Anda di halaman 1dari 10

JUDUL :

KEBAHAGIAAN BERAWAL DARI KESEDIHAN

- Masa kecil

Pada saat itu aku masih berumur 3 tahun disaat itulah aku harus berpisah dengan kedua orang tuaku
karena mungkin mereka tidak cocok lagi. Disaat itulah aku menjadi pendiam dan tidak suka berinteraksi
sama kawan ataupun keluargaku sekalipun.

Aku tinggal dengan mamaku pada saat itu, entah kenapa sebab dan akibatnya aku tidak boleh berjumpa
dengan ayahku sndiri sampai-sampai aku jumpa ayahku pun dengan cara diam-diam tanpa
sepengetahuan mama, sulit bukan?

“ Ma? kenapa mama gak boleh izinkan kakak jumpa sama ayah?” Tanyaku.

“Bukan gak boleh ka , tapi sebaiknya tidak usah mama gak suka,” jawab mamaku.

Disaat itu, mama sayang sekali samaku sampai aku ngaji diantar, hujan-hujanan pun diantar.

Disaat sekolah tiba

Waktu masuk pertama kali sekolah semua teman — teman diantar dengan orang tuanya tetapi hanya
akulah yang tidak pernah diantar ataupun ditunggui dengan orang tuaku kupikir tidak apalah aku kan
anak yg kuat dan hebat jadi tidak perlu ditemani lagian juga sekolah SD ku dekat dengan rumahku
sendiri. Akupun ikut dengan guru, aku mengikutin dia belakang nama guru itu Bu Haji entah kenapa
dipanggil Bu Haji akupun tidak tahu yg jelas semua guru dan murid lainnya manggil dia Bu Haji, sesampai
di depan kelas aku dipersilahkan untuk mengenalkan diri terlebih dahulu.

“ Baik, sekarang kita punya teman baru, silahkan kenalkan nama kamu,.”Bu Haji berkata

“Nama saya Halimah Tusa’diah, “ ucapku

Dan Buk Haji mempersilahkan duduk untukku

“Halimah duduk di dekat Anisa ya?”ucapnya

“Iya Bu”jawabku

Akhirnya dudu lah aku dengan si Anisa tersebut.

“Hai”ucapnya.

“Hmm,hai “ jawabku seadanya.

Kami tidak banyak omong karena aku tidak suka basa basi apalagi semenjak ayah sama mama pisah aku
jdi malas untuk berbicara.
Eits tetapi tidak disitu saja, aku disekolah itu bersama adikku yang umurnya beda satu tahun denganku,
aku juga bingung kenapa dia bisa masuk SD padahal umurnya masih 6 tahun sementara anak SD masuk
umurnya 7 tahun mungkin , karena dia tinggi dan tidak kelihatan bahwa dia berumur 6 tahun dan alasan
lainnya sih katanya dia biar bisa menjagaku di sekolah nanti.

Pada saat itu aku merasa hidupku

sedikit mulai sedikit kembali berwarna tapi aku merasa kehilangan keluarga yang utuh. Aku iri dengan
temanku yg selalu bersama keluarganya tetapi aku ingat apa yang ayah pernah ucapkan kepadaku

“Jangan iri karena jika kita iri tandanya kita tidak mampu dengan apa yg mereka punya.”

Dan aku mulai senyum mengingat ucapan ayahku

Sungguh rindunya aku dengan sosok seorang ayah yang selalu aku peluk jika aku tidur

“Mungkin ini takdir yg dibeli Allah untukku, Allah sedang mengujiku.” Ucap bathinku.

Pulang skolah aku cerita smua apa yang aku alami saat masuk ke sekolah SD pertamaku kepada mama

Dan saat itu tiba-tiba temanku memanggilku Lala namanya dia memang sahabatku dari kecil mungkin
dari kami belum lahir hhhhehhe.

“Dheaaaaa,” panggilnya.

“Saya kenapa La?” Jawabku

“Maen yok tempat Hilda,” ucapnya.

Dan yah Hilda itu adalah sahabat kami juga tetapi kami dengan Hilda beda sekolah.

Dan dia juga sahabat dari kami belum lahir kami memang selalu bertiga adapun yang masuk dalam
persahabatan kami, itu pasti tidak akan lama karena ya memang ginilah kami ceplas ceplos yang suka
buat orang sakit hati hahahaha.

Dan sebelum aku menjawab pertanyaan dri Lala mama datang dan berkata” Gak bisa La, Dhea mau tidur
siang dulu nanti sore aja ya mainnya.”

Disitulah aku merasa bersalah sama Lala.

“La maaf ya gak papakan” ucapku.

“Iya gak papa De kita maen sore aja,” ucapnya

Disitulah senyumku merekah. Pada saat itu aku merasa hidupku sedikit mulai sedikit kembali berwarna
tapi aku merasa kehilangan keluarga yang utuh. Aku iri dengan temanku yg selalu bersama keluarganya
tetapi aku ingat apa yang ayah pernah ucapkan kepadaku, “Jangan iri karena jika kita iri tandanya kita
tidak mampu dengan apa yg mereka punya.”
Dan aku mulai senyum mengingat ucapan ayahku. Sungguh rindunya aku dengan sosok seorang ayah
yang selalu aku peluk jika aku tidur. Dan akhirnya mereka marah sama aku dan aku hanya bisa nangis
dan terus menangis aku mau sama ayah, dan Alhamdulillah rumah ayah dengan rumah mama dekat-
dekatan karena mereka memang satu kampung

Disaat aku beranjak untuk pergi ke rumah ayahku disitulah mereka membukakan pintu untukku dan
mereka berkata, “Makanya makan itu apa adanya jngan banyak tingkah,” ucap nenek.

Aku hanya bisa diam dan menunduk. Mau tidak mau aku memakan apa yg mereka beli tadiawal dari
pertengkaran.

Disaat aku beranjak kelas 4 SD aku sudah mulai diperbolehkan untuk selalu ketemu ayahku sendiri,
entah kenpa mamaku tiba-tiba berubah pikiran akupun tidak tahu yang jelas mama selalu tidak di rumah
jadi aku minta izin sama nenek untuk bertemu sama mama dan akhirnya dikasi tetapi pulangnya harus
sebelum mama pulang. Disaat itu aku senang bisa selalu jumpa dengan ayahku.Tapi kalian kan tahu
sepandai-pandainya pun kita menyembunyikan sesuatu pasti akan tercium juga bangkainya. Akhirnya
aku ketahuan sama mama kalau aku selalu jumpa dengan ayah tanpa sepengetahuan mama dan disitu
aku dimarahi.

“ Dah kubilang gak usah jumpa sama ayahmu itu” ucapnya sampai matanya tajam menatapku.

Aku tidak berani menjawab aku hanya diam dan tunduk karena aku takut kalau mama sedang marah.
Dan akhirnya marahnya pun reda karena telah dinasehati oleh nenek. Dan akhirnya mamapun selalu
mengijinin aku jumpa dengan ayahku.

Tapi aku sedih disaat itu ayah pergi merantau kerja ke luar kota dan aku disitu hanya bisa bermain
dengan bapakku yaitu adik ayahku. Aku sangat menyayanginya dan diapun juga begitu

“Pak jalan-jalan, yok,” ucapku.

“Ya udah ayok Kak” ucapnya sambil menggendongku.

“Naek sepeda aja ya, Pak.Kakak duduk disetang sepeda ok?” ucapku sambil senyum.

“ Ya udah ok kalau gitu” jawabnya.

Dan akhirnya kami jalan-jalan hanya mengelilingi rumah kami saja tapi rasanya sangatlah bahagia dan
bebanku pun merasa berkurang. Malamnya aku tertidur sambil dipeluk Bapak.

Haripun mulai larut malam dan saat malam itupun hujan mama menjemputku untuk membawaku
pulang dan nenek berkata” Biarlah Dhea tidur sini satu hari ini “ ucapnya kepada mama.

“ Enggk bisa Mak, Dhea harus pulang,” jawab mama kepada nenek.

“ Ya udah nenek diantar sama Anshor “ jawab nenek kepada mama sambil tersenyum terpaksa.
Dan malam itu juga disaat hujan hujanan aku digendong oleh Bapak Anshor hanya untuk mengantarkan
ku pulang.

Disaat hari raya tiba aku meminta maaf kepada semua keluarga mama dan keluarga ayah. Keesokan
harinya keluarga dari ayah rencana untuk pergi ke Aceh seminggu lagi.

“ Ayah, kakak ikut ya, ke Aceh “ ucapku kepada ayah.

“ Iya, Kakak ikut, “ jawab ayah kepadaku sambil mencium keningku.

“ Tapi Kakak minta izin dulu sama mama ya Yah, nanti mama marah,” ucapku dengan menundukkan
kepalaku.

“ Ya udah nanti kalau dikasi bilang kalau gak dikasi bilang ya, Kak,” ucap ayah.

“Iya, Yah nanti Kakak bilang sama Ayah “ ucapku kepada ayah.

Pulanglah aku ke rumah untuk bercerita sama mama kalau aku mau pergi ke Aceh bersama keluarga
ayah

“Mak, Mamak “ teriakku dalam rumah yg ramai

“ Kenapa Dey, “ jawab mama kepadaku.

“ Mak, Kakak boleh ikut ke Aceh,” belum sempat aku selesai ngomong, mama udah duluan memotong
omonganku,”Enggk boleh ngapain ikut mereka kesana udah bagus disini aja” ucap mama kepadaku

Aku tidak menjawab pertanyaan mama karena aku takut dengan mama.

“Kalau Mama bilang enggk ya, enggk ya Dhea,” sambung mama lagi.

“Iya, Mak,” jawabku dengan menundukkan kepala.

Perkataan mama yg selalu terngiang di pikiranku, “Kenapa aku gak boleh ikut?? Batinku

Besoknya,aku jumpa lagi dengan ayah dan kuberi tahu bahwa aku tidak dikasi ikut dengan mama dan
ikut bersama keluarga ayah ke Aceh.

“Ayah, Kakak gak dikasih ikut sama Mama “dengan muka yang sudah melemas dan mata yang sembab
karena menangis semalam.

“Enggak, Kakak boleh ikut kok udah Kakak ikut aja kalau masalah mama ayah yang urus,” ucap ayah
sambil menenangkanku.

“ Tapi Yah, Mama nanti marah sama Kakak” ucapku kembali kepada ayah.

“Enggak Lo Kak, Mama gak marah sama Kakak udah Kakak pergi aja nanti ya, ikut sama nenek” ucap
ayah kembali.
“Ya udah yah,” ucapku sambil memeluk ayah.

Sudah 3 orang yg meminta izin kepada mama supaya aku diperbolehkan ikut ke Aceh bareng keluarga
tetapi jawaban tetap sama yaitu tidak diizinkan.

Ya udahlah Nek, gak papa kakak gak ikut” ucapku kepada nenek.

“ Mamamu lucu masak ikut sama nenek aja gak boleh” ucap nenek sambil marah tetapi tidak marah
kepadaku melainkan marah kepada mama.

“Ya udah gak papa Nek,” ucapku untuk meyakinkan nenek bahwa aku its ok.

Tiba saat keberangkatan keluarga ayah ke Aceh, aku tidak boleh dikasi keluar oleh mama tetapi aku
harus keluar karena aku bakal ikut pergi.

Akhirnya idepun keluar dari otakkuN

“Mak ,Nek, Dhea ngambil tas dulu ya ke rumah ayah” ucapku meyakinkan mereka kalau aku tidak
bohong.

“Tapi balek lagi ya jngan nyangkut nanti kita mau pergi arisan,” ucap nenek kepadaku.

Aku hanya menjawab anggukan dari kepalaku. Akhirnya keluar juga batinku

Sesampai dirumah ayah aku melihat semuanya sudah pada siap dan akan berangkat sebentar lagi

Aku menceritakan semua sama ayah alasanku tadi kenapa aku bisa keluar rumah dan ayah berkata “
udah Kakak ikut aja sana cepat ganti baju kalau masalah mama biar ayah yang urus.”

“ Ayah yang bener nanti mama marah sama Kakak,” ucapku.

“ Iya, udah cepat sana selak mama datang” ucap ayah kepadaku dan kira-kira aku semacam diculik gitu
yakan hahahahah.

- Pertengkaran

Akhirnya akupun pergi, enggak lama sampai sana ibu (adik ayah) menetelepon ayah untuk memberitahu
bahwa mamaku ngamuk karena aku pergi ke Aceh. Dan aku cemas aku takut disaat itu aku rasanya ingin
sekali pulang ke Medan tetapi ayah bilang bahwa besok kami akan kembali ke Medan. Keesokan harinya
akhirnya aku pulang ke Medan bersama keluarga ayahku.

“Buk, kek mana ini Mamak marah,” ucapku sedih kepada ibuku (adik ayahku).

“Enggak mama gak akan marah sama Kakak kan ada Ibu” ucapnya menenangkanku.

Disitulah aku tertidur dipangkuannya walaupun ibuku mempunyai anak tetapi akulah yag dipentingkan
dia dulu, begitu bahagianya aku. Tiba sampainya di Medan agak malam aku pulang ke rumah mama dan
hasilnya sama yang aku bayangkan yaitu bajuku sudah di depan pintu dan alhasil aku diusir dari rumah.
“Mamakkk assalamualaikum,” teriakku memanggil mamak agar pintu rumah dibukakannya.

“Iya, oooo bagus ya sudah kubilang jangan ikut orang itu masih aja kau ikut sama mereka gak pernah
mau dengerin apa yg aku bilang,” ucap mama meninggikan suaranya.

Akupun gak berani karena semua orang di rumah itu memarahiku.

“Ya udah kau susun semua baju kau ini jangan pernah kau anggap nenek sini nenek kau lagi jangan
pernah kau anggap ibumu atokmu atau siapapun yg ada di rumah ini keluarga kau lagi, keluarga kau
hanya keluarga dari ayahmu dan jangan bawa barang yang udah pernah mama kau belikan, “ ucap
nenek memarahiku. Aku membawa semua barangku dan aku meninggalkan semua barang yang dibeli
oleh mamaku termasuk baju sekolah, tas semua dan semua peralatan sekolah. Akupun menangis begitu
teganya mereka membuang aku gitu saja. Aku memang salah tetapi apakah pantas aku diperbuat seperti
ini? Akupun membawa semua barangku yg sudah dibeli dari ayah.

Di rumah ayah

“ Ayahhhhh “ panggilku sambil menangis sejadinya dan langsung memeluk ayah.

“Kenapa Kak kok semua barang dibawa “ ucap ayah cemas kepadaku.

“Ayah, Kakak diusir sama mama karena ikut ke Aceh” ucapku kepada ayah sambil menunduk.

“ Ya udah Kakak tinggal sama ayah aja nanti semua ayah belikan untuk Kakak ya,” ucap ayah kepadaku.

“Tapi Yah semua baju sekolah gak boleh dibawa sama mama karena mama yang belikan” ucapku kepada
ayah.

“Loh kok gitu Kak, kok tega kali mama sama Kakak” ucap ayah dengan muka yang sudah merah karena
menahan emosinya.

“ Iya Yah, Nenek sana bilang jangan anggap mereka keluarga lagi dan semua barang yang dibeliin mama
gak boleh dibawa” ucapku sedih kepada ayah.

“ Ya udah-ya udah gak papa nanti kita beli lagi ya,” ucap ayah menenangkanku.

“Iya, Yah “ sambil memeluk ayah.

Disaat itulah aku tinggal sama ayah dan nenek dari ayah pontang panting mencarikan baju untukku dan
alhamdulillah ada yang memberikan aku baju sekolah walaupun itu tidak baru. Karena baju sekolahnya
kebesaran dibadanku akhirnya nenek mengecilkannya hanya untukku. Betapa berkorbannya keluarga
ayah agar aku bisa sekolah.Dan semenjak kejadian pertengkaran itu aku tidak sekolah untuk beberapa
hari karena tidak memiliki baju sekolah.

Dan keluarga mama tidak ada pedulinya sama sekali. Mungkin mereka memang sudah tidak
menganggap ku anak lagi.Akupun sudah tidak perduli lagi terhadap mereka.Dan ya guru tahu masalah
aku makanya aku diperbolehkan untuk tidak bersekolah beberapa hari karena rumah guruku dan
rumahku saling berdekatan.

Masa remaja

Dan saat kejadian itu aku tinggal bersama ibuku (adik ayahku). Tadinya hidupku merasa berwarna
kembali dan akhirnya tidak berwarna lagi tetapi skarang saat aku bersama ibuku ,hidupku merasa
berwarna kembali dan aku tidak memikirkan beda yg ada dihidupku.

Aku merasa aku anak ibuku akulah anak mereka sampai aku sudah lupa siapa orang tuaku sebenarnya
karena ibuku sudah menjadi ibu yang terbaik untukku.

“Bu besok jalan jalan kita ya” ucapku kepada ibuku.

“Iya besok kita jalan-jalan ok,” ucapnya kepadaku.

Keesokan nya aku pergi jalan-jalan bersama ibuku dan anak anaknya aku merasa memiliki keluarga yang
utuh walaupun bukan keluarga sebenarku.

Aku yakin Allah maha adil mungkin saat ini aku hanya diurus oleh ibuku tapi suatu saat nnti pasti aku
akan diurus oleh orang tuaku walaupun itu utuh lagi.

Masa SMP

Setelah aku lulus SD dari saat itu aku selalu bersama ibuku yang aku gak tau mamaku dimana dan
ayahku dimana karena aku sudah merasa nyaman sama ibuku. Jadi untuk mencari keberadaan mamaku
pun aku sudah malas karena ya mereka kan tidak menganggap ku lagi sebagai keluarga jadi untuk apa
aku memikirkan mereka. Memang kejam sih tapi semua perbuatan mereka yang telah mereka lakukan
pasti akan selalu aku ingat. Tapi maaf aku aku tidak dendam hanya saja aku ingat apa yg telah mereka
lakukan kepadaku.

Saat aku mau daftar SMP aku selalu ditemani ibuku ,memanglah ibuku ini berjasa kepadaku

“Bu, Kakak masuk mana ya,” aku bertanya kepada ibuku.

“Kakak masuk negeri saja nanti kita tes di negeri 24” ucap ibuku.

“Ya udah Bu tapi kalau gak lulus cemana Bu,” ucapku kepada ibu.

“ Lulus itu gak boleh bilang gitu,omongan itu doa ingat itu” ucapnya meyakinkan aku.

“Ya udah bsok kita ke sana ya,” sambungnya lagi kepadaku.

Dan aku hanya menjawab dengan anggukan saja.

Malam harinya, “Bu apa aja ini yang mau dibawa Bu, Kakak gak tahu” teriakku memanggil ibu di dapur
“Udah nanti ibu susun semua, mapnya letak saja disitu Kakak makan dulu panggil semua Adek” “ ucap
ibu dari arah dapur.

Akupun pergi keluar untuk memanggil adikku agar makan malam. Di meja makan kami hanya diam dan
hanya mendengan suara sendok yg berlaga dengan garpu, macam macam orang luar negeri gitu ya kan
hahahaha.

Ya namanya baru belajar biasanya kan pakai tangan maklum aja, ya kan.

Besok harinya,”Bu ayoklah Kakak dah siap” ucapku kepada ibu.

“Ya udah ayok bawa semua persyaratannya biar nanti kita gak balek” lagi “ ucap ibu kepadaku

“Dimana Buk kertas”nya “ teriakku dari dalam rumah.

“Itu di meja kamar, “ teriak ibu dari luar rumah kepadaku.

Saat itu dapat kertas yang mau aku bawa akhirnya pun aku pergi dengan ibu ke SMP negeri 24 Medan
yang terletak di jalan Metal. Iya metal sih karena orang — orang banyak bilang jalan Metal. Sesampainya
tiba di SMP negeri 24 aku dan ibu mendaftar untuk aku sekolah dan akhirnya alhamdulillah nilai akhir
ujian aku pas dengan persyaratannya. Akhirnya enggak lama pengumuman akupun lulus masuk SMP
negeri 24 Medan. Semuanya yang ngurus ibuku, dialah yang sudah menemaniku mulai dari aku
pendaftaran sampai aku lulus.

Waktu pun terus berjalan dan akhirnya pembagian rapot semester ganjil pun telah berlangsun. Semua
murid membawa mama mereka masing masing sementara aku membawa ibuku karena dialah orang
tuaku sekarang ini. Akhirnya guruku pun mengumumkan siapa juara 1–3.

“ Baik, ibu akan mengumumkan siapa juara 3 terlebih dahulu, “ guruku berkata.

Aku deg-degan yang ada dipikiran ku adalah akulah yg rangking 3

Dannn akhirnyaaa

“ Juara 3 adalahhhhh ibu berikan atas namaaa”

Akupun mulai deg-degan apakah yg dibilang guruku itu bener apa tidak namaku akan dipanggil?

“ Halimah tusa’diah “ ucap guruku.

Dan yahhh aku yang dipanggil oleh guruku dan ibuku maju ke depan untuk menggambil rapot dan piala
serta akupun mendampingi ibuku. Betapa bahagia nya aku mendapatkan juara 3 aku tidak menyangka
akan semua ini. Terimakasih ya Allah…

Di dalam pikiranku seandainya mama tahu akan semua ini pasti dia sangat bahagia tetapi apa boleh buat
mereka sudah tidak menganggap ku lagi miris sekali hidupku.

- Kembalinya aku kepada mereka


Hari demi hari pun terlewati ,akhirnya aku naik kelas 2 SMP. Dan enggak lama aku beranjak kls 2 SMP
aku disapa kembali oleh keluarga dari mama, akupun tidak tahu kenapa tiba-tiba mereka menyapaku
padahal dulunya mereka bilang aku jangan menganggap mereka keluargaku lagi.

Dengan mereka menyapaku aku hanya balas dengan senyuman yang terpaksa karena apa yang mereka
lakukan masih teringat di dalam memori otakku hahaha Akupun cerita kepada ibuku mereka kenapa tiba
tiba senyum kepadaku hahahah lucu kalau diingat ingat mah.Dan saat itulah aku mulai kembali akrab
dengan keluarga mama kembali.

Jangan salah dulu, walaupun aku akrab dengan mereka bukan berarti aku melupakan semua yang telah
mereka perbuat kepadaku.

. Awal mula kembalinya

Aku diajak sama mamaku untuk jalan-jalan akupun tidak tahu apa sebabnya mereka mengajakku jalan
dengan mereka. Awalnya aku tidak mau tetapi akhirnya aku dipaksa nenek dari ayah untuk ikut katanya.

“ Udah sana kakak ikut saja mana tahu mama ada hal penting yg mau diomongkan, “ ucap nenek
kepadaku.

“ Tapi Kakak gak mau, Nek “ ucapku kepada nenek.

“ Udah, Kakak gak boleh gitu itu kan mama Kakak, katanya Kakak pingin merasakan kasih sayang dari
seorang mama,” ucap nenek.

Dan ya benar aku dari dulu pingin sekali merasakan kasih sayang seorang mama tetapi sampai saat itu
aku belum dapat. Hasilnya aku ikut mereka jalan-jalan yang entah kenapa aku disitu merasa menjadi
orang asing dengan mereka karena aku hanya diam dan gak mau ngomong sedikitpun akhirnya mama
yang membuka pembicaraan duluan denganku.

“ Dhea, Mama mau ngomong, “ ucap mama kepadaku.

“Ya udah ngomong aja, “ ucapku seadanya.

“ Mama mau kau tinggal sama Mama lagi, “ ucapnya yang membuat aku kaget karena aku tidak mau
jauh dari ayahku. Aku takut kejadian dulu terjadi lagi saat aku tidak boleh berjumpa dengan ayahku
sendiri. Disaat itu aku menolak dengan ajakannya. Tapi mama nangis dan membilang semuanya yang
membuatku sedih. Hasilnya aku diajak tidur di rumah mereka satu hari tadinya aku menolak namun
mama bilang gapapa coba dulu. Dan ya aku mencobanya dulu.

Tidak lama aku tidur disana beberapa hari aku merasa nyaman dan akhirnya aku tinggal dengan mereka

Awalnya aku merasa disayangi tapi akhirnya aku merasa menjadi babu yaps bukan babu tapi membantu
orang tua apa salahnya ya kan, tapi mereka tidak memikirkan apa yang aku rasakan capeknya saat
pulang sekolah disuru-suru.
Wahhh mungkin kalau kalian menjadi aku mungkin tidak akan sanggup tapi aku menjalani semuanya
dengan ikhlas insya Allah. Dan sampai saat ini aku tinggal sama keluarga mama dan ya ibuku adik mama
dialah yang menggantikan ibu Rifa adik ayah selama ibu Rifa ikut suaminya kembali ke Siantar.

Dan hidupku Sekarang masih ada masalah, kadang sedih kadang senang, ya begitulah hidup.

Anda mungkin juga menyukai