Anda di halaman 1dari 5

Sayap sejati

Nazwa Nindra Salsabila

Siang hari saat matahari bersinar dengan terangnya saat bayangan berada pada titiknya, terdengar
tangisan seorang bayi perempuan yang baru lahir ke Dunia. Dilahirkan oleh seorang Ibu yang
hebat dan tangguh yaitu Bunda,dipangku serta didengarkan adzan yang dikumandangkan oleh
sang Ayah yang baik dan penyayang Itulah aku Zuwa Almara.

Aku terlahir di Keluarga yang sederhana dan penuh kasih sayang juga mengutamakan Agama
dan pendidikan, Karena itu aku selalu ingin mendapatkan prestasi dibidang akademik dan
Agama.

Semenjak kecil aku memang sangat dekat dengan kedua orangtuaku terutama ayahku karena dia
suka bernyanyi denganku juga saat aku dimarahi oleh Bunda karena aku salah dia yang
melerainya walaupun saat aku kecil ia jarang pulang dan yang aku tau saat itu dia bekerja ketika
ia pulang selalu membawa es krim kesukaanku.

Walaupun saat aku kecil aku selalu ingin dekat dengan ayah karena ia jarang pulang tetapi
Bunda tidak mempermasalahkannya, jika aku berbicara

Aku: “kangen Ayah, Ayah kapan pulang Bun?”

Bunda Selalu menjawab

Bunda: “sebentar lagi nak.”

Menjawab dengan senyum manisnya, karena Bunda adalah wanita paling tangguh yang aku
kenal dan selalu berbuat baik walaupun dia sedang tidak baik-baik saja. Bunda juga mulai
membantu ayah untuk perekonomian keluarga dari saat aku taman kanak-kanak sebagai operator
di sekolah swasta, walaupun dia sibuk dengan pekerjaan nya tetapi dia tidak akan pernah
melewatkan pertumbuhan anaknya dan selalu ada disampinku dan selalu memprioriaskan
kepentinganku.

Aku memang tidak terlahir dan di besarkan oleh keluarga yang kaya akan harta benda tetapi
dibesarkan oleh orangtua yang kaya akan hatinya karena mereka selalu mengajarkan akan
kesederhanan dan rasa syukur walaupun itu hanya cukup bahkan kurang.

Karena didikan mereka aku Selalu mendapat peringkat tiga besar di Sekolah baik itu di Sekolah
dasar juga di sekolah agama. Aku sangat bangga sekali saat aku selalu mendapat hadiah dari
sekolah tiap akhir tahun pelajarannya.

Suatu hari aku pernah terpilih menjadi perwakilan sekolah untuk mengikuti lomba sains tingkat
Sekolah Dasar. Saat persiapan lomba selain belajar di Sekolah aku selalu dibimbing oleh ayah
belajar walaupun hanya di telpon saja. Lombapun telah selesai dilaksanakan aku memenangkan
juara pertamanya di tinggkat kecamatan saat itu aku tidak menyangka dan senang sekali tidak
sia-sia aku belajar dengn Ayah. Lomba sains diteruskan ketingkat kabupaten setiap hari aku
membaca-baca buku menonton vidio pembelajaran juga berlatih dengan ayah lewat telpon di
tengah-tengah itu aku sempat ingin menyerah dan merasa cape tetapi bunda selalu
menyemangatiku dengan membuat makanan apapun yang aku mau.

Walapun pada tingkat selanjutnya aku tidak memenangkan juaranya aku sangat bersyukur
karena aku selalu didampingi dan diberi semangat oleh Ayah dan Bunda.

Saat aku mulai masuk ke sekolah menengah prestasiku menurun hanya masuk sepuluh besar saja
disebabkan aku mulai tau permasalahan kedua orangtuaku walapun mereka tidak memberi tahu.

Banyak sekali teman-temanku yang mempunyai ayah dua ataupun ibu dua yang saat kecil aku
anggap mereka beruntung dan saat dewasa aku sadar mereka adalah anak Broken Home. Dan
saat itu aku hampir sama nasibnya dengan mereka.

Suatu pagi aku terbangun dari mimpi buruk-ku, di dalam mimpi itu aku melihat kedua
orangtuaku bertengkar seperti nyata tapi itu hanya mimpi, aku terdiam dan berarap itu hanya
bunga tidur saja.

Keesokan malamnya aku pulang dari pengajian dan aku melihat bunda yang sedang menangis di
tengah rumah aku kaget dan tidak tau apa yang terjadi, aku yang tidak pernah melihat bunda
menangis kala itu terkejut dan ingin meyalahkan ayah karena disitu bunda nagis sambil berbicara
kepadaku.

Bunda: “lihat ayahmu yang terus-terusa pinjam uang kemana-mana,uangnyapun ga tau kemana
bunda malu,bundalu nak..”

Aku: “Udah bunda jangan lagi sama orang yang kaya gitu terus.”

Aku berbicara dengan ragu tetapi nada lantang.

Malam yang pahit itupun usai dan aku sadar ternyata masalah yang menghantui keluargaku
adalah hutang ayahku. Bahkan bunda yang bekerja demi menghidupi keluarga adalah karena itu
juga saat aku kecil ayahku jarang pulang karena pertengkaran hebat tentang itu. Setelah malam
itu cukup lama berlalu aku tidak tahu apakah masalah ini sudah selesai ataupun belum karena
dari dulu ayah selalu berpindah kerja dari bekerja menjadi buruh pabrik,berjualan sandal samapai
menjualkan frozen fruit.

Di sekolah aku jadi lebih sering bengong terdiam dan memikirkan perkataanku kepada ayah saat
malam itu aku sangat merasa bersalah telah berbicara seperti itu kepadanya.

Beberapa bulan dari malam itu sore hari saat aku dan bunda pulang dari sekolah dan ayah ada di
rumah karena dia sakit tertabrak motor jadi tidak bekerja. Bunda melanjutkan pekerjaannya di
rumah dan aku belajar masak menggantikan bunda, setelah masakanku selesai tiba-tiba datang
seorang lelaki berkacamata dia adalah bos ayahku dia masuk kerumah tanpa salam dan berteriak

“mau dibayar kapan? Aku yang jelasin kamu yang jelasin?”

Dan hanya berbicara itu, diapun duduk di kursi ruang tamu sambil berkata kasar menagih hutang
kepada ayahku yang nominalnya sangat besar. Aku hanya bisa menangis dan tidak tau harus
berbuat apa bunda pun menyerahkan sedikit gelang dan cincin emas yang dia tabung tetapi lelaki
itu menolaknya dan hanya menagihnya kepada ayahku karena lelaki itu tau bahwa ayahku yang
minjam dan tidak tau uangnya dikemanakan. Ayah hanya berbicara dan mebela dirinya
memintawaktu lebih lagi untuk membayarnya tetapi lelaki itu angkuh dan tidak mau mendengar
lagi penjelasan Ayah.

Dari sore itu dia hanya duduk dan tidak berbuat apa-apa, aku dan Bunda hanya bisa diam
dikamar menagis dan berdoa khawatir ada orang lain di dalam rumah dan kita tidak bisa berbuat
apa-apa. Sampai pagi aku dan bunda bangun dengan mata lembab ayah yang ternyata berpura
pura sakit terbangun dan berbicara tegas kepadaku

Ayah: “ingat saat kamu nikah kamu akan mencari ayah, karna ayah yang akan jadi walinya.”

Setelah berbicara itu kepadaku ayah Pergi tidak tahu kemana tetapi lelaki itu masih duduk
ditempat yang sama, setelah mengetahui ayah pergi lelaki itupun pergi dan membuat status di
Media sosial dan men-tag kepada akun ayah bahwa “ayahku penipu jangan percaya kalo dia
datang dia penipu.” Dan terus menjelekan ayahku di Status media sosialnya itu.

Dari statusnya itu banyak orang-orang tau bahwa ayahku punya hutang, aku dan Bunda sangat
malu sekali untuk keluar rumah karena orang banyak bertanya tentang ayahku, bahkan ada yang
beranggapan bahwa ayah dan bunda sudah bercerai.

Pikiranku sangat kacau sekali aku memikirkan perkataan ayahku tentang wali nikah, memikirkan
kondisi Bunda,ayahku ada dimana, bunda dan ayah akan bercerai,banyak sekali sampai aku
sering nangis di kamar mandi sekolah.

Bunda selalu menguatkanku saat itu walaupun aku tau dialah yang paling sakit dan jatuh. Aku
selalu bertanya

Aku: “bunda sama ayah akan bercerai?”

Bunda: “gak tau ayahmu saja entah dimana.”

Aku selalu bertanya seperti itu karena dipikiranku Ayah dan Bunda tidak saling mencintai lagi
dan aku akan sama seperti teman-temanku yang orangtuanya bercerai dan akan tinggal dengan
satu orangtua.
Berbulan-bulan aku dan bunda, setelah ayah pergi tidak tahu kemana, walaupun ayah tidak
memberi nafkah kita selalu tercukupi bahkan mendapat rezeki lebih yang datangnya dari wasilah
mana saja. Aku dan bunda jadi lebih sering bercerita apa yang terjadi hari ini dan jadi seperti
sahabat untukku.

Akupun Lulus Sekolah Menengah Pertama dan Akan daftar Ke jenjang selanjutnya saat di
perjalanan daftar bunda mendapat telpon dari saudara ayah mendapat kabar bahwa ayah di bawa
ke rumah sakit karena sakit batu ginjal. Kita bergegas ke Rumah sakit disitulah ku pertama kali
melihat ayah lagi aku tidak bisa berkata apapun ke ayah Entah itu canggung atau aku takut emosi
dan salah bicara lagi. Sampai saudaraku menegur bahwa “Dia ayahmu sesalah apapun dia tetap
ayahmu” akupun tau dan Ayah tetap Ayahku tapi aku sulit sekali berbicara kepada ayah dan saat
melihat wajahnya aku hanya bisa menahan air mataku, tetapi aku berusaha memaafkan karena
melihat bunda yang hebat sangat tegar dan memaafkan ayah.

Semenjak itu ayah dirawat dan ditemani bunda berkali-kali melakukan operasi, cuci darah semua
pengobatannya bunda yang merawat dan menemani sampai aku tidak sadar akan masalah yang
sebelumnya terjadi karena bunda memperlihatkan rasa sayang dan cinta kepada ayah dengan
tulus dan ikhlas merawat ayah, yang aku anggap cinta itu sudah hilang. Aku sadar perasaanku
salah karena mengganggap secepat itu cinta akan hilang.

Setelah berbulan-bulan pengobatan ayah akhirnya ayah sembuh total. Ayahpun akhirnya dapat
pekerjaan yang penghasilannya cukup untuk keluarga kita dan sekarang ayah bersemangat untuk
menyekolahkanku hingga ke perguruan tinggi.

Aku sangat bersyukur dilahirkan dan dibesarkan di keluarga ini, karena tidak tau akan jadi apa
jika aku tanpa mereka. Bunda yang hebat,sabar pengertian juga wanita paling tangguh yang aku
kenal dan bisa menjadi sahabat untuk anaknya kelak aku ingin menjadi ibu seperti bunda.

Kesalahan ayahku tidak akan aku sesali karena aku sadar menjadi dewasa itu tidak mudah dan
harus melakukan keputusan yang besar sekali tanguung jawabnya dan aku menggagap itu
perjalanan hidupku juga keluargaku yang akan tertuju pada akhi yang indah dan aku tidak
membenci ayah karena ayah adalah cinta pertamaku yang selalu sayang dan tidak pernah
mebentak juga selalu menjagaku dimanapun kapanpun.

Karena dari mereka aku belajar arti sayap sejati yaitu cinta dan sayang tanpa alasan adalah
cintanya mereka kepadaku.

Anda mungkin juga menyukai