Anda di halaman 1dari 13

“SIRNANYA DEKAPAN HARAPAN TERAKHIRKU”

IVAANRIEE_

“Tinggal menghitung beberapa hari lagi usiaku tepat 17


tahun. Tetapi mengapa aku tak mengetahui dan menemukan juga
siapa ibu kandungku?” Aku termenung untuk beberapa saat hingga
membuat hatiku gundah dan sedih hingga sesaat kemudianku
memandangi lagi foto kecilku bersama ayah dan ibu kandungku
kalau ayah sudah meninggal sejak aku kecil tetapi yang jadi
pertanyaan kenapa aku tidak pernah melihat sosok ibu kandungku
sendiri?. Om ivan tak pernah mau menjawab pertanyaanku,
walaupun selama ini ia selalu memberikan yang terbaik untukku.
Aku semakin penasaran. Dari mana lagi aku harus mencari
ibundaku?

“Dimas .… kenapa kamu, Nak? Kok merengut aja? Apa yang


membuat kamu begitu sedih hingga melamun seperti ini?”apakah
kado yang bibi berikan itu belum cukup??jika belum kamu mau apa
jalan-jalan ayo ajak om ivan biar kita ke mall sekalian beli kado
kamu lagi !! Aku kedipkan mata dari lamunanku dan kumelihat
begitu dapat nya cinta kasih sayang dari bibi fera.

Aghhh..…apakah ini balasanku bagi seorang bibi yang begitu


mengasihi dan telah merawatku dari kecil serta memberikanku
dengan harta hingga cinta yang begitu hangat??. Renungkanlah dan
ratapilah… ada lautan kasih sayang dalam mata itu, . Dan
kehangatan yang begitu lembut selalu ada dekapanku lalu
genggaman kuat memberiku semangat. Dari dialah aku di didik
dengan ajaran-ajaran agama yang menjadikan aku seorang anak
sholeh yang baik. Sungguh betapa mulia dirinya, memiliki bibi fera
adalah anugerah dan karunia terindah yang pernah kumiliki.

“betapa indah rasanya, terimakasih YA ALLAH engkau telah


berikan aku seorang bibi sekaligus ibu pengganti yang begitu baik
dan menyayangiku. Walaupun begitu, kapankah aku dapat
memeluk dan merasakan dekapan ibu kandungku sendiri seperti
ini YA ALLAH? Di telapak kaki ibuku yang mana surga itu Engkau
letakkan untukku YA ALLAH?” bisik di benak hati dan pikiranku.
tepat tiga hari setelah ulang tahunku yang ke-17. Setelah
pulang dari liburan ke tempat wisata dan mall bersama om Ivan dan
bibi Fera semalam, saya mulai bersemangat lagi untuk kembali ke
rutinitas harianku. Untuk memulai hari ini, aku bangun pagi untuk
sholat subuh, tetapi kali ini aku bangun agak pagi, jadi aku tidak
mau tidur lagi dan memutuskan untuk berolahraga di teras rumah.
Setelah berolahraga, aku masuk dan pergi ke ruang makan untuk
sarapan.Terlepas dari itu,penyebab aku bangun lebih awal dari
biasanya pada pagi ini karena aku mulai beralih dari ingatanku
semalam tentang ibu kandungku.Akan tetapi langkah kakiku mulai
berhenti untuk melangkah karena mendengar nada marah oleh om
ivan di ruang makan.

“Enggakkk! Van aku tidak akan pernah sekali pun akan


memberitahu dimas di manakah akan ibu kandungnya berada, ujar
bibi fera.”!!!

“Namun.... kata om ivan. Si dimas wajib dan berhak untuk


mengetahui akan ibu kandungnya. Bibi fera begitu gundah
mendengar dan merasakan akan kegelisahannya sejak ia tak sengaja
melihat album digaleri berempat waktu saat itu. Tentu ia akan
terkejut-kejut mengetahui bahwa yang difoto itu gak ada akunya
tetapi yang ada Cuma itu ibu kandungnya dan kamu sama kakak
laki-lakimu ayahnya si dimas. Semua ini salah fera mas.” Kata bibi
fera ke om ivan.!!

“yaah sudah lah mas..... sama-sama kita rawat dan jaga saja
si dimas seperti anak kita sendiri dengan sebaik-baiknya.mas ivan
juga salah fer. Jika saja dari dulu ivan langsung hapus album foto itu
dari galeri mas, pasti si Dimas tak akan menemukan album yang
berisikan foto-foto ibunya saat dia membuka komputer kerjaku.
Walaupun begitu kita tetap memberi tahu si Dimas, Dimas tidak
boleh tahu dulu di mana akan ibu kandungnya berada. Fera gak
mau juga Dimas yang sudah seperti anak kita berkeliaran bebas
ngga jelas dari klub ke klub malam hanya untuk mencari ibunya itu?
Na'udzubillah minzaalikk... bisa-bisa anak kita terjerumus rusak ke
pergaulan bebas itu mas, ujar bibi fera. Akan sangat rugi kita sudah
mendidik dia dengan membekalinya ilmu agama hingga sampai
sedemikian rupa hingga sekarang , jika kita membiarkan si dimas
untuk bergaul dengan orang yang tidak jelas seperti itu apa kata
orang ferr??. Ngakkkk akan mas biarin si dimas terjerumus ke
tempat maksiat itu!!,

Dari lubuk hati kuhentakkan kata-kata! Ya....gusti Allah


astagfirullah. Ternyata memang benar om ivan tidak akan pernah
mau untuk mengatakan yang sebenarnya kepadaku. Betapa
terpuruknya hatiku Bagaikan jarum-jarum yang ditusuk tanpa henti.
Aghhhh, Bukankah sangat pantas aku bertemu dengan ibu
kandungku aku sudahlah lama yatim apakah aku salah jika ingin
bertemu dengan ibuku yang ta kpernah kutahu sejak aku kecil
hingga sekarang usiaku 17 tahun aku. hanya satu yang ku ingin
yaitu memenuhi kebahagiaanku bersama keluarga kandungku satu-
satunya yaitu seorang ibu. Kataku sambil menguping pembicaraan
bibi fera dan om ivan.Aku lelah menanyakan hal-hal pertanyaan ini
sejak dulu , tapi bagaimana cara aku harus memulai mencari ibuku?
Astagfirullahh . oh iya klub itu! Sejak tadi di pembicaraan om ivan
bilang klub malam.Klub malam yang mana ya kira-kira?Mana
mungkin ibuku bekerja di klub malam yang menjadi ladang maksiat
bagi orang-orang seperti itu . Tapi disinikan ada banyak sekali klub
malam yang ada di daerah tempat tinggal aku. Semua pasti akan
lebih mudah dan gampang jika aku mengetahui nama ibuku.

Setelah aku menguping pembicaraan om ivan dan bibi fera


di ruang makan aku memutuskan tidak jadi sarapan dan aku keluar
rumah menuju pavilion semacam rumah kecil disamping halaman
rumah . Ya..Allah ..ya tuhanku semua doa-doaku selama ini tak
mungkin dapat kuraih tanpa petunjuk dan ridhoMu ya rabb.ehmm
ya aku harus meminta bantuan teman-temanku.

Tetapi itu akan mengungkapkan aib keluargaku sendiri.


Enggak!Aku harus dapat menemukannya sendiri, dan aku pasti
bisa tapi kan 1 temenku rara tau tentang ini apa aku minta tolonng
dia?tapi dia aaja agak susah buat dirinya sendiri gimana mau
nolongin aku. Pagi itu, seperti biasa, aku memilih naik angkot
(ANGKUTAN KOTA)ke sekolah.setelah aku mengetahui bahwa
selama ini ibu kandungku masih ada dikota ini hingga saat itu aku
mulai sangat sering memandangi wajah orang-orang di
sekitarku.terutama wanita paruh baya umur 40-an.

“Ugghhh... tak ada yang satu pun mirip” keluhku menatap


lesu di tempat dudukku di angkot itu. Ya walaupun Cuma pake
feeling litanya padahal aku sudah lupa persis wajah ibuku!!
“Wahh-wah.... tapi mbaknya malah mirip dengan temanku di
sekolah dan ternyata itu memang temen sekolahku, namanya rara!”
ujarku sambil tersenyum.
“Lho... rara ?”
“Eh ini... dimas? Wah iya... benar-benar kamu rupanya ini
dimas.
"Haha... wuuh... dasar kamprett! Kenapa kamu sudah naik
angkot sekarang?biasanya sih kamu naik mobil atau gak bawa
motor sendiri?" ujar rara.

Rara orangnya cantik dan memang si paling jago


telat.makanya jadi langganan kena hukuman guru. Namun
sebenarnya rara itu orangnya baik,periang,jago masak, dan cukup
bertanggungjawab pada setiap hal yang di amanah oleh guru dan
temannya. Termasuk juga dengan bertanggung jawab akan
hukuman yang diberikan guru akibat sanksi dari keterlambatannya
kesekolah.
“yahh nasib kok gini kali ya. Namun jika aku tak terlambat
seperti ini mana mungkin aku bisa nyambung biaya hidup dan
biayain sekolahku dan adik-adikku, sih aku terpaksa memilih
seperti ini. Ya...nasibku tak sebaik kamu, dimas satu hal yang kamu
harus tahu apapun itu sungguh aku mensyukuri segala hal yang
terjadi dalam hidupku bersyukurlah dimas dengan keluarga mu
sekarang yah walaupun bukan sama orang tua sendiri tapi liat lah
bibimu dan ommu yang telah sangat baik kepadamu selama ini
hingga kau menjadi seorang anak yang berprestasi dan sholeh. Oke,
aku ceritakan sedikit tentang asal-asulku tapi aku disini tidak
bermaksud untuk membandingkan diriku denganmu tapi hanya
ingin berbagi cerita ke kamu aja dimas.kamu janji ya harus jaga
rahasia ini!!iya kata si dimas.Jadi gini Di kota solo ini, aku tinggal
bersama dua orang adikku yang masih SMP dan ibuku di rumah
petak kontrakan itu. Ibuku sudah lama tidak bekerja. Karena dia
sakit lama setelah dia ditinggal meningga ayahku. Yupp, tentu saja
aku yang selama ini mengambil alih semua pekerjaannya. Mengirim
pesanan pakaian loundry dari satu rumah ke rumah lainnya. Saya
melakukannya sebagian besar waktu di malam hari dan sisanya di
pagi hari, paling dekat dengan sekolah. Itulah intinya.rara
tersenyum ciut ke arahku setelah ia menceritakan kisah hidupnya.

Jadi selama ini... rupanya nasib si rara lebih susa daripada


aku ini apapun itu pasti udah jadi takdir masing-masing
hamba.Tetapi ambilah hikmah dari si rara.. ia tetap semangat dalam
menjalankan hidupnya. Ah mana mungkin si rara aku minta tolong
cari ibuku... Sedangkan ia capek bekerja di took loundry. Ia mungkin
bisa membantuku mencari ibuku pasti di toko laundry banyak
sekali ibu-ibu paruh baya bekerja. Tapi bagaimana carnya aku
menjelaskan padanya tentang ibukandungku? Namanya saja aku
tidak tahu. Eh, aku kan bisa oiya apa aku lamar kerja aja di tempat
loundrynya si rara kan uangnya juga lumayan buat aku toh selama
ini aku sangat di juga sama bibi fera dan om ivan kali ini aku mau
kerja supaya mandiri sekaligus peluang aku untuk mencari siapa
ibukandungku!.

“ouhh klo ga gini.. kalau boleh aku ingin sekali melamar


kerja si toko laundry tempat kau bekerja aku akan membantumu
mengantar cucian-cucian itu ke perumahan atau apartemen yang
dekat-dekat sini mungkin apa bisa?” ujarku yang langsung keluar
dari ucapan rara yang dengan ngakaknya ia menertawakanku
dengan suara lembut itu. Aku pun mulai heran dan bingung kenapa
rupanya jika aku ingin kerja apa yang salah ya.

“Muuuhaaa…Haha.... Dimas..dimas.kau itu orangnya agak aneh juga


ya diliat-liat?padal jika dilihat kehidupanmu sudah lumayan enak
lah sudah. Mau kemana aja kamu bisa pakai mobil dan motor, eh ini
malah pilih naik angkot. Segala sesuatu sudah terpenuhi apa yang
kamu mau dan butuhkan juga sudah tersedia di rumah tanpa susah
payah bahkan lebih lho dimas, lha ini kok malah pilih bekerja susah
payah si dimas. Wah... tau gak dimas kamu salah satu temen laki-
lakiku yang unik? Kamu ini orangnya lumayan mandiri lho klo aku
liat dari temen-temen lainnya mereka seperti anak mami padahal
sekolah kita gak boarding tapi rasanya bagi mereka seperti homesick
aja.Haghh salut banguet mas sama kamu.!!

“Eh..eh.... Kamu ini ra. Enak saja kalo ngomong. Gini-gini


juga aku sebenarnya ingin sekali merasakan hidup mandiri dan bisa
belajar untuk bermanfaat bagi orang lain saja kok ra,” ujarku.
“Oh...deh bagus kalau begitu. Oke, akan akucoba tanyakan dulu
sama atasannya ibuku masih butuh apakah masih ada lowongan
tenaga kerja tidak. Kalau atasanku bilang iya, kita bisa sama-sama
kerja antar cucian laundry itu sebagai rekan kerja. Hhhh...” ujar
sirara yang penuh semangat jika ada aku bias kerja sama-sama
dengannya

Alhamdulilahnya besoknya si rara memberi kabar kalo


aku di terima di tempat kerja tapi aku dapet pertama kali di shif
malam sebagai pengantar baju bersih dan kotor untuk cucian
laundry di tempat pengantaran ku aku cuma di tugaskan hanya
mengantar 2 cucian bersih kearah yang sama. pertama aku
mengantar di sebuah perumahan dan yang kedua dan terakhir ini
aku mengantar ke apartemen sekaligus satu arah pulang ketika aku
masuk ke apartemen itu di lantai dasarnya di jadikan sebuah
tempat hiburan malam sebuah klub bebas tapi aku tak menemukan
jalan alternatif untuk naik ke lantai atas kemudianku melihat di
kerumunan orang banyak itu ada lif mau tidak mau aku harus lewati
aku tidak tau jalan lain selain jalan itu untuk menuju lantai atas .

!!AAduhh!… “astgfirullahhalla’azim.dimana aku sekarang


gimana nih cara lewatinya. Aku telah masuk di apartemen apa di
klub malam ini? Ya Allah ya tuhanku selamatkan dan lindungilah
aku dari kemaksiatan orang-orang yang hendak menyesatkanku
lancarkanlah aku dalam mengantar cucian loundry ini” ujarku dalam
hati. Ketika masuk ke apartemen itu untuk menuju lantai atas
dengan menaiki lift aku harus melewati kerumunan orang-orang
yang sedang asik berjoged ga jelas di klub malam itu. Lalu aku
berjalan menuju lift aku sanagt pusing mendengar suara musik yang
ada di klub itu serasa membuat seakan-akan gendang telingaku
akan pecah.

Lantai dasar apartemen itu sangat luas dan menjadikan itu


tempat hiburan malam bagi penghuni apartemen itu hingga aku
melihat lautan manusia yang sibuk berjoged-joged tak tahu adab
batasan antara laki-laki dan perempuan. Tangan-tangan biadap
tampak jahil bebas meraba bagian tubuh pasangannya yang seolah-
olah sudah lupa diri setelah meminuman minuman keras yang ada
di tangannya. Sungguh aku tak dapat mengerti apa nikmatnya
melakukan semua maksiat ini jika memang ingin mehilangkan
stress ada banyak cara lain yang baik dilakukan? Andai saja mereka
tau bahwa semua perbuatanya akan mendapat ganjaran dan
dilaknat oleh allah swt kelak.
Lalu aku pun terus berjalan melewati kerumunan orang-
orang itu karena aku tidak begitu tau persis dimana jalan lain
menuju lantai atas selain di situ jadi mau gak mau aku harus
melewati kerumunan orang-orang itu untuk menuju lantai atas
sebagai alternatifnya.ketika aku berjalan ada banyak sekali mata
memandang ke arahku apa mungkin karena penampilanku beda?
tapi ga mungkin lah,aghhhh andai saja kalau om ivan dan bibi fera
tau aku kesini pasti aku sudah dimarahi habis-habisan.Kira-kira
gimana rupa wajah ibuku kok bisa mau bertahan kerja tempat
seperti ini?ibu….dimana kau berada sekarang..usikku dalam hati.

“Hai....TAMPAN. Sendirian aja nih? Tante temenin ya!” ketika aku


berjalan disapalah oleh seorang tante girang (Istilah yang
digunakan untuk menyebut perempuan dewasa –atau tua yang
menyukai laki-laki muda). Bertubuh lenggok bohay dan montok
dengan mata menyala-nyala penuh nafsu ke arahku.

“Astagfirullahal'adzim...ya allah” ujarku dalam hati


gemetaran. Tanpa banyak bicara dan takut iman ku tergoyah
secepat mungkin aku berjalan menghindari dan terus berjalan
menuju kelift dari kerumunan orang-orang itu. Ketika aku melihat
ke arah belakang aku sudah tidak melihat tente girang itu lagi.
Alhamdulillah ya allah syukurlah aku bisa masuk kedalam lift
dengan selamat tanpa jumpa lagi dengan tante binal itu lagi tapi di
lift ini ada beberapa orang mabuk yang mau menuju lantai atas
untuk asik-asik dikamar apartemen itu.

“ketepakkk!..” Secara tidak sengaja aku telah menabrak


seseorang ketika keluar dari lift itu hingga membuat semua cucian
laundry ku berjatuhan.
“aduhh ya ampun... Maafkan saya, Bu. Sasss...ssaya tidak
sengaja karena tidak melihat ibu karena cucian laundry ini terlalu
banyak sehingga membuat pandangan saya agak terganggu maaf
sekali lagi bu.”ujarku kepada seorang wanita paruh baya yang
kutabrak itu. Segera mungkin aku memungut cucian laundryku yang
berjatuhan tadi itu. Alhamdulilah ...untung cucian ini tidak kotor
dan keluar dari packingan plastik pasti akan kotor lalu aku akan di
marahi sama atasan karena sudah lalai dengan hal ini.

“ini nak adi ya?!” ketika aku di panggil dengan nama itu aku
terheran-heranmengamati wanita separuh baya itu. Adi itu siapa
ya?kenapa ya ibu itu memnaggilku adi apakah adi itu kerabatnya.
“Nah iya... ini adi kan? Tapi kenapa kamu dah besar aja ya. Sholeh
juga nampaknya ... Ah iya pasti ini kamu pasti bukan...maaf nak saya
salah orang mungkin.” Ujarnya wanita paruh baya itu lalu ia pergi
begitu saja tanpa memberitahuku siapa yang si adi mirip denganku.
Mirip... Hah apa, dia bilang apa aku tadi mirip apa iya semakin
penasaran aku tuk mencari tau??... ibuku-kah itu?
“Halo buk permisi...maaf Bu mau nanya! Tunggu sebentar!
Mau nanya aja siapa adi itu ... Siapa yah bu yang ibu maksud tadi ke
aku aku dimas bu bukan adi !!” Tanyaku yang terheran-heren dan
rasa penasaran yang tinggi. Wanita paruh baya itu hanya
menatapku sambil memikirkan sesuatu.
“oiya nak maaf ibu salah orang tapi dia mirip sekali
denganmu dulu dia pernah ibu rawat ketika ibunya sedang bekerja
tetapi sekarang ana itu dah lama pergi diadopsi sama bibi dan om
nya klo ga salah waktu itu dia di bawa pergi anaknya imu, ganteng,
lucu ,lagi kayak kamu jadi ibu rindu juga dengan dia yah walaupun
itu Cuma anak temen deket ibu... tidak penting juga Yang jelas ia itu
kupu-kupu malam yang kerja diklub ini sejak dulu, dia sudah Jadi
lont*sejak saat itu....
“Astagfirullah..ya allah semirip itu kah aku dengan sesorang
itu.” Lalu aku terdiam sejenak dan terus melihat ibu itu dengan
penuh tanda Tanya besar padanya.
“Oke...ibu lanjutinnya tampaknya juga kamu ingin tahu sekali
siapa dia. Tapi sudah 2 tahunan ini dia sakit dan keluar dari dunia
malam ini ibu sedih liat dia. Ibu juga sekarang sudah tidak ada
kontak lagi dengan dia hingga hilang juga alamat tetapnya di mana
tapi yang jelas dia masih di kota ini.kamu siapa ya nak? Kamu mirip
sekali seperti anaknya ibu itu. Oiya nak ibu ga bisa lama-lama ini ,
nihh...ibu punya nomor telepon dia sebelum dia pergi dulu. oiya ni
kalau kamu ingin cari tahu siapa dia kan ga ada salah siapa tau
kerabat kan dengannya nih lah ibu harus pergi sesegera mungkin
ini. Cepat-cepat pergi dari sini ya nak selesaikan tugas kerjaan mu
ini tempat tidak baik untuk mu.saya tahu pekerjaan ini sangat
berdosa. Tapi kami butuh untuk sambung hidup dan makan. Jadi
kamu nak jangan pernah salah sangka kepada kami ini seorang
pendosa.ibu itu pun pergi dengan tergesa-gesa aku pun belum
sempat mengucapkan terima kasih.

Setelah aku mengantar cucian laundry itu dari tadi aku


tidak melihat anak kecil tinggal disitu, ternyata gedung apartemen
itu sengaja di beli khusus untuk di jadikan ladang usaha klub malam
supaya orang-orang gampang buat asik-asik dikamar apartemen
tanpa menyewa hotal yang mahal lalu tanpa befikir panjang aku
bergegas pulang dan membawa nomor yang di kasih ibu yang tidak
sengaja aku tabrak tadi tadi. Setelah aku sampai dirumah kemudian
aku begitu gelisah dan gundah

Malam itu aku memberanikan diri untuk mengetuk pintu


kamar om dan bibi di malam itu juga aku bilang aku sudah
menemukan petunjuk sendiri tanpa sepengetahuan mereka ,aku
mulai jujur bahwa tadi ketika aku bekerja mengantar orderan
laundry aku pergi ke tempat klub malam itu raut wajah om dan bibi
fera agak merasa bersalah juga karena mereka lakukan ini demi
kebaikan aku sendiri .

Kemudian aku duduk bersama mereka di ruang tamu


mereka menjelaskan semua tentang ibu dan alamatnya malam itu
juga aku ingin menemui tetapi aku ingin menghargai mereka yang
akan mengantarkan aku besok selepas pulang sekolah dan aku bisa
masuk kerja ambil shif malam.dimalam itu penuh isak haru aku di
dekapan om ivan dia meminta maaf sudah menutupi ini semua dia
takut aku mengikuti jejak ibu walaupun aku laki-laki tetapi aku
sangat rentang untuk di jadikan simpanan tante-tante.

Lalu aku tidur untuk menanti hari esok,paginya aku


berangkat sekolah dengan angkot lagi tetapi aku tidak melihat rara
di angkot biasa ya mungkin dah berangkat duluan ataupun dia biasa
telat padahal aku ingin cerita ke dia klo aku akan segera berjumpa
dengan ibu kandungku.didalam kelas aku tidak menemui rara jam
pertama pelajaran dimulai ibu guru novi masuk dan mengabarkan
“selamat pagi semua semua.maaf saya harus memberitahu kabar
dukasalah satu temen sekelas kita ibu rara meninggal dunia karena
kanker”.aku disitu langsung merasa sangat sedih pasti si rara dan
kedua adiknya sangat terpukul, aku harus melayat pulang selepas
sekolah ini tetapi aku harus jumpa dan ketemu untuk pertama kali
dengan ibu kandungku setelah berpisah belasan tahun “AADUHH YA
ALLAH GIMANA INI “….

Selepas pulang sekolah aku telah di jemput di depan


gerbang oleh om ivan dan bibi fera mereka bilang langsung pergi aja
ke tempat ibu kandungku di situ aku bilang untuk memutuskan ke
tempat temanku sirara mereka bilang ya udah gapapa klo sebentar
mas!!didalam perjalanan mereka berpesan “jika berjumpa nanti
jangan lupakan kami ya mas kamu kalau mau tinggal bersama
ibumu boleh tapi jangan lama-lama ya kami masih sangat sayang
sama kamu”ujar om dan bibi.

Sekitaran 20 menit aku bilang belok simpang itu om


singgah bentar di rumah temanku sirara aku mau ngelayat bentar
lah, nak ini jalannya arah rumah ibu kamu lhooo!!ujar om ivan apa
mungkin tetangganya.sesampai di rumah duka om ivan dan bibi fera
terkaget-kaget melihat ada tenda itu adalah tenda persiapan sholat
jenazah ibunya rara

Ternyata, tenda itu adalah bagian dari persiapan duka


kematian ibu kandungnya. Semua teman-teman dan sahabat
karibnya hadir untuk memberikan penghormatan terakhir kepada
wanita yang telah melahirkan dan mencintainya dengan sepenuh
hati.Dimas memasuki tenda dengan langkah berat, hatinya penuh
dengan campuran perasaan. Bibi Fera mendekatinya dengan penuh
kelembutan, menggenggam tangannya dengan erat.

"Dimas, kita akan melalui ini bersama-sama. Ibu


kandungmu pasti akan mendapatkan tempat terbaik di surga," kata
Bibi Fera dengan suara lembut.Om Ivan menatap Dimas dengan
penuh kesedihan, "Kamu kuat, Dimas. Kami selalu ada untukmu,
apapun yang terjadi."dimas pun dengan lapang dada menyolatkan
jenazah ibukandungnya.

Dimas merasa dicintai dan didukung oleh keluarga yang


sebenarnya ada untuknya. Meskipun kehilangan ibu kandungnya
adalah pukulan yang berat, dia tahu bahwa dia tidak sendiri. Hari itu
menjadi pengingat bahwa keluarga adalah tempat di mana dia dapat
menemukan dukungan sejati dan cinta yang tulus dan bisa beajar
bnyak jangan pernah menyalahkan takdir yang sudah terjadi karena
semua kehidupan ada makna contoh sekarang si rara dan adik-
adiknya menjadi keluarga yang selama ini terpisah meskipun dari
beda ayah tapi tetap 1 ibu.

Rara kemudian dapet beasiswa keluar negeri 6 bulan setelah


meninggal ibu dan dimas masuk universitas top di kotanya lalu
kedua adik-adik sambung dimas di rawat bibi fera dan om ivan.
seperti anak sendiri,dari kisah ini kita belajar apapun usaha kalau
itu bukan rejeki pasti allah tunda dulu walaupun dekapan dengan
ibu telah sirna namun cinta dan doa selalu di panjatkan oleh dimas.
-TAMAT-
Saya Muhammad Ivan Bahri, anak dari keluarga broken
home, tetapi itu tidak pernah menghalangi saya untuk berprestasi di
sekolah, terutama ditempat terbaik man insan cendekia aceh
timur.Saya hanyalah seorang anak yang biasa-biasa saja dari usia 6-
10 tahun, bahkan dalam matematika dasar saja saya agak lemah.
Namun, ketika guru memuji teman-teman saya di sekolah dasar
karena prestasinya, saya mulai belajar dari awal hingga masuk SMP
saya berusaha dapat mempertahankan ranking 1 sampai lulus smp.
Setelah itu, saya memutuskan untuk masuk ke MAN IC Aceh Timur
sebagai sekolah lanjutan karena reputasinya yang baik.saya telah
belajar bagaimana mengelola waktu di antara dua lingkungan yang
berbeda lingkungan asrama yang penuh tantangan dan lingkungan
sekolah yang penuh cobaan. Meskipun ada tantangan emosional,
saya memilih untuk mengubahnya menjadi motivasi untuk sukses
dalam prestasi meninggalkan semua tentang percintaan di masa
putih abu-abu. Saya rajin belajar, aktif dalam kegiatan
ekstrakurikuler, dan selalu berusaha memberikan yang terbaik
dalam setiap pelajaran. Keberhasilan akademik saya bukan hanya
hasil dari upaya pribadi, tetapi juga dukungan dari orang-orang
terdekat di sekitar dan guru man insan cendekia yang memberi saya
banyak peluang untuk meraihnya. Saya percaya bahwa pengalaman
hidup ini telah membentuk saya menjadi individu yang kuat,
berempati, dan mampu beradaptasi dalam berbagai situasi. Saya
yakin bahwa masa depan saya akan membawa prestasi lebih besar,
tidak hanya di sekolah, tetapi di lingkungan masyarakat juga kelak.

Anda mungkin juga menyukai