Anda di halaman 1dari 2

Omong Kosong Perihal Hati akan “move on”

Sudah menjadi sifat dasar manusia menyukai sesuatu yang indah. Begitu pula dengan ku, ketika pertama
melihatmu saat pertama memasuki kelas. Kamu tampak berbeda dengan perempuan yang pernah ku
temui. Meski setiap orang tak pernah menyukai hal yang sama. Namun, perihal dengan mu itu berbeda.
begitu tampak mempesona dengan mata berbinar.

Tampaknya kehadiranmu cukup memberikan warna. Setelah waktu yang berlalu perasaanku telah diam-
diam tumbuh subur. Aku masih begitu belia untuk urusan cinta. Sunggung melihatmu tampaknya aku
kehilangan daya untuk dapat berbicara. Mematung menyimpan beribu kata. Sedangkan aku ingin selalu
berbicara tentang berbagai hal yang ada.

Aku sobek kertas dari buku. Kurajut satu persatu kata untuk memahamkanmu apa telah kurasa. Sari
mawar yang telah di ekstrak dari rindu melekat pada kertas. Dengan Coklat Dairy milk yang telah ku
pesan untuk menjadi kurirnya. Segera setelahnya bibirmu mulai berbisik mengucapkan mantra dengan
anggukan kepala. Jelas saja aku tak menyangka, secara tiba-tiba mendengar jawabmu membuat hatiku
lega.

Waktu terasa begitu lebih berwarna saat aku dan kamu telah menjadi kita. Memberi ruang harapan
baru untuk rencana-rencana esok. Alangkah beruntungnya aku, sampai hari esok pagi datang. kita tak
lagi menyapa dan tak lagi saling menatap. Hatiku terasa tertusuk pisau berkarat. Penyiksaan tak pernah
terbayangkan setiap manusia. Tusukan yang membuat ku tersiksa secara perlahan. Karat sisa tusukan
turus menggerogoti hati.

Aku selalu mencoba bertanya. Apa yang alasanmu berubah? setelah menjadi kita kamu begitu sangat
berbeda?. Sulit ku percaya. Hingga waktu berlalu beberapa hari setelahnya. aku tahu kamu telah
menerima pria lain menjadi pasanganmu. Sepucuk surat pria itu membual omong-kosong cintanya. Aku
begitu cembu melihatmu mencintai pria yang tak banyak berjuang sepertiku. Setiap pagimu yang selalu
ku jemput di depan puntu dengan senyuman terbaik yang ku punya.

Secepat itukah kamu beralih ke lain hati. Kamu ternyata hanya setengah hati menerimaku. Kupikir
setelah segalanya telah menjadi kita akan lebih berwarna. Kenyataannya berkata lain. Hingga waktu
telah membawaku bertemu dengan banyak hal. Tetap saja sulit untuk menjalani hari setelahnya. Apakah
seperti ini rasanya ketika cinta mulai tumbuh. Saat tunas mulai menumbuhkan akar dan daun
pertamanya. sayangnya daun cinta tumbuh telah mengering, menyisakan derita yang tak berhenti
mengakar.

Perasaan ini terus menumbuhkan akar kekecewaan. Melalui berbagai lagu aku berharap semua akan
segera mereda. Sepanjang waktu, memalui play list yang telah kubuat. Aku paling sering memutar lagu
Tulus berjudul Sewindu untuk selalu mengingat kisah cinta yang telah terjegal oleh pria lain. “Sesaat dia
datang pesona bagai pangeran. Memberimu harapan bualan cinta dan masa depan. Kamu lupakan aku,
semua usahaku. Semua pagi kita, semua malam kita”.

Setelah kepergianmu perlu hampir 5 karat itu terus menyiksa membusukan seluruh hati yang tersisa.
Luka-luka yang akhirnya selesai sembuhkan berkat bantuan waktu. Banyak kisah pedih sengaja ku lukis
melalui lagu. Menanduku untuk terus berjalan melewati waktu yang meyakitkan. Ketika aku selalu
beusaha bersembunyi dari balik rasa sunyi. Menghindari baying-bayang tentangmu.

Setelah sekian lama setelah kita tak lagi menyapa. Kehadiranmu menaburkan luka-luka yang coba telah
ku timbun. lapis demi lapis kisah baru yang ku tata runtut. Kehadiranmu malah mengingatkan kisah-
kisah pilu pada hidupku di masa lalu. Kamu datang meberi kabar duka. Berkabar sedang terluka selepas
terhantam motor tanpa sengaja. Membuat tulangmu lenganmu bercerai. Kamu terbaring di kamar
rumah sakit merintih menyeseli dosa-dosa masalalu.

Sudah terlambat kataku dalam hati. kemana saja kamu selama ini. setelah rasa yang begitu menyiksa
kualami beberapa tahun ini. meminta maaf sekarang. Apa kamu tak ingat bagai mana sikapmu kala itu.
Mencampakkan manusia yang telah menyemai rindu untuk pertama kali dalam hidupnya. Malah kamu
semprot dengan Granaxone.

Meskipun selama ini aku telah mengutukmu dengan sumpah serapah. Melihatmu begitu tersesiksa
membuatku tetap iba. Sepertinya aku tetap mencintaimu meski apa yang telah kamu lakukan padaku.
Aku diam-diam merapalkan mantra-mantra untuk keselamatanmu. Bagiku, kamu tetap akan menjadi
kekasih yang terus hinggap pada memori.

Kata temanku, setiap orang akan dapat “Move on”, tapi ternyata itu tak pernah bisa berhasil padaku.
Aku selalu curiga bagaimana manusia akan bisa lupa kepada bagaian dari kisah cintanya. Itu sangat
mustahil, kecuali kepala mereka terbentur hingga terjadi amnesia. Bagiku berdamai dengan ingatan
tententangnya itu lebih realistis. Membiarkan serpihan ingatan tetap hidup untuk di Cintai.

Setelahnya aku menyadari apa itu Puppy love yang dimaksutkan oleh Gary Brown untuk memaknai
perasaan yang baru memulai mengenal cinta. Perasaan muncul saat pertama kali seorang manusia mulai
mengerti bagaimana menumbuhkan cintanya. Memberikan gejolak fatamorgana perasaannya.
Merencanakan kisahnya untuk sehidup semati. aku kira ini tak bisa dianggap berlebian untuk orang yang
muali memupuk nintanya di usia remaja.

Mengutip filsuf kontemporer asal Swiss bernama Alain de Botton, aku cukup sepakat bagaimana
perasaan cinta harus dimaknai setelah kisahku terlalui. Berkat perjalanan yang membantu menumbukan
segala pengalaman. Alan menjelaskan “Cinta bukanlah naluri yang datang tiba-tiba, tetapi cinta
adalah ketrampilan (love is skill), yang ini perlu dilatih setiap waktu”.

Terima kasih kepadamu melalui proses pedih pada masalalu aku dapat memahami bagaimana
sulitnya mencintai. Sebagai ucapan atas luka yang dulu pernah dengan sengaja kamu pahat. Aku
mendedikasikan tulisan ini sebagai bentuk menghargai kisah kita waktu itu. Semoga kamu
berbahagia dengan pasanganmu. Meskipun kita terpaksa kembali dipertemukan oleh keadaan. Aku
berharap kita tetap berada pada sampan masing-masing dipisahkan dengan hiu ditengahnya.

Anda mungkin juga menyukai