Anda di halaman 1dari 3

Kita Yang Berbeda Jalan Pulang

Cerpen Karangan: Putri Arvina


Semilir angin berhembus kencang, gemuruh bergelintir di angkasa, dedaunan beterbangan
menjadi saksi dari skenario ceritaku tentangnya. Berjalan lunglai sepasang sepatu sport berwarna hitam
yang kulangkahkan tepat memasuki sebuah pekarangan sekolah yang bertuliskan “MA HASANAH
PEKANBARU” memang belum terlalu ramai, atau mungkin aku yang terlalu rajin datang sepagi ini?
Bangku yang berada di taman kududuki perlahan. Selang beberapa menit sudah banyak orang
yang berkumpul di sekitarku. Sebuah senyumuan sekilas terbayang di benakku, tentang ‘dia’. Tak
biasanya dia belum datang sesiang ini. Aku memang terbiasa memperhatikan ‘dia’ duduk di barisan kursi-
kursi kosong di depan kantor sambil memegang sebuah gadget dan sepasang earphone di kedua sisi
telinganya sambil menunggu teman-teman PPLnya yang lain.
Namun, hari ini tampak berbeda, semua temannya sudah terlihat, namun dimana dia? Mengapa
dia tidak ada? Pikiran buruk seakan menjalar merangsang di sarafku. Satu pikiran yang menjadi
sumbernya yaitu apakah dia telah mendahului kami?. Bersikeras untuk aku menghapus pikiran kotor itu
dengan pikiran yang lebih positif.
Waktu demi waktu aku berusaha untuk sadar dari alam lamunanku, entah berapa lama akhirnya
bel masuk pun berbunyi. Semua berhamburan masuk ke kelas. Di tengah suasana yang sangat riuh aku
masih berpikiran tentangnya. Oh ya Tuhan, mungkin aku terlalu sering menyebut namanya dari pada
namaMu.
Waktu istirahat pun tiba, saat aku dan teman-teman berhamburan keluar kelas untuk pergi ke
kantin namun wajahmu pun tak jua kutemui. Apakah ini rasa khawatir atau apa aku juga tidak tahu, kau
menghilang tanpa bekas jejakmu. Ingin rasanya aku bertanya kepada salah satu temanmu, namun apa
dayaku? Mereka akan berpikir macam-macam nantinya. Akhirnya aku malah memilih memendamnya.
Hari demi hari berlalu, sampai suatu waktu rasa khawatirku ini tak bisa lagi kubendung, akhirnya
aku memutuskan untuk mendekati salah satu temanmu yang lain sekedar berbasa basi, awalnya aku hanya
menanyai sekilas tentang biografi mereka namun akhirnya terjawablah segala kekhawatiranku ini. Dan
mereka berkata bahwa kau telah memutuskan untuk pulang kampung mengikuti tes lamaran PNS di sana.
Kau memang memutuskan akan pergi untuk selamanya. Walau aku tau kau pasti akan kembali, tapi hanya
untuk menyelesaikan PPLmu, skripsi dan wisuda setelah itu kau akan menghilang.
Aku memang tak mengenalmu jauh, mungkin hanya bisa bertegur sapa lewat senyum dinginmu.
Namun rasa kehilangan itu singgah di lubuk hati yang dalam. Setelah menunaikan shalat magrib tangisku
terpecah saat itu juga, akankah kau tau betapa rindunya aku denganmu? Tentang rasa yang tak pernah aku
ucapkan? Hanya mampu kupendam. Namun dalam diam aku ucapkan segalanya kepada Yang Maha
kuasa pemilik hati.
Ada yang berbeda dari sebelumnya, entah bagaimana cara aku menjelaskannya. Yang aku sadari
jantungku berdetak lebih kencang dari biasanya. Aku berusaha mencintaimu layaknya Fattimah Az-zahra
mencintai Ali Bin Abi Thalib, dalam diam aku berharap bahwa kaulah jawaban dari doa-doaku.
Tapi harapan itu seperti tak pernah mungkin menjadi kenyataan. Saat sepulang sekolah aku
membuka akun instagramku dan mencoba mencari tahu tentangmu, yaa memang berhasil, aku
menemukan satu akun yaa itu akunmu, aku sedikit tenang setidaknya aku bisa memperhatikanmu
walaupun lewat sosial media, namun dari situ aku juga berhasil membuat hatiku ini terluka parah. Di sana
ada tagar seorang perempuan yang aku yakini itu adalah pacarmu. Kau tau? Betapa hati ini sesak, seolah
udara di muka bumi ini hilang diambil oleh perempuan itu. Aku yang sedari dulu menjaga kesucianku
sebagai wanita baik-baik, aku menjauhi yang namanya pacaran, aku menjauhi yang namanya laki-laki.
Dan berharap kaulah laki-laki yang akan menjadi pendampingku suatu saat.
Tapi harapan itu semua sirna!!Lembaran buku yang tertata rapi dan bersih.
Namun, sejak kita yang memilih jalan yang beda, satu persatu entah hilang kemana. Kau dengan cerita
barumu yang tak kutahu. Aku dengan harapan lamaku yang telah hilang, hancur lebur, meronta!!
Langkahku lunglai berjalan sendiri, semenjak jejakmu hilang tak membekas. Aku yang tidak ingin hal ini
terjadi akhirnya terjadi padaku.
Aku tak marah…Hanya saja, dulu aku terlalu berharap hingga melukai hatiku saat ini. Sepercik
rindu mungkin akan sangat sulit untuk hilang. Aku yang berusaha memperbaiki diri agar tak mudah patah
hati lagi. Hey kamu! terima kasih atas pengalaman yang kau ajarkan padaku. kini aku mulai
mengerti,agar aku tak mudah memberikan hati pada seseorang, meski itu karena kekagumanku padamu,
karena cintamu pada Allah swt begitu besar. Kini yang ingin aku lakukan hanyalah memantaskan diri
untuk maut atau jodoh yang akan menghampiriku terlebih dahulu.
http://cerpenmu.com/cerpen-cinta-islami/kita-yang-berbeda-jalan-pulang.html27/09/2019

Anda mungkin juga menyukai