100%(1)100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
30 tayangan5 halaman
1. Seorang perempuan merasa kehilangan setelah lelaki yang dicintainya tidak memberi kabar selama beberapa waktu
2. Ia bertemu dengan kakak dari lelaki tersebut yang memberitahu bahwa lelakinya meninggal dunia beberapa waktu lalu karena penyakit leukimia
3. Kakak lelaki tersebut memberikan surat terakhir dari lelakinya untuk perempuan itu yang memintanya untuk tetap tegar dan melanjutkan hidup
1. Seorang perempuan merasa kehilangan setelah lelaki yang dicintainya tidak memberi kabar selama beberapa waktu
2. Ia bertemu dengan kakak dari lelaki tersebut yang memberitahu bahwa lelakinya meninggal dunia beberapa waktu lalu karena penyakit leukimia
3. Kakak lelaki tersebut memberikan surat terakhir dari lelakinya untuk perempuan itu yang memintanya untuk tetap tegar dan melanjutkan hidup
1. Seorang perempuan merasa kehilangan setelah lelaki yang dicintainya tidak memberi kabar selama beberapa waktu
2. Ia bertemu dengan kakak dari lelaki tersebut yang memberitahu bahwa lelakinya meninggal dunia beberapa waktu lalu karena penyakit leukimia
3. Kakak lelaki tersebut memberikan surat terakhir dari lelakinya untuk perempuan itu yang memintanya untuk tetap tegar dan melanjutkan hidup
Meskipun cuaca di hari ini terang benderang menyinari dunia, matahari
pun tampak bersinar terang seperti tersenyum. Tetapi tidak dengan diriku yang setiap hari merasa bagai langit kelam yang mendung, gelap, hampa, dan selalu merasa sesak di dada. Ingin rasanya menyingkirkan hal itu tetapi ada sesuatu seperti alarm di otak yang setiap waktu tertentu pasti mengingat hal itu. Aku seperti manusia bodoh yang terlalu perasa sedangkan dia makhluk yang tak berdosa dengan kepelupaannya tentang rasa. Entahlah, hal-hal tidak berguna itu selalu membuatku termangu serta berdiam diri, rasanya seperti jatuh ke lubang hitam dan tak ada seorangpun yang ingin menolong mengeluarkan aku dari sini. Tetapi siapa menyangka seseorang tiba-tiba menepuk pundakku seraya berucap gelak "Heii.. dasar tukang bengong, haha lucu sekali rasanya akhir-akhir ini melihat perubahan sikapmu, bagai sebuah kilat yang datang, seketika langsung berubah 360 derajat, ada apa sih manis??". Ternyata Asep yang menepuk pundakku, lelaki macho berkulit sawo matang yang banyak di gemari oleh kaum wanita, dikarenakan kekerenan dari hoby nya yang sering mengendarai moge sekaligus menjadi leader komonitas geng motor paling besar di kota Bandung, yaitu komonitas Brigez. "Iiih dasar lelaki picisan! merayu saja bisanya", sebalku. "aku bukan dilan 1990 tapi aku bisa meramalkan pasti seorang lelaki yang sedang kau lamunkan itu", ucapnya menggoda diriku. "Entahlah aku tidak tahu, mengapa ia seminggu belakangan ini tak berkabar, apakah seburuk itukah diriku sampai-sampai di tinggalkan oleh lelaki menggunakan cara seperti itu?", tanyaku. "Alahh sudahlah, jangan dipikirkan, pasti dia sudah mempunyai wanita baru yang lebih cantik, sampai-sampai dia lupa mengucapkan salam perpisahan supaya tidak membuatmu terserang penyakit jantung hahaha", gelak tawanya. Mendengar hal itu semakin sesak dadaku, bagaikan petir yang menyambar sampai ke lulung hati, rasanya sampai enggan paru paru ini untuk bernafas, hal itu terkesan sangat menyebalkan tetapi membuatku tambah tersadar apa arti dari lamunanku akhir-akhir ini. Tahu tempe rasanya memang enak, tetapi tahu diri justru lebih berguna untuk mengingat bahwa semua orang di dunia ini tidak harus rasanya berbalas dan mendapatkan pemiliknya. Ku ingat-ingat di otakku sekali lagi perilaku apa yang telah aku lakukan sehingga membuat lelaki itu hilang begitu saja dari hidupku. Ingin rasanya aku menjenguk dan menanyakan hal itu pada dirinya, tetapi harga diri adalah harga mati! tidak mungkin seorang perempuan yang seharusnya pemalu dan aggun menanyakan perihal tersebut kepada seorang laki-laki, seperti tak ada laki-laki lain saja yang tersisa di muka bumi ini. Hari demi hari telah berlalu, hal itu sialnya masih saja terkadang terngiang-ngiang dipikiranku, tetapi sudah banyak berkurang disebabkan oleh aktivitas yang sengaja aku buat agar bisa melupakan sosok itu. Hari ini adalah jadwalku duduk di taman pinggir kota untuk membaca buku romansa yang berakhir oleh akhir yang menyedihkan mengetahui bahwa kekasih dari tokoh di buku tersebut ternyata mencintai orang lain selain dirinya, ah entahlah semoga hal tragis tersebut tidak terjadi menimpa diriku. Sembari aku asyik membaca buku di atas hamparan rumput luas yang hijau, ada seorang perempuan yang terlihat kusut dengan muka yang suram, bergaun putih lusuh yang hanya sebatas lutut. Dia sedari tadi yang selalu terus melihatku dan membuatku tiba-tiba menoleh dari arah kejauhan di sebelah pandangan mata kananku, sosok itu bukan hanya melihatku tetapi ikut selangkah demi selangkah menghampiriku, jantungku berdebar-debar takut itu orang jahat yang sudah lama tidak menyukaiku dan akhirnya hari ini dia akan mengakhiri ketidaksukaannya kepada diriku dengan cara menculikku atau mengorok kepalaku. Sedikit lagi sosok itu berada di dekatku, aku tak berpikir panjang dan langsung lari begitu saja, jantungku sudah cemas tidak karuan, pikiranku melayang-layang entah kemana sampai terbesit di otakku mungkin mengindar dan berlari lebih cocok untuk aku lakukan pada saat ini. Tetapi belum jauh aku sempat berlari tangan wanita itu sudah lebih dulu menggapai tangan ku, aku yang membelakanginya seketika langsung menoleh dan berusaha melepaskan genggaman tanganya dariku dan langsung berkata. "APA KAU MENGENAL SOSOK ARDI NONA?!" Mendengar itu aku langsung tercengang memikirkan bagaimana bisa wanita ini mengetahui banyak tentang kehidupan ku terutama tentang lelaki yang kini antah berantah kabarnya dimana. "B-BAGAIMANA BISA KAU MENGETAHUINYA??!" "Sesungguhnya jika kau ingin melihat kabar dari lelakimu itu maka ikutlah dengan ku, aku tak sanggup mengatakannya dengan lidahku". Akupun menuruti perkataan wanita itu, akhirnya dengan perasaan setengah penasaran dan cemas aku berjalan sambil membuntuti wanita itu dari belakang hingga tibalah aku pada suatu tempat yang sangat luas dan sepi, bagaimana suasanannya tidak sepi sedangkan tempat itu adalah tempat peristirahatan terakhir untuk orang yang meninggalkan dunia ini. Bergetar kaki rasnya tak tahu harus berbuat apa, mulut serasa kelut, raut wajahku membendung sebuah perasaan aneh entah itu apa mulai terlihat, mata pun seketika ikut berkaca-kaca, padahal wanita itu belum menceritakan apa-apa "Ya, bisa kau lihat kan di sebelah pojok kanan makam itu adalah makam lelaki pujaanmu yang akhir-akhir ini kau tunggu kabarnya, sudah lama aku mencarimu tapi ini adalah hari takdir dimana aku akhirnya bertemu denganmu dan menujukkan kebenaran ini agar kau tidak menjadi wanita gila yang menunggu seseorang yang memang tidak akan pernah lagi kembali ke dunia ini", isak wanita itu. Seketika badanku bergetar melihat terukir di batu nisan seorang nama lelaki yang aku cintai, kakiku langsung terkulai lemas tak berdaya, tetapi wanita itu langsung menahan badanku saat aku hampir terjatuh. "sesungguhnya aku adalah kakak dari lelaki ini nona, namaku adalah Siti, lihatlah kini keadaanku sangat tak terurus, aku belum sanggup kehilangan adik yang selama ini menemaniku dalam keadaan sedih dan senangku. Sebenarnya aku tak ada niat untuk mendatangimu dalam keadaan seperti ini, tetapi ada sesuatu yang ingin kuberikan sebagai pesan terakhir dari adikku, dia merasa sanggat bersalah pada saat keadaan sakit keras dia tak bisa memberitahumu dan menemuimu bahkan mengucapkan perpisahan terakhir untukmu mengingat umurnya yang benar-benar sudah tak lama lagi, dia selama ini mengidap penyakit leukimia, yang bahkan akupun awalnya tidak mengetahui hal itu", isak tangis Siti yang semakin menjadi-jadi. Sambil mengelap air matanya yang terus mengalir, Siti memberikan sesuatu kepadakku, yaitu sepucuk surat yang terbungkus rapi berwarna merah jambu. "Baca ini sewaktu kau sudah pulang kerumah nona, aku takut kau tidak akan sanggup membacanya disini, aku juga akan pulang kerumah, karena aku masih harus membersihkan rumah serta kamar dan sisa-sisa barang peninggalan dari adikku". "Aku akan mengantarmu siti, aku tahu pasti kau juga berat menerima semua ini", ucapku. "Tidak apa-apa nona, aku bisa sendiri, terimakasih sebelumnya atas tawarannya, semoga kita berdua bisa bertemu kembali dalam keadaan yang sama- sama sudah bahagia, aku permisi", pamit siti sambil berjalan menjauh dan melambaikan tanggannya padaku. Akupun membalas lambaian tangannya dan berjalan menyusuri jalan dalam keadaan pikiran yang kosong dan tudak karuan, untung saja aku masih bisa sampai kerumah dalam keadaan baik-baik saja, aku akhirnya membuka sebuah surat yang siti berikkan tadi kepadaku, ku buka pelan-pelan isi surat itu dengan tangan yang bergetar. Hai, bagaimana kabarmu? apa kau masih suka meminum kopi dimalam hari dan menatap bulan di atas balkon kamarmu? pasti hatimu kesal berberapa hari ini karena menunggu kabarku, maaf sebelumnya tidak bisa memberitahumu tentang keadaanku pada saat ini, aku juga selalu merindukanmu disini, aku harap saat kau membaca pesan ini, kau tidak bersedih dan sambil menangis, dimanapun kau berada aku akan selalu disisimu, lanjutkanlah kehidupan barumu tanpa aku, aku yakin kau adalah gadis yang kuat, jadilah manusia yang tegar dalam setiap keadaan, aku yakin kau adalah gadis kuat dan mendiri, sampai berjumpa lagi, semoga kita bisa di pertemukan kembali, salam manis dan penuh cinta dariku untukmu, Ardi. Aku menangis tersedu-sedu membaca surat itu, andai saja aku bisa mengantarkan dia ketempat peristirahatan terakhirnya, mengapa dia sekejam ini tidak memberitahuku, kali pertama dalam hidupku kehilangan sesorang yang dengan cara berpamitan seperti ini. Tangisku tak kunjung berhenti dari sore itu, hingga akhirnya akupun tertidur bersama surat yang Ardi buat untukku. Berberapa bulan aku lalui hidup dengan kekosongan dan lama-kelamaan aku mulai bisa menerima dan menjadi manusia ikhlas, kini aku berdiri di pinggir danau tempat dimana aku pertama kali bertemu sosok Ardi, aku termenung dan mereka ulang kejadian di otakku bagaimana kami bisa bertemu pada waktu itu dan sekilas tertawa kecil menginggat betapa kakunya dia pada saat ingin membuka obrolan denganku. Bagaimanapun juga sebahagia apapun aku kelak, dia akan tetap menjadi manusia terfavoritku, sesering apa kelak aku menulis buku, dia juga akan menjadi manusia terbanyak yang namanya terukir di bukuku dan terukir di dalam hatiku, andai saja kemarin aku bisa membalas sepucuk surat merah jambu dari dirimu.