Anda di halaman 1dari 21

Pendahuluan : Siapa Aku?

Hai ,perkenalkan aku Thalia Artha Medina.Ulang


tahunku yang ke-20 kali ini hanya dapat
berteman sepi, duduk sendiri di warung Bi
Romlah. Ditemani rokok yang bertengger di
mulutku.Dalam diam ku tatap sekolah lama
ku ,tempatku menempuh pendidikan sekolah
menengah atas.Lama waktu berlalu membawa
kembali ingatan masa SMA ku.

“Masa SMA adalah masa yang paling indah dan


tidak dapat dilupakan” kata mereka , yang pada
akhirnya ku setujui.Tidak bisa dibilang indah
tapi tidak dapat ku lupakan,bangku SMA
mengajarkanku untuk “bodoamat” pada hal hal
yang bukanlah kuasaku dan membuatku dapat lebih
mensyukuri apa yang terjadi hari ini.

Dengan segala ucap dan puji syukurku hari ini


ku ceritakan padamu apa yang terjadi
denganku ,sehingga mungkin ceritaku ini dapat
bermanfaat untuk kalian di kemudian hari.

1 Hari Pemotretan
Hari ini adalah tahun pertamaku di SMA 1
Cempaka putih sebagai murid pindahan.Aku
memarkirkan motoku di parkiran setelah itu
aku berlari bergegas mencari dimana letak
kelas 10 IPS 1 sembari terburu buru
sekejap mataku menangkap siluet pria
bertubuh tinggi dengan rahang tegas
berdiri dikoridor kelas yang berada tepat
disebelah kelasku. “Siapa dia?” ucapku
dalam batinku , kurasakan saat itu ingin
sekali ku menyapa dan berkenalan dengan
nya melebihi rasa bersemangatku untuk
berkenalan dengan teman teman kelasku.

Jam menunjukan pukul 09.45 yang menandakan


waktu istirahat,aku melangkah menuju pintu
keluar kelas tetapi saat itu ku dihadang
oleh sekelompok siswa yang mengajakku
untuk pergi bersama ke kantin yang ku
kenal saat itu sebagai Sasa,Linda,Eka dan
Syifa yang setidaknya ku ketahui saat itu
hanya nama mereka.Tanpa basa basi terlalu
lama aku ikut serta dalam ajakan mereka,di
lorong koridor kami asik berbicara sampai
dengan netra mataku menangkap kembali se
sosok lelaki tanpa nama itu.

Sepulang sekolah sesampainya aku dirumah


pikiranku terus berputar memikirkan siapa
dia ,kapan ku bisa mengenalnya ,seperti
apa dia.Karena rasa keingin tahuanku yang
semakin mendalam kepada sosok lelaki tanpa
nama yang cukup menarik perhatianku
ini.Setelah limabelas menit waktuku
terbuang untuk memikirkan-nya.Terbesit
dalam pikiranku langkah langkah untuk
mencari tahu siapa dia.

Langkah pertama yang ku ambil untuk


mengenalnya adalah siapa namanya? seraya
aku mencari keberadaan ponselku ,kapan
jadwal pemotretan kartu pelajar kelasku
dan kelasnya.
Dan ya seperti yang kuharapkan kurasa
semesta berpihak kepadaku jadwal
pemotretan kami jatuh dihari yang
bersamaan.Dengan cepat ku tidurkan diri
ini agar waktu cepat membawaku ke peluang
emas itu.

Sekali lagi kurasakan bahwa semesta memang


menyertaiku ,tak terasa waktu cepat
membawaku ke hari dimana pemotretan
dilangsungkan.Ku awali pagiku dengan
semangat membara tidak lupa ku teliti
kembali penampilanku baik dari rambut
hasil catokanku sampai dengan sepatu
converse kebanggaanku.

Setelah dirasa tidak menemukan


kecacatan,langsung ku raih tangan ayahku
untuk berpamitan dengan langkah terburu
buru sembari mengelap keringat didahi ku
berjalan menuju depan gang ku lihat ke
kanan dan ke kiri angkutan berwarna apa
yang akan membawaku hari ini.Jika kalian
bertanya dimana motorku tentu saja ku
jawab dirumah,lalu mengapa angkutan?
Singkat saja aku manusia setengah malas
setengah perfeksionis ini tidak ingin helm
merusak tatanan rambut indahku ini,di hari
pemotretan kartu pelajar.

Laju angkut biru membawaku sampai


digerbang biru sekolahku.Dengan langkah
santai semoga terlihat anggun ku susuri
koridor kelasku tapi tidak seperti
biasanya.Aku menemukan keanehan ,dimana
lelaki tanpa nama itu.Seketika kurasakan
sedikit kekecewaan di hatiku.Gelisah tak
terbendung setelah kusadari jam 07.00
sudah berlalu dan sosok misterius itu
belum juga terlihat “apakah ia sakit?”
cemasku.

Lama waktu pemotretan sudah berlalu,Aku


memasuki rumah dengan kekecewaan yang
tertahan di lubuk hati karena si misterius
pujaan hati tidak hadir dan mengetahui
fakta hal ini akan menghambat misi ku
untuk mengetahui namanya lewat dokumen
data diri yang dikirimkan sekolah ke grup
angkatan. “Apakah keberuntunganku sudah
habis?” ucapku dalam keheningan malam

2 Es Krim & Koridor


“Tidak apa,nanti kita cari cara lagi” ucapku
menyemangati diri ini agar dapat memulai pagi
dengan menebar keceriaan serta senyum kepada
semua orang yang ku jumpai.Setelah lima menit
ku mencoba mengembalikkan semangatku.Setelah
kegiatan tadi selesai dilakukan langsung kuraih
gayung ,catokan,serta pensil alis untuk
melengkapi kebotakan di atas mataku ini.Agar
tercipta keanggunan bukan alis gundul seperti
setan mulai ku lukis dengan penuh rasa
kebahagiaan agar ciptaanku ini dapat dinikmati
oleh sepasang mata yang melihatnya.

Seperti biasanya kulewati koridor dengan


senyuman mengembang di seiring langkah
kakiku.Sembari menunggu pujaan hatiku
menampakkan diri.Aku terlibat perbincangan
dengan Syifa.Ku ketahui fakta bahwa Syifa
ternyata berpacaran dengan Aji anak kelas
sebelah ,yaps kelas si lelaki tanpa nama
itu.Alangkah bahagianya aku melihat secercah
peluang untuk mengenal sosok misterius itu.

Bel istirahat berbunyi menandakan akan adanya


banjir rezeki untuk ibu kantin dan juga banjir
cinta untuk muda mudi yang memiliki pacar
disekolah.Seperti Aji yang sudah menunggu Syifa
didepan pintu,dengan mata berbinar dan tanpa
basa basi ku tanyai Aji ,siapa rupanya sosok
lelaki ber rahang tegas itu.Setelah beberapa
waktu kuhanya bisa memandanginya dari balik
pintu kelas,sekarang ku mengetahui namanya.Dia
Airaksa Gumilang.

Lega,itu yang dapat kurasakan setelah ku tahu


namanya.Kutunggu Sasa yang juga akan membeli es
krim bersamaku sambil melamun dan terbayang
akan indah namanya. Kusadari ada bayangan
seseorang yang ku kenal berdiri dihadapanku
membuyarkan lamunanku ,dingin dan teduh
tatapnya menghunus kedua netraku.

“Ngelamun mikirin apasi Din” ucapnya yang


membuat hati kecilku terkejut kegirangan.Satu
kalimatnya yang membuatku terpaku sepersekian
detik dan menyisakan pertanyaan yang
menghinggapi pikiranku hingga tujuh hari
kedepan.

“Mau dianter beli es krim ngga din?”


tawarnya,yang lagi lagi membuatku tidak habis
piker dengan keberuntungan yang menimpaku
berturut turut hari ini.Karna belie s krim
bersama Sasa bisa lain hari,dan tawaran ini
belum tentu setiap hari.

Tanpa menunggu Sasa,kulangkahkan kaki ku


menyusuri koridor bersama-nya ,Airku.
Tenang dan sedikit riang hati ini berjalan
bersamanya,disampingnya,didekatnya.Kusadari
kami memiliki satu kesamaan ,dia menyukai es
krim vanilla.Dengan es krim vanilla digenggaman
ku berbincang dengan-nya sampai tak terasa jam
istirahat telah usai,yang berarti waktu ku
dengan nya telah usai.

Setelah perbincangan es krim dan


koridor,semakin membuatku tenggelam dalam
tenang tatapan-nya.

3 Terimakasih Aksa
Setelah hari itu ,selalu ku awali pagiku dengan
senyum merekah dan semakin liar tumbuhnya
pengharapanku agar dapat selalu berdekatan
dengan-nya,tak pernah bosan kumenanti
keadatangan nya .Orang disekitarnya menamai dia
Air.Tapi bolehkah ku panggil dia Aksa,Air
dipunyai semua orang. Tapi Aksa,keinginanku dan
akan menjadi milikku.
Setidaknya itu yang ada dalam pikirku.Tak ingin
terlalu lama berpikir segera ku berlari menuju
kelasku agar bisa bertemu Aksa se-segera
mungkin.

Bel pertamaku di kelas sebelas berbunyi


pertanda pelajaran akan dimulai tapi sosok yang
ku tunggu tak kunjung menampakkan batang
hidungnya. “Mungkin dia telat” batinku.

Bel istirahat berbunyi ,aku dan teman temanku


menuju kantin.Di tengah perjalanan ke kantin
pengelihatanku menangkap sosok yang kutunggu
sedari pagi.Ia duduk diujung lorong yang berada
tepat didepan kelas IPA 1.Seakan tak percaya ku
pejamkan mataku untuk mengatur fokus.
Tapi sialnya,yang duduk di sebelah perempuan
itu memang dia ,dia Aksa-ku.

Seusai melihat kejadian itu dengan mata


kepalaku.Bingung,setidaknya itulah kata yang
tepat untuk menggambarkan apa yang
kurasakan.Ada perasaan bergemuruh di dalam hati
yang berisiknya pertanyaan yang tercipta di
kepalaku.Beragam pertanyaan muncul di pikiranku
siapa perempuan itu,kenapa Aksa duduk
disebelahnya,dan pertanyaan terakhir yang
paling kutakuti jawabanya adalah apa hubungan
mereka.

Kumasuki pintu kamarku dengan kusutnya raut


muka dan perasaanku.Yang kupahami ini tidak
boleh berlarut larut terjadi padaku.Malu ku
akui,tapi aku cemburu.

Keesokan harinya,ku mencoba menanyai teman


teman kelasku atau bahkan Aji yang tidak lain
teman sekelas Aksa.Hingga akhirnya ku
mengetahui siapa perempuan itu.Tidak
kupedulikan siapa namanya ,tapi hubungan mereka
dari mulut ke mulut yang dapat ku ketahui yakni
mereka berpacaran.
Sedih tidak? Bohong bila tak kurasakan sedih.
Ikhlas tidak? Dia bukan kepemilikanku jadi
tidak akan baik apabila tidak ikhlas.Sampai
jumpa lain hari Aksa Gumilang,terimakasih atas
es krim vanilla dan kenangan-nya.

4 It’s A New Day


Kekecewaan selalu menghantui setiap langkahku
di koridor favoritku.Pengharapan dan
penantianku kepadanya seketika surut
tergantikan oleh pengharapan agar tidak pernah
dipertemukan kembali .Sialnya ku harus
menghabiskan sisa waktu sekolah menengahku
dengan nya,tetangga kelasku

Tidak terasa berbulan bulan kulalui dengan


cepat ,hal ini terjadi berkat teman
disekitarku.Mereka menghidupkan kembali duniaku
,berusaha membawaku kembali kepada cerah nya
langit.

Dan disinilah aku berpijak senantiasa


bertengger didepan koridor,untuk mengembalikan
diriku ,kepada siapa aku.Dan koridor depan
kelas tetap menjadi destinasi
favoritku,walaupun itu tanpa dirinya,sosok
penghuni kelas sebelah.Waktu seakan menyuruhku
untuk cepat berdamai ,sehingga tatapan nya
tidak lagi membuatku takut ataupun
terhanyut.Habis sudah buku ini ketika terus
berpuisi tentangnya.
It’s a new day,kulangkahkan kakiku dengan riang
diiringi senandung kecilku ‘Sorai-Nadin
Amizah’ .Kujalani hariku dengan riang gembira
sampai dengan mata pelajaran matematika.Dari
koridor terdengar langkah dari ketukan pantofel
Bu Lina dengan buku ajar mata pelajaran
kematian-nya.Karna dirasa ini keadaan yang
mendesak bagiku dan Sasa yang tidak mengerjakan
tugasnya,ketika mendengar langkah kaki Bu Lina
berhenti di ruangan sebelah.Dengan langkah
sigap secepat ninja Aku dan Sasa berlari menuju
arah belakang dengan harap Bu Lina tidak
menangkap siluet kepergian kami.

Kugenggam es cekek sembari bersantai,buliran


es teh menyejukkan kerongkonganku serta
menenangkan hati moengilsku yang berpacu bak
mesin diesel.Dalam diam ,Aku dan Sasa berfikir
bagaimana cara kami melewati gerbang tanpa
membawa tas.Seperti keberuntungan yang memihak
kami,tampak segerombolan anak Ipa berlari
melewati lapangan basket ,melewati
kami.Menyadari tenaga kami yang tidak
seberapa .tidak ku siasia kan momentum berharga
ini,dengan wajah memelas ku meminta bantuan
mereka untuk melemparkan tasku dan Sasa melalui
celah kecil diatas gerbang pembatas parkiran
dan lapangan basket.
“Besok besok kalo mau bolos,japri” ucap Randi.

Setelah tas mendarat dengan sempurna ,Aku dan


Sasa berterimakasih lalu dengan riang kami
berlari menuju pos satpam untuk meminta
izin.Dengan raut wajah gembira tidak menunggu
lama ku ambil tasku dan Sasa lalu melangkah
masuk ke angkutan yang berhenti tepat didepan
kami.

Lama nya waktu perjalanan pulang


menghantarkanku pada lamunan sesosok pahlawan
hari ini ‘Randi’.
Sesampai lamunanku dihentikan oleh dering
notifikasi ponsel yang mendapati pesan dari
nomor tak dikenal yang masuk.Raut wajah
kebingungan tercetak jelas saat mataku terfokus
pada isi pesan pengirim tersebut

“Mending bonceng,kita searah”


“Siapa ya?” balasku

Karna tidak ada tanda tanda pesan


terbalas ,dengan remeh kusimpulkan pengirimnya
pasti orang iseng.

5 Diatas Motor Sore itu


Seperti biasanya ku arungi koridor dengan
beberapa wujud penghuninya,sebenarnya aku sudah
mulai bosan dengan rutinitas sekolah ini,sangat
tidak variatif.Andai kudapati pujaan hatiku di
sekolah tentunya akan lebih variatif sekolah
ini.
Setelah meletakan tas kudapati perutku
bersenandung dengan cukup merdu ,kulewatkan
sarapanku karna lebih runyam berurusan dengan
kesiswaan daripada menghadapi guru matematika.

Ku seruput kuah indomie soto ku dengan hikmat


sambil kunikmati alunan karya Jason Ranti
mengalun dengan sopan di telingaku.Tiba tiba
kudengar suara gemuruh langkah kaki menuju
kantin yang mengacaukan suasana pagiku.Ternyata
sekumpulan anak IPA yang bersembunyi
menghindari amukan kesiswaan.

“Thalia!Jam siapa kamu?!”


Naas nasib yang menimpa anak IPA juga
menimpaku,kami semua digiring menuju lapangan
upacara.Seperti hukuman biasanya,kami berdiri
dengan sikap hormat dibawah sinar matahari yang
semakin lama terasa semakin menyengat
kulitku.Aku ingat betul muka tengil Randi yang
mengejek ku disitu karna ikut terseret mereka.

Setelah acara berjemur aku kembali ke kantin


untuk membayar makananku tadi pagi dan memesan
‘teajus gula batu’ favoritku.Sensasi manisnya
teh dan dingin es batu beradu di mulutku.Lalu
ku berjalan melewati koridor menuju kelas,cukup
sudah ku membolos pelajaran aku tidak ingin
kejadian tadi menimpaku kembali.

Tak terasa matahari mulai menunjukan cahaya


oranye nya dan suara bel terakhir
berbunyi,pertanda kegembiraan bagi siswa dan
siswi .Ku langkahkan kakiku dengan riang sampai
didepan gerbang sekolah tidak kudapati angkutan
yang setia menunggu jam kepulangan.

15menit berlalu,tak kunjung kulihat angkutan


melewati sekolahku.Di sela sela kebosananku
terdengar suara yang tidak asing berbicara
padaku.
“Mending bonceng,kita searah”

Rasa keingintahuanku yang menggebu gebu


memaksaku dengan berani ku naikan kepalaku
untuk melihat siapa sosok dibalik pesan
misterius itu.
‘Randi Ammarta Dirgantara’ anak tengil IPA 1
yang mengisi beberapa hari terakhirku.Dirasa
sudah lama menunggu angkutan yang tak kunjung
datang,tak kusia siakan tawaran Randi.

Lamanya perjalanan menciptakan candaan dan


perkenalan untuk ku dan Randi.

“Terimakasih ,Hati hati yaa” Ucapku padanya


sesaat motornya terhenti didepan gerbang
rumahku.

6 Love u All-Ways Randi


“Kling!”
Terdengar suara notifikasi pesan yang
membuyarkan lamunanku.

“Aku kesana yaa,wait me sweetie” isi pesan


Randi padaku

Disinilah aku dua tahun terlewati berjalan


berdua bersama-nya Randi Ammartha
Dirgantara.Sengaja ku ceritakan sedikit saja
tentang pahlawanku ini,karna apapun tentangnya
adalah miliku dan tentu tidak akan kubagi
ceritaku ini dengan kalian.Tapi hal yang perlu
kalian ketahui bersamanya,aku tenang.

Kedatanganya di hidupku tak selalau mewarnai


hariku tapi ia membawakan tenang aman dan damai
itulah yang kuketahui apa yang dibutuhkan
untukku.Dan ia tak lupa mengajarkanku apa itu
bersyukur dengan apa yang kumiliki sekarang.

Disinilah kami ,Aku dan Randi menikmati


tenggelamnya matahari bersama hilangnya uang
kami untuk menambah kopi .
Love u all-ways Randi Ammarta Dirgantara.
===

Anda mungkin juga menyukai