Anda di halaman 1dari 10

Part 1

Amerta itu namaku, singkatnya aku adalah salah


satu anak yang beruntung, karena aku dilahirkan
dikeluarga yang bisa dikatakan berada di tingkat
ekonomi mengah keatas dan itu membuat bersyukur...
tetapi anak yang dilahirkan dari tingkat menengah keatas
itu bukan berarti selalu dipenuhi dengan kebahagian, itu
salah besar. Sampai dititik aku merasa bahwa kehidupan
ini sungguh tidak adil tapi aku harus menjalaninya
karena ini kehidupan yang diberikan kepadaku, apapun
itu aku harus mensyukurinya dan menikmatinya.. dan
aku akhirnya bertemu denganmu, aku sungguh tak
menyangka bahwa dirimu adalah takdirku, terimakasih
sudah hadir dalam hidupku walau aku sempat menolak
dan meragukanmu.. terus ajari aku cara mencintaimu
sampai kapanpun itu, dia adalah suamiku bagaskara.
Kita dipertemukan disebuah program universitas,
pada waktu kita masih berada di tingkat 6, lewat
program itu aku mengenalnya.
“Taaa... ” aku tau itu Mara, siapa lagi yang punya
suara melengking seperti toa masjid selain dia
“aku dengar raa.. jangan teriak-teriak, malu tuh
dilihatin orang banyak” omelku
Kita yang saat itu memang berada dikantin
kampus dan memang banyak mahasiswa yang masih
jajan ataupun makan siang disitu “abis aku kesal tauk,
masa kita gak sekelompok” rengeknya
“emang kelompok apa sih ?” aku yang bisa-bisanya gak
tau apa-apa tanpa dosa aku bertanya
“yah gimana sih ? kelompok KKN taa...”
“oooh... emang sudah dibagi ?” sambil menyeruput es
yang baru saja aku beli di bulek in
“taa.. kalo belum dibagi gak mungkin aku tau, aku gak
sekelompok sama kamu”
Aku ber oooh ria
“ih kamu kok bisa aja sih taa.. pokoknya aku pengen
sekelompok sama kamu taa.. gimana caranyaa coba ?”
“protes aja sama ketua penyelenggara”
“Ih kok gitu taa... ya gak bisa doong”
Lalu aku hanya menanggapi ocehan sahabatku itu
dengan geleng-geleng, dari mana aku ketemu dia dalu
yaaah, akhirnya kita bergegas pulang karena kita searah
maka aku nebeng aja.
Part 2
Jam 06.00 waktu dimana mahasiswa berkumpul
untuk acara pembukaan kegiatan KKN yang akan
dilaksanakan satu bulan kedepan
“Ta.. kamu bawa motor” tanya ica yang memang dia satu
kelompok aku, aku mengenalnya karena dia memang
satu jurusan dengan mara dan untungnya ada dia jadi aku
tidak terasa cangguh ketika dikelompok itu, aku tidak
terlalu akrap sih, Cuma gak papa yang penting ada salah
satu anggota yang diawal aku sudah mengenalnya, itung-
itung dia tema ngobrol
“iya.. , ada apa ?”
“kamu naik elef aja bareng aku yaa.. , motor kamu biar
dibawa sama bagas, di dielef gak ada temen soalnya”
“ooooh... iya sudah kalo begitu” lanjutku “mana yaa
bagasnya, ini kunci motornya”
“itu tuh.. nanti aja setelah pembukaan kamu kasihkan
kuncinya”
“oke”
Semua mahasiswa berkumpul dan duduk rapi
diaula kampus mendengarkan sambutan demi samputan
dari pihak kampus meskipun gak semua mendengarkan
sih, biasa kita mahasiswa memang terkadang khilaf
dengan gibahan kalo sudah ketemu teman, terutama
cewek.
Akhirnya selesai juga acara pembukaan dan kita
digiring kekelompok masing-masing untuk menuju
tempat desa yang akan ditempati, setiap kelompok akan
diberi arahan sama pembimbing dan diantarka ketempat
itu
“bagas” panggilku “ini kunci motornya, kamu sudah
dikasih tau ica kan ?” tanyaku
“ooh iya iya” sahutnya
“makasih yah”
Setelah mendengar arahan kita akhirnya
berangakat menuju desa
Sesampainya disana kita dibagikan tempat tidur,
karena dikelompok kita memang kebagian satu rumah,
jadi kita putuskan untuk membagi tempat tidur yaitu
bagian depan atau ruang tamu itu untuk laki-laki dan
bagian rumah tengah itu untuk wanita, setelah itu kita
lanjutkan beres-beres dan agenda selanjutnya kita buat
untuk menyapa tetangga dan lanjut kegiatan untuk besok
“ta ini kunci motornya” panggil bagas
“oke, makasih”
Malamnya kita pembagian jadwal, akhirnya aku
kebagian belanja keperluan dapur dan peralatan
kebersihan sialnya aku satu kelompok sama bagas,
doaku semoga dia bisa jadi patner shopping yang tepat
yaah
“cieeeh.. tata satu kelompok sama bagas, asik tuuh..”
celoteh ica waktu kita didapur, dia sedang ambil minum
sedangkan aku lagi bikin susu full crem kesukaanku,
sudah jadi kebiasaanku meminum susu sebelum tidur
“emang kenapa ?” tanyaku
“ih kamu gak tau, bagas suka sama kamu”
“hah? Suka?! sok tau aja kamu?”
“idih dibilangan juga, kamu tau gak sih tatapan bagas
kekamu itu sudah beda, gak mungkin lah kalo dia gak
suka sama kamu”
“hmm.. iya sudah, terserahlah” aku tidak terlalu
memerdulikan tentang itu, karena memang pada saat itu
hatiku sudah kometmen dengan orang lain yang bernama
arsya. Arsya dia adalah seseorang yang tanpa sengaja
dipertemukan denganku, dia orang sangat istimewa
bagiku, dia menuntunku, dia pekerja keras, dia orang
yang mampu berjalan lebih jauh dari pada aku, memang
kita tidak ada status apapun tapi kehadirannya
membuatku merasa bahwa dia memang takdirku.
Hubunganku dengan arsya memang tidak banyak
orang tau, karena memang arsya bukan alumni
kampusku, dia kelahiran ’93 jauh lebih tua empat tahun
dari tahun kelahiranku, aku mengenalnya karena dia
tetangga budeku, sepupu sahabatku yaitu mas ulum, aku
sama mas ulum memang sudah berteman dari kita duduk
dibangku taman kanak-kanak, aku bertemu dengan arsya
waktu resepsi pernikahan kakak sepupuku, dan pada
waktu itu dia memang sebagai fotografer resepsi acara
pernikahan, karena memang itu pekerjaannya. Semakin
lama, semakin aku mengenalnya, membuatku merasa
nyaman berada dekat dengannya.
Aku sungguh berterimakasih dengan arsya,
karena kehadirannya telah mengundang tawaku, bagiku
hanya arsya saja yang kubutuhkan. Memang terkadang
cinta itu membuat kita egois asal diri kita merasa
bahagia.
Part 3
“ibuu... ini bawang berapa satu kilonya ?” tanyaku pada
penjual pasar
“28 ribu nduk” sahut sipenjual
“ibu.. mahal sekali, beri saya potongan nanti saya ambil
bawang putihnya juga, ngeeh ?” tawarku
“iya sudah saya potong dua ribu perkilonya, eneng jadi
ngambil kah ?”
“matur nuwun ngeh buu.. jadi saya ambil bawang putih
satu kilo, bawang merah satu kilo ngeh”
Lalu ibuk itu memberikan barang yang sudah ditimbang
itu kepadaku “jadi pinten semua ibuk ?” tanyaku
Katanya “brambangnya 26 ribu ditambah bawangnya 25
ribu, jadi semua 51 ribu yaa.. nduk”
“enggeh, ini uangnya ngeh bu.. terimakasih”
“eneng, bawaannya berat biar dibawakan sama suaminya
saja ituh” kata ibuk penjual itu
Aku sama bagas langsung saling tatap, seketika
aku merasa heran
“eh, aduh ibuk, dia buka suami saya tapi teman saya”
“lah saya kira suami, soalnya kalian serasi gitu, maaf ya
neeng, maaf ya mas”
“emang iya aku sudah setua itu, sampai dikira sudah
menikah” barang-barang yang aku bawa tadi langsung
diminta sama bagas, dan akhirnya dia membawanya lalu
kita bergegas cari kebutuahan lainnya.
Baru beberapa barang yang kita dapat “huuufttt..
banyak sekali orang hari ini seh” batinku, tanpa sadar
aku mengembuskan nafas dengan kasar
“ada apa ta ? capek yaa..? kamu istirahat aja di parkiran
biar aku yang keliling, mana catatannya?”
“hmm.. capek sih sedikit, ayok kita lanjut biar cepet
kelar” sahutku
“kamu yakin ta ?” tanyanya
“iyaa.. lagian aku takut kalo kamu yang belanja”
“takut ? Takut kenapa ?” tanyanya sambil garuk-garuk
kepala.
Kubalas dengan senyuman “takut uangnya habis,
gara-gara kamu gak bisa nawar” lanjutku “kita kan
masih lama disini, jadi harus hemat” lalu tanggannya
lansung mengelus puncak kepalaku sambil menantapku
dengan senyum, tanpa sadar mataku langsung melotot
karena saking kagetnya.
“ayok..” ajaknya yang langsung pergi duluan, aku masih
linglung dengan kejadian tadi “hah? apa? kok bisa sih?
wajahku merah gak yaa..? semoga tidak ya allah..
tidaaak... malu.. lagian tangannya gak sopan bangeet
sih, main pegang-pegang kepalaku, jangan-jangan
kemaren yang dibilang ica bener lagi, jangan sampek
daah” tanpa sadar aku jalan menyusulnya dengan
geleng-geleng kepala “ya allah apa yang barusan
terjadi” batinku lagi
“Haaaaah... akhirnya selesai juga” keluhku “gas kamu
lapar gak ? yuk makan diwarung padang itu, aku udah
laper banget, sekalian kita istirahat sebelum balik”
tawarku. Tanpa pikir panjang bagas mengiyakan
ajakanku.
Disinilah kisahku dan bagas dimulai, dia banyak
cerita tentang kehidupan, bahkan dari tatapanku saja dia
bisa menyimpulkan bahwa aku ini seseorang yang
mempunyai luka yang sangat amat perih, pernah suatu
ketika dia merasakan detak nadiku dan dia hanya
berkomentar “ra.. kamu perlu bahagia, dengan caramu
sendiri” kata itu yang terus terngiyang-ngiyang
dikepalaku, aku merasa bahwa bagas itu orang yang
sudah mengenalku lama. Tapi itu gak mungkin, karena
aku mengenal dan melihatnya itu dalam program
kampus tingkat enam ini, yah aku akui dulu SMA kelas
tiga dia ikut ujian di SMA ku sih tapi aku benar-benar
gak tau dia.

“ciee.. gimana? Asik gah tuh”celoteh ica


“ih apaan sih ca, orang kita gak ngapa-ngapain, cuman
belanja, makan terus balik” kataku, memang itu faktanya
“Mmm... masa iyaa ? ngapa-ngapin juga gak papa kali
taa..”
“apain sih, gak jelas nih anak” kataku
“ih.. yang gak jelas tuh kamu, udah jelas-jelas didepan
matamu ada cowok ganteng, perhatian, baik lagi..” “eh
kamunya malah kabur? Coba kalo aku jadi kamu,
aduuuh... tak terima tanpa syarat apapun” oceh ica lagi
“xixixiiii.... ngomong apasih caa.. kamu mau, yaudah
tuh”
“beneran, awas aku tikung kamu nyeseel loo..”
ancamnya “emang kenapa sih ta.. kamu gak mau sama
bagas? Padahalkan kamu juga jomblo, sayang tau.. “
tanyanya
Dengan entengnya aku jawab “enggak pengen aja”
sahutku. Menurutku arsya aja lebih dari cukup,
meskipun arsya tidak pernah memberikan kepastian
tentang hubungan kita, aku menjadi bagian dari
hidupnya itu sudah lebih dari cukup.
Part 4
Minggu ini minggu pertama kita berada didesa ini,
dan untuk minggu ini kita fokus pendekatan masyarakat
terdekat tempat tinggal dengan banyak berkomunikasi,
tak luput kita harus bagi jadwal beris-bersih dan
memasak, selain itu masing-masing dari kita mencari
target perusahaan sesuai bidang kita masing-masing.
Karena bidangku bergerak dipendidikan anak maka aku
dan dua anggota lain sudah lebih dulu praktek
kesekolahan terdekat yang ada didesa itu.

Anda mungkin juga menyukai