Anda di halaman 1dari 6

9 Maret 2005

Hai Namaku Nindya, aku lahir di Kalimantan Selatan tepatnya di provinsi


yang dibilang seribu sungai,dikota Martapura dan di Desa Cabi desa yang kecil yang
jarang ada orang yang tau. Aku lahir tepat pada tanggal 9 Maret 2005, tepat pada
pagi hari rabu jam 07:00. Aku dilahirkan dari ibu yang kuat dan ayah yang hebat .
Ibuku yang kuat bisa membuatku terlahir didunia ini dan ayahku yang hebat yang
selalu menjadikanku anak perempuan tersayang didalam hidupnya. Aku lahir prematur,
pada waktu usia kandungan ibuku tujuh bulan ibuku mengalami kontraksi yang
mengakibatkan kandungannya lemah dan pada saat itu juga perlu penanganan lebih
lanjut.

Ibuku bercerita pada waktu itu ibu hanya bisa pasrah pada tuhan sambil
berkata, “izinkanlah anakku terlahir kedunia ya Allah”gumamnya didalam hati sambil
menahan rasa sakit pada waktu kontraksi. Tidak berselang lama lahirlah aku kedunia,
atas izin Allah serta penantian semua keluarga yang mendo’a kan aku, ibuku bisa
melewati proses melahirkan ku sakitnya seperti tulang-tulang rusuk yang dipatahkan
secara bersamaan. Sejak aku lahir aku tinggal di rumah nenekku, ya ibu dari ibuku
ayahku pada saat itu mualaf setelah menikah dengan ibuku.

Sejak aku umur satu tahun dua bulan aku, ibu serta ayahku memutuskan untuk
pindah rumah bersamaan juga dengan pindahnya tempat kerja ayahku. Kami bertiga
pindah ke Sungai Pinang tepatnya di daerah Pengaron, desa yang kecil dan sangat
jarang ada orang yang tau. Waktu aku kecil ayahku sering sekali pulang malam kadang
subuh, ibu selelau bercerita ayahku sangat rajin berkerja dia selalu lembur
berkerja hanya untuk menafkahi aku dan ibuku.

Aku sangat sayang dengan ayahku, terlebih ibuku yang selalu sabar
menyayangiku, ibu pernah bilang pada saat itu perekonomian keluargaku sangat tidak
stabil, ibuku memutuskan untuk mencari perkerjaan sampingan dengan berjualan
sembako didepan rumah.

Ibuku bilang kepada ayahku “ bagaimana kalau kita berjualan sembako saja
didepan rumah untuk tambah-tambah pemasukan kita ?” kata ibuku sambil bertanya
kepada ayahku. Ayahku terdiam lalu menjawab pertanyaan ibuku “boleh saja bu, tapi
apa sebaiknya kita fikirkan lagi rencana ini?”. ucap ayahku sambil memegang tangan
ibuku.

Berselang seminggu ayahku setuju dengan ide ibuku untuk berjualan didepan
rumah, ayahku dengan penuh semangat membuatkan kursi bahkan meja untuk ibuku
berjualan, selang beberapa jam semuapun selesai, ibuku mulai merapikan dan
membersihkan meja kursi tersebut. Setelah semuanya telah tersusun rapi ibuku mulai
berbelanja ke toko grosir sembako, aku dirumah bersama ayahku kebetulan ayah lagi
libur berkerja pada hari itu. Sampailah ibuku dirumah dengan membawa dua keranjang
yang dipenuhi banyak sembako untuk dijual kembali besok hari, tak lupa juga ibuku
membeli wortel dan jagung makanan kesukaan aku pada waktu itu. Keesokan harinya
hari pertama ibuku berjualan, dengan semangatnya ibu membuka warung tepat pada jam
tujuh pagi, yang suasana masih sepi tak lupa juga ibuku membuatkan secangkir kopi
panas untuk ayah berangkat bekerja.

Kehidupan kami pada saat itu mungkin bisa dibilang orang tidak mampu tapi
entah mengapa berapapun rezeki yang Allah berikan kepada ayah dan ibuku selalu
sangat cukup untuk kami bertiga.dari dulu aku dididik untuk selalu hidup bersyukur
dan ikhlas menerima segala sesuatu yang telah diberikan Allah dengan merasa cukup.

Beranjak umur tiga tahun aku masih di Sungai Pinang, hanya saja ayahku yang
mendapatkan penempatan kerja di Buntok Kalimantan Tengah, jarak dari kerjaan ke
rumah yang jauh menjadi tumpu ayahku untuk pulang satu minggu bahkan satu bulan
sekali kerumah.
Kami hidup disini hanya berdua, aku dan ibuku tidak ada keluarga ataupun
kerabat disini, ibuku setiap harinya selalu membuka warung dari jam tujuh pagi dan
menutupnya pada jam delapan malam, ibu selalu bilang Alhamdulillah pada saat warung
ditutup karena seberapa besarnya rezeki yang kita dapatkan hari ini, hanya Allah
lah yang maha memberi semua itu.

Tak terasa satu bulan berlalu lamanya ayahku berkerja, pada suatu hari ayah
pulang dengan membawakan buah tangan dari tempat kerjanya yaitu durian, dodol dan
masih banyak lagi macamnya. Ibu selalu berkata kepadaku ayah sangat sayang
kepadaku, dia selalu ingat dimanapun dan kapanpun dia berada.

Menginjak usiaku tiga tahun pada saat itu aku diikutkan lomba balita sehat
oleh ibu dan ayah, alhamdulillahnya aku mendapatkan juara kedua ibu dan ayahku
senang dan selalu memberikan ucapan demi ucapan selamat kepadaku.

Juri pada lomba tersebut berkata “ anaknya lucu sekali dan sehat, semoga
jadi anak yang pintar ya anak” ucap juri kepada ku sambil memberikan hadiah berupa
dispenser kepada kedua orang tuaku.

Tak selang beberapa bulan ibu dan ayah memutuskan untuk pindah lagi ke Cabi,
ayahku membeli tanah disekitar kediaman nenekku di cabi dan membeli satu rumah
untuk dijadikan tempat tinggal kami.

Akupun akhirnya beranjak pergi dari desa yang sudah hampir dua tahun aku
tinggali ini perasaan ibuku yang terharu dibarengi dengan tangisan membuat ibuku
berkata kepada ayahku sambil mengelus kepalaku “ suatu saat desa ini menjadi salah
satu kenangan untuk keluarga kita, suka duka kita lewati disini”. sambil menangis
ibuku berkata seperti itu.

Tak hanya itu ayah juga berkata “ ya… kita disini banyak sekali merasakan
asam garamnya kehidupan, ayah bangga pada ibu” tutur ayah sambil memeluk ibu dan
aku. Akhirnya dengan berat hati kami pun pergi dari desa ini, dengan mengangkut
barang-barang kami menggunakan mobil angkutan yang disewa ayahku, akhirnya kami
meninggalkan tempat ini.

Sesampainya di desa Cabi, kami telah disambut dengan hangat oleh keluarga.
Nenek ku datang menghampiriku sambil berkata “ alhamdulillah cucu ku akhirnya bisa
bertemu denganmu”. ucap nenek sambil memelukku.

Sesampainya di Cabi ibu dan ayahku menurunkan barang-barang perabotan


dibantu oleh pamanku.

Aku, ayah dan ibuku akhirnya kembali lagi kedesa tempat kelahiranku ini, di sini
semuanya berjalan dengan lancar. Satu minggu kemudian setelah semua selesai ayahku
memutuskan untuk pergi lagi berkerja, ayahku berangkat dijemput bus perusahaan,
isak tangis ku tak tertahankan kata ibuku aku selalu menangis setiap kali ayah
berangkat berkerja, itulah alasan ayahku selalu pulang menepati janjinya setiap
satu bulan sekali.

Satu tahun berlalu, aku menginjak usia empat tahun usia dimana aku sudah
harus memasuki Taman kanak-kanak (TK). awal pertama masuk TK setiap harinya aku
selalu diantar jemput ibuku. Ibu selalu mengantarkanku lalu pulang dan jika waktu
aku pulang tiba ibu selalu menjemputku tepat waktu. Kata ibu aku anak yang pintar,
selalu mendapat bintang lima dari guru-guru di TK dan sedari TK kecil aku
sudah bisa membaca. Karena ibu menurutku orang yang keras, namun juga tegas dalam
segala hal. Aku sangat bangga menjadi anak ibu, aku sayang ibu!.

Dua hari selangnya aku bersekolah, aku berteman dengan Lala dan Tia, ya dia
menjadi temanku waktu TK. Rumahnya Lala dekat denganku namun aku baru tahu dia
waktu aku TK, maklum saja aku tidak pernah keluar rumah dari waktu aku pindah ke
Cabi sampai TK. Kalaupun keluar rumah aku hanya keluar untuk keperluan saja, aku
selalu bermain didalam rumah sendiri, tahu sendirilah ayahku tidak membolehkan aku
keluar rumah untuk berteman, entahlah alasannya mengapa tapi terkadang aku juga
bertanya tanya. Aku pernah bertanya kepada ibuku mengapa ayah tidak memperbolehkan
aku keluar rumah ibuku selalu menjawab “ayah tidak mau kamu kenapa kenapa”. Ya
begitulah jawaban ibuku jika aku tanya. Setelah pulang sekolah aku pasti selalu
bermain dirumah sendiri, ya mungkin ibuku selalu bilang kalau bermain sendiri itu
menyenangkan, tapi aku selalu bertanya didalam hati “ kenapa aku tidak boleh
bermain bersama teman-teman dekat rumah ibu?”. Aku bertanya sendiri pada diriku.

Hari demi hari ku jalani, sampai aku menginjak usia lima tahun aku duduk
dibangku TK besar. Oh iya, aku belum kasih tahu kalau kemaren waktu pembagian
raport aku diumumkan menjadi juara satu loh di TK kecil, senang sekali dengan
prestasi diriku sendiri, ibuku selalu bangga dengan perjuanganku selama ini, tak
lupa juga aku mengucapkan terima kasih kepada ibuku yang telah berusaha keras
membimbingku dalam belajar.

Pada suatu hari, waktu aku disekolah akupun ingin sekali rasanya buang air
kecil namun guruku pada waktu itu berkata “tahan dulu ya anak sampai istirahat,
sebentar lagi ko!”. Kata guruku sambil tersenyum padaku. Aku tidak tahan lagi,
sampai akhirnya aku kencing di celana dengan perasaan malu aku berkata kepada
guruku “maaf ibu, saya sudah kencing dicelana”. Guruku terkejut mendengar ucapanku
sembari berkata “Astagfirullah, kalau begitu dari tadi ibu antarkan kamu ke wc”.
Kata guruku sambil menggelengkan kepala.

Ya, malu sangat malu pada sata itu bagaimana tidak aku seperti siput dipepes
diam tak berkutik.
Guruku hanya bisa menelfon mamaku lalu melaporkan kejadian aku tersebut kepada
ibuku. Tak berselang lama ibuku menjemputku, dengan gugupnya aku pada saat itu,
lalu ibuku berkata “gapapa, ayok kita pulang dulu ya belajarnya bisa dilanjutkan
besok ya” kata ibuku sambil mengelus rambutku pada saat itu. Guruku juga berkata
yang sama “pulang saja dulu ya nak, nanti lanjutkan tugasnya dirumah” kata guruku.

Aku yang pada saat itu menahan rasa malu dihadapan semua temanku, bagaimana
tidak mereka melihatku sambil tertawa aku bagaikan lelucon buat mereka. “huhh..
untung saja aku tidak menangis” gumamku dalam hati sambil mengelus dadaku.

Sesampainya dirumah, ibuku langsung bergegas memandikanku, ya maklum saja


aku masih jadi anak manja yang apa-apa selalu dibantu ibuku, hehehehe…

Tak terasa waktu memang cepat berlalu, tiba pada masanya aku telah
menyelesakan bangku TK besarku dan siap melanjutkan ketingkat Sekolah Dasar (SD).
Perpisahan di Tk membuat aku menangis bagaimana tidak aku harus berpisah dengan
guru-guruku yang telah mendidikku selama dua tahun, berpisah dengan teman yang
sudah aku anggap sahabat. Aku, Lala dan Tia tidak bersekolah lanjutan yang sama,
Lala yang bersekolah SD di Simpang Empat, aku yang bersekolah di SD Cabi dan Tia
bersekolah di Banjarbaru. Sedih sebenarnya berpisah dengam teman-temanku yang lain
juga, semoga kira semua dieprtemukan dilain waktu ucapku dalam hati pada saat itu.

Ya, hari senin pertama dibulan juni 2011 hari dimana pertama kalinya aku
bersekolah SD dan menginjakan kaki dikelas 1, aku diantar ibuku kesekolah SD untuk
pertama kalinya. Ibuku sangat senang melihatku tumbuh menjadi anak yang pintar dan
selalu hormat padanya, ya walaupun ayah juga kadang menyebutku anak kesayangan ayah
hehehe, padahal ibu juga sangat sayang padaku.
Aku tumbuh menjadi pribadi yang baik, sejak aku duduk dibangku SD kelas 1 aku
selalu mendapatkan nilai yang bagus dari guruku, oh iya kenalin wali kelas aku
namanya ibu Arbayah beliaulah yang mengajariku menulis, membaca serta berhitung
dengan baik. Jasa beliau sangat banyak menurutku,

beliau selalu berkata ” jadilah anak yang rajin yang bisa membanggakan kedua
orang tua”. Ucap ibu Arbayah sambil menatapku dengan senyuman manis.

Aku mempunyai cita-cita menjadi Polwan, ya maklum anak sekecilku selalu


bermimpi tinggi tanpa tahu proses dan rintangan yang berat nanti.

Aku berteman dengan siapapun tanpa terkecuali. Tapi ada satu teman baikku
yang selalu bersamaku setiap jam istirahat, namanya Diska dia teman yang sangat
baik. Ibunya juga kenal denganku bagaimana tidak waktu pertama kalinya menginjakan
kaki dikelas 1 aku sudah mengenalnya karena dia adalah teman sebangku ku.

Waktu berlalu tibanya aku naik kekelas 2, perasaan campur aduk ada dibenakku
sambil berkata dengan ibuku “bagaimana ya bu nilai raport nindya, semoga hasilnya
memuaskan ya bu”. Ucapku sambil menadahkan tangan sambil mengucap doa dalam hati.
“yakin saja dengan hasil kamu nak, usaha kamu tidak mungkin menghianati hasil, ibu
selalu mendoakanmu”. Ucap ibuku sambil memelukku.

Sesampainya di sekolah, aku dan Diska menunggu ibu Arbayah masuk kekelas
membagikan raport kami. Tiba tiba suara langkah kaki ibu Arbayah pun terdengar
jelas dan memasuki ruangan kelas 1 sambil mengucapkan salam
“assalamualaikum anak-anak, sudah siap?…..”. ucap ibu Arbayah sambil tersenyum
kepada kami anak-anak kelas 1, semua serentak menjawab “siap bu..”. aku yang pada
saat sangat-sangat gugup memilih untuk tidak menjawab pertanyaan ibu Arbayah
tersebut.

Tibalah namaku disebut “Nindya Juwita Fatma, ayo anak” ucap ibu Arbayah
meyuruhku maju kedepan mengambil raportku.

Dengan perasaan gugup aku berdiri maju kedepan untuk mengambil raportku.
“selamat nak, kamu memang anak pintar dan rajin sudah semestinya kami mendapatkan
hasil dari usahamu sendiri”. Ucap ibu Arbayah kepadaku sambil menyalami ku. Oh iya
ibu Arbayah juga sempat bilang aku dan ibuku bagai pinang dibelah dua, dulu ibuku
juga sering juara kelas dan sangat rajin waktu SD.

Tibalah aku menginjakan kaki dikelas 2, ya aku selalu mempertahankan


prestasi yang telah aku dapatkan dari aku TK.

Beberapa tahun kemudian, tiba saatnya aku dikelas 6 ya, kelas terakhir
dalam tingkat SD. Selalu aku ingat kata-kata ibu dan ayahku, yang selalu berkata “
jika aku mendapatkan nilai terbaik Ujian Nasional aku dibelikan sepeda”. Ucap
ayahku kepadaku sambil dibarengi ibuku.

Tiba saatnya perpisahan sekolah SD ku, aku benar-benar gugup pada saat itu,
bagaimana tidak ayah dan ibuku diundang untuk berhadir di acara perpisahan ku.
Tibalah saatnya pengumuman nilai tertinggi Ujian Nasional. Dengan perasaan gugup
aku duduk didekar ibuku sambil memejamkan mata dan berdoa dalam hati.

Pada saat guru menyebutkan siapa nilai yang tertinggi, ya pada saat yang
pertama kalinya aku menangis disana dipangkuan ibuku, benar saja namaku disebutkan
menjadi juara pertama dan nilai tertinggi Ujian Sekolah, bahagia campur haru aku
rasakan. Aku dan ibuku maju kedepan panggung mengambil piala dan piagam
penghargaanku. Betapa bangganya ibuku kepadaku pada saat itu.

Sesampainya dirumah aku kaget dengan adanya sepeda parkir didepan


rumahku. Bagaimana tidak sepeda yang selama ini selalu aku dambakan, warnanya yang
sangat aku suka membuatku terkejut dengan keberadaan sepeda parkir didepan rumah.
Langsung kutanyakan kepada ayahku “ ayah sepeda siapa parkir didepan
rumah ini ya?”.
Ayahku langsung menjawab “ ini sepeda untukmu, belajar yang rajin ya anak, nanti
jika sudah berada dikelas 7 MTs kamu bisa menggunakan sepeda ini untuk berangkat
sekolah”. Ucap ayahku sambil memelukku dengan rasa bangga.

Tiba saatnya aku sekolah MTs ya aku bersekolah MTs di MTsN 9 Banjar, yang
jaraknya yang jauh dari rumah membuat ibu dan ayahku memutuskan aku naik taksi saat
aku berangkat dan pergi. Ya, saat aku MTs aku selalu menjadi juara kelas, semua aku
pertahankan nilaiku menjadi lebih meningkat lagi dan selalu berusaha membuat orang
tuaku bangga.

Aku duduk dikelas VIIC, waktu awal aku masuk sekolah aku tidak mempunyai
teman karena aku sendiri yang berasal daei daerah Cabi yang bersekolah di MTsN 9
Banjar. Aku dikenal sebagai orang yang aktif dalam berorganisasi dan bersosialisasi
bagaimana tidak aku ikut serta mendaftarkan sebagai pengurus osis dan mengikuti
beberapa eskul.

Aku banyak mempunyai teman, dari yang seangkatanku, ade kelasku bahkan kaka
kelas semua ku anggap teman, oh iya untuk kesekian kalinya aku menjadi ketua kelas
dalam kelas ku.

Singkar cerita, aku naik ke kelas XIIIB dan berteman baik dengan teman
sekelasku. Aku juga mengikuti pekan perkemahan Mahesi Galang di pesantren
Hidayatullah, aku turut serta dalam kgiatan tersebut. Dan alhamdulillah gugus
sekolahku masuk dalam kategori gugus terbaik. Senangnya hatiku dan semua teman-
teman ku mendengar pengumuman itu.

Hampir satu tahun aku duduk dibangku kelas XIII, sampailah akhir dimana aku
berada dikelas IX, dimana kelas terakhir dalam masa MTs ini. Perasaan haru dan
campur aduk berada pada diriku, bagaimana tidak aku sudah remaja diusia ini. Selang
beberapa bulan berlalu, tiba-tiba dunia dikejutkan dengan wabah virus yang berasal
dari Wuhan, Cina yaitu virus Covid 19 yang menyebar sampai ke Indonesia.

Sekolah ku pun meliburkan semua kegiatan belajar mengajar, kami


diperintahkan untuk belajar dari rumah, sampai pada akhirnya libur dua minggu
berlanjut menjadi dua bulan hingga tibalah hari dimana aku lulus. Sedih sebenarnya
tidak ada acara perpisahan dan lainnya. Semua terasa hampa karena kami dicap
sebagai lulusan corona atau covid 19.

Dan Alhamdulillah nya aku menjadi lulusan terbaik dan peraih nilai
tertinggi. Senang sekali rasanya pada waktu itu bisa selalu membanggakan kedua
orang tuaku yang telah susah payah memberikan apapun itu yang ku mau. Betapa
bangganya ibuku padaku, aku berhasil masuk kesekolah favorit di daerah ku sendiri
yaitu SMAN 1 Martapura, senang rasanya.

ibu selalu bangga padaku dan jika ada teman ibuku yang bertanya “ Nindya
melanjutkan sekolah ke SMA mana?” ibuku selalu menjawab dengan semangat “ Nindya
bersekolah di SMAN 1 Martapura”. Ujar ibuku.

Satu persatu keinginanku terwujud, salah satunya ingin bersekolah di SMAN 1


Martapura, betapa bangganya aku bisa masuk di SMAN 1 Martapura dengan jalur
Prestasi Akademik. Pada tahun itu, di daerahku tidak ada sama sekali yang masuk SMA
favorit ini, hanya akulah yang bersekolah disini. “Aku bangga dengan diriku
sendiri”. ucap diriku dalam hati.
Berbarengan dengan itu, adikku lahir yang bernama Nayara Feregrina, ya sebuah
nama dariku yang ku beru untuk adikku tercinta. Aku sayang sekali dengan adikku.
Lahirnya adikku melengkapi kebahagiaan keluargaku.

Sebenarnya aku juga sedih, bagaimana tidak aku harus belajar dari jarak jauh
dan tidak bisa bertemu dengan teman-teman SMA ku secara bertatap muka. Tapi
Alhamdulillah nya teman satu kelasku baik-baik semua. Pada saat pemilihan ketua
kelas aku mencalonkan diriku untuk menjadi ketua kelas pada saat itu, ya namanya
saja belajar dari rumah, pemilihan organisasi kelas saja dilakukan secara online.
Sampai akhirnya aku terpilih menjadi ketua kelas. Sampai sekarang aku duduk
dibangku kelas XII aku tetap menjabat sebagai ketua kelas. Bangga bisa sampai
dititik ini, ayah yang selalu mati-matian berkerja keras untuk aku dan ibuku agar
bisa bahagia, dan ibu yang selalu berusaha mendoakan dan memberikan yang terbaik
untukku. Aku bersyukur mempunyai orang tua seperti ibu dan ayahku, semoga mereka
selalu dalam lindungan Allah dan semoga dipanjangkan umur mereka agar bisa melihat
aku sukses, aamiin

Mungkin ada banyak keinginan yang ingin kucapai, salah satunya ingin
berkuliah deki bisa melanjutkan belajarku ketingkat yang lebih tinggi. Semoga
apapun yang aku harapkan nantinya akan tercapai, aku selalu berusaha menjadi yang
lebih baik untuk diriku, ibuku dan ayahku!

Terima kasih ayah dan ibu, kalian berdua selalu berada dihatiku. Aku sangat sayang
padamu!.

Anda mungkin juga menyukai