Anda di halaman 1dari 63

Forgotten

dreams
A tale of love in lost tails

MUCHAMMAD RIZAL SOBARI

1
Untuk orang-orang baik yang pernah berbagi
episode kehidupannya dengan saya

2
Kata pengantar
Selamat datang dalam perjalanan yang
mengungkap rahasia masa lalu dan
kekuatan persahabatan. Kisah ini
mengikuti Rizal, yang dengan bantuan
sahabatnya, Hana, menghadapi kebenaran
yang tersimpan dalam bayang-bayang
masa lalu yang kelam.
Dalam pencarian kebenaran ini, kisah ini
juga menyoroti betapa pentingnya
kejujuran dalam memperbaiki hubungan
yang terluka. Semoga kisah ini memberi
inspirasi tentang kekuatan persahabatan
dan keberanian mengungkap rahasia yang
tersembunyi.

Terima kasih telah menyempatkan waktu


untuk menikmati kisah ini.

Salam hangat,
[Muchammad rizal sobari]

3
Daftar isi
Kata pengantar/3
Chapter1 Reuni dan Kamera tidak
Terlupakan/6-10
Chapter2 pemimpi/11-18
Chapter3 Masa Kecil yang Tersimpan/19-
23
Chapter4 pertemuan di perpustakaan/24-
28
Chapter5 Pertemuan yang Membawa
Kenangan/29-32
Chapter6 Pertanyaan Tanpa Jawaban/33-
35
Chapter7 Photo Album yang Berbicara/36-
40
Chapter8 Rahasia Keluarga yang
terungkap/41-50
Chapter9 Langkah Menuju Kebenaran/51-
53

4
Chapter10Mengungkap Masa Lalu, 54/60
Ucapan terimakasih /61
Profil penulis /62

5
Chapter 1

Reuni dan Kamera tidak Terlupakan

Hana

Hari ini adalah hari pertamaku masuk


setelah menyelesaikan urusan perpindahan
sebagai pelajar sekolah hampir sebulan. Aku
sangat excited menyambut hari ini. Tentu
saja, sebulan itu lama banget lho untuk
mengurus perpindahan sekolah. Akhirnya,
aku bisa bertemu dengan teman-teman baru
di sekolah, terutama teman lama, Rizal, yang
ada di sekolah yang sama sekarang. Aku
sudah lama sekali tidak menemuinya sejak
aku pindah. Syukurlah kalau ada kesempatan
untuk bertemu dengannya, it will make me
happy.

Aku sedang mengayuh sepeda dengan sekuat


tenaga dari rumah menuju gerbang sekolah,
mungkin jaraknya hanya 2,4 km, tapi itu

6
cukup jauh terutama dengan menggunakan
sepeda. Tapi, bel masuk sekolah sudah
berbunyi, bahkan sebelum aku melewati
gerbang sekolah.

"Stop, Pak! Stop sebentar!" teriakku kepada


pak satpam yang sedang bersiap menutup
gerbang sekolah. "Cepat, dek, cepat!"

Tepat ketika aku memarkirkan sepeda di


sekolah, aku melihat Rizal sedang mengobrol
di kelas dengan temannya sambil melihat
keluar jendela. Aku dengan cepat meraih tas
kamera yang tergantung di lengan kiriku dan
menyalakannya. Sejak kecil, aku selalu
membuat kenangan indah bersama temanku
menggunakan kamera dan menyimpannya di
album foto. Itulah yang membuatku
membawa kamera ke mana-mana, bahkan ke
sekolah.

7
Dear God, thank you for making this chance
for me.

Aku berhasil mendapatkan fotonya dari sisi


kiri, namun tiba-tiba aku mendengar
seseorang memanggilku, "Hanaaa!" Belum
sempat dia mengucapkan kata selanjutnya, ia
tersandung dan jatuh persis di depanku. Aku
hampir saja tertawa kecil.

"Hahahaha, baru masuk sekolah kamu sudah


membuat hal konyol. Apakah kamu baik-baik
saja, kocha?" tanyaku kesal.

"Hei, apakah aku terlihat baik-baik saja?


Jangan tertawa, bantu angkat aku," katanya
sambil kesal.

"Iya, iya," jawabku sambil membantunya


bangkit.

8
Kocha adalah temanku dari sekolah
sebelumnya. Belantungnya, kita
mendapatkan kelas yang sama.

"Ada apa, kocha? Kamu terburu-buru


begitu?" tanyaku setelah membersihkan
celananya.

"Kamu pasti senang mendengar berita ini.


Tahu gak? Cerita Omorl mendapat sekuel film
bioskop, loh," ucapnya.

"Benarkah? Pasti bakalan sangat seru. Aku


sangat tidak sabar untuk menantikannya,"
jawabku sambil tersenyum.

Aku senang memiliki teman seperti kocha.


Dia selalu perhatian dan baik. Tak sadar, kita

9
sudah di depan kelas dan bersiaplah belajar
seperti biasa.

10
Chapter 2

pemimpi

Rizal

Hari itu, udara sangat panas di tepi laut yang


bergelombang. Aku duduk di pinggiran
bersama [Nama 1], [Nama 2], [Nama 3] yang
sedang berenang, dan [Nama 4] yang sedang
bermain pasir. Aku dan [Nama 1] tengah
menikmati es krim, sisa es krim masih
mengotori mulutku. Sementara itu, [Nama 2]
mengambil fotoku dengan wajah berlumuran
es krim.
“Ada apa, [Nama 2]?” tanyaku.
“Aku sedang mengabadikan momen
kebersamaan kita, Rizal. Lucu, kan?”
jawabnya.
“Memalukan, [Nama 2],” ucapku.

11
“Tidak apa-apa, ini akan jadi kenangan
manis. Lihat [Nama 3] dan [Nama 4],
mereka... lucu, bukan?”

Sebelum [Nama 2] melanjutkan kata-


katanya, alarm membangunkanku dari mimpi
yang sama. “Mimpi yang selalu mengganggu.
Entah sejak kapan itu dimulai.”
Aku masih bersama dengan bantar dan
selimut ku yang hangat di pagi hari ,aku
melirik HP ku dan mematikan alarm yang
sudah menujukan pukul 05.00 biasanya, jam
segini aku sudah siap-siap untuk berangkat
sekolah atau sedang sarapan tapi tidak untuk
hari ini ,tapi aku memutuskan untuk bertanya
kepada orang tua ku tentang kejadian
kecelakaan yang telah lama berlalu saat itu
adalah hari yang sangat kacau aku tidak
mengingat sesuatu pun

Aku pergi ke ruang tengah mencari ibui dan


ayah,

12
Aku mencari ke seluruh ruangan tidak ada
dan saat dan aku teringat sebelum ibu pergi
ia pasti memberikan pesan di dinding lemari
es
Isinya
PIni untuk bekal mu nak sama makan siang
dan makan malam, mama sama papa akan
pulang larut malam banyak perkerjaan yang
belum selesai maaf ya mama gk bisa ada di
rumah. Dari mama

Aku membuang napas yang panjang lalu


mengambil handuk , dan masuk ke kamar
mandi, sambil mandi coba mari kuceritakan
sedikit tentang ku . Namaku Rizal tidak
memiliki banyak kenangan indah malahan
aku tidak tahu apa yang tarjadi saat 4 tahun
yang lalu aku hanya tahu aku saat itu
kecelakaan yang membuat ingatan ku hilang,
orang tua ku sangat sedih saat itu
Lalu aku belajar tentang keluarga dan sekolah

13
Soal sifat sepertinya aku orang yang tidak
suka di ajak berbicara berlawanan jenis
terkadang banyak omong dan juga sok cool,
tapi Percayalah terkadang aku tidak begitu
terkadang aku suka bernyanyi dan
memikirkan sesuatu yang menarik tentang
cinta daripada itu aku harus cepat
menyelesaikan pembiasaan harian ku dan
pergi ke sekolah
Seperti biasa tidak ada yang menarik dari
sekolah hari ini selayaknya kelas pertama
pada awal semester umurnya hanya berisi
perkenalan bab pelajaran yang akan di ajarin
Aku melihat jendela dan melihat seseorang
perempuan yang memegang kamera dengan
bunga di ke Kepala , dia menoleh ke arahku
“Kenapa?” Tanya Waldi. Aku pun menoleh ke
waldi, “Bukan apa-apa.”
Lalu Waldi melihat ke arah kaca.
“ Ohh dia Hana murid baru yang akan masuk
ke ini loh Rizal “

14
“Bagaimana kamu mengetahui nya Padahal
dia baru sajah masuk sekolah? “
“Aku punya temen online dia bernama kocha
dia yang memberitahu kalau dia mau pindah
sekolah di sini bersama temannya hana”
“Bisa kah sekebetulan itu? “
“ Iya dong, mau ku kenalin meraka berdua
cantik loh”
“ boleh tapi Kapan kapan deh waldi”
Sudah sehari sejak pertemuan mata tak
sengaja itu berlalu. Namun, entah mengapa
bayangan itu wajahnya selalu mengngatkan
aku pada sesuatu hal
Hari ini adalah hari Selasa. Aku segera
bergegas menuju sekolah dengan motor
Vario hitam, melewati jalanan yang penuh
dengan orang-orang dengan kesibukan
masing-masing, dan hangatnya matahari
yang selalu setia menyinari bumi.
Pandanganku teralihkan saat melihat jam
tangan yang akan menunjukkan arah jam 7,
menandakan waktunya gerbang sekolah

15
tertutup. Aku dengan tergesa-gesa
memikirkan motor yang terparkir tidak jauh
dari sekolah.
Saat aku sampai di sekolah, aku melihat
seorang gadis perempuan membawa banyak
barang ternyata dia Hana entah kenapa. Aku
pun menghampiri dan memberinya tawaran
bantuan.

“Hai,Hana, apakah aku bisa membantumu


membawa barang-barangmu? Kamu terlihat
kesulitan,” ucapku sambil tersenyum.

Rizal memberikan tawaran bantuannya


kepada Hana, dan Hana tersenyum lembut
menerima bantuannya. Mereka berjalan
menuju kelas bersama, dan dalam perjalanan
itu, mereka mulai berbicara.
“Hana kamu murid baru ya di sini? Aku
sebelumnya belum melihat mu di sekolah “
“ iya apakah kamu tidak mengingat ku? “

16
“apakah kita pernah bertemu sebelumnya
hana*
“tidak-tidak coba kamu mengingat nya ”
“oh iya aku tahu kamu tadi yang memegang
kamera kan di lantai bawah aku tidak sengaja
melihat dirimu “
Hana tersenyum dengan kebingungan,
menjawab,
“Oh, benarkah? Tadi aku baru saja
mendapatkan sesuatu foto yang indah ”
“Apakah aku boleh melihatnya”
“Tidakkk, itu bakalan aneh jika di lihat”
“maaf maaf aku terlalu memaksa.”
“tidak apa apa kok “
Aku dan Hana akhirnya telah sampai ke kelas
Hana ternyata dia di samping aku tidak
menyangka dia bakalan di sebelahan
Rizal: “Kelas ku ada sebelah hana kalau ada
sesuatu jangan ragu berbicara dengan ku”.

17
Mudah-mudahan kita bisa menjadi teman
baik.
Hana tersenyum tipis, “Tentu, Rizal. Aku juga
senang bertemu “ Aku merasa Hana sedikit
kebingungan entah

Apakah aku salah berbicara?

18
Chapter 3

Masa Kecil yang Tersimpan

Hana
Hana merenung saat matahari menyinari
wajahnya dan angin sepoi-sepoi menerpa
rambutnya. Pikirannya terus memutar
pertanyaan yang tak terjawab. Mengapa Rizal
tidak tahu tentang persahabatan kecil kami di
masa kecil? Apakah dia benar-benar tidak
ingat atau dia menyembunyikannya dengan
sengaja?
Aku sudah lama berbicara dengan Rizal sejak
hari pertama aku pindah ke sekolah. Rizal
tampak begitu tulus dalam pertemuannya
denganku, tidak seperti seseorang yang
menyembunyikan sesuatu. Tapi, mungkin dia
tidak tahu bahwa aku adalah teman kecilnya
dulu.

19
Saat aku mencoba untuk mengingat kembali
momen-momen indah yang kami habiskan
bersama, aku tiba-tiba merasa terhantui oleh
satu pertanyaan penting: Apa yang harus aku
lakukan sekarang? Apakah aku harus
mengungkapkan kebenaran kepada Rizal?
Atau apakah aku harus tetap merahasiakan
hubungan masa kecil kita?
“Arghhhh apa yang aku harus perbuat!”
Ucapku yang kesal.
Dalam diam, aku memutuskan untuk tetap
merahasiakan masa kecil kita, setidaknya
untuk saat ini. Aku ingin lebih mengenal Rizal
dengan baik, tanpa beban masa lalu yang
mungkin akan mempengaruhi hubungan kita.
Mungkin suatu hari nanti.
Mama mengetuk pintu. Tidak ada orang yang
akan mengetuk pintu kamarku selain mama,
jadi kemungkinan sangat besar bahwa yang
mengetuk pintu adalah mama. “Hana, suara
apa itu tadi, jangan lupa pergi sekolah sudah
mau masuk pukul 6 ini.” “Iya ma.”

20
Dari pada memikirkan ini, lebih baik aku
cepat-cepat menyelesaikan mandi cepatku
dan pergi ke sekolah

Yang aku duga benar , tidak ada yang


menarik dari sekolah hari ini, selayaknya
kelas pertama pada awal semester pada
umumnya. Hanya berisi overview aku
kebanyakan menghabiskan m mengobrol
kocha dan yang lain, makan siang bersama di
kelas,lalu kembali ke kelas mengikuti
pelajaran selanjutnya Terkadang aku
membaca di perpustakaan . Tapi hari ini
sangat beda setelah aku mengatahui bahwa
dia bersekolah di tempat yang sama aku
tidak habis memikirkan nya , aku
memutuskan until melihat kelas Rizal yang
ada di sebelah ku ternyata Rizal duduk di
tengah tengah bersma waldi sepertinya
mereka berbicara sesuatu yang seru aku juga
ingi bergabung tapi aku gk terlalu dekat
dengan Rizal aku baru saja bertemu dengan
tidak sengaja kemarin

21
Sesaat sku mrlihat lebih jelas
“Hai Hana apa yang kamu lakukan melihat di
jendela kelas lain* aku dengan panik
menoleh ke belakang
Sesuai dugaan dia adalah teman terbaik ku
kocha
“Tidak ada apa apa kok ,aku hanya melihat
keadaan kelas di samping “
“Benarkah hhan Atau kamu melihat cowok
yahh.“
Aku yang kesal “ bukaaan aku bukaaan
melihat cowok “
“ kamu scara tidak langsung mengakuinya
Hana *
Aku dengan cepat pergi dari tempat depan
kelas waldi dan kembali ke kelas
“Hei Hana beri tahu aku siapa cowok yang
kamu naksir “
“ tidak akan! “

22
“ Padahal kamu bisa bantuan waldi untuk
memperkenalkan mu karena kebetulan dia
sekelas juga “
“ Aku udah memperkenalkan ehhhh !
Masuknya bulum”
“kamu sangat tidak pandai sekali Hana “
sambil tertawa kecil
“ Kamu licik sekali kocha “ sembari memukil
pundak kocha dengan pelan
Kocha sangat licik dia sudah mengetahui aku
kalau aku sedang berbohong atau tidak
Tapi aku senang mempunyai teman yang
penuh perhatian
Aku harap Rizal mengingat sesuatu tentang
ku

23
Chapter 4

pertemuan di perpustakaan

“ Jadi tugas gua cuman buat ngedit video


doang kan, waldi”
Aku dan waldi baru sajah menyelesaikan
video tugas matematika wajib kita
“Iya . Jangan membuat aneh loh Rizal “
“hei videonya ajh sudah begitu apakah aku
harus membuang bagian mu di kamera
hahahah? “ sambil tertawa kecil
Coba bayangkan waldi berdialog sebagai
orang yang sangat tahu tentang pelajarannya
dia bilang hahahaha kamu bertanya
bagaiamana mendapatkan peluang angka
17? Itu membuat ku mati dengan ketawa
“buatlah ntar aku komplen ke guru “
“ Hei hei ada yang anak komplen nih”

24
Sudah mau waktu Pergantian jam pelajaran
Pelajaran selanjutnya adalah Jepang lebih
baik aku meminjam buku Jepang di
perpustakaa
“mau kemana Zal? Tanya waldi “
“tumben kepo wal ,biasanya kamu scrol ig“
Waldi Sambil membuang napas panjang
“dikit dikit kepo orang sekarang selalu begitu
ya“
“aku mau ke perpustakaan, udh ya aku mau
ke Perpustakaan “
Setelah sampai perpustakaan aku lalu
mencari buku yang ku cari di lolong
perpustakaan Saat menuju menuju yang
lorong lain perpustakaan, aku tidak sengaja
Tertebarak perempuan .
"Maaf-maaf," ucap ku sambil mencoba
membantu membantu membangun.
“Tidak apa-apa” setelah dia bagun bangun
aku baru sadar kalau dia Hana

25
“ eh Rizal ada keperluan apa kamu di
perpustakaan “
“aku hanya mau mengambil buku yang aku
cari kau sendiri gimana ? “
“Aku mencari buku novel novel omori “
“betul kah? Tadi aku menemuinya coba
tunggu sebentar “
Aku kembali ke lorong pertama dan
mengambil buku yang ia cari
“ini dia, kamu sangat menyukai novel tentang
persahabatan ya? Itu sangat kebetulan
sekali”
“terima kasih,Apakah kamu juga suka juga
tentang novel persahabatan Rizal ? “
“ tidak,akuhanya punya mimpi yang cukup
aneh tebtang persahabatan “
“oh iya kamu sedang mencari buku apa Rizal?

“aku sedang mencari buku renshu Jepang “

26
“bagaimana jika kita mencari bareng, kamu
sudah membantu Rizal sekarang aku akan
membantu mu“
“itu sangat membantu sekali, tolong bantuan
ya Hana”
Aku dan Hana mencari di lorong yang
berbeda-beda, tapi aku tidak menemukannya
“Rizal ini dia ,aku menemuinya di lorong
pertama“
“bagaimana! perasaan aku telah mencari di
lorong itu sebelumnya”
“ohh.. Ada yang menutupi buknya dengan
buku yang lain, itu sering terjadi karena para
pembaca atau peminjam selalu menyimpan
buku itu secara acak jadi tidak heran kalau
ketutupketutup”

“Wahh kamu sangat berpengalaman sekali


apakah kamu suka membaca buku di
perpustakaan Hana ? “

27
“iya, saat orang lain pulang aku bisanya
membaca di perpustakaan di sekolah “
“ Wah benarkah? Besok aku kebagian
menjadi perpustakaan yang menjaga “
“benarkah aku juga kebagian untuk menjaga
perpustakaan besok”
“Kebetulan sekali, mohon bantuan kerja
samanya Hana “
“sampai jumpa besok Rizal “

28
Chapter 5

Pertemuan yang Membawa Kenangan

Hana

Hana duduk di sudut perpustakaan,


membaca buku tentang sejarah yang begitu
menarik perhatiannya. Pikirannya melayang
ke masa kecilnya yang penuh kenangan
dengan Rizal, namun dia masih ragu untuk
mengungkapkan masa lalu mereka.
Tiba-tiba, pandangannya teralihkan oleh
seseorang yang duduk di sebelahnya Rizal,
dengan senyum lembutnya, berdiri di
sampingnya.
“Hai, Hana. Apa yang sedang kamu baca?”
tanyanya sambil tersenyum ramah.
“Oh, hai, Rizal. Ini tentang novel
persahabatan, novel yang selalu aku suka
baca ,” jawab Hana sambil tersenyum.

29
Rizal duduk di samping diriku,
memperhatikan novel lalu membuka
percakapan
“Kebetulan sekali, mungkin cukup aneh kalau
di bicarakan aku selalu mimpi tentang masa
kecil ku tapi aku tidak mengingat siapa
meraka. Sepertinya ada yang selalu hilang
dalam ingatanku, tapi aku tidak yakin apa,”
ucap Rizal dengan rasa ingin tahu.
Hana menatap Rizal dengan perasaan
bimbang. Hatinya ingin menceritakan
semuanya, tapi dia masih ragu.
“Rizal, kadang-kadang ada kenangan yang
kita sembunyikan, entah mengapa. Tidak
semua yang kita alami akan selalu kita ingat,”
ujar Hana dengan hati-hati.
Rizal terlihat sedikit kebingungan, tapi dia
merasakan ada sesuatu yang tidak biasa
dalam percakapan ini.

30
“Apa kamu punya kenangan yang selalu
hilang atau kamu sembunyikan?” tanya Rizal
penasaran.
Hana tersenyum tipis, “Mungkin, Rizal. Tapi
sekarang yang penting adalah masa depan
kita di sini.”
Mereka berdua terdiam sejenak, masing-
masing dalam lamunan mereka. Setelah
beberapa waktu, Rizal mengubah topik
pembicaraan ke hal-hal lain yang lebih
ringan.
Hana masih merenungkan percakapan tadi.
Apakah dia harus mengungkapkan masa lalu
mereka atau membiarkan waktu
mengungkapkannya sendiri? Dia belum
menemukan jawaban pasti.

Di sisi lain, Rizal juga merenungkan


pertemuan mereka. Ada sesuatu yang terasa
begitu dekat dalam ingatannya, tapi dia
belum bisa menemukan kunci untuk
mengungkapkannya.

31
Saat bel berbunyi menandakan waktu
pulang sekolah mereka berdua berdiri. Rizal
tersenyum pada Hana, “aku duluan ya
hana,Sampai jumpa besok, Hana.”

Hana balas tersenyum, “Sampai jumpa,


Rizal.”

32
Chapter 6

Pertanyaan Tanpa Jawaban

Hana

Hana pulang dari sekolah, masih terbayang


dengan pertanyaan yang mengganggunya.
Dia duduk di tepi jendela kamarnya,
memandangi langit senja yang mulai
memerah sembari melihat photo album .
Orang tuanya masuk ke kamarnya dan duduk
di sebelahnya.
“Apa yang kamu pikirkan, Nak?” tanya
ibunya, sambil menatap langit yang sama.
Hana terkejut dan sedikit tersentuh oleh
kehadiran ibunya, “Hanya memikirkan hal-hal
biasa, Bu. Sekolah, teman-teman, itu saja.”
Ibunya tersenyum lembut, “Tapi kadang-
kadang, hal-hal yang kita pikirkan bisa
membingungkan, bukan?”

33
Hana mengangguk, “Iya, Bu. Saya hanya
mencoba memahami beberapa hal yang
tidak terjawab dalam hidup saya.”
Ibunya memandangnya dengan penuh
pengertian, “Kadang kita harus memberikan
waktu pada diri kita untuk menemukan
jawabannya, Nak. Mungkin tidak semuanya
bisa terpecahkan dalam sekejap mata.
Namun, percayalah, jawaban akan datang
pada waktunya.”
Hana tersenyum pada ibunya, merasakan
kehangatan dan dukungan dalam kata-kata
bijaknya. Mungkin, memang perlu waktu
untuk menemukan jawaban dari pertanyaan
yang menghantuinya.
“Terima kasih, Bu. Saya akan mencoba,” ucap
Hana sambil memeluk ibunya.
Ibunya tersenyum dan membalas pelukan
itu, “Tentu, Nak. Ingatlah, setiap langkah ke
depan akan membawamu lebih dekat pada
jawaban yang kamu cari.

34
Setelah perbincangan hangat dengan ibunya,
Hana merasa sedikit lebih tenang. Dia
merenung sejenak sambil menatap langit
senja yang kian memudar menjadi malam
dan menutup photo albumnya.
Hana memutuskan untuk tidur lebih awal
malam ini. Dia berbaring di atas tempat
tidurnya, memejamkan mata, dan
membiarkan pikirannya merenung sendiri.
Dalam keheningan malam, terdengar desiran
angin yang lembut dan nyaman. Hana
membiarkan dirinya terlelap dalam mimpi,
sambil membawa pertanyaan-pertanyaan itu
ke dalam alam mimpi yang penuh dengan
ketidakpastian dan harapan.

35
Chapter 7

Photo Album yang Berbicara

Rizal

Sejujurnya setelah pertemuan itu aku dan


hana semakin dekat , aku juga menganali
sahabatnya yaitu kocha dia teman yang baik
walaupun sering jair kepada hana
Kita sering menghabiskan waktu demi waktu
berbicara tentang hal baru, kalau boleh jujur
lagi aku sudah Menganggap hana sebagai
teman dekat ku
Aku merasakan kalau hana itu penting untuk
ku, dia sedang duduk samping ku ia sangat
cantik hari ini dengan rambut panjang
berwana hitam pekat dan bunga di kepalanya
Ntah kenapa itu membuat ku nostalgia sekali
seperti pernah melihat nya di mimpi selalu
ada saat itu

36
Hana sedang melihat sebuah album foto, dia
terlihat bahagia
Lantas aku bertanya kepadanya
“Hana apa yang kamu lihat sampai membuat
mu senang begitu?“
“ohh ini photo album ku selama sma ini,
apakah kamu ingin melihatnya? Ada dirimu
loh di dalamnya “
Aku melihat gambar nya dan terkejut ada
foto ku di awal semester
“ Hana ini foto saat kita tidak sngaja
bertatapan awal semester kan”
“betul sekali kamu sangat sibuk sekali
berbicara kepada teman mu, dan itu
membuat suasananya sangat bagus akhirnya
aku langsung mengambil kamera ku dan me
fotonya “
Sembari melihat foto foto di foto album
tangan Aku secara tidak sengaja membuka
halaman paling awal tetapi hana langsung

37
menutup nya sekilas terlihat foto ulang tahun
dan 4 orang yang sangat Femerial
“haana bolehkan aku melihat yang apa yang
kamu tutupi tadi , aku merasa adalah hal itu
sangat penting bagi ku”
Aku melihat Hana yang memegang album
fotonya dengan gemeteran
“Boleh kok “
“tapi aku merasakan tidak enak kalau kamu
terpaksa begitu Hana “
“bukan begitu kok , kamu pasti
mengetahuinya saat melihatnya “
Hana membuka photo album terlihat
seorang anak laki-laki yang mirip dengan ku
saat kecil dan sesorang perempuan remaja ,
sesorang laki-laki remaja dan seseorang anak
laki laki
Yang membuat ku pernah saran remaja
perempuan yang sedang memegang kepala
ku aku bertanya kepada hana

38
“hana siapa dia? “ menunjuk ke sarah remaja
perempaun yang memegang kepala aku yang
kecil
“itu kakak mu Rani dia kakak yang sangat
penyayang dan baik “
Aku terdiam sejenak mencerna infomasi yang
masuk di kepala ku, aku sebenarnya belum
bilang ke hana bahwa ingatan ku pernah
hilang dan aku tidak mngetahui tentang
masa kecil ku, aku pernah bertanya kepada
ibu ku tapi ibuku selalu mengalihkan topik
pembicaraannya
“kakak ku? “
“iya, apakah kamu melupakan nya apa yang
kamu perbuat? “
“aku tidak mengingat nya sama sekali hana,
sebenarnya aku lupa ingatan saat perjalanan
menuju rumah baru, ibuku tidak
memberitahu ku tentang keberadaan kakak
ku dan lainnya saat itu
Hana dengan penuh rega melanjutkan
ucapannya

39
“Ini akan menjadi kebenaran pahit bagi mu
Rizal,aku tidak bisa Membicarakannya
kepada mu aku akan memberikan photo
album ini kepada mu bagaimana kalau
bertanya kepada ibu mu Rizal “
Hana memberikan photo album milik nya
kepada ku
Belum mengucapkan perkataan
“aku akan pulang terlebih dahulu Rizal aku
mempunyai urusan lain apapun yang kamu
perbuat aku selalu mendukung mu “
Hana keluar tanpa membiarkan ku berbicara
dan meninggal ku yang penuh pertanyaan

Sebaiknya aku bertanya kepada orang tua ku


apa yanng terjadi sebenarnya

40
Chapter 8

Rahasia Keluarga yang Terungkap

Rizal
Aku terbangun di pagi dan menemui ibuku
ada di ruang tamu karena hari minggu yang
berarti libur dan besok tanggal merah
Akhirnya aku punya kesempatan berbicara
kepada ibuku jujur sajah aku sudah cukup
lama tidak berbicara kepada ibu ku mungkin
sejak perpindahan sekolah
Aku pergi dan duduk di samping ibu ku
sembari memegang buku album Hana dan
menujukan foto kepada ibuku
“Ma aku mau nanya “
“Iya dek? “
“siapa dia ma” menunjuk ke arah foto
perempuan didalam foto album milik Hana

41
Yang jelas dia adalah kakak ku dari
Penjelasan Hana, aku tidak tahu mengapa dia
tidak menjelaskan nya lebih lanjut aku hanya
mengatahui dia adalah kakakku apa yang
terjadi padanya? Kenapa dia memintaku
bertanya kepada ibuku?

Ibuku menarik napas yang cukup berat


sebelum Melanjutkan berbicara
“Mungkin sudah saat nya kamu
mengetahuinya, sebenarnya kamu memiliki
kakak perempuan Rani dia sangat pandai
bermain piano dan dirimu juga saat itu
bermain violin, violin itu adalah hadiah dari
teman teman mu saat ulang tahun ke
12,setelah mendapatkan violin kamu selalu
bermain music bersama kakak mu sesuatu
hari kakak mu dan dirimu nak mendapatkan
sebuah kesempatan bermain di depan
banyak orang tapi berapa jam
sebelumnya ,ntah kenapa kamu tidak
sengaja menjatuhkan kakakmu ke tangga
disana ibu dan ayah tidak di rumah teman

42
mu yang menyaksikan nya menelpon
ambulan tapi itu tidak sempat untuk
menolongnya

Itu membuat hari yang sangat kacau ayahmu


yang menyarahkan dirimu atas kesemua
jadian , itu membuat hubungan keluarga
pecah ayah meninggalkan kita dan teman
mu hana dan dirimu nak mendapatkan
rehabilitasi
Saat kita pindah rumah kita mengalami
kecelakaan yang membuat ingatan mu hilang
smentara, tapi sekarang kamu sudah
mengatahui semuanyaa kebenarannya
Ibu meminta maaf telah merahasiakan ini
apapun perbuatan mu nak dirimu masih
anak ku dan jangan lupa Rizal teman mu
masih belum mengetahui apa yang terjadi ,
mungkin kamu bisa meminta bantuan
kepada Hana untuk memberi tahu teman
teman mu ibu tahu Hana yang memberikan
buku album ini “

43
Sekilas pikiran ku penuh dalam ingatan-
ingatan
Persahabatan,Teman teman ku yang
berusaha memberikan hadiah violin dengan
mencari uang kakak ku Rani berkerja 5
waktu,hana dan panji berjualan es lemon
dan saban menjadi tukang antar koran , Hana
yang selalu melindungi ku, pertengkaran
antara aku dengan kakak ku Rani saat
sebelum tampil dan banyak lagi telintas di
pikiran ku
Aku menangis sejadi jadinya apa yang telah
terjadi
Dan memintanya maaf kepada ibuku
Ibuku ku meng iyakan dan memberikan kan
kunci rumah lama ku dan memberi pesan
sekali sekali coba kamu berbicara kepada
teman teman mu

44
Setelah brbicara kepada ibu ku aku
menelepon Hana
Hana: hallo ada apa? Rizal
Rizal : apakah kamu punya waktu ulang? Aku
ingin berbicara
Hana : apakah kamu sudah bertanya kepada
ibu mu tentang kakak mu?
Rizal : iya, aku sudah mengatahui semuanya
maaf Hana kamu selalu di melindungi ku
Hana : tidak apa apa Rizal aku selalu
menempati janji ku untuk melindungi mu,
oke kalau begitu bagimana kalau kita
berbicara di rumah ku, oh jangan lupa
menyapa ibuku sudah lama kan Tidak
menjenguk ibuku ?
Rizal : iya
Aku dengan cepat mengambil hlm di ruang
tamu dan izin kepada ibu ku untuk bertemu
hhan
Dalam perjalanan aku melihat kucing hitam

45
Seperti kucing yang ku pelihara sewaktu kecil
bersama Rani ,Dia sedang bermain bermain
dengan kucing berwarna putih

Setelah aku nyampai ke rumah hana aku


mengetuk pintu
Totototototok
Ibu hana membukakan pintunya
“Selamat siang bu hana “
“Selamat siang juga rizal sudah lama yah
tidak mengunjung ke ibu bagaimana
kabarnya”?
“ Baik bu, maaf sudah ngerepotin kejadian
sebelumnya “
“ Tidak apa-apa kok rizal walaupun ibu
terkejut sebelumnya aku tahu kalau itu hanya
kecelakaan tidak segaja ibu sudah
mendengar semuanya dari hana , oh iya dari
tadi hana menunggu mu loh rizal ibu akan
menyajikan makanan silakan anggap ajh
rumah sendiri”

46
Kukira aku bakalan berdua dengan hana di
rumah untung sajah ada ibu hana walapun
hana telah berbilang kalau ibunya ada di
rumah
Aku memasuki pintu tak lama langsung
kelihatan hana dia ada di ruang tamu
Hana : sini rizal duduk disebelah ku, aku akan
memberikan tahu mu lebih lanjut dari foto
album apakah kamu membawanya ?
Rizal : iya ini dia
Ibunya hana : silahkan dimakan cemilan nya
Rizal : terimakasih bu maaf ngerepotin
Hana menjelaskan semuanya dari awal
sambil menjelaskan foto-foto di foto album
Aku dan kakak ku rani mempunyai teman
tetangga yaitu panji dan saban, hana adalah
teman 1 kompleks dia hanya beda berapa m
dari rumah ku dan rumah panji ia bisa
berkenalan dengan kita karena rani
mempunyai hobi yang mirip dengan hana

47
menyukai bunga bunga walau tidak seperti
hana yang sangat suka terhadap bunga
Saban yang selalu bertenaga dan selalu
membuat pertengkaran antara hana dan
saban tapi mereka selalu berbaikan apapun
yang terjadi berkat panji dan Rani
Kita juga punya tempat tersembunyi di
sungai kecil yang biasanya bermain di situ
tapi saat aku tenggelam dan di tolong kakak
ku Rani ia tidak menyukai tempat itu lagi
Aku,kakak perempuan ku dan teman teman
ku membuat rumah pohon bersama
keluarga panji
Di belakang rumah ku , itu menjadi base
camp kita bermain kartu seperti harian
Hari itu adalah hari ulang tahun hana dia
mengira taman teman nya tida ingat tetapi
saat ke rumah rizal hana dirayakan oleh
semuanya hana sangat bahagia saat itu tapi
rizal tidak ikut foto karena ia merasa malu di
depan kamera saat itu

48
Hari itu adalah pertama kali kita bersekolah
Saban yang sangat semangat seperti biasa
dia sangat mencolok dalam kelas
Setelah melihat semua photo album dan
menceritakan tidak terasa sudah soe Hari
Aku mulai berbicara intinya
“Hana apakah kamu mempunyai kontak panji
dan Saban?
“ Iya memang mengapa? “
“Aku ingin meminta maaf dan menjelaskan
semua kebenaran yang terjadi “
“Apakah itu baik baik sajah walaupun mereka
akan membenci mu rizal? “
“Tidak apa apa hana itu sudah menjadi
mewajibkan ku karena yang mengetahui apa
yang terjadi hanya kita ‘
“Kau benar, aku akan bertanya kepada panji
apakah dia mempunyai waktu di minggu ini
atau besok “

49
Hana membuka hpnya dan mengirim pesan
kepada panji
“Apalah aku boleh ikut Rizal? “
“Tentu sajah hana “
“ Baiklah jangan lupa beli izin kepada orang
tua mu rizal
“ Iya hana aku akan membawa mobil “
Aku berpamitan kepada hana dan ibunya
lalu pergi pulang

50
Chapter 9

Langkah Menuju Kebenaran

Rizal
Malam itu, suasana di ruang keluargaku
terasa tegang. Setelah berbicara panjang
dengan ibuku meminta izin untuk pergi
bertemu teman lama, aku merasakan beban
yang begitu berat di pundakmu. Kau tak bisa
tidur, pikiranku terus memutar ingatan yang
baru saja terungkap.

Saat kau duduk di ujung ranjangmu, matamu


terus tertuju pada foto-foto masa lalu yang
terhampar di atas meja. Itu adalah ingatan
akan hari-hari bahagia, namun kini diselimuti
oleh kesedihan dan penyesalan.

Pikiranku berkecamuk, ragu, apakah memang


harus mengungkapkan kebenaran kepada
Panji dan Saban? Apakah mereka akan

51
menerima penjelasanmu dengan hati yang
terbuka? Dan apakah kau mampu
menghadapi reaksi mereka nantinya?

Tapi di balik semua keraguan itu, ada suatu


keputusan yang harus aku ambil. Aku tak bisa
lagi menyimpan rahasia ini seorang diri.
Mereka adalah bagian penting dari masa
laluku yang seharusnya tahu kebenaran.

Langit malam terlihat gelap, tapi di dalam


hatimu, ada keputusan yang mulai
bercahaya. Aku mengambil ponsel dan
membuka pesan dari Hana yang
memberitahumu bahwa Panji bersedia
bertemu besok hari dan hana akan ikut

Dengan perasaan campur aduk, kau


mengetik sebuah pesan kepada Hana, "Besok
pagi, aku akan bertemu dengan Panji. Aku
harus meluruskan semua yang terjadi. Aku
tak ingin menyimpan rahasia ini lagi ."

52
"Tenang ada aku kok Rizal,kita akan pergi
bareng "

Pesan Hana membuat lega


Tapi dalam keheningan malam itu, aku
merasakan ketakutan akan reaksi dari Panji
dan Saban.

Dengan hati yang berdebar-debar, aku


merenung pada keputusan besar yang akan
dihadapi besok. Apapun yang terjadi, ini
adalah langkah penting menuju kejujuran
dan perdamaian yang aku cari.

53
Chpater 10

Mengungkap Masa Lalu

Rizal

Sole itu, udara terasa sejuk di kota rumah


tempat Panji tinggal. Kamu memasuki
gerbang kompleks dengan tangan gemeteran
mengemudi mobil . Pikiranmu terus
memutar segala kemungkinan reaksi yang
mungkin dihadapi dari Panji.sekita hana
memegang tangan ku yang gemetaran
“tenang kok Rizal ada aku di sini “
Itu membuat ku lega
Aku lalu memikirkan mobil ku di rumah
ramah ku persis di samping rumah panji
Kamu mengetuk pintu rumah Panji dengan
hati yang berdegup kencang. Ketika pintu
terbuka, wajah lelah Panji terlihat di baliknya.
"Hai, Panji. Bolehkah kita masuk sebentar?"

54
ucapmu dengan suara yang serak karena
tegang.

"Rizal? Tentu saja, masuklah," jawab Panji


dengan sedikit kebingungan. Kamu duduk di
ruang tamu yang penuh dengan kenangan
masa lalu, di mana kalian sering bermain
bersama.
"Dengarkan, ada sesuatu yang harus aku
katakan padamu dan saban Ini adalah hal
yang telah aku simpan terlalu lama," ucapmu
dengan mata yang tak bisa bertatapan
dengan Panji.
ini bukan waktu yang tepat Rizal kita baru
sajah ketemu sekian lama dan saban sedang
bermain di luar bagaimana kalau kita jalan
jalan sembari memberi sesuatu dulu di luar
betul gk hana?
Iya bagaimana kalsu minuman jus kaleng dia
sangat menyukainya
Ucap hana

55
Baik lah kalau begitu Aku akan memberikan
dia pizza dia sangat menyukai nya ucap psnji
Boleh tunggu sebentar aku meminta izin
kepada orang tua ku
Setelah panji berusaha membujuk ibunya
dan bilang kalau teman nya Rizal yang baru
ke sini lagi yang baru datang akhirnya
diberikan izin keluar walaupun dengan syarat
mencuci piring 2 hari
Mereka pergi dari rumah dan menuju
tempat pizza sembari membelu mkana pizza
ia menceritakan banyak hal tentang nya dan
Rani bagaiamana dia tidak menerima
kepergian Rani berapa minggu ia mengurung
di rumahnya, saban yang melihat kakaknya
sedih membuat motivasi tapi dia
mendapatkan bentakkan dan marahan dari
kakanya ibu Ayah-nya lalu memeluk panji
saat itu ,semejak kejadian itu dia mulai
belajar lagi
Setelah mereka berbelanja mereka
mengunjungi makam Rani yang tidak jauh
dari kota ia menceritakan bahwa ini pertama

56
kalinya ia mengunjungi makam Rani ia masih
menolak kematiannya

Setelah akhir yang panjang di sole hari Rizal,


hana dann panji kembali kerumah panji dan
sarapan disana bersama keberadaan kel yang
baru pulang , setelah mereka memakan
makanan nya
Panji mengajak saban, hana dan Rizal ke
kamar nya
Kamu mulai menceritakan segalanya, dari
kecelakaan yang melibatkan kakak
perempuanmu, Rani, hingga keputusan
keluargamu untuk merahasiakan kejadian
tersebut. Penjelasanmu tentang bagaimana
kejadian itu mengubah banyak hal dalam
hidupmu dan keluargamu.
"Panji, aku tahu ini berat. Aku tak bermaksud
menyembunyikan ini darimu. Kau dan Saban
adalah bagian penting dari masa laluku yang
aku pikir harus tahu kebenarannya," ucapmu
dengan suara yang penuh penyesalan.

57
Panji terdiam, matanya sedih dan
kekecewaan di wajahnya. Setelah sesaat
yang terasa sangat lama, dia meminta izin dia
masih membutuhkan waktu untuk
menerimanya ia keluar meninggalkan saban
di ruangan
Saban terdiam lama, matanya memandang
kamu dan hana bergantian. Akhirnya, dia
berkata, "Aku tak bisa membayangkan semua
yang kalian alami. Tapi aku menghargai
kejujuranmu, biarkan panji sendirian dia
masih belum menerimanya Rizal ."

Tentu, mari kita lanjutkan dengan sentuhan


yang lebih personal antara Rizal dan Hana:

---

Setelah semua kebenaran terungkap,


suasana di ruang kamar terasa hening. Kalian

58
semua merenung, mencerna informasi yang
baru saja diungkapkan. Kamu melihat Hana
yang tampak penuh perhatian dan kuat di
tengah situasi yang penuh emosi.
Ketika kalian keluar dari kamar dan siap
untuk pulang, Hana mendekatimu. Dengan
tatapan tulus, dia memberikanmu sesuatu
yang dia simpan di dalam saku baju.
"Rizal, ini untukmu," ucap Hana, sambil
memberikan sebuah kartu kepadamu. "Aku
ingin kau tahu betapa berharga
persahabatan kita bagiku."
Kamu membuka kartu itu dengan hati-hati.
Di dalamnya, terdapat kata-kata yang
menghangatkan hati. Hana menuliskan
betapa pentingnya kamu dalam hidupnya,
bagaimana perjuangan bersama di masa lalu
telah membentuk ikatan yang tak tergantikan
baginya.
Tak hanya itu, Hana juga menuliskan
keinginannya untuk terus mendukungmu
dalam menghadapi setiap peristiwa hidup.
Dalam kata-kata yang jujur dan penuh

59
kehangatan, Hana menegaskan betapa
berharga persahabatan kalian.
Kamu tersenyum dan merasa begitu terharu.
Tidak ada kata-kata yang bisa
mengungkapkan rasa syukurmu memiliki
seorang sahabat sebaik Hana.
"Hana, terima kasih atas segalanya," ucapmu,
sambil memeluknya erat. "Kamu adalah
sahabat yang luar biasa."
Mata Hana yang penuh kehangatan
membalas pelukanmu, menunjukkan betapa
kedekatan kalian begitu berarti.
Setelah momen itu, kalian berdua
meninggalkan rumah dengan hati yang lebih
lega. Kini, dengan kebenaran yang terungkap
dan dukungan dari Hana, kalian siap
menghadapi perjalanan baru yang ada di
depan.
-The end-

60
Ucapan Terimakasih

“Terima kasih kepada semua yang telah


memberikan dukungan, inspirasi, dan bantuan
dalam perjalanan membuat novel ini menjadi
kenyataan.”

“Kepada keluarga dan teman-teman, terima kasih


atas dukungan tak terbatas dan pengertian
selama proses penulisan.”

“Ucapan terima kasih kepada para pembaca yang


telah memberikan waktu dan perhatian untuk
menjelajahi dunia yang telah diciptakan dalam
novel ini.”

“Saya ingin berterima kasih kepada rumo teman


ku , atau siapa pun yang memberikan kontribusi
khusus atas bantuan dan arahan mereka yang
berharga.”

“Tanpa dukungan dan cinta dari mereka di sekitar


saya, novel ini tidak akan pernah ada. Terima
kasih kepada setiap orang yang telah
berkontribusi pada perjalanan ini.”

61
Profil Penuli

62
63

Anda mungkin juga menyukai