sebuah ilusi
seolah-olah dunia bergerak miring.

Tentu saja, pada kenyataanya, hal seperti itu tidak mungkin bisa terjadi. Bahkan manusia
terbesarpun tidak akan bisa mengganggu landasan dunia hanya dengan hentakan kaki,
dan berat bumi juga tidak akan bergerak semudah itu.

Jadi, kemiringan dunia hanya ada di dalam ilusi Subaru.

Apa yang sebenarnya terjadi adalah saat Garfiel mengentakkan kakinya ke tanah, sebuah
gelombang menyebar di dalam tanah, dan seperti membalik potongan tatami, gelombang
tersebut melemparkan kereta naga mereka ke udara ketika melewatinya.

“Mustahil…… Uwah!?”

Seperti sebuah akhir dari pertunjukan, sensasi terlempar itu mencapai puncaknya, dan
seolah-olah sedang melayang, kereta naga itu meluncur di udara. Termasuk naga tanah
Patrache dan Furufu, berat mereka hampir melebihi satu ton, mereka semua diterbangkan
oleh gelombang tersebut. Di dalam kereta, Subaru hanya bisa mendekap Emilia dalam
pelukannya.

Selanjutnya, kereta naga tersebut menghantam tanah, dampak guncangannya tersebar ke


seluruh kereta, didalam maupun diluar, menimbulkan suara berderit dan bergemeratak. Itu
adalah kereta naga berkualitas tinggi. Kemewahanya tidak hanya ada pada penampilan
glamornya, kualitasnya juga terdapat pada kenyamanan dan ketahanannya, hal ini dengan
sempurna diperlihatkan oleh fakta bahwa kereta itu berhasil menghindari kehancuran total
setelah menghantam tanah. Tapi tetap saja, di dalam kereta naga yang setengah terguling
itu tidak ada jalan untuk melarikan diri.

Dengan kata lain, karena melarikan diri sudah tidak bisa menjadi pilihan, maka pilihan satu-
satunya yang tersisa adalah berdiri dan bertarung.

“Sialan, apa yang……..”

Menggelengkan kepalanya yang masih terjulur keluar dari jendela menuju kursi kemudi,
Subaru memegangi kepalanya yang sakit. Kepalanya terbentur, tapi untungnya, selain rasa
sakit, tidak ada tanda-tanda luka ataupun pendarahan. Subaru tiba-tiba mengingat sesuatu,
dia menunduk dan melihat Emilia terbaring di lengannya, dalam kondisi tidak terluka.

Perasaan lega menghampirinya, namun emosinya segera digantikan oleh kekhawatiran


karena teringat akan penjahat yang melakukan semua ini masih berada diluar sana.

Dengan cepat mengangkat kepalanya, pemandangan menakutkan yang dilihat oleh mata
Subaru adalah…..

“Patrasche….!!”

Dengan taring terlihat dan suara melengking, naga tanah berwarna hitam pekat itu
melompat kearah sosok berbadan kurus tersebut.
Memanfaatkan sambungan kereta yang telah mengendur, dengan memutar tubuhnya,
Patrasche pun melepaskan diri, dengan pergerakan yang sangat cepat dia bergerak
menuju penyerang tersebut untuk melancarkan sebuah serangan balik.

Dengan taring setajam pedang, kekuatan dari rahangnya pasti bisa mengoyak daging
manusia, menghancurkan sampai ke tulang, dan masih punya kekuatan untuk menghindar.
Dengan kecepatan seperti angin, dia membidik leher Garfiel, mencoba untuk mencabiknya
menjadi potongan kecil tanpa bertanya satupun pertanyaan.

“Pilihan menarik. Naga tanah yang pintar….. tidak, kau gadis yang pintar, y kan? Persetan,
seprrti kata mereka „suara dari tulang yg patah adalah sebuah pertanda cinta‟.”

“……..!”

Berada di dalam rahang Patrasche yang tertutup, adalah ujung dari sebuah tangan terulur
yang seharusnya sudah tercabik-cabik.

Garfiel mengulurkan tangan kanannya kearah gigitan Patrasche. Naga tanah itu membidik
targetnya, mengunyah pergelangan tangannya, menyobek lengannya, dan kemudian
menjatuhkan diri diatas tubuh targetnya….. atau setidaknya, itulah apa yang seharusnya
terjadi.

Tapi hal itu tidak terjadi, Patrasche malah membeku di tempatnya. Tidak hanya tubuhnya,
bahkan rahangnya yang mengapit lengan tersebut telah sepenuhnya berhenti bergerak.
Apakah itu kemampuan khusus, ataukah sihir?

Pertanyaan ini terlintas di pikiran Subaru, tapi segera, tindakan Garfiel menjawab keragu-
raguannya. Garfiel mengembangkan otot-otot di tangannya, otot-otot tersebut benar-benar
melebihi kekuatan rahang Patrasche, dan membuka rahangnya menjadi semakin lebar dan
semakin lebar.

“Kerja bagus. Cepat bertindak dan masih tidak menyerah, hal itu bahkan lebih baik. Kau
lulus!”

“………!”

Naga tanah berwarna hitam pekat itu merendahkan tubuhnya, masih dengan mulut yang
menggigit lengan itu, Patrasche pun memutar pinggangnya. Kekuatan dari rahangnya
masih terkunci pada pergelangan tangan pria itu, dia mengayunkan ekornya keatas untuk
menerbangkan pria itu. Subaru pernah terkena pukulan dari ekornya sekali, tapi, melihat
pergerakan Patrasche saat ini, kau akan langsung tahu seberapa besar dia menahan diri
pada waktu itu.

Menempatkan seluruh tubuhnya di belakang serangan itu, Patrasche mengarahkan seluruh


kebenciannya untuk menghantam tubuh pria yang benar-benar penuh celah tersebut. Meski
begitu, serangan tersebut dengan gampangnya dihentikan oleh tangan kiri Garfiel.

Sebuah suara retakan terdengar, dan setelah keterkejutannya menghilang, apa yang
tersisa hanyalah sebuah tangan yang menggenggam ujung ekor Patrasche. Tangan
kanannya berada di rahang Patrasche, tangan kirinya memegang ekor Patrasche, Garfiel
tersenyum menunjukkan taringnya yang mirip seperti binatang buas.
“Ini tidak akan sakit. Tidurlah yang nyenyak!”

Mengayunkan tangannya dengan lebar, seperti sebuah lelucon, gerakan memutar dari
tangannya itu membawa tubuh berat Patrasche meluncur ke udara, dan kemudian
memutarnya kesamping dengan sensasi ringan yang tidak dapat dibayangkan. Mata
Patrasche dipenuhi dengan kebingunan ketika dia dilemparkan ke tanah dengan lembut.

Tubuh beratnya hampir tidak memantul ketika mendarat, dan Patrasche hanya terdiam.
Patrasche telah dikalahkan. Di hadapan adegan ini, tenggorokan kering Subaru
mengeluarkan erangan ketidakpercayaan.

“D-dia melempar Patrasche?”

“Benar-benar makhluk yang setia. Aku melemparmu dengan lembut, itu seharusnya tidak
sakit. Ayo akhiri semua ini sebelum kau bangun!”

Mengabaikan Subaru yang mematung, Garfiel pun mengangkat wajahnya dan melompat
keatas tempat kusir. Terbaring diatas kursi kemudi yang miring adalah Otto, dengan postur
yang kacau dia mencoba berdiri ketika penyerang tersebut mendekat.

“Guh…… jangan meremehkanku! Aku itu pedagang pengelana kau tahu? Aku benar-benar
sudah siap kalau saja dirampok oleh sekelompok preman ketika perjalanan bisnisku. Jadi,
ayo maju, tapi jika kau tidak ingin menjadi korban dari „Suwen-Family-Ryu-Thug-Repulsion-
Technique‟, aku sarankan kau untuk menyerah sekarang….. Howaah!”
“Diamlah, daging! Kau pikir apa yang bisa kau lakukan dengan kemampuan lemahmu
terhadapku? Tidur sana!”

Tepat setelah memasang pose bertarung dengan penuh semangat, Otto pun seketika
ambruk ketika Garfiel mendekatinya dan memberikan sebuah sentilan di dahinya secara
tiba-tiba.

Sentilan itu…. lebih tepatnya, serangan dari jari tengah jarak dekat itu, menerbangkan
tubuh kurus Otto dari tempat kusir dengan suara yang terdengar seperti kekuatan dahsyat.
Sambil memegangi dahinya kesakitan, Otto pun menghilang tanpa sepatah kata. Entah dia
sudah mati atau masih hidup, dia sudah bukan lagi sebuah halangan.

“Sekarang, kelihatannya hanya kau yang tersisa.”

Mendengus, berandalan itu menoleh dengan tatapan tajam yang bisa memotong tubuh
manusia sambil menggumam.

Berdiri di atas tempat kusir, jarak diantara dia dan Subaru kira-kira hanya 4 langkah… tapi,
mengingat bagaimana dia memperpendek jaraknya dengan Otto seketika, mungkin bisa
dikatakan kalau sudah tidak ada jarak diantara mereka sama sekali.

Sambil terangah-engah, Subaru memeras otaknya, namun dia tidak bisa memikirkan
satupun rencana untuk melarikan diri. Satu-satunya kekuatan bertarung yang mungkin bisa
melawan pria ini, Emilia, masih dalam keadaan tidak sadar setelah kejadian ambruknya
yang tidak bisa di jelaskan. Tapi tidak peduli apa yang terjadi, Subaru harus tetap
melindunginya.
“Aku…….”

“„Berbalik sedikit saja atau kulitmu akan membiru‟, aku tidak ingin mendengar sesuatu
seperti itu…”

Dengan suara ketukan pelan di lantai, dalam satu kedipan mata, postur pendek Garfiel
sudah muncul di depan wajah Subaru. Diatasnya, terangkat sebuah tangan dengan kelima
jarinya yang terbuka, sangat mudah untuk membayangkan apa yang terjadi selanjutnya
ketika tangan itu terayun kebawah, dan merobek tubuh Subaru yang mematung.

Dihadapan masa depan dimana angota tubuhnya terkoyak, satu-satunya hal yang bisa dia
pikirkan adalah; mencegah serangan itu agar tidak mencapai Emilia yang berada di
tangannya dan melindunginya dengan nyawanya sendiri.

“…….!”

…… Beberapa detik terlewati, atau mungkin sedikit lebih lama.

Mata Subaru terpejam kuat, dia melindungi Emilia dengan seluruh tubuhnya, waktu yang
Subaru habiskan untuk menunggu datangnya syok itu berubah menjadi sebuah
kebingungan. Selanjutnya, membuka matanya dengan ragu-ragu, dia pun melihat kelima
jari yang terbuka itu masih diam tidak bergerak di hadapan wajahnya. Dibelakangnya,
sebuah tatapan bingung terlihat di dalam mata berandal itu.
Terus menatap kearah Subaru yang hanya bisa menahan napasnya, Garfiel pun
menggerakkan kepalanya dari satu sisi ke sisi yang lain dan membuat suara gemeretak
dari tulang-tulang yang berada di lehernya.

“Tidak menyerang balik dan malah memilih melindungi seorang gadis, apa-apaan itu?
Setelah kau mati, dia juga akan mati. Bukankah itu keputusan yang sangat buruk?”

Dihantam oleh pernyataan yang sama sekali tidak ingin dia dengar, Subaru pun
melewatkan semua alasan di otaknya dan berakhir dengan tidak memberikan satupun
jawaban. Keheningan tersebut membuat Subaru tidak nyaman, dan Garfiel mengayunkan
tangan penuh cakarnya.

“Well, kau juga sangat lambat. Membuat pergerakan atau tidak, mungkin memang sudah
tidak ada harapan. Kau benar-benar tidak berguna.”

“K-kau…..”

“Hah?”

Berkomentar pada tindakan aneh Subaru, Garfiel pun menyatakan penilaian tanpa
ampunnya. Ketika Subaru mencoba menggerakan tenggorokannya yang membeku dan
memeras keluar pertanyaanya, wajah dengan tatapan jahat milik Garfiel pun terlihat tidak
senang dan bergerak mendekati wajah Subaru.

“Kau berbisik, berbicaralah lebih keras. Ayo!”


“Kau Garfiel…. kan? Kau kenal dengan Roswaal dan Frederica?”

“….. Frederica?”

Memastikan kata-kata Subaru, untuk pertama kalinya ekspesi Gaerfiel kehilangan


agresifitasnya. Nampak terkejut seperti binatang buas yang kehilangan bau darah, seketika
itu juga, dia terlihat agak manis dan jinak, tapi dia segera menyembunyikan hal itu dengan
sebuah ekspresi yang pahit.

“Kenapa kau tahu nama itu…. Tidak, tunggu. Wanita yang kau pegang itu, apakah dia gadis
berambut perak…. Half-Witch?”

“Dia itu Half-Elf. Jangan berani-beraninya kau menggunakan nama itu dihadapannya.”

“….. Hyah! Apaini apaini, kau tiba-tiba menjadi bersemangat.”

Melirik kearah Emilia, Subaru tiba-tiba meledak-ledak mendengar nama yang terkesan
menghina itu. Ketakutan yang muncul beberapa saat yang lalu seketika menghilang di
hadapan kemarahannya. Garfiel yang mendengar hal ini, menggertakkan taringnya
bersamaan dengan penuh kegembiraan.

“Hei, Bukankah dia Emilia-sama yang dirumorkan itu? Kini, „Half-Witch‟ muncul di sekitar
sini dan pasti ada hubungannya dengan Roswaal.”
“Baji……”

Mengabaikan kata-kata Subaru sebelumnya, Garfiel kembali mengatakan „Half-Witch‟


dengan penekanan khusus. Mendengar hal ini, Subaru pun berdiri namun seketika
dihentikan oleh tangan Garfiel.

“„Orang bodoh yang menggigit besi meleleh pasti hanya akan merasa sakit‟, ya kan? Kau
tidak punya kesempatan melawanku. Lihatlah perbedaan kekuatan, eh? ….. Aku tidak ingin
kau terluka, kau tahu?”

Membuat tinju dengan tangannya yang terulur, Garfiel pun menggertakkan jarinya sebagai
sebuah peringatan. Perbedaan kekuatan mereka sangat jelas, tanpa mengetahui
maksudnya, akan lebih baik kalau tidak membuat semuanya semakin memburuk dengan
melakukan perlawanan. Menekan kemarahannya dan menunggu kesempatan lain untuk
melakukan pembalasan mungkin akan menjadi tindakan paling bijaksana untuk saat ini.

Itulah kenapa…

“….. Sialan.”

“Hah?”
“Aku tidak ingin terluka. Dan kurasa kau akan mengalahkanku dengan sangat mudah.
Tapi….. aku tidak bisa berdiri saja ketika kau terus mengatakan sesuatu yang akan
membuat gadis ini sedih.”

Dengan lembut membaringkan Emilia di tempat barang bawaan mereka dan menyentuh
rambut di dahinya, Subaru pun berdiri dan menatap Garfiel dengan jarak yang begitu dekat
hingga dahi mereka hampir bersentuhan. Sebuah jarak di area napas satu sama lain,
sebuah jarak di area jangkauan satu sama lain.

“Tarik kembali omong kosong itu…. dan jangan pernah menggunakannya lagi.”

“…. Kau ingin aku melakukan apa yang kau katakan? Tapi, kau tidak memiliki apa yang
diperlukan, ya kan? Wajahmu, isi perutmu, tulang keringmu, kau ingin mereka semua
hancur ya?”

“Coba saja! Tapi jangan harap aku akan diam saja…. Jika kau memukul wajahku aku akan
menggigitmu, jika kau menghantam isi perutku aku akan mencengkrammu, jika kau
menghancurkan tulang keringku aku akan meludah kearahmu, dan aku pasti akan
membalas gigi dengan gigi.”

Menghadapi intimidasi dengan intimidasi, Subaru terbawa oleh gelombang nafsu yang
terbakar di dalam dadanya. Dihadapannya, aura kebencian diam-diam terpancar dari
Garfiel dan memancarkan perasaan menggigil dari seluruh tubuhnya. Sebenarnya, Subaru
bisa saja terlempar dalam hitungan detik jika Garfiel menginginkannya. Melihat serangan
dan pertahanannya sampai sejauh ini, itu semua sudah sangat jelas.

Diantara orang-orang kuat yang telah Subaru temui di Dunia Paralel ini sampai sekarang,
Garfiel dengan mudah bisa menempati salah satu posisi diantara mereka. Mungkin,
meskipun tidak bisa mencapai level kekuatan penuh Reinhardt, paling tidak, dia bisa
membayangi Wilhelm atau Julius.

Jadi meskipun kata-kata Subaru terdengar sedikit agak sombong, kemungkinan dia bisa
membalas adalah benar-benar setara dengan nol.

Tapi, Subaru dan Garfiel masih saja saling menatap mata satu sama lain.

Meskipun tahu kalau dia akan kalah, Subaru tetap menolak untuk mundur… alasan kenapa
dia tidak boleh mundur tepat berada di belakangnya…

“……Hihahah!”

“……Hah?”

Itu adalah suara tidak terduga yang terdengar tidak pada tempatnya.

Di tengah-tengah kebuntuan mereka, tawa Garfiel pun pecah, dan menghancurkan jarak
diantara mereka. Subaru mengerang kebingungan, sementara Garfiel merespon dengan
tindakannya.
“Hiyahahahaha! Kau benar-benar pandai berkata-kata, ya? Kau benar-benar
melakukannya!”

“Wha…. Ow! hey, tu-tunggu, ow, berhe- ow, itu sakit!”

Sambil tertawa lebar yang mengguncang pundaknya, Garfiel pun dengan sepenuh hati
menepuk-nepuk bahu Subaru. Namun, meski tanpa sedikitpun kebencian atau niatan untuk
menyerang, meskipun sudah menahan diri, dan meskipun gerakannya murni hanya
mencari sentuhan keramahan, entah bagaimana hal itu sanggup mengurangi poin
kesehatan Subaru dalam jumlah yang besar sekaligus.

XxxxX

“Kerja bagus, kau lulus! Kau langsung melewatinya! Half-Witch….. Half-Elf, meskipun aku
sangat tidak menyukai mereka, tapi kau punya nyali untuk melindunginya, aku akan
menghargai hal itu.”

“Baguslah kau datang…. Tapi itu benar-benar sakit! Kapan kau akan berhenti memukulku?
Apa kau mencoba membunuhku?”

Antusiasnya terus berlanjut, Garfiel menjatuhkan tangannya, dan Subaru bergerak sedikit
menjauh. Melihat hal ini, berandalan itu memiringkan lehernya, menyilangkan kedua
tangannya, dan,
“Dingin sekali! Semua itu adalah air dibawah jembatan sekarang, jadi ayolah, sudah
lupakan saja! Ketika seorang pria bersikap picik, itu berarti anu-nya juga picik, kau tahu.”

“Ini pertama kalinya aku mendengar kau menggunakan idiom yang terdengar familiar….
tapi anu-ku sama sekali bukan urusanmu!”

Garfiel menggoyangkan dan memberi isyarat dengan jarinya. Melihat Garfiel mengangkat
dagunya dengan puas, Subaru pun melempar kembali kata-katanya dengan kasar.

“Kau Garfiel, dan kau kenal dengan Roswaal, kan? Meskipun kita merasa ketakutan ketika
kita tiba-tiba bertemu, tapi sudah tidak ada lagi kebencian diantara kita, kan?”

“Bisakah kau berhenti merengek, itu mulai mengganggu. Jangan panik, aku tidak akan
memakanmu!”

“Kau pikir siapa yang akan mempercayainya setelah kelakuan liarmu beberapa saat yang
lalu, haaaaaah…?”

Memasukkan jari ke dalam telinganya dengan jengkel, Garfiel menanggapi sanggahan


Subaru dengan kata “Kurasa kau paham”, seolah-olah memahami maksud Subaru.
Meskipun dia terkadang sulit dipahami, tapi untunglah mereka bisa berkomunikasi dengan
kata-kata. Dan setalah berhasil melewati keadaan mengerikan tadi, Subaru pun teringat
sesuatu,

“Yeah….. Hey, ini bukan waktunya untuk itu! Emilia tiba-tiba pingsan, apa yang kulakukan
berbicara dengan normal begini?”
“Pingsan, maksudmu Half-Elf? Oy, tentu saja dia pingsan. Kau pikir dimana ini? Apa yang
membuatmu panik?”

Bergegas menuju samping Emilia, Subaru melihat Emilia masih tertidur dan bernapas
dengan tidak teratur seolah-olah sedang kesakitan. Ketika Subaru yang khawatir berada di
samping Emilia, Garfiel terlihat tidak terlalu memikirkannya dan hanya mengangkat
bahunya. Menyadari ekspresinya, Subaru pun bertanya “Apa maksudmu?”, dan membuat
Garfiel mengernyitkan dahinya.

“Kau sudah dengar dari Roswaal dan Frederica tentang tempat ini kan? Mereka pasti…….
Tidak mungkin, kau tidak tahu?”

Ketika dia baru saja mulai menjelaskan, Subaru sudah menggelengkan kepalanya, dan
membuat Garfiel mendecapkan lidahnya frustasi. Dia mengumpat “Si mesum sialan itu….”,
sangat mudah untuk mengetahui diarahkan pada siapa cacian itu.

“Frederica juga tidak mengatakan apa-apa? Itu sangat kacau, sebelum kau mengetahuinya,
kepribadiannya sudah menjadi seperti tuannya. Benar-benar tidak ada harapan!”

Menggelengkan kepalanya, Garfiel pun mendengus dengan jengkel. Lalu, menyadari mata
bertanya-tanya milik Subaru, Garfiel mengangkat tangannya dan mengatakan “Yeah, aku
paham, aku paham”, dan…

“Memang kelihatannya sangat parah, tapi nyawanya sama sekali tidak berada dalam
bahaya. Hanya saja, jika kau tidak ingin melihat ekspresi kesakitan lagi di wajahnya, maka
kita harus segera pergi dari sini. Aku akan memandumu menuju desa.”
“Kalau dia dipindahkan dari sini, apa kesadarannya akan kembali pulih?”

“Itulah apa yang baru saja kukatakan, ya kan? Cepat, kita harus pergi, oy, berapa lama kau
akan terus tidur? Cepat bangun!”

Meskipun tidak ada banyak penjelasan, Garfiel juga nampaknya tidak bermaksud
menjelaskannya lebih jauh. Berbalik tanpa menyembunyikan ekspresi jahatnya, dia pun
pergi dan menendang Otto. Menerima tendangan itu, Otto yang masih pingsan memekik
kesakitan, “A-uu”.

“Kau kusirnya kan? Aku akan mendirikan lagi keretanya, dan kau arahkan menuju desa.
Jika kau lambat, aku pasti akan menedang bokongmu, yeah??”

“Hey, ada apa dengan situasi ini? Merunut apa yang baru saja kudengar, aku merasa
seperti telah melewatkan semuanya.”

Mendengar hal-hal yang tidak bisa dipahami itu, Otto mendidih, dan tiba-tiba berdiri untuk
menyuarakan keberatannya kepada Garfiel. Mengingat kekalahan yang dia dapatkan
beberapa menit yang lalu, ini pastilah tindakan yang begitu berani. Garfiel bermaksud untuk
membagi pendapatnya dan menoleh untuk melihat Subaru.

“Oy, pria ini, apakah dia selalu seperti bajingan yang bersemangat?”
“Jika kau bertanya pada pria itu, tidak mungkin kau akan mendapatkan jawaban yang
mengenakkan, jadi tolong hentikan saja! Tidak bisakah kau membuat pengamatanmu
sendiri tentang seperti apa aku ini? Dan mintalah maaf! Kumohon mintalah maaaf!”

“Hah? Persetan, bajingan yang tiba-tiba bersemngat, kau meremehkanku? Yea, aku suka
memukuli orang yang tidak harus dipukuli, jadi lupakan saja!”

“Bisakah kalian berdua diam? Emilia masih kesakitan, cepat dan pegang tali kekang
naganya! Dan kau, cepat berdirikan kereta naganya!”

Ketika ketiga pria itu membuat keributan dan mulai mengutuk satu sama lain di tempat
kusir…. ditempatkan di sebelah barang-barang, Emilia yang sudah berada dalam keadaan
tidak sadar sampai saat ini, masih saja belum terbangun. Namun, kerutan tipis terbentuk di
wajah manisnya, terganggu oleh suara-suara tersebut.

“….. Diam.”

Dia menggumam dengan suara pelan, seolah-olah berbicara dalam tidurnya.

XxxxX
“Aku belum memperkenalkan diriku kan? Namaku Garfiel…. Ah, Garfiel saja sudah bagus.
Orang terkuat yang pernah hidup. Perlu sesuatu? tanya saja!”

“Oh, aku Natsuki Subaru….. Eh? Apa-apaan itu? Kau bilang kau yang terkuat? Apa kau
masih waras ketika mengatakannya?

Saat kereta naga sudah berjalan, duduk sambil bertatap muka di dalamnya, Subaru dan
Garfiel pun mengenalkan dirinya masing-masing. Melihat Subaru tiba-tiba menarik kembali
tangannya yang terulur dengan tatapan heran, Garfiel pun menunjukan ekspresi ragunya.

“Bukankah itu yang kukatakan? Apa yang aneh mengenai hal itu?”

“Tidak, tidak, aku tidak pernah menyangka akan bertemu seseorang yang blak-blakan
mengatakan „Aku lah manusia terkuat yang pernah hidup‟. Bagaimanapun, bukankah
mengatakan itu terdengar terlalu berlebihan?”

“Kau pikir aku tidak cocok menjadi yang terkuat?”

“Well, kau sangat kuat, aku mengakuinya, tapi jika kau berbicara tentang yang paling kuat,
bagaimana mengatakannya ya….. hmm, tidak peduli apa yang terjadi, aku sudah punya
pria yang cocok dengan penilaian itu di dalam pikiranku.”

Wujud Kesatria berambut merah muncul dalam otak Subaru…. Dibandingkan Garfiel yang
berada di depan matanya, pikiran Subaru mencoba membandingkannya. Dari interaksi
mereka sebelumnya, hanya dengan tangan kosong saja, Garfiel sudah terlihat seperti
petarung tangguh dan bisa menendang sebuah rumah hingga melayang jika dia mau…..
Tidak, dia bisa membalik kereta naga hanya dengan hentakan kakinya. Tapi apakah itu
semua cukup untuk digunakan bersaing dengan seorang Sword Saint?

Bahkan dengan hal tersebut di dalam pikirannya, keuntungan Reinhard tidak nampak
menghilang sama sekali, Subaru sendiri tidak yakin kenapa dia memberikan penghormatan
khusus kepada Kesatria itu.

“Hah, sesukamu lah. Aku akan membenarkan kesalahanmu cepat atau lambat dan
membuktikan dengan tanganku sendiri kalau akulah yang terkuat. Untuk sekarang, mari
kita katakan „Anjing laut berhidung merah yang takut akan dingin‟, dan anggap saja seperti
itu.”

“Aku benar-benar tidak paham apa yang kau katakan….”

Subaru memiringkan kepalanya, Garfiel nampaknya tidak punya maksud untuk


menjelaskannya dan malah menyilangkan tangannya di belakang kepala dan menyantaikan
tubuhnya diatas tempat duduknya.

Bagaimanapun, percakapan mereka terlihat sudah berakhir, Subaru melihat keluar jendela,
dan mengusapkan jarinya pada rambut perak Emilia ketika dia tertidur dalam pangkuannya.

Meskipun Emilia belum bangun, ekspresinya sudah menjadi semakin tenang dibandingkan
dengan sebelumnya. Seperti yang Garfiel katakan, menjauh dari tempat itu nampaknya
memang punya efek positif. Hal berikutnya yang muncul di pikiran Subaru adalah,
“Ah, aku tidak punya kesempatan yang tepat untuk bertanya, tapi, kau itu kenalan dekat
Roswaal… ya kan?”

“Kau pasti sudah mendengar reputasiku kan? Kalau begitu, aku akan mengatakannya
sekali lagi, dari semua orang yang berkaitan dengan Roswaal, akulah yang paling kuat.”

“Bukan itu poin utamanya…. Tapi aku ingat kalau kau adalah orang yang cukup
berpengaruh.”

Apakah sikap kerasnya itu menjadi satu-satunya alasan dia dianggap berpengaruh? Tidak
seperti apa yang Subaru duga, Garfiel sama sekali bukan seperti seorang penyokong
dalam hal politik, tapi dia lebih ke penyokong dalam hal kekuatan.

Dengan Sanctuary yang sudah tidak jauh lagi, membawa seseorang yang perlu dia
waspadai dan orang yang bisa dia ajak berinteraksi dengan ramah, benar-benar hanya
akan menambah sakit kepala.

“Ada banyak hal yang harus kutanyakan pada Roswaal di Sanctuary. Kau tahu, aku
seharusnya memecahkan masalah ini, tapi rasanya jumlah pertanyaan ini semakin
bertambah saja ketika aku pergi semakin jauh, apa-apaan ini?”

Memegangi kepalanya dan melihat kesulitan yang ada di hadapannya menjadi semakin
sulit, ekspresi Subaru pun terlihat sangat suram. Mendengar hal itu, Garfiel mendecapkan
lidahnya dan memperlihatkan taring tajamnya sekilas.

“Sanctuary….. huh”
Merasakan ada maksud tertentu di dalam gumamannya, wajah Subaru pun terangkat,
Garfiel melambaikan tangannya pelan. Garfiel menghadap kearah depan….. arah menuju
Sanctuary.

“Itu karena kau menelan mentah-mentah kata-kata Roswaal tanpa memikirkannya kembali,
makanya kau terus memanggil tempat itu dengan nama itu. Hal-hal yang tidak kau ketahui
dan hal-hal yang dia katakan padamu, itu semua penuh dengan omong kosong, kau tahu?”

“Meskipun aku memiliki pendapat yang sama, tapi tidak baik menggosip di belakang
seseorang….. hey, apa dia membuatmu kesal atau semacamnya?”

Garfiel nampak tidak senang ketika mendengar kata „Sanctuary‟. Subaru bertanya-tanya
apakah dia salah mengucapkannya, dia pun menunggu, tapi reaksi yang dia dapatkan jauh
lebih ekstrem daripada yang dia antisipasi.

Begitulah, Garfiel memutar mulutnya membentuk sebuah senyum ironis yang terlihat
sangat tidak cocok dengannya.

“Well, well, sepertinya sudah saatnya bagi tuan putri untuk bangun sekarang. Karena kita
sudah sangat jauh dari barrier.”

“Barrier apaan….. Ah, Emilia-tan?”


Ketika dia menanyakan hal itu, Subaru melihat Emilia berbalik di atas pangkuannya dan
memanggil namanya. Emilia membuka matanya dengan lemah dan melihat kesekeliling
kereta dengan samar-samar. Meskipun dia belum sepenuhnya bangun, dia sudah menatap
Subaru dengan mata ungunya.

“Pagi, Shubaru…..”

“Baru bangun saja sudah super manis, Emilia-tan, tapi mungkin sekarang bukanlah waktu
yang tepat. Bagaimana perasaanmu, apa kepalamu sakit?”

“Ehh, tidak sama sekali. Aku tidak merasa aneh atau semacamnya….”

Di tengah-tengah jawabannya, mata Emilia tiba-tiba terbuka lebar dan bangun dari
posisinya dengan begitu cepat, sampai-sampai Subaru harus menghindarinya dengan
mundur ke belakang. Hanya berjarak beberapa inchi dari kejadian terbenturnya kepala
mereka, Subaru pun melihat ke arah Emilia yang nampak tidak menyadari betapa nyarisnya
itu.

“A-apa kau baik-baik saja Subaru? Aku bilang aku akan melindungimu tapi aku malah
pingsan…”

“Entah bagaimana aku baik-kaik saja, jadi tidak usah khawatir! Kami berhasil mencapai
sebuah kesepahaman melalui dialog. Manusia membentuk suatu ikatan melalui percakapan
dan kami mengambil langkah awal dalam hal itu. Meskipun aku mendapatkan masalah
komunikasi pada awalnya….”
Ketika Emilia bergeser semakin dekat kearahnya, Subaru pun menyentuh pundak Emilia,
dia mencoba untuk menenangkannya sambil mengamatinya ketika dia berbicara.
Nampaknya Emilia sudah bisa berdiri dan berjalan, pergerakan matanya, rona wajahnya,
kata-katanya, suaranya, semuanya terlihat sempurna. Juga super manis. Seperti biasanya.

“Iya kan? Seperti yang kukatakan yeah?”

Dan seolah-olah menunggu Subaru menjadi lebih tenang, Garfiel pun tertawa. Mendengar
hal ini, Emilia tiba-tiba melompat kaget dan melindungi Subaru di belakangnya, seolah-olah
baru menyadari keberadaan orang asing ini di dalam kereta.

“….. Siapa kau? Aku peringatkan kau, aku tidak akan membiarkanmu menyentuh
Subaru…”

“Emilia-tan, tenanglah!! Dan juga tolong berhenti mempertegas peranku sebagai pengikut
wanita!! Wadahku sudah tidak bisa menampung lebih banyak lagi!”

Menghentikan mode bertarung Emilia dari belakang, Subaru berbalik ke arah Garfiel dan
memperkenalkannya.

“…. Ini Garfiel… Tepat setelah Emilia-tan pingsan, dia menye…. maksudku ikut
menumpang di dalam kereta. Dia tidak menyambut kita atau semacamnya, tapi dia akan
bersama kita sampai kita sampai di Sanctuary.”

“…. Garfiel? Orang di sebutkan oleh Frederica?”


“Well, aku penasaran apa yang dia katakan mengenai diriku, tapi kita bisa
mengesampingkanya sampai nanti. Lihat, kita sudah hampir sampai ke desa.”

Mendengar Emilia membuat tanggapan yang sama persis dengan Subaru, Garfiel
menyentak dagunya tanpa memberi mereka waktu untuk mengamati situasinya. Dia
memberikan isyarat, di depan mereka, hutan pun terbuka dan pemandangan desa yang
menjadi tujuan mereka terlihat dalam pandangan mereka….

“Selamat datang, Emilia-sama dan para rombongannya!!”

Garfiel memanggil mereka dengan panggilan sopan… Namun, kata-katanya sama sekali
tidak berisi penghormatan ataupun kebaikan, tapi malah disajikan dengan corak
penghinaan dan semburat kegelapan.

Tanpa menyadarinya, pandangan Subaru kini berubah menjadi dingin, sementara


kebingunan nampak di mata Emilia. Menerima tatapan mereka berdua, Garfiel membuka
tangannya lebar, sikapnya seketika berubah…

“Tempat yang Roswaal sebut dengan Sanctuary atau apalah itu… adalah tempat dimana
Half-Wits berkumpul menghabiskan hari-hari mereka, di dalam kebuntuan „Tanah Ujian‟,
yang masing-masing menuju akhir mereka yang menyedihkan.”

“Tanah Ujian….?”
“Half-Wit….?”

Ketika Subaru dan Emilia masing-masing terfokus pada bagian yang berbeda-beda, Garfiel
pun menaruh tangan di atas mulutnya untuk menutupi taring tajamnya yang terlihat, dia
tersenyum, seolah-olah menyembunyikan perasaan yang begitu rumit.

“Tapi kami, para penduduknya, menyebutnya, „Kuburan Witch Of Greed‟. Menggelikan, ya


kan? Heh…”

Sebuah tawa terdengar seakan-akan mencemooh dirinya sendiri, diam-diam menggema di


dalam kereta.

Pelan, lemah, seperti sebuah kutukan, seperti sebuah mukjizat, tawa itu terdengar di
seluruh kereta.

Mendengarnya, Subaru hanya bisa cemas terhadap gadis yang ada di sebelahnya dengan
hening.

Jika Sang Penyihir menghalangi di jalan Emilia lagi, maka dia harus menjadi orang yang
memadamkan apinya… Dengan tegas, dengan tekad kuat, Subaru mengatakan hal itu
pada dirinya sendiri.

Sanctuary semakin dekat…


…. Bagi Subaru dan Emilia, itu adalah tempat yang akan mengubah jalan mereka
selamanya….
Chapter 8 : Pertemuan Yang Ditunggu-tunggu.

Meskipun berjalan di jalanan yang tidak mulus, tetap saja hampir tidak ada guncangan di
dalam kereta naga. Tidak peduli berapa kalipun Subaru mengalaminya, dia selalu saja
menganggap „Divine Protection‟ ini begitu luar biasa.

Jika semua ini hanyalah efek dari Divine Protection „Wind Evasion‟, dia penasaran
bagaimana jika dia mengalami efek dari semua Divine Protection lainnya, apakah dia akan
menggunakan kata lain selain „luar biasa‟ untuk mendeskripsikannya?

“… atau apalah, tapi ini bukan saatnya untuk lari dari kenyataan, ya kan?”

Subaru menjulurkan kepalanya keluar kearah area kusir di sebelah Otto, dia melihat kearah
depan…. dengan „Sanctuary‟ di depan mata, dia memfokuskan pandangannya.

Berjalan di jalanan tanah yang sudah tidak ditutupi oleh rumput, kira-kira berjarak 100-an
meter, hutan pun terbuka. Beberapa atap kayu kini terlihat dari kejauhan, mereka pastilah
rumah-rumah yang mengelilingi Sanctuary. Dari kejauhan mereka terlihat seperti sebuah
desa yang tidak terpelihara, dan nampak tidak ada yang begitu mencolok.

Dan jika seseorang harus membuat komentar, mungkin komentarnya akan menjadi seperti
ini,

“Ada semacam aura suram mengenai tempat itu….”

Berdiri di pintu masuk menuju Sanctuary adalah sebuah gerbang tua terbuat dari kayu yang
hanya menegaskan kesan sepinya, pagar kayu yang mengelilingi desa memberikan kesan
seperti sebuah kurungan yang terkunci.

Secara tidak sengaja, Subaru menyuarakan pemikirannya, dan Garfiel yang


mendengarnya, langsung memukul lututnya sendiri.

“Tepat sekali! Tempat yang suram, ya? Aku akan mengatakan ini terlebih dahulu, di dalam
sana bahkan jauh lebih suram kau tahu? Tidak peduli siapa itu, tidak ada satupun kegiatan
di dalam sana, mereka semua hidup, tapi juga sekaligus mati.”

“Terdengar sangat mengerikan ketika kau mengatakannya. Tapi semakin aku


mendengarnya, tempat itu semakin tidak terdengar seperti Sanctuary. itu hanya…..”
Melihat Garfiel mengiyakan komentar ironisnya dengan antusias, Subaru mendesah dan
memikirkan kembali kata-katanya. Kepada Subaru dan yang lainnya yang menyebut tempat
ini Sanctuary, Garfiel sama sekali tidak menyembunyikan celaannya saat dia berbicara.
Kemudian…

“„Kuburan Penyihir Keserakahan‟… apa maksudnya itu?”

Pertanyaan yang terlintas di pikiran Subaru nampaknya juga muncul di pikiran Emilia.

Ketika dia menyuarakan pertanyaan ini mata Emilia menjadi sangat tegas, tapi jauh di
bawah, dia menarik pelan keliman baju Subaru dengan ujung jarinya. Fakta bahwa dia
mengandalkan Subaru memberikan sedikit kepuasan pada Subaru, namun perasaan
Subaru juga terasa begitu rumit ketika dia merasakan asal kecemasannya.

“Sang penyihir…. Pada dasarnya, ketika membicarakan eksistensi yang merujuk pada
Penyihir, nama Penyihir Kecemburuan memang sudah diketahui oleh semua orang. Tapi,
penyihir lain yang menyandang nama dosa lainnya hampir tidak diketahui, ya kan?”

“Eh, benarkah? Tapi bukankah mereka adalah orang-orang yang sangat terkenal 400 tahun
lalu?”

“Emilia-sama tidak sepenuhnya salah. Tapi yah, Subaru juga benar. Penyihir Kecemburuan
itu hanya terlalu terkenal, hal itu sudah tidak diragukan lagi. Namun rekam jejak dari para
penyihir yang telah dimakan oleh Penyihir Kecemburuan hampir tidak ada yang tertinggal.
Meskipun ada beberapa pengecualian.”

“Seperti disini…. ya kan?”

Setelah menjawab Subaru, Garifiel menarik rahangnya menanggapi pertanyaan Emilia dan
menyeringai. Seolah-olah terpengaruh oleh hal ini, mata Emilia terbelalak, tapi Subaru yang
tidak terlalu mengerti masalah seputar Penyihir, hanya bisa mengucapkan “Begitu ya….”,
seolah-olah mengerti.

Namun ide yang ada di otak Subaru tiba-tiba lenyap. Karena, jika ada banyak penyihir….

“I-itu tidak berarti ada Pemuja Penyihir untuk setiap Penyihir, ya kan? Hanya mengalahkan
satu Uskup Agung Pendosa saja sudah cukup susah, ayolah berikan aku waktu
beristirahat.”

Itu adalah pemikiran yang menakutkan dan tidak bisa dia abaikan.
Mengingat kembali kata-kata Petelgeuse, Subaru menganggap kalau mereka pastilah
pemuja dari Penyihir Kecemburuan. „Dosa Kerakusan‟ dan „Dosa Keserakahan‟ yang harus
Subaru kalahkan suatu hari nanti beserta pengikutnya, pasti juga berada dalam kelompok
yang sama.

Namun, jika ada sekte pemuja Penyihir lain….

“Itu memang mengerikan, tapi kau tidak perlu khawatir Natsuki-san.”

Namun orang yang melenyapkan angin dingin di tulang belakang Subaru, adalah orang
yang memegang tali kemudi di depan, Otto. Pada akhirnya, dibandingkan dengan Emilia
yang hampir tidak tahu apa-apa mengenai Pemuja Penyihir, dan Garfiel yang tidak bisa
dipercaya, Otto lah satu-satunya orang yang benar-benar mempunyai kredibilitas dan bisa
memberikan pemahaman hal-hal yang umum. Karena tingkat pengetahuan Otto….
mungkin tepat seperti apa yang diketahui oleh orang kebanyakan.

“Pemuja Penyihir… Meskipun aku tidak suka mengatakannya dengan keras, tapi memang
hanya ada Pemuja Penyihir Kecemburuan. Memuja-muja penyihir lain diatas Penyihir
Kecemburuan, mungkin hanya orang gila yang akan melakukannya.”

“Diatas Penyihir Kecemburuan…?? Apa maksudmu? Apa mereka lebih buruk daripada
Penyihir Kecemburuan?”

“Jika mereka mendengar nama penyihir lain selain penyihir yang mereka puja, Pemuja
Penyihir pasti akan melakukan hal-hal yang mengerikan. Kau pernah mendengar tentang
kota yang dihancurkan di bagian selatan Kekaisaran Volakian, ya kan?”

Ketika Otto tiba-tiba membawa topik baru, Subaru ingat pernah mendengar hal itu
sebelumnya. Setelah pertarungan melawan Petelgeuse, Wilhelm pernah menyebutkannya
ketika dia menceritakan tentang kengerian Pemuja Penihir. Tepat seperti itu.

“Yang telah menghancurkan sebuah kota di Kekaisaran entah apa namanya seorang diri itu
adalah Uskup Agung Dosa Keserakahan, ya kan? Aku dengar bahkan para tentara negara
tidak bisa melakukan apa-apa untuk menghentikannya.”

“Aku tidak ingat apa yang begitu hebat dari hal itu, tapi alasan kenapa para Pemuja
Penyihir melakukan itu semua bahkan lebih mengerikan. Di dalam pengasingan Kekaisaran
Volakian, ada sebuah kota dimana perdagangan begitu makmur… Pada waktu itu ada
rumor bahwa artefak yang berhubungan dengan Sang Penyihir telah ditemukan disana.”

“Berhubungan dengan Sang Penyihir, huh?”


“Apa sebenarnya hal itu, masih belum jelas sampai sekarang. Hanya saja, ada banyak
kolektor diluar sana yang ingin memilikinya. Tidak masalah jika itu hanyalah sebuah lelucon
dimana seseorang ingin mengoleksi sesuatu yang menjadi milik Penyihir Kecemburuan….
Namun pada akhirnya, seluruh kota hancur karena hal itu.”

Mungkin karena dia menginginkan artefak itu, atau mungkin karena ingin
menghancurkannya, makanya „Dosa Keserakahan‟ membuat pergerakan. Kekaisaran
Volakian telah melakukan kesalahan dengan membangunkan Pemuja Penyihir dan
mendapatkan balasan yang begitu kejam sebagai akibatnya.

“Setelah itu, bahkan benda-benda yang tidak berhubungan dengan Penyihir Kecemburuan,
yang kemungkinan bisa memprovokasi Pemuja Penyihir juga langsung dilarang oleh
undang-undang…. tapi meski begitu, hal itu masih tidak bisa menghentikan perputaran
benda-benda ini di balik bayangan.”

“Sangat jarang mendengar hal-hal seperti itu dari mulutmu. Itu hampir terdengar seolah-
olah kau terlibat disana.”

“…. Kau tidak perlu mengatakannya. Hanya saja dulu, beberapa kerabatku, terjebak di kota
itu saat insiden terjadi. Itu sudah lebih dari 15 tahun yang lalu, aku hanyalah anak-anak
pada saat itu, jadi itu tidak ada kaitannya denganku.”

Setelah itu, menutup mulutnya, Otto menolak untuk melanjutkan topik itu lebih jauh. Melihat
sikapnya, Subaru pun berhenti bertanya, dan mengalihkan pandangan serta perhatiannya
pada kereta.

Bagaimanapun, Garfiel menunggu Subaru untuk memproses semua yang dia pelajari, dia
mengatakan “puas sekarang?” sambil menahan dagunya menggunakan tangannya.

“Aku juga tidak tahu detailnya. Tapi kakek dan nenek terus membicarakan tentang
bagaimana „Kuburan Penyihir Keserakahan‟ itu, seperti membicarakan „Dengarlah apa
yang kau dengar dari Peromeo busuk‟ itu berkali-kali, hal itu tidak mungkin salah.”

“Apa yang kau ketahui hanyalah apa yang diberitahu oleh pria busuk itu? Jadi kau benar-
benar tidak tahu detailnya, huh?”

“Satu-satunya hal yang kupedulikan adalah menjadi yang terkuat. Jika kau ingin tahu
detailnya, sana pergi cengkram kerah Roswaal dan tanyakan sendiri. Meskipun aku tidak
yakin kau bisa melakukannya.”

“….?? Apa maksud….?”


“Um, maaf. Tapi sepertinya kita sudah sampai, apa kita akan masuk seperti ini?”

Sebelum dia bisa membalas kata-kata Garfiel, suara Otto sudah terdengar dari tempat
kemudi di depan. Berlawanan dengan panggilan Otto, Garfiel menggerutu „welp‟ dan
dengan gesit melompat keluar kereta.

“Jika kau masuk kedalam tanpa mengatakan apa-apa, mereka pasti akan menganggap
kalian penyusup dan menyerang kalian, itu akan menjadi seperti “menertawakan Magmarin
yang penuh dengan lubang”. Aku akan masuk dan memberitahu mereka terlebih dahulu,
kalian tunggu saja disini.”

“Ah, kalau begitu kami serahkan padamu. Hey, kalau dipikir-pikir, aku punya firasat kalau
kalau kau itu sedang berpatroli di Sanctuary atau semacamnya, mengingat bagaimana kita
bertemu satu sama lain pada awalnya.”

Disisi lain, melihat bagaimana dia menginggalkan posnya, rasanya itu tidak sesuai dengan
gagasan tersebut. Fakta bahwa dia berpatroli sendirian pun juga begitu. Tapi, dengan
kekuatan seperti itu, mungkin bergerak sendirian memang lebih efisien.

Menanggapi pertanyaan terakhir Subaru, Garfiel hanya melambaikan tangannya dengan


lemah tanpa menjawabnya. Tidak bisa memahaminya, alis Subaru pun mengernyit, dan
hampir di saat yang sama, Emilia mengucapkan “Ah!” dengan suara yang agak lebih tinggi.

Menoleh kearah Emilia yang berteriak tanpa sadar, Subaru melihat Emilia sedang
menunjuk jarinya kearah depan. Mengikuti arahnya, Subaru langsung memahami
keterkejutannya ketika dia melihat apa yang Emilia lihat. Karena yang berdiri disana
adalah….

“…. Kau sudah kembali, Garfiel. Cukup awal, ya kan?”

“Karena aku sudah tidak perlu lagi mengelilingi hutan. Sangat jarang melihatmu
meninggalkan sisi Roswaal. Apa dia akhirnya sudah mati?”

“Jika memang begitu, tempat ini, tanpa memperdulikan apa-apa Ram pasti sudah
membakarnya dengan tangannya sendiri. Kau harus berterimakasih pada Roswaal-sama
karena hal seperti itu tidak terjadi.”

“Itu pemikiran yang luar biasa, aku sama sekali tidak mengerti.”

Mengenakan seragam maid yang begitu familiar, rambut berwarna peach milik seorang
gadis itu bergoyang ketika dia menghadap kearah Garfiel. Tidak seperti Garfiel yang
tersenyum gembira, ekspresi gadis itu terlihat begitu dingin dan tanpa emosi. Membutuhkan
waktu lama untuk memastikan hal ini, dan bahu Subaru terjatuh seolah-olah merasa lega.

“Haaa.. Jadi itu si kakak yang sering kudengar. Begitu ya… Tentu saja ini sangat wajar, tapi
dia terlihat sangat mirip seperti nona yang tertidur itu.”

Melihat dia untuk pertama kalinya, Otto mengeluarkan komentar tersebut. Di mata mereka,
gadis itu terlihat seperti replika sempurna dari Rem yang pernah dilihat Otto, hanya saja, di
dalamnya, mereka benar-benar orang yang berbeda.

Ini adalah pertemuan yang sudah di tunggu-tunggu dengan maid yang tidak bisa apa-apa di
mansion Roswaal, Ram.

“….. Ram!”

Menjulurkan tubuhnya keluar dari kereta naga, Subaru melambai kearah Ram. Matanya
sedikit menyipit ketika dia melihat Subaru, memakluminya, dia mengangkat bahunya dan
menggelengkan kepalanya.

“Aku dengan rendah hati tidak tahu dari mana Barusu muncul, tapi kedatanganmu yang
terlambat itu benar-benar mengecewakan. Kau seharusnya tahu lebih awal kalau ada
sesuatu yang tidak beres dan… ah tapi itu terlalu berlebihan untuk kemampuan Barusu.”

“Jika kau menggunakan frasa seperti „aku dengan rendah hati tidak tahu‟, maka teruskan
sampai akhir dan jangan mengubahnya tiba-tiba! Dan Roswaal juga, aku tidak bisa
mengerti apa yang kalian pikirkan, tapi aku punya sesuatu yang harus kukatakan padanya
ketika aku menangkapnya nanti!”

Tidak terima diperlakukan seperti itu, Subaru menunjuk gadis yang sikapnya sama sekali
tidak berubah tersebut. Melihat reaksi ini dari Subaru, Ram menjatuhkan pundaknya
sebelum menoleh kearah Emilia yang berdiri di samping Subaru.

Merasa lega ketika melihat Emilia yang selamat, sama seperti Subaru, wajah Ram pun
terlihat menjadi lebih santai. Untuk sekejap saja, di mata Ram, Subaru pikir melihat
kesedihan sekilas yang hampir terlihat seperti sebuah mimpi. Namun, seketika itu juga,
kesedihan tersebut sudah menghilang.

“Emilia-sama juga, selamat datang. Roswaal-sama sudah menunggu, jadi tolong ikut
bersamaku sampai ke bagian dalam bangunan. Garfiel, pergi cari tempat yang pas untuk
kereta naga dan kusirnya.”
“Apa-apaan perlakuan itu, oy? Tidak bisakah kau meminta bantuan dengan cara yang lebih
membangkitkan antusias?”

“Jika kau ingin memakan makanan buatan Ram, maka berusahalah yang terbaik. Tapi jika
kau ingin membuang kesempatan berharga ini karena kata-kata sembronomu, maka Ram
tidak akan bisa berkata apa-apa lagi.”

“Baiklah, baiklah!! Aku sama sekali tidak bisa menyentuhnya, yah meskipun bagus seperti
itu. Oy, kusir sialan. Parkirkan naga tanah dan keretanya di sebelah sana dan ikutlah
denganku!”

“Ini sudah saatnya bagi diriku untuk memperkenalkan diri kan? Bisakah kau tidak
memanggilku dengan nama yang mengejek seperti itu? Dan juga, bukankah sedikit
berbahaya meninggalkan diriku bersama pria ini?”

Ketika Otto menyuarakan keberatannya pada Garfiel yang telah dikalahkan oleh Ram,
Subaru yang melihat hal itu, memberinya acungan jempol dengan gigi yang berkilau.

“Aku akan memulihkan tulangmu!”

“Itu sesuatu yang dikatakan dengan niat baik tapi membawa implikasi yang benar-benar
salah, ya kan? Serius, jika sesuatu terjadi padaku, aku pasti akan menuntut ganti rugi.”

Mengucapkan kata-kata itu, Otto, membiarkan Subaru dan Emilia turun dari kereta naga
dan mengikuti Garfiel. Melihat mereka pergi menuju bagian dalam desa, Subaru mengusap
hidung Patrasche sebagai tanda perpisahan. Menoleh dengan bunyi gemeratak dari
lehernya, Subaru mengucapkan, “Baiklah, sekarang”,

“Ada begitu banyak hal yang ingin kubicarakan dan tanyakan padamu, sekarang karena
kita sudah ada disini, bisakah kita akhirnya berbicara?”

“… Ram tidak diizinkan untuk menyampaikan apapun padamu. Kau bisa bertanya langsung
pada Roswaal-sama ketika kau bertemu dengannya. Meskipun aku tidak tahu seberapa
banyak Garf sudah keceplosan.”

“Garf…. ah, maksudmu Garfiel. Anak itu benar-benar berbeda dari kesan yang kudapat
saat mendengar namanya. Kalau dipikir-pikir, ada sesuatu yang benar-benar
menggangguku.”

“Apa itu?”
Dengan tajam, Ram mengernyitkan dahinya. Membayangkan kalau itu adalah informasi
yang tidak boleh dibocorkan oleh Roswaal, tatapannya menjadi serius, namun, melihat hal
ini, Subaru mengucapkan “Nah, itu hanya”, sambil melipat tangannya.

“Anak itu, apa dia menyukaimu? Aku punya firasat seperti itu dari caranya berbicara.”

“….. Dan disini aku bertanya-tanya apa yang sedang kau katakan.”

Tidak mampu menyembunyikan keheranannya, Ram menghela napas. Hanya saja, melihat
bagaimana dia menyangkalnya, Subaru pun memperlihatkan seringai di wajahnya.

“Well, aku tidak bilang kalau dia punya selera yang aneh. Kau terlihat manis…… tapi fakta
bahwa dia masih menyukaimu setelah bersamamu untuk waktu yang sangat lama, kupikir
dia pasti sudah punya keputusan yang serius.”

“Dianugerahi dengan kecerdasan dan kecantikan, para pria sudah pasti akan tertarik pada
Ram, tidak ada yang bisa Ram lakukan mengenai hal itu. Tapi, Ram sudah mencurahkan
semua miliknya kepada seseorang yang dia inginkan, jadi aku tidak punya keinginan untuk
hal-hal seperti itu.”

Dengan ayunan dari pundaknya, Ram merespon kata-kata sarkas Subaru, dan dalam
sekali serang, dia memutus semua harapan Garfiel dengan jawabannya. Kemudian,
membelakangi Subaru dan Emilia, dia mengatakan “Ikuti aku!”, ketika dia melangkah ke
depan.

XxxxX
Meskipun dia tidak sedang mencoba membuat bunga cinta menjadi mekar, sikap dingin
gadis itu masih saja membuat Subaru merasa seperti datang kesini dengan tangan kosong.
Tapi, alasan kenapa Subaru tidak menanyakan apa yang harusnya dia tanyakan, tidak
diragukan lagi, karena dia merasa takut.

“Di saat seperti ini, apa aku masih terlalu takut menyebut nama Rem…. meskipun aku ingin
melakukannya…. meskipun…”

Dia takut akan kepastian ini.

Setelah mendengar dari Emilia dan Petra kalau mereka tidak bisa mengingat Rem,
sekarang, Subaru harus bertanya kepada sang kakak apakah dia juga telah melupakan
keberadaan Rem.

Tapi, setelah sampai disini, melihat fakta bahwa dia tidak menanyakan tentang
ketidakhadiran Rem, sudah menjadi bukti bahwa tidak ada gunanya untuk bertanya lagi.
“Yah, kita tidak bisa melakukan apa-apa selain mengikutinya. Kalau begitu, untuk sekarang
ayo kita ikut dengan Ram, Emilia-tan…… Ada apa?”

Subaru menoleh kearah Emilia yang terus saja diam hingga saat ini. Sejak turun dari kereta
dia sama sekali tidak membuka mulutnya, melainkan hanya melihat kesekelilingnya dengan
cemas. Menyadari panggilan Subaru, dia merespon “tidak…”, sambil menggelengkan
kepalanya lemah.

“Hanya saja, aku sepertinya tidak bisa tenang. Bagaimana mengatakannya ya… ada suatu
perasaan aneh… itu bukanlah sesuatu yang bisa kuungkapkan dengan kata-kata.”

“Tidak bisa tenang? Bagi diriku, sebagai penyendiri pemalu yang bahkan enggan
meninggalkan rumah, semua ini sudah seperti dunia baru, kau tahu? Kurasa semua orang
juga mempunyai perasaan seperti ini… Faktanya, aku sendiri tidak terlalu membencinya.”

Melihat sekeliling bersama dengan Emilia, segala sesuatunya terlihat begitu mirip dengan
sebuah desa yang tidak terpelihara. Mungkin, dibandingkan dengan desa Arlam, rumah-
rumah disini memang terlihat lebih tua dan terlihat rusak, tapi itu semua hanyalah detail
yang relatif dan sepele.

Meski begitu, tempat ini bukan tidak memiliki keganjilan. Entah keganjilan apa itu, Subaru
sendiri juga tidak yakin.

“Tapi kita tidak punya banyak pilihan meskipun jika kita terus waspada, Emilia-tan. Ram
dan Ros-chi keduanya ada di sini, jadi setidaknya kita tidak berada dalam bahaya,
mungkin.”

“Ini tidak seperti aku terus waspada…. Tidak, aku baik-baik saja sekarang. Tapi serius, jika
aku bisa berbicara dengan Puck…”

Batu kristal di dadanya… Sambil menyentuh batu hijau yang ada di bawah lehernya, Emilia
dengan cemas memanggil nama roh yang tersegel di dalamnya. Ketidakhadiran roh yang
selalu berada di sampingnya pasti membawa kecemasan tanpa akhir.

Melihat dia serapuh ini, Subaru merasa begitu membenci dirinya karena tidak bisa menjadi
sosok yang bisa diandalkannya.

“…… Subaru?”

“Ayo.. tidak peduli apapun yang terjadi, serahkan pada perisai nomer 2 mu.”
Tanpa berpikir, Subaru menggenggam tangan Emilia yang sedang menyentuh kristal dan
memalingkan wajahnya sambil mengucapkan kata-kata tersebut. Dengan menggenggam
tangannya seperti ini, bahkan sebelum Emilia bisa berkata tidak, Subaru sudah
melangkahkan langkah kakinya. Dan secara alami, Emilia hanya bisa mengikuti di belakang
Subaru.

Melakukan hal ini tanpa pertimbangan apapun, Subaru hanya bisa berpikiran kalau rasa
malunya ini bisa saja menyebabkan kunang-kunang terbang keluar dari setiap pori-pori di
wajahnya. Namun, melebihi pemikiran itu, dia lebih memilih untuk mengikuti perasaannya
dan hanya berharap kalau tingkahnya ini dianggap aneh.

“…. Ok.”

Hanya saja, tidak seperti jantung Subaru yang ingin melompat keluar dari dadanya, Emilia
hanya mengangguk pelan dan tidak melepaskan tanganya.

XxxxX
Itu adalah satu-satunya rumah di Sanctuary yang masih mempunyai bentuk yang layak.

Dibangun menggunakan batu, bangunan satu lantai itu kira-kira berukuran seperti sebuah
rumah satu keluarga pada umumnya. Ruangannya memiliki susunan yang sederhana,
siapapun hampir bisa membayangkan kalau kehidupan yang ada disini pasti adalah
kehidupan yang sederhana dan nyaman.

Dibandingkan dengan mansion Roswaal dan mansion Crusch yang sudah terbiasa menjadi
standar kehidupannya, Subaru merasa kalau tempat tersebut agak sempit. Tapi, dalam
sekejap, dengan sedikit semangat burjuis, dia bisa dengan mudah terbiasa tinggal di
tempat seperti ini.

Ini adalah kesan dari tempat pertemuan mereka.

Kemudian,

“Yaaaaa~~, Emilia-sama dan Subaru-kun. A~~ku merasa ini seperti pertemuan yang sudah
ditunggu-tunggu, ti~~dakkah kau berpikir begitu, hmmm?”

Dengan senyum ceria dan lambaian tangannya, Roswaal menyapa mereka ketika akhirnya
mereka bertemu kembali.

Setelah berpisah di ibukota, ini adalah pertama kalinya Subaru bertatap muka langsung
dengan Roswaal. Dan karena mereka tidak bertemu satu sama lain di pengulangan
sebelumnya, itu mungkin sudah lebih dari sebulan. Mengingat semua kebencian yang
terakumulasi selama waktu itu, Subaru ingin sekali memukul wajah Roswaal, tapi,

“Per~~tama-tama, syukurlah melihat kau selamat, Emilia-sama. Ram sudah menceritakan


padaku tentang masalah di sekitar man~~sion. Jika sesuatu terjadi padamu, aku pasti
sudah kehilangan hasrat untuk terus hi~~dup.”

“Jika memang itu yang kau rasakan, kau seharusnya paling tidak membuat persiapan yang
lebih baik…. Lebih penting lagi, apa yang terjadi padamu? Apa-apaan semua ini?”

Meskipun Roswaal tampak lega melihat Emilia selamat, Subaru dan Emilia malah dipenuhi
dengan perasaan cemas. Semua hal yang ingin mereka katakan, tiba-tiba menghilang
begitu saja seperti kabut yang berhamburan ketika melihat Roswaal.

Terbaring diatas kasur…. berbagai luka yang tidak bisa diabaikan memenuhi tubuh
Roswaal, darah meresap melalui perban-perban yang membungkusnya membuatnya
terlihat begitu menyedihkan.

Menanggapi pertanyaan Subaru dan tatapan Emilia, Roswaal menggunakan tangan kirinya
yang tidak terluka parah untuk menarik penutup mata yang menutupi mata kirinya.

“Aaa~~ yaa~~, a~~pa kau bertanya mengenai hal ini? A~~ku hanyalah seorang manusia,
kau tahu. Dilihat dalam kondisi menyedihkan seperti ini bisa-bisa melukai harga diriku, jadi
kalau bisa, tolong pahamilah keinginanku untuk se~~dikit beristirahat.”

“Itu tidak cukup bagus, ya kan? Apa yang sebenarnya terjadi, Roswaal? Terluka seperti
ini…. dan bagaimana bisa kau, dari sekian banyak orang…”

Tidak terganggu oleh gurauan Roswaal, Emilia menjawab sambil mengulurkan jarinya yang
bergetar kearah Roswaal, dia terlihat ragu-ragu untuk menyentuh tubuh yang dipenuhi luka
tersebut. Melihat Emilia melakukan hal itu, Roswaal tersenyum pahit, dan mengalihkan
mata kanannya kearah langit-langit, “Baiklah…” dia berbisik,

“Di~~mana aku harus me~mulainya, hm? Aku rasa kau bisa bilang kalau luka-lukaku ini
untuk mempertahankan masalah kehormatan dan mengenai kebenaran, aku tidak punya
pi~~lihan lain.”

“Berhenti mencoba kabur dengan kalimat berputar-putar seperti itu. Aku bertanya serius
padamu Roswaal, jadi kau juga harus menjawabku dengan serius.”

“…. Ya ampun~~ sepertinya Emilia-sama sedang berada dalam mood yang buruk. Ta~~pi,
mengingat ada dimana kita sekarang, mungkin hal itu memang tidak bisa dihindari.”
Subaru juga merasa ada yang aneh ketika mendengar nada ingin tahu dan keras milik
Emilia, dan di saat yang sama, Roswaal mengatakan hal tersebut. Emilia sedikit
mengernyitkan alisnya, tapi, ketika dia menyadari kalau apa yang dikatakan Roswaal itu
benar, dia mengginggit bibirnya dengan lemah.

“Kepalaku benar-benar kacau, aku sama sekali tidak bisa tenang. Tempat apa ini?
Meskipun tempat ini disebut Sanctuary, kurasa tempat ini sama sekali tidak seperti itu.
Kalau begitu tempat ini….”

“„Kuburan Penyihir‟, itu adalah nama yang lebih mudah diterima, ya kan?”

“….!”

Nada bicara Roswaal seketika menurun ketika dia mengatakan kata-kata tersebut. Kata-
kata yang sama dari Garfiel juga dikatakan oleh mulut Roswaal. Kata-kata tersebut tiba-tiba
terasa seolah mempunyai makna yang berat dan nyaring.

Dengan cepat, Emilia mengarahkan tatapannya pada Subaru. Melihat emosi rumit di
matanya, Subaru mengangguk menyesuaikan ketidaknyamanan Emilia.

“Tunggu, ayo kita urutkan apa yang ingin kita tanyakan terlebih dahulu. Jika kita terus
seperti ini, percakapan ini hanya akan berakhir dan kita tidak mendapatkan satupun
kesimpulan darinya.”

“Ohhh~~ yaaa?? Dalam waktu yang singkat saat kita tidak ber~~temu, kau sudah menjadi
cukup handal dalam menangani masalah, benar kan? Subaru-kun, a~~pa yang bisa
menyebabkan perubahan ini didalam piki~~ranmu?”

“Jika kita membahasnya, itu akan butuh waktu yang sangat lama, jadi aku akan
meninggalkan bualanku setelah kita mendengar semua yang ingin kami ketahui. Ah, benar,
ada satu hal……”

Menatap senyum menghina Roswaal, Subaru mengangkat jarinya.

“Kami membentuk aliansi dengan Crusch-san, tapi kau pasti sudah mendengarnya dari
Ram… kau pasti senang karena telah meninggalkanku, ya kan?”

“…… Sangat senang. Lagipula, aku benar dengan mengajakmu kesana.”

Melihat Roswaal menyantaikan sudut bibirnya dengan puas, Subaru pun mendesah dan
menutup matanya. Subaru sudah mengantisipasi hal ini, tapi faktanya, tindakannya benar-
benar tepat seperti apa yang Roswaal rencanakan. Meskipun dia sudah berusaha untuk
terbiasa, tetap saja rasanya masih tidak lucu ketika mendengar kepastiannya.

Bagaimanapun, Subaru menyusun pemikiran berikutnya,

“Pertama, tentang masalah penduduk desa Arlam. Karena Ram selamat, mereka pasti juga
baik-baik saja dan dievakuasi dengan selamat, ya kan?”

“Kau bisa te~nang. Mungkin keadaanku tidak memberikan banyak kredibilitas, tapi, aku
ma~~sih tahu tanggung jawabku sebagai pemimpin. Hal-hal seperti membahayakan
hidupku untuk melindungi para bawahanku, aku masih memiliki keputusan tersebut. Aku
sudah memastikan kalau semua orang terlindung di katedral desa.”

“Katedral… Ah, kita bisa kembali kesana nanti, masalah selanjutnya adalah…”

Subaru merasa lega setelah mengkonfirmasi keselamatan para penduduk desa. Karena
Subaru hanya membuat keputusan untuk mengevakuasi mereka sekaligus membantu
persiapannya, entah pada akhirnya mereka selamat atau tidak, itu adalah masalah yang
tersisa dari pengulangan sebelumnya….. Tidak peduli apa yang terjadi, bagian tersebut
tidak akan bisa diulang kembali.

Mengendurkan bahunya, Subaru memberi sebuah tatapan kearah Emilia. Menerima hal itu,
Emilia mencondongkan kepalanya dan menarik dagu mungilnya.

“Selanjutnya, katakan padaku tentang tempat ini. Kau menyebutnya Sanctuary, tapi Garfiel
menyebutnya „Kuburan Penyihir Keserakahan‟. Jadi mana yang benar?”

“Keduanya benar, Emilia-sama. Ini adalah tempat peristirahatan terakhir Penyihir


Keserakahan, Echidna. Dan untukku pribadi, ini adalah tempat yang seharusnya disebut
Sanctuary.”

“…..Penyihir….”

“Echidna…..”

Mendengar jawaban Roswaal, tenggorokan Subaru dan Emilia tersendat secara


bersamaaan.

Roswaal mengucapkannya dengan pelan, semua tingkah laku badut yang selalu dia
gunakan sampai sekarang, kini telah menghilang dari suaranya. Karena hal ini, untuk
pertama kalinya, kata-kata Roswaal membawa sebuah kesan kejujuran.
Menarik napas dalam-dalam, Emilia mengedipkan matanya beberapa kali dan
melanjutkannya sekali lagi,

“Penyihir Keserakahan….. dia adalah penyihir lain yang dibunuh oleh Penyihir
Kecemburuan, ya kan?”

“E~n, benar. Tidak peduli dimanapun kau mencarinya dalam buku sejarah di dunia saat ini,
namanya sudah tidak tersisa lagi. Terkecuali dalam ingatan orang-orang yang
mengenalnya…”

“Tunggu tunggu tunggu, apa yang barusan kau katakan terdengar tidak masuk akal.”

Subaru memotong kata-kata serius Roswaal dengan lambaian tangannya. Roswaal


menyipitkan satu matanya dan menatap Subaru yang sedikit demi sedikit kalah dari
tekanan auranya.

“Jika ingatanku tidak salah, Penyihir Keserakahan….. telah dikalahkan oleh Penyihir
Kecemburuan 400 tahun lalu. Tempat ini menjadi tempat peristirahatan terakhirnya dari 400
tahun yang lalu mungkin masih bisa dimengerti…. tapi saat kau bilang kalau kau
mengenalnya secara pribadi, itu….”

“A~~ku mengetahui hal ini sendiri, tapi a~~ku takut aku tidak bisa mengatakannya. Hal ini
diturunkan secara lisan dari generasi ke generasi keluarga Mathers…. hal ini hanya
diperuntukan kepada pewaris Roswaal.”

“Diturunkan secara lisan…. Kalau begitu, pemimpin dari keluarga Mathers terdahulu adalah
orang yang terhubung dengan Penyihir Keserakahan?”

“….. Echidna.”

“Eh?”

Tiba-tiba, mendengar nama itu dibawa-bawa, mata Emilia pun terbelalak. Roswaal
mengalihkan pandangannya kearah Emilia, dan seolah-olah mengkonfirmasinya, dia
berbisik pelan, “Echidna”,

“To~long, panggil dia dengan namanya ketika menyebutnya. Gelar seperti „Penyihir
Keserakahan‟, tidak peduli bagaimanapun kau mengucapkannya, hal itu membawa kesan
jahat, iya kan? Dan itu juga terlalu panjang…”
“…. Begitu ya. Jadi, Echidna menemui ajalnya di desa ini dan desa ini dikelola oleh
keluarga Mathers dari generasi ke generasi…. Apa itu benar?”

“E~n, benar. Tapi mengelola itu seperti menyiratkan ada banyak tangan yang terlibat
daripada kenyataannya. Pengaruh Echidna begitu kental disini, dan tanpa langkah yang
tepat, mustahil untuk menginjakan kaki disini. Fakta bahwa kalian bisa masuk kesini….
pasti berkat Frederica, iya kan?”

Menerima sebuah anggukan sebagai balasannya, mata Roswaal menunjukan sebuah


kepahaman. Melihat hal ini, Subaru kembali mengarahkan topiknya.

“Aku mengerti kalau tempat ini adalah kuburan Echidna dan ada di bawah
kepengurusanmu. Tapi apa yang tidak kupahami adalah tujuannya, dan kenapa para
penduduk desa belum juga kembali?”

“Aku sudah mengatakan hal-hal yang aneh, ta~~pi, kau terlihat bisa menerima mereka
dengan begitu mudah. Fakta bahwa tempat ini adalah Kuburan Penyihir, a~~ku sebenarnya
sangat ingin merahasiakannya.”

“Mungkin saja jika itu adalah Penyihir Kecemburuan, tapi aku sama sekali tidak tahu apa
yang telah dilakukan oleh penyihir bernama Echidna ini. Hanya dari kata „Penyihir‟ saja,
sudah memberi kesan seperti seorang penjahat. Tapi itu sama saja dengan „Half-Elf‟, dan
siapa yang menyangka kalau Emilia-tan bisa semanis ini hanya dari kata itu?”

“….. Ja-jangan mengatakan sesuatu yang tidak ada hubungannya seperti itu. Serangan
kejutan itu juga ada batasnya, kau tahu!”

Mendengar kata-kata yang dengan santainya disisipkan pada akhir kalimat serius tersebut,
Emilia yang wajahnya kini memerah, menyentak pinggang Subaru dengan pelan. Subaru
tersenyum kecut menanggapi reaksi Emilia yang benar-benar manis, tapi kemudian, dia
melihat Roswaal melalui sudut matanya sedang menunjukan tawa yang agak mengganggu,
“Oho~”,

“Dalam waktu si~~ngkat yang kalian habiskan secara terpisah, kalian sudah berkembang
menjadi sedikit lebih dekat, iya kan? Setelah pergi meninggalkan perkelahian itu di Ibukota,
aku bertanya-tanya apa yang akan terjadi, tapi nampaknya sekarang bahkan lebih baik
dibandingkan sebe~~lumnya.”

“Itu adalah cinta yang kuterima di akhir perjalananku yang panjang dan sulit, kau tahu! Ada
segunung hal yang bisa kuocehkan, tapi kita tinggalkan saja masalah ini setelah kau
selesai menjawab semua pertanyaan kami. Jadi, apa tujuan dari tempat ini, dan kenapa
kau belum kembali?”
“Sepertinya kau sudah bukan anak yang naif lagi, dan kau juga menjadi sedikit bisa
diandalkan. Jadi~~ alasan kenapa penduduk desa dan aku belum juga kembali…..
sederhananya, karena kami tidak bisa kembali meskipun kami mengi~nginkannya.”

“Tidak bisa kembali meskipun kau menginginkannya?”

Tidak bisa memahami jawaban Roswaal, Subaru mengernyitkan dahinya.

Roswaal mengangguk, dia tersenyum menanggapi tanda tanya besar di wajah Subaru, dan
mengatakan,

“Karena saat ini, kita semua, termasuk seluruh penduduk desa ini, telah menjadi tahanan
rumah disini. Da~~n, semenjak kalian masuk kesini, nampaknya kalian berdua juga berada
di situasi ya~ng sama.”
Chapter 9 : Makam.

“Tahanan rumah…. Itu kata-kata yang agak meresahkan….”

Menghadap Roswaal yang terbaring di kasur, Subaru hampir tidak bisa mengucapkan kata-
kata tersebut ketika dia dengan cermat menganalisa kalimat yang baru saja dikatakan
kepadanya. Dilihat dari alur percakapannya, Subaru biasanya mungkin akan
menertawakannya sebagai lelucon yang bodoh, tapi sayangnya, dalam keadaan seperti ini,
kata-kata tersebut sangatlah otentik. Bagaimanapun…

“Kalau begitu, apa itu artinya penduduk disini adalah orang memberikanmu luka-luka
tersebut?”

Emilia nampak memiliki pendapat yang sama dengan Subaru sebagai bentuk
kepercayaannya terhadap kata-kata Roswaal.

Terbungkus perban dengan darah yang meresap keluar, tubuh Roswaal saat ini berada
dalam keadaan yang menyedihkan. Melihat dia seperti ini setidaknya telah menjadi bukti
kalau apa yang dikatakannya itu memang benar, sekaligus menjadi alasan kenapa hal ini
tidak bisa ditertawakan.

“Jika ada seseorang di desa yang bisa memberi luka parah seperti ini kepada Roswaal, itu
artinya kita sedang berada di dalam situasi yang serius…”

Menyentuh rahang dengan tangannya sambil menelusuri tingkat kekuatan di dalam


pikirannya, Subaru merasakan perasaan gelisah yang membara di dalam hatinya.

Eksistensi dari Roswaal L. Mathers, selain menjadi majikan Subaru di dunia paralel ini, dia
juga adalah seorang pengguna sihir kuat yang level kekuatannya hanya bisa dicapai oleh
beberapa orang saja.

Faktanya, kekuatan dari pria yang menduduki posisi sebagai Kepala Penyihir dari Kerajaan
Lugunica ini bahkan 100 Subaru pun tidak akan punya kesempatan untuk menang
melawannya, dia pun bisa dengan mudah memusnahkan sekumpulan Mabeast yang begitu
kuat. Berpikir kalau dia akan berakhir dengan kondisi seperti ini…..

“Ah, tapi sepertinya kau salah pa~ham. Luka-lukaku tidak di sebab~kan oleh siapapun.
Kalian tidak perlu waspada karena sesuatu yang aneh, ataupun merencanakan balas
dendam demi diriku, ok~?”
“Jangan khawatir. Kau belum mendapatkan kesan positif dariku yang bisa membuatku
merencanakan balas dendam yang sembrono seperti itu…… Yang lebih penting, apa
maksudnya itu? Itu berbeda dari apa yang baru saja kau katakan. Bukankah kau
seharusnya menjadi tahanan rumah…..”

“Mengingat kalau aku terluka dan ditahan seperti ini, menyebutnya tahanan rumah tidaklah
sepenuhnya sa~lah, hal itu sudah pasti. Ini tidak seperti aku terluka ketika proses
penahananku, aku terluka, dan kemu~dian ditahan….. Meskipun aku menjelaskannya
secara rinci, itu akan se~dikit berbeda.”

Menanggapi cara berbicara Roswaal yang berbelit-belit, tanda tanya besar pun melayang di
atas kepala Subaru. Menghancurkan semuanya, Subaru berhasil menenangkan dirinya dan
memikirkan apa yang baru saja dikatakan kepadanya. Dengan kata lain…

“Jadi orang-orang di Sanctuary tidak ada hubungannya dengan luka-lukamu, apa benar
begitu?”

“Tepatnya sih, kau tidak bisa sepenuhnya mengata~kan kalau mereka tidak ada kaitannya,
tapi jika kau bertanya kepadaku apakah mereka bertanggunt jawab langsung terhadap
luka-lukaku, maka jawabannya adalah tidak. Dengan kata lain, yah~ begitulah~.”

“Dengan kata lain, mereka terlibat secara tidak langsung.”

Roswaal mencondongkan kepalanya, dan untuk sesaat dia terlihat merasa malu karena
analisis Subaru. Kemudian, dia menghela napas panjang, dan bercanda “Ini seperti melihat
seorang anak kecil tumbuh dewasa, kurasa”,

Melihat sikap itu, Subaru menganggapnya sebagai tanda kalau dia sudah semakin dekat
dengan kebenarannya. Bertekad untuk tidak nengendurkan pertanyaannya, Subaru memilih
kata-katanya selanjutnya dan bersiap melemparnya kepada Roswaal, tapi….

“….. Barusu, bagaimana jalau menunjukan sedikit kepedulian kepada Roswaal-sama?”

Mengucapkan hal itu, Ram yang belum hadir sampai saat ini, menyela percakapan
tersebut. Dengan keliman roknya yang sedikit melambai, gadis itu memasuki ruangan
dengan langkah yang begitu anggun dan meletakkan satu set teh panas yang dia bawa
menggunakan nampan di atas meja.

Wangi teh tersebut menyebar ke seluruh ruangan, dengan rangsangan dari indera
penciumannya, Subaru kini hanya menyadari kalau dia sudah keterlaluan. Ketika dia akan
melanjutkan pertanyaannya, dia tiba-tiba menyadari betapa parahnya luka yang diderita
oleh Roswaal.
“Menekan Roswaal-sama dengan begitu keras ketika dia sedang terluka parah dan
kemudian menggali semuanya, apa kau puas? Lihat penderitaan Roswaal-sama, dia
hampir menangis, bersimpatilah sedikit!”

“Ketika kau sudah berhasil membuatku menyesali tindakanku… Jangan katakan sesuatu
yang akan merusak suasananya! Maksudku, apakah ini terlihat kalau dia sedang kesakitan
dan hampir menangis? Bagiku dia tidak terlihat seperti itu!”

“Uuuhh, itu sa~kit, aku kesaki~tan. Kata-kata yang tidak memiliki kebaikan dan kepedulian
memukul tepat pada luka-lukaku…”

Subaru merespon kata-kata Ram dengan jawaban kurang ajar. Seolah-olah mengejek kata-
kata Subaru, Roswaal pun mulai melakukan sedikit pertunjukan di atas kasur. Ketika alis
Subaru mulai berkedut karena jengkel, Emilia pun berdeham dan menghilangkan atmosfer
ribut di dalam ruangan.

Sambil menarik ketiga pasang mata di ruangan tersebut untuk menatap kearahnya, Emilia
pun memulai dengan „Bagaimanapun‟,

“Siapapun bisa tahu kalau keadaan Roswaal sedang tidak bagus hanya dengan melihatnya
saja, jadi ayo cepat selesaikan percakapan ini, Apa kau tidak memiliki sihir penyembuh?”

“Sihir penyembuh berada di luar kemampuan Ram, jadi…..”

Menanggapi jawaban tanpa ekspresi namun menunjukan penyesalan milik Ram, Emilia pun
menatap kearah Roswaal dengan mata yang hanya membawa sedikit ekspektasi. Melihat
hal ini, Roswaal melambaikan tangannya.

“Aku juga. Aku mengkhususkan diri untuk sihir penghancur, kau ta~hu. Jika ada
hubungannya dengan penghancuran, perusakan, ataupun penipuan, aku bisa melakukan
banyak hal, tapi aku benar-benar tidak berguna jika berurusan dengan mantra penyembuh.”

“Itu terlihat menyedihkan. Daripada hanya sihir penyerangan, kau seharusnya juga berlatih
sihir pertahanan, jezz…”

Meski begitu, kapanpun Subaru memainkan sebuah game yang mana dia harus
menentukan perkembangan karakternya, dia adalah tipe pemain super offense yang hanya
akan memilih skill tipe serangan. Jadi dia tidak bisa terlalu kasar memarahi Roswaal.

Di saat yang sama ketika Subaru mencapai kesimpulan aneh ini, Emilia mendesah “Yah
mau bagaimana lagi” dan,
“Puck tidak ada di sini, jadi aku tidak dalam keadaan terbaikku, tapi aku akan merapal sihir
penyembuh. Aku harus berkonsentrasi ketika aku melakukannya, jadi ayo terlebih dulu kita
selesaikan pembicaraan ini.”

“Great Spirit-sama…..?”

Terkejut dengan informasi yang baru dibeberkan oleh Emilia, Roswaal dengan cepat
menaikkan alisnya dan menyipitkan matanya. Itu adalah ekspresi yang dingin, tidak seperti
sikapnya yang biasanya santai, itu adalah salah satu ekspresi yang jarang dilihat Subaru.
Subaru tanpa sadar menegangkan bahunya dan berkata “Oy, oy”,

“Sangat jarang melihatmu menunjukan ekspresi serius seperti itu. Apakah semengejutkan
itu Puck tidak ada disini? Aku tidak pernah tahu kalau kau sebenarnya adalah penggila bulu
mofumofu juga.”

“Sayangnya, satu-satunya saat dimana aku cukup dekat dengan Great Spirit-sama sampai
bisa menyentuhnya adalah ketika aku menawarinya ma~yo~nes. Itu benar-benar
menakutkan….. Bagaimanapun, jadi begitu ya.”

Tanpa mengabaikan gurauan Subaru, Roswaal pun menyipitkan alisnya sambil merenung.
Ketika melakukan hal ini, dia tiba-tiba mengarahkan pupil mata kirinya yang berwarna
kuning kearah Emilia.

“Emilia-sama, kau tidak merasa tidak nyaman, atau berbeda dari biasa~nya, kan?”

“…..? Selain Puck yang belum menampakan wajahnya, rasanya tidak ada yang salah. Puck
mulai tidak muncul bahkan sebelum kami sampai di Sanctuary, jadi….. Ah, ada satu hal….”

Mengangkat jarinya seolah-olah sedang mengajukan sebuah pertanyaan, Emilia kemudian


dengan cepat mengarahkan pandangannya ke arah sekitar mereka….. Tidak hanya bagian
dalam dimana saat ini mereka berada, tapi sepertinya dia juga menatap seluruh Sanctuary
di bagian luar sana, dan setelah melakukan hal itu, dia berbicara dengan suara yang pelan,

“Semenjak memasuki Sanctuary… Tidak, mungkin sejak memasuki hutan, aku merasa
respon para roh menjadi semakin lemah. Dan tadi, ketika kita ada di luar, aku…. merasa
ada tatapan aneh yang sedang menatapku.”

“Tatapan aneh??”

Terkejut dengan apa yang dia dengar, Subaru mencondongkan kepalanya, Emilia
merespon “Ya” dan menarik dagunya kedalam sebagai bentuk konfirmasi. Usai
menjelaskan kalau inilah alasan kenapa ekspresinya menjadi suram setelah berpisah
dengan Garfiel dan yang lainnya, dia melanjutkan…

“Itu seperti aku sedang diawasi. Rasanya benar-benar tidak menyenangkan… Kupikir, itu
hanya aku, jadi aku tidak memberitahumu.”

“Tak ada satupun pera~saan Emilia-sama yang keliru. Tempat ini adalah tempat yang tidak
menyenangkan bagi para roh, dan terlebih lagi, penghuni disini tidak memiliki perasaan
apapun selain pera~saan tidak~ nyaman terhadap kehadiranmu.”

Merespon kata-kata cemas Emilia, Roswaal menumpahkan kata-kata tersebut tanpa


pertimbangan apapun. Melihat mata Emilia yang terkesan sedang tersakiti dan goyah,
Subaru pun seketika menoleh kearah Roswaal dan ingin membuka mulutnya untuk
membantah, tapi,

“Well, bagaimana kalau kau membiarkannya saja? Kau tidak seharusnya begitu keras
dengan pria yang sedang terluka. “Pelarian paruh tutul sedang memanas sekarang”, iya
kan?”

“Kurasa itu memang sangat disayangkan…. aku tidak cukup mengerti untuk mengatakan
kalau aku paham. Tapi ini hanyalah keluhan kecil, kita ini benar-benar telah menciptakan
komunikasi yang bisa dimengerti di antara kita, ya kan?”

Melihat melewati pundaknya, Subaru mengangkat bahunya ketika dia melihat Garfiel yang
sedang bersandar di pintu sambil menunjukan gigi-giginya. Melihat reaksi Subaru, Garfiel
pun membuat suara dengan menggertakan giginya dan melihat ke sekitar ruangan.

“Rumah nenek dianggap rumah paling luas dan bagus disini, tapi dengan begitu banyak
orang, rumah ini menjadi sempit huh? Oiya, aku meninggalkan pria berisik itu di belakang.”

“Setelah kau mengatakannya, aku memang tidak melihat Otto di sekitar sini…. Apa dia
sudah pulang? Apa kau memakannya?”

Emilia terlihat kaget mendengar pertanyaan Subaru, tapi Garfiel tertawa terbahak-bahak
dan memukul lututnya, seolah-olah dia baru saja mendengar sebuah lelucon yang luar
biasa.

“Aku memang memiliki darah karnivora, tapi kurasa aku tidak akan memakannya. Terutama
karena pria itu terlihat akan menjadi semakin berisik ketika aku memakannya. Dia
mengatakan sesuatu seperti sedang cemas dengan naga dan keretanya…. Well, dia
memiliki begitu banyak alasan dan menjalankan semuanya.”
Dengan satu tangan terayun dan cara berjalan yang kasar, Garfiel mendudukkan dirinya di
atas kursi yang berada di dekat dinding, kemudian melihat ke arah Ram yang menatap
dirinya melalui sudut matanya.

“Teh.”

“Aku akan keluar untuk mengumpulkan daun-daun yang jatuh, jadi bisakah kau
menugguku?”

“Meskipun aku merasa curiga, tapi, apa yang akan kau lakukan dengan daun-daun yang
jatuh itu?”

“Aku tidak ingin membuang-buang daun teh yang berharga untuk seseorang yang tidak
mengerti wangi ataupun rasanya. Itulah jawaban Ram.”

Setelah menyatakan hal tersebut dengan sikap seperti hewan berdarah dingin, Ram benar-
benar pergi keluar meninggalkan bangunan tersebut. Menunjuk jarinya kearah punggung
Ram, Subaru menatap Garfiel dan bertanya tanpa kata-kata “apa yang kau sukai dari dia?”.
Meresponnya, sambil mengejar punggung Ram dengan menggunakan tatapannya, Garfiel
mengatakan,

“Wanita berkemauan kuat adalah wanita yang layak untuk dikejar, bukankah begitu? Dan
sebagai pria, tertarik dengan wanita luar biasa seperti itu bukanlah sesuatu yang aneh.”

“Hal-hal seperti pria dan wanita… kita ini tidak sedang berbicara tentang melepas ayam,
jadi jangan gunakan itu terus menerus. Bagaimanapun, Ram itu wanita muda yang baik,
kau tahu. Memanggilnya seperti itu….”

“Huh? Apa yang kau katakan? Aku memperlakukannya sebaik wanita manapun yang
meminta untuk diperlakukan yeah? Dan juga, sebelum itu, kami…..”

Ketika Subaru menawarkan sarannya yang jujur dengan cara berbicara yang tidak biasa,
Garfiel mengernyitkan dahinya seolah-olah dia baru saja menyadari sesuatu dan
mengangkat alisnya. Wajah Garfiel menunjukan ekspresi tidak senang dan memberikan
tatapan yang dipenuhi bilah pedang kearah Roswaal yang berada di atas ranjang.

“Bangsat, kau belum memberitahu mereka? Jika kau hanya bersikap melemah, aku akan
menganggapnya sebagai sebuah lelucon, tapi semenjak Half-Elf…. semenjak Emilia-sama
datang kesini, itu sudah urusan yang beda lagi.

“…..Eh?”
Garfiel meletakkan kejengkelan yang dia rasakan pada lidahnya dan langsung
meludahkannya. Emilia nampak kaget ketika mendengar namanya disebut-sebut dalam
kalimat Garfiel. Tapi, tanpa memperdulikan keheranan Emilia, Garfiel membentak Roswaal
dengan ekspresi yang dipenuhi dengan lebih banyak kemarahan dibandingkan
sebelumnya.

“Saat Emilia-sama memasuki Sanctuary, kita sudah berada dalam kekacauan ini, kau tahu.
Apa yang akan kau lakukan? Kau bahkan belum memulai masalah utamanya di sini.
Bangsat, apa kalian semua datang kesini hanya untuk bermain-main?”

Separuh bagian akhir dari kemarahan Garfiel, tidak hanya ditujukan kepada Roswaal, tapi
itu juga ditujukan kepada Subaru dan Emilia yang terdiam. Bagaimanapun, kemarahan di
dalam tatapan yang dia tujukan pada Emilia sama sekali tidaklah lucu, dan seolah-olah
ingin melindungi Emilia yang menyusutkan pundaknya, Subaru pun melangkah ke depan…

“Tunggu. Aku paham kalau kau sedang marah, tapi aku tidak tahu kenapa kau marah. Kau
hanya akan menjadi semakin marah jika kau terus berbicara dengan seseoramg yang tidak
tahu apa-apa, iya kan?”

“Yeah, tapi itulah yang membuatku kesal, ketika semua orang disini bahkan tidak tahu apa-
apa…..”

“Tapi orang yang mengabaikan „semua orang disini‟ dan berbicara pada Emilia seperti itu
adalah kau dan Roswaal yang ada di sebelah sana itu, kan? Jika kau benar-benar peduli
dengan masalah itu dan ingin melakukan sesuatu, maka penuhilah tanggung jawabmu
untuk menjelaskannya. Mengharapkan kami untuk mengerti tanpa menjelaskan apa-apa
hanya akan membuatmu terlihat sama memalukannya dengan diriku beberapa waktu lalu,
kau tahu.”

Ketika dia menghadapi Garfiel, Subaru merasa kalau tekanan yang datang dari Garfiel
menjadi semakin kuat. Tubuh Garfiel memang lebih pendek dibandingkan Subaru dan
ketika dia sedang duduk, perbedaan tinggi badan mereka berdua sangatlah signifikan.
Meski begitu, tubuhnya yang kecil itu hampir tidak terasa. Tidak, mengingat kepadatan
tekanan yang terpancar dari tubuh Garfiel, bagi seorang Subaru, Garfiel terlihat seperti
batuan yang sangat besar.

Mengetahui kalau sebenarnya Subaru adalah seorang pengecut, mengalihkan pandangan


dan mundur adalah tindakan yang sudah bisa diperkirakan.

Tapi,

“Subaru…”
Subaru merasa ada jari-jari lembut yang sedang menggenggam lengan bajunya dengan
erat. Suara yang tidak memiliki rasa percaya diri memanggil nama Subaru melewati daun
telinganya, hal itu mengisi lututnya yang bergetar dengan kekuatan yang baru.

Emilia berdiri di belakang Subaru, mengandalkan Subaru dalam keadaannya yang tidak
pasti ini.

Apakah dia akan benar-benar membiarkan lututnya bertekuk di hadapan Emilia, bisakah dia
melakukan sesuatu selemah itu?

“….Tch.”

Mereka bertukar pandangan dalam keadaan hening, dan yang pertama mengalihkan
pandangannya adalah Garfiel. Ketika dia mendecapkan lidah dan menyerahkan kembali
berat badannya pada kursi, dia menyisipkan jarinya diantara rambut pendek berwarna
emasnya dan mulai menggaruknya dengan kasar.

“Aaah! Aku tahu, aku hanya melampiaskan semuanya padamu. Aku juga membentak,
maafkan aku, oy!”

“Tidak, kau belum benar-benar mengatakannya. Tapi sebelum itu, apa tidak ada
seorangpun yang memberitahumu kalau kau itu punya kepribadian yang menjengkelkan?”

Secepat dia menjadi emosional dan berpikiran pendek, secepat itu pula dia mendapatkan
kembali rasionalitasnya dan mengakui kesahalahannya. Subaru pikir itu adalah kepribadian
yang sangat kasar, dan daripada marah, Subaru lebih memilih untuk menunjukan sebuah
senyum kecut.

Melihat hal ini, Garfiel mengeluarkan sebuah desahan yang sangat tidak cocok, “Haaa”,

“Berisik, kalau begitu aku akan diam, jadi teruskan saja pembicaraannya, jika aku ikut
bergabung, pembicaraannya tidak akan akan ada kemajuan dan malah menjadi
menjengkelkan.”

“Fakta bahwa kau mengalisa dirimu sendiri sebaik ini, namun kemudian membiarkannya
tanpa merubah apa-apa…. Aku menganggap itu sebagai sesuatu sangat luar biasa.”

“Memujiku tidak akan berguna, karena aku tidak memahami hal-hal yang rumit. Tuch”

Melihat Subaru dari yang semula jengkel menjadi kagum, Garfiel pun mendengus.
Kemudian, Ram yang baru kembali dari luar, memberinya secangkir teh panas.
“Inilah definisi dari teh berkelas rendah.”

“Bukankah kau sebaiknya berbicara dengan sedikit lebih sopan ketika memberikan sesuatu
kepada seseorang?”

Ram menjawab dengan “Begitukah?” dan menyerahkan cangkir tersebut dengan ekspresi
yang tenang. Garfiel menerima teh tersebut, dan meskipun masih panas, Garfiel
menumpahkan teh tersebut ke dalam tenggorokannya sekaligus. Meskipun dia adalah
karnivora, rupanya dia tidak memiliki lidah yang sensitif. Melihat Garfiel mengosongkan
cangkir tersebut dalam satu tegukan, Ram menghela napas panjang.

“Seperti biasa, kau adalah pria yang tidak menghargai teh. Itu tidak cocok dengan Ram.”

“Tapi teh ini rasanya seperti daun. Jika kau ingin membasahi tenggorokanmu, air saja
sudah cukup kan?”

“Meskipun aku setuju kalau teh itu rasanya memang seperti daun, tapi aku benar-benar
keberatan dengan komentar ekstrem itu. Ram, bagaimana kalau kau membiarkannya
meminum secangkir teh yang lain?”

Ketika Subaru mengatakan hal itu, Ram menyerahkan secangkir teh lain kepada Garfiel.
Warna bergelombangnya agak mirip dengan sesuatu seperti „dedaunan musim gugur‟, dan
meskipun menyadari hal ini dari kejauhan, Subaru tidak menghentikan dirinya dari…. nah,
merekomendasikannya.

“Hey, kau benar-benar cerdas, ya kan? Kau paham kalau satu cangkir saja tidak cukup…..
Pfftt! Haaah!? Oooy, kau… bukankah ini hanya air daun…?”

“Jika itu untuk membasahi tenggorokanmu, entah itu air, teh, ataupun air daun, mereka
semua itu sama saja kan? Karena kau sudah menaruhnya di bibirmu, teruskan saja dan
minum semuanya. Jika kau menyisakan sesuatu…. Aku akan mempelintir itu.”

Tanpa mengatakan apa yang sebenarnya ingin dia pelintir, Ram menatap tajam kearah
selangkangan Garfiel. Hanya dengan itu saja, Subaru menyadari kalau target Ram adalah
bagian vital dan tanpa sadar menutup kakinya karena merasakan tanda bahaya. Garfiel
dengan enggan menghabiskan isi cangkirnya, dan menelan semua rasa pahitnya. Di sisi
lain, Roswaal yang sejauh ini hanya mengamati percakapan mereka, tiba-tiba
menyemburkan…

“Aaa~~ha. Apa ka~lian semua khawatir dengan kondisiku dan bermaksud membiarkanku
beristirahat? Ataukah ini rencana kalian untuk membuatku tertawa dan mem~buka kembali
lukaku? Jika benar begitu, maka kalian ber~hasil.”
Mengatakan hal itu, Roswaal perlahan menyentuh perban yang membungkus bagian atas
kepalanya sambil menyeringai dengan pahit. Faktanya, kau bisa melihat warna merah
samar mulai menyebar melewati warna putih dari kain tersebut. Kemudian, mood di dalam
ruangan yang menjadi lebih santai hingga sekarang, berubah, dan Ram yang rona
wajahnya berubah pun mendekati Roswaal. Ram kemudian menutupi tangan Roswaal yang
menekan lukanya atas kemauannya sendiri dan,

“Maafkan aku Roswaal-sama. Meskipun Ram berada di sampingmu…..”

“Bukankah lelucon tehmu yang sudah membuatnya tertawa?”

Gangguan Subaru dibuat diam oleh tatapan tajam milik Ram, Subaru menghentikannya dan
melihat kearah kondisi Roswaal. Setidaknya pendarahannya terlihat tidak terlalu serius.
Pendarahan lukanya baru saja berhenti…… Dengan kata lain, sekarang mungkin adalah
waktu yang paling penting untuk kesembuhannya.

“Roswaal, kupikir akan lebih baik kalau aku merawatmu….”

“Tidak~~ itu tidak perlu Emilia-sama.”

Mencapai kesimpulan yang sama dengan Subaru, sekumpulan roh pun muncul di udara
sekeliling Emilia ketika dia mendekat kearah Roswaal. Tapi dia dihentikan sendiri oleh
Roswaal yang menggelengkan kepalanya. Para roh yang bersinar dengan warna biru-putih,
terlihat goyah, seolah-olah terpengaruh oleh ketidakyakinan tuannya.

Melihat bagian samping pipi Emilia yang cantik, Subaru menyadari,

…… Ketika sekumpulan roh itu melayang di sekitar Emilia, karena alasan yang tidak
dipahami Subaru, Garfiel menatap Emilia dengan tatapan yang dingin.

“Lagipula, saat ini ada sesuatu yang lebih penting daripada luka ke~cilku ini. Ini tidak
seperti hi~dupku berada dalam bahaya, jadi tolong prioritaskan masalah lain terlebih
dahulu.”

“Meskipun kau bilang begitu, tidak mungkin aku akan melakukannya. Ketika ada orang
yang terluka, mengabaikannya untuk masalah lain itu akan….”

“Meski aku memberitahumu kalau ini penting agar kau bisa menduduki tahta?”

Ritme Emilia yang biasanya, hancur, dan adegan dimana dia berniat menyembuhkan
Roswaal dengan paksa jika memang diperlukan, berhenti seketika. Mendengarkan
pernyataan Roswaal, pipi Emilia pun menjadi kaku, mata berwarna violetnya terbuka lebar.
Mata berwarna kuning itu menyaksikan kejadian ini dengan tajam seolah-olah melihat
sampai bagian dalam Emilia, mata itu berkilau penuh teka-teki.

“Bagi rumah Mathers, Sanctuary ini hanyalah sepetak lahan yang diturunkan dari generasi
ke generasi, tapi bagi masa depan Emilia-sama, tempat ini memiliki makna… ya, mak~na
yang mendalam. Oleh karena itu, apapun alasannya aku memang berniat mengajakmu
kesini…. Hanya saja, kau muncul lebih cepat dibandingkan yang sudah kurencanakan,
bukankah begitu?”

“Penting bagiku….? Hey, apa maksudnya itu….”

“Masalah Sanctuary dan masalah Emilia-sama itu memiliki hubungan erat. Jadi, mungkin, di
tempat ini, Emili-sama akan menemukannya, menemukan dukungan Emilia-sama.”

“……?”

Membeku di tempat, Subaru menyaksikan ekspresi Emilia berubah. Menyadari perubahan


ini, Roswaal mengamati ekspresi Emilia dan terlihat menganggap semua ini sesuai dengan
rencananya. Di sisi lain, Subaru yang masih tidak bisa memahami pertukaran emosi
diantara mereka berdua, saat ini hanya bisa menjadi jengkel.

Akan tetapi, sebelum pergolakan itu berubah menjadi kata-kata, Roswaal menunjuk ke arah
Garfiel yang terdiam.

“Giliranmu Garfiel. Ajak mereka berdua berkeliling Sanctuary….. Tepatnya, ke makam!”

“…. Heh, apa itu ide yang bagus?”

Sambil mengayunkan cangkir kosong di jari-jarinya, Garfiel mengeluarkan tawa pelan.


Merespon pertanyaan tersebut, Roswaal menarik dagunya ke dalam dan dengan dengan
lembut mengelus rambut berwarna peach milik Ram ketika Ram sedang mengganti perban
pada luka-lukanya.

“Hal pertama dan paling penting adalah memahami situ~asi. Menjelaskan kondisi dan
masalah lainnya bisa dilakukan se~telah matahari terbenam, tapi tidak untuk bagian
makamnya.”

“Ah, begitu? Matahari akan segera terbenam. Itu tidak akan menjadi sesederhana itu saat
hal itu terjadi. Baiklah, aku akan mengajak kalian berkeliling.”
Berdiri, Garfiel meletakkan cangkirnya di atas kursi tempat dimana dia duduk dan
memalingkan wajahnya kearah Subaru dan Emilia. Melihat kearah mereka berdua yang
mengikuti pembicaraan ini, namun tertinggal secara keseluruhan, Garfiel pun memiringkan
kepalanya dan membuka mulutnya untuk menunjukan taring-taringnya.

“Jangan terlihat bodoh begitu. Jika kau tidak ingin menjadi seperti „Hoikoro yang mengamuk
dari kemarin‟ atau sesuatu yang bodoh seperti itu, kita sebaiknya segera berangkat.”

“Tunggu, tunggu, tunggu!! Kami sama sekali tidak bisa memahami percakapan ini. Bahkan
aku belum selesai berbicara dengan Roswaal, kau tahu. Setidaknya biarkan aku
menyelesaikannya sebelum….”

“Luka Roswaal-sama terbuka. Mengganti perban dan membiarkannya beristirahat adalah


prioritas saat ini. Barusu sebaiknya mengikuti apa yang diperintahkan Roswaal-sama dan
pergi menuju makam.”

Subaru mencoba melawan paksaan Garfiel, tapi hal itu dipotong oleh suara tegas Ram. Dia
menatap Subaru dengan tatapan dinginnya yang biasa dan meletakkan sebelah tangannya
di atas kasur.

“Tenanglah, kita akan membicarakannya lagi malam ini. Roswaal-sama tidak akan kabur
atau semacamnya. Tapi jika kau tidak mengunjungi makam sebelum matahari terbenam,
„itu‟ akan pergi.”

“Aku tidak pernah mendengar ada kuburan se-energik itu dalam hidupku.”

Sambil menggaruk kepalanya dengan pasrah, Subaru merasa tatapan Emilia saat ini
sedang menusuk sisi wajahnya. Mata Emilia dipenuhi dengan emosi suram, dia terlihat
menyerahkan semuanya pada Subaru untuk memutuskan apa yang sebaiknya mereka
lakukan.

Tetap disini dan menyelesaikan pembicaraan mereka dengan Roswaal atau mengikuti
keinginan Roswaal dan diantar oleh Garfiel ke makam….. Jawabannya sudah diputuskan.

“Aku mengerti. Kami akan pergi ke makam itu. Itu sangat penting kan? Kami pasti akan
membuatmu menjawab semua pertanyaan kami dengan benar ketika kami kembali nanti.”

“Ma~af, karena situasinya menjadi seperti ini. Ke~tika malam tiba, kita bisa mendiskusikan
semuanya, se~mua sampai ke akar-akarnya.”

Mendengar pendapat Subaru, Emilia merilekskan bahunya, sementara Roswaal


mengangguk puas. Garfiel dan Ram juga terlihat menerimanya, dan mereka berdua mulai
bergerak untuk melakukan tugasnya masing-masing. Namun, sebelum itu, Subaru berkata
“Ada satu hal”, sambil mengangkat satu jarinya.

“Sebelum menuju ke makam, ada sesuatu yang ingin kutanyakan padamu.”

“Hmmm~? Aku tidak keberatan? Jika itu adalah sesuatu yang bisa kujawab dengan
sederhana, kau bisa bertanya apa~ saja.”

“Baiklah, akan kupegang kata-katamu….. „Rem‟, apa kau pernah mendengar nama itu
sebelumnya?”

Berpura-pura mengganti topik, Subaru mengucapkan pertanyaan vital tersebut. Mendengar


pertanyaan Subaru, orang pertama yang bereaksi adalah Ram. Namun, itu bukanlah
jawaban yang Subaru harapkan.

Ketika nama itu memasuki telinganya, Ram memiringkan kepalanya seolah-olah dia baru
saja mendengar istilah yang belum pernah didengarnya. Ketika harapan Subaru runtuh,
Roswaal menggumamkan kembali nama tersebut di mulutnya.

“…. Ya?”

“Omu, maaf, tapi itu tidak terdengar fami~liar. Aku merasa kalau itu mirip dengan Ram, tapi
itu mungkin hanya salah pengucapan saja.”

(*Geh, Fami-liar :3)

“Be-begitu ya. Tidak kok. Jika kau tidak mengingatnya, tidak ada, tidak ada yang bisa kau
lakukan.”

Menolehkan kepalanya ke samping, Subaru menerima jawaban tersebut.

Jawaban Ram dan Roswaal menghancurkan harapan kecil yang ada di dalam hati Subaru.
Bagi Rem, mereka berdua adalah orang yang menghabiskan waktu paling lama
bersamanya, orang yang dia berikan seluruh hidupnya dan orang yang dia kagumi dan
cintai. Namun mereka melupakannya.

Menerima fakta ini, udara di dalam hati Subaru seketika menjadi suram, dan dia dengan
bijaksana mengakuinya.

….. Di dunia ini, satu-satunya orang yang bisa mengingat Rem adalah dia sendiri.
“Subaru, apa kau baik-baik saja?”

Dengan suara cemas, Emilia menyentuh ujung lengan baju Subaru dengan lembut.
Menikmati kelembutan ujung jari Emilia, Subaru tidak ingin membuat Emilia melihat
kesuraman di wajahnya. Dia menutup matanya dan dengan paksa mengangkat kepalanya.

“Aku baik-baik saja. Ini tidak seperti aku memiliki ekspektasi khusus apapun. Kurang lebih
aku sudah tahu kalau akan jadi seperti ini…. Apa yang harus kulakukan, dengan cara
apapun, aku sudah memiliki tekad tersebut.”

“En, ayo kita temukan caranya. Aku juga akan membantumu.”

Emilia mengangguk menanggapi tekad Subaru dan menjanjikan bantuannya. Ketika hati
yang telah hancur itu kembali pulih karena perhatian Emilia yang lembut, Subaru
mengangkat bahunya,

“Ketika Rem bangun…. Cintaku tidak akan sepenuhnya hanya untuk Emilia-tan saja lo~….
Apa kau tidak akan cemburu?”

“Perasaan Subaru untukku, jika perasaan itu semakin berkurang, mungkin saja aku akan
merasa begitu… Tapi itu tidak seperti itu kan? Bagianku dan bagian Rem-san, kau pernah
bilang kalau kau sudah merencanakan mereka dengan benar dan seadil-adilnya kan?”

Merespon candaan genit Subaru, Emilia membuat sebuah jawaban yang tidak terduga.
Merasa ngeri dengan jawaban itu, Subaru tidak bisa mengatakan sepatah katapun dari
mulutnya, wajah Emilia hanya sedikit tersipu, dan dengan senyum yang lembut…

“Ayo Subaru. Aku juga ingin segera mempertemukan Ram dengan Rem.”

“A, aahh, yeah. Eh, benar.”

Meskipun Ram tidak bisa mengingatnya, itu akan menjadi reuni antara dua saudara
kembar. Apakah reuni itu akan memanggil kembali ingatannya ataukah malah mengirimkan
gelombang kejut pada cinta mereka yang pernah mereka miliki satu sama lain?

Meskipun itu adalah sebuah harapan yang rapuh, Subaru ingin bergantung pada harapan
itu selama itu masih ada artinya.

“Barusu.”
Ketika Emilia mengikuti Garfiel keluar ruangan, dan Subaru juga berbalik untuk
mengikutinya, dia dihentikan oleh sebuah suara panggilan dari belakang.

Melihatnya, terdapat Ram yang dengan cepat mendekatinya. Sambil membawa perban
pengganti untuk luka-luka Roswaal di tangannya, dia mendekat ke samping Subaru.

“Ada apa? Jika kau berencana melakukan permainan-perban, ketika kami sudah pergi, kau
bisa memiliki Roswaal seutuhnya….”

“Hanya Emilia-sama yang diperbolehkan memasuki makam. Barusu jangan pernah


memasukinya.”

Mengabaikan leluconnya, nada tajam Ram langsung menghancurkan tingkah laku Subaru.

Suara Ram terdengar pelan, dan dia berbicara dengan volume yang bahkan tidak bisa
didengar Roswaal. Melihat Subaru mengernyitkan dahinya, untuk berjaga-jaga, Ram
mengatakannya sekali lagi.

“….. Jika kau tidak ingin terjerat dengan keinginan gila Penyihir, dalam keadaan apapun,
jangan pernah, memasuki makam.”

Ram mengulanginya sekali lagi.

XxxxX
……. Udara di dalam makam terasa dingin dan tegas, dan secara harfiah, sebuah sensasi
dingin khas dunia lain menyertai atmosfer yang menyapa Subaru.

Setiap langkah yang dia ambil mengeluarkan bunyi gema dari sol sepatunya, dan entah dia
menginginkannya atau tidak, hal itu menegaskan keberadaannya di tempat ini. Tapi meski
begitu, suara dari langkah kaki itu memberinya ketenangan yang tidak terduga.

……. Di dalam kegelapan yang bahkan tidak memungkinkan dia untuk melihat beberapa
meter ke depan, di dalam suasana yang membuat keberadaanya menjadi diragukan,
bahkan suara ini saja bisa menjadi penghibur bagi diri Subaru.

Tidak tahu dimana keberadaannya, dinding yang menjadi satu-satunya sumber


referensinya telah lama menghilang. Terus berjalan, apakah dia hampir mencapai akhir dari
jalan ini? Subaru merasa kalau dia harus berhenti.
Tapi suara dari langkah kakinya menyangkal hal ini. Di dalam kepastian alunan langkah
kaki ini adalah bukti keberadaan Subaru; kenyataan langkah kakinya sudah terjamin, dan
bergantung pada penghibur kecil ini, dia pun terus berjalan.

Berapa lama waktu sudah terlewati? Mustahil kau bisa tahu di dalam kegelapan ini. Bahkan
pikiran Subaru menjadi samar, dan tenggorokannya yang sudah menyerah memanggil
bantuan, kini telah membeku. Meski terus berjalan seperti ini, rasa lelah sama sekali tidak
hinggap di tubuh Subaru, tapi karena hal ini, sensasi dari anggota tubuhnya juga menjadi
samar.

Mengabaikannya, dia terus saja berjalan. Dia harus terus berjalan. Dia tidak boleh
menyerah.

Dia melarang dirinya sendiri untuk berhenti. Berjalan dan terus berjalan. Meskipun harus
hancur karena beban yang dibawanya, dia harus menggertakkan giginya dan terus
berjalan.

Kalau tidak, bagaimana dia akan menunjukan mukanya pada gadis itu….

“….. Begitu ya, jadi ini intimu? Sungguh sangat menarik!”

Sebuah suara tiba-tiba terdengar, dan seketika, suara itu juga berakhir, seolah menghilang
selamanya tertelan tirai yang jatuh.

Kegelapan yang tidak bisa digambarkan yang mana terbentang luas tidak peduli kemana
dia menghadap, seketika menjadi terang benderang seperti saat siang hari, koridor batu
kecil pun terbentuk… nampak lebih luas dibandingkan dengan ujung dunia. Bumi yang
bertumpuk di bawah sol sepatunya memadamkan suara langkah kaki Subaru, dan udara
menjijikkan yang melebihi apapun, menyebabkan mual di dadanya, terkapar seluruhnya.

Benar-benar berbeda dengan dunia saat ini, itu adalah realitas yang cocok disebut
kehancuran kuno…. Pemandangan yang dia pikir pernah dia lihat sebelum memasuki
Makam terbentang di hadapan Subaru, Subaru pun kehilangan kata-katanya.

Di hadapannya, seseorang tiba-tiba mendekat. Itu adalah….

“Maafkan aku atas sambutan yang menggelikan ini. Aku tidak bermaksud menjadi seperti
ini, tapi apapun alasannya, tubuh ini adalah perwujudan dari Keserakahan. Hasrat ingin
tahu itu…. mustahil untuk dihindari.”

Putih murni seperti putri salju pertama, adalah kesan putih yang dimiliki gadis itu.
Rambut panjang yang menghiasi punggungnya berkilau seperti refleksi salju di dalam
khayalan putih yang suci, dan beberapa bercak di kulitnya yang terlihat, nampak tembus
pandang dan cantik. Cahaya kebijaksanaan terpancar dari matanya, dia menutupi tubuhnya
dengan gaun sederhana berwarna hitam seperti tinta, tampilan dari dua warna yang
berlawanan tersebut semakin menghiasi kecantikannya.

Siapapun yang memiliki mata pasti akan terpikat oleh kecantikan itu…… Namun apa yang
mencengkram seluruh tubuh Subaru adalah rasa ngeri yang tidak pernah dia rasakan
sebelumnya.

Bahkan tekanan yang dia rasakan ketika pertama kali bertemu Paus Putih, tidak bisa
dibandingkan dengan hal ini.

Sebelum Subaru yang tidak bisa berkata-kata, gadis itu menggoyangkan rambut putihnya
dan menyipitkan matanya, kemudian seolah-olah memahami Subaru, dia mengangguk
perlahan.

“Maaf atas kelancanganku, aku bahkan belum memperkenalkan diri. Itu sangat lancang,
tolong terima permintaan maafku. Ini terjadi karena aku tidak pernah berinteraksi dengan
siapapun untuk waktu yang sangat lama, aku belum memulihkan suaraku, mungkin.”

Tidak seperti nadanya, ekspresi gadis itu hampir tidak berubah ketika dia menggelengkan
kepalanya dengan lembut.

Kemudian, menatap Subaru yang terdiam ketakutan, gadis itu menahan tangan diatas
dadanya sebagai pertanda bagi Subaru untuk menjadi lebih tenang.

“Namaku adalah Echidona. Orang-orang menyebutnya Penyihir Keserakahan, apa kau


mengerti?”
Chapter 10 : Inkarnasi Rasa Haus Akan Pengetahuan.

….. Semenjak mereka meninggalkan rumah dimana Roswaal dirawat, kira-kira 15 menit
telah terlewati.

“Kita sampai. Inilah yang disebut makam, tapi itu hanyalah makam yang tua.”

Mengatakan hal tersebut, Garfiel menggerakkan dagunya menunjuk ke arah reruntuhan tua
yang terletak di pinggiran Sanctuary. Dibangun dari sekumpulan batu, gaya arsitekturnya
sangat primitif dan jauh dari kesan magis.

Tidak diketahui sudah berapa tahun terlewati semenjak bangunan tersebut dibangun, tapi
dari retakan yang ada permukaan dinding, dan tanaman rambat yang menjalar luas,
sepertinya itu sudah lebih dari 1 abad.

Jalan masuk reruntuhan tersebut berada di perbatasan hutan, dan sebagian besar
bangunannya ditutupi oleh pohon, hal itu membuatnya mustahil untuk menebak ukuran
bangunan tersebut dalam sekali lihat. Jika ini memang tempat penguburan „Penyihir
Keserakahan‟, maka mungkin itu bisa dianggap memiliki kesamaan dengan piramida
raksasa di dunia nyata.

“Orang hebat selalu ingin beristirahat di makam yang besar, ini tetap saja sama di setiap
zaman maupun di setiap dunia, huh….?”

Menyentuh dagunya dan merenungkan pemikiran ini, Subaru memiringkan kepalanya


melihat besarnya skala bangunan tersebut.
Menjadi seseorang yang hidup saat ini, Subaru tidak sepenuhnya tertarik dengan apa yang
akan orang-orang pikirkan terhadap dirinya setelah dia mati. Tapi, fakta bahwa dia
bukanlah orang yang cukup penting untuk meninggalkan jejak dalam sejarah, mungkin ikut
berkontribusi pada perkembangan pemandangan ini.

Bagaimanapun,

“Baguslah kita bisa sampai ke makam, tapi apa yang akan kita lakukan disini?”

Berdiri di sebelah Subaru, Emilia mendongak melihat reruntuhan itu, dan bertanya kepada
Garfiel dengan wajah bertanya-tanya. Subaru juga memiliki pertanyaan yang sama, dan
mengarahkan pandangannya ke arah punggung pemuda pirang yang membawa mereka ke
sini. Menanggapinya, Garfiel mengkeletakkan giginya ketika dia melihat mereka balik.

“Kau bisa mendengar rinciannya dari si sialan Roswaal itu setelah kau kembali. Jadi untuk
sekarang, apa yang aku ingin Emilia-sama lakukan hanyalah masuk ke dalam.”

“Yang perlu kulakukan hanya masuk ke dalam? Bukankah aku harus melakukan sesuatu
ketika aku ada di dalam?”

“Saat ini mataharinya masih cukup tinggi. Meskipun kau masuk jauh ke dalam makam,
„Ujian‟nya tidak akan dimulai. Kau tidak memiliki persiapan atau sejenisnya, dan pertama-
tama kau harus diperiksa apakah kau memiliki kualifikasinya.”
“Tu tu tu tunggu sebentar! Kau melewatkan semua penjelasannya. Ujian, persiapan,
kualifikasi, tidak ada penjelasan sama sekali!”

Menyela di depan Garfiel yang memutuskan untuk mendorong Emilia masuk ke dalam
secara paksa, Subaru menuntut tanggung jawab Garfiel untuk menjelaskan. Tapi Garfiel
hanya menunjukan wajah jengkel yang sudah dia tunjukan berkali-kali dalam beberapa jam
terakhir ini dan mengerutkan hidungnya.

“Yeah, siapa peduli, apa masalahnya? Masuklah, dan setelah kalian kembali kepada
Roswaal, kalian akan mengerti semuanya. Jika kau membuatku menjelaskan semua ini,
aku pasti akan mengacaukannya dan kau tidak akan mengerti.”

“Ini seperti kau memaksa kami untuk menandatangani sebuah kontrak tanpa membaca
isinya, tidak mungkin kami akan melakukan sesuatu semacam itu. Jika kau payah dalam
merangkai kata, maka jawab saja pertanyaanku dengan baik satu persatu.”

“Ugh…… yeah, terserah. Aku masih terjebak dengan kalian sampai matahari terbenam, jadi
persingkat saja.”

Sedikit membentangkan tangannya, Garfiel nampak menerima usulan Subaru. Lega karena
akhirnya mereka bisa berdiskusi, Subaru bertanya-tanya apa yang sebaiknya dia tanyakan
lebih dulu… Lalu,

“Ini adalah makam….. artinya makam dari „Penyihir Keserakahan‟, apa itu benar?”
“Itulah yang kudengar. Sebenarnya, aku tidak tahu tulang siapa yang dikubur di sini.
Tempat ini adalah Kuburan Penyihir Keserakahan, setidaknya itulah yang dikatakan orang-
orang desa kepadaku.”

Jawaban yang setengah-setengah itu memberikan Subaru perasaan kalau ada sesuatu
yang tidak beres, tapi dia menelan perasaan ganjil itu untuk sekarang. Kemudian, mengutip
beberapa kata dari pernyataannya sebelumnya….

Dua istilah yang terdengar cukup penting, „Ujian‟ dan „Kualifikasi‟.

“Ujiannya akan dimulai di dalam makam, sebenarnya apa itu? Aku akui…. dari
pengalamanku selama lebih dari beberapa minggu ini, aku tidak memiliki kesan positif
terhadap kata itu sama sekali.”

“Tenanglah, diuji dan semacamnya, aku juga tidak menyukainya. Jadi, ah, tentang „Ujian‟….
aku tidak tahu detailnya.”

“Oy.”

“Jangan marah, aku tidak main-main di sini. Aku hanya tahu kalau itu terjadi di dalam
makam. Dan mereka yang tidak bisa menyelesaikan „Ujian‟ itu, tidak akan terlepas dari
kebuntuan „Tanah Ujian‟.”

“Terlepas….. Memangnya siapa?”


“Orang yang memiliki „Kualifikasi‟. Orang yang terpilih tidak akan bisa keluar dari „Tanah
Ujian‟. Selama Ujiannya belum selesai, hasrat Penyihir untuk merasuk tidak akan pernah
lepas.”

Itu adalah jawaban yang lemah, tapi Garfiel tidak terlihat mengalihkan topiknya dengan
sengaja. Mencerna isinya sebisa mungkin, Garfiel mengatakan tepat seperti apa yang dia
pahami. Tapi tetap saja, jika pernyatannya tidak menjawab apapun, itu mungkin karena
pemahamannya sendiri memang sudah tidak jelas.

Akan tetapi, menghubungkan semua potongan jawaban tadi, Subaru berhasil membentuk
sebuah pemahaman untuk situasi ini di dalam pikirannya. Jawaban yang dia dapat dari
menyatukan semua potongan informasi itu adalah,

“Hanya mereka yang terpilih yang bisa memasuki makam, dan jika seseorang dengan
kualifikasi tersebut tidak bisa menyelesaikan ujiannya, mereka tidak akan bisa keluar dari
Sanctuary…. apa benar seperti itu?”

“Ah…..? Sesuatu seperti itu….. mungkin?”

“Kupikir aku sudah mencerna banyak hal, tapi itu masih saja sangat tidak berguna.”

Memutar lehernya, Garfiel yang mungkin masih tidak mengerti, memberikan jawaban yang
tidak dapat dipercaya. Mengesampingkan sikap itu, Subaru menoleh ke arah Emilia yang
ada di sebelahnya. Dilihat oleh Subaru, Emilia menyuarakan kesimpulannya terhadap
masalah ini, yang mana….
“Sebelumnya, ketika aku memasuki Sanctuary, aku tiba-tiba kehilangan kesadaran….
apakah itu gara-gara ini?”

“Itu karena ada penghalang, dan ketika Emilia melewati areanya, dia pingsan? Well, Otto
dan aku memang sangat sehat….”

“Itu mungkin karena kau tidak memiliki kualifikasi.”

Ketika Subaru mengerti jawaban untuk alasan dibalik pingsan Emilia yang mendadak,
Garfiel pun menyela, mengarahkan satu jarinya ke arah Subaru dan jari lainnya ke arah
Emilia.

“Emilia-sama adalah half-elf, dia memiliki kualifikasi. Tapi Subaru adalah manusia berdarah
murni, dia tidak memiliki kualifikasi. Jadi kau bisa keluar masuk dengan bebas. Tapi kau
tidak bisa mengikuti Ujiannya.”

“Tunggu, tunggu. Memikirkan kata-kata itu, apakah benar begini”

Menahan napas, Subaru pun menata pemikirannya. Kemudian, mengingat percakapan


mereka ketika pertemuan pertamanya dengan Garfiel dan ketika dia memandu mereka
menuju Sanctuary, Subaru menyadarinya,
“Orang yang bisa mengikuti Ujiannya adalah half-elf…… atau, darah campuran antara
manusia dan demi human. Itu artinya, semua orang yang tinggal di dalam Sanctuary
semuanya seperti itu?”

“…..Ah, aku belum mengatakan hal ini kan?”

Mendengar jawaban Subaru, Garfiel mengangguk puas dan menutup matanya.

Di momen selanjutnya, membuka matanya, pupil Garfiel berubah menjadi berwarna emas
dan mengecil seperti yang terlihat pada binatang karnivora. Ujung gigi taringnya
memanjang, dan kukunya berubah menjadi cakar yang menajam bagai pedang.

Terlihat sebuah ilusi kalau tubuh kecil Garfiel menjadi lebih besar….. namun, itu bukan ilusi.
Rambut pirang pendeknya tumbuh sangat panjang sampai menutupi punggungnya, dan
rambut berwarna emas yang sama dengan warna rambutnya, tumbuh pada lengan dan
kakinya, menutupi seluruh bagian tangan dan kakinya.

“Aku juga memiliki banyak darah campuran di dalam tubuhku. „Avatism‟ adalah kemampuan
khususku.”

“……. Wow, boleh aku meringkuk di dalamnya?”

Memeras otak untuk mencari cara menahan kegembirannya, Subaru memasukkan


tangannya ke dalam ketiak untuk menyembunyikan jarinya yang gemetar. Tapi permintaan
itu ditolak ketika melihat Garfiel sudah kembali ke wujud aslinya. Menyaksikan perubahan
Garfiel dengan matanya sendiri, Emilia menahan napasnya dan melangkah ke depan.
“Jadi, desa ini adalah tempat berkumpulnya spesies demi human….”

“Lebih tepatnya, itu adalah sekumpulan darah campuran antara manusia dan demi human.
Karena menyukainya, semua jenis ras atau orang seperti itu berkumpul di sini. Aku bisa
bilang kalau si Roswaal sialan itu memiliki „Obsesi terhadap Demi Human‟ atau
semacamnya.”

“Jadi itu alasannya Roswaal berkata seperti itu. Jadi bagi diriku, tempat ini adalah…..”

Berbicara seperti itu, Emilia meletakkan tangannya di atas bibir dan tenggelam dalam
pemikirannya.

Di sisi lain, bagi Subaru, informasi ini cukup sulit untuk diterima. Bagaimanapun, ini berarti
orang-orang di tempat ini, meskipun rinciannya beragam, mereka semua memiliki satu hal
yang sama dengan Emilia. Masa lalu Emilia, bagaimana dia dijauhi dan ditolak, mungkin,
mereka bisa mengerti rasa sakit itu.

Bagi Emilia, mungkin ini seperti menjilat luka lama. Tapi jika ada orang lain yang bisa
mendukungnya di saat seperti ini, apa yang akan dia rasakan?

Subaru tahu luka Emilia, dan dia ingin mengobati mereka, tapi Subaru tidak pernah
merasakan rasa sakit yang sama, jadi dia tidak mungkin tahu bagaimana menyembuhkan
luka itu tanpa membukanya kembali. Semua ini menghantui pikiran Subaru.
“Ini benar-benar tidak terduga, tapi aku mengerti keadaan desa dan kualifikasinya
sekarang. Lalu….. masalahnya adalah Ujian itu. Kau bilang kau tidak tahu isinya, tapi
setidaknya tahu kalau itu akan terjadi setelah matahari terbenam, kan?”

“Yeah, begitulah. Aku juga tidak tahu rinciannya. Setidaknya, kau disini hanya untuk
memeriksa apakah kau memang memiliki kualifikasi. Jika kau datang ke sini pada malam
hari, Ujiannya pasti sudah dimulai, dan itu menjadi masalah besar.”

Menunjuk ke arah reruntuhan dengan ibu jarinya dan mengarahkan dagunya pada Emilia,
Garfiel mengungkapkan tujuan mereka saat ini. Mengangguk terhadap apa yang baru saja
dia dengar, Subaru mendongak dengan mulutnya yang terbuka dan melihat ke arah makam
yang telah menanti mereka.

Tanaman rambat yang begitu tebal, kegelapan dari udara yang kurang sehat telah menanti
mereka. Kata „Ujian‟ hanya membuat kesan seriusnya menjadi semakin menjadi-jadi, hal ini
berkembang di dalam pikiran Subaru menjadi sesuatu yang lebih dari sekedar perjalanan
ke sebuah reruntuhan tua.

Dan lebih dari apapun, dia mungkin akan mengirim Emilia ke tempat yang berbahaya….
Fakta ini tidak bisa dibendung oleh seorang Natsuki Subaru.

“Maaf, Ram. Sepertinya aku akan menentang peringatanmu jauh lebih cepat dari yang
kuduga.”

“Kau bilang sesuatu?”


“Tiba-tiba menyuruh Emilia-tan mengambil resiko dengan masuk ke dalam membuatku
begitu cemas sampai bisa menghancurkan hatiku. Jadi pertama-tama, demi tujuan
penjelajahan dan pengorbanan…. bukankah seharusnya Garfiel masuk terlebih dahulu?”

Mengangkat jarinya, Subaru mengajukan saran tersebut. Tatapan Garfiel nampak kosong
untuk sejenak, kemudian dia memberikan senyum lebar dan memukul pahanya sambil
membuat suara kering dengan tenggorokannya, dan….

“Bukankah itu adalah tempat yang biasanya kau pamerkan dengan bilang „Aku akan
pergi‟?”

“Aku ingin mengatakannya, dan aku ingin sedikit pamer, tapi jika sesuatu terjadi padaku,
kemungkinanku bisa bertahan itu sangat kecil, jadi kupikir kau lebih cocok untuk peran itu.
Melihatmu bisa menghancurkan tanah hanya dengan sebuah hentakan kaki, kau mungkin
bisa kembali hidup-hidup dengan sangat mudah. Lagipula, kau adalah yang terkuat.”

“Uh? W-well, aku memang yang terkuat. Aku tidak tahu soal Ujian atau apapun itu, tapi
tidak peduli bahaya apa yang akan datang, aku akan menjadi seperti „Penipeni tidak akan
pernah menyerah‟ atau semacamnya.

Apa yang dia banggakan sangat tidak jelas, tapi Garfiel sedang berada dalam mood yang
bagus dan menggosok-gosok area di bawah hidungnya. Subaru merasa tidak perlu
memprovokosinya lebih jauh, jadi dia tidak berkata apa-apa. Namun, mood yang bagus itu
dengan cepat menguap, Garfiel berbicara “Tapi…”

“Sayang sekali aku tidak bisa masuk. Itu karena kontrakku atau semacamnya.”
“…..Kontrak?”

“Yeah itu sangat menjengkelkan. Lagipula, seharusnya bukan aku yang melakukan ini.”

Menendang tanah dengan kakinya, Garfiel menyatakan hal ini dengan dibarengi decapan
lidahnya. Dia tidak terlihat bercanda atau semacamnya, jadi rasanya dia memang tidak bisa
masuk. Sementara untuk apa yang akan terjadi jika dia melanggar kesepakatannya… itu
adalah pertanyaan yang tidak bisa Subaru tanyakan di depan Emilia yang baru saja
memaafkannya.

Bagaimanapun, situasi saat ini sudah terhalang dari setiap arah. Membiarkan Emilia masuk
sendiri bukanlah termasuk pilihan, dan rencana Penjelajahan-Garfiel sudah gagal. Kalau
begitu, hanya ada satu pilihan tersisa,

“Aku akan pergi mencari Otto, bisakah kau menunggu sebentar?”

“Ketika kau melakukan itu, mataharinya pasti sudah terbenam… Tidak apa-apa, aku akan
masuk.”

Ketika Subaru mencoba mendapatkan korban lain, hal itu dengan lembut ditolak oleh
Emilia. Seolah-olah hatinya sudah siap, Emilia kini menatap tajam kearah pintu masuk
makam, kilau kewaspadaan bersinar di dalam pupil ungunya, mencoba waspada dengan
apa yang mungkin muncul di dalam sana.

Emilia pun begitu, menilai kata „Ujian‟ dan „Makam seorang Penyihir‟, dia pasti sudah
menebak hal buruk apa yang mungkin ada di dalam.
Memikul kekhawatiran dan kecemasan yang sama dengan Emilia, namun tidak memiliki
kekuatan untuk memegang tangannya. Hal itu memang jauh lebih menyedihkan.

“Ok, sedikit saja….. tidak, hanya di dekat pintu masuk, tapi aku akan masuk sedikit dan
memeriksa, bagaimana?”

“Kurasa lebih baik kau tidak melakukannya. Kau tidak memiliki kualifikasi, jika kau masuk
ke dalam tanpa diundang oleh makam penyihir, maka kau akan berakhir seperti Roswaal.”

“Seperti Roswaal… Maksudmu, luka-luka orang itu, disebabkan karena dia masuk ke
sana?”

Ketika tubuh Roswaal yang ditutupi perban terlintas di dalam pikirannya, Subaru mencoba
menekan keheranannya sambil melihat ke arah Garfiel, yang menyilangkan tangannya dan
mengangguk.

“Well, orang bodoh tanpa kualifikasi yang berkeliaran di dalam sana tidak akan menjadi
seperti Roswaal. Hanya karena dia adalah pria itu, makanya dia menjadi seperti itu. Aku
tidak akan terkejut jika ada orang normal tanpa kualifikasi yang masuk ke dalam dan
kemudian tercabik-cabik.”

“Luka-luka itu tidak disebabkan oleh siapapun, jadi ini maksudnya…”


Pernyataan Roswaal yang berbelit-belit akhirnya menjadi masuk akal. Ketika sebelumnya
dia bilang kalau lukanya tidak disebabkan oleh siapapun, maksudnya adalah sesuatu
seperti ini.

Tapi kemudian, pertanyaan lain pun muncul. Kenapa Roswaal memasuki makam?

….. Dia sendiri tidak terpilih, dia pasti tahu hal itu.

“….. Memang lebih baik kalau aku masuk dan memeriksanya terlebih dahulu.”

Mengesampingkan keraguannya terhadap Roswaal, Subaru merendahkan kepalanya


ketika dia membuat kesimpulan ini.

Mendengar jawabannya, seketika Emilia dan Garfiel terlihat kaku, sebelum…

“Oy, oy, apa kau mendengarku? Akan sangat berbahaya jika orang bodoh tanpa kualifikasi
masuk ke dalam. Roswaal menjadi seperti itu saat malam hari, tapi meskipun sekarang
masih siang, tidak berarti sekarang lebih aman.”

“Yeah, itu berbahaya, jangan lakukan itu Subaru? Jika aku yang pergi, maka itu akan baik-
baik saja. Aku tidak pernah bersyukur karenanya, tapi sepertinya menjadi half-elf juga ada
kegunaannya, kurasa, jadi…”
“Aku senang kau khawatir denganku, tapi…..”

Memberikan tatapan lembut pada Emilia yang menarik-narik lengan bajunya, Subaru
dengan lembut melepaskan jari-jari yang memeganginya.

“Jika kita lebih tenang dan membagi peran kita, bukankah ini adalah kesimpulan yang
paling masuk akal? Masuk ke dalam sangat berbahaya, hal itu berlaku bagi kita berdua.
Apa yang kita ketahui sejauh ini hanya berarti membuatku sedikit lebih berada dalam
keadaan bahaya. Jadi apa yang sebaiknya kita lakukan selanjutnya adalah melihat apa
yang bisa kita lakukan.”

“Apa yang bisa kita lakukan?”

“Jika sesuatu yang buruk terjadi di dalam, aku tidak akan bisa menyembuhkan Emilia-tan.
Kecuali kalau Garfiel berubah menjadi makhluk mengejutkan itu, dan kebetulan menjadi
pengguna sihir penyembuh yang sangat luar biasa, maka itu sudah lain cerita.”

“Luka, kau bisa mengusapkan ludah pada mereka dan itu akan baik-baik saja, ya kan?”

“Menilai dari kesaksian orangnya….. yah, kurang lebih memang seperti itu. Karena kita
berdua memiliki kemungkinan terluka, aku ingin membuat Emilia-tan si penyembuh tetap
aman sebagai jaminan.”

Melirik kearah Garfiel yang mengatakan hal itu dengan bangga, Subaru mencoba
membujuk Emilia.
Emilia entah bagaimana terlihat goyah mendengar argumen Subaru, namun, memutuskan
kalau dia tidak bisa menyerahkan bagian pentingnya, dia melanjutkan dengan “tapi,” sambil
menggelengkan kepalanya.

“Luka serius…. ataupun luka yang mengancam nyawa, aku tidak akan mampu untuk
merawatnya. Puck belum juga merespon, jadi ada batas yang bisa kulakukan. Roswaal
sudah tidak apa-apa sekarang, tapi…..”

“Well, luka-luka itu memang sangat berbahaya, huh…. Tapi tetap saja, cobalah untuk
percaya dengan kelicinan kemampuan bertahanku. Kupikir aku memiliki peringkat yang
cukup tinggi dalam hal ketahanan di dunia ini, kau tahu?”

Subaru tersenyum kepada Emilia yang masih belum melepasnya; hanya saja, kali ini,
jawabannya tidak terdengar seperti sedang bercanda.

Faktanya, sangat sulit menemukan orang yang tidak mudah menyerah seperti Subaru. Jika
dia diberikan kesempatan yang tak terhingga untuk terus mencoba, berapa kalipun itu, dia
mungkin akan terus mencoba.

Tidak peduli berapa kalipun hatinya patah dan hancur, dia pasti akan terus berusaha
mencari jawaban yang dia cari.

Karena itu adalah……


“Kalau begitu, bagaimana kalau aku membuat janji? Jadi kau tidak perlu khawatir lagi. Aku
janji, aku pasti akan kembali ke sisi Emilia-tan, dan aku tidak akan pernah
meninggalkanmu.”

“…… Ok.”

Mengangkat jari kelingkingnya, Subaru mengatakannya dengan sedikit menggoda, dia


menerima sebuah jawaban positif yang tidak terduga. Seperti Subaru yang sedang
membeku, Emilia juga mengangkat jari kelingkingnya dan memiringkan kepalanya.

“Um, apa yang akan kau lakukan dengan jari ini?”

“Eh? Uh, kita mengaitkan jari kelingking kita masing-masing seperti…… Uoooohhhh, jari
Emilia-tan super ramping, putih, dan cantik….!”

Jari mereka saling terkait, Subaru dikejutkan oleh sebuah sentuhan yang tidak terduga.
Kemudian, mengikuti pupil ungu yang menunggu ritual selanjutnya, Subaru berdeham,
dan….

“Janji-jari-kelingking. Yang-bohong-jadi-bantalan-peniti.”

“Janji jari kelingking!”


Jari mereka terpisah di saat yang bersamaan, dengan begini, janji antara Subaru dan
Emilia telah tersegel.

Kali ini, itu adalah janji yang dibuat setelah mengerti betapa berartinya janji bagi Emilia.
Tidak mungkin untuk memperlakukan mereka seperti yang telah Subaru lakukan
sebelumnya ketika dia dengan sembrono melanggarnya.

“Jadi aku akan melihat ke dalam sebentar. Sebenarnya, aku akan terus memanggil-manggil
ketika aku sedang berkeliling nanti, jadi pastikan untuk balik memanggilku dari luar, agar
aku tidak kesepian.”

“Sialan… Terkadang aku tidak tahu apakah kau ini badass atau pengecut.”

“Aku ini lebih ke orang yang berhati-hati. Tapi pada akhirnya, aku tidak mematuhi saran
Ram…”

Menggumamkan akhir kalimat tersebut, Subaru meminta maaf kepada gadis berambut
peach itu di dalam hatinya.

Hasrat gila Penyihir…. apa yang gadis itu katakan adalah istilah yang mengganggu dan
sesuatu yang tidak dia inginkan untuk didengar Emilia. Karena pasti, pasti dia akan
bersikeras untuk masuk sendirian dengan sikap yang bahkan lebih keras.

“Subaru, jika kau merasakan sesuatu yang berbahaya, kau harus secepatnya kembali.”
Emilia mengangkat tangannya di depan dada, dan mengantar kepergian Subaru dengan
tatapan cemas.

Dan sebagai balasannya, Subaru memberinya acungan jempol dengan jari kelingking yang
terangkat, giginya bersinar ketika tersenyum dan melangkah….. berbalik menuju makam.

Melewati tanaman rambat di bawah kakinya, Subaru mengkonsentrasikan pandangannya


ke arah kegelapan total yang terbentang beberapa meter setelah melewati pintu masuk. Di
dalam makam dipenuhi dengan keheningan, dan untuk sekarang, sepertinya tidak ada
tanda-tanda suara aneh maupun makhluk mengerikan yang siap menyerang.

Namun tetap saja, di sisi lain dari kegelapan itu, apa yang menunggunya, adalah sesuatu
yang tidak diketahui.

“E~eh, tenanglah! „Jika kau tidak masuk ke dalam sarang macan, maka kau tidak akan
mendapat anak macan‟, iya kan? Tapi itu tidak berarti aku butuh bayi macan atau
semacamnya!”

Sebagai penggila bulu mofumofu, Subaru memiliki keinginan untuk memelihara bayi macan
suatu hari nanti, tapi itu bukanlah sesuatu akan dia ingin lakukan dengan resiko-resikonya.

Bagaimanapun, Subaru nampaknya terpengaruh oleh Garfiel, menyemangati dirinya


dengan sebuah ungkapan dan memantapkan pikirannya, dia pun melangkah masuk ke
dalam makam.
Dan, ketika dia melangkah masuk di atas permukaan dingin yang ada di dalam makam….

“….. Eh?”

Ada sebuah perasaan misterius di bawah kakinya.

Terkejut, Subaru melihat ke bawah dan kehilangan kata-katanya….. Lantai pijakannya telah
menghilang.

“Tu-tunggu…. Ini terlalu…….”

…. cepat untuk menarik „FLAG‟.

Pijakan kaki yang seharusnya dia langkahi sudah tidak ada, dan tidak ada satupun benda
yang menyokongnya ketika dia miring ke depan. Tangan yang dengan cepat dia ulurkan
tidak bisa menyentuh dinding ataupun lantai, dan begitulah, tubuh Subaru terhisap ke
dalam kegelapan di bawah matanya….

“aaaaaaaaaAAAAAhhh!!?”

Semakin dalam dan semakin dalam, Subaru merasa seperti sedang melewati lubang tanpa
dasar.
XxxxX

…. Sekitar 10 menit setelah dia terbangun di dasar lubang tersebut.

Berjalan di tengah-tengah kegelapan yang nampak tidak berujung, di akhir perjalanannya,


Subaru bertemu dengan seorang gadis yang kesepian.

Kini, untuk menjawab pertanyaan gadis itu, Subaru menceritakan semuanya yang telah
membawa dia sampai ke sini.

“Jadi begitulah, aku terjatuh setelah melewati semua kejadian itu, kemudian berjalan-jalan
merasa putus asa dan sedikit lapar, aku pun secara kebetulan bertemu denganmu…..
Puas?”

“En, sangat puas. Sepertinya kau adalah orang yang melebihi ekspektasiku.”

Menutupi mulutnya dengan punggung tangan, gadis itu mengeluarkan tawa pelan yang
terdengar seperti „ku ku ku‟, ketika dia menyadari kalau Subaru sedang memperhatikannya
dengan tatapan waspada.
Energi panas terbentuk di kaki Subaru seolah-olah mempersiapkan diri untuk lari kapan
saja, dia membuka dan menutup tangannya seakan-akan siap untuk menangkap gadis itu.

Tapi sebenarnya, rencana bodoh Subaru adalah….

“Tidak ada alasan untuk menjadi sewaspada itu. Lagipula, kau seharusnya tahu betapa
kecil kesempatanmu jika kau melawanku? Keberanian dan keberanian bodoh itu mudah
disalahartikan, tapi itu adalah hal yang sangat berbeda.”

“Maaf, mengakui kekalahan sama sekali tidak cocok dengan kepribadianku. Dan ketika kau
bilang kalau aku tidak perlu menjadi begitu waspada…. mengingat aku sedang berdiri di
hadapan orang yang menyebut dirinya Penyihir Keserakahan, apakah mungkin untuk
mengikuti saran itu?”

“Begitu ya. Tepat seperti yang kau katakan. Itu salahku.”

Ketika dia menerima balasan Subaru yang penuh penolakan, gadis yang bernama
Echidona itu, sama sekali tidak mengubah sikapnya. Sebaliknya, dengan kegembiraan
yang begitu besar, atau mungkin karena melihat sikap keras kepala Subaru yang lucu,
sikap gadis itu bahkan melebihi perubahan dimensi.

Hampir seperti membaca sebuah manga, gadis itu seolah-olah meremehkan seorang
karakter dengan mata yang berasal dari dimensi yang berbeda. Bagi gadis itu, sejak awal,
Subaru tidak pernah berdiri di panggung yang sama dengannya.

Pasti karena hal ini, Subaru memperlakukan gadis itu dengan kewaspadaan tinggi.
Seseorang yang memancarkan aura menyesakkan yang bahkan melebihi Paus Putih,
orang yang menyandang nama Penyihir Keserakahan. Sampai sejauh mana hal ini
dianggap nyata adalah pernyataan yang tidak relevan. Apa yang relevan adalah dia bukan
orang yang bisa dianggap remeh, eksistensi luar biasa yang bahkan bisa disadari oleh
orang seperti Subaru.

Namun, ketika keringat dingin mengucur di dahi Subaru, Echidona memberikan tatapan
main-main.

“Sayangnya, diperlakukan sekejam itu membuat perasaanku benar-benar sakit. Seperti


yang bisa kau lihat, aku hanyalah gadis yang lemah lembut, kau tahu? Jika seorang lelaki
menatapku dengan mata itu, sepertinya aku tidak bisa apa-apa.”

“Kau tidak berbicara tentang gadis yang mendapatkan „DEATH FLAG‟ yang tertulis dengan
huruf besar berwarna merah di atasnya kan? Asal kau tahu saja, semenjak aku ada disini,
sensor kewaspadaanku sudah mulai menggila.”

Setelah merasakan „kematian‟ berkali-kali semenjak datang ke dunia ini, Subaru


memperoleh sebuah kemampuan. Meskipun kematiannya masih menumpuk terlepas dari
kemampuan ini, keinginan Subaru untuk menghindari pengalaman itu lagi, memaksanya
untuk menciptakan lebih dan lebih banyak lagi kewaspadaan ke dalam kesadarannya.

Dan berdasarkan hal itu, tingkat bahaya yang dimiliki gadis ini tidak kalah dari saat dia
berdiri di hadapan Petelgeuse.

Meski begitu,
“Kalau begini sepertinya kita tidak akan bisa berbicara dengan benar. Yah mau bagaimana
lagi…… Kalau begitu, bagaimana dengan latar ini?”

Mengatakan hal itu, Echidona dengan lembut mengangkat tangan kanannya di depan
wajahnya. Subaru menelan ludahnya melihat gerakan itu, dan segera setelahnya, gadis itu
mengkertakan jari tangannya yang terangkat.

Sebuah suara pelan terdengar…. dan dunia merubah wujudnya di depan mata Subaru.

Ruangan batu dingin di bawah ruang tersembunyi itu menghilang, dan yang menggantikan
tempatnya adalah sebuah padang rumput hijau yang tersapu oleh angin. Dan di puncak
sebuah bukit kecil…

“Wha…..!?”

“Daripada bermain di tempat itu, bagaimana kalau di sini?”

Menertawakan kekaguman Subaru yang melihat sekeliling, Echidona duduk di atas salah
satu kursi yang mengelilingi sebuah meja putih, dia menunjukkan sebuah kursi yang
berlawanan dengan kursinya kepada Subaru, dan meminta Subaru untuk duduk.
Tidak tahu apa yang baru saja terjadi, Subaru merasa ragu ketika dia mendekat ke arah
Echidona. Tertata dengan rapi di atas meja adalah cangkir teh hangat. Melihat Subaru
menatap dirinya dengan hening…

“Jangan khawatir, tidak ada bahaya di dalamnya. Aku bisa meminumnya lebih dulu kalau
kau mau? Namun, jika kau curiga kalau Penyihir tidak bisa diracuni, maka itu tidak akan
membuktikan apa-apa.”

“…. Aku menyerah. Setelah datang ke sini, seluruh akal sehatku terus saja dibolak balik.
Apa yang tadi terjadi? Kau bisa menggunakan sihir „Spatial Transition‟ juga?”

Sebelum ini, pengalaman Subaru dengan sihir „Spatial-Transition‟ sudah ada di tangan
Beatrice.

Dengan tangannya sendiri, Beatrice melempar keluar Subaru dari Perpustakaan Terlarang
dan melontarkannya ke dalam gudang ternak di desa Arlam.

Menurut Julius, sihir ini adalah ilmu kuno, namun jika orang di depan matanya memang
seorang Penyihir, maka itu bukanlah hal yang mengejutkan.

“Spatial-transition….. oh, Sihir hitam. Tidak, kau salah paham. Sihir itu memiliki banyak
kerugian. Aku tidak menyukainya, jadi aku tidak menggunakannya. Tadi itu hanyalah trik
kecil. Aku memiliki sedikit kebebasan di sini. Karena ini adalah Bentengku.”

“Bentengmu….?”
Mengernyitkan alisnya mendengar kata-kata Echidona, Subaru melihat sekelilingnya sekali
lagi.

Angin yang menyapu padang rumput terlihat tidak ada habisnya, dan di setiap arah tidak
terlihat apa-apa selain cakrawala. Pada kenyataanya, entah pemandangan kosong ini
benar-benar nyata atau tidak adalah masalah yang berbeda, namun pemandangan ini
memang pemandangan yang begitu fantastis.

Menyadari hal ini, Subaru menelan ludahnya dan kemudian mengangkat bahu dengan
senyum di wajahnya,

“Sayangnya, aku tidak melihat sebuah kastil atau gubuk dimanapun. Apakah saat ini
Bentengmu sedang dibangun ulang atau semacamnya? Ataukah mereka menyita
semuanya kecuali meja dan kursimu karena kau tidak bisa membayar pinjamannya?”

“Fffhaha. Kau benar-benar lucu. Di hadapanku, hanya ada beberapa orang yang bisa
mengatakan jawaban kasar seperti itu, kecuali Penyihir lain seperti diriku. Tentu saja,
setelah kematianku, aku tidak pernah berpikir kalau akan ada peningkatan sebanyak itu.”

Jumlah yang bisa Echidona ingat ketika dia menertawakan sebuah lelucon adalah sesuatu
yang bisa dihitung dengan jari, ditambah Subaru ke dalam daftar itu, sepertinya
memberikan kebahagiaan yang begitu besar bagi dirinya.

Tapi di sisi lain, wajah Subaru menjadi suram ketika dia menangkap sebuah frasa yang
tidak bisa dilewatkan dari kata-kata Echidona. Tadi, Echidona benar-benar mengucapkan
kata ini. Itu adalah kata „setelah kematianku‟.
“Jika memang kau adalah Penyihir Keserakahan, kau seharusnya sudah mati kalau
ingatanku tidak salah. Lagipula, aku datang kesini untuk mengunjungi makammu.”

“Oh, kalau begitu, aku benar-benar berterima kasih. Jika kau membawakanku bunga,
tolong taruh saja di dekat pintu masuk. Aku adalah orang yang tidak menyukai alkohol, jadi
kalau kau ingin membuat sebuah penawaran, maka sesuatu yang manis akan sangat aku
hargai.”

“Jadi ada budaya penawaran juga di dunia ini, huh….. Maaf, tapi aku tidak membawa
produk lokal apapun dan aku lupa membeli bunga. Tolong berpuas dirilah hanya dengan
senyumku.”

Itu adalah sebuah senyum dari bunga mekar yang berlimpah…… meskipun itu adalah tipe
bunga beracun.

Ketika Subaru memperlihatkannya, Echidona terkekeh gembira. Echidona kemudian


membawa cangkir yang ada di atas meja menuju bibirnya dan menyesapnya, dia
melanjutkan,

“Aku tidak pernah memiliki kesempatan meminum teh sebahagia ini bahkan ketika aku
masih hidup. Seperti yang kupikirkan, ada hal-hal yang bisa dinantikan bahkan setelah
kematian. Penemuan baru itu memang tidak akan ada habisnya.”

“Kau tahu, percakapan antara kau dan aku ini sudah menjadi sesuatu yang benar-benar
aneh…… Sialan, aku akan meminumnya. Aku pasti akan meminumnya.”
Bersikap waspada di depan orang yang tidak waspada sama sekali mulai membuat Subaru
merasa bodoh, jadi Subaru, seolah-olah merampasnya, dia mengambil cangkir yang ada di
meja dan meminum isinya dengan terburu-buru.

Itu bukanlah air, ataupun teh, ataupun teh hitam, tapi itu memiliki rasa yang tidak
terbayangkan. Meskipun itu tidak buruk juga.

“Meminum sesuatu yang diberikan oleh Penyihir, kau pasti sangat berani.”

“Hah. Setelah datang kesini, bagaimana mungkin aku bisa takut sekarang. Sejak awal, jika
kau ingin membunuhku, maka di panel berikutnya aku pasti sudah menjadi arang. Jadi aku
tidak seharusnya khawatir dengan secangkir teh.”

Mengayunkan tangannya, Subaru meletakkan cangkir kosong itu ke atas meja dengan
“Terima kasih atas perlakuannya”, dan melanjutkan..

“Itu tidak bisa disebut enak ataupun tidak enak, tapi, teh macam apa ini?”

“Mengingat kalau itu adalah sesuatu yang terbentuk di luar benteng, jika aku harus
menyebutnya, mungkin itu adalah cairan tubuhku.”

“Apa-apaan yang kau minumkan padaku?”


Subaru terlompat dan menjatuhkan kursinya, dia berusaha memuntahkan cairan yang baru
saja dia minum. Tapi, Echidona hanya terkekeh “kkuku”, melihat reaksi berlebihan Subaru.

“Sangat tidak terduga. Aku tidak berpikir kalau penampilanku seburuk itu.”

“Meskipun itu adalah cairan tubuh dari seorang gadis cantik, aku masih tidak ingin
meminumnya tanpa persiapan terlebih dahulu! Dan meskipun aku sudah siap, aku juga
tidak ingin meminum sesuatu seperti cairan tubuh! Aku memiliki fetish yang normal, kau
tahu?”

Dia sama sekali tidak memiliki ketertarikan terhadap ludah ataupun keringat, setidaknya
itulah yang dia pikirkan.

Namun jika itu adalah milik Emilia atau Rem, dia pikir itu tidak terlalu buruk, tapi Subaru
menyembunyikan hal ini di dalam hatinya, dan melanjutkan…

“Sial, aku tidak bisa memuntahkannya….. Hey, ini tidak akan berbahaya bagi tubuhku atau
semacamnya kan?”

“Jangan khawatir. Benda itu akan dengan mudah di serap oleh tubuh tanpa perlawanan.
Lagipula itu kan cairan tubuh.”
“Kau tidak benar-benar mengatakan sesuatu yang bagus, berhenti membuat wajah seperti
itu!”

Melihat sikap Echidona yang agak sombong, Subaru pun mengernyit. Dan Echidona,
menghadapi Subaru yang menyuarakan keberatannya dengan berapi-api, hanya
memiringkan cangkirnya dengan ekspresi santai dan melanjutkan “Pokoknya”,

“Kau benar-benar orang yang menarik. Fakta bahwa kau berdiri di hadapanku dengan
normal adalah buktinya.”

“Apa kau terlalu cantik sehingga biasanya mata orang lain akan pingsan ketika mereka
melihatmu atau semacamnya? Akan kukatakan hal ini terlebih dahulu, aku memberi makan
mataku dengan orang yang aku anggap gadis paling cantik secara umum. Jadi, meskipun
aku melihatmu, aku tidak memiliki kesempatan untuk berpikir kalau kau itu cantik seperti
gadis pada umumnya.”

“Tidak, ketika orang normal berdiri dihadapanku, biasanya mereka akan muntah. Itu lucu
kan?”

“Memangnya apa yang lucu soal itu?”

Dari awal percakapan mereka, tidak ada apapun selain kata-kata yang tidak pasti. Subaru
pun melihat sisi lain dari gadis yang duduk di kursi itu.

Rambut dan seluruh tubuhnya putih seperti salju. Baju hitamnya terlihat hampir seperti
pakian berkabung, dan sisa-sisa dari masa mudanya memberikan kecantikan yang
mempesona. Subaru merenung bagaimana bisa seorang wanita cantik dengan pakaian
berkabung itu bisa memberikan pesona magis, namun, aura menyesakkan yang tidak
pernah menghilang itu, terus membuat Subaru menganggap keberadaanya sebagai sebuah
ancaman.

“Jadi…..”

Lalu, melihat ke arah Subaru yang belum menurunkan kewaspadaannya, Echidona pun
meletakkan cangkir kosongnya di atas meja dan mengerakkan jarinya pada pinggiran
cangkir, dia berbicara…

“Terus berbicara seperti ini mungkin akan sangat menyenangkan buatku, tapi…. itu tidak
akan menyenangkan buatmu, iya kan? Kurasa pasti ada sesuatu yang ingin kau katakan
ataupun ingin kau tanyakan, iya kan?”

“…. Yeah, ada. Benar! Meskipun tertelan oleh atmosfer yang telah sepenuhnya kulupakan,
tapi itu benar. Kau…. tidak, sebelum itu, dimana ini? Apakah ini benar-benar di dalam
makam?”

Bagi Subaru, ini adalah tempat yang terhubung dengan tempat dimana dia jatuh setelah
memasuki makam.

Subaru mungkin siap mempercayai kalau tempat suram sebelumnya adalah dasar dari
makam. Tapi sekarang, karena dia berada di padang rumput seperti ini, bahkan tempat
gelap tadi pun terasa meragukan.
Menanggapi pertanyaan dari Subaru, Echidona membelai rambut putihnya dengan lembut,
dan…

“Pertanyaan itu separuh benar dan separuh salah. Tubuhmu memang berada di dalam
makam, tapi pikiranmu berada di dalam Bentengku. Kalau ingin menjabarkannya dengan
kata-kata, ini adalah di dalam sebuah mimpi.”

“Sebuah mimpi….? Tapi aku tidak ingat wajahmu, sampai-sampai aku bisa melihatmu di
dalam mimpi.”

“Kau berada di dalam mimpi, aku memang mengatakannya, tapi itu bukan mimpimu. Ini
adalah Bentengku…. jadi ini di dalam mimpiku. Sebuah tempat yang mirip seperti ini… apa
kau tidak mengetahuinya?”

Mendengar kata-kata Echidona, Subaru pun menahan napasnya. Dia kemudian


menggelengkan kepalanya perlahan,

“A-atas dasar apa kau mengatakan sesuatu seperti itu….?”

“Aku tidak memiliki bukti yang nyata. Tapi, entah bagaimana, aku merasakannya. Sikapmu
berlawanan dengan sesuatu yang kau ketahui; aku hanya merasa kalau tingkah lakumu
mirip dengan orang seperti itu.”

“…. Benar, aku tidak tahu. Tapi apa yang kau katakan juga tidak salah.”
Kata-kata itu memang tidak separah kedengarannya, tapi bagi Subaru, kata-kata Echidona
terasa seperti sebuah tuduhan.

Kata-kata Echidona tidak salah, tapi jawaban Subaru juga bukan sebuah kebohongan.

Ketika dia diberitahu kalau ini adalah di dalam mimpi, Subaru, sambil merasa terkejut, dia
juga memahaminya dengan mudah. Seolah-olah perasaan ini sudah dikenal dan dipahami
oleh hatinya.

Kenapa terasa seperti itu….. Subaru tidak bisa menemukan alasannya meskipun dia
mencari ke seluruh ingatannya.

“Untuk sekarang, aku akan menerima kalau ini adalah di dalam mimpimu. Lalu, bagaimana
aku keluar dari sini?”

“Untuk bangun dari mimpi, seseorang bisa bangun sendiri atau dibangunkan dari luar. Akan
tetapi, meskipun seseorang mencoba membangunkanku dari luar, tubuhku sudah tidak lagi
ada, dan cukup sulit untuk membangunkan dirimu dari mimpi orang lain. Jadi, kau tidak bisa
bangun sampai aku melepaskanmu dan kau memutuskan untuk bangun, kurasa.”

“…….!! Kalau begitu, kau benar-benar…..”

Subaru merinding mendengar kata-kata sederhana Echidona.


Bentengnya, makna dari kata itu kini membawa sebuah realita yang begitu jelas. Jiwa
Subaru kini berada di tangan Echidona. Hasrat gila Pengyihir yang Ram bicarakan…..
Kebenaran dari kata-kata itu mencuat di dalam pikiran Subaru.

“…..tidak berencana melepaskanku?”

Meskipun dia sedang memasang kewaspadaan tinggi, Subaru mengucapkan kata-kata


yang mungkin bisa memasukannya ke dalam retakan fatal dengan Penyihir. Fakta bahwa
jika Echidona telah menunjukan sifat aslinya maka Subaru tidak mungkin memiliki
kesempatan untuk melawan, adalah sesuatu yang sangat bisa dipahami.

Dan kemudian, menanggapi pertanyaan Subaru, Echidona menghela napas kecil.

“Tidak, tidak juga. Aku pasti akan melepaskanmu jika kau memang ingin kembali, kau
tahu?”

“Apa-apaan yang kau lakukan terhadap syarafku? „Mr. Serious‟ sedang tidak bernapas, kau
tahu?”

“Mr. Serious, tidak seperti kau, dia tidak ada di hadapanku sekarang. Mungkin dia muntah
di bawah bayangan pohon?”
Di hadapan racun yang dengan lembut dimuntahkan oleh Echidona, Subaru merasa
seluruh kekuatannya menghilang. Pada akhirnya, apa yang sebenarnya coba dia lakukan
dengan berbicara kepada Subaru?

Itu memang belum lama, tapi bahkan setelah percakapan mereka, Subaru sama sekali
tidak bisa memahami karakter gadis itu. Namun, untuk orang yang disebut sebagai
Penyihir, itu tidaklah mengejutkan kalau mustahil untuk memahaminya dengan begitu
mudah.

“Pokoknya, tolong lepaskan aku jika kau bisa melepaskanku. Saat ini mungkin ada seorang
gadis yang menunggu dan mencemaskanku. Jika aku memiliki waktu untuk meminum
cairan tubuhmu, aku lebih baik kembali ke gadis itu agar dia tidak khawatir.”

“Itu tidak masalah buatku, tapi, apa itu tidak masalah buatmu?”

“Tidak masalah dengan apa?”

“Dengan kembali ketika kau berada tepat di hadapanku….. Sebuah kesempatan untuk
berbicara dengan Penyihir Keserakahan, adalah sesuatu yang tidak bisa didapatkan oleh
orang lain meskipun jika mereka mencobanya.”

Begitulah, ini adalah pertama kalinya Subaru memahami makna dari kata-kata gadis itu dan
memasukkan mereka ke dalam fokusnya.
Ya, benar. Subaru hanya terfokus pada bahaya, tapi dia melewatkan hal yang paling
penting. Jika dia adalah Penyihir Keserakahan, jika dia benar-benar adalah eksistensi yang
menyandang nama itu dalam kehidupannya, maka,

“Kau…. tahu jawaban untuk hal-hal yang ingin ku ketahui?”

“Kau bertanya padaku tentang keberadaan pengetahuan, iya kan?”

Merespon kata-kata Subaru, Echidona sekali lagi tertawa “ku ku ku…”. Tawa ini, tawa yang
terasa seperti kebahagiannya, bertentangan dengan perasaan sesak yang Subaru rasakan
yang mana bahkan lebih kuat dibandingkan sebelumnya.

Atmosfer seketika berubah, suasana dari padang rumput tanpa ujung itu tiba-tiba mulai
runtuh. Langit meretak, rerumputan terbakar, dan dunia di luar cakrawala sana mulai
hancur.

Merasakan gemetar yang tidak nyata, Subaru mengulurkan tangannya ke arah meja yang
sudah pasti nyata dengan cepat. Tapi saat dia menyentuhnya, meja itu berhamburan
seolah-olah berubah menjadi pasir, kemudian,

“Seperti yang kuduga, kau memang benar-benar makhluk yang lucu…”

Mengangkat wajahnya, pemandangan di sekitar Echidona pun merosot, dan pola aneh
mulai menutupi seluruh dunia. Sebuah bayangan muncul dan mengulurkan tangan dan
kakinya untuk mengait dan melekat pada seluruh tubuh Subaru.
Pada perubahan yang mendadak ini, Subaru mencoba mati-matian untuk melarikan diri,
tapi keruntuhan dunia sudah menyebar begitu dekat dengan mereka berdua. Tangga untuk
melarikan diri tidak ada. Dan begitulah, dunia lenyap sedikit demi sedikit.

“Jika kau ingin melakukan tanya jawab, maka tempat ini saja sudah cukup. Untuk
mengetahui apa yang ingin kau ketahui. Hasratmu terhadap hal-hal seperti itu….. atau
agaknya, Keserakahanmu, aku mengizinkannya.”

Apa yang tersisa di antara mereka adalah ruang di antara kursi dimana mereka duduk. Itu
adalah jarak yang cukup dekat untuk menyentuhnya jika Subaru mengulurkan tangannya,
sebuah dunia dimana mereka duduk dan melakukan pembicaraan.

Dunia di luar tempat ini telah lenyap. Dasar kegelapan tempat berpijak juga telah
menghilang, nampak tidak memiliki ujung. Mungkin tanpa sebuah lelucon, Subaru tidak
akan bisa kembali ke tempat ini bahkan jika dia terjatuh.

Ketika angin dingin menjalari tulang belakang Subaru, terduduk di atas kursinya, Echidona
nampak sedang berada dalam mood yang bagus.

Dia menepukkan tangannya, dan menatap Subaru dengan matanya yang berkilau.

“Ayolah, apa yang ingin kau dengar? Jika itu adalah sesuatu yang kuketahui, aku pasti
akan menjawab apa saja. Apakah itu tentang „Penyihir Kerakusan‟ Daphnè, yang
menciptakan binatang yang berlainan dengan Tuhan, untuk menyelamatkan dunia dari
kelaparan? Apakah itu tentang „Penyihir Nafsu‟ Carmilla, yang memberikan emosi bahkan
kepada mereka yang bukan manusia, untuk mengisi dunia dengan cinta? Apakah itu
tentang „Penyihir Kemurkaan‟ Minerva, yang memukul dan menyembuhkan setiap orang
karena kesedihannya terhadap dunia yang dipenuhi konflik? Apakah itu tentang „Penyihir
Kemalasan‟ Sekhmet, yang mengusir Naga sampai ke luar Air Terjun Raksasa, hanya
untuk membawa kedamaian? Apakah itu tentang „Penyihir Kesombongan‟ Tuphon, yang
terus menilai dosa seseorang dengan kepolosan dan kekejaman masa mudanya?”

Mereka terdengar tidak familiar….. Atau agaknya, mereka adalah daftar sejarah yang
seharusnya sudah tidak ada lagi di dunia ini.

Diserang oleh begitu banyak informasi, Subaru tidak bisa berbicara sepatah kata pun. Di
hadapan Subaru, Echidona masih tertawa.

“Apakah itu tentang „Penyihir Keserakahan‟ Echidona, sang Inkarnasi Rasa Haus akan
Pengetahuan, yang tinggal bersama dengan penyesalannya di dunia setelah kematian,
untuk mencari setiap kebijaksanaan yang ada di dunia?”

Menunjuk dirinya sendiri, Echidona mengatakannya seolah-olah mengejek dirinya sendiri,


dan melanjutkan dengan “Atau……”

“„Penyihir Kecemburuan‟ yang menghancurkan semua Penyihir itu dan menjadikan mereka
makanannya lalu mengubah seluruh dunia menjadi musuhnya… Apa itu tentang dia??”
Chapter 11 : Kesombongan Kemalasan Kemurkaan.

Di dalam sebuah dimensi dimana bahkan pijakannnya saja tidak pasti, sebelum sebuah
kehampaan yang berarti kematian tak terelakkan, tidak ada satupun hal yang bisa
mengalihkan perhatian Subaru dari sana.

Untuk saat ini, satu-satunya hal yang mengisi kesadaran Subaru hanyalah gadis yang ada
di depan matanya…. Penyihir dengan rambut putih, kulit putih, baju hitam, dan mata hitam.

Perasaan ngeri dari keberadaannya, sosok itu, berada di tingkat yang benar-benar berbeda
dengan seluruh makhluk hidup.

Seluruh eksistensi Subaru, matanya, hatinya, jiwanya, dipermainkan dan dijerat oleh ujung
jari-jari yang tidak terlihat.

Di hadapan kengerian mutlak, orang-orang sering memiliki emosi semacam itu.

Tidak bisa bernapas. Tidak bisa merasakan detak jantungnya sendiri. Tidak bisa
meneteskan keringat dingin atau bahkan tidak bisa berkedip, semuanya tidak bisa terjadi
tanpa seizin gadis itu. Itu adalah sebuah pengasingan mutlak.

“Oh sayang, aku mungkin terlalu berlebihan mengintimidasimu. Bahkan dulu, setiap kali aku
merasa tertarik terhadap sesuatu, aku selalu berakhir dengan terlalu banyak bicara. Sifat
seorang Penyihir memang hal yang sangat merepotkan.”
Tiba-tiba, masih terduduk di kursinya, Echidona terlihat menyadari kalau bicaranya terlalu
berlebihan dan kemudian menyesalinya. Tapi tetap saja, Subaru tidak bisa pulih dari
trauma kegelapan yang terpancar dari Penyihir di hadapannya.

Tidak, tekanan yang dengan sengaja Subaru abaikan sampai sekarang, setelah dia
menyadarinya, hal itu sudah tidak bisa lagi menghilang dari pikirannya.

Interaksi ramah di antara mereka berdua telah menguap. Subaru tidak bisa lagi melihat
gadis yang ada di depan matanya sebagai seorang gadis. Karena sifat aslinya sebagai
seorang Penyihir.

“Ketika aku masih hidup, hal-hal seperti ini sering sekali terjadi. Pada waktu itu tepat seperti
ini, ketika keluarga kerajaan dari berbagai negara mendatangiku berniat untuk meminjam
kebijaksanaanku…. Tapi kurasa sekarang kau tidak akan bisa lagi melihatku tanpa menjadi
waspada.”

“Ya ampun”, menggelengkan kepala seolah-olah mencoba mengatakannya, Echidona


menatap Subaru dengan pupil berwarna hitamnya. Gemetar dengan bayangannya sendiri
yang tanpa ekspresi di dalam mata Echidona, Subaru merasa ragu-ragu, dan di saat yang
sama, Echidona pun tersenyum.

“Kalau begitu, kau mungkin akan menyukai ide ini?”

“…… Eh?”

Sebuah perubahan yang mendadak pun terjadi.


Tersenyum, Echidona membisikkan sesuatu kepada Subaru ketika dia mengernyitkan
dahinya untuk menunjukan ketidakpahamannya. Lalu, melihat senyum Echidona melebur
dalam kegelapan, Subaru tersentak, dan ketika dia mengedipkan matanya….

“Apa yang kau li~hat?”

“…. Ha?”

“Nah, berhentilah mena~tapku~”

Mengayunkan kakinya ketika berbicara, gadis kecil yang duduk di hadapan Subaru itu
menggembungkan pipinya cemberut.

Dengan rambut hijau gelap yang mencapai bahunya, dia adalah seorang gadis kecil
dengan pipi semerah apel. Kulit berwarna hazel di bawah balutan gaun one-piece putihnya
benar-benar terlihat menawan, dan kesan imut khas anak kecil tanpa diminta pun tersebar
di sekelilingnya. Dan, terdapat sebuah jepit rambut berbentuk bunga berwarna biru di atas
rambutnya.

Tidak peduli bagaimanapun kau melihatnya, dia adalah seorang gadis polos yang tidak
berbahaya…. Sekarang dia duduk di tempat di mana Echidona sebelumnya berada,
menatap ke arah Subaru.
“Ah, eh, uh, tu-tunggu, Echidona….? Kemana dia pergi?”

“Dona? Dona seharusnya berada di sekitar sini, tapi~ kau ini siapa?”

“A-aku? Namaku Natsuki Subaru. Aku tidak diundang kesini atau semacamnya. Aku
hanyalah seseorang yang tersesat, meminum secangkir teh, dan ingin kembali….. tapi
kemudian pemilik rumah ini tiba-tiba menghilang dan meninggalkanku dalam situasi yang
sangat sulit…”

“Ehh~ kalau begitu~ aku akan memanggilmu Baru~”

Sulit untuk merasakan kebencian terhadap sesuatu yang begitu manis, dan meskipun hal
ini tidak sesuai dengan situasinya, Subaru mengenalkan dirinya dengan terang-terangan.
Mendengar hal ini, gadis itu tersenyum gembira, membuat hati Subaru terasa hangat
meskipun berada dalam situasi seperti sekarang ini.

Entah bagaimana jadinya nanti, ketika Echidona menghilang, itu terasa seolah-olah
tekanannya juga dilepaskan. Jika Subaru memikirkan semua ini dengan tenang, mungkin
gadis kecil di hadapannya itu sama seperti dirinya, diculik dari kau-tahu-dimana.

Bagaimanapun, dia mungkin bisa pergi dari tempat ini dengan bantuan gadis itu….
Meskipun dia tidak tahu seberapa kekuatan yang bisa gadis itu pinjamkan, Subaru
mengangkat wajahnya, dan….
“Ok, pokoknya, ayo kita pikirkan cara untuk keluar dari sini saat hantu jahatnya tidak ada di
rumah. Tapi mengingat kalau tidak ada banyak tempat untuk berpijak… pertama-tama
beritahu aku namamu, gadis kecil….”

“Hei, Baru~ apa kau orang jahat~?”

“Jika kau bisa memberitahuku maka….. Ap?”

Mengulurkan tangannya dan berniat memperlihatkan kilauan giginya, Subaru


mengernyitkan dahinya. Gadis kecil di hadapannya mengayunkan kakinya yang tidak cukup
panjang untuk mencapai lantai dan memaju-mundurkan tubuhnya dengan kekanakan
sambil mengucapkan “ka~re~na”, lalu mengerucutkan bibirnya dengan tidak sabar,

“Aku bertanya~ apahkah kau orang jahat, atau orang baik~ jadi kau ini orang yang
bagiamana~?”

“Karena sifat alami mereka, manusia adalah makhluk yang akan mengorbankan hal-hal lain
untuk bertahan. Oleh karena itu, mungkin, semenjak kita dilahirkan ke dunia ini, kita ini
sudah menjadi pendosa. Tapi meski begitu, kita masih harus menjalani kehidupan kita.
Ketahuilah, ketika kita berkorban, sesuatu yang lebih berharga bisa tercipta dari
pengorbanan tersebut…. Meskipun kupikir pembicaraan filosofi semacam ini bukanlah
sesuatu yang bisa dipahami oleh anak kecil, tapi apakah itu maksudmu?”

“Um~ aku mendengarnya tapi aku benar-benar tidak mengerti~ well~ ok~ jika aku
memeriksanya~”
Menghadapi Subaru yang nampak bingung, gadis kecil itu bahkan lebih bingung lagi.

Mengatakan hal tersebut, gadis kecil itu menggenggam erat tangan Subaru yang dia
ulurkan. Dari telapak tangan kecilnya yang dibungkus sepenuhnya oleh tangan Subaru,
Subaru bisa merasakan sebuah kelembutan unik dari tangan gadis tersebut. Merasakan hal
itu, memberikan Subaru tekad yang baru, tidak peduli apa yang terjadi, dia pasti akan
membawa keluar gadis itu dengan selamat.

“Meskipun aku sudah sering bersama Petra, aku masih saja terkejut kalau diriku ini sangat
menyukai anak-anak. Aku biasanya berpikir kalau mereka itu berisik dan lain sebagainya,
tapi….”

“….. Hanyamelaluirasasakitdanpenderitaansajasebuah dosabisaditebus.”

“Hah?”

Tiba-tiba, gadis itu membisikkan sesuatu dengan cepat.

Tidak bisa mengerti, Subaru mengangkat satu alisnya dan merasakan sebuah dampak
ringan. Ketika tangan Subaru sedikit ditarik, ada sebuah sensasi aneh, seakan-akan
sebuah beban berat baru saja dilepaskan.

Penasaran dengan apa yang terjadi, Subaru menolehkan kepalanya untuk melihat
sekeliling.
Segala sesuatunya sama seperti sebelumnya, dan tidak ada yang berubah di dunia ini. Di
dalam dimensi yang memperbolehkan Subaru dan gadis itu saling berhadapan satu sama
lain, masih saja tidak terdapat angin atau suara ataupun sensasi semacamnya.

Terduduk di atas kursi di hadapan Subaru, hanya ada gadis yang sedang mengayun-
ayunkan kakinya. Hanya saja, di tangan gadis itu, dia memegang sebuah tangan manusia
yang telah terputus….

“…..!?”

“Tidak sakit, jadi~ kau bukan orang jahat~, aku sangat lega~”

Menyadari perubahan tidak normal itu, Subaru melihat kearah tangan kanannya… Di sisi
kanan tubuhnya dimana tangan kanannya seharusnya berada, Subaru melihat sebuah
potongan melintang di bahunya dimana tangannya telah terpelintir.

Rasa sakit, darah, tidak ada satupun dari hal itu yang terasa sebelum Subaru
menyadarinya. Tulang dan pembuluh darah yang terbungkus daging berwarna pink,
semuanya terlihat di dalam potongan itu dan mengingatkan Subaru akan daging yang
terbaris di toko daging.
Kenyataan yang tidak bisa diterima itu adalah sesuatu yang terjadi pada bahu kanannya.

“Oo aaaaAAAAAA!!!!! Ta-tangan….. Tanganku aaAAA?”

“Itu tidak sakit kan~ jangan teriak terlalu keras~ jika kau terlalu banyak bergerak, kita tidak
akan bisa menyatukannya kembali~”

“K-k-kau? Memutus tangan seseorang, apa, apa-apaan yang kau katakan? K-kembalikan!
Kembalikan!”

Menjerit memegangi bekas potongan dari tangan kanannya, Subaru melompat tepat ke
arah gadis yang mendengus itu dengan wajah seperti kerasukan setan. Merebut tangannya
dari tangan gadis itu, Subaru mencoba untuk menempelkannya kembali dengan terburu-
buru.

Tidak ada tangan yang telah terpotong yang bisa disatukan kembali hanya dengan
menempelkannya, hal-hal seperti itu benar-benar tidak terjadi pada Subaru saat ini.

Tapi,

“…. Tidakadadosayangbisalaridaripenghakimanyangadil”
Ketika Subaru mendengar sesuatu yang digumankan oleh mulut gadis itu, tubuh Subaru
pun roboh. Lebih tepatnya, kaki yang seharusnya berpijak di atas lantai, telah hancur
seperti kerajinan kaca, dari mulai lutut sampai ke bawah.

Kehilangan tangan kanan dan kedua lututnya, tubuh Subaru pun roboh ke depan. Dan, apa
yang menangkapnya adalah pangkuan gadis yang masih duduk di kursinya.

Gadis kecil itu dengan lembut menangkap Subaru yang terjatuh, dan seperti seorang ibu
yang menggendong anak tercintanya, dia membelai Subaru yang ketakutan di atas
lengannya.

“Kau sama sekali bukan orang jahat~ tapi kau masih berpikir kalau dirimu itu adalah
seorang pendosa. Kau adalah anak yang baik~ dan lembut~ makhluk yang malang~ kau
pasti kesakitan~”

“A-apa…. ya-yang…. k-kau….”

Bahu kanan dan kakinya yang telah hancur, sama sekali tidak terasa sakit ataupun
berdarah. Benar-benar tidak bisa dipahami. Sebuah eksistensi yang tidak bisa diterima.
Eksistensi dari gadis kecil di hadapannya, orang yang beberapa saat lalu Subaru pikir
adalah orang yang harus dia lindungi, saat ini benar-benar berada jauh dari kesan tersebut.

Mendengar pertanyaan Subaru, gadis itu memiringkan kepalanya.

“Typhon adalah „Penyihir Kesombongan‟ kau tahu~


“Kesom…..”

Penyataan yang begitu mengejutkan sekali lagi menghentikan pemikiran Subaru di jalurnya.

Merasa marah atau ngeri, adalah sebuah konsep yang sepenuhnya telah tersapu menjauh.

Beberapa saat yang lalu, Subaru berada di hadapan Penyihir Keserakahan Echidona, lalu
kenapa tiba-tiba dia sekarang berhadapan dengan Penyihir Kesombongan?

Seorang Penyihir yang seharusnya telah dibunuh dan mati dari dulu….

“….. Huuu. Kurasa sekarang giliranku. Haaa, tidak bisa keluar.”

Sebuah suara lesu terdengar dari atas Subaru, ketika tenggorokan Subaru yang membeku
masih mencoba mengerang.

Subaru hanya bisa mengedipkan matanya. Warna dunia tidak berubah, tangan dan kakinya
masih hilang, tapi meski begitu,
“Haaaa, berat sekali. Bukankah kau seharusnya lebih ringan tanpa tangan dan kaki? Huuu,
begitulah pria… Pria atau wanita, bukankah eksistensi itu sendiri seharusnya lebih baik
daripada sebuah gumpalan yang tidak berguna?”

Orang yang disandari oleh tubuh Subaru telah berubah dari yang sebelumnya gadis kecil
bernama Typhon menjadi wanita yang benar-benar berbeda.

Wanita kali ini memiliki rambut berwarna magenta; wanita cantik dengan ekspresi malas.
Kulit dan bibirnya terlihat pucat. Matanya yang setengah tertutup memberikan kesan
mengantuk, atau lebih tepatnya memberi kesan tidak bersemangat, dan seolah-olah
bernapas itu adalah sebuah pekerjaan, sebuah atmosfer suram tersebar di sekelilingnya.

Meskipun dia mengenakan jubah berwarna hitam yang longgar, noda dan robekan nampak
dengan jelas tersebar di seluruh kain tersebut seolah-olah ada burung yang berjalan di
atasnya.

Menatap Subaru yang terdiam, wanita itu mendesah dengan lesu.

“Haaa, kau benar-benar tidak beruntung. Dipermainkan oleh Echidona, Typhon, lalu aku…
Huuu bertemu dengan tiga Penyihir satu persatu, haaa, hanya si Flugel dan Reid yang suka
mengayunkan tongkat itu yang pernah melakukan hal seperti ini sebelumnya.”

“Kau, Penyihir…. juga? Seperti gadis kecil tadi dan Echidona…?”

“Haaa, aku Sekhmet. Huuu, itu sangat menyusahkan tapi kau bisa memanggilku Penyihir
Kemalasan, atau tidak kalau kau tidak menginginkannya. Haaa, ini tidak seperti aku
memintamu untuk memanggilku apa saja, bagaimanapun, itu akan sangat membingungkan.
Huuu, aku sangat lelah hanya dengan berbicara, jadi apakah aku bisa diam mulai dari
sekarang?”

“Oh, tunggu sebentar. Aku bisa kehilangan akal sehatku di sini. Jika tidak ada yang segera
memberitahuku, aku bahkan tidak lagi yakin dengan realitasku sendiri. Tolong, katakan
padaku apa yang terjadi saat ini!”

Subaru menggunakan tangannya yang masih tersisa untuk memegang jubah wanita itu,
dan mendongakkan kepalanya untuk menatap Sekhmet. Sekhmet menganggap tatapan itu
sedikit menjengkelkan, dan mendesah, lalu menurunkan setengah kelopak matanya sama
seperti sebelumnya.

“Tangan kananmu, haaa, dan kakimu telah hilang. Huuu, itu kelakuan Typhon kan? Itu
terjadi karena anak itu tidak memahami rasa sakit orang lain. Haaa, dia masih anak yang
polos dan tanpa belas kasihan sama seperti sebelumnya. Huu anak yang malang. Haaa.”

“Tangan dan kakiku…. Me-mereka bisa tumbuh kembali kan?”

“Huuu, bagiku itu sungguh….. aaaa, tapi itu benar, haaa. Itu juga sangat menjengkelkan
bagiku, huu. Aku akan menyerahkannya pada anak kecil setelah diriku dan kembali tidur.
Haa, bernapas memang benar-benar menyusahkan. Andai aku bisa menghirup udara untuk
seumur hidup di dalam paru-paruku sekaligus, maka aku tidak perlu lagi untuk bernapas
selama sisa hidupku, bukankah menurutmu begitu? Haaa.”

“Jika kau melakukan itu, paru-parumu akan meledak dan kau akan mati, ya kan? Tapi
dibandingkan dengan hal itu, situasiku di sini…..”
Masih dengan sikapnya yang lesu, perkataan aneh Sekhmet membuat kepala Subaru
dipenuhi asap. Seolah-olah mengatakan „tolong anggap ini serius‟, Subaru mencoba
memohon kepada wanita itu.

“….. Tadi, apa kau bilang ingin mati di hadapanku?”

Subaru mendengar sebuah suara yang kejam.

Kali ini, meskipun ini bukan pertama kalinya Subaru merasa terkejut hari ini, tapi dia masih
tidak bisa memberikan reaksi lain selain diam mematung.

Lagi, orang di depan matanya berubah. Penyihir yang memamerkan rambut tebal
dikepalanya telah menghilang, dan yang menggantikannya adalah…

“…. Oppai?”

“…. Tch! Ke arah mana kau melihat, kemana?”

Mencoba mendongak dari pangkuan lembut seseorang untuk melihat wajahnya,


pandangan Subaru dihalangi oleh oleh sepasang payudara besar yang menghalangi wajah
gadis itu.
Sensasi dari pangkuan yang menopang berat tubuh Subaru, tidak seperti Typhon dan
Sekhmet, kini pangkuan tersebut terasa lebih berisi, dan sejujurnya nampak penuh dengan
kedinamisan tubuh seorang wanita.

Ketika menikmati hal ini dengan seluruh tubuhnya, Subaru tiba-tiba diangkat oleh tangan
seseorang…. Dengan satu tangan, tubuh Subaru dengan mudah diangkat ke atas,
meskipun berat badannya tidak kalah dari berat badan rata-rata wanita dewasa, dan
setelah kehilangan tangan dan kedua kakinya.

“Tataplah mata orang lain ketika kau berbicara dengan mereka, mata! Serius, para pria
selalu saja seperti ini, tidak bisa dipercaya.”

Yang mengatakan hal tersebut sambil marah-marah, adalah seorang gadis cantik dengan
rambut keemasan yang bergoyang-goyang. Di awali dengan sebuah rok pendek, dia
mengenakan sebuah baju longgar yang cocok sekali dengan tubuhnya, perawakannya
ketika duduk terlihat agak pendek. Tapi meski begitu, payudaranya yang besar memberikan
kesan gemuk, dan menciptakan atmosfer yang menggairahkan…. well, semacam kesan
sehat gitu, tentu saja.

Lalu, melihat ke arah Subaru yang terangkat dengan mata yang marah, gadis itu mengusap
rambutnya ke samping di hadapan Subaru yang ketakutan.

“Kehilangan tangan kananmu. Kehilangan kakimu dari lutut sampai ke bawah. Tidak
berdarah ataupun kesakitan…. Sepertinya kau telah dihukum oleh Typhon. Anak itu… dia
kembali melakukan sesuatu seenaknya, ini sudah terlalu berlebihan!”
Melihat ke arah luka Subaru, mata biru gadis itu diselimuti emosi yang kuat. Dengan kata-
kata yang menyentuh dan sikap geram, setiap tindakan gadis itu diisi dengan keinginan
kuat, dan ketika dia bertingkah seperti ini, terdapat air mata yang tercipta di dalam matanya.

“A-apa kau menangis….?”

“Tidak! Hanya marah! Benar, aku hanya marah! Marah kepada Typhon yang menyebabkan
semua luka ini dan meninggalkanmu di sini! Marah kepada dunia yang membuat anak itu
melakukan hal-hal yang tidak pantas tersebut! Dan marah kepada seluruh manusia yang
bertarung dan melukai satu sama lain dan membuat dunia ini seperti neraka, marah
terhadap semua kesia-siaan itu!”

Suaranya yang begitu marah terdengar, dengan segenap kekuatannya, dia mengacak-
ngacak rambutnya ketika megucapkan hal tersebut. Lalu, mengangkat tangannya, dia tiba-
tiba melempar Subaru ke udara.

“Eeh?”

“Jadi aku tidak akan mengizinkannya! Rasa sakit! Konflik! Luka! Bagaimana aku bisa tetap
diam di hadapan hal seperti itu…!”

Di momen berikutnya, dengan kecepatan yang bisa memecah angin, gadis itu berlari dan
melayangkan tinjunya lurus ke arah tubuh Subaru. Wajah Subaru tiba-tiba di hadapkan
dengan kekuatan dan kecepatan yang begitu luar biasa, tubuh Subaru secara harfiah
terlempar seperti daun, namun…
“Pffuu…!?”

Menduga akan terus terlempar selama beberapa saat, Subaru tiba-tiba mencapai ujung
dunia ini.

Echidona benar-benar menjebak Subaru di dalam dunia dengan ruang yang begitu
terbatas. Setelah diterbangkan oleh pukulan itu, Subaru hanya bisa terbang dalam jarak
yang tidak terlalu jauh. Dampak terbentur dinding yang tidak terlihat menjalar ke seluruh
tubuh Subaru, terlempar di tengah-tengah udara, Subaru menolehkan matanya, dan
disana….

“…. Semuanya akan baik-baik saja! Jangan pernah berpikir untuk menoleh!”

Melompat, seolah-olah sedang dalam pengejaran, gadis itu menghujani tubuh Subaru
dengan pukulan ketika itu masih berada di tengah-tengah rangkaian animasinya.

Hujan pukulan tanpa henti menerjang setiap inchi tubuh Subaru, daging Subaru terjepit di
antara dinding dan tinju gadis itu. Suara dari pukulan tersebut tak henti-hentinya menerjang
tubuh Subaru, kekuatannya menembus tubuh Subaru dan ke dalam dinding, dan mulai
mengguncang dunia ini hingga mencapai intinya.

Diremas oleh kekuatan tersebut, dipukul dari atas, bawah, kanan, dan kiri, Subaru tidak
tahu apa-apa lagi karena pikirannya terasa kosong. Di dalam bidang penglihatan Subaru,
melewati tarian tinju-tinju tersebut, mungkin karena gadis itu tidak menyembunyikannya,
terlihat wajah yang dipenuhi dengan air mata. Tetesannya berkilau ketika air mata tersebut
tersebar di udara, ketika Subaru ingin mengeluh „Akulah yang seharusnya menangis di
sini….‟, wajahnya sudah dibuat berpaling oleh salah satu pukulan tersebut.

Tidak tahu kapan neraka ini akan berakhir… Secara tak terduga hujan tinju tersebut tiba-
tiba berhenti.

“Biarkan tinjuku memulihkn dunua! Biarkan kemarahanku menyucikan dunia! Kemurkaanku


dan tinju penyembuhku adalah jawabanku…..”

Di momen berikutnya, dunia pun hancur.

Dinding yang menjebak Subaru, di bawah hujan tinju gadis tersebut….. setelah merasakan
sensasi tidak bisa dibendung melalui bajunya, Subaru merasa dinding di belakangnya
hancur menjadi debu.

Seketika, Subaru merasakan kebebasan.

Ketika hujan pukulan itu berhenti, Subaru merasakan sesuatu yang lembut. Subaru
menyadari kalau dia telah terbaring di atas tanah padang rumput di mana mereka
meminum teh tadi.

Mendudukkan dirinya, Subaru melihat sekelilingnya dengan setengah sadar. Mendarat


dengan gagah di sampingnya, gadis itu mengusap rambut pirangnya sambil menatap
Subaru.
“Tangan kanan!”

“Eh! O-ok!”

Tiba-tiba dipanggil, Subaru mengangkat tangannya, dan disitulah saat dia menyadarinya.

Tangan yang telah putus dari bahunya, kini kembali dengan sempurna, sampai ke ujung
jarinya.

“Kaki!!”

“Oooo, semuanya menjadi lebih baik. Aku bisa berdiri dan berjalan! Aku bisa melakukan
moonwalk sekarang!”

Hanya untuk meyakinkan, Subaru pun melompat dan melakukan moonwalk dengan irama
yang bagus. Melihat Subaru meluncur melewati rerumputan, gadis itu memegang sikunya
dan mengangguk dengan puas. Dan di momen itu, payudara besar gadis itu yang
bergoyang, membakar dirinya sendiri di dalam ingatan Subaru.

“K-kau menyelamatkanku, terima kasih. Tapi mengingat alur situasinya, kau adalah…..?”
“Aku adalah Penyihir Kemurkaan, Minerva. Tapi aku tidak menyebut diriku seperti itu.”

“Kau baru saja menyebut dirimu seperti itu.”

“Tidak. Itu bukan masalah besar. Aku tidak akan membiarkan orang lain tersakiti di depan
mataku, ataupun diam melihat orang yang terluka! Itu bukanlah kelakuan yang pantas untuk
diwariskan kepada anak cucu atau semacamnya!”

“Kau benar-benar hanya menilai tindakanmu sebagai prestasi yang luar biasa di sana! Kau
adalah tipe orang yang tidak mau mendengarkan orang lain kan? Sangat sulit untuk
berkomunikasi dengan orang seperti itu.”

Subaru memukul-mukul tangannya yang baru sembuh untuk menunjukan kebingunannya,


melihat hal ini, Minerva dengan cepat menoleh ke arah Subaru.

“Bagaimanapun, luka-luka itu sudah sembuh, tidak ada hal lain lagi yang bisa kulakukan di
sini. Sekarang, jangan bertindak berlebihan seperti gigitan serangga! Itu adalah janji
dengan seorang Penyihir.”

“Meskipun aku hidup di dalam ruang yang disterilkan, itu tidak mungkin terjadi kan? Dan
jangan membuat janji demi kepentingan orang lain! Janji dengan Penyihir atau
semacamnya, bukankah melanggarnya itu berarti sebuah hukuman yang kejam?”

“Tidak ada hal semacam itu. Tapi jika situasinya menjadi seperti itu….. Aku akan
menyembuhkan semua orang.”
“Jangan berbicara seolah-olah kau akan membunuh setiap orang! Itu benar-benar
menakutkan!!”

Tapi faktanya, tubuh Subaru sudah benar-benar pulih.

Cara penyembuhannya yang kasar….. Bagaimanapun, tepat seperti gambarannya, Subaru


memang telah disembuhkan saat akhir seluruh kejadian tadi. Mengalahkan seseorang agar
bisa menyembuhkan mereka, memikirkan fenomena yang tak bisa dipahami semacam itu
bisa ada, hampir mirip seperti di dalam serial tv tua.

“…… Baiklah.”

Lalu, gadis yang berjalan menjauh itu berbalik.

Rambut putihnya bergoyang bersamaan dengan gerakannya, gaun hitamnya terbentang


dengan mempesona, semua hal itu mengisi pandangan Subaru. Gadis itu memiringkan
kepalanya, terlihat sedikit gembira ketika menatap Subaru.

“Untuk menunjukan kalau aku benar-benar tidak berbahaya, aku membiarkanmu bertemu
dengan Penyihir lainnya. Jadi bagaimana menurutmu? Jika sikapmu sekarang bisa sedikit
lebih hangat kepadaku, maka membangunkan mereka dari tidur mereka akan sangat
pantas.”
Yang meyimpulkan semua pengalaman menyakitkan Subaru adalah Penyihir Echidona.

Melihat wanita itu di hadapannya, Subaru menarik napas panjang sebelum mengangkat
kepalanya.

“Kau, benar-benar seorang Penyihir… Tidak ada manusia yang akan berpikir seperti itu.”

Dan, hanya menggumamkan kata-kata itu saja sudah menghabiskan seluruh kekuatan
Subaru.
Chapter 12 – Suvenir Dari Pesta Teh.

“Jadi ruang yang kusiapkan dengan susah payah sudah dihancurkan? Benar-benar
gegabah.. begitulah Minerva. Gadis itu memang bisa menjadi sedikit… terlalu cepat
menyerang.”

“Sedikit?? Kupikir dia melakukannya hampir secara langsung di sana. Sensasi-baru-loli-


tsundere-kasar-tipe-penyembuh-berpayudara-besar. Terlalu banyak karakter yang
berkumpul jadi satu, kau tahu?”

Membalikkan bahu kanannya yang telah sembuh dengan sempurna, Subaru mengucapkan
hal tersebut kepada Echidona yang berada di hadapannya.

Tekanan yang datang dari gadis berambut putih itu sama sekali tidak berubah. Tapi tetap
saja, pengaturan yang dibuat olehnya, tidak sepenuhnya tanpa meninggalkan efek pada diri
Subaru.

“Well, kurasa aku sedang dalam mood yang bagus untuk berbicara empat mata sekarang.
Dibandingkan dengan Penyihir lainnya, kau terlihat lebih rasional… Kecuali Penyihir
Kemalasan-san, dia memang suka berbicara omong kosong, tapi kupikir kami bisa saling
mengerti satu sama lain.”

“Well, Sekhmet itu, bagaimana aku harus mengatakannya ya… dari semua Penyihir, dialah
yang paling tua dan paling rasional. Tapi kalau kau membuatnya marah, dia tidak akan
setengah-setengah.”
“Tidak akan setengah-setengah… maksudmu dia akan terlihat menakutkan ketika dia
marah?”

“Katakan saja begini, meskipun kami semua bersatu, kami bukanlah tandingan untuknya.
Bahkan jika 5 Penyihir lainnya bertarung bersama, aku tidak berpikir kalau kami bisa
menang melawan Sekhmet.”

Sekali lagi terduduk di atas kursinya, Echidona menjelaskan hal ini ketika Subaru
memberikan tatapan tidak percaya. Sosok gadis malas dengan rambut panjang berwarna
merah keunguan terlintas dalam pikiran Subaru. Dengan sikap lesu yang dipenuhi rasa
malas itu, orang itu sebenarnya adalah yang terkuat di antara semua Penyihir.

“Btw, aku sudah lama ingin menanyakannya… aku punya firasat kalau kau menghilangkan
Penyihir Kecemburuan?”

“…. Izinkan aku memberimu sebuah nasihat saat kau sedang berbicara denganku.”

Mengingat nama Penyihir yang tidak pernah disebutkan oleh Echidona, Subaru
menanyakan pertanyaan tersebut kepada Echidona yang hanya tersenyum dan
mengangkat satu jarinya.

Subaru melihat ujung jari Echidona saat gadis itu sedikit memiringkan kepalanya.

“Aku menganggap Penyihir lain sebagai temanku, dan kupikir mereka layak mendapatkan
rasa hormat dariku. Aku memiliki kepribadian dengan begitu banyak kekurangan, dan
mempunyai mereka di sisiku dalam waktu yang lama sebagai pendukung emosional,
bagiku adalah sebuah penyelamatan. Itulah kenapa aku mengumpulkan jiwa mereka, tanpa
meninggalkan seorangpun.”

“…. Aku punya perasaan kalau aku baru saja mendengar sesuatu yang tidak bisa
diabaikan, tapi silakan dilanjut.”

“Orang yang menghancurkan para Penyihir ini adalah Penyihir Kecemburuan…… Apa kau
sendiri bisa tersenyum kepada makhluk yang secara brutal membunuh teman terdekatmu?”

Senyumnya tidak berubah. Tapi sikapnya telah berubah.

Sensasi ngeri menggerayangi tulang belakang Subaru, dan ketika dia menyadarinya,
Subaru sudah mengangguk setuju menanggapi kata-kata Echidona. Melihat hal ini,
Echidona mengatakan “Benar, kan?” sambil menarik dagunya.

“Astaga, nampaknya suasananya sudah sedikit terganggu. Bagaimana kalau secangkir teh
untuk menyingkirkan suasana yang tidak enak ini?”

“…. Aku tidak memiliki keberanian untuk meminum teh Dona lagi. Kecuali kau menaruh teh
sungguhan di sana, aku tidak akan memiliki niatan untuk makan ataupun minum di tempat
ini.”

“Diundang ke acara pesta teh Penyihir… dulu itu adalah hal yang membuat orang lain
cemburu….. Ya ampun, kurasa manusia memang berubah seiring berjalannya waktu.”
Seakan-akan sudah menyiapkan porsi Subaru, dengan wajah menyesal, Echidona hanya
mengisi cangkirnya sendiri dan membawanya ke mulutnya.

Jika apa yang dikatakan Echidona benar, maka teh itu adalah teh yang terbuat dari cairan
tubuhnya. Jadi pada dasarnya, dia akan meminum cairan tubuh yang dia hasilkan sendiri.

“Aku mendengar sesuatu soal kelinci… mereka memakan kotoran mereka sendiri dan terus
bertahan seperti mesin abadi atau semacamnya.”

“Itu sangat memalukan disamakan dengan mereka…. benar kan? Kecuali, ini adalah jalan
memutar untuk memberitahuku kalau kau ingin mendengar soal Kelinci Agung.” (Kelinci
Agung : the Great Rabbit)

“Kelinci Agung?”

Subaru memiringkan kepalanya. Itu adalah kata yang sebelumnya pernah dia dengar entah
di mana.

Mencari ke dalam ingatannya, Subaru ingat di mana dia pernah mendengarnya. Tepat, itu
adalah ketika dia mengendarai punggung Patrasche, saat ada di Jalan Raya Lifaus.

“Mereka adalah Mabeast yang setara dengan Paus Putih… kan? Kelinci Agung dan Ular
Hitam?” (Ular Hitam : Black Serpent)
“Mereka adalah peninggalan jahat milik Daphne. Bahkan dia sendiri merasa sedikit sulit
untuk menangani mereka. Mengesampingkan Ular Hitam, kau pasti pernah mendengar
Paus Putih dan Kelinci Agung yang mendatangkan malapetaka, iya kan?”

“Ngomong-ngomong, karena kita sedang membicarakan Paus Putih, berkat usahaku, dia
sudah terbunuh. Berkat usahaku.”

Menunjuk ibu jari ke arah dirinya sendiri, Subaru melebarkan lubang hidungnya dengan
ekspresi sombong. Mendengar hal ini, untuk pertama kalinya, mata hitam Echidona terbuka
lebar dengan ekspresi kaget di wajahnya.

“Ehh, begitukah? Itu sangat mengesankan. Dari penampilanmu, kau tidak nampak memiliki
tangan yang cocok memegang pedang ataupun memiliki berkah sihir….. Tapi sepertinya
kau menggerakan orang-orang di sekitarmu dengan sangat baik.”

“Itu benar-benar membuatku merasa depresi ketika kau langsung tahu kalau aku tidak
mengalahkannya sendirian…!! Bagaimana kau tahu kalau tidak meluncur ke arahnya dan
kemudian membunuhnya?”

“Entah itu Paus Putih ataupun Kelinci Agung, sulit membayangkan kalau akan ada seorang
manusia yang bisa membunuh mereka sendirian. Di zamanku dulu, satu-satunya orang
yang bisa melakukan hal ini hanyalah Reid.”

Sekali lagi, Subaru mengangkat alisnya karena mendengar nama yang tidak dia kenal.
Menyadari hal ini, Echidona menggumam “hmmmm” sambil meletakkan satu jari di bibir
tipisnya.
“Apa kisah mereka tidak diteruskan ke zaman ini? Kupikir pencapaiannya cukup luar biasa.
Untuk membuatnya lebih mudah, dialah satu-satunya orang yang bisa membunuh 12 naga
dewasa sendirian.”

“Tidak, well, itu hanya pemahamanku terhadap pengetahuan umum atau sesuatu yang
biasanya orang normal ketahui, sedikit dangkal. Pria itu terdengar sangat luar biasa.”

“…… Reid Astrea. „Sword Saint‟ adalah gelar yang diberikan kepadanya, apa gelar itu
sudah tidak ada lagi sekarang?”

Mendengar kata-kata Echidona, pikiran Subaru mulai mengumpulkan kepingannya.

Astrea… Itu adalah nama keluarga milik Reinhard dan Wilhelm, nama yang disandang oleh
Sword Saint saat ini dan Sword Demon, nama dari klan tak terkalahkan yang dicintai oleh
Sword-God. Kalau begitu, generasi pertamanya pastilah Reid Astrea.

“Ok, kurasa aku paham. Gelar itu masih ada, Sword Saint. Aku tidak tahu generasi berapa
sekarang ini, tapi Sword Saint saat ini adalah sahabatku. Dia adalah seorang monster yang
mungkin tidak akan kalah dari leluhur-sama itu, kau tahu?”

“Itu adalah cara yang cukup aneh untuk mendeskripsikan seorang teman… Aku mungkin
mengatakannya, tapi mengetahui betapa luar biasanya Reid, aku tidak bisa
menyalahkanmu. Bagaimanapun, apa sekarang kita bisa membicarakan soal Kelinci
Agung, kurasa?”
“Uh, nah, itu tidak seperti aku tertarik pada Kelinci Agung ataupun Ular Hitam, tapi…”

Semakin lama semakin terlihat kalau Echidona ingin terus berbicara dan memamerkan
pengetahuannya, Subaru pikir dia sebaiknya menghentikannya. Ada segunung hal yang
ingin dia ketahui, tapi jika dia berniat mencerna semuanya di saat yang bersamaan,
otaknya mungkin tidak akan bisa mengimbanginya.

Sebaliknya, akan lebih baik kalau dia memilih apa yang benar-benar ingin dia ketahui, dan
sepenuhnya fokus pada topik itu.

Kalau begitu, hal pertama yang ingin dia ketahui adalah,

“Jadi uhh, kau itu adalah Echidona, Penyihir Keserakahan yang sudah lama mati. Apakah
sejauh ini benar?”

“Aku sudah memastikannya dari awal kan? Tidak ada yang keliru mengenai masalah ini.
Tempat ini adalah di dalam mimpiku, dan jika kau ingin pergi, kau hanya perlu
mengatakannya.”

“Aku menghargai perhatianmu. Pertama-tama, aku memiliki sebuah pertanyaan….”

Menyentuh rahangnya, Subaru mengarahkan pandangannya ke arah gadis berambut putih


tersebut. Ditatap oleh tatapan kasar Subaru, Echidona mengangkat tangannya ke arah pipi
putihnya yang hampir transparan, dan mengatakan “Apa itu?” sambil memicingkan
matanya.
“Aku pikir ini adalah sesuatu yang seharusnya aku pastikan denganmu dari awal, tapi…..
Sebenarnya kau ini mati di mana? Bukankah kau ini hanya bermain-main, menikmati
harimu dan menjadi begitu bahagia?”

“…. Ah, aku mengerti. Aku memang tidak menjelaskannya sama sekali. Kita lupa
membahasnya, kan? Baik kau ataupun aku.”

Dengan tepukan tangannya, Echidona mengangguk seolah-olah mengerti. Ketika Echidona


memberikan sinyal kesepahaman dengan gerakannya, Subaru hanya menggaruk
kepalanya bertanya-tanya ada apa dengan dirinya. Dengan kemunculan seorang Penyihir
dan kemudian reuni kelas dengan para Penyihir lain, Subaru menjadi begitu terkejut,
sampai-sampai lupa menanyakan hal sejelas ini hingga sekarang.

“Melihat hantu di Makam, ini pasti akan sangat bagus kalau sesederhana itu. Tapi setelah
sebegitu banyaknya ikut campur, aku tidak berpikir kalau aku bisa menyampaikan semua
yang ada di dalam kepalaku.”

“Hantu, aku tidak bisa menyangkal hal itu sepenuhnya. Bagaimanapun, aku adalah tubuh
spiritual yang kehilangan tubuh fisik. Tapi sekarang, kenapa aku bisa ada di sini dengan
keadaan seperti ini… Hal ini adalah bentuk perlawanan. Itu mungkin akan menjadi jawaban
paling akurat, kurasa.”

“Perlawanan….? Apa maksudnya…. tidak, mungkin „melawan apa‟ adalah pertanyaan yang
lebih tepat?”

“Kau cukup jeli, ya?”


Mengangguk puas menanggapi reaksi Subaru, Echidona menepukkan tangannya dengan
lembut. Lalu, dia mendongak ke atas dan mendesah ke arah langit biru buatan dengan
gerakan dari tangannya.

“Apa yang mengikatku dengan tempat ini adalah Volcanica. Naga Suci Volcanica. Kau
mungkin paling tidak pernah mendengarnya?”

“…. Itu mungkin adalah Naga yang menandatangani Perjanjian dengan pemimpin dari
kerajaan Lugunica, kan? Aku mendengar nama itu di aula agung saat Pemilihan Raja.”

“Ya, itu mungkin adalah Volcanica yang sama. Dengan kekuatan naga, aku disegel di sini,
di Kuburan ini. Dan alasan kenapa Volcanica melakukannya, seperti yang kau simpulkan,
adalah untuk melakukan perlawanan terhadap Penyihir Kecemburuan.”

Pandangan Echidona begitu tenang dan berwawasan, tapi ketika kata „Penyihir
Kecemburuan‟ keluar dari mulutnya, sejenak, sebuah emosi berbahaya terpancar di dalam
pupil matanya.

Itu mungkin adalah luas dari jurang antara dirinya dan Penyihir Kecemburuan.

“Bahkan saat ini, Penyihir Kecemburuan masih dipenjara di dalam Batu Segel, tapi
segelnya bukan tidak bisa dihancurkan. Meskipun Volcanica abadi, tidak ada jaminan kalau
segel itu tidak akan terlepas jikalau diberikan kesempatan. Ada juga beberapa orang yang
percaya, kalau tidak ada yang tahu apakah memang setiap perubahan yang terjadi di surga
ataupun di bumi tidak akan merusak Batu Segel…. Itulah kenapa Volcanica
mempertahankan keberadaanku…”
“Sebagai kekuatan untuk melawan „Penyihir Kecemburuan‟ jika dia dibangkitkan…?”

“Tapi aku bukanlah Penyihir yang pada awalnya Volcanica harapkan. Bagaimanapun, jika
semuanya masih ada, orang yang seharusnya dipilih adalah Sekhmet. Masalahnya adalah
Volcanica sendiri pernah berselisih dengan Sekhmet. Dan sepertinya, setelah Sekhmet
mengalahkannya menjadi bubur, Volcanica menjadi sedikit waspada terhadapnya.”

Seolah-olah sedang menggosip dengan santai, Echidona dengan entengnya mengabaikan


jalinan takdir antara Volcanica dan para Penyihir, tapi Subaru yang mendengarkannya,
sama sekali tidak bisa tertawa.

Subaru tidak benar-benar berpikir kalau dendam antara Naga dan Penyihir bisa
disimpulkan dengan begitu mudahnya seperti hubungan antar manusia. Dan selain itu, dia
tidak sepenuhnya yakin sejauh mana dia bisa percaya dengan cerita tentang Penyihir
Kemalasan yang mengalahkan Naga hingga menjadi bubur.

Tanpa tahu apa yang harus di katakannya, Subaru tetap diam. Dan di hadapannya,
Echidona melanjutkan dengan „Bagaimanapun‟,

“Aku si Penyihir bersama dengan Naga Suci Volcanica, Sword Saint, dan Sage, meskipun
Penyihir Kecemburuan bangkit kembali, kami seharusnya bisa melawannya. Setidaknya
itulah harapan semu Volcanica. Jadi begitulah, konteks di balik alasan kenapa aku
sekarang ada di sini setelah kematianku.”

“Jadi sebenarnya yang mengikat jiwamu dengan tempat ini adalah Naga?”
“Lebih tepatnya, itu adalah perintah Volcanica, yang mengikatku dengan tempat ini adalah
sihir Mathers. Karena kau berhasil melangkahkan kakimu di sini, kau pasti paling tidak kau
mengenal Mathers kan? Atau mungkin nama keluarga itu sudah tidak ada lagi….”

“Tidak, Mathers masih ada. Roswaal L. Mathers adalah pemimpin dari daerah dimana
Makam berada. Dia juga adalah bosku, atau seharusnya kubilang penjaga, atau orang
mesum atau semacamnya….”

Terkagum oleh kedalaman potensi keterlibatan orang itu dengan Penyihir, Subaru
bertanya-tanya bagaimana seharusnya dia mendeskripsikan Roswaal kepada Echidona.
Tapi mengabaikan ketidakyakinan Subaru, alis cantik Echidona bergetar, “Roswaal?” dia
menggumam,

“Maaf, apa kau tadi bilang Roswaal?”

“Oh? Ah, yeah, Roswaal, apa kau mengenalnya?”

“Akan sangat aneh kalau aku mengenalnya. Lagipula, aku adalah eksistensi yang berasal
dari masa 400 tahun yang lalu.”

Jika dia adalah orang yang sama dengan orang yang ada di zaman itu, maka percakapan
ini pasti akan menjadi sangat aneh.
Subaru menyetujui penilaian Echidona, dan ketika sosok wajah badut yang sedang
memonyongkan bibirnya itu terlintas dalam pikirannya, Echidona berkata “Saat ini….”,
sambil meletakkan jarinya pada bibinya.

“… Roswaal yang kau bicarakan, apakah dia adalah seseorang yang memiliki rambut
panjang berwarna abu-abu? Matanya mungkin…. kuning kurasa, kalau aku tidak salah
ingat.”

“… Nah, kalau begitu, ini adalah pria yang berbeda. Roswaal yang aku tahu memiliki
rambut biru, warna yang sama dengan warna jeansku. Dan warna matanya berbeda.
Warna mata Roswaal yang kukenal tidaklah sama, satunya biru dan yang lainnya kuning.”

Merasa lega karena karakteristik kedua orang itu berbeda, Subaru menghela napas, dan
tiba-tiba memikirkan sesuatu…

Roswaal pernang bilang kalau kepengurusan tempat ini, Sanctuary, diwariskan secara
turun temurun dari generasi ke generasi. Kalau begitu, Perjanjian dengan Volcanica untuk
menyegel Echidona di sini pasti juga diwariskan.

Jika tugas ini diwariskan secara turun temurun di dalam klan, maka,

“Mungkin nama Roswaal juga diwariskan. Terkadang kita menemukan gadis dengan nama
laki-laki seperti ini, setidaknya itu sering muncul di dalam Manga.”

“Mewarisi Roswaal? Kalau benar begitu, maka itu terdengar seperti sebuah mimpi buruk.”
Seakan-akan setuju dengan teori Subaru, Echidona mengangguk dan mengangkat
bahunya, memberikan kesan lelah. Melihat perubahan sikap Echidona yang tidak biasa,
Subaru mengernyitkan dahinya. Dan kemudian, Echidona mengatakan “Tidak….”

“Roswaal yang kukenal adalah orang yang memiliki kepribadian obsesif. Dia adalah pria
yang akan mencurahkan seluruh hidupnya demi memenuhi sebuah tujuan, aku takut. Jika
setelah kematianku, dia tetap tidak berubah, maka…..”

“Tidak puas dengan hidupnya sendiri, dia mungkin berniat menggunakan waktu
keturunannya juga?”

“Tepat seperti yang kau katakan. Hanya memikirkannya saja sudah sangat menyeramkan.”

Bahkan ketika dia mengucapkan hal itu, bibir Echidona masih menyunggingkan sebuah
senyum.

Faktanya, pandangan itu mirip seperti pandangan orang tua yang sedang menyaksikan
anak mereka yang nakal, akan tetapi Subaru berpikir kalau dia pasti keliru.
Bagaimanapun…

“Well, sekarang aku mengerti alasan kenapa kau berada di dalam makam dan siapa
dalangnya. Untuk detail-detail lainnya, aku akan bertanya pada Roswaal modern setelah
aku bangun dari mimpi ini…”
“Kau bebas melakukannya… Kalau begitu, apa ada pertanyaan lain?”

“Tentu saja ada. Hal selanjutnya yang ingin kutanyakan adalah tentang Ujian. Aku
diberitahu kalau ada Ujian yang akan dilangsungkan di dalam Makam. Aku ingin tahu
mengenai isinya. Dan jika kau bisa memberitahuku jawabannya juga, ya silakan.”

“Menanyakan pertanyaan dan jawabannya langsung kepada penguji, kau memang benar-
benar kejam.”

“Sedikit kelicikan tidak akan menyakiti siapapun. Tidak ada alasan untuk tidak
menggunakan jalan pintas saat kau memilikinya. Aku adalah tipe orang yang suka bermain
game sambil membaca panduannya, kau tahu.”

Karena terbunuh dan harus melakukannya untuk kedua kalinya itu adalah hal yang sangat
menyusahkan. Tapi mengesampingkan filosofi PLAYER Subaru, Echidona menutup
matanya seolah-olah sedang memikirkan sesuatu. Lima detik kemudian, saat dia membuka
matanya lagi….

“Ujian, ya?”

“Ah yeah. Ujian macam apa itu sebenarnya? Jika kami tidak lulus, seorang gadis yang
benar-benar penting bagiku akan berada dalam masalah. Dia tidak akan bisa pergi dari
Sanctuary meskipun dia merasa rindu rumah. Dan tentu saja, meninggalkan dia dan pulang
sendiri bukanlah sebuah pilihan.”
Barrier yang mengelilingi Sanctuary, jika sesuatu semacam itu menghalangi jalan Emilia
untuk keluar, maka Subaru juga tidak punya keinginan untuk keluar.

Saat dia lulus Ujian nanti, mereka akan pergi melewati barrier itu bersama-sama.

Dan Subaru akan melakukan apa saja untuk memastikan hal itu terjadi. Contohnya,

“Meskipun dengan curang!”

“Maafkan aku karena mengatakan hal ini setelah kau merasa begitu bersemangat, tapi aku
tidak tahu apa-apa soal Ujian itu. Aku sama sekali tidak terlibat di dalamnya. Oleh sebab
itu, aku tidak tahu isinya.”

“Apa?”

Momentum Subaru tiba-tiba tergelincir, dia pun memekik. Mendengar hal ini, Echidona
mengatakan “Well, tidak ada yang bisa kita lakukan, kan?” sambil menggelengkan
kepalanya.

“Kau tahu ini tempat apa kan? Ini adalah Makamku. Dengan kata lain, ini adalah Makam
yang dibangun setelah kematianku. Dan Ujian yang kau bicarakan, mereka diadakan di
dalam Makam kan? Kalau begitu, Ujian yang diadakan di dalam Makam juga dibuat setelah
aku mati. Jadi tidak mungkin diriku yang sudah mati ini bisa ada hubungannya dengan
mereka, benar kan?”
“Tidak mungkin aku bisa memahami logika semacam itu.”

“Pokoknya, aku bukanlah si penguji. Jadi aku tidak bisa memberimu jawaban soal Ujian itu.
Jika ada, itu adalah aku yang seharusnya bertanya tentang Ujian itu kepadamu. isinya,
jenis pertanyaannya, pemilihan respondennya, dan tentu saja jawaban untuk pertanyaan-
pertanyaanya… rasa ingin tahuku itu tidak ada ujungnya, kau tahu.”

Di matanya yang berkilau, pupil dari „Penyihir Keserakahan‟ dipenuhi dengan sinar rasa
haus akan pengetahuan. Menghela napas menghadapi keinginan blak-blakan Echidona,
Subaru menyimpulkan kalau dia tidak akan membuat kemajuan apa-apa jika bicara soal
Ujian tersebut.

Kalau begitu,

“Man, aku merasa sudah tidak memiliki hal lain yang ingin kutanyakan padamu.”

“…. Eh? Kau bercanda kan? Itu tidak mungkin. Aku ini Penyihir Keserakahan kau tahu?
Orang-orang dari sudut dunia semuanya datang kepadaku, untuk mencari pengetahuanku.
Dengan berada di hadapanku, dan diizinkan menanyakan apapun yang kau inginkan, kau
bilang kau tidak memiliki sesuatu yang ingin kau tanyakan padaku…?”

“Well, kau sudah mati dan kau tidak tahu apa yang terjadi setelah kau mati kan? Apa yang
ingin kuketahui kebanyakan adalah sesuatu yang terjadi saat ini, jadi tidak ada gunanya
bertanya kepada orang yang tidak mengetahuinya….”
“Tidak tidak tidak, tenanglah! Memang benar kalau aku tidak mengenal dunia saat ini, tapi
sebagai gantinya, hampir tidak ada sesuatu yang tidak kuketahui tentang masa lalu.
Banyak hal yang telah terjadi dalam 400 tahun dan tidak lagi tersisa di dalam pikiran
siapapun atau dalam buku sejarah. Bukankah ini kesempatan untuk mempelajari mereka
semua? Seperti halnya percakapan dengan Penyihir lain sebelumnya. Mereka adalah hal-
hal yang tidak lagi bertahan di dalam catatan sejarah di seluruh dunia.”

“Tapi, aku tidak begitu tertarik dengan Penyihir. Meskipun aku mempelajari mereka, mereka
semua sudah mati dan ada banyak hal yang ada di pikiranku saat ini, jadi percakapan
semacam itu tidak benar menurutku…”

“Eeeeeeehhhhh…..”

Melihat Subaru benar-benar berniat untuk pulang, merasa tidak puas, Echidona pun
menunjukan eskpresi suram. Itu hampir seperti posisi mereka telah benar-benar terbalik.

Tapi tetap saja, sejauh yang Subaru perhatikan, hal itu adalah kebenarannya. Dosa
ataupun perbuatan mulia dari para Penyihir di masa lalu, apapun mereka…. dia benar-
benar tidak tertarik terhadap hal-hal semacam itu.

Selain itu, informasi macam apa yang bisa dia dapatkan dari Echidona, dia benar-benar
tidak bisa memikirkan apapun di dalam kepalanya…

“Tunggu, karena kau mengatakanya, aku baru saja kepikiran satu.”


“Ya ya! Bagus sekali. Aku tahu pasti masih ada hal lain. Tanya saja sesukamu. Selama itu
adalah sesuatu yang bisa kujawab, aku akan menjawabnya. Ayo!”

Meskipun sudah mencapai titik pergolakan, Echidona masih menanggapi pertanyaan


Subaru dengan sungguh-sungguh.

Meskipun mereka adalah Penyihir, pada dasarnya, memang mustahil untuk menghapus
semua jejak insting duniawi mereka. Memikirkan hal ini, Subaru mengingat sesuatu
mengenai Sanctuary.

“Penduduk dari Sanctuary yang menampung Makam ini, menyebut tempat ini sebagai
„Tanah Percobaan atau Ujian. Tidak peduli bagaimana kau melihatnya, „Tanah Percobaan
milik Penyihir Keserakahan‟ itu terdengar sangat penting, dan lalu ada pula barrier yang
tidak memperbolehkan para darah campuran untuk kabur, percobaan macam apa yang di
lakukan disini? Aku berha……..”

“Aku tidak bisa mengatakannya.”

“……rap bisa menanyakannya.”

Akan tetapi, dengan sekali gerakan, ekspresi Echidona menghilang ketika dia menyela
pertanyaan tersebut. Menanggapi sikap dingin itu, Subaru hanya bisa tetap diam. Melihat
reaksi Subaru, Echidona nampak menyadari ketajaman dari kata-katanya, dan membuat
ekspresi kikuk di wajahnya.
“Maafkan aku karena menjadi begitu kasar. Tapi ada juga hal yang tidak bisa kukatakan.
Aku tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Itu bukan aku tidak bisa mengatakannya tapi aku
tidak ingin mengatakannya.”

“….. Istilah „Tanah Percobaan‟ itu tidak memberikan kesan yang bagus. Tapi kau tidak
terlihat menyangkalnya.”

“Aku ingin kau menghentikannya. Aku tidak ingin dipandang rendah.”

Merendahkan pandangannya, Echidona menolak untuk membahas topik itu lebih jauh.

Seorang Penyihir dengan eksistensi yang begitu luar biasa itu, menyusutkan bahunya
ketika mengatakan hal tersebut pada Subaru. Siapaun yang mendengar hal ini, tidak akan
memiliki pilihan lain selain menyerah untuk bertanya lebih jauh.

Lalu, apa yang terlintas di pikiran Subaru adalah….

“Kalau dipikir-pikir, namamu….. aku pernah mendengarnya sebelum datang ke sini.”

“…….”
Echidona masih terdiam. Di hadapan Echidona, Subaru menyentuh dahinya sambil
mencari-cari di dalam ingatannya. Nama Echidona, Sang Penyihir Keserakahan. Sebelum
datang ke Sanctuary, nama itu pernah terdengar beberapa kali di telinga Subaru.

“….. dari Puck.”

Dalam pengulangan yang diawali di Ibu kota, Subaru telah terbunuh oleh Roh Agung itu
tiga kali. Ingatannya yang paling menjijikkan dan paling pahit adalah ketika Puck raksasa
membunuh sambil mengejeknya.

Waktu itu, dalam percakapan Petelgeuse dan Puck, nama Echidona muncul. Di tepi jurang
kemataiannya, kesadaran Subaru tidak memahami apa maksudnya, dan dia tidak
mengingatnya lagi sampai sekarang.

Mendengar gumaman Subaru ketika menemukan ingatannya, Echidona pun mengangkat


kepalanya.

“Puck……? Maksudmu roh kucing…..?”

“…..!? Yeah benar. Roh kucing. Apa kau mengenal Puck?”

“Tidak masalah apakah aku mengenalnya atau tidak…. apa dia datang ke sini? Kalau iya,
sejauh mana yang bisa dia ingat?”
Echidona nampak terkejut mendengar nama tak terduga tersebut, dan Subaru juga sama
terkejutnya melihat reaksi ini dari Echidona. Echidona yang terus bicara tanpa henti hingga
saat ini, tiba-tiba terdiam.

Melihat sikap Echidona yang tidak menyenangkan, Subaru tidak bisa mengucapkan
sepatah katapun. Dan Echidona, seolah-olah kembali tenggelam dalam pikirannya,
menutup matanya dan merenung.

Bertanya-tanya bagaimana dia harus melanjutkan percakapan ini, Subaru menengadahkan


pandangannya.

“….Gahhh!?”

Tiba-tiba, di dasar perutnya, sebuah panas yang begitu membakar menegaskan


keberadaannya, di dalam seluruh kesadaran Subaru.

“….. uh, ah?”

Panas yang begitu luar biasa terasa seakan-akan membakar isi perutnya. Mengerang,
Subaru memegangi perutnya, kakinya bergetar lemah.

Tiba-tiba, gelombang rasa sakit yang dirasakannya melebihi apapun yang disebut biasa.
Sakit perut tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan penderitaan misterius yang bisa
membuat mulutnya berbusa ini. Tidak sanggup berdiri, Subaru jatuh dengan lututnya, dan
di momen selanjutnya, dia pun roboh ke samping.
Melihat Subaru seperti itu,

“Ah, akhirnya berpengaruh juga.”

Dan, mengagumi pemandangan itu dengan mata dingin dan tak berperasaan miliknya,
Echidona memandangi Subaru.

Perlahan-lahan, dia mendekati Subaru yang menggeliat, dia menekuk lututnya untuk
mendekat ke arah wajah Subaru, dan menyapu rambut yang berada di atas dahinya.

“Ketika kau diundang ke acara pesta teh Penyihir, kau seharusnya tidak menaruh apapun
yang diberikan padamu ke dalam mulut dengan begitu sembrono…. Kau sudah
mendapatkan pelajaran yang bagus kan?”

“Kau, me….. kau meracuniku….?”

“Mana mungkin. Aku sudah mengatakannya kan? Apa yang kau minum itu adalah cairan
tubuhku. Sebuah bagian yang pada dasarnya milik eksistensi yang berbeda, bagian dari
seorang Penyihir. Itulah apa yang kau minum.”

Cairan tubuh. Subaru sadar kalau dia telah mengabaikan makna dari istilah itu dalam
seluruh percakapan yang terjadi setelahnya. Dan akibatnya adalah keadaannya saat ini
yang begitu menderita.
Membuka matanya, Subaru menatap tajam ke arah Echidona. Semua sikap ramah sesaat
sebelumnya, telah menguap. Apa yang dia ingin dapatkan dengan melakukan hal-hal
semacam ini…..

“Aku tidak ingin kau salah paham, aku tidak melakukan hal ini dengan maksud jahat
ataupun niatan buruk terhadapmu. Faktanya, aku menghargai keberadaanmu dengan
cukup positif. Membiarkanmu meminum bagian dari diriku adalah buktinya.”

“Bi…cara jadi aku bisa…. me… ngerti…”

“Sederhananya, aku membantumu agar Gen Penyihir yang tertidur di dalam tubuhmu bisa
membaur dengan lebih mudah…. atau sesuatu semacam itu.”

“Gen, Penyihir….?”

Rasa panas tak henti-hentinya berkembang dengan begitu dahsyat, Subaru menggunakan
sisa-sisa kekuatan terakhirnya untuk mengulangi kata tersebut.

…. Gen Penyihir.

Kata itu, dia pernah mendengarnya beberapa kali sebelumnya.


Ada Petelgeuse. Dan ada pula Beatrice.

“Kau telah membunuh salah seorang antek dari Penyihir Kecemburuan, kan? Dengan
kematian antek itu, Gen Penyihir menanam dirinya ke dalam tubuhmu…. Akan tetapi,
sepertinya ada sesuatu yang lain di dalam tubuhmu.”

“Benda itu, ketika benda itu telah membaur….. apa yang akan terjadi?”

“Apa yang akan terjadi? Sejujurnya, aku sendiri tidak yakin. Tapi, daripada membawa bom
yang meledaknya entah kapan, lebih baik meledakkannya sebelum menyebabkan sesuatu
yang lebih buruk, kurasa. Jika kita bisa menyelesaikan ini di dalam mimpi, mungkin itu akan
membuat bagian penghilangan ledakannya bisa menjadi lebih mudah ketika kau berada di
luar.”

Mendengarkan nada yang tidak berubah itu, Subaru merasa kesadarannya mulai memudar,
cahaya dan kegelapan yang terlintas di depan matanya selaras dengan gelombang rasa
sakit yang dirasakamnya. Tapi, meskipun dalam keadaan seperti ini, Subaru mengangkat
tangannya dan menunjuk ke arah Echidona,

“Tadi, aku baru saja memikirkan sesuatu…..”

“Hm?”
“Kau… cara bicaramu.. mirip sekali dengan Puck. Roh kucing itu juga tidak peduli dengan
mood sama sekali, dia terus saja melakukannya dalam suasana yang begitu ceroboh,
meneruskannya seolah tidak ada apa-apa…..”

Mendengar kata-kata Subaru, dalam sekejap, Echidona mengedipkan matanya kaget.

Lalu dengan ekspresi yang berlebihan, seakan-akan baru saja mendengar lelucon paling
lucu, dia memegangi perutnya sambil tertawa terbahak-bahak.

“Haha, ahahahaha! Aaahhh, itu, cukup bagus! Kau memang sangat menarik. Aku benar-
benar berpikir begitu. Mmm, mha ahahahahahaha. Jadi begitu ya, aku dan Puck? Mm kau
benar. Itu memang sangat wajar. Aku mungkin adalah satu-satunya orang yang
menjadikannya sebagai suatu panutan.”

“Apa yang ka……”

Meski Subaru ingin melanjutkan kalimatnya, tapi itu bukan lagi sesuatu yang bisa dia
lakukan.

Rasa sakit yang dialami seluruh tubuhnya terasa begitu membakar, namun hal itu sama
sekali tidak merenggut kesadarannya. Rasa sakit tersebut terasa seolah-olah akan
berlangsung selamanya, tidak ada jeda waktu sedikitpun untuk penderitaan ini, namun…..
akhir sudah semakin dekat.

Meski begitu, itu bukanlah dengan melemahkan rasa sakit tersebut, namun…
“Sepertinya waktu pertemuan kita sudah hampir habis.”

Sedikit demi sedikit, di mata Subaru, garis-garis dunia mulai terlihat buram.

Langit biru dan bukit kecil di padang yang ditutupi rerumputan hijau. Kedua pemandangan
itu sekaligus kursi yang mengelilingi meja putih tersebut. Semua gambaran ini bercampur
menjadi satu, dan bersamaan, mulai memudar.

“Kurasa tadi kau mengatakan kalau ini hanya akan berakhir saat kau menginginkannya….”

“Kita telah mencapai batas waktu di dunia nyata. Ujian yang kau sebutkan, sepertinya akan
segera dimulai. Ketika itu dimulai, semua fungsi dari Makam ini akan terarah kepadanya.
Dan tidak akan peduli lagi dengan hantu yang kesepian ini.”

Mengucapkannya dengan suara riang, Echidona membelai dahi Subaru yang terbaring di
atas tanah.

Melihat Subaru tidak bisa melawan ataupun bereaksi, Echidona tertawa.

“Nah, untuk bisa kembali dari pesta teh Penyihir, biaya apa yang akan kau bayarkan?”
“…. Seperti yang kau tahu, aku sama sekali tidak punya uang saat ini.”

“Bukan uang. Bayarannya adalah…… ah iya, kau dilarang membicarakan tempat ini
kepada orang lain, bagaimana? Kau sepertinya sudah memiliki perjanjian seperti itu… Ini
termasuk harga yang murah, kan?”

Apa maksudnya itu? Bahkan tidak ada waktu untuk menanyakan hal semacam itu.

Menekan jarinya pada dahi Subaru, Echidona dengan pelan membisikkan sesuatu. Lalu,
merasakan kehangatan yang datang dari jari yang menyentuhnya itu, seketika, kehangatan
itu menyebar ke seluruh tubuh Subaru. Dan luar biasanya, Subaru mendapatkan sebuah
pemahaman.

Pemahaman terhadap kata perjanjian dan apa saja yang tidak boleh dilanggar;
bagaimanapun kesepakatan sepihak itu telah tersegel.

“Melakukan ini, bahkan tanpa bertanya lebih dulu……!”

“Percakapan kita, dan memperkuat Gen Penyihir. Dibandingkan dengan itu, kurasa ini
adalah harga yang cukup murah. Dan juga, karena sekalian kita ada di sini, aku akan
memberimu sebuah hadiah.”

Tersenyum pada Subaru yang geram, gelombang panas lain melewati jari Echidona
menuju dahi Subaru.
Dan akibat dari kehangatan ini adalah….

“Dengan ini aku memberimu kualifikasi untuk berpartisipasi dalam Ujian di Makam ini.”

“…..!?”

“Dengan begini, kau akan bisa mengikuti Ujian di Makam ini nanti malam. Entah kau mau
mengikutinya atau tidak, itu terserah padamu. Tidak masalah jika kau memilih tidak. Tapi
jika kau menginginkannya, kau bisa memilih untuk mengikuti Ujian ini menggantikan tempat
gadis yang amat penting bagimu…… Apa yang akan kau lakukan, kau bisa
memutuskannya sesukamu.”

Keruntuhan dunia telah dimulai. Dan sedikit demi sedikit, apa yang berada di bawah
kakinya, melebur ke dalam kegelapan.

Kali ini, akhir dunia yang sesungguhnya benar-benar mendekat.

Di dalam dunia yang akan segera berakhir, Subaru yang masih terbaring di tanah,
mendongak menatap Echidona.

Menyegel perjanjian yang tidak ingin dia setujui, memeras bayaran yang tidak ingin dia
bayar, kepada gadis yang sedang tersenyum ke arahnya tanpa mempedulikan dunia….. ah,
tanpa sedikitpun keraguan,
“….. Kau memang benar-benar Penyihir.”

“….. Oh, tapi tentunya, aku adalah Peyihir wanita, bukankah begitu?”

Dengan kata perpisahan tersebut, kesadaran Subaru terlepas dari mimpi itu.

Jatuh dan semakin jatuh. Pudar dan semakin memudar.

Terlepas dari mimpi, dan melayang ke atas.

Pada akhirnya, kesadaran Subaru…. terlepas dari mimpi seorang Penyihir.


Chapter 13 : Tujuan Roswaal.

Hal pertama yang Subaru rasakan ketika dia terbangun adalah ujung jari seseorang sedang
menyentuh dahinya.

“Menilai dari kelembutan dan sentuhannya, ini pasti jari Emilia-tan!”

“…. Meskipun kau menebaknya dengan benar, tapi aku merasa kalau itu sangat
menyeramkan, ah, mungkin hanya imajinasiku.”

Membuka matanya, pandangan Subaru ditutupi oleh telapak tangan yang menyentuhnya.
Melalui sela-sela di antara jari-jarinya, Subaru mengintip wajah cantik Emilia, dan
mengendurkan bibirnya, tersenyum.

“Well, karena hanya Emilia-tan lah yang mau repot-repot merawatku di saat seperti ini, jadi
aku merasa kalau itu adalah kau. Itu tidak seperti siapapun bisa menebak hanya dengan
sentuhan jari, kau tahu?”

“Oh, begitu ya. Aku merasa sedikit lega sekarang… tubuhmu, apa kau bisa duduk sendiri?”

“Entah bagaimana….. yeah, aku baik-baik saja.”

Menjawab dengan sebuah candaan ketika terbangun, Subaru mendudukkan dirinya di


ranjang. Melihat secara singkat ke sekelilingnya, dia mendapati dirinya berada di sebuah
bangunan yang tidak familiar.

Seprei tempat dia berbaring dibuat dengan kasar, dan tidak bisa dibandingkan dengan
seluruh ranjang yang ada di mansion Roswaal yang sudah biasa dirasakannya. Meski
begitu, Subaru mencoba mengingat apa yang terjadi sebelum dia pingsan.

“Sampai di mana realita berakhir, dan dari mana pandangannya berawal….

Makam….. Melangkahkan satu kakinya ke tempat itu, dan segera setelahnya merasakan
sebuah sensasi jatuh; adalah hal terakhir yang dia ingat mengenai dunia nyata. Lalu
setelah itu, pertemuannya dengan gadis yang bermain-main di dalam Makam….
pertemuannya dengan Penyihir Keserakahan, jika kata-kata Penyihir itu bisa dipercaya,
semua kejadian itu terjadi di dalam mimpi Penyihir tersebut.

Itu semua terlalu samar. Merasakan ingatannya yang tidak pasti, Subaru menyentuh
dahinya dan melihat ke arah Emilia. Di samping ranjang, terduduk di atas kursi, Emilia
terlihat menunggu Subaru menata ingatannya. Melihat Emilia menunggunya, Subaru
memulai dengan “Baiklah…..”

“Ada begitu banyak hal yang ingin aku tanyakan dan bicarakan denganmu… tapi, hal
pertama yang harus aku katakan……”

“En, apa itu?”

Sedikit memiringkan kepalanya, Emilia menunggu dengan cantik, dan


mendengarkannya….. namun, matanya sama sekali tidak tersenyum.

Di bawah tatapan pupilnya yang berwarna keunguan, Subaru menyusutkan bahunya.

“Aku minta maaf karena membuatmu cemas. Aku terlalu terbawa suasana di sana.”

Memikirkan apa yang seharusnya dia lakukan, setidaknya, bisa membuka jalan di depan
Emilia, Subaru menilai kemampuannya sedikit berlebihan.
Dan situasinya, ternyata membuat dirinya berada di depan sebuah kegagalan.
Menerima permintaan maaf Subaru, Emilia mengeluarkan sebuah desahan kecil melalui
mulutnya.

“Kau tahu, aku sangat amat cemas. Ketika kau masuk ke dalam, kau langsung menjerit dan
jatuh pingsan.”

“Mengesampingkan jeritannya… aku pingsan?”

“Bagian putih dari matamu membesar, dan kau terus kejang-kejang. Kami benar-benar
tidak tahu apa yang harus kami lakukan. Tidak ada luka apapun dan nampaknya juga tidak
ada sihir aneh yang mengenaimu…”

Melihat Emilia ragu dengan kata-katanya, Subaru menyadari betapa memalukannya


tampilan yang dia perlihatkan.

Jadi itu yang terjadi…. Rupanya, segera setelah memasuki makam, ketika lantainya
runtuh…. atau saat dia merasakan sensasi jatuh, dia sudah dipanggil ke dalam mimpi
Penyihir Keserakahan.

Dan pada kenyataannya, Subaru tertidur ketika dia masuk ke dalam dan memberikan
perasaan cemas kepada Emilia saat dia melihatnya, karena tidak bisa melakukan apa-apa.
Memeriksa bahaya demi Emilia…. tekadnya pada saat itu kini benar-benar terlihat sangat
bodoh.
Memikirkan hal itu, Subaru membersutkan wajahnya merasa benci dengan dirinya sendiri,
ketika,

“…. Oh? Dia bangun kan? Terlihat baik-baik saja, oy!”

Mengatakan hal tersebut, sambil mendorong pintu yang berderit, seorang pemuda
pirang…. Garfiel, masuk ke dalam.
Melirik sebentar ke arah Subaru yang berada di ranjang, dia kemudian mengalihkan
pandangannya ke arah Emilia.

“Sudah kubilang kan? Tidak ada yang salah dengan tubuhnya, lihat?”

“…. Tapi tetap saja aku khawatir. Tidak tahu kenapa dan tiba-tiba melihat dia pingsan
seperti itu. Meskipun aku sudah terbiasa sekarang, tapi terbiasa dengan hal seperti itu
bukanlah hal yang bagus, iya kan?”

“Hah, ayolah, tegarlah sedikit! Panik dan berkaca-kaca setelah melihat anak ini jatuh…. itu
seperti “wajahmu lebih biru dibandingkan Aomiguro” kata mereka.”

“Wha…..!?”

Mendengar kata-kata kasar Garfiel, Emilia cemberut dengan wajah memerah.


Dan segera setelah Garfiel mengatakan hal itu, Emilia langsung berdiri dari kursinya sambil
memekik.

“A-aku tidak berkaca-kaca! Aku memang cemas dan panik, tapi aku tidak…..”

“A-ah, benarbenar. Itu rahasia, sebuah rahasia. Maaf maaf. Tapi itu tidak seburuk itu kok….
Kau tidak perlu menyembunyikannya atau semacamnya.”

“Itu sangat buruk. Aku benar-benar khawatir kalau…. dia mendengar aku akan
menangis….”

Mengikuti di tengah-tengah bantahannya, Emilia melirik ke arah Subaru.


Sampai sekarang, Subaru hanya diam mengamati percakapan mereka. Di depan
pandangannya, apa yang akan Subaru katakan adalah…

“Hn! Ah, itu bagus, teruskan. Kumohon kumohon, ehehehe. Jadi begitu ya, ehh, jadi begitu.
Emilia-tan sangat cemas denganku sampai dia menangis… jadi begitu ya, ehehehe.”
“…. Entah bagaimana, aku sudah tahu kalau Subaru akan bereaksi seperti itu.”

Bahu Emilia merosot dengan sedih. Di hadapannya, Subaru masih bernapas dengan berat
menggunakan lubang hidungnya yang membesar. Mengetahui kalau gadis yang disukainya
cemas akan keadaannya dari dalam lubuk hatinya, meskipun terasa kurang bijaksana,
namun Subaru tidak dapat menahan kegembiraannya.

Melihat kegembiraan Subaru yang tidak tahu diri dan reaksi Emilia, di samping mereka,
Garfiel mengatakan “Ohh, jadi begitulah” dan kemudian, dengan perasaan yang begitu
mendalam, dia menggumam,

“Kali ini adalah kesalahanku. Yikes, ini sangat langka. Melihat diriku mengakui kesalahanku
dengan begitu blak-blakan, iya kan?”

Dan sambil merenung, Garfiel mengakui sesuatu yang tidak terlalu dia banggakan.

XxxxX
“Jika dilatih dengan baik, bahkan anjing pun bisa latihan menahan agak tidak makan
sebelum diberi izin.”

Mengerikan, itu adalah suara yang dipenuhi dengan ketajaman yang bisa membuat
seseorang terpotong jika menyentuhnya.

Perlahan menggema, ada sebuah jeda di antara setiap kata-katanya, tapi jarak di antara
keduanya diisi dengan sebuah kengerian yang tidak memberikan ruang untuk membantah.

“Begitulah, bahkan seekor anjing pun bisa mengikuti perintah, seharusnya paling tidak kau
juga bisa melakukannya.”

*Kuts* *kuts*, adalah suara langkah kaki yang melangkah di atas lantai kayu.
Ritme langkahnya terdengar konsisten, berjalan ke kanan, ke kiri, bolak balik di hadapan
Subaru.

Keserasian celah di antara mereka mencerminkan ketenangan pikiran dari si pemilik


langkah tersebut, sementara itu dia tahu betul kalau mereka tanpa ampun akan memotong-
motong ketenangan mental dari orang satunya.

“Sekarang….”

Suara, langkah kaki, dan mata yang tidak menunjukan emosi apapun itu, semuanya
mengarah ke arah Subaru…
“Makhluk yang tidak bisa mematuhi sebuah perintah yang bahkan anjing pun bisa
mematuhinya, bagaimana kau memanggil makhluk seperti itu? Barusu, apa kau tahu?”

“Aku minta maaf aku tidak mengikuti saranmu….!”

Di hadapan gadis kecil yang berdiri berlawanan dengan dirinya, Subaru berlutut dan
menundukan kepalanya sambil berteriak minta maaf.

Akan tetapi, menanggapi ratapan dari dasar jiwa Subaru, gadis itu hanya memiringkan
kepalanya.

“„Aku minta maaf‟, apakah kau mendengarku meminta sebuah permintaan maaf? Tidak
hanya tidak mendengar pertanyaannya, sepertinya kau juga tidak mendengarkan apa-apa
sejauh ini. Kupikir saran Ram bahkan tidak masuk ke telingamu sejak awal, karena itu
bukanlah sesuatu yang tidak bisa kau mengerti.”

“Bisakah kau tidak menggunakan cara yang berbelit-belit untuk mengungkapkan


kebencianmu? Aku menyesal, aku tahu aku salah, tapi rasanya seperti hatiku sedang
dihancurkan! Omelan secara terang-terangan akan lebih mudah buatku!”

“Itu akan lebih baik kalau kau mati.”

“Terlalu blak-blakan!!”

Menerima omelan tanpa ampun dari gadis itu…. Ram, Subaru memeluk kepalanya di atas
lantai. Tapi sebenarnya, mengingat kelakuannya, Subaru hanya bisa menerima semua
cacian Ram dengan pasrah.

Subaru secara terang-terangan melawan peringatan yang khusus disampaikan oleh Ram,
dan menyebabkan masalah untuk semua orang di sekitarnya sebagai akibatnya.

“I~~tu benar. Ram sebaiknya mema~afkan dia. La~gi pula, Emilia-sama pasti sudah
memberinya omelan yang sama, iya kan? Melakukan hal itu lagi ti~daklah baik, kecuali
membuat sifat masokis Subaru-kun menjadi ber~semangat.”

“Aku tidak punya sifat masokis. Melangkah ke dalam ladang ranjau kebetulan adalah insting
alamiku.”

Itu karena dia tidak bisa membaca suasananya dengan baik, pikirnya.
Melihat Subaru membusungkan dadanya dengan sombong, Ram pun menyerah dari dasar
lubuk hatinya sambil mengeluarkan sebuah helaan napas, dan kemudian, tanpa sepatah
katapun, dia membelakangi Subaru dan menghadap ke arah Roswaal.

“Per~tama-tama, kalian semua bisa kembali dengan selamat adalah hal yang paling
penting. Kesalahan sebelum Ujian ini membuat semua ren~~cana kita menjadi kacau.
Meski begitu, tindakan Subaru-kun bukanlah apa-apa melainkan sebuah blun~der.”

Dilempari dengan senyum yang penuh arti, Subaru menyilangkan tangannya dan membuat
dengusan kecil. Dan dengan sebuah kekecewaan, Emilia, yang berdiri di sampingnya,
mencubit bagian bawah tulang iga Subaru.

“Ow, sakit Emilia-tan.”

“Meskipun aku selalu membelamu, tapi hari ini adalah kesalahan Subaru…. Jika aku tahu
kalau Ram mengatakan sesuatu seperti itu, aku akan…..”

….. terlebih dahulu menghentikan Subaru agar tidak pergi, seolah-olah mencoba
melanjutkan seperti itu, Emilia pun terdiam. Tersenyum kecut ke arahnya, Subaru
menggumam „Itulah kenapa aku tidak bisa memberitahumu…‟ di dalam hatinya. Jika dia
tahu tentang peringatan ini sebelumnya, Emilia tidak akan pernah mengizinkan Subaru
untuk mengambil tugas berbahaya seperti itu.

Tapi di sisi lain, jika itu bukan karena peringatan Ram, Subaru tidak akan memantapkan
pikirannya untuk mencoba membuka jalan untuk Emilia. Jadi…

“Saranmu tidak membuat siapapun senang, Ram.”

“Mengatakan kalau semua ini disebabkan oleh Ram, hanya anjinglah yang akan melakukan
itu…. Tidak, aku seharusnya menggantinya dengan sesuatu yang lebih rendah daripada
anjing, kalau tidak itu akan menghina para anjing.”

Melihat Subaru mencoba melempar tanggung jawab, Ram menatapnya dengan tatapan
hina. Subaru tidak bisa melakukan apa-apa selain mengagumi kebencian maid yang sama
sekali tidak menghilang itu. Dan, di saat yang sama, orang yang ada di sisi lain mungkin
juga memiliki pendapat yang sama dengan Subaru.

Mengesampingkan perdebatan tidak relevan itu, Roswaal menata kakinya di atas ranjang,
dan..

“Ngomong-ngomong, Emilia-sama…. Bagaimana menurutmu Makamnya?”


“…. Dengan apa yang terjadi pada Subaru, aku tidak punya kesempatan untuk melihat-
lihat.Tapi, ada sebuah bau yang sangat busuk di udara dan aku merasakan perasaan tidak
enak di kulitku.”
Emilia mengernyitkan keningnya sambil mengatakan kesannya terhadap Makam.

Pada dasarnya, kesan buruk menempati hampir seluruh penilaian Emilia tentang tempat itu.
Dan mendengar penilaian negatif tersebut, Roswaal mengatakan “Begitu ya…”, dan sedikit
tersenyum.

Lalu, matanya yang tidak sama itu tertuju ke arah pojok ruangan…. menuju ke arah Garfiel,
yang bersandar ke dinding dan dari tadi mengamati percakapan mereka,

“Garfiel, apakah Kualifikasinya sudah dipastikan?”

Menanggapi kata Kualifikasi, Subaru mengangkat alisnya dan melihat ke arah Garfiel.
Pemuda pirang itu menggaruk rambut pendeknya dengan kasar dan menunjukan gigi-
giginya yang tajam.

“Aku tidak pergi lebih jauh dari depan pintu masuk, tapi…. cahaya di dalam Makam
menyala. Emilia-sama memiliki Kualifikasi, tidak diragukan lagi.”

“Cahaya di dalam Makam?”

Mendengar sesuatu yang tidak pernah dia dengar sebelumnya, Subaru memiringkan
kepalanya ketika Garfiel mengibaskan tangannya dengan jengkel.

“Ada sebuah benda seperti lilin di dalam Makam. Ketika matahari terbit, jika seseorang
dengan Kualifikasi berjalan memasuki Makam, sesuatu yang ada di sana akan
membuatnya menyala. Seseorang yang mendapat sambutan ini tanpa masalah akan
terpilih untuk mengikuti Ujian di malam hari.”

“Sebaliknya, jika seseorang tanpa Kualifikasi memaksa masuk ke dalam Makam, akibatnya
akan se~perti apa yang terjadi pada Subaru dan di~riku.”

Menyelesaikan kata-kata Garfiel, Roswaal membentangkan tangannya. Itu bertujuan untuk


memamerkan tubuhnya yang masih dibungkus perban bersimbah darah….. Ya, untuk
menunjukan hukuman bagi seseorang yang memaksa masuk ke dalam Makam.

“Aku merasa kalau kekejaman hukumannya sangat berbeda antara apa yang kau dapat
dengan apa yang aku dapatkan…. Dibandingkan dengan diriku yang hanya masuk ke
dalam, apa yang kau lakukan pasti lebih buruk kan?”
“Lebih buruk, seperti apa?”

“Secara ilegal kencing di sebelah pintu masuk atau semacamnya. Itu pasti akan membuat
pengelola Makamnya marah.”

“Kalau be~gitu, Subaru pasti sudah jatuh te~pat di mana air kencingku berada,
se~pertinya.”

Sarkas Subaru di balas dengan jawaban sarkas pula, Subaru memperlihatkan wajah jijik
ketika dia dengan cepat menepuk-nepuk seluruh pakaiannya. Melihat reaksi Subaru,
Roswaal merilekskan pipinya dan mengatakan, “Ta~pi….” sambil menggelengkan
kepalanya,

“Fakta bahwa kita menderita dampak yang berbeda meskipun sama-sama ditolak…. A~ku
kagum kau menyadarinya. Benar, lu~ka-lukaku lebih hebat dibandingkan luka-luka Subaru.
Tapi alasannya sangatlah sederhana….”

“……Gerbang… Mana meluap.”

Kata-kata Roswaal dipotong oleh jawaban tersebut. Menoleh ke asal suara tersebut, adalah
Emilia yang menutupi bibirnya dengan jarinya. Dia berpikir dengan pandangan menunduk,
sambil bermain-main dengan ujung rambut peraknya.

“Ketika aku memasuki Makam, aku merasakan suasana yang sangat tidak nyaman
mengenai tempat itu. Rasanya seperti Gerbangku dicampuri oleh sesuatu atau
semacamnya. Mungkin karena aku memenuhi persyaratannya, mereka melepaskanku…
tapi jika itu adalah seseorang yang tidak bisa memenuhi persyaratannya, gangguan
tersebut pasti akan memperlihatkan taringnya.”

Ada sebuah perubahan dari keyakinan kata-kata Emilia, dan sedikit demi sedikit, nadanya
dipenuhi dengan kekuatan. Emilia mengangkat wajahnya, dan pupil keunguannya menatap
ke arah Roswaal yang nampak menyedihkan.

“Gangguan tersebut menyerang targetnya melalui Gerbang…. Yang artinya, semakin besar
Gerbang seseorang, semakin besar gangguan yang akan mereka terima.”

“Jawaban sempurna. De~ngan seseorang seperti diriku….. tidak meledak saja itu sudah
menjadi sebuah kea~jaiban.”

Dengan santai mengatakan sesuatu yang mengerikan lagi, Roswaal melirik ke arah Subaru
dengan sebelah matanya, dan mengatakan “Bagus kau tidak memiliki bakat”, dengan agak
menjengkelkan.
“Jadi pada dasarnya, pengguna sihir atau orang yang berbakat bisa hampir mati karena hal
itu. Tapi aku hanya kehilangan kesadaran, jadi adalah hal yang bagus aku tidak layak
menjadi pengguna sihir huh…”

“I-itu benar tapi…. menggambarkan dirimu seperti itu, bukankah itu sedikit menyedihkan?”

“Aku sudah terbiasa mengetahui kalau ada yang tak bisa kulakukan dan tak bisa kuraih.
Benar, aku hanya akan menggunakan apa yang bisa kulakukan untuk menunjukan cintaku
pada Emilia-tan. Untuk sekarang, bagaimana kalau kita memulai dengan bisik-bisik cinta?”

“Setelah Pemilihan Raja selesai dan semuanya menjadi tenang, mungkin aku akan
mempertimbangkannya.”

“Setidaknya itu 3 tahun kemudian?”

Meskipun tidak ada jaminan kalau Emilia akan mendengarkannya…. Menanggapi Emilia
yang kejam, Subaru menyusutkan bahunya. Lalu dengan “Tapi…”, dia melanjutkan,

“Mengesampingkan Kualifikasi dan lain sebagainya, ruang yang bisa membunuh pengguna
sihir… aku tidak tahu siapa orang yang ada di baliknya, tapi itu terdengar seperti sesuatu
yang sangat bajingan.. aku tidak tahu lagi bagaimana harus mendeskripsikannya.”

“Mengingat kalau itu dikelola oleh generasi keluarga Mathers, orang yang memasang
mekanisme si~hir itu pasti salah satu dari le~luhurku.”

“Ah, itu tidak bagus…. iya kan? Tapi, tunggu… bukankah itu artinya kau memiliki kesan
yang sama persis dengan leluhurmu? Seperti bereinkarnasi melalui garis keluarga Ros-chi
atau semacamnya.”

Ketika satu generasi mati, generasi selanjutnya akan dirasuki oleh kesadaran dari
pendahulunya, dan seterusnya dan seterusnya seperti garis keluarga boneka… Hanya
memikirkannya saja sudah terlalu mengerikan, dan Subaru dengan cepat menggelengkan
kepalanya untuk mengeluarkan semua hal itu dari dalam pikirannya. Tapi mendengar kata-
kata Subaru, Roswaal tertawa seolah-olah baru saja mendengar sebuah lelucon.

“Ada keluarga yang meneliti si~hir semacam itu, mes~ki begitu, mereka sudah dikalahkan
dan sudah hancur dulu sekali…. Dan juga, saat kau menyebutnya “ruang yang dapat
membunuh pengguna sihir”, sebenarnya sudah ada nama yang lebih akurat.”

“Yang mana itu……. adalah??”


“Sederhananya…. tempat itu dipenuhi dengan Racun Penyihir. Sebuah lingkungan yang
mengerikan, yang menyalurkan Mana melalui Gerbang si penyusup dan membuat si
penyusup gila. Itulah yang dise~but Racun.”

(T/N : Witch‟s Miasma, gatau apa arti yang pas, jadi saya artikan Racun Penyihir.)

Racun, Subaru mengernyitkan dahinya mendengar kata-kata tersebut, seolah-olah sedang


mencari memori dari sesuatu yang pernah dia dengar sebelumnya. Tepat, dia mendengar
kata itu dari…..

“Cerita Penyihir Kecemburuan… Tempat di mana dia disegel, diselimuti oleh Racun itu,
atau semacamnya…”

“Be~nar, kau tahu soal itu, iya kan? We~ll itu adalah cerita yang sangat terkenal. Bahkan
sampai sekarang, Kuil Batu Segel di mana Penyihir Kecemburuan disegel masih dipenuhi
dengan racun yang begitu tebal yang akan memutarbalikkan segala sesuatu dalam
pandangan seseorang. Jika racun itu menolak mereka yang tidak memenuhi kondisi
Makam, racun itu akan menyerang pikiran siapapun yang disentuhnya, menghancurkan
daging mereka, dan merusak jiwa mereka, sebuah fenomena dari kebencian yang begitu
nyata dan murni. Bahkan pengikut kepercayaan Pemuja Penyihir yang mencari cara untuk
menghidupkan kembali Penyihir Kecemburuan, tidak bisa mendekatinya, atau begi~tulah
ceritanya.”

“Bahkan para Pemuja Penyihir itu tidak bisa masuk huh… Ah, tentu saja mereka tidak bisa.
Jika mereka bisa berjalan masuk begitu saja dan membuka segelnya dengan disaksikan
semua orang, mereka pasti sudah menang, iya kan?”

Kebangkitan Penyihir… Subaru ingat akan Petelgeuse yang meneriakkan tujuan


tertingginya itu.

Bahkan orang gila yang dengan tulus meneriakkan cintanya itu, tidak bisa mengambil
tindakan secara langsung untuk menyelamatkan sang Penyihir. Itu mungkin karena
pertimbangan kalau wujud aslinya adalah roh dan juga karena dia tidak akan berdaya di
hadapan racun tersebut.

“Bagai~manapun, karena hal itu, Segel Penyihir dibuat agar tidak bisa didekati karena
adanya Racun Penyihir itu sendiri. Bahkan jika seseorang ingin mendekati Kuil, mereka
harus menyelinap melewati pengawasan Sage Shaula di Menara Pe~ngawas.”

“Aku pernah mendengar nama itu, Sage Shaula. Itu adalah Sage kedua yang aku ketahui…
Flugel, dan kemudian ada Shaula.”
Bagaimana mereka bisa dipanggil dengan julukan itu, Subaru bertanya-tanya. Mungkin ada
sesuatu tentang mereka yang berbeda dari orang lain? Melihat keragu-raguan Subaru,
Roswaal sedikit tersenyum,

“Flugel, maksudmu, po~hon besar Flugel itu? Mes~kipun dia juga di panggil Sage, tapi
membandingkannya dengan Sage Shaula, itu akan sedikit kasar.”

“Kenapa begitu? Mereka berdua kan Sage, kau seharusnya tidak bermain Sage favorit. Aku
berhutang cukup banyak pada Flugel-san kau tahu, jadi jangan hina Flugel-san di
hadapanku.”

Apapun alasannya, Sage tersebut sudah banyak membantu saat mereka bertempur
melawan Paus Putih.

Flugel-san mungkin tidak akan pernah membayangkan kalau 400 tahun kemudian, pohon
yang dia tanam akan ikut andil dalam mengalahkan seekor monster. Entah dia senang atau
tidak, itu sudah masalah yang berbeda.

“Dengan pohon sebesar itu, bagiannya yang patah pun mungkin bisa digunakan untuk
banyak hal…. well, meskipun ada kemungkinan juga pohon itu diledakkan oleh bom
waktu?”

“A~ku punya perasaan kalau bukan bagian yang patah saja yang kita hadapi.
Bagaimanapun…. Emilia-sama…”

Mengalihkan pandangannya dari Subaru yang memegang dagunya, Roswaal menoleh ke


arah Emilia, ketika dia memanggilnya. Mendengar hal tersebut, Emilia mengangkat
wajahnya dan menjawab “En”,

“Kembali ke topik sebelumnya, dibandingkan dengan apapun, ba~guslah kau berhasil


terpilih. Itu artinya Emilia-sama bisa mengikuti Ujian di dalam Makam. Kalau begitu, hanya
ada satu hal yang harus kutanyakan.”

Serius dan pelan, nada jahil yang tadi terdengar, telah menghilang dari suara Roswaal.
Menanggapi hal ini, Emilia juga menatapnya dengan tatapan serius, dia balik menatap ke
arah Roswaal.

“Sederhananya…. Apa kau bersedia menerima Ujiannya?”

Ketika pertanyaan singkat tersebut terdengar di dalam ruangan, bibir Emilia mengatup erat
dan terdiam.
Hal ini tentu saja sangat wajar. Apakah dia memiliki Kualifikasi atau tidak, sudah bisa
dipastikan. Jadi sudah sewajarnya, hal itu akan diikuti dengan pertanyaan ini, tapi,

“Sebelum dia menjawab, aku ingin bertanya sesuatu. Ujian, apakah itu adalah sesuatu
yang harus dia yang mengikutinya?”

Sebelum Emilia bisa menyuarakan jawabannya, selangkah di depannya, Subaru sudah


mengangkat tangannya. Mendengar pertanyaan tersebut, di sisi Roswaal, sebuah emosi
berbahaya terpancar di pupil Ram, namun Roswaal mengangkat tangannya untuk
menghentikan Ram.

“Kupikir ini memang se~suatu yang akan kau tanyakan. Tanpa mengikuti Ujian, mereka
yang memiliki Kualifikasi tidak akan bisa meninggalkan Sanctuary. Sejauh ini, kau pasti
sudah mendengarnya dari Gar~fiel?”

“Ya, aku dengar begitu. Tapi, itu bukan alasan kalau Emilia-tan yang harus mengikutinya
kan? Situs makam Penyihir Keserakan itu adalah tempat yang curang, tidak ada yang tahu
bahaya jenis apa yang bisa terjadi di sana. Mengirim seorang kandidat penting Pemilihan
Raja, Emilia-tan, ke tempat semacam itu, apa memangnya yang kau pikirkan?”

“O~mu, we~ll, itu adalah sanggahan yang wa~jar. Jika kita hanya perlu seseorang untuk
mengikuti Ujian itu, ma~ka, ada orang lain lagi yang juga terpilih…. Jika hanya itu saja,
tidak masalah kalau Garfiel yang akan mengi~kutinya.”

“Hah? Aku? Aku tidak masalah. Aku akan menantang Ujiannya dan melewatinya, itu akan
jadi seperti „Barubarumoa-kanan-kanan-kiri‟ dan aku lulus yeah?”

Seperti mengaduk air, Garfiel menunjuk ke arah dirinya sendiri menggunakan ibu jarinya,
dibarengi dengan sebuah senyum yang memperlihatkan gigi-giginya. Melihat bagaimana
Garfiel seperti hanya mendengar bagian kedua dari kata-kata tersebut, Subaru
mengabaikan jawaban bodoh itu dan mencoba fokus pada aspek yang lebih reliabel dalam
pernyataan Roswaal.

Sebenarnya, akan sangat bagus kalau Ujian itu adalah sesuatu yang bisa diikuti oleh
siapapun, karena tidak mesti Emilia yang harus mengikutinya. Lalu, akan lebih bagus lagi
kalau seseorang yang terpilih dan juga lebih bisa diandalkanlah yang mengikutinya.

….. Skenario terburuknya, dianugerahi Kualifikasi untuk mengikuti Ujian itu, itu juga tidak
masalah kalau Subaru yang harus mengikutinya.

“….. Nyaa, itu akan jadi sedikit sulit.”


Itu adalah sebuah suara yang berasal dari pintu masuk rumah, sebuah suara yang bukan
milik siapapun yang ada di ruangan tersebut.

Dengan memunggungi pintu, Subaru menyentak kepalanya kaget ketika mendengar suara
yang tidak familiar itu. Saat ini berada dalam pandangan Subaru, Garfiel, yang bersandar di
dinding sebelah pintu, melambaikan tangannya di depan wajah.

“Bukan aku, itu adalah nenek sihir di sana.”

Mengatakan hal tersebut, Garfiel memberi isyarat dengan melambaikan tangan ke


sampingnya. Menghentikan pandangannya di sana, Subaru melihat di samping tubuh kurus
Garfiel, terdapat bayangan yang bahkan lebih kecil lagi.

“Siapa yang kau sebut nenek sihir? Tidak pernah kehilangan kata-kata, betapa busuknya
bocah yang aku besarkan ini!”

Dengan rambut panjang berwarna pink yang terurai, seorang gadis kecil mengatakan hal
tersebut dengan sikap seperti orang dewasa.

Dengan karakteristik yang terbentuk dengan sempurna, dia adalah seorang gadis kecil
dengan wajah yang manis. Usianya kira-kira seumuran Petra, sekitar 11 atau 12 tahun.
Rambut pinknya sedikit bergelombang, dan tekstur lembutnya memberikan kesan ringan
dan halus. Mengenakan jubah „hitam‟ longgar yang tumbuh lebih besar dibandingkan
orangnya, dengan lengan baju panjang menggantung yang tidak menyisakan tempat untuk
tangannya terlihat, dia memiliki sebuah kesan nakal.
Terlebih lagi, menilai dari bagaimana dia memanggil Garfiel…

(T/N : di Raw bahasa Inggrisnya dia memakai jubah putih, tapi diilustrasinya dia memakai
jubah hitam, jadi saya pikir ada kesalahan di Raw nya, dan saya ubah jadi hitam.)

“Meskipun aku selalu berpikir kalau kau akan muncul suatu hari nanti, aku tidak pernah
berpikir kalau kau akan muncul di sini, nenek-Loli….”

“Apa-apaan itu? Aku merasa seperti baru dipanggil dengan sesuatu yang bertentangan
dengan keinginanku, atau hanya perasaanku saja?”

“Umm, aku sering mendengar Subaru menggunakan kata Loli ketika memanggil Beatrice….
jadi itu artinya kecil, iya kan?”

Melihat keheranan Subaru, gadis kecil itu melihat ke arahnya dengan ekspresi tidak
senang.
Hanya dari gumaman Emilia, pengetahuan modernnya adalah sebuah bukti betapa
tingginya poin pengalaman dalam interaksinya dengan Subaru, mendengar hal itu, Subaru
mengangkat satu jarinya.

“Yep, benar sekali Emilia-tan. Lebih spesifik lagi itu berarti anak kecil yang berada di luar
jangkauan penaklukanku. Mengkombinasikan Loli dengan nenek-nenek, kita mempunyai
apa yang dari luarnya terlihat seperti anak kecil tapi berisi seorang nenek-nenek di
dalamnya, menciptakan sebuah KOLABORASI ajaib. Meskipun sejak awal aku tidak tertarik
dengan Loli, aku benar-benar mengerti kelicikan dari Gap-Moe!”

“Gyappumoe?”

“Gadis yang biasanya terlihat seperti tipe Onee-san yang mengagumkan, tapi di beberapa
tempat benar-benar kekanakan dan kurang dalam hal pengetahuan umum ataupun jujur
sehingga mudah ditipu, juga bisa dianggap sebagai Gap-Moe.”

Mendengarkan rangkaian kata-kata Subaru dengan cepat, Emilia dengan “Jadi ada juga
gadis seperti itu….”, membawa satu jarinya ke bibir seolah-olah menanggapinya dengan
serius.

Saat Emilia tidak sadar kalau ciri-ciri itu mengacu kepada dirinya, sehingga membuat
dirinya terlihat begitu menawan, orang lain yang dipanggil dengan kata itu juga terlihat
jengkel,

“Lalu? Aku tidak tahu apa Loli itu, dan apa-apaan kau terus memanggilku nenek nenek
nenek? Untuk pertemuan pertama, kau adalah pria yang bahkan lebih kasar dibandingkan
Ros-bo.”

“Oooo, maafkan aku yang kasar ini, nona. Namaku Natsuki Subaru! Saat ini aku adalah
seorang pemburu Mabeast yang berdebar-debar. Well, meskipun biasanya bukan aku yang
melakukan serangan terakhir.”

Mengatakan namanya dengan semangat tinggi dan sebuah acungan jempol, perkenalan
diri itu sedikit meruncing di bagian akhir. Dan kemudian, mengulurkan tangannya ke arah
gadis itu dengan wajah curiga, “Dan kau?”, tanya Subaru,

“Nah, karena aku sudah memberitahu namaku, aku berharap kau juga memperkenalkan
dirimu. Sebuah PROFILE yang sederhana, ketertarikan x kemampuan khusus.
Menyebutkan beberapa CHARM-POINTs mu juga tidak apa-apa.”

“….. Lewes Meyer. Kurang lebih aku adalah perwakilan dari Sanctuary ini.”
Mendengar gurauan Subaru, nenek-Loli…. Orang yang menyebut dirinya Lewes itu,
mengulurkan jarinya melalui lengan baju dan menggaruk dahinya.

“Aku tidak menyadarinya ketika kau sedang tertidur, tapi lebih dari kasar, kau itu lebih
seperti bajingan kecil. Aku merasa kalau aku tidak seharusnya repot-repot meminjamimu
ranjang.”

“Ranjang, ranjang di mana aku tertidur tadi?”

“Ya, itu adalah rumah Lewes-san. Rumahnya ada di dekat Makam, jadi Garfiel
membawamu ke sana…. Terima kasih banyak untuk yang sebelumnya.”

Lalu, melihat Emilia menundukan kepalanya, Lewes menggelengkan kepalanya perlahan.


Menilai dari interaksi itu, mereka berdua sepertinya sudah bertemu ketika Subaru sedang
pingsan.

Bagaimanapun, memang benar kalau Lewes telah membantunya.

“Aku tidak tahu hal semacam itu, maaf atas kata-kata kasar yang aku ucapkan. Ranjang itu,
meminjamkannya padaku untuk membantuku adalah hal yang sangat hebat. Aku memang
telat mengatakannya, aku benar-benar minta maaf!”

“… Itu, benar-benar membuatku takut. Gar-bo tidak pernah minta maaf sejujur itu.
Natsuki….. Subaru kan? Kalau begitu itu akan menjadi Su-bo.”

“Itu terdengar sedikit seperti permulaan dari sebuah acara ramalan cuaca, tapi tidak
masalah. Sebagai gantinya, izinkan aku memanggilmu Lewes-san.”

Setelah Subaru menyampaikan rasa terima kasihnya, ekspresi jengkel milik Lewes pun
menghilang. Karena mereka dengan damai sudah memutuskan bagaimana harus
memanggil satu sama lain, Subaru melanjutkan dengan “Jadi….”

“Nah, Lewes-san, tadi kau bilang akan ada masalah, apa maksudnya itu? Kalau Garfiel
mengambil Ujiannya apakah akan jadi masalah?”

“Kau mengubah nadamu dengan cepat. Ahh, itu, itu akan jadi masalah, masalah yang
cukup besar. Sebenarnya, jika mereka yang berasal dari Sanctuary menantang Ujian itu, itu
bisa merusak Kontraknya.”

“Kontrak lagi….”
Dengan semua Kontrak dan Perjanjian yang terus bermunculan, membatasi ini itu, Subaru
memberikan tatapan muak ke arah Roswaal. Dan, menerima tatapan itu, Roswaal
mengangkat bahunya,

“Sa~yangnya Kontrak ini tidak ada hubungannya dengan keluarga Mathers… Well, aku
seharusnya tidak bilang ti~dak ada hubungannya, tapi kami bukan pemain utamanya di sini.
Mak~sudku, keluargaku hanya punya peran pen~dukung di dalamnya.”

“Kata-kata pembelaanmu sangat bagus, sekarang cepat katakan. Isi detail dari Kontrak
tersebut, dalam 3 kalimat!”

“Ke~rasnya. We~ll, sederhananya, syarat untuk kebebasan para penghuni Sanctuary


adalah lulus dari Ujian, tapi Ujian itu sendiri hanya bisa ditantang oleh seseorang dari luar
yang memiliki Ku~alifikasi. Artinya, situasi saat ini….”

“Aku adalah satu-satunya orang yang bisa melakukannya, apa itu benar?”

Memahami akhir dari penjelasan Roswaal, Emilia menyelesaikan kata-kata yang diucapkan
Roswaal. Roswaal mengangguk sebagai bentuk konfirmasinya, dan menoleh ke arah
Lewes.

“Bah~kan, inilah yang dipahami dari para penghuni Sanctuary. Mereka mengharapkan
Emilia-sama menantang Ujian ini dan berharap kalau Emilia-sama bisa menga~tasinya.”

“Aku tidak ingin kalian berpikir kalau aku ragu-ragu ketika menanyakan hal ini, tapi
kesimpulannya, jika seseorang selain diriku menantang Ujian itu, apa yang akan terjadi?”

Pupil keungunan Emilia beralih menatap Garfiel, menanyakan hal tersebut. Dan, Lewes
yang menjawabnya, mengatakan, “Kalau untuk itu…”,

“Sampai sekarang, setidaknya selama aku hidup, tidak ada seorangpun yang pernah
menantang Ujian ini. Jadi tidak ada yang tahu. Entah penghuni atau orang luar, tidak ada
seorangpun yang pernah menantangnya.”

“Tidak seorangpun, sampai sekarang? Aku takut untuk menanyakannya tapi, Lewes-san…
Berapa usiamu?”

Menilai dari keadaan nenek-Loli ini, jawaban untuk pertanyaan Subaru tadi mungkin adalah
sesuatu yang benar-benar mengerikan. Tapi, Lewes mengatakan, “Bukan seperti itu”, dan
kemudian, seolah-olah memandang sesuatu yang begitu jauh,
“Setidaknya aku tidak tahu kapan tempat ini pertama dibangun. Tapi paling banyak, kupikir,
adalah 110 tahun.”

“Terlalu banyak!! Paling tidak itu adalah yang tertua dari sekian banyak orang yang kutemui
sejauh ini.”

Well, itu jika kau mengesampingkan Roh dan tubuh spiritual Penyihir. Mencatat hal ini,
Subaru menoleh ke arah Emilia dengan tatapan cemas. Tapi bahkan setelah ditatap oleh
tatapan itu, semburat kegelapan di ekspresi Emilia sama sekali tidak hilang dari wajahnya.

“Setidaknya aku paham sekarang. Bagaimanapun, jika aku tidak lulus Ujian itu, maka aku
tidak bisa meninggalkan Sanctuary. Jadi aku akan menerimanya.”

“Wajah heroik Emilia-tan ketika membuat keputusan memang benar-benar menawan, tapi
mungkin akan lebih baik kalau kita memikirkan beberapa strategi untuk jaga-jaga?
Temukan jalan pintas atau jalan keluar terlebih dahulu, dan itu tidak akan terlambat untuk
melakukan tantangannya, kurasa.”

“Kau seharusnya tidak melemahkan antusiasme seseorang ketika mereka sudah begitu
bersemangat, itu sungguh tidak pantas, kurasa.”

Tapi, ketika Subaru mencoba menjauhkan Emilia dari kemungkinan bahaya, Emilia pun
cemberut dengan ekspresi tidak setuju. Dan menerima tatapan penuh celaan itu,

“Coba pikir, bukankah ada sesuatu yang mencurigakan tentang bagaimana kita dibawa
untuk mengikuti semua ini? Sebenarnya, aku tidak bisa menyingkirkan perasaan kalau ada
sesuatu yang salah. Seluruh situasi ini terlihat seperti sudah terencana, seperti semua yang
ada di sepanjang jalan kita sudah disusun sebelumnya, dan bahkan sekarang apa polisi
lalu lintas di dalamnya.”

“Aku tidak bisa memahaminya. Subaru terkadang mengatakan hal-hal yang saaaaaangat
membingungkan.”

“Aku tidak mendengar siapapun mengatakan sesuatu yang membingungkan saat ini…”

Melihat Emilia menajamkan tatapannya pada interaksi mereka yang biasanya, Subaru
dengan cepat menepukkan tangannya dan mengatakan, “Tidak tidak tidak”,

“Lupakan bagian itu, maksudku, aku benar-benar merasa kalau seluruh situasi ini entah
kenapa seperti sudah diatur sebelumnya. Darah campuran tidak bisa pergi, kemudian
menominasikan Emilia-tan untuk maju dan lain sebagainya. Dan kemudian bilang kalau
semuanya sudah dipahami dan menyetujuinya.”
“Diatur, oleh siapa?”

“Siapa, mungkin hanya ada satu orang.”

Menanggapi pertanyaan Emilia, tepat di sana, Subaru mendadak berputar. Dan di ujung
jarinya yang berputar, mengarah kepada….

“Kau, ya kan?”

“Huh? Aku?”

“Ah salah, maaf berputarnya terlalu jauh. Ini dia ini dia….. Kau, kan Roswaal?”

“Tidak adakah yang bisa lebih cero~boh lagi.”

Tersenyum pahit, Roswaal memberikan penilaiannya terhadap pergerakan Subaru. Namun


segera setelahnya dia menutup sebelah matanya, dan menatap Subaru dengan pupil
kuningnya.

“Bagai~manapun juga, pengamatanmu sangat baik seperti biasanya. Memang benar, aku
meng~harapkan situasi ini dan memba~wanya. Meski tentu saja, aku tidak ikut campur
pada ta~hapan itu sendiri.”

“Aku rasa, aku paham sekarang.”

Menaikkan alisnya menanggapi kata-kata Roswaal, Subaru nampak memahami maksud


Roswaal. Tidak ikut ke dalam percakapan itu, Emilia terlihat bingung dan mencoba
mendengarkan apa yang akan terjadi di balik semua itu.

“Pertama, kupikir sangat aneh Roswaal bisa terluka. Dari awal, kau pasti sudah tahu kalau
kau tidak terpilih untuk mengikuti Ujian. Hal ini seharusnya sudah sangat jelas mengingat
tempat ini dikelola oleh keluarga Mathers, dan kau kenal dengan Garfiel,

“Itu… benar. En tepat sekali.”

“Jika memang benar begitu, Roswaal seharusnya tahu apa yang akan terjadi padanya
setelah ditolak oleh Makam. Meski begitu, kenapa dia masuk ke dalam? Apakah itu karena
kemarahannya terhadap dunia untuk alasan yang tidak masuk akal? Ataukah karena dia
sudah mencapai batasan dalam menahan sifat masokisnya? Meskipun keduanya sangat
memungkinkan, aku tidak berpikir kalau itu adalah salah satu di antara mereka.”
“O~~y, O~~y. Apakah itu ke~san yang kumi~liki di mata Subaru-kun?”

Melihat Roswaal dengan sengaja mengabaikan poin utamanya dengan reaksi tersebut,
Subaru mengangkat satu jarinya, “Dengan kata lain..”,

“Terluka seperti ini memang sesuai dengan tujuan Roswaal, dan juga memiliki beberapa
makna. Dan makna tersebut kemungkinan… berhubungan dengan Pemilihan Raja, kupikir.”

“…..”

“Tapi aku ingin bertanya… Penduduk desa Arlam, saat ini mereka berkumpul di Katedral
kan?”

Subaru tiba-tiba mengganti topiknya, dan menoleh ke arah Ram yang berdiri di sebelah
Roswaal. Masih terdiam, dia sedikit mengangguk menarik dagunya ke dalam, dan
kemudian,

“En, ya. Para penduduk desa berkumpul di Katedral… ditahan oleh para penghuni
Sanctuary.”

“Jadi begitu, ditahan. Sebelumnya, pembicaraan kita terpotong karena kami harus
mengunjungi Makam, tapi… Seperti apa penahanan itu? Kenapa orang-orang dari
Sanctuary merasa perlu menjadikan Roswaal sekaligus seluruh penduduk desa sebagai
tahanan rumah?”

Orang berikutnya yang Subaru pandang adalah Garfiel, yang masih bersandar di dinding.
Matanya menyipit, dan menajam menanggapi pertanyaan Subaru, kemudian mengikutinya
dengan “Itu sudah jelas kan?”,

“Kuberitahu kau, di sini kami mengalami waktu-waktu yang sulit untuk keluar. Tapi kami
tidak berada dalam mood yang bagus ketika Lord-sama dan para rombongannya datang
seolah-olah tidak masalah untuk mengesampingkan masalah kami, dan menggunakan
tempat ini sesuka mereka, kau tahu?”

“Masalahmu, maksudmu tentu saja adalah….”

“Mustahil bagi kami untuk meninggalkan Sanctuary ini menuju dunia luar.”

Melanjutkan kata-kata Subaru, Lewes menyelesaikan kalimat tersebut. Ekspresi suram dan
terbebani yang tidak cocok dengan wajahnya yang masih muda, nampak di wajahnya
ketika dia menundukan matanya dan melanjutkan dengan suara yang pelan,
“Seperti yang kukatakan sebelumnya, aku sudah hidup selama 100 tahun ditambah
beberapa dekade. Tapi, aku tidak pernah sekalipun keluar dari Sanctuary ini.
Bagaimanapun, mengikuti Kontrak ini semenjak aku dilahirkan, aku memang sudah terikat
dengan tempat ini. Dan untuk alasan itu, aku setengah menyerah…. dan setengah menolak
melepas harapan itu.”

“Nenek ingin melihat dunia luar. Yang lainnya pun juga begitu. Untuk mendapat
kesempatan keluar, hal itu adalah sesuatu yang layak untuk dicoba yeah? Memiliki Lord-
sama yang melemah dan penduduk desa yang bisa kita jadikan sebagai sandera di tangan
kita, adalah sesuatu yang sangat cocok.”

Dengan kata-kata Lewes dan Garfiel, suasana di dalam ruangan tiba-tiba berubah.

Singkatnya, mereka baru saja memberitahu Subaru alasan penahanan tersebut… ya,
mereka mengakui motif di balik tindak kriminal mereka. Aspek yang tidak disadari oleh
Subaru sampai saat ini, adalah hubungan di antara dia dan mereka, sudah berubah
menjadi seperti tahanan dan sipir penjara. Sebuah hubungan antara korban dan pelaku
kejahatan.

“Jadi, seperti itu. Kalian menjadikan para penduduk desa sebagai sandera…. agar bisa
membebaskan kalian dari Sanctuary ini.”

“Kau bisa memikirkannya sesukamu. Dan kemudian, orang yang bisa memenuhi kondisi itu
adalah….”

Seketika, kata-kata Lewes menjadi suram, ketika dia melihat ke arah Emilia.

Memahami maksud dari tatapan itu, Emilia sekali lagi menyadari posisinya,

“Aku… Maksudmu itu kan?”

Memahami alur situasinya, Emilia menutup matanya sekali lagi. Dan ketika, setelah
beberapa detik, dia membukanya kembali, tidak ada lagi kilau kebingunan di matanya.
Yang ada hanya ketetapan hati, dia telah membuat keputusannya.

“Penduduk desa, kau tidak melakukan sesuatu yang buruk kepada mereka, kan?”

“Tentu saja tidak. Jika aku memperlakukan mereka dengan kasar aku akan membuat
mereka marah. Aku lebih baik mati dari sebelum aku melakukan sesuatu seperti itu, maaf.”
Seperti itulah, kemampuan Emilia untuk menempatkan orang lain sebelum dirinya benar-
benar di luar perkiraan. Bahkan setelah dia memutuskan untuk mengahadapi bahaya Ujian
yang tidak diketahui, dia sudah khawatir dengan para penduduk desa dan yang lainnya.
Itu adalah kekuatan, sekaligus kerentanannya, saat dia seperti ini, itulah yang membuat
Subaru tertarik padanya.

“Kau terlihat tidak puas, i~ya kan?”

“…. Itu sudah jelas kan? Pada akhirnya, kami masih ikut ke dalam rencanamu. Karena kami
tidak menyadarinya saat kami terbawa, sekerang setelah kami menyadarinya, kami masih
tidak punya pilihan lain selain terus mengikutinya.”

Menggertakkan giginya dengan kesal, Subaru memasang wajah tersenyum untuk


mendebat Roswaal. Tapi kemudian dia mengingat sesuatu, dia kembali berbalik.

“Aku lupa mengatakan alasan kau terluka.”

“En en, silakan. Aku tidak akan menghalangimu.”

“PERTUNJUKAN. Atau setidaknya, itu adalah langkah pembuka.”

Melihat Subaru menggaruk lehernya sembari mengatakan hal tersebut, ekspresi Roswaal
terlihat sedikit membeku. Reaksi ini tertangkap sepenuhnya oleh sebelah mata Subaru
yang terbuka.

“Berada dalam posisi penahanan, orang-orang dari desa Arlam mungkin tidak
memahaminya dengan baik. Seharusnya mereka menentangnya. Jadi kupikir kau
menunjukan kalau ada sesuatu yang telah kau lakukan. Menjadi Raja, akan sangat hebat
kalau kau bisa menggila dan mengusir Garfiel atau semacamnya…. tapi orang-orang di
Sanctuary juga adalah orang-orangmu. Jadi kau tidak bisa melakukan itu.”

“Fumu, kalau begitu, a~pa yang akan terjadi?”

“Kau hanya bisa menerima syarat dari Garfiel dan para penghuni Sanctuary. Itu adalah,
membebaskan para darah campuran Sanctuary. Tapi ini tidak bisa dilakukan tanpa bantuan
Emilia-tan. Namun, para penduduk desa dan para penghuni Sanctuary tidak akan mau
menerima hal itu. Jadi sederhana saja…. Kau menantang Ujiannya, menunjukan kalau kau
menerima permintaan mereka dan bermaksud membebaskan mereka dari penahanan
mereka.”

“………”
“Aku tidak tahu bagaimana kau bisa memperkirakan seberapa besar dampak yang akan
kau terima dari racunnya, tapi jika kau sudah memperkirakan kalau itu tidak akan
membunuhmu, maka itu bukan lagi perjudian yang begitu besar. Semakin parah dampak
yang kau terima, semakin serius kelihatannya dan semakin banyak simpati yang akan kau
dapatkan. Dan, hal itu bisa mempersiapkan ekpektasi untuk tindakan selanjutnya yang
akan datang kepadamu.”

Jadi pada akhirnya, segala sesuatu mengenai Roswaal yang terluka hanyalah akal-akalan
untuk menjalankan tujuannya.

Sebagai Raja mereka, besarnya kekuatan Roswaal sudah diketahui dengan baik oleh para
bahawan dan penduduk desa Arlam. Jika Ujian itu bisa melukai orang seperti dia separah
itu, apa yang akan mereka pikirkan jika ada seseorang muncul dan mengalahkan Ujian itu
untuk menyelamatkan mereka?

“Itu adalah apa yang aku bayangkan bisa terjadi menilai dari kesanku terhadap sifat
oportunismu yang jahat, jadi bagaimana dengan jawabannya?”

“…. Ee~yaa~~, aku terkejut. Ini, sungguh a~mat mengagumkan. Ini baru beberapa hari,
ta~pi apa-apaan yang sudah terjadi pa~damu?”

Roswaal tertawa dari dalam tenggorokannya menanggapi kata-kata Subaru dan


menghujaninya dengan pujian.

Dan menepukkan tangannya, dengan sebuah senyum yang setiap hari melekat di
wajahnya,

“Sa~ngat mengagumkan. Jawaban yang hampir sempurna. Aku tidak bisa membayangkan
bagaimana kau bisa membacanya sejauh ini. Bagai~manapun juga, aku memang tepat
me~ngambilmu.”

“Langitnya~~. Aku mau muntah.”

Melihat wajah Roswaal yang nampak seperti bersyukur, menandakan kalau kesimpulannya
sudah dikonfirmasi, Subaru berpaling tidak bisa menyembunyikan rasa muak di dadanya.

Melihat tujuan Roswaal, melihat dirinya yang bisa membaca tujuan itu, melihat fakta bahwa
tujuan itu adalah untuk keuntungan Emilia…. dan, memikirkannya, jauh di dalam hatinya,
Subaru mengakui kalau itu semua terlalu menjijikkan.

Tidak sadar akan Subaru dan tindak kejahatan Roswaal, Emilia masih sibuk dengan Lewes
dan Garfiel membicarakan topik tentang Ujian.
Menatapnya dari belakang, Subaru bertekad tidak akan membiarkannya mendengar kata-
kata itu, apapun alasannya.

Sudah cukup kalau dia bisa terus melihat ke depan.


Murni dan mulia, Subaru tidak ingin Emilia tahu tujuan gelap yang ada di belakangnya.

Jika Subaru harus menutupi dirinya dengan lumpur sehingga Emilia bisa dihujani dengan
pujian, itu semua sangat layak.

Dalam Pemilihan Raja, Emilia belum melakukan apapun yang dianggap penting sejauh ini,
dan juga tidak memiliki pijakan yang kokoh untuk berdiri.

Jika Pemilihan Raja bagi dirinya dimulai di Sanctuary ini, Subaru akan melakukan apapun
untuk membantunya.

Dengan tekad yang baru dan ketetapan hati yang kuat, Subaru telah memutuskan.

Lalu, ketika Subaru mengepalkan tangannya, di belakangnya, mempercayakan seluruh


berat tubuhnya pada ranjang,

“….. Hampir, benar. Meskipun tidak hanya ada satu alasan aku me~masuki Makam.”

Diam-diam berbisik, itu adalah suara yang hanya bisa didengar oleh maid berambut peach
yang berada di sebelah ranjang, dan, mendengarnya, gadis itu hanya bereaksi dengan
merendahkan tatapannya.
Chapter 14 : Pertanyaan Dan Jawaban.

“Kau mengalahkan Paus Putih dan memukul mundur Pemuja Penyihir yang menargetkan
daerah kita. Entah itu membentuk aliansi dengan Crusch-sama atau pertarungan tersebut,
pencapaianmu sudah sangat berkembang… Fu~mu.”

Tanpa sadar semakin membenamkan berat tubuhnya di atas ranjang, Roswaal menyentuh
dagunya dan menutup matanya. Mengucapkan kalimat tersebut dari mulutnya, dalam
percakapan dengan Subaru di tengah malam ini, mereka membicarakan berbagai hal yang
terjadi selama ketidakhadiran Roswaal.

Dan Subaru, menekan kebiasaan buruknya yang suka memplesetkan pembicaraan, dia
mencoba yang terbaik untuk menghilangkan bualan dan cerita-cerita yang menyedihkan,
dia memberikan sebuah penjelasan yang dia pikir adalah penjelasan paling objektif dari
semua kejadian tersebut. Lalu, melihat tingkah laku Subaru sekali lagi,

“… Terus terang, kau nampaknya sudah melakukan banyak hal yang mulai membuatku
ragu apakah kata-katamu itu benar-benar sebuah khayalan atau tidak. Sejak kapan kau
menjadi seorang aktor dalam sebuah sandiwara aksi-petualangan, Barusu?”

“Apa yang baru saja kau katakan memberi sebuah sensasi tajam yang tidak bisa
kujelaskan, kau tahu….. meski begitu, aku juga kadang masih bertanya-tanya bagaimana
aku melakukan semua itu seorang diri. Tapi entah itu penilaianku ataupun penilaian orang
lain, itu bukan kontribusi yang kecil kan?”

Itu adalah hasil yang bahkan Kong-Ming pun tidak akan berani untuk mencanangkannya.
Dan meskipun dengan sarkasnya yang dingin, sepertinya Ram juga mengakui arti dari
pencapaian Subaru. Jadi sedikit demi sedikit, semangat Subaru pun kembali bangkit.

“Sebuah hasil yang melebihi semua ekspektasi, tidak ada cara la~in lagi yang lebih tepat
untuk menyebutnya. Sung~guh sebuah prestasi, bahkan aku…. atau, bahkan tidak
seorangpun yang pernah membayangkannya.”

Seolah-olah selesai mencerna semua kekagumannya, Roswaal mengucapkan kata-kata


penuh pujian tersebut. Lalu, dengan ekspresi serius yang sangat langka, matanya yang
memiliki warna tidak sama, menatap Subaru yang duduk di kursi di depan ranjangnya.

“Per~tama-tama, aku sekali lagi ingin menyampaikan rasa te~rima kasihku….. Karena telah
melindungi daerahku dan orang-orangku, aku benar-benar sangat berterimakasih.”
“Ah, ah oh. Yeah, bagaimana aku mengatakannya uh… mendengarmu mengatakan itu
benar-benar membuatku ingin bergulung menjadi bola. Itu bukanlah masalah besar atau
semaca…..”

“Sepertinya Barusu sedikit tidak bisa memahami keseriusan dari kata-kata terima kasihmu,
Roswaal-sama.”

Saat Subaru menghentikan kata-kata terima kasih Roswaal, Ram melangkah ke depan dan
menyelanya. Matanya yang bening dan tidak goyah, menatap Subaru.

“Menyela atasanmu, apalagi menolak kata-kata terima kasihnya, sebenarnya adalah hal
yang tidak biaa dimaafkan. Selain itu, sebagai seorang Margrave, Roswaal-sama adalah
seseorang yang membawa kekuatan dari seluruh sayap kerajaan Lugunica…. Kata-kata
terima kasih darinya membawa nilai yang jauh lebih berbobot daripada yang Barusu
bayangkan.”

“……”

“Dari posisi Roswaal-sama, dia seharusnya tidak perlu repot-repot memperhatikan


seseorang yang berada di bawahnya, dan memberikan ucapan terima kasih. Mengabaikan
semua itu, tolong pertimbangkan makna kata-katanya.”

Seperti sebuah tamparan, Ram mengucapkan kata-kata yang menyapu habis pemikiran
optimis Subaru yang berlebihan. Mendengarnya tanpa mampu sedikitpun menjawab,
Subaru menundukan kepalanya. Lalu, mengatakan “Tidak~ tidak~”, Roswaal dengan
enteng melambaikan tangannya seakan-akan melerai mereka.

“Cara Ram mengatakannya sedikit terlalu berlebihan. Kata-kataku tidak memikul nilai
seba~nyak itu.”

“Roswaal-sama.”

Mendengar panggilan cemas Ram, Roswaal mengangguk, dan dengan “Bagaimanapun…”,


dia melanjutkan,

“Mengesampingkan bobot dari kata-kata terima kasihku karena status sosial yang kumiliki,
bobot dari apa yang Subaru-kun capai sudah sangat jelas di mata siapapun. De~ngan
demikian, jika aku tidak memberimu penghargaan dengan pantas, kau bisa de~ngan
mudah membayangkan kekecewaan dan penghinaan orang yang akan ditujukan pa~daku.”

“…. Lalu, apa yang akan kau lakukan untukku?”


“Sebuah penghargaan yang pantas…. Subaru-kun, apa kau ingat apa yang terjadi di aula
Pemilihan Raja?”

Melihat tenggorokan Subaru tersedak, Roswaal pun memicingkan matanya.

Ketika tatapan tersebut menatapnya, apa yang terlintas di pikiran Subaru adalah ingatan
menjijikan yang bahkan membuat dadanya terbakar oleh rasa malu dan hina kapanpun dia
mengingatnya. Pernyataan yang dia buat di tempat itu, kata-katanya yang sembrono,
kurangnya pemahaman, kurangnya pemahaman diri…. Omong kosong menggelikan yang
diucapkan oleh diri yang bodoh itu, bahkan membuat hal yang paling penting menjadi salah
di pikirannya.

Tapi, tetap saja, meski begitu….

“Aku ingat, itu bukanlah sesuatu yang bisa kulupakan… atau harus kulupakan, kurasa.”

“Kalau begitu, sebagai penghargaanku atas tindakanmu, bagaimana kalau aku membuat
kata-kata yang kau ucapkan di tempat itu menjadi kenyataan…. Istirahatlah, di fajar saat
kau meninggalkan tempat ini, aku akan mengangkatmu sebagai seorang Kesatria.”

Mengangkat kepalanya, untuk sejenak, Subaru tidak bisa memahami maksud di balik kata-
kata itu. Melihat Subaru merasa ragu, berkedip, Roswaal menganggukan kepalanya.

“Berjuang bersama dengan para pasukan dalam pertarungan melawan Paus Putih, dan
membunuh Uskup Agung Pemuja Penyihir, aku tidak bisa membiarkan aksi ini lenyap
begitu saja tanpa nama. Namamu, nama dari Kesatria Natsuki Subaru, akan membawa
rasa hormat dan dibicarakan dengan penuh kekaguman di seluruh negeri. Dengan
demikian, tidak ada seorangpun yang akan menertawakan kata-kata yang kau ucapkan di
aula itu.”

Berharap bisa membantu Emilia, itu semua hanyalah bualan dari seorang pemuda
bertangan kosong. Pemuda yang telah bermimpi, dan yang berkali-kali pula hancur di
hadapan realita, setelah putus asa, tenggelam dalam kegilaan, dikendalikan oleh nafsu
balas dendam sehingga membenci semua hal, dan pada akhirnya diselamatkan oleh
cinta… Sekarang pemuda itu ada di sini.

Semua yang terjadi di waktu itu, tentu saja, kata „Hormat‟ yang melewati bibir Roswaal,
pasti akan menjadi bukti kalau ada harga untuk semua itu.

…. Itu, sudah tidak tersisa lagi di pikiran siapapun selain Subaru, itu semua adalah berkat
aksi Rem.
“…. Terima kasih, aku akan menerimanya. Jika itu artinya adalah memberikan makna untuk
pertarungan yang kami lalui.”

“Itu adalah pencapaian yang patut dibanggakan, dan aku tidak akan membiarkan siapapun
menganggapnya enteng. Kau saat ini memiliki hak untuk berdiri di samping Emilia-sama
dengan wajah terangkat. Dengan kekuatanmu sendiri, kau berhasil mencapai semua ini.”

“… Itu bukan, hanya kekuatanku saja.”

Mendengarkan kata-kata Roswaal, Subaru menggumamkan hal tersebut dengan pelan.


Menyaksikan Roswaal mengernyitkan dahinya seakan tidak mengerti maksudnya, Subaru
menutup matanya dan mengambil napas dalam. Lalu, ketika dia membuka matanya
kembali, dia dengan santai mengangkat bahunya dan,

“Ini adalah percakapan yang serius oi. Harus berhati-hati ini, setelah sekian lama menjadi
karakter yang tidak semestinya, akan sangat memalukan jika kau kembali menjadi normal.
Wajahku sudah memanas!!”

“…. K~au benar. Ee~ya, e~ya, itu sama sekali tidak seperti diriku, bahkan bahuku pun
menjadi ka~ku. Dengan hubungan antara kau dan aku, berbicara dengan se~rius itu bukan
seperti kita yang biasanya.”

Seolah-olah berkaca pada Subaru yang menghentikan wajah seriusnya, ekspresi Roswaal
juga menjadi tenang, dan suasana tegang beberapa saat yang lalu pun menghilang. Dan
menyaksikan percakapan antara Subaru dan masternya, Ram menghela napas kecil, dan
dengan “Well…”, dia melanjutkan percakapan tersebut.

“Barusu, kau punya sesuatu yang ingin kau tanyakan pada Roswaal-sama kan?
Bagaimanapun juga, itulah alasan kenapa kau menjauhkan Emilia-sama dari percakapan
kita.”

“Kecerdikanmu benar-benar membantu percakapan ini terus berlanjut, itu patut dihargai….
Ini bukan seperti aku menganggap Emilia-tan sebagai seorang pengganggu, tapi
nampaknya mulut Ros-chi akan jadi kaku kalau dia ada di sini.”

Pengamatan Ram yang tepat membuat Subaru menyunggingkan sebuah senyum. Melihat
senyum itu, Ram mengarahkan pandangannya menuju tempat di mana Emilia tadi berdiri,
memastikan sekali lagi kalau hanya ada ruang kosong yang tidak berpenghuni dengan
ketidakhadiran Emilia.
“Aku meminta Lewes-sama untuk menenaminya mengelilingi Sanctuary…. Tapi ketika
Emilia-sama mendengar kalau Barusu akan tetap berada di sini, dia terlihat sedikit merasa
kesepian.”

“Meskipun aku merasa senang karena aku diandalkan, jika aku memikirkan berbagai hal
yang akan datang nanti, aku tidak bisa begitu saja mengikuti keinginan yang ada di
hadapanku. Kemungkinan besar, Emilia-tan akan bertemu dengan Otto di perjalanan. Aku
sedikit khawatir membiarkan dia bersama dengan Emilia-tan…. Si bedebah itu pasti akan
bergerak mendekatinya…. aaaah, apa yang kulakukan? Emilia-tan itu super mega
menawan, oh tidak, aku jadi khawatir!”

“Berbicara sendiri dan membuat dirimu lebih khawatir itu adalah ide yang bu~ruk, bukan
begitu? Bagaimanapun, kau ti~dak salah…. Sebenarnya, jika ada hal-hal yang aku tidak
ingin Emilia-sama mendengarnya, maka aku mungkin ti~dak akan pernah membuka
mulutku.”

Melihat Subaru mengocehkan berbagai kekhawatiran tidak berdasar, Roswaal pun


menggeleng, dan mengungkap rahasianya tanpa malu. Dan ketika Roswaal melakukannya,
Subaru menutup sebelah matanya, dan dengan “Seperti yang kuduga..”, dia pun
menyuarakan pemikirannya.

“Kau dengan sengaja membatasi informasi untuk Emilia-tan… Kau pikir, siapa yang ingin
kau tiru di sini?”

“Selektif dengan informasi itu adalah hal yang sangat diperlukan, bukan begitu? Sebagai
kandidat Pemilihan Raja, kepentingan Emilia-sama ja~uh berada di atasku. Tapi saat ini,
tubuh dan pengetahuannya tidak mampu mengimbangi kualifikasi dan stasusnya, serta
masih perlu dipoles. Jadi, saat dia masih belajar, memberikan beban terlalu banyak
padanya itu sangat tidak be~ralasan….”

“Mengatakannya seolah-olah kau adalah pria yang hanya bermaksud menyediakan


lingkungan pembelajaran yang nyaman bagi Emilia-tan, adalah cara yang menarik untuk
menyembunyikannya. Tapi meninggalkan dia di dalam kegelapan dengan situasi yang fatal,
tahu betul tapi tidak memberitahunya apa-apa, sama sekali tidak terdengar masuk akal.
Bahkan bagimu pun, itu bukanlah hal yang bagus.”

Mengetahui Roswaal sedang mencoba mengabaikannya dengan kata-kata yang bertele-


tele, Subaru menahan keingingannya untuk berdebat dan melanjutkan pencariannya
dengan suara pelan. Melihat Subaru yang tenang, Roswaal menutup sebelah matanya dan
diam-diam menatap balik Subaru.

Dengan sungguh-sungguh, satu mata Roswaal…. mata sebelah kiri dengan pupilnya yang
berwarna kuning terus menatap Subaru. Tidak sadar akan maksud dari tatapan
mengganggu itu, tubuh Subaru pun goyah. Dan kemudian, seolah-olah membaca
ketidaknyamanan Subaru, Roswaal tertawa,

“We~ll, aku sudah membayangkan kalau kau akan men~cari-cari hal ini sampai akhir, cepat
atau lambat. Itulah alasannya, kali ini aku sudah menyiapkan kepu~tusanku.”

“Keputusan?”

“Keputusan bahwa aku tidak akan lagi menghindari pertanyaan Subaru-kun, dan akan
memberikan ja~waban sekarang. Meskipun aku ingin lari, aku sudah terbebani oleh luka ini,
sekarang adalah waktu yang sempurna, iya kan?”

Dengan tawa keras dan kering, di atas ranjang, Roswaal memukul pelan pahanya ketika
mengucapkan hal tersebut.

Sejenak, Subaru merasa terkejut oleh betapa mudahnya Roswaal menerima kekalahannya.

“….. Angin macam apa sih yang bertiup di sini?”

“Ka~u yang tidak mempercayaiku sampai sekarang sedikit membuatku merasa ke~sepian.
Tapi, mengingat hubungan antara kau dan aku, aku tidak bisa menyalahkanmu me~rasa
seperti itu.”

“Bukan berarti menurutku akan sangat bagus kalau aku terang-terangan dengan
kewaspadaanku, tapi dengan semua yang sudah terjadi sampai sekarang, itu sudah bisa
diperkirakan. Lagipula, kau selalu saja terlihat merahasiakan sesuatu…. Tapi kali ini, apa
aku bisa mempercayaimu?”

“Tentu saja.”

Melihat tatapan curiga Subaru, Roswaal mengangguk dan membentangkan lengannya.

“Semua yang kau capai beberapa hari yang lalu, sudah memberiku lebih dari cukup bukti
untuk membuka hatiku untukmu. Aku bisa tenang sekarang. Mulai sekarang, aku akan
mempercayaimu dan di dalam hatiku, aku akan menerima dan mengakuimu…. sebagai
ka~ki ta~nganku.”

“Tunggu! Kenapa aku merasa seperti baru saja diberi beberapa salib berat untuk dipikul?
Tidak masalah jika kau tidak membongkar semuanya seperti itu, membiarkanku
menyentuhnya sedikit saja sudah cukup.”
“Ayaaya, bahkan ketika hal itu meluncur keluar dari mulutku, kau te~tap saja sangat dingin.”

“Bukan begitu, tapi jika kau tiba-tiba menarik semuanya seperti itu, itu sedikit terlalu
berat….”

Karena obrolan mereka mulai terdengar seperti sepasang kekasih yang baru mulai
berpacaran dan tidak sependapat dengan ke mana mereka akan membawa hubungan
mereka, Subaru pun terbatuk dan mencoba menata pikirannya, dan, diawali dengan
“Bagaimanapun…”

“Mari kita kesampingkan bagian kaki tangan itu untuk pembicaraan lainnya, untuk
sekarang, izinkan aku bertanya beberapa pertanyaan yang ingin kutanyakan padamu…….
Jadi, apa alasanmu yang sebenarnya menyembunyikan semua informasi ini dari Emilia.
Pertama, ayo kita mulai dari sana.”

“…….”

Sekali lagi, Roswaal menutup sebelah matanya dan menatap Subaru.

Bagaimana Roswaal memilih informasi mana yang akan dibagi dengan Emilia…. Implikasi
yang mengikuti dari sini, termasuk seluruh kejadian yang terjadi di pengulangan
sebelumnya, mungkin akan menjadi tidak terduga.

Fakta bahwa dia adalah seorang Half-Elf sejak lahir…. Jika Emilia tahu kalau informasi ini
akan mendorong pergerakan Pemuja Penyihir, mereka mungkin bisa menyiapkan serangan
balik yang lebih efektif untuk melawan serangan di desa Arlam dan daerah milik Roswaal.

Dan di sisi lain, itu akan memberikan dampak pada tindakan Subaru saat dia dengan panik
berlari kesana kemari untuk memperbaiki situasinya, lalu, hasilnya, mungkin apa yang
terjadi pada Rem akan….

“Jawab aku Roswaal. Jika kau memang ingin menjadikan Emilia-tan sebagai seorang Raja,
pastinya, akan sulit bagimu jika dia berhenti di tengah jalan. Namun meski begitu, kenapa
kau menempatkan Emilia-tan dalam posisi yang tidak menguntungkan dengan
menyembunyikan informasi darinya? Itu tidak masuk akal.”

“Untuk pertanyaan itu, aku akan menjawabnya seperti…. Semuanya sama seperti yang kau
tunjukan, dan karena itu sama seperti yang kau tunjukan, maka informasi yang kubagi
dengan Emilia-sama itu cukup terbatas.”
“……!? Apa maksudnya itu? Apa kau mencoba mengatakan bahwa menyembunyikan
informasi dan menempatkan Emilia-tan dalam posisi yang tidak menguntungkan itu, entah
bagaimana memang perlu, agar dia bisa memenangkan Pemilihan Raja?”

“Memang seperti itu. Kau tidak berpikir ada kebaikan dalam hal itu?”

Jawaban Roswaal mengacaukan pikiran Subaru, dia mengernyitkan keningnya dan


menunjukan kebingungannya. Melihat respon itu dari Subaru, Roswaal menggeser
tubuhnya di atas ranjang dan menyebabkan suara berderit.

“Subaru-kun, mungkin i~ni yang i~ngin kau katakan? Ketika mereka mendengar partisipasi
Emilia-sama dalam Pemilihan Raja, akan ada kemungkinan Pemuja Penyihir akan
membuat pergerakan. Dan pada kenyataannya, Pemuja Penyihir memang membuat
pergerakan dan menyerang daerahku. Apalagi, kalau aku sudah mengetahui kemungkinan
ini, aku seharusnya menyiapkan beberapa serangan balik yang tepat, kan?”

“Y-yeah, tepat seperti itu. Siapapun akan berpikir begitu, itu sudah sangat jelas. Aku
mungkin tidak tahu, tapi hubungan antara Pemuja Penyihir dan Half-Elf itu adalah
pengetahuan yang umum kan? Faktanya, kau sudah mengetahuinya. Jika benar begitu,
lalu kenapa kau tidak mempersiapkan apapun…. tidak, bahkan sebelum itu, kenapa kau
meninggalkan daerahmu dan mengasingkan dirimu di Sanctuary?”

“Aku terkurung di sini di Sanctuary, itu bukan seperti aku bermaksud menjauh dari
daerahku untuk waktu yang lama…”

“Alasanmu tidak ada gunanya. Kau terluka dan menjadi tahanan rumah ketika menantang
Makam agar bisa menenangkan penduduk desa Arlam. Dengan kata lain, itu adalah
konsekuensi dari diriku yang mengungsikan para penduduk dari Pemuja Peyihir…. jadi
sebelum itu, tidak kembali adalah tujuanmu.”

“Menggunakan logika untuk mendebat seorang musuh yang membuatmu marah. Itu
be~benar-benar kebiasaan yang buruk.”

Mendengar bantahan Subaru terhadap alasan sederhananya, Roswaal dengan santai


mengangkat bahunya seolah-olah dia tidak pernah menyangka itu akan membodohinya.
Merasa tidak senang degan ekspresi itu, Subaru mengambil satu langkah ke depan, akan
tetapi,

“….. Ram.”
“Roswaal-sama saat ini sedang terbebani oleh luka-lukanya. Tapi meski begitu, untuk
membakar Subaru, satu ujung jari saja sudah cukup…. Tapi Ram, tidak akan memaafkan
tindakan kasar apapun di hadapannya.”

“Kau nampak menerimanya. Diperlakukan sebagai bagian dari pengorbanan, itu juga
berlaku buatmu. Roswaal tahu para idiot itu akan datang ke desa, namun dia melarikan diri
sendirian dari semua bubuk ledakan itu dan menunggunya meledak. Bagaimana bisa kau
memaafkan sesuatu seperti itu?”

“Itu bukan masalah memaafkan atau tidak memaafkan. Ram pasti akan memaafkan setiap
tindakan yang diambil oleh Roswaal-sama. Bagaimanapun dia memperlakukan Ram, entah
itu membunuh atau merapalkan sihir padaku, itu semua sama saja.”

“Kau…..!!”

Di hadapan kesetiaan Ram yang tidak bisa dimengerti, tenggorokan Subaru terasa dipenuhi
dengan amarah.

Tapi meski begitu, Subaru tetap tidak bisa tiba-tiba melakukan kekerasan. Itu mungkin
karena penilaian masuk akal kalau dia bukanlah tandingan bagi dua orang di hadapannya
itu, atau mungkin, karena….

“….. Bahkan Rem pun, berkorban karena alasan yang tidak bisa kumengerti.”

“….? Aku tidak tahu siapa yang kau maksudkan, tapi Ram tidak memiliki hubungan apapun
dengan orang yang memiliki nama itu. Bagi Ram, Roswaal-sama adalah segalanya,
sementara yang lain adalah sesuatu yang tidak berarti.”

Bahkan pembelaaan Subaru yang menyedihkan, tidak bisa menciptakan sedikitpun gema di
hati Ram.

Subaru sudah mengetahui itu. Bagi gadis yang telah melupakan keberadaan Rem,
pembelaan semacam itu akan menjadi tidak berguna. Namun di saat yang sama, dia juga
mengerti.

Dari awal, dia sudah sadar akan loyalitas Ram yang tidak biasa terhadap Roswaal.

Dan sifat keras kepala yang dia tunjukan saat ini, adalah kegilaan yang berbeda dengan
apa yang ditunjukan oleh Ram yang Subaru kenal dulu.
Dan tidak ada alasan lain yang lebih hebat untuk hal ini, selain karena telah melupakan
keberadaan Rem.

Subaru tidak tahu rincian dari apa yang telah terjadi di masa lalu mereka. Tapi
mengumpulkan potongan dari apa yang Rem katakan, Subaru bisa merasakan
kepercayaan yang masing-masing dimiliki oleh sepasang saudari itu.

Dengan rasa bersalah, dan sifat rendah dirinya… terombang-ambing di antara kedua hal
itu, kerumitannya membuat Rem semakin bergantung pada kakaknya. Dan meski
ketidakstabilan Ram sulit terlihat, ketika dia tidak berada di dekat adiknya, potongan-
potongan tersebut akan terlihat sangat jelas.

Sama seperti Rem, yang dunianya sebagian besar diisi oleh Ram, dunia Ram pun hanya
terdiri dari Rem dan Roswaal. Kerumitan tersebut membawa sebuah resolusi, saat dunia
yang sempit itu, dimulai dengan kedatangan Subaru dan lalu membawa berbagai hal
lainnya, Rem pun berubah. Tapi dunia Ram tetaplah sempit.

Lupa akan seseorang yang telah menciptakan separuh dunianya, saat ini, dunia Ram
hanya terisi oleh Roswaal.

Itu mungkin terdengar ekstrem, tapi itulah sebab loyalitasnya yang berlebihan terhadap
Roswaal.

“Ram, ja~ngan ganggu Subaru. Lagipula, dia tidak bermaksud melakukan sesuatu yang
kasar ke~padaku. Itu ha~nyalah satu langkah kecil.”

“Jika anda bilang begitu Roswaal-sama.”

“Ya, ya, itu tidak penting. Bukankah begitu, Subaru-kun? Kau terlihat sedikit marah, tapi kau
tidak dikendalikan oleh ama~rahmu. Sesuatu seperti kehilangan kendali diri dan kemudian
me~mukulku, kau tidak akan melewatkan kesempatan ini untuk melanjutkan pembicaraan
kita tanpa gangguan kan?”

“Apa maksudnya itu…?”

“Itu se~derhana. Jika itu adalah kau yang dulu, entah di mana dalam percakapan ini, kau
pasti akan naik pitam, berteriak, dan kemudian percakapan pun berakhir. Tapi kau tidak
melakukannya, dan bahkan saat kau menekan amarahmu, kau masih berpegang pada
argumenmu tanpa melepaskannya…. Kau sudah berkembang, aku ber~maksud
mengatakan itu.”
Saat Roswaal menepuk tangannya dengan enteng, dan menyampaikan pujian dangkal
tersebut, Subaru merasa amarah yang ada di dadanya membuat dia ingin berteriak.
Namun, mengetahui kalau dia melakukan itu, sama saja dengan memberikan apa yang
diinginkan oleh lawannya, Subaru pun menghentikan dirinya, dan dengan mengambil napas
dalam, dia kembali menekan gelombang amarahnya.

…. Dan saat melakukan itu, Subaru menyadari kalau ucapan Roswaal yang sebelumnya
memang benar adanya, dan Subaru tidak bisa lagi menahan kejengkelannya.

“Ba~iklah, menggoda seorang pemuda lebih dari ini akan membuatku terlihat tidak seperti
orang dewasa. Karena kau sudah menunjukan padaku bagaimana kau ber~kembang, aku
seharusnya juga menunjukan sedikit ke~dewasaan.”

“…. Kalau begitu tolong lakukan! Bagaimanapun, tolong jawab pertanyaanku yang
sebelumnya. Jawablah tanpa coba-coba untuk menghindarinya. Kenapa kau
menyembunyikan masalah tentang Pemuja Penyihir dari Emilia? Dan kenapa, sekaligus
kapan kau tahu bahwa Pemuja Penyihir akan datang? Apa kau, sebagai kekuatan terhebat
yang kami miliki, memang meninggalkan daerah kita?”

“Aku bisa menjawab kedua pertanyaan itu dengan satu jawaban….. Aku bertindak seperti
itu untuk menghindari konfrontasi dengan Pemuja Penyihir.”

“Huh…?”

Mendengar jawaban yang tenang dan rapi ini, sesaat, Subaru tidak bisa mengerti.

Memikirkan, menerima, mencerna kata-kata itu di dalam pikirannya, dan meresapi isinya,

“Aku tidak mengerti. Untuk menghindari pertarungan melawan Pemuja Penyihir… tapi
kenapa? Jangan bilang kau alergi pada mereka atau sesuatu yang menakutkan seperti itu?
Kalau kau… Kalau kau ada di sana, bukankah kau bisa meledakkan para bajingan itu
dalam sekali tembakan? Lalu para korban….”

“Aku mengerti. Itu memang be~nar, jika aku ada di sana, maka kor~ban dari serangan ini
akan berkurang. Aku mencoba memiliki pemahaman yang tepat untuk kekuatanku sendiri,
dan aku sadar aku adalah salah satu orang paling kuat di negeri ini. Gampangnya, kalau
aku ada di sana, maka penyerangan Pemuja Penyihir kali ini akan dengan mudah
dikalahkan.”

“Jika kau memahaminya, lalu kenapa…..!”

“Itulah alasannya.”
Melihat ludah melayang jatuh dari Subaru, Roswaal mengangkat satu jarinya untuk
menghentikan Subaru, dan kemudian, dengan jari yang sama, dia menunjuk ke arah langit-
langit.

“Jika aku melakukan semuanya, maka itu bukanlah pencapaian Emilia-sama, maupun
pencapaianmu, iya kan? Meskipun reputasiku melonjak naik, itu tidak akan ada gu~nanya.”

“………”

Apa yang Roswaal katakan, Subaru sama sekali tidak bisa memahaminya.

Itu pasti hanya sebuah lelucon. Berdoa, kalau Roswaal akan mengikutinya dengan
semacam gurauan, Subaru menahan lidahnya dan menunggu kata-kata Roswaal
selanjutnya.

Namun, melihat ke arah Subaru yang hanya diam, Roswaal memiringkan kepalanya.

“Bagaimana bisa aku menyangkalnya? Bagaimanapun, itu adalah bencana yang


sepenuhnya kuyakini pasti akan terjadi. Mana mungkin aku tidak menggunakannya
se~penuhnya.”

“K-kau… Apa kau tahu… apa yang kau katakan?”

“…. !? Aku tidak mengerti bagian mana yang Subaru-kun anggap masalah. Yang manakah
itu, aku penasaran. Apakah itu dampak yang diterima desa Arlam, apakah karena kau
harus meminjam kekuatan para pedagang dan pasukan pribadi Crusch-sama untuk
memukul mundur Pemuja Penyihir… ataukah fakta bahwa sebenarnya semua dampak ini
bisa dihindari?”

Suara Subaru bergetar, dan seolah-olah membaca kedalaman hati Subaru, Roswaal
melayangkan kata-kata tersebut seolah itu adalah hal yang biasa.

Mendengar jawaban itu, Subaru merasakan guncangan di setiap organ tubuhnya.

Sebelumnya, ketika dia berbicara dengan Puck, ketika roh itu berbicara di hadapan Rem
yang tertidur, “anak ini mengorbankan dirinya untuk membantu Lia”, Subaru benar-benar
diterbangkan oleh amarah.

Dan karena hal itu terjadi, Subaru menyadari bahwa, di antara sensibilitasnya dan Roh
Agung itu, terdapat celah yang tidak akan bisa diisi dengan kata-kata. Dengan kata lain,
amarah yang dia rasakan pada saat itu, membuat Subaru paham kalau mereka pada
dasarnya adalah dua makhluk yang benar-benar berbeda.

Namun, tidak untuk Roswaal. Dia tahu alasan kenapa Subaru marah, dia tahu apa yang
ingin dikatakan Subaru….. Dan karena dia tahu semua itu, dia membuat keputusan yang
kejam ini.

“Itu semua harus ditinjau kembali kan? Sedikit banyak, aku mengerti apa yang coba kau
katakan. Dalam perlawanan terhadap serangan Pemuja Penyihir, siapapun yang memimpin
pasti akan mendapat penghargaan, dan itu tidak hanya memberikan pengaruh yang kecil
dalam Pemilihan Raja, aku bisa memahaminya…. Aku juga mengerti, jika kau menangani
semua ini sendiri, itu tidak akan memberikan efek yang sama, tapi……”

Menunjukan gigi-giginya, Subaru, dengan ayunan liar dari tangannya,

“Kau pikir berapa banyak orang yang mati karena kau tidak ada di sana dan tidak mau
repot-repot mengatakan sesuatu? Memang, korbannya tidak terlalu banyak. Tapi tetap saja,
jumlahnya tidak berarti nol. Orang-orang mati. Entah itu orang-orang kita ataupun para
bedebah dari Pemuja Penyihir itu…”

“Meskipun aku ada di sana, ancaman dari para Pemuja Penyihir tidak akan berubah.
Mereka semua, hanya akan menjadi abu. Aku akan bertanggung jawab atas para korban di
kubu kita, tapi menyalahkanku atas kerugian musuh, itu akan sedikit ber~lebihan, bukankah
begitu?”

“…. T-tetap saja, bukankah di sana ada cara yang lebih aman…. Tidak, bukan itu
masalahnya! Setiap hal yang telah kau katakan harus ditinjau kembali! Memang benar
semuanya berjalan lancar. Kerugian kita sangat minimal, musuh telah dimusnahkan, Emilia-
tan selamat, penduduk desa Arlam juga dievakuasi dengan aman… Tapi itu semua hanya
kebetulan. Sebenanarnya….”

Sebenarnya, jika Subaru tidak melakukan apa-apa, penduduk desa, orang-orang di


Mansion, Emilia…..

“Mereka seharusnya sudah mati. Kali ini, jika semuanya tidak berjalan dengan sempurna,
semuanya akan disiksa….. dengan parah, dengan kejam, penuh penderitaan sampai
mereka semua mati.”

Menutupi wajahnya, Subaru menahan air mata di dalam suaranya.

Di sisi lain kelopak matanya yang tertutup, sekali lagi, kejadian seperti di neraka yang tidak
akan bisa dia lupakan, muncul.
Desa termakan oleh api. Mayat-mayat berserakan di tanah. Mayat anak-anak. Dan mayat
Rem yang ditinggalkan di taman mansion. Dan terakhir, akhir dunia yang membeku.

…. Semua itu, akan menjadi dunia yang tak terbantahkan, jika Subaru tidak membaliknya
dengan kemampuan Return by Death.

“Jika kau ada di sana, tidak satupun dari hal-hal itu akan terjadi. Kau mengetahuinya, tapi
tetap saja, kau hanya menyaksikan mereka mati. Sudah berapa kali, kau membunuh
mereka…”

“Ini sulit dimengerti. Orang yang menyerang adalah para Pemuja Penyihir, bu~kan aku.
Selain itu, serangan para Pemuja Penyihir itu telah berhasil kau hentikan sebelum apapun
bisa terjadi, korban yang kau bicarakan itu tidak pernah ada….. Kau hanya mengulangi
omong kosong.”

“…. Begitu ya.”

Mendengar jawaban dingin Roswaal, Subaru menjatuhkan bahunya dan menjawab dengan
suara pelan,

Omong kosong… Jika dia menganggapnya seperti itu, maka tidak ada yang bisa Subaru
katakan untuk membantahnya. Return by Death tidak bisa dijelaskan padanya, dan
Roswaal tidak bisa disalahkan atas sesuatu yang tidak pernah terjadi dalam realita ini.

Satu-satunya orang yang pernah merasakan neraka itu hanyalah Subaru, dan orang yang
membebaskan kejahatan Roswaal karena telah menciptakan neraka itu, juga Subaru.

“…. Jika ternyata aku masihlah seonggok sampah yang tidak berguna, apa yang akan kau
lakukan? Untuk menjadikan Emilia seorang Raja, kau menginginkan aku melakukan hal
sebanyak mungkin. Tapi anehnya itu terlalu sepihak, itu bahkan tidak cukup untuk dijadikan
perjudian… Itu lebih seperti semuanya bisa saja berakhir di sana.”

“Namun, kau membalikkan kemungkinan itu….. Apa kau tidak puas?”

“Aku tidak puas. Kau tidak terlihat seperti tipe pria yang akan menyerahkan suatu masalah
pada sesuatu yang tidak pasti.”

Ada beberapa macam orang yang berjudi. Ada mereka yang tidak tahu apakah mereka
akan menang atau kalah, dan hanya bergantung sepenuhnya pada keberuntungan. Ada
mereka yang tidak ingin diarahkan oleh nasib, dan ketika mereka sudah mengumpulkan
kemungkinan terbaik di tangan mereka, di saat-saat terakhir, mereka akan
mempercayakannya pada peluang.
Dan, ada juga mereka yang telah menyusun semuanya dari awal sampai akhir, dan tidak
akan mengikuti perjudian di mana kemenangan mereka sudah dipastikan.

“Kau bukanlah tipe orang yang akan melakukan perjudian. Lantas, kenapa kau
melakukannya?”

“…. Karena, aku percaya padamu!”

Ketika Subaru bertanya untuk yang kedua kalinya, suara Roswaal pun terdengar pelan saat
dia menjawab.

Mendengar jawaban itu, Subaru tidak bisa menghentikan kekehan yang meluncur dari
bibirnya.

“Jadi pada akhirnya kau memang tidak berniat memberikan jawaban yang serius padaku?”

“Entah kau mempercayai ceritaku atau tidak adalah urusan yang berbeda, tapi semua yang
kukatakan adalah benar. Karena di sini, malam ini, aku sudah memutuskan kalau aku tidak
akan ber~bohong padamu. Hal-hal yang tidak bisa kukatakan, tidak akan kukatakan, dan
jika ada hal-hal yang tidak sesuai untuk kejadian ini, aku juga tidak akan mengatakan itu
semua. Tapi, apa yang kukatakan, aku bersumpah, itu semua bebas dari kebohongan.”

Menanggapi kata-kata Subaru yang dipenuhi dengan kekecewaan, Roswaal mengucapkan


hal tersebut dengan serius. Tapi, apakah ini adalah sesuatu yang bisa dipercayai?
Kehilangan kesan positif terhadap Roswaal dalam percakapan ini, Subaru sudah tidak lagi
berada dalam posisi untuk menerima semuanya begitu saja.

Di hadapan tatapan Subaru yang menjadi semakin tajam, Roswaal memutar kepalanya.

“Aku akan mengatakannya lagi. Alasan aku membuat keputusan ini adalah karena aku
mempercayaimu. Aku percaya, jika kau sadar bahaya yang mengintai Emilia-sama, maka
kau akan berusaha membentuk aliansi dengan Crusch-sama, melakukan apapun dengan
seluruh kekuatanmu untuk menghancurkan Pemuja Penyihir, dan membedakan dirimu saat
melakukannya.”

“Meski sesaat kita berpura-pura kalau itu benar, tapi bagaimana bisa kau memutuskan
mempercayai seseorang seperti diriku? Apa yang kau ketahui tentang diriku? Kita baru
saling mengenal selama sebulan, apakah aku terlihat seperti orang yang bisa kau beri
kepercayaan semacam itu?”
Menghentakkan kakinya ke lantai, Subaru membantah kata-kata Roswaal yang indah dan
tak tahu malu. Menunjuk jarinya, Subaru menggelengkan kepalanya, menolak apa yang
baru saja dia katakan.

“Tidak seperti itu. Ketika aku terakhir kali meninggalkanmu, aku 100% hanyalah sampah.
Hanya karena apa yang terjadi setelahnya, sampah itu kurang lebih menjadi lebih baik. Tapi
apa yang terjadi setelahnya, tidak ada yang tahu selain aku. Jadi, bagian mana dari diriku
yang kau percayai?”

Roswaal menutup sebelah matanya, dan dengan pupil matanya yang berwarna kuning, dia
menatap Subaru dengan jengkel. Seolah-olah melepaskan diri dari tatapan itu, Subaru
menghentak lantai dengan seluruh kekuatannya.

“Ini konyol! Apa kau benar-benar mencoba bilang bahwa kau mempercayai idiot berkepala
kosong ini untuk melakukan semuanya, dan meninggalkan orang-orang dan segala
sesuatunya di belakang seperti semacam permainan, mempertaruhkan posisi dan masa
depanmu sebagai taruhannya? Apakah aku mengatakan sesuatu yang tidak berperasaan
seperti itu?”

“…. Sepertinya, ini adalah akhir pem~bicaraan hari ini.”

Walaupun Subaru memperlihatkan kemarahannya dengan jelas, Roswaal hanya berbisik


dengan suara yang terdengar kesepian.

Setelah mendengar bisikan itu, Subaru berteriak, menyuarakan kekesalannya yang tak ada
habis-habisnya.

“Kalau kau tak berniat berbicara dengan terus terang, semuanya akan percuma apapun
yang kau katakan. Setelah pembicaraan ini, aku tidak akan percaya lagi apapun yang kau
katakan!!”

“Sepertinya kesanmu terhadap diriku semakin jatuh, itu sa~ngat disayangkan….. Meskipun
kupikir tidak perlu memastikannya, tapi mengenai percakapan kita malam ini, Emilia-
sama…..”

“Aku tidak akan memberitahunya. Sejak awal tidak ada banyak informasi di sini, ditambah
lagi semua ini sudah diperindah, tidak ada gunanya memberitahunya. Kau sudah
mengantisipasi hal ini juga, kan? Itu sebabnya kau terus berputar-putar.”

Terlepas dari tujuan Roswaal yang sebenarnya, Pemilihan Raja masihlah terus berjalan,
dan menciptakan lebih banyak pergesekan antara Emilia dan Roswaal bukanlah sesuatu
yang ingin dia lakukan. Selain itu, dengan Emilia yang saat ini menjadi wakil dari penduduk
desa Arlam, faksi Roswaal harus tetap bersatu.

Hal ini memberikan dorongan pada Subaru untuk memikirkan bagaimana dia bisa terus
sejalan dengan tujuan Roswaal, tapi, menantang Ujian juga pasti akan meningkatkan
pandangan orang-orang terhadap Emilia. Dan semua itu, dikendalikan di dalam telapak
tangan pria itu.

“Kau memahami semuanya, dan amarah yang kau tujukan padaku itu tidak bisa
dibendung….. namun, kau tidak membalik meja ataupun sesuatu semacam itu. Kau
be~nar-benar seperti yang kuharapkan.”

Ketika Roswaal mengatakan hal itu pada Subaru yang menggertakkan gigi untuk menahan
kejengkelannya, Subaru mengangkat kepalanya, dan melihat wajah Roswaal yang terlihat
menjadi begitu memuakkan.

“Kau, tak diragukan lagi, pantas menjadi kaki tanganku, bukankah begitu?”

“…. Bedebah kau, aku harap kau mendapatkan kematian yang layak.”

“Aku tahu. Tanpa diragukan lagi, aku pasti akan jatuh ke neraka. Itulah kenapa, sebelum itu
terjadi, aku harus membentangka sepenuhnya kebrutalanku di dunia ini, dengan
kemampuan terbaikku.”

Memberikan tatapan tajam pada pernyataan Roswaal, tanpa sepatah katapun, Subaru
berbalik dan menghentakkan kaki keluar dari ruangan.

Pembicaraan lebih jauh lagi hanya akan jadi percuma. Jika Roswaal tidak berancana
mengungkap tujuannya yang sebenarnya, jika tidak ada yang bisa Subaru lakukan untuk
masuk ke dalam pemikirannya, maka tidak akan ada yang bisa memenuhi pertukaran itu.

“…. Kau pikir semuanya akan terjadi seperti yang kau harapkan, dan semua orang akan
menari mengikuti lagumu?”

Mengepalkan tangannya dengan erat, berjalan melintasi jalanan di malam hari, Subaru
menyiapkan ketetapan hatinya yang baru.

Besok, Roswaal akan meminta Emilia untuk menantang Ujian, agar bisa membalik
pemahaman orang-orang Sanctuary dan desa Arlam, serta penghinaan terhadap Half-Elf.
Apa yang mungkin muncul di dalam prosesnya, berapa besar beban yang harus Emilia
tanggung, sama sekali tidak masuk ke dalam pertimbangan orang itu. Pada akhirnya, tidak
peduli berapa banyak luka yang akan Emilia terima, meskipun jantungnya rusak hingga
mencapai intinya, pria itu pasti hanya akan tertawa remeh melihat kejadian yang terbentang
itu sesuai dengan keinginannya. Kalau begitu,

“Aku tidak akan membiarkannya terjadi. Gadis itu…. Emilia, aku pasti akan melindunginya.

Kualifikasi untuk menantang Ujian….. jika mimpi yang dia lihat di dalam Makam bukan
hanya sekedar mimpi, maka Subaru juga dianugerahi Kualifikasi itu.

Mungkin Kualifikasi itu memang diberikan dengan kehendak seorang Penyihir, tapi dengan
itu, dia bisa menggagalkan rencana Roswaal. Semua rasa sakit dan air mata yang menjadi
nyata karena pria itu tidak memperdulikan apapun di sekitarnya, Subaru pasti akan
mengentikan itu semua di sini.

“….. Itulah, apa yang harus aku capai di Sanctuary ini.

Di atas, lurus dari tempat di mana dia mengarahkan tinjunya, terdapat bulan berwarna biru
pucat.

Seolah-olah menggenggam cahaya yang jauh dan tak bisa dijangkau itu, membuat sketsa
wajah gadis cantik berambut perak itu dalam pikirannya, Subaru bertekad, dia pasti akan
menghancurkan rencana licik badut itu.
XxxxX
“….. Apa itu benar tidak apa-apa?”

Di dalam ruangan yang telah ditinggalkan oleh Subaru, Ram, yang menyaksikan
percakapan mereka, menanyakan hal tersebut dengan tenang. Mendengar hal itu, master
gadis itu menggelengkan kepalanya, seolah-olah tidak memiliki kekuatan.

“Reaksi semacam itu su~dah bisa kuperkirakan. Tapi meskipun sudah kuperkirakan, hal itu
tetap saja menyedihkan, menipu hati seorang pemuda.”

“Anda tahu tidak ada gunanya berbohong di depan Ram?”

“Aku senang kau meng~khawatirkanku, tapi itu semua memang pemikiran jujurku. Kenapa,
di dalam hati Ram, apakah aku terlihat seperti seseorang yang senang melakukan hal ini?”

Menjawab dengan mengalihkan pandangannya dari masternya tanpa kata, Ram menata
sprei yang menjadi kusut karena percekcokan sebelumnya. Ketika Ram melakukan hal
tersebut, jarinya merasakan sesuatu yang keras di sekitar perut masternya, dan
mengeluarkannya dari sprei.

“Roswaal-sama. Ini….”

“Ahh, ma~af. Jika Subaru-kun melihat ini, se~muanya akan menjadi sangat ru~mit. Tapi,
akan ada banyak hukuman jika aku meletakkannya di bawah pantatku. Jika aku tidak
berhati-hati….”

Menerima apa yang Ram serahkan seolah-olah itu adalah benda yang sangat berharga,
Roswaal dengan lembut membelai permukaannya ketika menerimanya. Kemudian, dengan
mengatakan “Tidak peduli apa yang terjadi”, Roswaal menyentuh dagunya,

“Kualifikasi Emilia-sama saat ini sudah dipastikan, dan Subaru-kun juga sedang
bersemangat. Besok malam, Ujiannya akan dimulai…. Ram, menurutmu apa yang akan
ter~jadi?”

“Pemikiran Roswaal-sama melebihi apa yang bisa ditebak kemampuan Ram…… Roswaal-
sama, anda tahu apa yang akan terjadi, lalu?”

“Hal ini tidak se~mudah itu. Dibandingkan dengan yang dimiliki oleh Pemuja Penyihir,
punya kita sedikit lebih kuat, tapi itu bukan apa-apa selain tiruan yang lemah, dan masih
jauh dari apa yang „dia‟ inginkan. Percekcokan dengan Subaru-kun tadi, menurutmu
seberapa banyak yang bisa terjadi kalau hal ini dijelaskan.”

Roswaal mengambil napas dalam seolah-olah sedang merenung, dan melihat hal ini, Ram
sedikit menaikkan alisnya, dan dengan ragu,

“Lalu, seberapa banyak apa yang anda katakan pada Barusu….”

“Meskipun ada beberapa akting…. tapi kebanyakan itu sesuai dengan pe~rasanku yang
sebenarnya. Tidak, tidak, tentu saja aku tahu Subaru-kun akan marah. Tapi, meskipun aku
mengetahuinya, aku juga menambahkan beberapa hal ingin aku ka~takan, bukan begitu?”

Roswaal melambaikan tangannya kepada Ram seakan menjelaskan dirinya sendiri, dan
kemudian, dengan “Bagaimanapun”, dia melanjutkan,

“Dianggap hina oleh pasangan hatiku, memang terasa menyakitkan ketika memikirkannya,
seakan-akan aku hanya memikirkan diriku sendiri. Oh, betapa masih kekanak-kanakannya
diriku ini, temanku yang pen~dendam.”
Roswaal tertawa saat dia sedang berbicara.
Terbungkus dalam lengannya seperti sesuatu yang begitu berharga, adalah sebuah buku
dengan jilidan berwarna hitam.

Roswaal meletakkan ujung jarinya di atas buku itu, dan perlahan, perlahan, dia
membelainya,

Dengan penuh kasih sayang, penuh kasih sayang, perlahan, dan perlahan……
Chapter 15 – Kualifikasi Dan Ujian.

… Keesokan paginya, rumput di jalan masih dihiasi embun pagi, Subaru menengadah
memandang pintu masuk reruntuhan yang dia kunjungi kemarin.

Kemarin, dibatasi oleh waktu, Subaru tidak punya kesempatan untuk melihat-lihat bagian
luarnya. Tapi memandanginya sekarang, reruntuhan tersebut memang terlihat benar-benar
terpelihara dengan baik. Meskipun tanaman rambat menjalar menutupi seluruh bagian luar
dari pintu masuknya, tanaman yang berada di sekililing Makam nampak terawat dengan
rapi, dan dia bisa melihat di Makam itu sendiri, terdapat tanda-tanda perbaikan dinding
rusak yang memburuk karena termakan usia.

“Aku tidak yakin hubungan apa yang orang-orang itu miliki dengan Makam ini…”

Menyentuhkan tangannya pada dinding yang memperlihatkan warna aneh di bawah sinar
matahari, Subaru menggumamkan hal tersebut dengan pelan.

Dia memikirkan kembali pembicaraan dengan Garfiel dan Lewes kemarin malam di kamar
di mana Roswaal ditahan. Mereka ingin Emilia mengambil Ujian tersebut, dan berharap,
hasilnya, dia bisa membebaskan mereka dari kurungan mereka di dalam Sanctuary.

“Menilai dari apa yang mereka katakan, bagi Garfiel dan yang lainnya, Penyihir itu hanya
seperti semacam gangguan kan? Lalu kenapa mereka merawat Makam ini seperti sesuatu
yang sangat penting bagi mereka…?”

“Mungkin itu sebaliknya. Makam adalah alasan semua orang di sini terikat dengan tempat
ini kan? Jadi, sampai seseorang melewati Ujiannya, mereka tidak akan membiarkan
Makamnya rusak. Kalau menghancurkan Makam bisa membebaskan mereka, Garfiel pasti
sudah melakukannya sejak dulu, iya kan?”

Orang yang menimpali kesimpulan Subaru adalah Otto, dia berkeliaran di belakang
Subaru, melihat-lihat sekeliling Makam.

Di pagi hari buta, Otto yang tertidur di dalam kereta naga seperti yang dia katakan,
dibangunkan dan diganggu oleh Subaru untuk ikut bersamanya menuju Makam guna misi
penyelidikan. Awalnya, Otto mengeluh, tapi….

“Benar juga, jarang-jarang kita bisa mendapatkan kesempatan mengunjungi Makam


Penyihir Keserakahan…. mungkin ikut ke sini memang sangat layak. Tidak ada yang tahu,
mungkin kita akan menemukan harta milik Penyihir Keserakahan saat dalam perjalanan.
Kita pasti akan sangat beruntung!”
“Jika kau berkeliaran memamerkan kalau kau menjual barang-barang yang berkaitan
dengan Penyihir, bukankah orang-orang yang sangat obsesif dari Pemuja Penyihir itu akan
memburumu? Maaf, membangunkanmu, itu salahku, gezzz, tapi jangan siarkan hal ini ke
mana-mana dan menciptakan lautan api di sini.”

Mengatakan hal tersebut, mencoba menyelamatkan Otto dari dirinya sendiri, Subaru sekali
lagi menoleh ke arah Makam. Keheningan pun melanda, satu-satunya suara yang masih
terdengar tersaring melewati pepohonan, hanyalah suara serangga dan suara gesekan
dedaunan yang tertiup oleh angin.

“Hey, kita tidak datang ke sini hanya untuk menghirup udara segar dan kembali, kan? Jika
kau ingin jalan-jalan di pagi hari, kau pasti akan membawa Emilia-sama, dan bukan diriku.”

“Mengejutkannya, Emilia-tan itu tidak bagus di pagi hari. Meskipun Emilia-tan yang menjadi
grogi setelah bangun itu benar-benar menawan….tapi aku tetap harus menunggu hingga
semuanya tenang. Dia mungkin masih tertekan setelah percakapan kemarin, aku akan
membiarkannya tidur sedikit lebih lama.”

“Jadi kau membawa pria untuk melakukan kejahatanmu ketika si Putri sedang tertidur?
Kau, tuan, benar-benar orang yang jahat.”

Merasakan Otto yang memicingkan mata dengan riang ke arah dirinya, Subaru hanya
mengangkat bahunya. Tapi tetap saja, tebakan Otto memang tepat. Sebenarnya, untuk
melakukan sesuatu yang dia tidak ingin dilihat oleh Emilia, Subaru datang ke Makam ini.

“Lalu, apa yang akan kita lakukan? Aku tidak terlalu percaya diri dengan kemampuan
sihirku, tapi jika menggunakan sihir Air dan Angin untuk menahan suara langkah kaki dan
tiba-tiba bersembunyi dalam sekejap…. ah, aku juga bisa mengirim suara langkah kakiku di
lokasi yang berbeda.”

“Sihirmu, terdengar sangat hebat untuk seorang pencuri ya?”

“Well, orang biasanya memang akan menggunakannya di jalan yang salah. Tapi aku tidak
akan menggunakannya untuk mencuri. Ya meski aku juga tidak menyesal
menggunakannya untuk menguping pembicaraan.”

Melihat Otto membual dengan mata menyipit dan gigi yang jelas terlihat, Subaru pun
mendesah. Kemudian, mengangkat satu jarinya di depan Otto yang begitu bersemangat,
Subaru menunjuk ke arah Makam.

“Aku ingin sedikit melihat ke dalam Makam. Jika prediksiku tepat, cahaya di dalam Makam
akan memberiku berkat untuk usahaku berikutnya. Jika aku salah, mungkin aku akan
pingsan dan tidak akan bangun, jika sudah begitu, akan sangat bagus kalau kau menarikku
keluar.”

“Orang macam apa yang akan mengatakan „Baik, aku mengerti‟, setelah mendengarkan
penjelasan seperti itu? Pingsan dan tidak akan bangun, apa maksudnya itu? Tolong
hentikan saja ini, aku mulai takut sekarang!”

Menanggapi pernyataan Subaru yang super penting, Otto pun mulai meratap. Mendengar
keluhan Otto, Subaru memandangnya seolah-olah memandang anak kecil yang rewel, dan,

“Dengar, ini adalah Makam dari Penyihir Keserakahan. Sederhananya, jika kau
melangkahkan satu kaki saja ke dalam tempat ini tanpa seizin Penyihir, kesadaranmu pasti
akan terampas bersama dengan akar-akarnya. Aku sudah mengalaminya kemarin. Jadi
tempat ini sangat berbahaya, jangan masuk ke dalam sana!”

“Jika kemarin tidak berhasil, Natsuki-san seharusnya tidak masuk ke dalam lagi, kan?
Kalau kau tahu kau akan pingsan, kenapa kau masih tetap ingin masuk ke dalam? Itu
hanya akan mengacaukan semuanya, jadi jangan lakukan itu. Di samping itu, jika ini
memang berakhir seperti itu, bagaimana caranya aku mengeluarkan Natsuki-san?”

“Selalu saja tanya, tanya, dan terus bertanya… Jika kau terus percaya kalau itu akan
menjadi jawaban untuk segalanya, kau pasti akan berubah memiliki mental yang manja,
kau tahu?”

“Tolong berhentilah mencoba mengabaikan hal ini dengan kata-kata yang sesat, hanya
karena terlalu merepotkan untuk menjelaskannya!!”

Karena maksud perkatannya bisa terlihat dengan jelas, Subaru mendecapkan lidahnya dan
cemberut. Melihat bagaimana mereka yang baru saling mengenal satu sama lain belum
lama ini, tapi Otto sudah bisa memahami semua tipuan yang digunakan pada dirinya,
Subaru pun menggelengkan kepalanya dengan kesal.

“Ini, aku meminjam tali ini dari kereta naga. Aku akan mengikatkannya di pinggangku, jadi
kalau aku pingsan di dalam, kau bisa menarikku dengan lembut, pelan, dan penuh kasih
sayang.”

“Tidak peduli betapa lembut, pelan, dan penuh kasih sayangnya aku menarikmu, kupikir
kau tetap akan berlumuran lumpur dan terluka.”

“Well, aku tidak bisa pilih-pilih mengingat situasi saat ini. Anggap saja ini sebagai balas
budi.”
“Kau yang berhutang budi padaku, kan?”

Saat Otto mengucapkan bantahannya dan memperlihatkannya di wajahnya yang


menggerutu, Subaru sudah selesai mengikatkan tali di pinggangnya dan menyerahkan
ujung satunya kepada Otto. Tidak bersedia menerimanya, Otto dengan seksama
memeriksa tali yang terikat di pinggang Subaru dan menariknya, hanya untuk memastikan
kalau itu aman.
Meski dia banyak mengeluh, Otto tetaplah orang yang berhati-hati.

“Meski kau adalah seorang pedagang, kau terlihat sangat mudah dibodohi…. Apa benar
tidak masalah membiarkan orang sepertimu melakukan bisnis?”

“Kau tahu, kau nampaknya benar-benar lupa kalau sekarang ini, secara harfiah, nyawamu
itu berada di tanganku.”

Ketika Subaru melihat Otto dengan pandangan bak seorang ibu, Otto memicingkan
matanya, menyentak tali dan menggerutu.

Dengan sebuah senyum kecut, Subaru sedikit membungkuk, dan masih dengan napas
yang sama, dia berbalik menghadap ke arah Makam.

Udara berbau tanah dan busuk diam-diam mengalir dari dalam Makam. Cahaya matahari
pagi, layaknya sinar senja kemarin, juga hanya bersinar beberapa meter ke dalam pintu
masuk sebelum sepenuhnya menghilang. Ujung lain dari terowongan tersebut diselimuti
oleh kegelapan mutlak, dan nampaknya tidak ada perubahan pada jalan di mana dia
pingsan saat melangkahkan kakinya ke dalam.

“Well, ini tidak akan benar-benar runtuh, aku hanya akan pingsan tepat di langkah
pertamaku, jadi akan lebih mudah untuk menarikku, kurasa.”

“Natsuki-san, kau bisa masuk kapanpun kau siap. Beri saja sinyal saat kau masuk ke
dalam.”

“Baik, aku masuk!”

Subaru tidak ragu dalam membuat keputusan ini.


Skenario terburuknya, dia mungkin akan pingsan dan dipanggil oleh Penyihir untuk pesta
teh lainnya. Meskipun secara spesifik dia tidak ingin tangannya tercabik, dipukuli agar bisa
sembuh, dan meminum cairan tubuh lagi….

“Tapi dibanding berada di ambang kehidupan dan kematian sejauh ini, hal itu tidak
buuuuuuuu-ruk juga!”
Mengucapkan hal tersebut, Subaru dengan gesit melompat ke dalam pintu masuk Makam.

Ambang pintu….. atau apapun itu sebutannya, saat melewati batas antara sinar matahari
dan bayangan di dalam Makam, Subaru dengan pelan membuka matanya.

Padahal kemarin, langkah pertamanya seketika menemui siksaan sensasi seperti tidak
memiliki bobot….

“Tanahnya keras, aku tidak jatuh.”

Ini merupakan sebuah peningkatan dibandingkan kemarin, meskipun kecil, ini adalah
perubahan yang bisa menenangkan hati. Mengambil napas dalam, Subaru kembali
melangkah. Dan dengan langkah keduanya di dalam Makam, tubuh Subaru sepenuhnya
tertelan oleh bayangan reruntuhan.

Bagi Otto yang menunggu di luar, sosok Subaru pasti menjadi tidak jelas atau bahkan
hilang sepenuhnya dari pandangan.

“Natsuki-san, apa kau baik-baik saja? Jika kau akan pingsan, tolong berikan sinyal padaku,
seperti „Aku akan pingsan!‟ saat kau sedang pingsan!”

“Itu sedikit sulit, ya kan… Dan aku tidak akan mengaku kalau aku akan pingsan, aku
mungkin akan meneriakkan sesuatu seperti „Aku tidak ingin pingsan!'”

“Ada apa dengan kesombongan yang tak ada gunanya itu di situasi seperti ini…”

Bersamaan dengan interaksi mereka yang biasanya, mereka sedikit bercanda saat
memastikan posisi satu sama lain melalui suara mereka. Dan merasa sedikit lega, Subaru
mengambil langkah ketiga, dan dilanjutkan dengan langkah keempat.

“…. Oh.”

“Ah……”

Di momen berikutnya, pemandangan seketika terhampar di hadapan Subaru.


Atau agaknya, dalam sekejap, bayangan terhampar keluar dari reruntuhan, dan bagian
dalam reruntuhan tersebut memperlihatkan wujudnya di mata para penyusup.
Pada dinding di kedua sisi lorong, kira-kira setinggi pundak Subaru, terbaris dengan sejajar
dan dengan rentang yang sama, deretan cahaya yang bersinar, dan dengan samar, cahaya
tersebut menerangi jalan.

Itu adalah sebuah lorong yang dibangun dengan bahan yang sama seperti dinding bagian
luar, lorong tersebut kira-kira selebar tangan Subaru jika terbentang, atau cukup bagi dua
orang untuk berjalan bersebelahan. Tingginya bisa membuat kepala Subaru terbentur jika
dia melompat. Atau, jika kakek tua besar botak itu ada di sini, mungkin kulit kepalanya yang
berkilau itu akan bergesekan dengan langit-langit saat dia berjalan, kalau dia tidak
membungkuk.

“Ada cahaya yang keluar dari dalam, apakah itu berarti syaratnya sudah terpenuhi?”

“Ini adalah sambutan bagi seseorang yang memiliki Kualifikasi untuk mengambil Ujian saat
malam, atau begitulah yang mereka bilang… Kupikir, dalam skenario terburuknya, aku
mungkin hanya melamunkan semua ini.”

Sekali lagi mencoba memastikan kalau apa yang dilihatnya adalah nyata, Subaru
mengangkat telapak tangannya dan menatapnya. Lalu, menyentuh dahinya, Subaru
mengingat sensasi sentuhan yang dia terima dari ujung jari gadis itu saat ada di dalam
mimpi tersebut.

“Sepertinya aku sudah menerima suvenirmu dari pesta teh itu dengan sukses. Meski kau
membebankan biaya yang cukup banyak tanpa seizinku… Pokoknya aku tidak berencana
memberitahukan siapapun untuk sementara ini.”

“Hey, aku juga bisa melihat ke dalam, apa yang akan terjadi kalau aku ikut masuk ke dalam
bersamamu? Apa kita bisa menjarah Makam Penyihir Keserakahan sekarang?”

“Yang aku tahu sih ada tukang sihir jahat yang seluruh tubuhnya tercabik-cabik ketika dia
mencoba masuk ke dalam, dan saat ini dia masih memulihkan diri dari luka-lukanya. Apa
yang akan terjadi padamu, aku juga tidak terlalu yakin.”

“Bukankah itu sangat menakutkan?”

Mendengar Otto yang menjadi ketakutan di belakangnya, Subaru sekali lagi memastikan
kalau dia sudah berhasil mencapai tujuannya. Meskipun dia bisa mengambil resiko dengan
masuk lebih dalam lagi, tetap saja ada kemungkinan Otto akan mengikutinya dari belakang.
Jadi Subaru akan mengabaikan ide itu untuk sekarang.
Bagaimanapun, apa yang ingin Subaru lakukan hanyalah memastikan kalau dia sudah
terkualifikasi untuk Ujian, dan membuktikan kalau kata-kata yang Echidona katakan
padanya saat berada di dalam mimpi tersebut bisa dipercaya.

Pokoknya, kalau dia bisa masuk ke dalam Makam, maka pengetahuan dan syarat yang
Echidona berikan padanya, sekaligus bayaran yang dia petik, pastinya adalah sesuatu yang
nyata. Hal ini sama halnya dengan semua Penyihir yang dia temui di dalam mimpi tersebut.

“Jika itu benar, maka 400 tahun yang lalu, para Penyihir yang suka „SEENAKNYA‟ itu, pasti
akan berteriak HYA-HA di seluruh tempat, iya kan? Seperti apa ya di akhir abad itu….
bagus juga aku dikirim ke era ini, kurasa.”

Memikirkan era kekacauan yang diciptakan oleh para Penyihir Dosa dan Penyihir
Kecemburuan itu, membuat era saat ini terlihat sangat bagus jika dibandingkan. Meski
begitu, kekejaman dari para Uskup Agung Dosa sedikit bisa mengimbangi hal ini.

Tapi tetap saja, sungguh menyusahkan apa yang telah dilakukan oleh para Penyihir itu,
mereka semua.

“Pokoknya, semua persiapanku di sini sudah O-K. Sekarang aku hanya perlu menunggu
malam tiba, dan melihat bagaimana jalannya Ujian Emilia-tan. Kalau begitu, ayo
pertahankan fleksibilitas tinggi ini, dan bersiap-siap untuk menyesuaikan situasinya.”

Meskipun itu terdengar bagus, tapi itu artinya Subaru tidak punya rencana apapun.
Mengatakan hal itu, Subaru sekali lagi melihat ke arah pintu masuk saat dia pergi.

Kembali pada Otto yang terlihat khawatir, Subaru melepaskan tali yang ada di pinggangnya
dan meninggalkannya di sebelah pintu masuk.

“Ini mungkin akan berguna lagi, selain itu, mungkin aku akan membutuhkannya malam ini,
jadi aku akan menyembunyikannya di sini untuk sekarang. Dan maaf menyeretmu ikut,
Otto.”

“Tidak, tidak apa-apa, selama kau bisa kembali dengan selamat…. Tapi yang lebih penting
lagi, apa kita akan kembali dengan tangan kosong? Kau masuk ke dalam Makam tapi tidak
membawa apa-apa saat kembali, untuk apa kau masuk ke dalam sana?”

“Aku benar-benar kesulitan menemukan bagian mana dari apa yang barusan kau katakan,
yang sebaiknya kuanggap serius, tapi mungkin aku akan menganggapnya sebagai gaya
artistikmu. Aku memang bukan orang yang religius atau semacamnya, tapi merampok
makam tetaplah sesuatu yang tidak akan kulalukan, kau tahu?”
Memang tidak mudah dipahami kenapa Jepang, yang menjadi negara tak beragama, bisa
memuja delapan juta dewa tanpa mempercayai satupun dewa secara khusus. Orang-orang
bahkan bisa menyebutnya sebagai rumah bagi jalan campur aduk ketika berhubungan
dengan agama. Atau, mungkin lebih akurat jika disebut kumpulan pengecut yang menjadi
over waspada terhadap hantu, jika hantu itu benar-benar ada.

“Tentu saja itu hanya bercanda. Tapi jika hanya itu, kau seharusnya tidak membutuhkanku
di sini, kan? Lalu kenapa kau membawaku?”

“Sebenarnya, ini sedikit jadi perjudian apakah aku bisa masuk atau tidak. Jadi, entah itu
menjadi bingung karena melihatku jatuh dengan wajah terlebih dahulu, atau menjadi trauma
seumur hidup setelah menyaksikan tubuhku meledak, akan lebih baik kalau korbannya itu
kau….”

“Pemilihan kriteria macam apa itu? Dan aku mendapatkan lebih dari sekedar firasat kecil
karena proses eliminasi itu!”

“Bodoh, kau adalah orang pertama yang terlintas di pikiranku saat aku berpikir siapa yang
bisa kurepotkan. Jangan membuatku mengatakannya dengan keras, ini sangat
memalukan!”

“Memangnya ada manusia yang menjadi malu setelah membuat keputusan semacam itu!?”

Mendengar pernyataan Subaru yang tidak tahu malu, bantahan keras Otto pun menggema
keluar. Menggema di sepanjang hutan di pagi hari, menggema di balik reruntuhan dan
masih tertinggal di sana, layaknya percakapan penuh penyesalan itu sendiri. Normalnya,
kau akan menganggap kalau pendengarnya, selain orang yang ada di sini, adalah
serangga dan binatang yang bersembunyi di balik pepohonan, tapi….

“Pagi-pagi sudah sangat berisik oi. Membuat keributan tepat di atas Penyihir tertidur itu
seperti „Yohororoi hanya berkokok di pagi hari‟, kau tahu.”

“Memang sangat menyusahkan, si Yohororoi itu. Aku akan mengomelinya lain kali kalau
aku bertemu dengannya.”

Mengatakan hal tersebut, dan mengalihkan pandangannya dari pintu masuk Makam,
Subaru melihat seseorang keluar dari dalam hutan yang ada di sebelahnya, orang yang
memotong percakapan mereka…. menggaruk rambut pendek berwarna emasnya dan
menunjukan gigi-giginya, orang itu adalah Garfiel.
Dia juga mengusap keringat yang ada di dahinya dengan kasar.
“Akan kukatakan hal ini terlebih dahulu, bertemu denganmu di sini adalah sebuah
kebetulan. Setiap pagi, aku selalu berlari mengelilingi perbatasan Sanctuary, jadi aku hanya
kebetulan menemukan kalian di sini. Jangan memberiku tatapan curiga seperti itu!”

“Ini tidak seperti aku menjadi waspada. Di samping itu, kita tidak membicarakan sesuatu
yang tidak kami biarkan jika didengar oleh orang lain, benar kan Otto? Serius, tidak ada
sesuatu yang tidak akan kami biarkan jika orang lain mendengarnya.”

Menanggapi kepura-puraan, atau apapun maksud dari perkataan Garfiel sebenarnya,


Subaru mengangkat bahunya dan menepuk-nepuk pundak Otto dengan keras. Seolah-olah
kebingungan karena tiba-tiba dipukuli, Otto mengucapkan “Ueeeehh??”

“E-eeh, yeah, benar sekali, tidak ada yang merepotkan atau mencurigakan atau sesuatu
seperti itu di sini. Ini hanya sedikit latihan untuk penjarahan makam nanti, hanya sedikit
latihan, ya sesuatu semacam itu!”

“Luar biasa, Otto. Aku tidak pernah melihat ada orang yang menggali kuburannya sendiri
dengan bahagia, tepat di depan kuburan lain sebelumnya.”

Melihat Otto yang bersemangat tiba-tiba terlihat seperti tidak tahu apa yang dia bicarakan,
Subaru pun dengan cepat menyelanya dan melirik reaksi Garfiel. Tapi, menilai dari ekspresi
Garfiel, sepertinya pengakuan Otto hanya masuk ke telinga kanan dan keluar dari telinga
kiri.

“Ada apa, ayolah, aku tidak akan mengadu, marah, atau semacamnya. Selama kau tidak
merusakkan barang-barang atau melakukan sesuatu yang buruk bagi Sanctuary, aku tidak
akan melakukan apa-apa.”

“Begitu ya. Aku benar-benar berterima kasih atas jaminanmu itu. Sayang sekali, meskipun
aku ingin bertarung kupikir aku bahkan tidak punya kesempatan untuk menang.”

“Eesh, aku sudah merasa bersalah bahkan sebelum aku bertarung denganmu…. aku ingin
mengatakan hal semacam itu, tapi lupakan saja. Sebenarnya sama saja siapapun musuh
yang aku hadapi, bagaimanapun, aku adalah yang terkuat.”

Matanya berseri-seri, Garfiel mengatakan hal tersebut dengan bangga.


Pada kenyataannya, setelah melihat kemampuan Garfiel sebelumnya, hanya orang
bodohlah yang akan memberikan bantahan di sini. Tapi, karena Subaru mengenal
Reinhardt, yang merupakan eksistensi dari dimensi yang benar-benar berbeda, dia tetap
ingin mengatakan sepatah atau dua patah kata mengenai hal ini.
Namun, menelan kembali apa yang dia katakan, Subaru sedikit mengangkat tangannya
dengan “Ba~~iklah,”

“Sepertinya sekarang waktunya untuk Emilia-tan bangun, aku ingin terus menemaninya
untuk belajar pagi, jadi kupikir aku akan kembali. Kau juga sedang lari pagi, kan? Jadi……”

“Kau akan ke Katedral ya. Kalau begitu, aku akan menemanimu.”

Ketika Subaru terburu-buru mencoba mengucapkan selamat tinggal dan berpisah, dia tiba-
tiba dipotong oleh saran Garfiel yang tidak terduga. Terkejut, Subaru mencoba menolaknya
dengan “Naaah”, saat,

“Terus terang saja, kau sebaiknya mendengarkan saranku. Selain itu, kau harusnya tidak
berkaliaran di Sanctuary hanya berdua saja. Tidak ada yang tahu apa yang bisa terjadi.”

“….? Apa maksudnya itu? Itu cara yang aneh untuk mengatakannya. Kau membuatnya
terdengar seolah-olah di sini itu berbahaya.”

“Itulah alasannya kenapa aku memberitahumu, iya kan?”

Melihat Subaru kebingungan seperti tidak memahami kata-katanya, Garfiel mengkeletakkan


giginya dengan “Apa yang ingin kulakukan denganmu”, kemudian mendekat, dan
melanjutkannya dengan suara pelan,

“Ini membuatku kesal kalau membicarakan masalah keluarga, tapi penghuni Sanctuary
tidak semuanya berada di dalam wadah yang sama.”

“Apa maksudnya itu?”

“Kalau kita mengikuti rencana nenek kepala desa, rencana itu adalah menjadikan Roswaal
dan para manusia sebagai sandera dan memaksa Emilia-sama untuk mengambil Ujian, dan
mematahkan kontrak Penyihir atau sesuatu semacam itu. Tapi kenyataannya, hanya ada
separuh penghuni Sanctuary yang setuju dengan rencana nenek sihir itu…. dan ada juga
yang menolaknya.”

Sampai ke titik ini, Garfiel semakin memelankan suaranya,

“Bagi orang-orang yang ingin tetap bersembunyi di Sanctuary ini, kalian itu dianggap sedikit
mengganggu. Untuk mencegah Emilia-sama agar tidak mengambil Ujian tersebut, siapa
yang tahu masalah apa yang akan mereka berikan.”
“Maksudmu…. Ada kemungkinan kalau mereka akan mengarahkan taringnya padaku dan
Otto?”

“Kupikir, bahkan ada kemungkinan kalau mereka akan menggunakan kekerasan pada
Emilia-sama. Well, itu seperti „Bahkan mendengus pun bisa menjadi kasar di depan
lubang‟, kau tau? Tapi selama aku bersama denganmu, aku tidak akan membiarkan
mereka mengganggumu.”

Meski Garfiel mengatakannya dengan enteng, tapi Subaru mulai merasa cemas
meninggalkan Emilia sendirian. Atau agaknya, Subaru merasa membenci dirinya sendiri
karena tidak memikirkan kemungkinan ini sebelumnya.

Terdapat sebuah celah dalam pemahaman antara penghuni Sanctuary yang dipimpin oleh
Garfiel, dan para penduduk desa Arlam. Kalau begitu, kenapa mustahil ada faksi internal di
masing-masing pihak?
Ini tidak seperti setiap orang akan mengangkat tangannya setuju dengan rencana
Sanctuary. Situasi tidak akan pernah berjalan seperti yang kau harapkan. Subaru sendiri
sangat sadar akan fakta ini.

“Aku harus segera kembali….”

“Ah? Aku menakutimu ya? Jangan panik, orang-orang itu tidak akan berkelahi satu sama
lain di siang bolong begini, selain itu, bukankah Emilia-sama berada di Katedral? Siapa juga
yang akan melakukan hal semacam itu saat ada banyak orang di sekitarnya? Jika mereka
ingin menyerang, mereka pasti akan memilih seseorang seperti bocah kecil ini yang selalu
terpisah dari kawanannya.”

“Mm… itu masuk akal. Jika mereka menentang keinginan mayoritas secara terang-
terangan, mereka malah hanya akan memperburuk situasi mereka sendiri, ya kan? Jadi
mereka belum akan melakukan sesuatu yang gegabah.”

Kegelisahannya sedikit menenang, Subaru pun menghela napas lega dan mencoba
mengendalikan detak jantungnya.
Lalu, tiba-tiba menyadari sesuatu, Subaru sekali lagi menaikkan alisnya,

“Dalam hal ini, kau pasti berpikir kalau akan sangat berbahaya bagiku dan Otto jika keluar
sendirian, jadi itu sebabnya kau mengikuti kami?”

“….. Aah?”
Melihat Subaru mencondongkan lehernya sambil menanyakan hal tersebut, Garfiel sesaat
menjadi bingung sebelun dia bisa bereaksi. Kemudian, dia dengan cepat membalik
punggungnya, supaya Subaru tidak bisa melihat ekspresinya.

“Mana mungkin seperti itu. Kebetulan. Kuberitahu ya, ini tuh kebetulan.”

“Kau melihatnya, Otto? Itu adalah contoh yang tepat untuk Tsundere. Kemarin di
pertemuan pertama kita, kita melihat Tsun yang hebat dan berapi-api, dan sekarang,
bukankah Dere yang malu-malu dan manis itu sangat menawan?”

“Eenn~~ sebenarnya, kemarin, secara pribadi aku sudah merasakan Tsun di dahiku, itu
tetap agak sulit diterima, tapi entah kenapa aku merasa kalau dia bukan orang yang sangat
jahat. Aku tidak bisa menyangkal kalau ini terasa seolah-olah hati seorang priaku sudah
ditipu.”

“Uwaaa, kau benar-benar mudah ditipu, kau tahu.”

“Aku sudah bersiap-siap!”

Ketika ratapan Otto yang menggelikan terdengar di seluruh hutan di pagi hari, para burung
yang ketakutan pun membentangkan sayapnya dan terbang ke langit.
Otto yang berisik di satu sisi, dan Garfiel yang sulit untuk dibenci di sisi lain. Bersama
dengan mereka berdua seperti ini, untuk pertama kalinya semenjak datang ke dunia parallel
ini, Subaru merasa seperti mendapatkan rekan jahat yang bisa dia anggap setara
dengannya, dalam hal pemahaman kata-kata.

“Well, aku juga sangat mudah.”

Dan, merilekskan pipinya, Subaru sedikit tersenyum.


XxxxX
Menunggu datangnya malam, berdiri di depan pintu masuk Makam, Subaru saat ini merasa
kalau angin gelap yang menerpa kulitnya, benar-benar berbeda dengan angin segar di pagi
hari tadi.

“Kalau malam, tempat ini benar-benar terasa seperti makam. Ini bahkan lebih mencekam
dibandingkan kemarin.”

Menatap pintu masuk Makam saat mengucapkan hal tersebut, rambut peraknya berkibar
tertiup angin, dia adalah Emilia. Bermain-main dengan ujung kepang tiganya, Emilia melirik
ke arah Subaru.

“Apa menurutmu akan baik-baik saja kalau masuk ke dalam sekarang?”


“Jika mereka memiliki tanda di pintu masuk yang mengatakan „Kami buka jam 7 Malam‟,
pasti akan lebih mudah untuk mengetahuinya, tapi sepertinya mereka tidak melakukan hal
itu…. Jika Ujiannya dimulai kurang lebih saat malam tiba, ketika sudah gelap, kupikir
seharusnya sudah cukup baik.”

“Yeah. Baik, kalau begitu aku akan masuk.”

Dengan sedikit desahan, bahkan saat mengatakan hal tersebut, Emilia terlihat masih belum
bisa memantapkan pikirannya.
Berada di sampingnya, menunggu Emilia mengumpulkan keberaniannya, Subaru menoleh
untuk melihat ke belakang.

Terdapat empat orang yang datang untuk mengantar Emilia mengambil Ujian. Ada Garfiel
dan Lewes dari tim Sanctuary, ada wakil Roswaal, Ram, dan kemudian, ada orang yang
tidak-yakin-kenapa-dia-bisa-ada-disini, Otto. Tapi jika kita menambahkan dia bersama
dengan Emilia dan Subaru di faksi Emilia, mereka bisa dianggap sebagai faksi paling besar
di sini.

“Tapi di sisi lain, jika kita menghitung keseluruhan Sanctuary, maka kita akan menjadi faksi
terkecil di sini. Kalau dipikir-pikir, hidup memang menjadi sangat sulit mulai saat ini.”

“Apa yang kau gumamkan? Itu benar-benar meeeeenggangguku.”

“Aku hanya berbicara sendiri. Emilia-tan fokus saja bersiap-siap menghadapi apa yang ada
di depan sana. Meski begitu, sejujurnya, karena aku tidak mengetahui isi Ujiannya, itu
benar-benar membuatku khawatir….”

“Tidak tahu isinya, itu sama dengan semua yang sudah mengikuti Ujiannya sejauh ini, ya
kan? Aku seharusnya tidak berbuat licik dan mulai curang saat giliranku tiba. Meski dengan
kondisi yang sama, aku pasti akan mencoba yang terbaik.”

Melihat Emilia semakin menguatkan genggamannya, dan menyemangati dirinya sendiri,


Subaru pun dengan cepat mengangkat tangannya di depan mata seperti sedang berlindung
dari sinar yang begitu terang.

Sekarang, cara Subaru mencoba meminta bantuan Penyihir untuk berbuat curang, seketika
langsung dianggap licik. Karena, dibandingkan dengan dirinya, Emilia itu sangat murni dan
mulia.

“E.M.K. itu benar-benar berlebihan!!”

(T/N : EMK apa hayo? EMK : Emilia Mayor Knighto)


“Oh, sudah lumayan lama semenjak terakhir kali aku mendengar Subaru mengatakan itu.”

Diawali dengan sebuah tawa kecil, ekspresi Emilia pun hancur saat dia mendengar slogan
lama Subaru. Melihat senyumnya, Subaru meyakini kalau sebuah lelucon ternyata masih
layak digunakan, dan mengangguk,

“Pokoknya, aku tidak tahu apa yang ada di sana, tapi jika kau merasakan bahaya,
berteriaklah. Jika kau memanggil namaku, aku pasti akan terbang tepat di sampingmu.”

“Jika kau masuk, bukankah kau akan langsung menjadi PA-TAN?”

“Sudah lama sejak terakhir kali aku mendengar seseorang menyebutnya PA-TAN..”

(T/N : PA-TAN : Sfx untuk jatuh / pingsan(?))

Melihat Emilia cemberut, tepat ketika Subaru mulai membantah dan menggaruk wajahnya,
dengan “Tapi”, Emilia melanjutkan,

“Terima kasih sudah mengkhawatirkanku, Puck juga masih belum menunjukan wajahnya
sama sekali, jadi aku saaaaaaangat khawatir. Dan saat ini aku merasa seperti benar-benar
mengandalkan Subaru.”

“Kalau begitu, kau bisa menyandarkan bebanmu itu padaku, kau tahu. Emilia-tan itu ringan
seperti bulu, dan jika aku tidak menyentuhmu dari waktu ke waktu untuk memastikan kalau
kau masih ada di sana, aku pasti akan sangat khawatir.”

“Tapi entah mengapa aku merasa kalau jarimu yang menggeliat itu benar-benar menjijikan.”

Melihat Subaru menggerakkan jari-jarinya tanpa henti, Emilia pun tersenyum kecut. Dan,
dengan kegugupannya yang sedang terurai, Emilia melakukan peregangan yang membuat
tubuhnya terlihat lebih tinggi.

“Entah mengapa, aku merasa bahuku menjadi sedikit lebih ringan. Semenjak pertama kali
kita bertemu, ini adalah apa yang selalu Subaru targetkan, iya kan?”

“Jika aku memiliki kemampuan PENGOBATAN tingkat atas semacam itu, aku tidak akan
menjadi bocah kesepian yang menghabiskan waktunya untuk belajar origami agar bisa
membuat „Rindougurumas‟.”
Subaru memperlihatkan suatu kebanggaan saat mencapai sebuah seni ekstrem yang
mengalir keluar dari jari seseorang. Meski begitu, tidak ada orang lain yang bisa dia
tunjukan karyanya, selain orang tuanya.

Mendengar ucapan Subaru yang membosankan tentang masa lalunya, Emilia dengan
cantik memiringkan kepalanya untuk menunjukan ketidakpahamannya. Tapi melihat Emilia
saat ini yang benar-benar manis, Subaru menyilangkan tangannya dan mengangguk.

Dan dengan ekspresi tidak paham yang masih ada di wajahnya, Emilia menoleh ke arah
Makam.

“….. Kali ini, aku akan maauk, berdoalah agar aku bisa kembali dengan selamat.”

“Aku akan terus berdoa sampai telinga Buddha berdarah.”

Mengantar kepergiannya dengan kata-kata tersebut, Subaru menyaksikan punggung Emilia


menghilang di dalam Makam. Kemudian, di awali dari pintu masuk, satu persatu cahaya
pun bersinar, seperti yang terjadi pada Subaru saat memasuki Makam pagi tadi.

Dan begitulah, langkah kaki Emilia menyusuri masuk ke dalam Makam. Sepertinya
Ujiannya akan mengambil tempat jauh di dalam lorong. Bahkan lebih jauh dari apa yang
Subaru lihat pagi tadi saat memaksa matanya untuk melihat ujung lorong.

“Kekhawatiran tergambar jelas di wajahmu, nak!”

Lalu, berjalan di samping Subaru yang seluruh kekhawatirannya terlihat dari matanya,
seorang gadis kecil…. atau orang dewasa yang hidup di dalam tubuh yang terlihat seperti
gadis kecil, Lewes, memanggilnya. Tidak cocok dengan sosok kekanakannya dan manis,
apa yang menghiasi wajahnya adalah senyum yang terlihat sudah berumur dan tua.

“Semuanya akan baik-baik saja, tidak perlu khawatir. Ujian atau nama berlebihan apapun
yang sebut, itu bukanlah sesuatu yang bisa menmbahayakan nyawa atau semacamnya.”

“Kau tahu tentang isi Ujiannya?”

“Aku sudah pernah mengikutinya sendiri. Menjadi darah campuran dan memiliki kualifikasi,
hal itu sangatlah wajar. Meskipun pada akhirnya, aku tidak lulus…. lihat, aku masih baik-
baik saja dan sehat.”

Lewes melakukan sebuah lompatan kecil di tempat dia berdiri untuk menunjukan kalau dia
masih sehat. Dan melihat Lewes mencoba menggunakan gerakan yang terlihat manis itu
untuk mengusir kecemasannya, dari dalam lubuk hatinya, Subaru sangat menghargai
perhatian Lewes, dan,

“Lalu, apakah itu alasannya kenapa kau menjadi seorang Loli di luar dan nenek tua di
dalam? Jika Emilia-tan menjadi Loli, Emilia-tan masih akan terlihat manis, tapi apa Emilia-
tan akan benar-benar menjadi seperti itu?”

“Aku benar-benar bodoh menanggapimu cukup serius untuk tidak mengharapkan jawaban
seperti itu. Kau tahu, Su-bo, kau itu mirip seperti Gar-bo, sama sekali tidak tahu bagaimana
caranya menghormati orang tua.”

“Apa yang membuatmu berpikir seperti itu? Sebenarnya, aku merasa jauh lebih baik
sekarang. Aku membuatmu khawatir, maaf soal itu.”

Melihat Subaru menundukan kepalanya, Lewes mendesah, menggelengkan kepalanya


mengatakan “Kenapa kau tidak mengatakan hal itu sejak awal?”, dan berpura-pura
mengusap air mata yang sebenarnya tidak ada menggunakan lengan bajunya yang
panjang dan tidak memiliki pergelangan tangan,

Menunggu, dan menyaksikan semua ini dari samping, Garfiel menyilangkan tangannya
dengan ekspresi keras, lalu, dia dengan hening menoleh untuk melihat ke arah Makam. Tak
disangka, Otto dan Ram terlihat sedang terlibat percakapan mengenai sesuatu, dan
sepertinya mereka sudah membuat pemahaman seorang teman sampai ke tingkat tertentu.
Bagi Subaru, yang hanya memiliki sedikit pembicaraan ramah dengan Ram, menyaksikan
pemandangan ini, adalah sesuatu yang sangat besar.

„Aku harus melakukan sesuatu. Aku lebih baik meminta Otto mengajari teknik khusus untuk
berbicara dengan Ram tanpa membuatnya kesal‟, Subaru diam-diam bersumpah di dalam
hatinya, sebelum sekali lagi mengalihkan perhatiannya pada Makam.
Tanpa disadari, tangan Subaru sudah berada di depan pinggangnya, menggosokkan ibu
jarinya satu sama lain seolah-olah sedang berdoa.

Memang sangat menyakitkan, tidak bisa melakukan apa-apa selain menunggu. Dibanding
ditinggalkan dan menunggu seperti ini, akan jauh lebih mudah kalau dia mengambil Ujian
itu sendiri.

Namun, ketika pemikiran sombong tersebut terlintas dalam pikirannya, bersamaan dengan
hal itu, sebuah perubahan tiba-tiba terjadi di hadapan Subaru.

“………”
Melihat perubahan ini, di saat yang sama, semua orang yang hadir juga tersentak,
Berulang kali mengedipkan mata, layakya respon yang diberikan saat kegelapan tiba-tiba
menyebar setelah satu-satunya sumber cahaya menghilang, bagaimanapun,

“Cahaya di dalam Makam padam?”

“Ketika Ujiannya masih berlangsung, cahayanya seharusnya tetap menyala…”

“Maksudmu, mereka tidak seharusnya padam?”

Melihat ke arah Lewes yang dianggap tahu segalanya, bahkan mata kecilnya yang
bijaksana itu pun terlihat bingung dengan situasi ini. Hal ini sudah lebih dari cukup untuk
memberitahu Subaru kalau situasi ini sama sekali tidak berada dalam ekspektasi mereka.
Entah itu Garfiel yang membuka tangannya yang menyilang dan berlari, Ram yang
mengernyitkan dahinya, ataupun Otto yang panik, nampaknya tidak ada seorang pun yang
memiliki petunjuk mengenai hal ini.

“Su-bo? Kau tidak memiliki Kualifikasi. Makamnya tidak akan membiarkanmu masuk…”

“Aku sudah memperhatikan kuliahnya dengan benar, jadi aku juga memiliki Kualifikasi, kau
tahu….. Biarkan aku melihat ke dalam, tidak peduli bagaimana keadaan Emilia, aku pasti
akan mengeluarkannya.”

Dia tidak mungkin hanya akan diam berdiri dan menunggu.


Di saat yang sama ketika Subaru tanpa takut melangkahkan kakinya ke dalam Makam,
cahaya yang ada di lorong pun menyala sekali lagi tepat seperti ketika Emilia masuk ke
dalam.
Merasakan Lewes dan Garfiel yang tersentak di belakangnya, sebelum mereka bisa
mengatakan apa-apa untuk menghentikannya, Subaru sudah berlari masuk ke dalam
Makam.

Lorongnya masih dipenuhi dengan debu, satu tarikan napas saja sudah cukup untuk
membuat paru-paru terasa tidak nyaman.
Langkah kaki Subaru menggema, menghentak lantai dengan keras, Subaru semakin
masuk ke dalam lorong… semakin masuk ke dalam Makam.

“Sialan, aku mengacaukannya. Kenapa aku membiarkan diriku berada di belakang seperti
kartu truf dan menunggu sampai semuanya menjadi tidak beres, harusnya aku masuk ke
dalam bersama dengan Emilia, Aaaaaaaahhh….”
Dengan penyesalan yang meluncur keluar dari bibirnya, Subaru berlari.
Lalu, tiba-tiba, saat dia melihat cahaya yang mencapai ujung lorong, Subaru sampai di
sebuah ruangan kecil.

Menyeret langkahnya yang terhenti, Subaru melihat sekeliling ruang kecil tersebut.
Meskipun itu juga bisa disebut kamar, tempat itu lebih terlihat seperti ruangan berbentuk
kotak aneh dengan keempat sudutnya yang terukir. Tanpa ada perabot apapun, di sana
hanya terdapat sebuah pintu yang dihiasi dengan lampu berwarna putih cyan.

….. Dan di atas lantai di depan pintu tersebut, terdapat seorang gadis berambut perak
terbaring di sana.

“….. Emilia.”

Berteriak, Subaru langsung berlari menuju tubuh yang tergeletak tersebut.


Mengangkat sosok lembut Emilia dengan menggunakan lengannya, tidak peduli apa yang
terjadi, dia pasti akan mengeluarkan Emilia dari sini….

“…. Pertama-tama, kau harus menghadapi masa lalumu~”

Di momen berikutnya, sebuah sensasi seperti ada sesuatu yang berbisik di sebelah
telinganya, merangsek ke dalam kesadaran Subaru. Suara apa itu, dia bahkan tidak
memiliki waktu untuk memikirkan hal itu.

Jatuh dengan lututnya, tidak bisa bergerak, tubuh Subaru pun roboh layaknya boneka.
Meluncur di atas lantai karena momentum tersebut, tubuh Subaru terkapar di tanah di
samping Emilia.
Kemudian, terbaring di sebelah Emilia yang tak sadarkan diri, kesadaran Subaru pun juga
terseret masuk ke dalam keadaan tidak sadar…..
XxxxX
….. Dimulai dengan terbangun dari tidurnya, Subaru menghirup udara seperti sedang
menjulurkan kepalanya keluar dari permukaan air. Itu adalah sebuah sensasi yang muncul
saat keluar dari lautan tidur, dan menginginkan sebuah kenyataan, layaknya tubuh yang
menginginkan udara….

“GUMMMMOOOOO….. NINGU, SON!!”

“WaaaAHMMURABI HO-TEN!”

Sapaan puitis pagi tersebut, menyerangnya dengan sebuah dampak penghancur.


Merasakan rasa sakit dari sebuah beban yang menekan tubuhnya dan memeras semua
udara keluar dari ususnya, tubuh Subaru yang baru terbangun pun meloncat keluar dari
ranjang bersamaan dengan beban tersebut, sebelum akhirnya jatuh ke dalam serangan
batuk yang ganas.

“Oyoyoyoy, apa ini apa ini. Ini kan hanya PENEKANAN cinta yang biasanya untuk
membangunkanmu. Kecerobonmu benar-benar MEMBARA kali ini.”

“Gahk, ehk…. apa yang kau harapkan…. dari musuh yang tertidur…. ayolah!!”

Apa-apaan yang terjadi di sini, Subaru mengangkat wajahnya dengan air mata di matanya.
Dan di sana, orang yang berdiri di hadapan tubuh Subaru yang setengah terjulur,
menolehkan kepalanya.

“Apa-apaan itu. Kau seperti baru saja melihat ayah paruh bayamu yang telanjang bulat di
pagi hari, kau!!”

Pria itu mengatakan hal tersebut sambil menunjukan sebuah POSE, dia adalah ayah paruh
baya Subaru yang separuh telanjang di pagi hari…. Natsuki Kenichi, tertawa dengan
sepenuh hati, dan memberkati anaknya yang terbangun dari tidurnya.

-Chapter 15 End-

Anda mungkin juga menyukai