Anda di halaman 1dari 6

Nama: Rismawati

Tanggal Lahir: 07 juli 2003

Tempat lahir: sengkang

Agama: islam

Asal sekolah: skmn 1 wajo

“Malaikat kecil yang terlahir dari keluarga sederhana”

Nama saya firah. Saya terlahir dari keluarga yang sederhana,ayah dan ibu ku hanya lah
penjual sayuran dipasar, penghasilan ayah dan ibuku dengan berjualan sayur dipasar sudah
cukup buat kami bertiga makan sehari, tetapi tidak dengan biaya sekolahku. Karena itu lah
saya berpikir untuk mencari pekerjaan yang bisa mengurangi beban orang tua ku.

Keesokan harinya sepulang sekolah saya berpikir buat cari pekerjaan ini hari, tetapi saya
bigung mau kerja apa karna saya masih anak sekolahan, apakah ada yang ingin mepekerjakan
saya yang masih duduk dibangku smp umur 12 tahun?. Maka itu saya berpikir apa sebaiknya
saya berjualan kue saja nanti modal nya di ambil dari uang tabungan ku. Saya tidak terlalu
tau cara membuat kue tapi saya akan mempelajariya demi membantu beban kedua orang
tuaku. Yah, kalau begitu saya harus menghitung dulu uang tabungan ku yang ada dirumah.

Sesampainya dirumah, ternyata ayah dan ibuku sudah tiba dari pasar.

“ firah, tumben nak kamu pulang agak lambat dari sekolah?. Kata ayah

“iyah yah. Tadi disekolah ada tugas tambahan dari guru yah, jadi firah agak lambat
pulangnya deh.” Dengan wajah ketakutan.

“ yah, sudah cepat pergi ganti pakaian nya terus kemari makan sama ayah dan ibu, ibu sudah
masakin maknan kesukaan mu nak.” kata ibu

“ iyyah bu,” sambil bergegas menuju kekamar

“ aduh, apa sebaiknya ku beritahukan saja kepada ayah dan ibu ku yahh?. Sambil melamun di
dalam kamar resah memikirkanya.

Melihat isi tabungan ku ternyata tidak lah cukup buat modal bikin kue

“firah... nak? Ibu memanggil


“ iyyah bu sebentar lagi firah kesana,besok saja ku pikirkan akan ku apakan uang tabungan
ku yang tidak seberapa ini.” Sambil merapikan semua pakaian nya dan bergegasa ke meja
makan

“ bu, ini uang buat hari ini dari hasil jualan sayuran tadi. Cuman segini yang kita dapat bu.”
Sembari memberikan uang kepada istrinya buat biaya kebutuhan sehari hari.”

“ iyah yah. Nda papa yang penting kan kita sudah berusaha, masalah hasil rejeki kita serahin
semuanya kepada tuhan.”

Firah hanya bisa menyimak pembicaraan ayah dan ibunya yang bersyukur dengan apa yang
telah didapatkan hari ini dengan raut wajah yang tersenyum.

Keesokan harinya, sepulang sekolah sambil berjalan di pingir jalan dan memikirkan cara
membantu meringankan beban ayah dan ibuku.

tiba-tiba didepan semberang jalan sana dia berjumpa dengan nenek tua yang kelihatan
kesulitan dan kebimbangan..

“nek, ada yang bisa saya bantu nek?” tanya firah mendatang nenek tua tersebut.

“iyanak, nenek tidak tau jalan pulang”. Nenek juga sangat kelaparan

Aku tidak tau harus berbuat apa. Tanpa berpikir panjang lebar aku langsung mengajak nenek
pulang bersamaku.

“ kalau begitu nenek tinggal saja sementara dirumah saya, Nenek mau.?

“apa nenek tidak merepotkan?

“tidak kok nek mari kita pulang kerumah.”

Sesampainya di rumah aku langsung menyuruh nenek buat masuk duduk dan memberinya
makan.

“ nek, mari kita makan sama- sama ini hanya seadanya yah nenek ndk papa.”

“ iyyanak, nenek tidak masalah yang penting nenek makan. Makasih nak.”

“ iyya nek sama-sama,”

“ kalau boleh tau nenek namanya siapa?”

“nama nenek, nenek ami nak”

“ohiya nenek ami, sesudah makan nenek istrahat dulu yah dikamar ku sambil menunggu ayah
dan ibuku pulang”
Sambil menuggu ayah dan ibuku pulang dari pasar. Aku membersihkan rumah sementara
nenek terbaring dikamar tidurku.akhirnya ayah dan ibuku pulang dari pasar,

“Assalamualaikum, firah ayah dan ibu pulang.”

“waalaikumsalam, ayah tadi pas dijalan firah bertemu nenek tua dia lupa alamat rumahnya
jadi terpaksa fira membawahnya pulang sekarang dia sedang istrahat dikamar. Ayah ibu tidak
keberatankan.?

“ iyanak ibu dan ayah tidak masalah, malahan ibu dan ayah bangga sama kamu nak, kamu
peduli sama orang yang tidak kamu kenal. Sambil memeluk ku dan menangis bahagia.”

Nenek ami di rawat sebaik mungkin di kelurga kecil ku ini dan memngangapnya seperti
keluarga sendiri. sampai ingatanya pulih kembali dan mengingat alamat tempat tinggganya.

Hari demi hari dilalui, tetapi ingatan nenek ami tersebut tidak mengalami perubahan sama
sekali kami pun bingung gimana cara mengatahui alamat dan tempat tinggal nenek ami. Ayah
dan ibuku juga memikirkan kondisi kelurganya yang mencarinya jadi kami berusaha
membantu nenek ami agar cepat mengingat tempat tinggalnya.

Pada suatu hari ayah dan ibuku pergi berjualan dipasar kampung sebelah, dan semntara aku
berangkat kesekolah, dan seperti biasa kami meninggalkan nenek ami di rumah sendirian.
Ayah dan ibu ku berpikir dengan berjualan sayuran di kampung sebelah siapa tau mereka bisa
mendapatkan tambahan rejeki yang dapat membiayai kami dan nenek.

Sesampainya di pasar kampung sebelah, semua pedagang heboh membicarakan berita


pencarian nara pidana yang kabur dari penjara yang terlibat kasus pencurian. Ayah dan ibuku
tidak mementingkan soal berita itu karna tujuanya ke mari hanya lah berjualan, tetapi ketika
pedagang disebelah ibuku berbicara tentang nara pidana yang kabur dari penjara itu adalah
seorang nenek tua. Ayah dan ibu ku langsung kaget dan terkejut.

“yah, apa yang di maksud nenek tua itu nenek ami? Dengan wajah ketakutan

“bu, kita tidak boleh mencurigai seseorang apalagi nenek ami kan selama ini nenek ami baik
dan kita tidak pernah kehilangan apapun dirumah selama ini kan.”

“ iya juga pah, yasudahlah mana mungkin juga nenek ami.” Dengan wajah yang ketakutan
dan gelisah

Ayah dan ibuku tetap berjualan tanpa mementingkan omongan pedagang yang menceritakan
si nenek tua itu.
Di sekolah ternyata aku mendapatkan juara 1 dikelas ku,ketika bel pulang sekolah berbunyi
aku langsung terburu buru untuk pulang kerumah secepatnya dan menunjukkan piala yang
kudapatkan dari hasil kerja keras ku belajar untuk membanggakan kedua oang tuaku. Ayah
dan ibuku pasti bangga kepadaku dan hadiah yang kudapatkan ini berupa uang akan
kuberikan kepadanya. Dan ku berpikir akan menyisihkan sepucut surat untuknya yang berisi:

Ayah ibuu...aku sangat bangga karna terlahir jadi putri mu, meskipun dari keluarga
sederhana tapi aku bahagia karna kau membanting tulang siang dan malam hanya untuk
mencukupi segala kebutuhanku. Dengan kesederhanaan itu membangkitkan semangatku
belajar sampai bisa megangkat derajat mu ayah ibu. Semoga setiap tetesan air mata dan
kerigat mu yang kau keluarkan hanya untuk membahagiakan ku senantiasa berkah dan
menjadi lautan untukmu di surga kelak. aku sangat menyayangimu ibu ayah. Akan terus ku
selipkan namamu di dalam doaku. Kupersembahkan hadiah ini hanya untukmu.

Ketika sampai dirumah ternyata ibu dan ayahku belum lah kembali. Aku menuju kekamarku
dan mendengarkan suara yang berasal dari kamar ibu dan ayahku. Aku lansung mengecek
apa yang sedang terjadi ternyata nenek ami sedang mencuri di dalam kamar ayah dan ibuku.
Aku langsung melepas dan meletakkan piala dan surat yang kubawah.

“nek ami, apa yang sedang kau lakukan dikamar ayah dan ibuku? Tanya firah ke nenek ami

“ha ha ha kau sangat lugu nak kecil kau tidak melihat aku sedang mencuri uang tabungan
ayah dan ibumu.” Dengan tertawa keras dan kejam

“tidak kusangka nenek ami sejahat ini, ayah dan ibuku sudah mengisinkan nenek ami tinggal
disini dan merawat nenek ami sebaik baiknya tetapi kenapa nenek ami bisa berbuat sejahat ini
kepada keluargku. Ini tidak baik nek ini dosa.”

“ husttt,aku tidak peduli semua itu. hentikan menceramahiku atau akan kubunuh kau hidup
hidup.” Kata nenek ami Sambil mengarahkan pisau yang di pegangnya ke wajah firah

Dalam hati firah berkata “aku tidak bisa membiarkan semua ini terjadi, itu adalah uang
tabungan ayah dan ibuku yang di kumpulkan dari hasil jerih payah nya”. Dan firah pun
berteriak keras dan meminta tolong.

“tolong....”

“tolong.... ada pencuri”


(Ternyata Ayah dan ibunya pun sudah tiba di dekat rumah dan mendengarkan jeritan
anaknya yang meminta pertolongan. Mereka pun terburu buru membuka pintu rumahnya dan
mencari anaknya.)

“ firah. Nak kamu dimana? Tanya ayah sambil cemas

“firahh sayang kamu dimana?

(Dan akhirnya ketika ibu nya melihat darah yang mengalir keluar dari pintu kamarnya.)

“ yah, ini darah apa? tanya ibu sambil ketakutan

Mereka langsung membuka pintu kamar tersebut. Dan mereka terkejut melihat putrinya yang
terbaring di lantai dengan tusukan pisau dilehernya ,ternyata darah yang mengalir keluar dari
pintu kamarnya adalah darah yang bercucuran keluar dari leher putrinya.

Penyesalan pun telah mereka rasakan setelah melihat putri nya tewas dibunuh oleh nenek
ami. Mereka tidak meyangka nenek ami bisa melakukan semua ini, meskipun mareka sudah
berbuat baik tetapi balasan yang diberikan nenek ami kepada keluarganya sangat
menyedihkan dan berat untuk diterimanya.

Tiba saatnya mereka pun melihat sepucut surat dan piala yang terletak tidak jauh dari
putrinya.mereka pun langsung membuka dan membaca sepucut surat yang di tulis putrinya
sebulum tiada. Air mata mereka mengalir deras setelah membaca isi surat yang dibuat
putrinya yang tersayang. Mereka menganggap firah sebagai malaikat kecil yang sudah
dititipkan kepadanya.

Ketika kita berbuat baik kepada seseorang, malah dibalas dengan perbuatan kejahatan
Seperti hanya dalam peribahasa air susu dibalas dengan air tuba.
mereka pun menjalani semuanya dengan keikhlasan dan kesabaran.mereka tidak menuntut
segala kebaikanyang telah di berikan ke nenek ami karna mereka percaya bahwa rencana
tuhan jauh lebih baik kedepanya, dan semua yang di berikan hanyalah titipan semata seperti
malaikat kecil mareka yang telah tiada.

Anda mungkin juga menyukai