Anda di halaman 1dari 4

Aku terbangun di kelas yang cukup ramai. “Daa..” panggilku lirih.

Alda menoleh. “Kirana, udah bangun kamu? Eh tau gak sih kamu tuh tadi tidur dari jam nya pak budi, untung gak ketauan.”
“kenapa nggak dibangunin?” Aku memaksa diri untuk bangkit. Kepala terasa berat. “ugh”
Ya nggak bisa. Kamu fikir aku nggak usaha bangunin? Udah sampai aku apa-apain kamu nggak bangun juga”. Kesal alda
“iya deh maaf,” ucapku.ayo ke kantin”. Ajakku kemudian.
Aku tahu ini jam istirahat karena semua murid menikmati jajanannya dengan lahap di dalam kelas, banyak pula di luar yang
Sedang pacarana. Eh! Bikin iri aja.
Alda menatapku seperti tak yakin dengan keadaanku. Dia berdecak sebentar lalu, “oke baiklah”.
Duduk di kursi paling pojok sangat menyenangkan bagiku dan Alda. Ini merupakan moment tenang untuk menghayati semilir angin
Dan yang pasti… mie ramen kesukaanku.
Segelas big cola tak henti-hentinya aku seruput, bagiku istirahat di kantin adalah nuansa paling romantis yang pernah aku jumpai.
Eh! Kok romantis?..
“Cewek,” sebuah suara mengejutkanku. Aku sempat menoleh, saat itu juga aku langsung tersedak ramenku.
“Uhuk..uhuk..ekhm..uhukk” aku terbatuk-batuk dan hendak meraih big cola ku, tapi sayang minuman kesukaanku yang hanya dia
Yang bisa menolongku sekarang sudah habis. Lebih tepatnya tinggal satu tetes.
Ya tuhan, ini perbuatan siapa?! Aku menahan diri agar tak lagi terbatuk. Namun sia-sia, “aduh tunggu sebentar kak!” suara tadi
Lagi-lagi membuyarkan kepanikanku. Sosok itu langsung berlari ke dapur kantin dan membuatkanku the panas. Sialan, bikin malu
Aja !. mau tak mau , aku harus meneguk sampai habis teh manis panas yang ia buatkan, tenggorokanku rasanya sudah ringan,
Tenang dan suaraku sudah teratur.
“Ekhm, eh Da! Ngapain kamu tadi nggak nolongin aku? Malah asyik main HP?” tanyaku sebal
“EH- Aku? Itu diaa..” Alda belum sempat melanjutkan kalimatnya, sosok itu telah memotong telebih dahulu.
“kenapa harus kak Alda? Kalau yang bikin tersedakmu itu aku, ya udah aku aja yang tanggung jawab.” Kata sosok itu, ah sok bijak
Banget. Siapa si dia?. Belakangan ini aku sering terganggu oleh nya, setiap kali bertemu dia sok caper, sebenernya apasih maunya.
Orang cukup tinggi, aku mungkin Cuma sebahunya, rambutnya hitam mengkilat, ada jambul ayamnya dikit, kadang-kadang
Jambulnya berubah jadi poni kuda. Kulitnya putih, dia memiliki bola mata coklat terang, bibirnya segar, hidungnya semancung
Pinochio, dan satu lagi, dia itu… adik kelasku.
“Kamu siapa?” tanyaku ketus. Parah banget, sekarang banyak yang ngelihatin aku.
“Ini saat yang kutunggu-tunggu kak, kamu tanya…namaku”. Katanya santai. Kenapa nggak punya malu seperti itu sama kaka kelas?
punya malu seperti itu sama kakak kelas?
Dia membenahi kerah bajunya. “Namaku, Azka Devano putra. Boleh di panggil Azka, Devan, atau…”
“Stop!”. Seruku. Aku bisa saja melempar garpu di tanganku ini tempat ke mulutnya yang sedang menganga itu. Jijay!
“kamu tahu kan aku siapa? Aku kakak kelasmu, dihormati bisa nggak?” tanyaku kesal.
Azka atau Devan itu kini malah duduk di sampingku. “maaf ya kak,” dia mentap mataku.
Sialan, ini maksudnya apa sih?!
Aku benar-benar ingin cepat pergi dari tempat terkutuk ini. Tempat ini bukan lagi yang dulu selalu ku nomor satukan, sekarang
Terganggu gara-gara mahkluk di sampingku ini.
“Oke Azka, pergi sekarang atau aku nggak mau lihat lagi?” bagus Kirana! Pertanyaan sekaligus pernyataan pedas yang sudah gatal
Ingin aku lontarkan dari tadi.
“kak Kirana Aqilla Titania ya? Aku kenal kamu kok kak. Nggak usah kenalan balik juga nggak apa-apa. Sampai jumpa”. Ucapnya
Beranjak dan melambaikan tangannya kepadaku saat sudah mulai menjauh.
Kini bola mataku langsung tertuju tajam pada Alda. “Alda! Aku mau tanya!”
Dia hanya menunduk sambil menghabiskan kuah sisa baksonya. “Apa Ran?” tanyanya. Mukanya Nampak pasrah.
“kenapa tadi diem aja sih? Terus yang habisin minumanku siapa? Tega banget ya…” bertubi-tubi pertanyaan aku lontarkan.
“kamu nggak tahu Ran, tadi dia sudah kasih kode ke aku biar nggak ambilin minum, terus big cola-mu langsung Azka habisin.
Maafin aku ya Ran..” ujarnya, tampangnya memelas, aku ini sebenernya orang tidak tega-an. “Eh, tapi dia itu baik loh Ran.
Adik kelas- adik kelas banyak yang ngincer, temen seangkatan kita, bahkan kakak kelas juga Ran”. Bodo amat.

Perilakunya yang ngeselin kayak gitu bisa-bisanya bahkan yang naksir?


“iya mereka kan lihat Cuma dari penampilan, gimana kalau udah tahu sifatnya yang sama sekali nggak punya malu itu, hahaha,
Bakal dijauhin dia sama mereka”. Kataku sambil terbahak ringan.
“Nggak Ran. Semua orang udah tahu dan semua juga nggak ada yang berubah. Semua sama aja tetep suka”.
Suka sama Azka? Wajar, pengamen aja banyak yang menyukai, apalagi dia yang notabanenya sebagai murid SMA. Tapi kalau
Sampai ngefans? Kayaknya orang-orang macam itu harus dibawa ke psikiater, apa bagusnya? Semua yang dia pamerkan selama
Ini Cuma fisiknya. Bakat atau prestasi? Aku belum lihat apa-apa.
“Kirana?” sebuah suara memanggilku.
Suara yang tidak asing bagiku, suara yang dulu selalu temani setiap Langkahku, suara yang mungkin sekarang ini sudah bukan
Lagi bagian dari semua hal yang selalu ada dalam hidupku.
Aku masih bisa menghirup aroma parfumnya yang tetap saja masih sama, RAKA?!
Aku menoleh dengan cepat. “i-yaa?” balasku gugup.
“Kamu sekolah dimana sekarang?” tanya dia. Sosok itu, ya.. dia benar-benar Raka!
“SMA Patriot 5. Memangnya kenapa? “ah bodoh, seharusnya aku sok kaget kenapa dia bisa disini.
“Nggak apa-apa,ngong-ngomong itu sekolahnya Mira ya.. kenal nggak?” tanya dia lagi.
Mira?
“Mira afista?”
Raka tersentak.”Benar,” jawabnya yakin.
Mira adalah adik kelasku yang bisa dibilang manis, imut dan popular. Memangnya dia siapanya Raka? Pacarnya? Oh, bukan.
Mungkin adik sepupu atau…
“punya akun sosmednya?” tanya Raka. Pertanyaannya menjawab tanda tanya di pikiranku. Raka menanyakan akun sosmed Mira,
Berarti mereka baru kenal atau….Mira adalah orang yang di sukai Raka?...
Aku menggeleng pelan. “dia Cuma adik kelas, nggak akrab kok, kenapa? Suka ya?”
Pipi raka memerah. “nggak, by the way, aku mau pindah kesekolahmu minggu depan sampai jumpa, kirana!” ujarnya lalu berlalu
Begitu saja, seperti angin.
Raka, Mira, sekolahku, pindah…..
Sudah cukup hentikan! Itu artinya Raka akan satu sekolah denganku, tidak peduli mengincar Mira, yang terpenting aku masih bisa
Melihatnya setiap hari, Raka Pramudikto Nirakfa.
Mantan kekasih tercinta yang tak pernah dan tak akan bisa aku lupakan, aku suka semua tentangnya, mulai dari penampilannya,
Hobbynya, gaya bicaranya, dan cara dia membuatku nyaman. Aku suka Raka, kemarin, sekarang. Dan akan begitu seterusnya.

Sesampainya dirumah, aku terus memikirkan Raka. Mantan, oh tidak bukan! Sampai sekarang dia masih ku anggap sebagai pacar.
Drrrttt…Drrrttt…
“Halo?” tanyaku.
“kak, aku Azka. Aku—Tuuttt..Tuuttt..” jangan tanya kenapa aku sekejam ini? Yah, aku muak dengan Azka. Aku langsung mematikan
Telepon darinya tanpa meminta persetujuan dari hati kecilku yang kadang tidak tega-an.
Sebuah pean singkat masuk.
Tidak diketahui : “aku …aku Azka, aku Cuma mau ngajak kaka jalan mala mini. Ada waktu nggak?
Me : Nggak.”
Tidak diketahui : aku mohon kak, ada sesuatu penting yang mau aku omongin, di depan sekolah tunggu aku, please kak”
Me : “ya”.
Oke, maafin aku. Aku benar-benar nggak tega kalua lihat orang mohon-mohon kaya gini. Aku harus menurutinya, menyenangkan
Orang lain dapat pahala kok.
Dengan sweater ungun dari raka yang selalu kupakai setaip keluar, aku berjalan menapaki trotoar basah akibat hujan. Dan
Sampailah di depan gerbang sekolah yang Azka maksud. Jarak sekolah dengan rumahku tidak begitu jauh.
“kak!” panggil Azka, suara deru motornya semakin mendekat. Dia membuka kaca helmnya.

“Ayo naik”
Aku aku menaiki motor tersebut kemudia motor itu melaju dengan kecepatan sedang.
Ia memarkirkan motor di sebuah restoran gaya jawa.
Disinilah aku Sekaran, di restoran yang sama sekali belum pernah aku masuki, Azka merapatkan jaketnya, lalu ia mengusap
Wajahnya dengan kedua tangannya. Tiba-tiba ia melihatku dan tertawa Ketika aku memperhatikan cara dia menghilangkan dingin.
“Mau pesan apa?” tanya Azka
“Ini khas jawa? Es teh ada kan pasti. Sama mie ramen.” Kataku
Ia mencentang makanan yang akan di pesan lalu diberikan kepada waitress
“ngomong-ngomong kaka suka banget sama mie ramen?”tanyanya.
Aku memalingkan muka. Kami hanya berhadapan dan aku tidak betah harus melihat muka nya lebih lama.”iya,” jawabku singkat
“kak maafin aku ya.. aku Cuma pengen kenal sama kak, kalau boleh tau kegiatan favoritmu apa?
Hmmm.. wajar tanyatanya. Tapi kenapa aku semakin muak saja? Aku ingin mala mini berlalu dengan cepat. Ingat ya Azka, aku
Menerima ajakanmukan Cuma karena kasihan.”menulis artikrl, baca novel,” jawabku lagi-lagi dengan singkat, oh ya, ini
Kesempatanku untuk mengetahui apakah dia punya hobby yang unik atau prestasi yang membanggakan.
“kamu?” tanyaku akhirnya.
“aku lebih suka basket. Tapi ayhku nggak mengizinkan, aku pernah patah tulang makanya dia nggak izinkan lagi. Dan sekarang aku
Focus bidang music sama sastra kak. Lusa mau lomba band antar sekolah. Mau lihat?” antara dia bertanya, menawarkan, atau
Menyarankan aku tidak bisa membedakan.
“Nggak minat”. Jawabku singkat. “lain kali aja ya, ngomong-ngomong kalau sastra kamu pernah berprestasi apa?” tanya ku
To the point.
Pesanan datang. Lalu kami menikmatinya dengan lahap.
Sejenak aku tidak menemukan sosok Azka yang nggak punya malu, kalau face to face aku dan dia, kayaknya anak ini lebih sopan.
“aku sih dapat juara 1 lomba baca puisi nasional setahun yang lalu waktu SMP. Terus novelku kilau matamu juga udah terbit maret
Lalu kak. Baca dong,” kata Azka. Apa? Kilau matamukan novel favoritku. Aduh kenapa nggak pernah lihat siapa pengarangnya ih?..
Aku Cuma pinjam di perpustakaan sekolah. Konyol!!
“Eh – iyaa.. kapan-kapan aku baca” sekarang kenapa aku jadi mulai halus sama mahkluk sialan di depanku? Mana aku yang tadi
Siang ngomel-ngomel kepadanya ? Ah.
Aku bingung. Harus melakukan apa, kecuali tetap dan terus melahap mie ramen di meja ini.
Aku mengedarkan pandangan sejenak. Tap! Aku kenal itu. Tapi siapa? Terlalu jauh dari jangkauan mata, aku menyipitkan mata.
“RAKA!” teriakku kencang, namun, jaraknya benar-benar jauh aku sempat malu dilihat Azka dan orang-orang yang di sekitarku.
Jangan pedulikan! Aku harus mengejar Raka. Aku tidak betah terbebani tentang Mira, aku akan menyatakan perasaanku pada
Raka bahwa aku masih mencintainya. Aku harus! Apapun jawabannya, yang penting aku lega, aku berlari keluar, sepertinya Azka
Juga mengejarku. Persetan! Pokoknya Raka!
Yeah, aku berhsil menggapai Raka
“Rakaa??!” seruku.terlihat cewek disampingnya itu Mira.
“ada apa Kirana?” tanya Raka yang Nampak kebingungan. Jelaslah, kemarin ketemu saja baik-baik saka kenapa ini terlalu over?
Aku melirik kearah Mira, tampangnya Nampak sebal. Aku sengaja juga akan membuatnya menjauh dari Raka kesayanganku,
“Ra-Rakaa..sebenernya..sebenernya aku masih saying sama kamu! Aku nggak mau kehilangan kamu Raka. Hiks.” Akhirnya, keluar
Juga kalimat itu. Tapi kenapa? Kenapa aku melakukan hal sebodoh ini?
“Maksudnya apa Ran? Kamu tau kan sekarang kira udah putus. Kamu minta apalagi sama aku?”
Nadanya yang lembut, yang selalu hadir di mimpiku kini bisa kudengar lagi. Ya tuhan, “A-aku minta..kita..kaya dulu lagi..”
jawabku terbata-bata.
“Maaf Ran aku nggak bisa, aku udah kecewa sama kamu yang nggak pernah hargain aku, kamu terlalu cuek, dan yah seperti yang
Kamu tahu sekarang. Mira adalah pacarku.” Jelas Raka.
Penjelasannya cukup padat, dan sempurna! Bagus sekarang aku menangis terisak di pinggir jalan tanpa tahu harus bagaimana.
Raka dan Mira sudah berlalu, mungkin aku sampah?

Tiinnn.. Tiiiinnnn…
Ciiiiiiiiiittttttt. Brakk!!!!
Sayup-sayup terdengar. “kak..kak kirana bangun kak! Bangun….”
GELAP.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
“By..kamu udah siap?” tanya Raka. Aku mengangguk, ini adalah hari ulang tahun Raka sekaligus Raka mau merayakan happy anive
Hubungan kita yang ke 15 bulan.
Aku memakai gaunhijau lumut menarik pemberian Raka.
“I love you panda kesayangan “ ucap Raka
“I love you to beruang kesayangan “ balasku tak kalah gombalnya.
Kami memasuki raung tengah rumah Raka yang menjadi tempat utama pesta ulang tahun ini. Teman-temannya sudah berkumpul
Meriah disana.
“selamat siang semuanya “ sapa raka”
“siang…” balas semua yang hadir. Aku sangat Bahagia bisa berada di samping raka saat ini.
“kalian pasti kenal aqillakan?”
Semiua hadirin binggung. Siapakah aqilla?
“oh sudah jelas Kirana!” celetuk Bayu teman sekelasku yang juga hadir.
Semua malah bertepuk tangan.aku tambah tersipu
“ya jadi hari ini ulang tahun ku yang ke 17 bertepatan dengan anniversary ke 15 bulan hubunganku dengan kirana iyakan by?”
Aku mengangguk gembira.
Pesta berjalan meriah dan lancar, aku senang bisa kenal Raka.
Suasana terik mengundang haus, aku berjalan ke gerbang sekolah dengan lesu,”Kirana” panggil Raka. Dia sudah stand by di
Gerbang depan menjemputku. Aku berjalan ria kea rah Raka. Tapi semua tiba-tiba gelap.
Mataku terbuka. Ada Raka, Raka, Raka, Raka dan Raka lagi
“Rakaaaa…!” aku berusa menggapai tangannya. Tapi yang terjadi adalah wujud raka menjadi sosok Alda.aku mencoba menyentuh
Tangan Raka yang asli di samping Alda, tappi sosok itu berubah menjadi Azka. Mata pedasku mencoba aku kerjapkan untuk
Melihat hal yang nyata. Yang di sana di mataku sekarang adalah Alda,Azka,Raka,Mira dan satu sosok yang tak kukenal.
“hei Kirana…kamu udah sadar???” tanya Alda.
“kak Kirana, kamu nggak apa-apa?” tanya azka memastikan.
Sosok yang tak ku kenal menghampiriku,”maaf ya mbak.”
Dapat kusimpulkan bapak-bapak itu yang menabrakku.
“ini bukan salah bapak!. Seruku tiba-tiba “tapi, salah dia!”telunjukku menunding ke arah Raka.
“aku minta maaf Ran, aku bakal bayar semua biaya rumah sakitmu dan tanggungan bapak itu “ kata Raka
Raka tetaplah Raka yang dulu, dia berani bertanggung jawab meskipun bukan sepenuhnya ia yang salah.
Kenapa kamu melakukannya Raka? Sebenarnya kamu Kembali denganku saja semua sudah akan normal.
Aku tidak menuntut macam-macam sudahlah aku benar-benar penat.
“selamat pagi kak” suara itu tak lagi asing untuk ku, Azka Devano Putra. Aku mulai bisa menerima Azka di kehidupanku. Dia yang
Menemaniku Ketika aku sakit. Aku mulai nyaman dan menyayanginya.
“pagi juga Azka.nggak usah pakai kak” ujarku.
Azka meringis kesenangan “hehehe..oke Kirana.”
Dia sengaja datang untuk membawakanku makanan kesukaanku, mie ramen.
Mungkin selama ini aku yang kurang bersyukur, ada Azka di sampingku, sekarang, aku benar-benar besyukur.

-Tamat-
Faqih al ghifary.
XII MIPA

Anda mungkin juga menyukai