Anda di halaman 1dari 25

Tangisan Yang Tak Terlihat

Kesombongan hanyalan sebuah dinding


yang rapuh .

Ebrian Amr Dysa.


Tinggi

Siapa yang tak ingin menjadi raja di dunia ini?


Pertanyaan itu selalu muncul padaku.
Raja,seorang penguasa.
Manusia tidak pernah puas dengan apa yang ia
miliki,kemauan mereka pasti akan datang sebanyak
apapun permintaan mereka telah terturuti.
Dikagumi,disegani dan diagungkan,siapa yang tidak
mau?
Keegoisan,amarah,dengki,sombong,serakah dan kata-
kata lain yang dapat melengkapinya.Terburam setelah
kehadiran dirimu.

Aku

Aku,mengapa aku?
Yang terlahir dengan sifat seperti ini,aku selalu saja
berpikir bahwa darahnya telah mencemari
hidupku,aku tidak pantas disini,aku tidak pantas
mendapat apa yang aku dapat,rasa tidak puas selalu
saja menghampiri diriku,melihat orang lain dapat
bahagia,selalu menghancurkanku dengan perasaan
cemburu,mengapa mereka,bukan aku?

Yang aku tau,kami itu berkecukupan,walaupun orang


itu telah meninggalkan kami,sangat sulit bagiku untuk
menghancurkan kenangan-kenangan yang indah.
Lima sebelum menjadi empat,ya itu kami.Ibu selalu
menafkahi kami sejak kecil, aku tidak tahu bagaimana
dia bisa tahan dengan tekanan yang ada,mungkin
satu-satunya pilihan yang ia miliki hanyalah untuk
bertahan menjalani semuanya.

Pertanyaannya adalah untuk apa aku hadir di dunia


ini?
dengan aku yang sekarang, apakah aku dapat
menciptakan jati diri yang selama ini aku cari?
Dengan sifat-sifat yang kumiliki--apakah aku
pantas..Aku pernah merasa tepat. Di tempat yang
tinggi, layaknya seorang bangsawan yang memiliki
segalanya.
Tujuan hidupku saat ini adalah menemukan tempat itu
sekali lagi, dan untuk selamanya.

Pulang

Rumah adalah tempat kita pulang, tapi apa arti


rumah?apakah hanya sesingkat tempat untuk
mengistirahatkan raga yang melemah?
lebih luas dari itu,rumah adalah tempat dimana
orang-orang yang menerima keberadaanmu di dunia
hadir, rumah adalah tempat yang paling indah yang
tak dapat kau jumpai pada tempat-tempat manapun.
Aku rasa aku sudah tidak ingat bagaimana rasa-rasa
yang hilang itu pernah ada.

“Nair,tersenyumlah, maka dunia akan merasa baik-


baik saja”

Ucap ibu di setiap kali aku memikirkan kenangan itu,


yang tak terurai oleh waktu.
Jalan kembali

Tersesat di ruang hening ku sendiri,aku masih tidak


tau cara melangkah dengan emosi yang kosong
seperti ini. waktu demi waktu berlalu, lorong sekolah
yang biasa ku lewati,tatapan dingin yang sering ku
lihat,namun tatapannya tidak seperti yang
biasanya.Ia menghampiriku,seorang manusia
sombong yang dikenal tidak peduli pada siapapun
yang mencoba lebih angkuh darinya.

Aku tidak mengerti senyuman yang terpancar dari


wajahnya yang ia berikan kepadaku, tidak ada yang
pernah melakukan itu kepadaku, bahkan untuk
seseorang yang terlihat dingin sepertinya. Perasaan
yang tidak bernama ini pernah kurasakan, namun saat
ini aku ingin mencari arti dari raut wajah yang
memporak-porandakan alam semesta ku ini.

“Sore”

Ucapku kepada wanita yang bermata cokelat terang


itu.

Runtuh
Kau,berbeda. Membuat ku tersesat dalam ruang
imajinasiku dan muncul disetiap arah aku
memandang, membuatku semakin bertanya-tanya
siapakah engkau sebenarnya, nona senja yang
menghancurkan benteng kesombongan yang kumilikki
dan memaksaku untuk merendah terhadapnya.

Aku terpikat, di tempat ini. Entah karena cantik


parasnya atau kerendahan hati nya, mungkin
senyumannya yang murni. Masa lalu yang
menghantuiku perlahan menghilang dengan
kehadiranmu,rasa sakit yang kurasakan selama ini
teredam diantara tatapan kedua bola matamu.

Malam yang kosong ini seketika berubah menjadi


bayang-bayangmu yang berada di sudut langit,
menghancurkan kenangan yang merantai ku. Seketika
itu aku menyerah untuk menolak dan berlari dari
kehadiran dan senyummu kala sore itu.

Malam berganti pagi, seperti biasa, aku memasak


omelet kesukaan adik-adikku.Membasuh diri dan
bergegas menimba ilmu. 30 menit sebelum bel
berbunyi aku biasanya datang.

Berbincang dengan sahabat-sahabatku memberi ku


sedikit semangat di pagi hari, aku menganggap nya
penting karena awal yang baik bisa menjadi
pengantara untuk mengakhiri sesuatu dengan baik.

Hanya sedikit orang-orang yang aku percaya dalam


kehidupanku, selain keluarga ku, mereka lah sahabat-
sahabatku, Mereka loyal dan bersikap tak palsu
kepadaku. Membawa pengaruh positif.

Teman

Tiga tahun kami bersama dan sering merasakan


ombak persahabatan yang tak dapat diprediksi,yang
membuat ku bertahan terhadap mereka ialah sikap
mereka yang gigih dan berusaha untuk melepaskan
satu sama lain,selalu berpikiran lurus dan tidak
mempermasalahkan malasah sepele.

Freeda adalah wanita yang memiliki rambut pirang


panjang dan badan yang tinggi,kaya
raya,pendiam,egois,dan moodnya dapat berubah
tanpa alasan,namun dibalik itu semua,ia memiliki cara
yang sangat baik dalam memecahkan masalah antara
ia dan individu lainnya,dan memiliki kerendahan hati
untuk sahabatnya,ia cenderung pendiam.Ayah nya
berasal dari Amerika,pemilik perusahaan yang bekerja
dibidang alas kaki,dan ibu nya mendirikan kedai yang
terkenal di kota ini.

Kael adalah pria yang memiliki tinggi sekitar 160cm


memiliki model rambut buzzcut,humoris dan bersikap
gila sesuka hatinya,ia adalah anak dari veteran militer
tahun 50an,dan uniknya ia adalah anak pertama,jadi
setua apakah ayahnya saat ia dibuat? Tanyaku dalam
tawa.

Hanabi adalah cewe tomboy yang banyak


diidamkan pria karena parasnya yang cantik,ia
memiliki postur yang tidak terlalu tinggi,memiliki
rambut cokelat muda pendek.selain itu ia juga juara
bela diri karate tingkat provinsi tahun lalu,ia memiliki
keturunan Jepang,ibunya orang asli dari negri sakura
itu.

Persahabatan kami bisa dibilang unik karena


keempat dari kami berasal dari latar belakang yang
sangat berbeda, kami bukanlah seseorang yang gila
akan perhatian dan mengikuti kehidupan orang lain
yang ingin dilihat keren padahal tidak lebih hanyalah
pergaulan rendahan.Kami menyebutnya
“Noble”

Pergi sendiri ke kantin sekolah,membeli minuman


berwarna hijau yang disebut matcha, disebelahku ada
dirimu yang hadir secara tiba-tiba tanpa kusadari
sebelum kau memesan mocha mu dengan suara mu
yang tak kusangka sedikit cempreng.Dan
lagi,senyumanmu menghancurkan pikiranku.

“Sendirian?” tanyaku.
“iya kak” jawabnya dengan sopan.

Lalu aku dan dirinya berbincang mengenai


kehidupan dan aktivitas yang biasa kita lakukan.Tidak
terasa,bel jam ketiga berbunyi,kita bisa saja menuju
ke kelas kita bersamaan,kelas mu juga kebetulan
bersebelahan dengan kelas ku,tapi ada buku yang
harus kau cari di perpustakaan sekolah.

Di keheningan saat aku berjalan menuju


kelas,seketika suasana itu hancur saat teriakkan
seperti binatang menghancurkan kesunyianku.

“Hanabi..mengapa kau terus seperti ini..?”

“SIAPA CEWEK ITU!!?”

Hanabi memanglah sering seperti ini,bersikap seolah-


olah dia cemburu.

“Hanya adik kelas” jawabku.

“Tidak mungkin! Dia pasti lebih dari itu, aneh,


biasanya kau tidak seperti ini, kau selalu
mengabaikan orang-orang disekitarmu” ucap Hanabi
yang banyak omong.

“Ya aku baru saja mengenalnya,kebetulan kami


bertemu kembali di kantin dan sedikit memulai
percakapan” kataku.

“Aku akan terus mengawasimu! Awas kau sampai


punya pacar!”

Lalu ia berjalan pergi menuju kelas, oh tuhan apakah


yang barusan terjadi?
Dominasi

Ibu kembali dengan raut wajah yang lelah,di usianya


kini,ia seharusnya tidak bekerja terlalu keras,namun
ini semua untuk kami.Jiwa nya letih,raga nya
rapuh,semangatnya bagaikan bara yang menolak
untuk padam.

“Ibu ada yang bisa kakak bantu?”


“(Mengangkat barang bawaan) tidak usah kak biar
ibu saja--kakak belajar aja ya--ada les kan?”

Ibu memiliki dua pekerjaan, yaitu seorang yang


mengurus gaji seorang karyawan,pekerjaan ini
dilakukan dirumah. Dan pekerjaan yang kedua adalah
seorang yang bekerja dibidang menjual suatu
minuman sachet ke agen atau toko, ia harus
berpanas-panasan di tengah teriknya sinar mentari. Ia
juga mengurus adik-adikku yang masih sekolah di
tingkat dasar.

Ia selalu menolak uluran tanganku setiap kali aku


menawarkan,namun bagaimana aku bisa melihat ia
seperti itu? Membersihkan rumah,memasak,dan
belajar,hanya itu yang kubisa.
“Kak--ibu jalan dulu masih banyak dagangannya”
Ucap ibu dengan lembut.

“iya bu..hati-hati ya,kalau ada yang bisa kakak


bantu bilang ya”
aku selalu mengatakan hal yang sama,walau ku
tau,ibu tidak akan meminta apapun padaku.
Pukul empat sore,saatnya pergi ke tempat
bimbel.Aku dan ketiga sahabatku berada dalam
tempat itu,tak seperti Kael dan Hanabi, Freeda dan
aku selalu datang tepat waktu, bisa di wajarkan untuk
Hanabi karena ia harus latihan karate setiap hari
dirumahnya, ayahnya adalah seorang guru
karate,namun untuk Kael, ia pemalas.

“Hai Nair..kudengar kau memiliki teman perempuan


yang baru” ucap Freeda

“Iya kau pasti mengetahuinya dari Hanabi” jawabku


“Tidak, aku mengetahui dari anak kelas sebelah,
kebetulan aku sedang pergi ke perpustakaan tak
sengaja mendengarkan percakapan mereka” ucap
Freeda

“Benarkah? aku tidak menyangka” tanyaku

“Tentu saja--kau tidak bisa seperti ini terlalu lama”


ucap freeda

Aku diam dan menghela napas,bagaimana mungkin


aku dapat dengan mudah mempercayai orang lain
setelah orang itu dengan kejamnya meninggalkan
kami.

Tiga puluh menit pelajaran berlangsung,tiba-tiba


kami mendengar suara berisik dari arah luar.Suara
Kael dan Hanabi.
“EH MAU DITINJU YA!!? BISA DIEM GA SIH!” ucap
Hanabi dengan kesal
“Satu, lagi nih--Ayah kamu pesulap ya?” ucap Kael
dengan samar.

“BODO AMATT GAJELAS!! MALU-MALUIN AJA!”

Mereka memang biasanya seperti ini,Kael yang usil


dan Hanabi yang tomboy, Kael biasanya mendapat
memar di wajah saat berurusan dengan Hanabi tapi ia
tak pernah kapok.

“Oy gengg~~!” ucap kael yang konyol saat


memasuki kelas

Hanabi yang berjalan malu saat berjalan


dibelakangnya yang dilihat oleh anak-anak kelas.

Bel istirahat berbunyi, pelajaran di jeda selama 30


menit. Kami pergi ke tempat tidak jauh dari tempat
bimbel kami untuk makan. Saat ramai yang sedang ku
lalui ketika berbincang bersama Noble tiba-tiba
hening.
“Hey udik!!”
yang berada di hadapan kami adalah orang yang
paling kami benci di sekolah, Ialah Esca,seorang
pembuat kekacauan dan onar yang sering, entah
mengapa dia berada di sini dengan kedua temannya
yang biasa ikut bersamanya.

Ia adalah seorang penindas di sekolah,memiliki


badan yang tinggi,rambut cokelat pendek, dan mata
hitam yang terdapat goresan luka padanya, ia selalu
membawa kedua temannya Robin dan Gilt, mereka
terkesan pendiam tidak seperti Esca yang selalu
mencari masalah dengan kami.
“Kenapa kau ada disini? Tak cukupkah kami hiraukan
disekolah?” ucap Freeda dingin.
“HAHAHA!! Tidak senang?? Aku hanya ingin
memastikan, kabar tentang Nair yang memiliki pacar
baru, Mana mungkin anak anti social seperti mu bisa
punya pacar! punya teman saja aku tidak
percaya,mungkin teman-teman mu begitu bodoh
hingga bertahan dengan orang sepertimu!” ledek
Esca.

Mendengar perkataan nya itu, Hanabi melempar


sandwich yang sedang ia makan ke arah wajah Esca,
dan menghampirinya, seketika itu suasana menjadi
tegang karena Hanabi yang mulai kehilangan
kesabaran menggenggam kerah baju di leher Esca.

“Hey..Kau mau mati ya? Pernah liat orang-orang


yang berurusan dengan Nair di hadapanku?” ucap
Hanabi dengan tangannya yang mengepal.

Jarang sekali Hanabi seperti ini, hanyalah disaat


brandal seperti Esca sudah keterlaluan.
Orang-orang disekitar kami melihat ke arah Hanabi
dan Esca yang sedang bertikai.

“Heh hanabi udah lepasin aja kita diliatin tuh, nanti


yang ada kau malah yang kena omel sama kakak
bimbel” Ujar Kael berusaha melerai perkelahian.

Esca cengengesan, Hanabi melepas kerah yang dia


genggam dengan erat. ”Anggap saja dirimu
beruntung karena aku tidak menghajarmu disini, lagi
pula Nair tidak punya pacar, informasi hanya kau
terima tanpa kau ketahui kebenarannya, memalukan”.
Ucap Hanabi tenang.
“Heh sudah kuduga,mana ada orang yang sombong
sepertinya memiliki pacar” Balas Esca.
Aku yang hanyalah duduk sambil meminum matcha
ku tidak peduli terhadap setiap perkataan yang ia
lontarkan kepadaku, setiap saat,ia selalu
memprovokasi ku tapi tak pernah ku hiraukan, walau
aku sedikit kesal, aku mencoba untuk bersikap apatis
terhadapnya. Bukankah aku yang kalah jika aku
meladeni nya?

Sambil membenarkan kerah, Esca pergi menjauh


dari tempat itu bersama kedua temannya yang hanya
diam melihatnya ketika ia meledek kami.

Membawa motor Klasik dengan suara berisik


miliknya,ia mungkin lupa membawa harga dirinya
yang tertimbun entah dimana.

Rendah

Kami menasihati Hanabi karena berbuat seperti itu,


perbuatannya sangat tidak masuk akal. Maksud ku
untuk apa kau menghiraukan orang seperti Esca? Aku
tidak mengerti mengapa Esca seperti itu. Kata yang
tepat untuk melengkapi orang sepertinya adalah
Rendah.

Tidak suka mendengar pendapat orang lain,


membenarkan yang salah, menindas untuk terlihat
agung, Rendahan.

Mereka yang tidak mau mendengar tidak


sepatutnya bicara. Mereka yang hanya bisa
menggonggong,harus jatuh.
Kami tidak Tinggi,hanya tidak mau direndahkan.
Kami tidak sombong,hanya menjaga harga diri.

Kau tidak bisa memaksa seseorang untuk


menghargai dirimu,tetapi kau bisa menolak untuk
mentoleransi seseorang yang ingin menjatuhkanmu.

Tumbuh

Kumandang dari sesuatu yang syahdu


membangunkan ku saat gelap masih menyelimuti
dunia ini, orang-orang pergi ke tempat suci itu untuk
beribadah.

Hari ini adalah hari Minggu, sebagian orang


mungkin beristirahat pada hari ini,sebagian juga ada
yang ber-pakansi sendirian atau bersama orang-orang
terdekatnya, tapi bagiku hari Minggu kugunakan
untuk melatih Badan ku yang rapuh oleh satu pekan
yang kugunakan untuk meningkatkan daya pikir ku di
sekolah.

Jika jiwa dan ragamu melemah, latihlah. Bukankah


itu yang harus dilakukan sebelum manusia hanya
berbaring dan fokus pada sesuatu yang tidak penting?

Jika kau bertanya arti dari sesuatu yang tidak


penting, aku tidak menyebutkan bahwa manusia
biasanya kayang atau jungkir balik. Pada umumnya
manusia di negeri ini hanyalah berpacu pada sebuah
alat komunikasi yang sekarang menjadi kebutuhan.
Sang Handphone,anti sosial yang sesungguhnya.
Matahari belum sedikitpun menampakan wujudnya,
Pakaian ku yang berwarna merah terang, berubah
menjadi merah gelap.
Lapangan hijau yang kususuri ini telah membuat
keringat berjatuhan membasahi bumi.

Dibawah langit yang mulai membiru muda. Mentari


terlihat masih enggan untuk menunjukkan wajahnya,
hanya mengintip, seketika itu aku tersadar bahwa
mungkin ia malu,karena ada yang lebih indah darinya
kala itu. Kau.
Ruang dan waktu ku berhenti bergerak, Bumi ku
tidak berputar pada porosnya, bintang-bintang
berhamburan dan berjatuhan. Alam semesta ku,
kacau.

Rambut hitam panjang terurai, hidung mancung,


mata cokelat yang manis, sungguh memikat.
Siapakah dirimu sebenarnya? Nona Senja yang
kutemui kala itu, ternyata dapat menjelma menjadi
puteri fajar yang tak kalah indah.
Mungkin kau pikir ini hanya kebetulan, aku pun
sama demikian, namun siapa yang peduli? Kau dan
aku tidak keberatan, mau kah kau berlari bersamaku?

Kau yang meningkatkan wawasan mu dengan baik


di dunia ini, dan membuat ku kagum akan
kehadiranmu yang gigih kala pagi itu.
Untuk nona sepertimu aku bertanya-tanya,pada
siapakah hati mu kau serahkan?

Sudah satu jam kita disini,teriknya mentari


menandakan bahwa kita sudah seharusnya behenti.
Ku ceritakan padamu tentang kisah sosok seorang
wanita tangguh yang tak dapat dikalahkan oleh
apapun, bahkan oleh dunia sekalipun. Dan kau yang
sedang tidak sibuk, dengan senang hati menerima
ajuan ku untuk bertemu dengannya. Ibu.

Kemudian kita berjalan bersama ke rumahku yang


tak jauh dari lapangan hijau tersebut. Ibu pembersih
jalanan, penjual bubur, anak-anak kecil yang bermain
dengan riang di taman, kau tersenyum kepada
mereka semua. Berulang kali, aku terpikat, pada paras
dan keramahanmu. Sudah jelas yang terlihat
dihadapanku adalah sesosok malaikat yang
menyamar.

Ibu, bukanlah tipikal orang tua yang mengekang


atau mengatur anak nya dalam hal apapun. Ia
membebaskan aku, untuk mencari ke mana arah
hidupku, mencari para pemeran yang akan
mendampingiku di perjalanan ku yang begitu panjang
kelak, dan menciptakan sebuah kisah yang tak
terlupakan oleh setiap pemeran nya.

Kubawa engkau ke hadapannya,kau tersipu malu


saat bertemu,kesannya bagaikan ingin bertemu
dengan calon mertua katamu,aku tertawa.Ibu dengan
senang hati mempersiapkan makanan dan minuman
untuk kami yang lelah.Aku membantunya,kamu ikut-
ikutan.Ibu hanya bisa tersenyum melihat aku yang
menyuruh engkau untuk duduk diam dan beristirahat
dengan kau yang besikeras untuk membantu
kami.Sungguh,kau adalah tamu yang lucu.
Ruangan tv yang sejuk telah ibu siapkan untuk
kami,beserta makanan dan minuman yang
lezat,Sungguh baik dirimu wahai ibu,kau membuatnya
bagaikan ini adalah sebuah kencan.Ibu bilang ia
sangat senang melihat aku dan kau saat ini,seperti
melihat refleksi dirinya saat ia masih muda katanya.

Ibu akan segera pergi keluar bersama adik-


adik,biasanya untuk jalan-jalan di kota,sekalian
membeli sesuatu yang bisa dibawa ke rumah,memang
adik-adik ku tukang nyemil.Meninggalkan aku dan kau
berdua saja disini.
Kami yang sedang movie marathon memutuskan
untuk menonton film thriller atau horror. Kau ternyata
penakut,melihat setan saja takut—sama
sepertiku.Memang sepertinya kita yang sok berani
menghadapi film horror,tapi ini memang membuat
penasaran.Tak sengaja seperti di drama-drama korea
atau ftv,kau menggenggam diriku karena tersontak
kaget melihat wajah yang mengerikan yang tiba-tiba
keluar dari layar kaca.Sedikit malu yang
kurasa,dengan kau yang cengengesan dengan pipi
yang merona.

Rasa yang tak bernama ini terus menerus tumbuh


dengan bayangan dirimu yang tertanam di
dalamnya.Semua ekspresi lucu yang telah kau
buat.Kau adalah Moodbooster ku hari ini.

Hari akan segera berakhir,Aku yang ingin


menghantarkanmu pulang dengan sepeda
motorku,tertolak oleh kehendakmu. Kau memilih
untuk berjalan kaki ke rumah,lebih sehat katamu,aku
tersenyum.Kau berjalan pergi dari rumahku,Aku
ikut,kau menyuruhku untuk tidak usah repot-repot
menemanimu,aku menolak.Lelaki macam apa yang
meninggalkan seorang wanita berjalan sendirian.
Dalam senja, hanya ada kau dan aku.Saling berbagi
canda,tawa,dan senyuman.Tersasar ke bukit kecil
dekat tempat tinggal mu,menetap selama beberapa
saat.Menikmati renjana kala itu,menunggu matahari
terendam dalam bias-an cahaya jingga yang elok.

Menikmati suasana saat sang surya mengucapkan


selamat tinggal.Matamu yang berbinar indah
merefleksikan kebahagiaan dalam dirimu kala kau
bersandar di pundak ku.Kau bertanya,berapa lama
kebahagiaan ini dapat bertahan.Aku pun juga
bertanya-tanya.Hati dan logika pun seketika
bertarung.

Tentang kita

Pernah kah kau berpikir bahwa manusia dapat


seketika menjadi seorang budak karena sesuatu
yang asing mendarat di hatinya?
Dengan hanya pertemuan yang terkesan sangat
indah,terbayang-bayang,dan membuat mabuk
kepayang.Rasa itu bisa jadi sangat mematikan.

Ya rasa yang memiliki banyak nama.


Orang-orang menyebutnya cinta,atau
sayang,banyak istilahnya.Kemudian rasa itu
dengan seenaknya berlabuh di hati
manusia.Datang tanpa permisi,pergi tanpa peduli.

Rasa itu sama sekali tidak masuk akal,ia dapat


menerbangkan hati yang ia singgahi,lalu ia juga
menjatuhkan hati itu sekencang-kencangnya.

Setelah jatuh,hati yang rapuh menolak untuk


keluar dari persembunyian nya.Raga dan pikiran
seolah di jauhkan oleh hati yang sedang
bersedih.Meninggalkan seorang anak manusia
bergerak tanpa emosi.

Itu adalah pemikiran dari banyak orang yang


pernah mengalaminya.

Lalu--mereka menyalahkan hati karena ini.


Namun salahkah hati?
Pada dasarnya rasa tersebut yang dirasakan oleh
hati tidak lah salah.
Pada dasarnya cinta hanyalah membawa
kebahagiaan untuk hati,cinta tidak bermaksud
untuk menyakiti.
Manusia lah yang mendramatisir
keadaan,membuat seakan-akan realita yang terjadi
hanyalah sebuah imajinasi dari pikirannya yang
menolak untuk sadar,bahwa ia sendiri lah yang
membuat rasa tersebut hancur dan terlihat buruk.

Kata hati tak pernah salah.

Kau dan aku.Tidak seperti robot yang


dikendalikan,atau budak teknologi yang
menghancurkan pemikiran. Manusia yang tidak suka
terlalu sering memakai gadget.Kau dan aku hanya
menyampaikan kabar seadanya.

Tidak terlalu penting bagi kami untuk menyampai


kan perasaan berlebih,dan rindu yang overdosis.Kami
juga tidak ingin sebuah hubungan yang memiliki
takaran marah yang melampaui batas dan cemburu
yang membabi buta.

Lalu apa yang terjadi antara kau dan aku?


Aku menyayangimu,kuduga kau pun demikian.
Penting kah untuk dua insan yang saling menyayangi
untuk diberikan panggilan?
Status yang mendefinisikan keduanya untuk resmi
sebagai sebuah pasangan?

Kurasa sesuatu seperti itu hanyalah sebuah ajang


untuk pamer,hanyalah sebuah kebohongan yang
dimaksudkan untuk menyombongkan diri .
Lalu apakah yang terjadi setelah itu? Kata putus
adalah jawabannya,yang pernah memuji akan
mencaci,yang pernah merakit akan
menghancurkan,dan yang pernah datang akan pergi.
Rasa ini,yang menghampiri diriku.Bukanlah sebagai
dinding yang akan menghalangiku menciptakan jati
diri ku,bukan juga sebagai sesuatu yang mengubah ku
menjadi seorang budak cinta.
Melainkan sebuah cahaya yang menuntunku untuk
menjalani keseharian hidupku,waktu dimana aku
merasa lelah,dimana aku jatuh dan berharap
seseorang akan menolongku.

Lintasan memori yang diberikan oleh alam semesta


untuk ku yang rapuh,yang membuat ku merasa
hidup,tak terurai oleh waktu.Itulah Senyum mu.Tak
tergantikan,dan tak akan hilang.

Janji dan komitmen tidak pernah berhasil di


kalangan manusia.Namun,jangan khawatir--aku
menyayangimu dengan sangat.Kau yang
membawakan cahaya itu,di ruangan hatiku yang
gelap dan kosong.Seseorang yang menerima ku tanpa
melihat kondisi hidupku dari sisi manapun.

“Kau adalah jalan pulang yang selama ini aku cari”

Setelah Kedatanganmu

Jiwa ku bagaikan terbakar,apakah ini yang dirasakan


seseorang yang disinggahi oleh perasaan tersebut?
Aku yang duduk di bangku sekolah tidak bisa fokus
untuk mengerjakan tugas yang kulupakan kemarin
saat menghabiskan waktu bersamamu.Itulah
kesalahan bodoh yang kulakukan dan tak akan pernah
ku ulangi,namun jika dipikir-pikir itu hanyalah momen
yang bisa aku dapatkan untuk bisa berkenalan dengan
mu lebih jauh.

Freeda yang terheran-theran bagaimana seseorang


yang biasanya mengerjakan tugas tepat waktu bisa
keteteran seperti ini.Hanabi dan Kael yang ikut-ikutan
terjkejut dan meminta penjelasan,aku menjawab
dengan sejujur-jujurnya.
“Mantab mhank,bisa lari sama cewek—kapan ya aku
bisa seperti itu” Ucap Kael.
“Bagus untukmu Nair,kau akhirnya memiliki
seseorang yang bisa kau ajak bicara di harimu yang
membosankan itu” Sahut Freeda.

Sejujurnya aku ingin merahasiakan ini,namun karena


mereka adalah sahabatku yang mudah untuk
mengerti dan menerima,kurasa aku harus memberi
tahu tentang hubungan yang aku jalani dengan nya.

Mereka jadi penasaran dengan diri seorang adik


kelas yang menghabiskan waktu bersamaku seharian
kemarin.Mereka bilang ingin berkenalan dengannya
nanti,kubilang tidak usah yang ada mereka malah
akan membuatnya takut,mereka tidak menghiraukan
perkataaanku.

Bel istirahat berbunyi,Kael dan Freeda menyuruhku


untuk pergi ke kantin bersama mereka yang mau
bertemu dengan dirimu.

“Kalian ke kantin duluan aja yaa,aku mau dikelas


dulu ngerjain sesuatu” Ucap hanabi sambil memakai
headset.
Jarang sekali Hanabi berada di dalam kelas saat
istirahat,ia tak pernah menolak ajakan kami saat ke
kantin.Mungkin ia sedang sibuk dengan sesuatu.

“Eh Nair,dia dimana sih? Biasanya dia istirahat ke


kantin kan?” Tanya Kael.
“Iya dia biasanya kesini,membeli mocha
kesukaannya,tapi kemana dia ya—dikelas nya juga
tadi tidak ada.” Aku bingung.
“Ada tempat lain yang biasa ia singgahi selain di
kantin saat istirahat?” Tanya Freeda.

Diam dan berpikir untuk sejenak,lalu aku mengikuti


asumsi ku.Benar juga,kau berada di depan
perpustakaan,bangku kayu yang biasa kau duduki
dibawah pohon yang sejuk,dengan sedikit cahaya
matahari yang tembus diantara dedaunan
tersebut,membaca novel dengan rambutmu yang
tersapu angin yang berhembus.
“Itu dia” Kataku.
“Kayanya diriku ini naksir dengannya” Ujar kael.
“Okay sudah ketemu,Nair kamu sebaiknya
meninggalkan kami bertiga untuk sejenak ya,ada
beberapa hal yang ingin kami tanyakan padanya”
Ucap Freeda.
“Mengapa aku harus pergi dari sini? Kalian ingin
bertanya tinggal tanya” Tanya ku.
Lalu aku dipaksa untuk pergi dari tempat itu.

Aku yang masih bingung kenapa mereka


menyuruhku untuk pergi,Kau melihat ku untuk
sejenak sebelum aku pergi dari sana.
Aku juga bingung setelah ini mau kemana,sudah
kuputuskan aku pergi saja ke kantin untuk membeli
matcha hijau kesukaanku,selain rasanya yang
enak,ibu penjualnya juga sangat ramah.
Lalu aku pergi ke kelas sendirian berniat untuk
mengerjakan tugas-tugas ku yang belum selesai.

Aku melihat Hanabi yang sedang tersandar di


mejanya ditutupi oleh jaket nya.Namun ada yang
janggal,mengapa badannya bergetar seperti itu?
apakah ia menangis? apakah ia sakit? lalu aku
menghampirinya.

“Hanabi ada apa..?” Tanyaku dengan resah sambil


menepuk pundaknya

ia tidak merespon,aku menduga bahwa aku keliru


dan ia hanya tertidur.Sebaiknya aku tidak
mengganggunya saat ini,mungkin ia sedang lelah dan
akan marah jika aku mengganggunya.

Aku kembali ke kursi ku di belakangnya dan


mengerjakan tugas yang belum ku kerjakan.lima belas
menit setelah itu bel pelajaran selanjutnya
berbunyi.Tidak lama Kael dan Freeda kembali ke kursi
mereka,Kael yang berada disebelahku dan Freeda
yang berada di sebelah Hanabi.Kursi kami berada di
pojok kelas dekat dengan jendela yang sejuk dengan
adanya pohon-pohon disekitarnya.

Mereka menceritakan padaku tentang apa-apa saja


yang mereka obroli bersama dirinya.Mulai dari
perkenalan,kebiasaan,hobi,dan bagaimana ia
mengenal diriku.

“Tak heran kau bisa jatuh hati padanya,ia sangat


lembut dan ramah untuk seorang wanita” Ucap
freeda.
“Keberuntungan berpihak padamu wahai Nair yang
agung” Kata Kael.

Seketika Hanabi yang sedang tersandar di


meja nya bangun
“Hey jam berapa sekarang? Apa aku ketinggalan
sesuatu?” Ucap Hanabi.
“Ngga tadi kita Cuma ngomongin gebetannya
Nair doang haha lucu dia kalo disamperin kakak
kelas.”

Anda mungkin juga menyukai