Volume 2 (END)
Artist: Eeru
PDF by:
—2—
—3—
—4—
—5—
—6—
—7—
Prologue — Supaya Kamu Takkan Kesepian
Sejak awal kedai ini bukanlah tempat yang sangat bising, tapi
hari ini cukup sunyi ketika penyair berkunjung.
—8—
—9—
Cerys Flores. Seorang pendosa yang hampir menghancurkan
dunia. Si Penyihir Malapetaka.
— 10 —
“Tanpa diberitahu juga aku sudah tahu, tapi aku lebih baik
darimu.”
Aku tahu bahwa jalan yang kulalui ini merupakan jalan yang
penuh duri dan akan membuat seluruh dunia melawanku.
— 11 —
“Ak-Aku tidak menangis, kok!”
— 12 —
Sebenarnya, perasaan macam apa yang disebut cinta?
Aku takkan pernah jatuh cinta dengan siapa pun, dan tidak ada
wanita yang jatuh cinta denganku.
— 13 —
“Aku hanyalah monster yang dikendalikan dengan
gelar 'pahlawan'. Setidaknya, para petinggi kerajaan ini pasti akan
berpikir begitu. Masyarakat biasa hanya mempercayaiku dengan
polosnya.”
— 14 —
“Aku tidak keberatan sama sekali. Aku tak keberatan sendirian
terus. Perasaan cinta memang tidak cocok untuk pahlawan, iya
‘kan?”
“Kalau begitu apa boleh buat, deh. Setidaknya, aku akan tidak
bahagia bersamamu.”
— 15 —
Demi mewujudkan itu, aku tidak peduli jika aku terjatuh ke
dalam jurang neraka.
Oleh karena itu, kita tidak bisa tidak bahagia bersama. Biar aku
saja satu-satunya yang tidak bahagia.
— 16 —
Bab 1 — Liburan Musim Panas Mantan
Pahlawan Dan Mantan Penyihir
Bagian 1
“Panas sekali…”
Satu minggu telah berlalu sejak ujian akhir semester dan entah
bagaimana aku berhasil menghindari nilai di bawah KKM lagi.
Aku bukan anggota klub mana pun, jadi aku tidak punya
kegiatan klub untuk dihadiri. Walaupun aku memiliki banyak
pekerjaan sambilan, entah kenapa aku masih memiliki banyak
waktu luang.
— 17 —
“Ak-Aku berhasil hidup ...”
Saat ini liburan musim panas, tapi ibu masih bekerja dan ayah
berada di luar kota.
Dengan kata lain, hanya ada aku saja sendirian di rumah dan
cuma aku yang bisa menjawab pintu.
— 18 —
Penampilannya saat ini sangat beracun bagi seorang remaja
puber seperti diriku, jadi aku pura-pura terbatuk dan mengalihkan
pandanganku.
“Hah ... aku tidak pernah tahu kamu kalau kamu bersemangat
menonton pertandingan olahraga.” Kata Hina dengan nada yang
tidak tertarik.
— 19 —
“Baiklah, aku akan menonton TV saat kamu bersiap -siap.”
Ujar Hina ketika dia duduk di sofa dan mengoperasikan remote TV.
“Baju renang?…”
— 20 —
Ucap Hina dengan senyum lebar. Dia kelihatannya sangat
bahagia hari ini, baguslah untuknya.
“... Baju renang yang aku beli tahun lalu sudah tidak cocok lagi
denganku.”
— 21 —
Hina mendengus dan meninggalkan rumah duluan.
“Yah, baiklah.”
◇◇◇◇
— 22 —
“Hmm, ya... tapi aku ingin istirahat dulu. Ayo mampir di kedai
kopi dulu.”
“Mantapnya~”
— 23 —
“Mana ada. Aku hampir mendapatkan sengatan panas tempo
hari.”
“Ugh ... aku memakai tabir surya, tapi sinar matahari masih
terlalu kuat ...”
— 24 —
Singkatnya, dia ingin aku membantunya memilih baju renang
untuknya.
“Ada apa?”
“…Kenapa?”
Bagian 2
— 25 —
Dia mengenakan gaun one-piece berwarna putih.
“Ha-Halo…”
“Baiklah~”
— 26 —
“Kamu juga membayar minumanku? Tumben-tumbennya
kamu perhatian sekali.”
“Jangan risau. Hina dan aku hanyalah teman masa kecil, tidak
lebih.”
Selain itu, kami lah yang menyeretnya kemari. Jadi dia tidak
perlu merasa tidak enakan tentang apa pun.
— 27 —
Shiina meraih ujung kemejaku dan menyeretku sembari
tersenyum lembut.
— 28 —
Aku selalu berpikir, meskipun kami bisa menjadi teman, mana
mungkin hubungan kami menjadi langsung dekat dalam waktu
singkat.
— 29 —
Yah, baju tersebut merupakan model baju yang tidak pernah
dia gunakan dalam kehidupan sebelumnya.
Logika masam apa itu? Jika aku mengatakan kalau baju itu
tidak terlihat aneh maka itu tidak terlihat aneh? Apa?
— 30 —
Kira-kira, apakah Shiina atau gadis-gadis lain akan memakai
bikini semacam ini? ... A-Ahem.
“Aku tidak tahu apa yang sedang kamu bicarakan. Aku akan
membeli baju renangku dulu, jadi sampai jumpa lagi.”
— 31 —
“Hmmm~. Aku akan mencobanya terlebih dahulu, jadi bantu
aku memilihnya, oke.”
— 32 —
Hal pertama yang menarik perhatianku adalah dadanya yang
besar ditutupi oleh kain putih. Setelah dari sana, aku mengalihkan
pandangan ke bawah ke pinggangnya yang ramping dan baju
renang dengan model yang mirip seperti rok mini. Ups, aku terlalu
lama menatapnya.
"Tidak buruk."
— 33 —
“Kamu salah paham! Yah, mau salah paham atau tidak, apa
boleh buat, oke? Aku juga masih remaja yang puber, oke!”
“Mhmph! Saat kita masih kecil, setiap kali kita pergi ke kolam
bersama, aku dulu memakai sesuatu seperti ini, kan?”
“Jujur saja, aku hampir tidak ingat apa yang kamu kenakan
pada saat itu.”
— 34 —
Sejujurnya, aku cenderung melupakan kenangan masa kecilku
berkat kenangan kehidupanku sebelumnya.
“Ya.”
“Uhh ... aku masih di sini, tau? … lagian, apa kalian berdua
benar-benar berpikir seperti itu mengenai aku, hah?”
— 35 —
“Hmmmmm ... kurasa aku akan mengambil yang pertama saja
deh. Rasanya sangat disayangkan buat yang lainnya ... tapi yah,
gapapa lah.”
“Ba-Bagaimana menurutmu?”
“Tidak juga…”
“Begitu ya?”
— 36 —
Shiina menunjukkan senyum gelap padaku.
“Ya, tapi ada hal yang disebut pelajaran renang di dunia ini,
tau?”
“Ja-Jangan menertawakanku!”
“Aku tidak peduli apa aku tidak bisa berenang atau tidak!
Selain itu, aku hanya seorang gadis SMA yang normal sekarang!”
— 37 —
Ketika aku mengatakan itu, dia menampar keras punggungku.
...Begitu rupanya.
“Be-Begitu ya ...”
— 38 —
Jangan mendadak bertingkah lemah lembut seperti ini, aku
tidak tahu bagaimana harus menanggapinya!
“Bu-Bukan apa-apa.”
— 39 —
“Mai-chan terlihat sangat menempel lengket padamu, tau?”
“Menempel….?”
“... Yah, jika kamu penasaran mengenai apa yang terjadi, hanya
saja kami akhirnya menjadi teman sekarang.”
“Apa maksudmu?”
— 40 —
Ketika aku menanyakan itu kepadanya, dia hanya
menggelengkan kepalanya. Apa sih yang sebenarnya dia pikirkan?
— 41 —
Gerakannya terlihat sangat lucu, tapi hal itu membuatku secara
tidak sengaja mengalihkan pandanganku.
Namun, jika dia tidak ingin aku melihatnya, kenapa dia bahkan
melakukan ini?
Aku tidak bisa melihat apa yang dia lakukan, tapi dari suara
mereka, aku mulai memahami apa yang sebenarnya terjadi.
— 42 —
— 43 —
Tunggu, apa yang sedang mereka lakukan?
— 44 —
Aku merasakan keinginan untuk melarikan diri dan kembali ke
rumah tetapi, pada saat yang sama, aku ingin tetap tinggal di sini.
Untung saja tidak ada orang lain di sekitar kami. Jika beneran
ada, rasanya akan sangat memalukan. Memuji Shiina dengan
sebutan ‘imut’ saja sudah cukup buruk, aku tidak membutuhkan
serangan mental yang merusah martabatku ...
“Ap-Apa?”
“Bukan apa-apa~”
— 45 —
Tak berselang lama kemudian, Shiina keluar dari ruang ganti
dan mengatakan bahwa dia akan membeli baju renang yang merah
tadi.
“... jika kamu beneran tidak mau, kamu tidak perlu pergi, tau?”
— 46 —
Akhir-akhir ini, aku merasa kesulitan untuk mengatakan apa
yang kupikirkan.
Bagian 3
— 47 —
Aku langsung bersiap-siap dan pergi ke stasiun.
Jika aku tahu kalau inilah yang terjadi, mendingan aku kembali
tidur lagi saja.
— 48 —
“Itu salah satu alasannya. Tapi alasan utama kenapa aku tidak
mengundangmu adalah karena kamu selalu cari-cari alasan untuk
pulang lebih awal.”
“Shi-Shinji!”
— 49 —
— 50 —
Yuuka langsung tersipu dan mencoba menutup mulut Shinji
dengan tangannya, tapi Shinji dengan lihai menangkis gerakannya
dan duduk tepat di sebelahnya. Melihat rencananya gagal, Yuuka
menggembungkan pipinya.
— 51 —
“Seharusnya kamu ngaca dong. Kamu sama terlambatnya
denganku.”
“Asal kamu tahu saja, aku datang ke sini lima belas menit lebih
awal darimu.”
Bahkan tanpa Hina, aku tahu kalau aku orang yang lebih baik
darinya.
Sesuatu yang besar pasti terjadi jika Shiina, dari semua orang,
terlambat.
— 52 —
{U-Um… A-Aku tersesat…}
“Eh...”
Cari-cari alasan.
◇◇◇◇
— 53 —
Aku melihatnya dalam pakaian kasualnya kemarin dan hari ini
dia mengenakan gaya pakaian yang berbeda. Untuk gadis kikuk
seperti dirinya, dia ternyata sangat bergaya…
“Te-Terima kasih…”
“Kenapa?”
— 54 —
Seharusnya akulah yang merasa gugup di sini.
Setelah aku mengatakan itu, aku mengingat kalau dia baru saja
memberitahuku beberapa hari yang lalu kalau dirinya tidak bisa
berenang.
— 55 —
“Tapi tetap saja, bukannya lebih baik jika Hina atau Yuuka
yang mengajarimu?”
“…Memangnya kenapa?”
“…”
“…”
— 56 —
asyik memainkan game di ponselnya. Hina dan Yuuka
merencanakan jadwal kami sambil melihat pamflet.
◇◇◇◇
— 57 —
Hina mengeluh sambil tersenyum kecut. Mendengar ucapan itu,
Shinji menanggapi sambil mengipasi wajahnya dengan tangannya,
“Ayo cepat masuk. Aku sudah tidak tahan dengan cuaca panas
ini.”
Dia meraih lengan bajuku saat mengatakan itu. Jika ada gadis
lain yang melakukannya, aku akab curiga jika dia mencoba
merayuku entah bagaimana, tapi karena orang yang melakukannya
adalah Shiina, yang bahkan tidak kepikiran untuk melakukannya,
aku membiarkannya melakukan apa pun yang dia inginkan.
— 58 —
Shiina balas mengangguk setelah mendengar kata-kataku.
Bagian 4
— 59 —
“Apa? Apa kamu masih menyebut dirimu sebagai laki-laki?
Atau kamu sudah berubah menjadi seorang pertapa?”
“Hentikan itu.”
“Uwah…”
— 60 —
Aku mendengar suara kecewa dari belakang, jadi aku berbalik.
Di sana, aku menemukan tiga gadis dengan balutan baju renang
mereka. Yuuka menatap Shinji dengan tatapan kecewa, Hina
terkikik di sampingnya dan Shiina terlihat gugup karena keramaian
orang.
“Ya, karena bikini itu sangat cocok untuknya. Dia terlihat imut
mengenakannya dan dengan kulit sehalus itu, penampilannya
sudah pasti tampak cantik.”
— 61 —
“Aku akan membiarkan mereka lolos untuk saat ini.”
“S-Shiina?”
— 62 —
Aku memalingkan wajahku dan menjawab pertanyaannya.
“Begitu ya…”
“Benarkah?”
Aku tidak akan tahu karena aku berusaha sangat keras untuk
tidak melihatnya. Tapi aku bisa merasakan tatapannya padaku.
— 63 —
Shiina terkikik saat mengatakan itu. Aku tidak bisa
mengatakan apapun untuk membantahnya.
◇◇◇◇
— 64 —
Aku tidak tahu detailnya, tapi penjelasanku hampir mendekati
kebenarannya.
“O-Oke…”
— 65 —
Saat aku menghela nafas, aku merasakan sensasi lembut di
lengan kananku. Hampir seketika, jantungku mulai berdetak lebih
cepat.
“Ini pelampungmu.”
“Rasanya nikmat.”
— 66 —
“Maafkan aku… aku sangat menyusahkanmu hari ini…”
“Terima kasih.”
— 67 —
“Tidak, aku tidak apa-apa… Jika aku tidak melakukan ini, aku
tidak bisa bersenang-senang dengan semua orang…”
Kedua gadis itu saling menatap dan tertawa segera setelah itu.
Aku sudah tidak paham lagi dengan mereka berdua.
Segera setelah itu, ada percikan air yang besar. Yuuka menoleh
ke arah kami dan memamerkan tanda peace.
— 68 —
Semua orang bersenang-senang, bagus untuk mereka.
“Yah, karena kamu tidak bisa berenang, jadi lebih baik kamu
tidak memaksakan dirimu.”
Begitu rupanya…
— 69 —
“Baiklah, ayo beristirahat dulu di sini sampai semua orang
kembali.”
“Ugh…”
— 70 —
Semua ititerjadi karena Shiina tidak memahami bagaimana
mengatur jarak. Aku harus mengajarinya dengan cepat tentang ini.
Jika dia memperlakukan semua orang seperti dia
memperlakukanku, orang-orang pasti akan salah paham dengannya.
"…Apa maksudmu?"
“… Apa kamu yakin kalau dia cuma tidak enak badan atau
semacamnya?”
Kami sudah saling kenal sejak kami masih kecil, jadi aku tahu
bahwa Hina telah memaksakan diri untuk sementara waktu.
Tapi, berbeda dengan pria yang ada di sampingku ini, aku tidak
tanggap, jadi aku tidak tahu alasan mengapa dia merasa sedih.
— 71 —
Shinji berkata bahwa dia tersakiti, tapi aku tidak memahami
penyebabnya.
“Aku tahu kalau kamu orang yang tidak terlalu peka, tapi
sebelum aku bisa memberitahumu segalanya, kamu harus memilah
perasaanmu terlebih dahulu.”
— 72 —
...Sebaliknya, fakta bahwa sifatnya jauh lebih dewasa dari kita
terasa lebih lucu daripada leluconnya.
— 73 —
Shinji cuma bisa menepak dahinya setelah melihat ekspresi
kami berdua. Ia mungkin tidak tahu harus berkata apa kepada kami.
Bagian 5
“Ayo ayo saja sih, tapi kamu harus sadar bahwa tidak peduli
seberapa banyak kamu menantangku, kamu takkan pernah
mengalahkanku.”
— 74 —
Sepertinya dia telah mendapatkan kembali beberapa
kekuatannya. Kurasa bermain -main di tempat ini membantunya
dengan itu.
Aku tidak tahu apa yang salah dengannya, tetapi selama dia
seceria, seharusnya semuanya bakalan baik-baik saja.
Ketika aku memikirkan hal ini, aku merasa ada seseorang yang
menatapku dari samping.
Yah, aku tahu bahwa ototku akan terlihat jelas jika aku
bertelanjang dada begini.
— 75 —
Tiba-tiba, Yuuka ikut bergabung di antara percakapan kami.
“Bohong.”
“Ap-Apa?! H-Hey! ”
— 76 —
“Maaf, maaf. Baiklah, ayo kita lakukan.”
“Ugh ...”
— 77 —
“Jangan bilang…”
Aku memiliki perasaan buruk tentang hal itu, jadi aku langsung
berenang ke arah percikan besar itu. Ketika aku semakin dekat, aku
melihat si idiot mengepakkan anggota tubuhnya. Aku tidak tahu
bagaimana dia sampai di sana, tetapi dia jelas-jelas tenggelam!
Ketika aku merasa lega dengan fakta itu, aku menjadi sadar
dengan sensasi lembut karena dia melekat pada tubuhku.
— 78 —
Pokoknya, aku menarik Shiina keluar dari kolam renang
terlebih dahulu. Ketika kami keluar, dia meminta maaf dengan
ekspresi cemberut.
“Tapi…”
“Semua orang sudah tahu kalau kamu itu orang yang kikuk,
jadi jangan khawatir.”
— 79 —
Aku mengatakan itu dengan keras untuk semua orang untuk
mendengarnya. Mereka pun membalasnya dengan tertawa.
Jadi, kamu tidak perlu takut. Kamu bisa bahagia di dunia ini.
Bagian 6
“Capeknya…”
— 80 —
Setelah makan siang, kami berkeliling gedung untuk
bermain.Waktu berlalu dengan cepat sebelum kami menyadarinya.
Aku berganti dari baju renangku dengan baju kaos biasa dan
duduk santai di area istirahat di lantai dua gedung.
Dinding area istirahat terbuat dari kaca, jadi aku bisa melihat
area kolam dari sini.
— 81 —
Dia langsung duduk di sampingku tanpa menunggu jawabanku.
Kenapa dia perlu bertanya segala?
‘Jadilah temanku.'
— 82 —
untuk menyelamatkanmu. Jadi, kamu bisa mengandalkanku.
Jangan pendam semuanya untuk dirimu sendiri. Bicaralah
denganku jika kamu membutuhkan bantuan. Untuk itulah
gunanya teman, setidaknya itulah yang dikatakan Hina’
‘Terlebih lagi, jika kamu menjadi temanku ... aku bisa menjadi
satu-satunya pahlawanmu.’
“Kamu tidak perlu merasa malu tentang hal itu. Hari itu adalah
hari paling bahagia dalam hidupku. Berkat kata-katamu, kutukanku
telah diangkat ...”
“Aku tahu kalau perkataan ini masih sedikit lebih awal, tapi
aku ingin mengucapkan terima kasih dengan benar.”
— 83 —
— 84 —
Senyumnya mirip dengan bunga yang mekar di bawah sinar
matahari.
“… Hah?”
“Ma-Maaf…”
“…Syukurlah.”
— 85 —
Dari lubuk hatiku, aku merasa benar-benar bersyukur
untuknya. Aku belum pernah merasakan kebahagiaan sebanyak ini
sebelumnya.
Tentu saja, reaksi mereka akan begitu. Ada cowok SMA yang
tiba-tiba menangis di tempat umum seperti ini…
— 86 —
“Ya…”
“Hah?”
“Shiina ...”
— 87 —
Aku mencintainya, aku sangat ingin memeluknya.
“Iya, apa?”
Tapi hal tersebut merupakan hal yang sulit bagiku. Lagi pula,
untuk waktu yang lama, aku selalu menjalani hidupku sesuai
dengan prinspip keyakinanku. Sial, aku bahkan tidak bisa mengakui
perasaanku sendiri sampai hari ini. Tapi sekarang, aku akhirnya
menyadari apa yang ingin kulakukan.
“…Begitu ya.”
Apa sih yang aku lakukan? Tentu saja, dia akan bertanya
tentang itu jika aku mengungkapkannya.
— 88 —
Aku bahkan belum memiliki keberanian untuk menembaknya.
Tidak satu jam sejak aku menyadari perasaanku, rasanya masih
terlalu dini untuk menyatakan perasaanku ...
— 89 —
“Ke-Kenapa kamu mendadak murung begitu? Kamu lebih
ekspresif dari biasanya hari ini ...” Kata Shiina dengan wajah
kbingungan. Tentu saja dia akan bingung.
“... Yah setidaknya, diriku yang saat ini jauh lebih baik
ketimbang waktu itu.”
— 90 —
“La-Lantas kenapa?! Manusia tuh sangat menakutkan,tau?! ”
Shiina mulai membuat klaim yang tidak masuk akal, jadi aku
mencoba menenangkannya. Ketika sedang melakukan itu, aku
mendengar langkah kaki mendekati kami.
— 91 —
“Ah, kalau dipikir-pikir, dia sudah menghilang dari tadi ...”
Tapi sudah lebih dari sepuluh menit sejak dia pergi, dan dia
masih belum kembali.
◇◇◇◇
— 92 —
Sementara semua orang berbicara tentang betapa serunya
pengalaman hari ini, aku menatap ke luar jendela sambil
memikirkan perilaku aneh Hina.
Aku tidak tahu siapa itu, tapi ada seseorang yang menatapku
dan Shiina dari kejauhan ketika kami berbicara. Aku mencurigai
kalau orang itu adalah Hina.
“Aku tahu kalau kamu orang yang tidak terlalu peka, tapi
sebelum aku bisa memberitahumu segalanya, kamu harus
memilah perasaanmu terlebih dahulu.”
◇◇◇◇
— 93 —
Jika itu Godou, Ia mungkin menyadari keadaanku yang tidak
enak badan, tapi Ia takkan tahu alasannya.
“Hina?”
Aku tidak berbohong. Aku beneran baik -baik saja, aku hanya
lelah…
Jarak di antara kami lebih dekat dari teman normal, tapi tidak
sedekat sepasang kekasih.
Sejak kami masih kecil, kami selalu mengatur jarak sejauh ini
di antara kami.
Aku hanya takut jika aku melakukan itu, tiba-tiba aku akan
kehilangan posisiku yang sekarang. Aku sudah cukup senang
dengan status saat ini.
— 94 —
... Tapi, setiap kali aku membayangkan bagaimana Ia akan
berpacaran dengan orang lain membuatku merasa sedih. Setiap kali
aku melihat wajahnya yang bahagia ketika berbicara dengan Mai-
chan, dadaku mulai terasa sakit dan rasanya semakin sulit bagiku
untuk bernafas.
Ketika aku melihat adegan itu, aku bahkan tidak bisa berpikir
untuk menghalangi hubungan mereka.
— 95 —
Tidak peduli seberapa absurd situasi yang dihadapinya, Ia
selalu berani melaluinya dengan tenang.
— 96 —
Bab 2 — Cara Bersosialisasi dan Festival
Kembang Api
Bagian 1
Hari ini aku ada jadwal kerja sambilan lagi. Aku mulai
menyesal karena mengambil terlalu banyak shift selama liburan
musim panas yang menyenangkan ini.
“Haah…”
— 97 —
Yah, orang-orang bisa menyebutku manusia, tergantung
pendapat mereka tentang definisi manusia. Tunggu, kenapa aku
mendadak jadi filosofis begini?
Aku bersumpah demi tuhan, aku cuma merasa sedikit lesu saja.
“Begitu ya, jadi kamu sudah menonton film yang lagi viral itu,
ya.”
“Iya, iya, aku dengar kok. Jadi pria itu dicampakkan oleh
seorang gadis karena suatu alasan, lalu?”
— 98 —
melakukan hal yang sama, meskipun gadis itu melakukannya tanpa
sadar, gerakan Kawasaki tidak berpengaruh padaku.
“Oh iya, aku ingat kalau Senpai pernah bilang tidak terlalu
tertarik dengan film romantis, kan?”
“…Ya.”
Pada waktu itu, aku tidak tahu seperti apa rasanya jatuh cinta,
jadi aku sama sekali tidak bisa memahami film-film itu.
— 99 —
gadis yang populer. Jika demikian, dia pasti punya banyak
pengalaman dengan cinta.
“Orang yang aku cintai menjadi tipe orang yang aku sukai.”
“Eh...”
“Yah, begitulah adanya. Aku jatuh cinta dan patah hati dengan
sendirinya. Memang begitulah yang namanya cinta~”
— 100 —
Dia berbicara kepadaku dengan cara yang serius, ekspresi yang
jarang terlihat di wajahnya.
Ketika aku mencoba bertanya apa yang dia maksud dengan itu,
dia menggelengkan kepalanya.
— 101 —
“Karena ini bukan sesuatu yang biasanya kamu tanyakan.”
“Ayo kasih tahu, kasih tahu. Siapa yang berhasil menggaet hati
Senpai? Apa dia masuk ke sekolah yang sama dengan kita? Apa dia
cantik? Siapa Namanya? Aku penasaran! Karena kamu jatuh cinta
padanya, apa dia sama-sama orang aneh sepertimu, senpai?”
“Apakah begitu?”
— 102 —
Memang benar kalau Shiina itu imut. Setiap kali dia berjalan di
jalanan, semua orang akan mencuri-curi pandang ke arahnya.
“Apa?”
— 103 —
— 104 —
“La-Lagipula, aku tidak pernah punya pacar sejak awal, jadi
sepertinya aku juga tidak tahu banyak tentang masalah ini. Tapi
tentu saja, jika kamu benar-benar membutuhkan bantuan Onee-san
ini, aku akan dengan senang hati membantumu~ Ayo kemarilah~”
— 105 —
Begitu ya… Sejujurnya, aku tidak tahu perbedaan antara
menyukai dan mencintai seseorang. Yah, kalau Kawasaki
mengatakan bahwa perasaanku adalah cinta, maka sudah pasti
begitu.
— 106 —
Bisakah aku melakukan hal yang sama seperti ketika aku
bermain-main dengan teman-temanku?
“Oh iya! Kalau tidak salah ada festival kembang api akhir pekan
ini! Coba ajak dia ke sana.”
— 107 —
“Aduh!”
“Jika tidak ada pelanggan yang harus dilayani, ikuti apa yang
dilakukan Shiraishi dan bersihkan tempat itu!”
“Ya…”
Aku memang tidak tahu apa-apa tentang cinta, tapi bahkan aku
pun tahu kalau fantasimu terlalu dibuat-buat, Kawasaki.
Bagian 2
— 108 —
Karena aku memanggilnya 'Godou', jadi Ia harus mulai
memanggilku 'Mai'.
“Hng!!~”
— 109 —
Aku mengingat wajah orang yang 'mengutuk'ku, Godou. Setiap
kali aku mencoba memikirkannya, pikiranku menjadi kosong tanpa
sadar.
— 110 —
“A-Aku baik-baik saja… Ha-Hanya saja, di luar sangat panas,
jadi aku tetap berada di dalam kamarku…”
— 111 —
sepanjang masa. Meski aku kebanyakan membaca novel ringan
akhir-akhir ini, aku biasanya juga membaca buku semacam itu.
— 112 —
bertanya pada Godou, Yuuka juga belum bertanya pada Shinji,
kurasa.}
“Begitu ya…”
Padahal cinta adalah emosi yang indah. Sayang sekali dia tidak
bisa memahami perasaan itu.
…Lagipula, aku juga tidak pernah jatuh cinta, jadi aku tidak
terlalu memahaminya.
Ahem.
— 113 —
{Ngomong-ngomong, apakah kamu ingin bertemu sekarang?
Aku baru saja kembali dari aktivitas klubku.}
◇◇◇◇
“Y-Yay?”
— 114 —
Dia memiliki sepasang payudara yang besar, kaki dan pinggang
yang ramping. Secara keseluruhan, dia mengalahkanku dalam
setiap aspek.
“Hari ini masih panas seperti biasanya, ya. Ah, jangan terlalu
dekat denganku, aku berkeringat, jadi kurasa aku tidak akan berbau
harum.”
“Ah maaf…”
Dia meneguk minuman lemon yang dia beli dari mesin penjual
otomatis. Bagaimana aku harus mengatakannya? Dia tampak
sedikit erotis? …Tunggu, apa sih yang kupikirkan? Tenanglah diriku!
— 115 —
mengetahui hari-hari ketika dia tidak memiliki kegiatan klubnya,
kami memutuskan untuk tanggalnya dengan mudah. Aku sangat
menantikan hari menonton nanti.
…Itu berarti Godou akan datang juga? Ah gawat, lalu baju apa
yang harus kupakai? Aku tidak bisa memakai gaun yang sama
dengan yang kugunakan kemarin, bukan? Aku harus memakai
beberapa pakaian lucu.
“Duhh, dasar.”
“Ngh… kurasa ini tidak akan berhasil. Kalau begitu, ayo pergi
dengan kita bertiga saja.”
— 116 —
Tapi tetap saja, mereka berdua selalu berkomunikasi dengan
santai seperti ini, ya?
Mereka berdua sangat serasi satu sama lain. Siapa pun dapat
melihat bahwa Kirishima-san sangat cantik sehingga orang dapat
dengan mudah salah mengira dia sebagai artis idola. Sedangkan
Godou, meski aku benci mengakuinya, Ia adalah pria paling keren
di dunia ini.
“Eh...?”
— 117 —
Sejujurnya, aku tidak tahu. Aku bahkan tidak tahu mengapa
aku tidak tahu.
“Eh ….?”
Aku membeku sejenak, tidak tahu apa yang dia maksud dengan
itu.
— 118 —
… Itu persis seperti ekspresi yang akan dibuat oleh seorang
heroine setiap kali dia memikirkan tentang sang pahlawan.
— 119 —
Godou takkan mengatakan apa-apa, tapi aku tahu kalau dirinya
akan kesal jika mengetahui perasaanku. Itu sebabnya, akan lebih
baik bagiku untuk menyimpan perasaan ini untuk diriku sendiri.
— 120 —
“… Baiklah, itu saja. Sampai jumpa di bioskop nanti, oke?”
Bagian 3
— 121 —
Acara ini bisa menjadi alasan yang sempurna untuk mengajak
Shiina berkencan.
...Meski aku mengatakan itu, tapi aku mungkin akan malu jika
aku berduaan dengannya.
“Ba-Baiklah…”
“H-Heya.”
— 122 —
{…Halo. Apa ada yang salah?}
— 123 —
Dia mungkin tidak menyadarinya. Maksudku, kita sedang
membicarakan Shiina di sini, seseorang yang memiliki gangguan
komunikasi.
“O-Oke.”
— 124 —
Setelah itu, kami memutuskan waktu dan tempat untuk
bertemu dan mengucapkan selamat tinggal satu sama lain.
◇◇◇◇
— 125 —
Maksudku, dia mungkin pergi ke festival mengugunakan
sepeda, jadi mana mungkin dia akan mengayuhnya jika memakai
yukata. Gadis-gadis yang pergi ke festival mengenakan yukata
biasanya datang dengan kendaraan orang tua mereka, tapi karena
Shiina hidup sendirian, jadi mustahil dia akan mengenakannya.
Masih ada satu jam sebelum waktu yang dijanjikan, tapi aku
tidak tahan menunggu lagi, jadi aku mengambil sepeda dan
meninggalkan rumahku. Hari ini cuacanya cukup cerah, tapi
suhunya tidak sepanas biasa.
— 126 —
Dia menata rambutnya secara berbeda dari biasanya.
Rambutnya disanggul dan dijepit dengan Kanzashi. (TN: Kanzashi
adalah jepit rambut tradisional.)
— 127 —
— 128 —
“… Astaga, kamu terlihat sangat imut.”
“E-Eh….?!”
Dia terlihat lebih manis. Aku tidak bisa ... Aku hampir tidak
menahannya ...
Tapi sekali lagi, apa pun yang dia lakukan, dia selalu terlihat
lucu.
“Aku baru saja tiba. Kupikir aku datang terlalu cepat, tapi
ternyata kamu sudah datang.”
— 129 —
“Taksi.”
“.. Aku baru saja mengatakan kalau kamu terlihat manis, ‘kan.”
— 130 —
Aku merasakan pipiku mulai memanas. Gawat, aku harusnya
lebih berhati–hati lagi. Aku tidak bisa membiarkan perasaan asliku
keluar lagi.
— 131 —
Aku melirik jam dan menyadari bahwa masih ada waktu
sebelum festival dimulai.
“…”
“…”
— 132 —
“Aku harus mencoba untuk merayunya.”
“Itu mengejutkan.”
— 133 —
Dulu pada kehidupanku sebelumnya, tatapan orang-orang
yang diarahkan kepadaku dipenuhi dengan harapan. Rasanya
sangat mencekik.
Jika ada, kupikir dia hanya merasa mati rasa pada saat ini.
“Ingat baik-baik, tidak ada seorang pun di dunia ini yang ingin
menyakitimu.”
“Tetap saja, semua orang yang kutemui sejauh ini sangat baik
hati…”
— 134 —
“Benarkah? … kalau begitu, maukah kamu berteman denganku
selamanya?”
“… Be-Begitu.”
— 135 —
“…”
“…”
“A-Ahem…”
◇◇◇◇
— 136 —
“Jadi, apa kamu ingin pulang sekarang?”
— 137 —
“Aku belum pernah pergi ke festival semacam ini dengan
seorang teman sebelumnya.”
Apa-apaan dia itu, memangnya dia anak SD? Yah, aku tidak
cukup jahat untuk mengatakannya di depan wajahnya saat dia
sebahagia ini.
— 138 —
Aku hampir mengatakan 'Kamu akan tetap terlihat
manis' padanya, tapi aku berhasil menahan diri di saat-saat
terakhir. Aku terus mengulanginya sendiri, tapi dia sangat imut hari
ini. Namun, rasanya memalukan untuk mengatakannya berulang
kali.
“Karena ….?”
“Bu-Bukan apa-apa…”
Kalau melakukannya lebih dari ini, aku akan mati karena malu.
— 139 —
“Kamu masih mau makan lagi? Kali ini kamu akan benar-benar
gemuk, loh.”
“… Ah.”
Mereka begitu dekat satu sama lain. Atau bisa dibilang, mereka
praktis menempel satu sama lain.
— 140 —
Yuuka mengatakan itu dengan wajah merah cerah. Matanya
berkeliaran seperti penjahat yang bersalah. Dia perlu bertingkah
tenang.
“Ha-Halo.”
“Oh, benarkah?”
— 141 —
Kemudian, Yuuka berdehem dan mencoba mengganti topik
pembicaraan.
“B-Benarkah?”
— 142 —
Shinji memiliki ekspresi yang luar biasa serius.
Begitu ya.”
— 143 —
Entah bagaimana aku memahami apa ingin yang Shinji
sampaikan.
Setelah aku menyadari apa itu cinta, aku menjadi sadar akan
perasaan yang diarahkan Hina kepadaku.
“…Ya.”
“E-E-Eh? T-Tunggu…”
— 144 —
Sementara itu, Shinji mengabaikan kedua reaksi tersebut dan
pergi bersama Yuuka.
Yah, dia belum lama pindah ke sini, jadi tentu saja dia tidak
menyadarinya.
— 145 —
Apa sih yang sedang kami lakukan? Yah, karena ini terasa
menyenangkan, jadi aku tidak keberatan.
“Benar sih…”
— 146 —
Pada saat itu, kembang api pertama ditembakkan.
“Cantik sekali…”
◇◇◇◇
— 147 —
Setelah beberapa saat, suara kembang api yang keras perlahan-
lahan berhenti.
“… Shiina?”
“Kita tidak boleh melakukan ini. Kita berdua berteman, iya ‘kan?
Sesama teman seharusnya tidak melakukan hal seperti ini…”
— 148 —
Dia benar.
“…Maaf.”
— 149 —
Dengan kata lain, aku sudah ditolak oleh Shiina.
Bagian 4
Aada banyak yang mengatakan kalau film ini adalah salah satu
film romantis paling populer dan aku tahu alasannya. Kualitas
produksinya tinggi dan dua karakter utamanya gampang disukai.
Tapi menurut pendapat pribadiku, rasanya agak kosong.
— 150 —
Tetapi situasiku yang sekarang sedang tidak normal. Ada
sesuatu yang menggangguku, jauh di lubuk hatiku.
Pada hari itu, Godou dan aku menonton kembang api bersama
sambil bergandengan tangan.
◇◇◇◇
— 151 —
Teater bioskop yang kami kunjungi terhubung dengan pusat
perbelanjaan, jadi area makanan berada dalam jarak berjalan kaki.
Sesampainya di sana, sebagian besar kursi sudah terisi oleh pelajar
seperti kami. Untungnya, kami berhasil menemukan tempat duduk
kosong di dekat jendela. Karena haus, aku membeli teh, sedangkan
Shindou-san dan Kirishima-san membeli jajanan crepes. Aku tidak
memesan makanan apa pun karena aku sudah makan siang
sebelum menonton film dan—
— 152 —
Shindou-san selalu memiliki suasana tenang dan santai di
sekitarnya. Itu membuatku merasa nyaman.
“Kamu bisa saja keluar dari klubmu, tetapi kamu tidak ingin
melakukan itu, kan?”
“Keren abis.”
“Ma-Manis sekali…”
“Ngh!”
— 153 —
Aku terkejut dengan itu, tapi Shindou-san hanya menatapnya
dengan tenang. Setelah beberapa saat, Kirishima-san terbatuk
dengan wajah merah dan mencoba mengganti topik pembicaraan.
— 154 —
Masa depan… kebahagiaanku…
“…Mai-chan?”
◇◇◇◇
— 155 —
Emosiku yang meluap-luap ini bisa ditampung di dalam
sangkar.
“…Mai-chan.”
Kirishima-san memanggilku.
— 156 —
Namun demikian, perkembangan seperti ini bukanlah sesuatu
yang aku inginkan.
'Jadilah temanku.'
“… Gagal?”
“?”
— 157 —
“Kurasa bukan ide yang bagus jika aku memberitahumu. Aku
akan diam untuk saat ini.”
Tapi, aku merasa jika aku kembali ke masa lalu, aku masih
akan menanyakan pertanyaan yang sama padanya.
“Kamu tahu…”
— 158 —
“Apa kamu bertanya padaku apa aku menyukainya sebagai
seorang pria?”
“Kalau gitu…”
— 159 —
Membayangkan pemandangan itu saja sudah terasa
menyakitkan.
“… Silakan saja.”
— 160 —
Tapi, dia berhasil menahannya. Dengan nada yang kuat, dia
terus melanjutkan,
◇◇◇◇
— 161 —
Rupanya, Ia dipenggal di panggung eksekusi di alun-alun kota.
Aku berdoa supaya aku tidak terlambat, tapi sepertinya itu sia-
sia.
— 162 —
dirinya mungkin hidup dalam kebahagiaan sekarang. Padahal ini
bukanlah jenis akhir yang kuinginkan.
— 163 —
Bab 3 — Akhir dari Cinta Pertama
“…Yo.”
“…Selamat pagi.”
Aku ingin melakukan sesuatu tentang itu, tapi aku baru saja
dicampakkan olehnya, jadi aku tidak ingin terlalu memaksanya.
— 164 —
meski aku sudah membaca tentang ini sepanjang waktu di cerita.
Sejujurnya, aku menyesalinya. Seharusnya aku membiarkan
semuanya berjalan apa adanya daripada mencoba mendorong
hubungan kita melangkah jauh seperti itu.
Hina tampaknya dalam suasana hati yang baik hari ini. Aku
ingin dia menahan tamparannya sedikit, karena itu menyakitkan.
— 165 —
Setelah mendengar jawabanku, dia bertindak seolah-olah dia
telah menemukan kebenaran dunia. Hentikan itu, Hina. Jika kamu
terus melanjutkannya, kamu akan berakhir seperti diriku dan
bergabung dengan klub langsung pulang!
— 166 —
Shinji dan Yuuka memasuki kelas.
“Selamat, bung.”
“Terima kasih.”
“Bagaimana denganmu?”
“…Bagaimana menurutmu?”
— 167 —
Ia mengangkat alisnya karena terkejut.
“Terima kasih.”
“Aku tahu semua orang masih ingin liburan musim panas, tapi
cepat sadarkan diri kalian. Masih terlalu dini untuk membicarakan
hal ini, tetapi turnamen bola antar kelas akan segera hadir. Silakan
putuskan pesertanya nanti, oke?” kata wali kelas kami itu.
— 168 —
… Jika aku berpartisipasi, kira-kira apa aku bisa menunjukkan
sisi kerenku kepada Shiina?
“…Baiklah.”
◇◇◇◇
— 169 —
aku belum pindah dari halaman yang sama untuk sementara waktu
sekarang. Dengan kemauan keras, aku menahan gerakan kepalaku
yang tanpa sadar melihat ke arah Godou jika aku lengah.
“Oi.”
“Hyaa!”
— 170 —
...Atau begitulah yang kupikirkan. Godou menangkapku
dengan salah satu lengannya sementara lengan lainnya meraih
novel yang baru saja kulempar. Itu tangkapan yang luar biasa.
— 171 —
— 172 —
“Oh…”
“I-Itu berbahaya…”
“Itu salahmu karena dikejutkan oleh hal seperti itu. Selain itu,
kamu harusnya berterima kasih kepadaku karena telah
menyelamatkanmu. Jika itu orang lain, mereka tidak akan bisa
menangkapmu dengan anggun seperti yang kulakukan.”
— 173 —
Aku mengerucutkan bibirku frustasi.
“Hahaha, coba ngaca lagi di cermin dan katakan itu sekali lagi.”
— 174 —
Mereka tampak bahagia ketika melakukan percakapan seperti
itu. Hari ini juga, mereka bergaul dengan baik.
◇◇◇◇
“Tembakan bagus!”
— 175 —
“Nah, aku ingin hidup seperti orang santai lebih lama lagi.”
Tidak hanya itu, aku juga bisa meniru gerakan pemain yang
sangat bagus dengan sempurna.
Dengan kata lain, tidak ada yang bisa mengalahkan aku dalam
olahraga jika aku serius.
— 176 —
Biasanya, aku akan mencoba menahan diri, tapi karena
turnamen bola akan segera tiba, aku memutuskan untuk lebih
serius.
Saat itu, aku berhasil membaca lintasan bola duluan, jadi aku
sudah berlari menuju area pendaratan bola. Kemudian, aku
melompat ke arah bola dan menembaknya dengan kaki kananku
dan mencetak gol.
— 177 —
“Godou, kamu hebat!”
“Bagus!”
— 178 —
Aku menepuk bahu Sayama setelah dia menerima umpanku
dan mencetak gol.
Lagi pula, sudah jelas apa yang akan terjadi jika aku
menanggapinya dengan serius.
— 179 —
Sudah jelas sekali kalau aku bukan seorang amatir dan dengan
sedikit latihan, aku akan menjadi lebih baik dengan mudah.
◇◇◇◇
“…Selamat malam.”
— 180 —
Kupikir percakapan kami pagi ini telah memperbaiki hubungan
kami, tetapi tampaknya tidak demikian.
“…Hei.”
“A-A-Apa?”
— 181 —
Kegugupannya itu menular, jadi aku berharap dia akan sedikit
tenang. Lagian kenapa dia bahkan merasa gugup segala?
… Kenapa?
— 182 —
merasa tidak nyaman, terutama ketika dia tidak memiliki perasaan
yang sama denganku.
Saat itu, aku masih tertarik dengan film itu, tetapi saat ini,
tidak ada setitik rasa tertarik yang tersisa.
Jika memang iya, itu akan menjadi hal pertama yang dia
sebutkan.
— 183 —
“Kedengarannya menyenangkan.”
Bagiku, itu adalah sesuatu yang sudah biasa aku lakukan, jadi
aku tidak terlalu memikirkan hubungan kami.
— 184 —
…Tapi, Kirishima Hina, ya? Dia adalah teman masa kecilku
yang penting.
Dia selalu energik dan ceria, suasana hatiku selalu lebih baik
saat berada di samping dirinya.
— 185 —
menyangkal bahwa aku mengatakannya sebagian karena aku
merasa jengkel terhadap pertanyaannya.
◇◇◇◇
— 186 —
Selama festival kembang api, Godou memegang tanganku,
sepertinya dia mencoba untuk lebih dekat denganku.
Tidak hanya dia teman masa kecilnya, dia juga orang yang ceria,
imut dan satu-satunya orang yang tinggal di sisinya untuk
mendukungnya. Berbeda denganku yang kikuk, pemurung, polos
dan menyusahkan. Tidak ada alasan bagi Godou untuk tidak
menyukainya.
Dengan begitu, aku sudah tahu pasti bahwa dia tidak memiliki
perasaan apapun terhadap aku. Aku bisa dengan aman move
on darinya.
— 187 —
Itu sebabnya aku akan memberi mereka dukunganku. Semoga
hubungan mereka berjalan dengan baik.
◇◇◇◇
Saat ini awal September. Suhu dari musim panas masih tersisa,
tetapi angin musim gugur membuatnya lebih tertahankan.
Setidaknya, bermain dalam cuaca seperti ini jauh lebih baik
daripada bermain di bawah terik musim panas.
— 188 —
Yah, walaupun aku bilang semuanya, tapi ada seseorang yang
masih bertingkah seperti biasanya. Itu adalah pria yang berbaring
di sebelahku.
— 189 —
Karena kata-kata kami tidak berhasil padanya, Shinji dan aku
memutuskan untuk menyerah dan mengikuti keinginannya untuk
saat ini.
— 190 —
atletiknya nol. Dia mungkin khawatir bahwa dirinya hanya menjadi
beban bagi timnya.
— 191 —
Ketika aku mendengar dia mengatakan itu, aku merasa
gembira. Pada saat yang sama, aku merasa bodoh karena merasa
senang akan hal itu.
“Terima kasih. Yah, aku adalah pemain yang tiada taranya, jadi
kamu tidak perlu mengkhawatirkanku.”
— 192 —
“Kurasa logika itu berhasil… Yah, aku akan melakukan yang
terbaik.”
◇◇◇◇
“Bagaimana denganmu?”
— 193 —
“… Apa itu benar alasan kenapa kamu terpuruk akhir-akhir ini
karena Mai-chan mencampakkanmu?”
“Semangatlah.”
“Ugh…”
“Semoga beruntung.”
— 194 —
“Yang itu juga benar.”
Kami tidak tahu itu. Aku bersumpah, teman masa kecilku ini
terlalu ketat padaku.
Tapi, meskipun aku tahu bahwa dia adalah gadis yang baik, dia
bukanlah orang yang manis.
— 195 —
Itulah sebabnya, aku pasti akan menjawab permintaannya
dengan benar.
◇◇◇◇
Mungkin karena ada dua anggota klub sepak bola di tim lawan,
mereka terus menjaga Godou dan membuatnya sulit bergerak. Tapi,
Ia berhasil menemukan celah dan bergerak cepat menuju gawang.
— 196 —
Setelah menerima umpan dari Kudou-kun, Ia menembak bola
ke arah gawang.
Ini juga yang menjadi alasan kenapa aku tidak terlalu kagum
saat melihat penampilannya.
“Yoshhaaaa!”
— 197 —
Dengan Sakuragi-kun dan Kudou-kun memeluk bahunya, Ia
mengangkat tangan kanannya ke udara.
Begitu aku melihat perebdaan moe itu, aku baru tahu bahwa
aku sudah kalah. Aku terlalu terbiasa dengan tampangnya yang
tenang, I menunjukkan tatapan serius yang sudah lama tidak
kulihat dan tampang bahagianya benar-benar tidak adil. Aku
merasakan dadaku sesak.
“Me-Menyebalkan…”
“Bu-Bukan apa-apa.”
“Bener banget, iya ‘kan~? Tapi Ia sudah punya Hina. Aku tidak
pernah bisa menang melawannya.”
— 198 —
Tiba-tiba, aku mendengar gadis-gadis di belakangku mulai
berbisik pada diri mereka sendiri.
“Ya!”
◇◇◇◇
— 199 —
Para pemain tim lawan jauh lebih terampil dari tim kelas kami,
kecuali Godou, tentu saja. Selain mereka sudah kelas 3, dua dari
anggota mereka adalah pemain andalan dari klub sepak bola,
sedangkan sisanya adalah berbagai anggota dari klub terkait
olahraga lainnya. Mereka bekerja keras untuk pertandingan sepak
bola, itu sudah jelas.
“Hentikan itu!”
— 200 —
Godou mengatakan kepada mereka untuk berhenti, tapi pada
saat yang sama, Ia terkekeh. Jelas-jelas sekali kalau perkataannya
itu tidak serius.
“Bagus, Hina.”
— 201 —
“… Memangnya itu penting?”
“Hah?”
“…Hah?”
— 202 —
Tatapannya seolah mempertanyakan kewarasanku, tapi itulah
yang seharusnya kurasakan terhadap sikapnya.
“???”
“Kamu.”
Godou menyukaiku??
“… A-Apa maksudmu?”
— 203 —
Apa? Aku menolaknya? Apa sih yang Ia bicarakan sejak tadi?
Kapan aku melakukan itu?
“Salah paham?”
“…”
“…”
“Se-Secara romantis?”
“…T-Tidak, tapi…”
“…Oke”"
— 204 —
Ahhhhh! Wajahku juga mulai ikutan memanas. Aku bisa
merasakan gelombang kegembiraan mengalir di hatiku.
“I-Itu…”
— 205 —
keinginannya itu. Walaupun perasaannya berubah menjadi
menyukaiku, menyukainya kembali tidak akan menjadi masalah.
Aku tergoda oleh godaan manis ini. Namun seketika itu juga,
ingatan dari kehidupanku sebelumnya terlintas di benakku.
“…”
— 206 —
Aku tidak bisa memaksakan diri untuk mengatakan apa pun
sebelum Ia memunggungiku dan berjalan pergi.
◇◇◇◇
— 207 —
pernah benar-benar bermain bola basket, refleksnya cukup untuk
mengimbangi kurangnya pengalamannya.
“Ini."
“Berikan padaku.”
— 208 —
Untuk beberapa alasan, aku mengoper bola kepadanya.
Tapi, saat aku mengikuti apa yang Godou katakan padaku, aku
berhasil menerima bolanya dengan baik.
— 209 —
Hanya pada saat-saat seperti inilah Ia tidak mengatakan hal
bodoh kepadaku. Itu membuatku sedikit kesal.
“… Mm.”
— 210 —
Itulah sebabnya aku harus menjauhkan diri darinya.
◇◇◇◇
— 211 —
“Cepat menjauh dari Yumi, Shiina-san! Dia akan merusakmu!”
“Bagus untukmu.”
— 212 —
Tidak baik. Jika ini terus berlanjut, aku takkan bisa menyerah
padanya. Semakin aku berinteraksi dengannya, semakin aku
menyukainya.
Aku tidak bisa tinggal bersamamu lagi. Karena jika tidak, aku
takkan bisa menahan perasaan ini.
Hal tersebut mungkin terlalu arogan dan egois jika aku, yang
selalu membawakanmu kemalangan, ingin tetap berada di sisimu.
Padahal, perasaan jahat semacam ini adalah sesuatu yang bisa
dimiliki oleh mantan penyihir sepertiku.
— 213 —
Jika kamu tetap bersamaku, kamu akan menggoyahkan
tekadku.
◇◇◇◇
“Godou?”
“…Maaf.”
— 214 —
Sejak Shiina pulang lebih awal kemarin, aku berpikir untuk
meminta maaf hari ini, tapi…
“Hah…”
— 215 —
bertanya padaku apakah semuanya baik-baik saja. Guru wali kelas
kami mengatakan bahwa Shiina tidak masuk karena sakit, tapi aku
merasa ragu bahwa apa memang itu yang benar-benar terjadi…
Aku tidak bisa melakukan apa pun untuknya. Yang ada justru
itu hanya akan menyakitinya lebih dari ini.
— 216 —
Tapi, lantas, apa yang bisa aku lakukan? Akulah yang
menyebabkan semuanya.
“…Tidak.”
— 217 —
“…Maaf. Aku tidak cukup keren untuk melakukan itu. aku
memang yang terburuk…”
“… Godou.”
Saat aku berdiri diam sambil menunggu hujan sedikit reda, aku
merasakan seseorang mendekatiku dari samping.
— 218 —
Aku tidak perlu mengalihkan pandanganku untuk mengetahui
bahwa itu adalah Hina.
Pada saat seperti ini, dia akan menjadi satu-satunya orang yang
melakukan hal seperti ini.
“Godou…”
— 219 —
“Ini dia.”
— 220 —
“Yah, memang benar kalau kamu mendadak mengelus
kepalanya akan membuatnya tidak nyaman, tapi…”
“Ugh…”
Aku bahkan tidak tahu apa yang terjadi di dalam kepala gadis
itu.
“Mai-chan itu gadis yang baik. Terlalu baik malahan. Aku tidak
memercayai kalau ada seseorang bsebaik dirinya. Dia tidak percaya
diri untuk beberapa alasan, meskipun dia mempunyai wajah
cantik.”
— 221 —
memperlakukan semua orang yang memperlakukannya dengan
hangat sebaik mungkin.”
“… Mm.”
“Aku menyukaimu.”
Tak peduli tidak seberapa pekanya diriku, aku tahu bahwa dia
tidak bermaksud bahwa dia menyukaiku sebagai teman masa kecil
belaka.
— 222 —
Setelah belajar tentang cinta untuk pertama kalinya dalam
hidupku, aku mengerti seperti apa rasanya cinta.
Itu sebabnya aku tahu bahwa perasaan yang dia miliki untukku
adalah perasaan yang sama dengan yang aku miliki terhadap Shiina.
Dia orang yang cerdas dan perseptif, dia tahu bahwa aku
menyukai Shiina.
Mungkin akan ada saat dimana aku akhirnya jatuh cinta pada
Hina.
Aku tahu bahwa jika aku tinggal bersamanya, aku akan bahagia.
— 223 —
Aku tahu itu, tapi aku tidak bisa membohongi diriku sendiri.
Jadi aku meminta maaf padanya.
“…Ya.”
— 224 —
— 225 —
“Tunjukkan sisi kerenmu padaku, Godou.”
— 226 —
Aku pun berlari. Aku mengabaikan tetesan hujan saat berlari
ke depan.
◇◇◇◇
— 227 —
Suara tiba-tiba mengagetkanku.
“Aku tidak peduli apa yang ingin kamu katakan pada dirimu
sendiri, tapi tidak ada salahnya untuk menangis.”
— 228 —
Aku ingin Ia menatapku. Aku ingin menjadi alasan
kebahagiaannya
Aku sama sekali tidak menangis. Ini hanya tetesan air hujan
yang membasahiku.
— 229 —
Bab 4 — Cinta Abadi
Apa itu berarti dia pergi ke suatu tempat. Sekarang, dia sedang
pergi kemana?
— 230 —
terlihat sepi dari kehadiran manusia kecuali kami dan penjaga
keamanan.
“… Shiina.”
— 231 —
Ada kemungkinan dia tidak sehat karena kutukannya mulai
kambuh lagi.
“Itu…”
— 232 —
“Itu karena…”
“…Hah?”
Apa sih yang dia bicarakan? Aku tidak memiliki cukup sel otak
untuk memahami kata-katanya.
— 233 —
“… Apa?”
Tapi sekali lagi, bukan Shiina namanya jika dia tidak bertindak
seperti ini...
— 234 —
Dia berhenti berbicara setelah itu.
“Ke-Kenapa ?!”
— 235 —
Air mata menetes dari sudut matanya.
Beruntung baginya…
— 236 —
"Berkat dirimu, aku merasa menjadi orang yang paling
bahagia seumur hidupku.’
Dia terlihat sangat cantik sehingga aku tidak bisa menahan diri
untuk tidak terpesona oleh kecantikan itu.
— 237 —
— 238 —
Bahunya bergetar ketika aku mengatakan ini padanya.
“…Be-Benarkah….?”
— 239 —
“Karena yang bisa kulakukan hanyalah membuatmu tidak
bahagia! Aku sudah membuatmu tidak bahagia!”
“Aku tahu, tapi itu tidak mengubah apapun! Kita masih orang
yang sama seperti saat itu!”
— 240 —
Dia tidak percaya pada konsep seseorang menyukainya sejak
awal. Jauh di lubuk hatinya, dia tidak percaya bahwa aku
menyukainya.
“…Baiklah.”
Satu per satu, aku akan membuat daftar sisi bagus dari Shiina.
— 241 —
“… Apa yang 'tercantik di dunia'? Mengapa aku harus
menyadari hal itu?”
“Be-Begitukah….?”
— 242 —
“… Aku suka ekspresi bahagiamu setiap kali kamu bercerita.
Suaramu menjadi lebih lembut dari biasanya, kamu menjadi lebih
ekspresif dan bahagia. Aku suka ekspresi cerah yang kamu buat
setiap kali aku berhasil bersimpati denganmu.”
“Kalau begitu, kamu harus tahu betapa bahagianya aku jika aku
berpacaran denganmu."
“Uu…”
— 243 —
Aku tidak tahu apa yang dipikirkannya, tetapi aku bisa melihat
dengan jelas bahwa wajahnya yang semakin memerah.
“Apa maksudmu?”
“… Hah?”
— 244 —
“Shiina! Berhenti memikirkan yang tidak perlu!”
“A-Apa…?”
— 245 —
'Mau bagaimana lagi kalau begitu. Mari kita jalani hidup kita
yang tidak bahagia bersama.’
Itulah yang aku sumpahi pada hari itu. Tapi, ternyata apa yang
dikatakan penyihir itu benar.
“Tentu saja.”
Itu sebabnya aku akan menjalani hidupku lebih arogan saat itu.
— 246 —
Bersamaan dengan tawanya, diiringi dengan air matanya. Dia
memiliki ekspresi yang agak menyedihkan di wajahnya.
◇◇◇◇
Mungkin kurang dari satu menit, tapi dalam waktu singkat itu,
seluruh bagian dalam diriku dipenuhi dengan kebahagiaan.
— 247 —
Karena semuanya diselesaikan, aku secara bertahap
mendapatkan kembali ketenanganku.
“Y-Ya… M-Maaf…”
— 248 —
Kami berdua menundukkan kepala karena malu. Aku bisa
merasakan wajahku menjadi lebih panas dari sebelumnya ketika
aku meneriakkan cintaku pada Shiina.
“Aku senang tidak ada orang lain di sini atau aku harus
menghentikan kalian di tengah jalan. Sekarang, rasanya menjadi
sangat canggung, bukan?”
— 249 —
Omong-omong, apa ini berarti kami sudah resmi menjadi
sepasang kekasih?
“S-Shiina?”
“… Godou?”
— 250 —
yang terus menggodanya sepanjang waktu, tapi sekarang kami telah
menjadi sepasang kekasih, dinamika hubungan kami sepertinya
jadi terbalik.
“S-Shiina.”
“A-Apa maksudmu?”
Kalau saja aku melakukan itu, aku tidak akan terjebak dalam
situasi ini.
“… Godou?”
“…M-Mai…”
— 251 —
“Ayo coba katakan sekali lagi.”
“Tapi kenapa?”
“…Mai.”
— 252 —
bersinar yang tak terhitung jumlahnya. Bajuku masih lembap, jadi
udara terasa sedikit dingin.
“Da-Darling?!”
— 253 —
“A-Apa aku harus…?”
— 254 —
Epilog — Aku Lebih Memilihmu Daripada Dunia
Ini
...... Dasar Mai, apa dia memberi tahu sampai sejauh itu?
Kepada semua orang yang ada di dalam kelas?
“Kamu ……”
— 255 —
“... Iy-Iyakah?”
“Ciee~ Ciee~”
— 256 —
Yuuka menatap Hina dengan ekspresi rumit di wajahnya.
Seolah ditarik olehnya, aku mengalihkan pandanganku ke arah
Hina juga.
— 257 —
“Aku tidak tahu seberapa banyak Mai memberitahumu, tapi
mendingan kamu tutup mulutmu.”
“… Mai?”
“Mai, ya?”
“Heee~”
…Kurasa aku harus menahan tatapan seperti ini lebih lama lagi.
“Hm~”
“Hehe~”
— 258 —
Walaupun aku merasa kalau masih ada beberapa orang yang
menatap kami, sih.
“Se-Semuanya…”
Jika seseorang absen dari sekolah untuk waktu yang lama, tiba-
tiba datang ke sekolah dan semua orang menemukan bahwa alasan
mengapa mereka absen adalah karena masalah cinta, tidak
mengherankan kalau mereka akan mengirimkan tatapan hangat
kepada orang tersebut seperti itu! Serius, aku berharap mereka bisa
berhenti… rasanya terlalu memalukan…
— 259 —
“Apa?”
“Ya, aku tidak memiliki jadwal pada shift hari itu. Memangnya
kenapa?”
“Be-Benar juga…”
…Imut sekali.
— 260 —
Sulit dipercaya bahwa ini adalah gadis yang sama yang
memelototiku saat mata kami bertemu belum lama ini.
Dia pindah ke sekolah ini dua bulan lalu. Kami menjadi teman
hanya sebulan setelah itu dan kami menjadi kekasih kemarin.
Setelah mengingatnya lagi, ada banyak terjadi selama periode dua
bulan tersebut. Atau bisa dibilang kalau dua bulan ini adalah
periode waktu yang penting.
“Ayo pergi.”
— 261 —
“Tidak ada yang akan berpikir untuk melakukan itu.”
“Aku juga.”
“Tidak. Kamu akan hidup lebih lama dariku, itu sudah pasti.”
“…Maaf.”
“Mustahil.”
“Kenapa?!”
— 262 —
“… Be-Begitu ya.”
“T-Tuh, ‘kan?”
“Pandanganmu menjijikkan.”
“…O-Oke…”
— 263 —
Dia mengatakannya sambil menggeliat badannya. Aku tidak
tahu bagaimana menanggapinya.
“Tapi, kita masih terlalu dini untuk itu. Kita harus menikah
dulu.”
“…Ya, tentu.”
Jika dia berkata demikian, kurasa aku tidak punya pilihan lain
selain bersabar dengannya. Aku bisa menahan diri dengan mudah.
Lagipula aku sangat mencintainya.
“… Itu bohong.”
“Apa maksudmu?”
“…”
Kami berbisik satu sama lain, jadi orang lain takkan bisa
mendengar apa yang kami bicarakan, tetapi karena fakta bahwa
— 264 —
kami berpacaran diketahui semua orang, jadi orang pasti akan
memperhatikan kami. Jika mereka melihat wajah merah kami…
Sejarah hitamku mulai menumpuk lagi, bukan….?
“M-Maaf…”
Aku merasa setiap kali Mai dan aku bersama, orang-orang akan
menertawakan kami seperti ini. Kami akan terus membuat sejarah
hitam dan akhirnya berguling-guling di tempat tidur kami untuk
merenungkannya setiap malam.
◇◇◇◇
— 265 —
Di masa depan yang tidak terlalu jauh, seorang pria bernama
Shiraishi Godou berkata,
— 266 —
— 267 —
Kata Penutup
— 268 —
Aku akan senang jika kalian memberi cuitan tentang ceritanya.
Kisah ini akan segera berakhir, tetapi aku berharap aku bisa
melihat kalian nanti dalam karyaku yang lain.
— 269 —
Cerita Sampingan — Kencan Pertama
Kami baru saja mulai resmi jadian beberapa hari yang lalu dan
saat ini merupakan kencan pertama kami. Sejujurnya, aku tidak
tahu harus berbuat apa, tetapi aku memutuskan untuk
mengunjungi akuarium setelah mencari ide kencan di internet.
— 270 —
Saat ini jam 12 siang. Kami berjanji untuk bertemu jam 1 siang.
Itu berarti kami tiba satu jam sebelum rencana. Juga, aku tidak
berbohong ketika aku mengatakan bahwa aku baru saja sampai di
sini.
“Makanya. Tapi yahh, aku hanya di sini karena aku tidak punya
kegiatan apa-apa untuk dilakukan.”
— 271 —
Seriusan, gadis ini ... apa dia sebenarnya ingin mencoba
membunuhku dengan rasa malu?
“Aku pergi ke sana dengan orang tuaku dulu ketika aku masih
kecil.”
“Aku juga ... tunggu, kurasa aku pergi ke sana dengan Hina
dulu ketika kami masih SMP.”
— 272 —
"…Cuma bercanda. Tapi, akulah yang berpacaran denganmu
sekarang, jadi ingatlah itu baik-baik, oke?”
“M-Mai?”
“... i-iya.”
— 273 —
Posisi ini terlalu merangsang bagi kami. Aku bersumpah akan
mati karena terlalu bahagia di sini.
— 274 —
— 275 —
— 276 —