Anda di halaman 1dari 6

BIRU MUDA

Namaku Elmauris Nendita Putri. Aku berumur 16 tahun aku lahir pada tanggal 24
Desember 2001. Aku bersekolah di SMA Negeri 70 Jakarta. Aku masih kelas 11. Aku
memiliki rambut hitam lebat hidung yang tidak terlalu mancung dan dengan kulitku yang
kuning karena mamaku masih mempunyai keturunan dari cina. Setiap hari aku harus bangun
pagi untuk berangkat ke sekolah, namun pada suatu hari

“Elmaaaa bangun! Lihat sekarang sudah jam berapa?!” suara itu semakin dekat dan
semakin kencang terdengar di telingaku.

Aku membuka mataku perlahan aku merasa tubuhku terasa habis kehujanan. Saat aku
menoleh ternyata itu ibuku yang sedang membawa gayung berisi air yang siap untuk
mengguyurku. Aku tidak heran ibu seperti itu karena hampir setiap pagi ibuku
membangunkanku dengan cara seperti ini. Maklumlah karena aku sekolah dari pagi sampai
sore belum kehitung jam tambahan belum ada les di luar sekolah belum ada kerja kelompok
namanya juga pelajar hehe. Setelah aku melihat ibuku yang sangat marah lalu aku bergegas
mengambil handuk dan lari ke kamar mandi dengan tergesa-gesa. Aku sangat buru-buru,
dalam waktu yang tidak ada 10 menit aku selesai mandi. Entah apa yang aku lakukan sampai
aku mandi secepat itu. Lalu aku bergegas ke sekolah tanpa ada sedikit nasi yang aku makan.
Lalu aku berpamitan dan mencium tangan ayah dan ibuku. Aku langsung mengambil kunci
motorku di tempat penyimpanan kunci langsung aku nyalakan motorku dan aku berangkat
sekolah dengan mengendarai motor bagaikan seorang pembalap.

“Ya ampun udah jam segini, aku telat nih pasti guru udah masuk” ucapku menggerutu
di jalan sambil mengendarai motor.

Aku benar benar terlambat ke sekolah hari ini. Dengan cepat aku memarkirkan
motorku di parkiran sekolah lalu aku berlari menuju kelasku yang tidak jauh dari tempat
parkir sekolah. Tetapi tetap saja aku terlambat masuk kelas dan betul ternyata guru pada
mapel pertama hari ini sudah datang.

“Dari mana saja kamu jam segini baru datang?” ucapan guru itu dengan ketus.

“Dari rumah bu, maaf saya bangun kesiangan bu” jawabku.


“Yasudah sekarang kamu duduk di tempat dudukmu dan kerjakan soal yang ada di
papan tulis itu” aku menatapnya dan menganggukkan kepalaku lalu aku duduk di tempat
dudukku.

Setelah sekian lama akhirnya jam sudah menunjukkan pukul empat tepat yang
menandakan bahwa kegiatan belajar mengajar pada hari ini telah selesai. Saat aku duduk di
bangku depan kelasku aku mendengan suara petikan gitar dari kelas sebelah. Aku
mendengarkan sambil berjalan menuju kelas sebelah. Pada saat mendengarkan suara petikan
gitar itu hatiku terasa tenang nyaman dan damai. Baru pertama kali aku mendengar suara
petikan gitar yang begitu menenangkan. Aku mendekati orang itu dan berkata

“Apa judul lagu yang kau mainkan tadi?” aku bertanya kepada seorang lelaki
berambut coklat berhidung mancung dengan tinggi tubuh sekitar 175 cm dengan pakaian
seragam tanpa memakai dasi.

“Rahasia lah, siapa lu nanya nanya kepo deh” jawabnya.

“Yaudah lah biasa aja nggak usah nyolot napa judes amat jadi orang kan gue cuma
pengen tau aja” balasku.

Tanpa menjawab ucapanku dia langsung beranjak pergi meninggalkanku .

“Dasar manusia aneh” ucapku menggerutu.

Tiga puluh menit berlalu aku sudah beristirahat di kamarku yang sudah ku anggap
tempat ternyaman di muka bumi ini. Hari ini udara sedikit sejuk dari pada kemarin yang
sangat panas. Aku memutar lagu kesukaan ku melalui ponselku. Tidak lama ku dengarkan
aku pun tertidur pulas. Aku tidur dari sore hingga pagi hari entah kenapa aku tidur dengan
selama itu.

Pagi hari telah tiba sang fajar menyambutku dengan penuh keindahan. Jam sudah
menunjukkan pukul setengah tujuh aku siap berangkat ke sekolah. Sesampainya aku di
sekolah ternyata belum banyak murid yang datang. Lalu aku melihat mading yang ada di loby
sekolahku. Di papan mading aku melihat puisi yang sangat indah. Tetapi ketika aku selesai
membacanya aku heran, karena di akhir puisi tersebut tertulis namaku dan nama pengirimnya
di tulis “Biru Muda”.
“Maksudnya apaan coba ni orang kenapa harus nulis nama gue di sini usil banget sih”
kataku pelan.

Aku mengambil puisi itu dari mading sebelum banyak orang yang melihat puisi itu.
Sampainya di kelas aku melihat banyak orang yang sedang mengerumuni sesuatu. Aku ikut
mendekat. Saat aku ikut mengerumuni sesuatu itu, tubuhku seperti ada yang mendorong dari
belakang dan masuk ke dalam kerumunan itu. Di dana aku melihat dua orang laki laki sedang
berkelahi.

“Woyy berhenti!!! Apa apaan ini, kenapa kalian berkelahi hah? Semuanya bubar
sekarang juga ini bukan tontonan!.” Teriakku.

Aku sudah mulai bisa melerai perkelahian itu dan sudah ku lerai. Aku mengenali
salah satu laki laki ini. Dia adalah orang yang sering ku sebut orang aneh.

“Kalian kenapa berkelahi sih kaya nggak ada kerjaan lain yang lebih bermutu” kata
ku.

“Bukan urusan lo!” bentak orang aneh itu. Dia mulai melangkah meninggalkanku dan
lawan perkelahiannya tadi.

“Lo nggak apa apa kan?” tanyanya.

“Iya gue nggak kenapa kok.” Jawabku.

“Emang dia itu orangnya aneh.”

Sejak kejadian itu aku akrab dengan dia. Dia bernama Rama. Dia sekarang menjadi
temanku. Aku dan Rama begitu akrab layaknya seorang sahabat. Kami sering menghabiskan
waktu bersama. Puisi di mading juga selalu menghiasi papan itu. Dan setiap pagi pula aku
selalu mengambil puisi itu di mading. Dan di dalam puisi itu masih tertera nama dan
pengirim yang sama. Aku mulai penasaran dengan biru muda si pemberi puisi yang misterius.

“Siapa sih ini orang bikin penasaran aja” batinku dan aku bertanya kepada Rama

“Rama, lo pernah baca puisi di mading nggak?” tanyaku

“Ya pernah lah, emang kenapa?” tanyanya


“Pasti lo tau kan pengirim puisi ini?” tanyaku sambil menunjukkan beberapa lembar
puisi yang ku ambil dari mading.

Tapi Rama hanya diam lalu pergi meninggalkanku tanpa ada satu katapun yang
terucap darinya. Aku mulai heran. Jam tanganku menunjukkan pukul empat tepat dan bel
sekolah pun berbunyi.

Pada keesokan paginya aku berangkat sekolah dengan Rama tetapi pada saat di
perjalanan Rama hanya diam. Kali ini Rama tidak seperti biasanya. Sesampainya di sekolah,
aku langsung masuk ke kelasku. Baru saja aku duduk sebentar, teman temanku ada yang
memberi tahuku bahwa Rama berkelahi dengan Biru orang yang aneh itu. Tanpa berfikir lagi
aku langsung lari menuju tempat mereka berkelahi. Sesampainya di sana aku melihat mereka
yang sudah babak belur.

“Berhenti kalian!!!” teriakku. Mereka langsung berhenti dan menatapku. Dan Biru
langsung meninggalkanku dengan Rama. Aku bertanya kepada Rama.

“Rama kenapa lo berkelahi? Ada apa?” tanyaku.

“Elma maaf, gue tidak pernah jujur pada lo. Sebenernya gue adalah sahabat Biru. Biru
suka sama lo, saat dia pertama kali ketemu sama lo, gue sebenernya hanya ingin
mendekatkan kalian berdua tetapi gue malah berkhianat dengan dia. Aku malah suka sama lo
Ma. Maafin gue.” Jelasnya.

“Tapi kenapa lo nggak pernah protes atau ngelak gue saat gue maki maki Biru? Dan
kenapa juga lo nggak bilang sama gue dari awal kalau lo itu nggak niat sahaban sama gue
hah?! Bodo lah gue nggak mau kenal sama lo sama si Biru nggak jelas itu, gue benci sama
lo!” Kesalku. Lalu aku berlari ke kelas meninggalkan Rama sendirian.

Sejak kejadian itu hubunganku dengan Rama merenggang. Di sekolah sesekali aku
melihat si Biru melamun di depan kelas sendirian. Sampai pada saat sore hari aku mau
nenangin diriku di salah satu cafe di daerahku dan aku memesan secangkir ice coffe late. Saat
aku sedang menikmati minumanku dengan tiba tiba si Biru datang lalu duduk satu meja
denganku. Dan itu sangat mengganggu ketenanganku.

“Ngapain lo di sini?!” tanyaku sedikit ketus.

“Elma gue mau bicara sama lo.” Ucapnya.


“Tapi gue nggak mau bicara sama orang aneh kaya lo.” Jawabku sambil menggeser
kursiku jauh darinya.

“Tapi ini tentang Rama.”

“Memang ada apa dengan Rama? Kenapa memang?” tanyaku sambil ku tolehkan
wajahku.

“Rama sekarang sedang sekarat. Dia sekarang sangat membutuhkanmu Elma.


Memang sebenarnya aku menyukaimu, tapi Rama lebih menyukaimu dengan tulus
denganmu. Dia yang selalu mengirim surat untukmu setiap pagi. Dan dia menuliskan namaku
dan namamu di surat itu agar kita bisa jadian. Lalu lagu yang kau dengarkan itu saat aku main
gitar itu juga adalah lagunya Rama untukmu. Setiap hari setiap bertemu denganmu meskipun
tidak langsung dia selalu memandangmu dari jauh dan begitu pula denganku. Aku memang
egois, aku sangat menyesal. Karna aku ingin memilikimu tapi aku tidak perneh memikirkan
bagaimana perasaan Rama. Dan tadi siang saat dia perjalanan menuju Bandung, dia
mengalami kecelakaan di jalan. Dia sekarang di rawat di rumah sakit pusat di jakarta.”

“Ternyata si Biru Muda yang ada di puisi itu kamu? Cihh. Udahlah aku nggak bisa
ngomong apa apa lagi. Tapi kalian itu jahat banget tau nggak!.”

Aku langsung berdiri meninggalkan Biru dan menuju rumah sakit tempat dimana
Rama di rawat. Sesampainya di sana aku langsung menemui susuter dan menanyakan dimana
ruang inap Rama. Sesampainya di kamar Rama, di sana aku melihat Rama yang terbaring
lemah di tempat tidur di ruang ICU. Kakiku melemas dan aku duduk di lantai dengan
tangisku karena melihat Rama dengan keadaan yang seperti itu. Beberapa jam kemudian
Rama sembuh dari koma yang di alaminya, kemudian keluarga dan teman dekatnya boleh
menengoknya. Aku masuk ke dalam ruangan itu yang di penuhi dengan alat medis dan kabel
kabel yang menjalar.

“Rama bagun, kumohon bangun. Aku sayang padamu, aku menyukaimu sangat
menyukaimu. Rama bangun aku nggak mau kehilangan kamu, kumohon bangunlah.” Akupun
menangis tanpa henti.

Setelah ku menunggu lama, kemudian Rama perlahan lahan membuka matanya, dan
sekarang Rama benar benar siuman.

“Rama” panggilku sambil memegang tanganya yang dingin karena suhu ruangan.
“Aku tak ingin kamu pergi meninggalkanku, tolong jangan tinggalkan aku” kembali
pecah tangisku membasahi pipiku.

“Tidak, aku tidak akan meninggalkanmu Elma tenanglah jangan menangis lagi. Aku
juga sayang padamu sangat sayang.” Ucap Rama sambil mengusap air mataku.

“Kaulah Biru Muda yang sebenarnya” batinku.

Pada kejadian yang ku alami ini mengajarkanku bahwa persahabatan antara


perempuan dan laki laki itu bisa menjadi cinta. Dan pada kejadian ini juga aku tahu apa itu
arti sahabat dan apa itu arti cinta yang sebenarnya.

Anda mungkin juga menyukai