Anda di halaman 1dari 13

DESKRIPSI.

[Nama Tokoh di dalam cerita ini


sudah disamarkan, mohon maaf jika
ada persamaan nama dan tempat
kejadian, sebagian dari alur cerita ini
telah dirubah,dikarenakan ada
beberapa bagian cerita yang tidak
bisa di publikasikan].
[Oleh: Firman Janwar Rahayu]
[Tugas B.INDO XII IPA]

[BROKEN HOME
SEJAK DINI]
[Kisah ini ditulis menurut pengalaman pribadi]
Kebahagiaan yang tak kunjung datang

-Awal mula hancurnya keharmonisan keluarga.

Hallo,
Perkenalkan, namaku FARHAN.
Disini aku akan bercerita sedikit tentang kisah hidupku yang cukup rumit,

Jadi saat itu aku masih duduk di kelas 5 SD, kurang lebih berumur 11 tahun, terus
pada tanggal 04,03,2015, ayahku meninggal dunia dan meninggalkan kami
sekeluarga. Sejak saat itulah aku menjadi pendiam dan tidak suka berinteraksi sama
kawan ataupun keluargaku sekalipun.

Setelah 40 hari kepergian ayahku, Aku tinggal dengan kakek dan nenek (keluarga
dari Ayah) pada saat itu, entah kenapa sebab dan akibatnya aku tidak boleh
berjumpa dengan ibuku sendiri sampai-sampai aku jumpa mereka pun dengan cara
diam-diam tanpa sepengetahuan kakek, sulit bukan?

“ kek? kenapa kakek gak boleh izinkan adek jumpa sama Ibu?,” Tanyaku.

“Bukan gak boleh dek , tapi sebaiknya tidak usah kakek gak suka,” jawab kakekku.

Disitu aku cuma diam dan tidak bicara sedikitpun.

Lalu selang 1 tahun kemudian aku pun lulus sekolah dasar, dan akan masuk SMP.

-Disaat sekolah tiba

Waktu masuk pertama kali sekolah semua teman-teman diantar dengan orang
tuanya tetapi hanya akulah yang tidak pernah diantar ataupun ditunggui dengan
orang tuaku kupikir tidak apalah aku kan anak yg kuat dan hebat jadi tidak perlu
ditemani, lagian juga salah satu guru di sini masih saudaraku sendiri. Lalu Akupun
ikut dengan guru piket, aku mengikuti dari belakang, nama dia itu Pak haji ,entah
kenapa dipanggil Pak Haji, mungkin sudah naik Haji, entahlah akupun tidak tahu, yg
jelas semua guru dan murid lainnya manggil dia Pak Haji, sesampainya di depan
kelas aku dipersilahkan untuk mengenalkan diri terlebih dahulu.

“ Baik, sekarang kita punya teman baru, silahkan perkenalkan diri kamu,.”Pak Haji

1
berkata

“Nama saya Farhan, lulusan SD 12,“ ucapku.

Setelah itu,Pak Haji mempersilahkan duduk untukku

“Farhan duduk di dekat Roni ya?,” ucapnya.

“Iya Pak,” jawabku.

Akhirnya duduk lah aku dengan si Roni tersebut.


“Hallo boy”ucapnya.

“Hmm,“ jawabku seadanya, sambil senyum dan mengajaknya bersalaman.

Kami tidak banyak omong karena aku tidak suka basa basi apalagi semenjak ayah
meninggal, aku jadi malas untuk berbicara.

Pada saat itu aku merasa hidupku mulai sedikit kembali berwarna, tapi aku merasa
kehilangan keluarga yang utuh. Aku iri dengan temanku yg selalu bersama
keluarganya tetapi aku ingat apa yang ayah pernah ucapkan kepadaku,
“Jangan iri karena jika kita iri tandanya kita tidak mampu dengan apa yg mereka
punya.”

Dan aku mulai senyum mengingat ucapan ayahku.


Sungguh rindunya aku dengan sosok seorang ayah yang selalu menggendongku ke
kamar tidur, ketika aku ketiduran di depan tv.

“Mungkin ini takdir yg diberi Allah untukku, Allah sedang mengujiku.” Ucap bathinku.

Sepulang sekolah, aku cerita smua apa yang aku alami saat masuk ke sekolah SMP
pertamaku kepada Kakek.

Dan saat itu tiba-tiba temanku memanggilku, Udin namanya, dia memang sahabatku
dari kecil mungkin dari kami belum lahir hhhhehhe.

“Hannn,” panggilnya.

“Saya kenapa Din?,” Jawabku.

“Maen yok ke tempat Rendi,” ucapnya.

Asal kalian tau, Rendi itu adalah sahabat kami juga, tetapi kami dengan Rendi beda
sekolah,
dan dia juga sahabat dari kami belum lahir, kami memang selalu bertiga, adapun
yang masuk dalam persahabatan kami, itu pasti tidak akan lama karena ya memang
ginilah kami ceplas ceplos, yang suka buat orang sakit hati hahahaha.

2
Dan sebelum aku menjawab pertanyaan dari Udin , tiba tiba Kakek datang dan
berkata” Gak bisa Din, Farhan mau bantuin kakek bersihin belakang rumah dulu,
nanti sore aja ya mainnya.”

Disitu aku merasa sangat bersalah pada Udin.


“Din maaf ya gak papakan,” ucapku.

“Iya gak papa Han kita maen sore aja,” ucapnya.

Tetapi ketika aku lagi bantu Kakek beres beres, tiba-tiba tanpa disadari aku nyeletuk
dan bilang kalo aku rindu dengan sosok seorang Ibu, aku juga rindu dengan kasih
sayangnya,
Namun akhirnya Kakek mendengarnya lalu marah padaku, dan aku cuma bisa
nahan nangis.
Dalam hatiku bilang, "aku mau tinggal sama Ibu aja," .

Alhamdulillahnya rumah ibu dengan rumah kakek lumayan dekat, karena mereka
memang satu kampung.

Disaat aku beranjak untuk pergi ke rumah ibuku disitulah ibu membukakan pintu
untukku dan Nenek berkata, “Makanya makan itu apa adanya jangan banyak
tingkah,” ucap nenek (dari ibu).

Aku hanya bisa diam dan menunduk. Mau tidak mau aku memakan apa yg mereka
beli tadi awal dari pertengkaran.

Disaat aku beranjak ke kelas 8 SMP aku sudah mulai diperbolehkan untuk selalu
bertemu ibuku sendiri, entah kenpa Kakekku tiba-tiba berubah pikiran akupun tidak
tahu yang jelas Kakek selalu tidak di rumah jadi aku minta izin sama nenek untuk
bertemu sama ibu, dan akhirnya dikasih tetapi pulangnya harus sebelum Kakek
pulang. Disaat itu aku senang bisa selalu jumpa dengan Ibuku. Tapi kalian kan tahu
sepandai-pandainya kita menyembunyikan sesuatu pasti akan tercium juga
bangkainya.
Akhirnya aku ketahuan sama Kakek kalau aku selalu jumpa dengan Ibu tanpa
sepengetahuan Kakek dan disitu aku dimarahi.

“ Dah kubilang gak usah jumpa sama Ibumu itu” ucapnya sampai matanya tajam
menatapku.
Aku tidak berani menjawab aku hanya diam dan tunduk karena aku takut kalau
Kakek sedang marah. Dan akhirnya marahnya pun reda karena telah dinasehati oleh
Nenek. Dan setelah itu, akhirnya Kakek pun mengizinkan aku untuk bertemu dengan
Ibu.

Tapi aku sedih, disaat itu Ibu sudah mau pergi merantau kerja ke luar kota, disitu
aku hanya bisa bermain dengan Paman, yaitu adik dari ibuku yang baru pulang dinas

3
diluar kota setelah sekian lama beliau tidak pulang.
Aku sangat menyayanginya dan diapun sepertinya begitu

“Om jalan-jalan, yok,” ucapku.

“Ya udah ayok ” ucapnya sambil berjalan menuju mobilnya.

“Jangan jauh jauh ya Om, adek mau belajar nyetir mobil hehe,” ucapku sambil
senyum.

“ Ya udah ayo,” jawabnya.

Dan akhirnya kami jalan-jalan mengelilingi kampungku saja, tapi rasanya sangatlah
bahagia dan bebanku pun merasa berkurang, Malam itu aku tidur di rumah paman,

Haripun mulai larut malam dan saat malam itupun hujan, Kakek menjemputku untuk
membawaku pulang,
Paman bilang ” Biarkan dia tidur disini dulu, satu hari ini ajaa," ucapnya kepada
Kakek.

“ Enggak bisa , dia harus pulang, besok sekolah takut kesiangan," jawab Kakek
kepada Paman.

“ Ya udah kalogitu Farhan diantar sama Bang Ucup aja," jawab Paman kepada
Kakek sambil tersenyum terpaksa.

Dan malam itu juga disaat hujan-hujannya, aku di giring dengan sebuah payung dan
senter kecil oleh Bang Ucup, hanya untuk mengantarkan ku pulang,

(Ohh iyaa, Bang Ucup itu anak buah paman yang sehari seharinya selalu di rumah
pamanku).

-singkat waktu.
Bulan Ramadhan pun telah berlalu.
Disaat hari raya tiba aku meminta maaf kepada semua keluarga Ibu dan keluarga
(alm) ayah. Keesokan harinya keluarga dari Ibu rencana untuk pergi ke luar kota
untuk menjenguk saudara seminggu lagi

“ Ibu, Adek ikut ya, ke Bandung “ ucapku kepada ibu.

“ Iya, Adek ikut, “ jawab Ibu kepadaku sambil mengusap kepalaku.

“ Tapi Adek minta izin dulu sama Kakek Yah, nanti Kakek marah,” ucapku dengan
menundukkan kepalaku.

“ Ya udah nanti kalau dikasi bilang kalau gak dikasi bilang ya, Dek,” ucap Ibu.

“Iya, Bu nanti Adek bilang sama Kakek “ ucapku kepada Ibu.

4
Pulanglah aku ke rumah untuk bercerita sama Kakek kalau aku mau pergi ke
Bandung bersama keluarga Ibu.

“Kek, Kakek “ teriakku dalam rumah yg ramai

“ Kenapa Dek, “ jawab Kakek kepadaku.

“ Kek, Adek boleh ikut ke Bandung,” belum sempat aku selesai ngomong, Kakek
udah duluan memotong omonganku,”Enggk boleh ngapain ikut mereka kesana udah
bagus disini aja” ucap Kakek kepadaku

Aku tidak menjawab pertanyaan Kakek karena aku takut dengan Kakek.

“Kalau Kakek bilang enggak ya enggak” sambung Kakek lagi.

“Iya, Kek,” jawabku dengan menundukkan kepala.

Pertanyaan yg selalu terngiang di pikiranku, “Kenapa aku gak boleh ikut??," Ucapku
dalam hati.

Besoknya,aku jumpa lagi dengan Ibu dan kuberi tahu bahwa aku tidak dikasi izin
oleh kakek untuk ikut bersama keluarga Ibu ke Bandung.

“Ibu, Adek gak dikasih ikut sama Kakek “dengan muka yang sudah melemas dan
mata yang sembab karena menangis semalam.

“Enggak, Adek boleh ikut kok, udah Adek ikut aja kalau masalah Kakek, biar Mamah
yang urus,” ucap Ibu sambil menenangkanku.

“ Tapi Bu, Kakek nanti marah sama Adek” ucapku kembali kepada Ibu.

“Enggak Lo Dek, Kakek gak marah sama Adek, udah Adek pergi aja nanti ya, ikut
sama nenek” (dari ibu), ucap Ibu Kembali.

“Ya udah Buk,” ucapku sambil memeluk Ibu.

Sudah 3 orang yg meminta izin kepada Kakek supaya aku diperbolehkan ikut ke
Bandung bareng keluarga Ibu tetapi jawaban tetap sama yaitu tidak diizinkan.

Ya udahlah Nek, gak papa Adek gak ikut” ucapku kepada nenek,(dari ibu).

“ Kakekmu lucu masak ikut sama nenek aja gak boleh” ucap nenek (dari ibu), sambil
marah tetapi tidak marah kepadaku melainkan marah kepada Kakek.

“Ya udah gak papa Nek,” ucapku untuk meyakinkan nenek bahwa aku its ok.

Tiba saat keberangkatan keluarga Ibu ke Bandung, aku tidak boleh dikasi keluar oleh

5
Kakek tetapi aku harus keluar karena aku bakal ikut pergi.

Akhirnya Ide pun keluar dari otakku,

“Kek,Nek, Farhan mau ngambil tas dulu ya ke rumah Ibu" ucapku meyakinkan
mereka kalau aku tidak bohong.

“Tapi balik lagi ya jangan nyangkut nanti kita mau pergi hajatan,” ucap nenek (dari
ayah), kepadaku.

Aku hanya menjawab anggukan dari kepalaku.

Sesampai dirumah Ibu aku melihat semuanya sudah pada siap dan akan berangkat
sebentar lagi,

Aku menceritakan semua sama Ibu alasanku tadi kenapa aku bisa keluar rumah dan
Ibu berkata “ udah Adek ikut aja sana cepat ganti baju kalau masalah Kakek biar Ibu
yang urus.”

“ Ibu yang bener, nanti Kakek marah sama Adek,” ucapku.

“ Iya, udah cepat sana ganti baju dulu,” ucap Ibu kepadaku, dan kira-kira aku
semacam diculik gitu yakan hahahahah.

- Pertengkaran Pun dimulai.


Akhirnya akupun pergi, enggak lama sampai di sana, Pamanku (adik ayah yang
terakhir) menelefon Ibu untuk memberitahu bahwa Kakek ngamuk karena aku pergi
ke Bandung, Dan aku cemas, aku takut, disaat itu aku rasanya ingin sekali pulang ke
Banten, tetapi Ibu bilang bahwa besok kami akan kembali ke Banten. Lalu,keesokan
harinya akhirnya aku pulang ke Banten bersama keluarga Ibuku.

"Om, gimana ini Kakek marah,” ucapku sedih kepada Paman (adik Ibu yang paling
baik).

“Enggak, Kakek gak akan marah sama Adek, kan ada Om” ucapnya
menenangkanku.

Disitulah aku tertidur dipangkuannya walaupun pamanku mempunyai anak, tetapi


akulah yang dipentingkan dia dulu, begitu bahagianya aku. Tiba sampainya di
Banten agak malam aku pulang ke rumah Kakek dan hasilnya sama yang aku
bayangkan yaitu bajuku sudah di depan pintu dan alhasil aku diusir dari rumah.

“Kek, Nek, assalamualaikum,” teriakku memanggil agar pintu rumah dibukakannya.

“Iya, oooo bagus ya sudah kubilang jangan ikut orang itu masih aja kau ikut sama
mereka gak pernah mau dengerin apa yg aku bilang,” ucap Kakek meninggikan

6
suaranya.

Akupun gak berani karena semua orang di rumah itu memarahiku.

“Ya udah kamu susun semua baju kamu ini, jangan pernah kamu anggap penghuni
rumah ini Kakek atau Nenek kamu lagi, jangan pernah kamu anggap Pamanmu atau
siapapun yg ada di rumah ini keluarga kamu lagi, keluarga kamu hanya keluarga dari
Ibumu, dan ingat jangan bawa barang yang udah pernah Nenek kamu belikan, “
ucap Kakek memarahiku, Aku membawa semua barangku dan aku meninggalkan
semua barang yang dibeli oleh Nenekku termasuk baju sekolah, tas semua dan
semua peralatan sekolah, Akupun menangis begitu teganya mereka membuang aku
gitu saja, Aku memang salah tetapi apakah pantas aku diperbuat seperti ini?, Lalu
akupun hanya membawa semua barang yang ibuku belikan.

Setibanya dirumah Ibu.


“ Ibuuu “ panggilku sambil menangis sejadi jadinya dan langsung memeluk Ibu.

“Kenapa Kak kok semua barang dibawa “ ucap Ibu cemas kepadaku.

“Buu, Adek diusir sama Kake karena ikut ke Bandung” ucapku kepada Ibu sambil
menunduk.

“ Ya udah Adek tinggal sama Ibu aja nanti semua Ibu belikan untuk Adek ya,” ucap
Ibu kepadaku.

“Tapi Yah semua baju sekolah gak boleh dibawa sama Kakek karena nenek yang
belikan” ucapku kepada Ibu.

“Loh kok gitu, kok tega banget Kakek sama Adek” ucap Ibu dengan bola mata yang
berkaca-kaca karena menahan tangis.

“ Iya Bu, Kakek sana bilang jangan anggap mereka keluarga lagi dan semua barang
yang dibeliin Nenek gak boleh dibawa," ucapku sedih kepada Ibu.

“ Udah gak papa nanti kita beli lagi ya,” ucap Ibu menenangkanku.

“Iya, Buu," ucapku sambil memeluk Ibu.

Disaat itulah aku tinggal sama Ibu dan Nenek (dari ibu), Ibuku pontang panting nyari
uang pinjaman buat beli baju sekolah untukku dan alhamdulillah ada yang
memberikan Ibu pinjaman uang yang cukup untuk membeli baju sekolah dan
peralatan lainnya. Karena uang tidak cukup untuk membeli sepatu, akhirnya aku
memakai sepatu bekas sekolah sepupu ku (Ponakan ibu). Betapa berkorbannya
keluarga Ibu agar aku bisa sekolah.Dan semenjak kejadian pertengkaran itu, aku
sempat tidak masuk sekolah untuk beberapa hari karena tidak memiliki baju sekolah.

Keluarga Kakek pun sudah tidak ada pedulinya sama sekali.


Mungkin mereka memang sudah tidak menganggap ku keluarga lagi, Akupun sudah

7
tidak perduli lagi terhadap mereka, dan ya bapak guru tahu masalah aku, makanya
aku diperbolehkan untuk tidak bersekolah beberapa hari, karena seperti yang tadi
aku bilang, kalau salahsatu guru disekolahku itu masih sodara.

Masa remajaku pun tiba, aku sudah bukan anak kacil lagi, aku harus sudah bisa
mengambil keputusanku sendiri.

Beberapa bulan kemudian, tiba-tiba Ibuku bilang dia mau menikah lagi, disitu aku
bingung, harus tinggal sama siapa, sebab kalau aku ikut Ibu bersama suaminya ke
kota, Sekolahku bagaimana?.

Dan saat kejadian itu aku di ajak tinggal bersama Bunda di desa yang berbeda, tapi
agak jauh dari kampung halaman, (Bunda=panggilanku kepada Uwa atau kakak
perempuan ayahku, dia anak tertua dari Nenek, hanya saja berbeda Bapak dengan
Ayah)
Tadinya hidupku merasa berwarna kembali dan akhirnya tidak berwarna lagi tetapi
sekarang saat aku bersama Bunda ,hidupku merasa berwarna kembali dan aku tidak
memikirkan masalah yg ada dihidupku.

Aku merasa aku adalah anak Bunda, akulah anak mereka sampai aku sudah lupa
siapa orang tuaku sebenarnya karena Bunda sudah menjadi ibu yang terbaik
untukku.

“Bunda besok kita jalan jalan ya” ucapku kepada bunda.

“Iya besok kita jalan-jalan ok,” ucapnya kepadaku.

Keesokan nya aku pergi jalan-jalan bersama Bunda dan suaminya, tidak lupa pula 1
anak perempuannya yang masih sekolah TK, aku merasa memiliki keluarga yang
utuh walaupun bukan keluargaku yang sebenarnya.

Aku yakin Allah maha adil mungkin saat ini aku hanya diurus oleh Bunda tapi suatu
saat nanti pasti aku akan diurus oleh orang tuaku lagi walaupun itu tak utuh lagi.

-Masa SMA pun tiba.


Setelah aku lulus SMP dari saat itu aku selalu bersama Bunda yang aku gak tau
keluarga Kakek ku dimana dan Ibuku dimana karena aku sudah merasa nyaman
sama Bunda. Jadi untuk sekedar mengetahui kabarnya Kakek jahat dan nenek pun
aku sudah malas karena ya mereka kan tidak menganggap ku lagi sebagai keluarga
jadi untuk apa aku memikirkan mereka. Memang kejam sih tapi semua perbuatan
mereka yang telah mereka lakukan pasti akan selalu aku ingat. Tapi maaf aku aku
tidak dendam hanya saja aku ingat apa yg telah mereka lakukan kepadaku.

Saat aku mau daftar SMA aku selalu ditemani Bunda ,memanglah Bunda ini berjasa
kepadaku

8
“Bun, Adek masuk mana ya,” aku bertanya kepada Bunda.

“Adek masuk negeri saja nanti kita tes di sekolah negeri ” ucap Bunda.

“Ya udah Bun tapi kalau gak lulus gimana,” ucapku kepada Bunda.

“ Lulus itu gak boleh bilang gitu,omongan itu doa ingat itu” ucapnya meyakinkan aku.

“Ya udah bsok kita ke sana ya,” sambungnya lagi kepadaku.

Dan aku hanya menjawab dengan anggukan saja.

Malam harinya, “Bun apa aja ini yang mau dibawa besok, Adek gak tahu” teriakku
memanggil Bunda di dapur

“Udah nanti Bunda susun semua, mapnya letak saja disitu kamj makan dulu panggil
si Adik”, ucap Bunda dari arah dapur.

Akupun pergi keluar untuk memanggil adik agar makan malam. Di meja makan kami
hanya diam dan hanya mendengan suara sendok yg berlaga dengan garpu, macam
macam orang luar negeri gitu ya kan hahahaha.

Ya namanya baru belajar biasanya kan pakai tangan maklum aja, ya kan.

Besok harinya,”Bun ayok, Adek udah siap,” ucapku kepada Bunda.

“Ya udah ayok bawa semua persyaratannya biar nanti kita gak bolak-balik, “ ucap
Bunda kepadaku

“Dimana Bun kertas-kertasnya “ teriakku dari dalam rumah.

“Itu di meja kamar, “ teriak Bunda dari luar rumah kepadaku.

Saat itu kertas yang mau aku bawa sudah ku pegang, akhirnya aku pun pergi sama
Bunda ke SMA negeri 1, yang terletak di kecamatan sebelah. Sesampainya di SMA
negeri 1 aku dan Bunda mendaftar untuk aku sekolah dan alhamdulillah nilai akhir
ujian aku pas dengan persyaratannya. Akhirnya enggak lama kemudian
pengumuman sudah disebar, akupun lulus masuk SMA tersebut. Semuanya yang
ngurus Bundaku, dialah yang sudah menemaniku mulai dari aku lulus SMP, sampai
bisa masuk SMA, Bunda emang paling The best pokoknya.

Waktu pun terus berjalan dan akhirnya pembagian rapot kenaikan kelas pun telah
berlangsung, Semua murid membawa Ibu atau Ayah mereka masing masing
sementara aku membawa Bunda karena dialah orang tuaku sekarang ini. Sebentar
lagi Ibu guru akan mengumumkan siapa saja yang naik dan tidak naik kelas.

9
-Sampai pada waktunya.
“Permisi Bapak Ibu sekalian, Baik, disini saya akan mengumumkan siswa siswi
yang naik kelas terlebih dahulu, “ guruku berkata.

Aku deg-degan yang ada dipikiran ku adalah aku tidak naik kelas, karena akhir akhri
ini aku kurang semangat belajar.

Akhirnyaa, sampai dimana Bu guru mulai menyebut nama muridnya mulai dari yang
peringkat 1 sampai seterusnya.

Akupun mulai deg-degan apa aku akan terpanggil?.

Dan akhirnya setelah senam jantung yang lumayan menegangkan, namaku di sebut
di peringkat 18 besar dari 34 siswa, dan ternyata semua murid di kelas ku tidak ada
yang tidak naik kelas, "Alhamdulillah," ucapku sambil mengusap dada.

“ Farhan “ ucap Ibu Guru.

Ya aku pun dipanggil oleh Bu guru, dan Bunda langsung maju ke depan untuk
menggambil raport serta akupun mendampingi Bunda. "Alhamdulillah, sudah naik
kelas dengan peringkat 18 saja udah bersyukur" ucap Bunda kepadaku sambil
tersenyum.
Akupun membalas senyuman bunda dengan senyum malu, karna aku belum bisa
jadi yang terbaik di kelas.

Dan yang ada di pikiranku saat itu, seandainya Ayah masih hidup, mungkin aku
sudah sekolah di luar kota, dengan fasilitas belajar yang lebih canggih, dan sistem
pengajaran yang lebih mudah difahami, namun apa boleh buat, miris sekali hidupku.

- Kembalinya aku kepada mereka

Hari demi hari pun terlewati ,akhirnya aku naik kelas 11 SMA. Dan tidak lama aku
beranjak ke kls 11 SMA, aku dapat kabar kalo Ibu pulang kerumah Nenek, jadi aku
ber inisiatif untuk pergi mengunjungi Nenek dan melihat keadaan Ibu, namun setelah
beberapa hari aku disana, aku disapa kembali oleh keluarga dari (alm)Ayah, yaitu
Kakek, akupun tidak tahu kenapa tiba-tiba mereka menyapaku padahal dulunya
mereka bilang aku jangan menganggap mereka keluargaku lagi.

Dengan mereka menyapaku aku hanya balas dengan senyuman yang terpaksa
karena apa yang mereka lakukan masih teringat di dalam memori otakku hahaha
Akupun cerita kepada Nenek (dari ibu), mereka kenapa tiba tiba senyum
kepadaku?, hahahah lucu kalau diingat ingat mah.
Dan saat itulah aku mulai kembali akrab dengan keluarga (alm) Ayah kembali.
Jangan salah dulu, walaupun aku akrab dengan mereka bukan berarti aku
melupakan semua yang telah mereka perbuat kepadaku.

10
-Awal mula kembalinya aku pada mereka

Aku diajak sama Kakek dan yang lain untuk jalan-jalan akupun tidak tahu apa
sebabnya mereka mengajakku jalan dengan mereka. Awalnya aku tidak mau tetapi
akhirnya aku dipaksa nenek dan ibu untuk ikut katanya.

“ Udah sana Kamu ikut saja mana tahu Kakekmu ada hal penting yg mau
diomongkan, “ ucap nenek kepadaku.

“ Tapi Aku gak mau, Nek “ ucapku kepada nenek.

“ Udah, Kamu gak boleh gitu itu kan Kakek Kamu juga,” ucap nenek.

Dan hasilnya aku ikut mereka jalan-jalan yang entah kenapa aku disitu merasa
menjadi orang asing dengan mereka karena aku hanya diam dan gak mau ngomong
sedikitpun akhirnya Kakek yang membuka pembicaraan duluan denganku.

“ Hann, Kakek mau ngomong, “ ucap Kakek kepadaku.

“Ya udah ngomong aja, “ ucapku seadanya.

“ Kakek mau kamu tinggal sama Kakek lagi, “ ucapnya yang membuat aku kaget
karena aku tidak mau jauh dari Bunda yang sudah ku anggap sebagai Ibuku
sendiri . Aku takut kejadian dulu terjadi lagi saat aku tidak boleh berjumpa dengan
Ibuku sendiri.
Disaat itu aku menolak ajakannya.Tapi Kakek dan Nenek nangis dan membilang
semuanya yang membuatku sedih. Hasilnya aku kembali diajak tidur di rumah
mereka satu hari, tadinya aku menolak namun Kakek bilang gapapa coba dulu. Dan
ya aku mencobanya dulu.

Tidak lama aku tidur disana beberapa hari aku merasa nyaman dan akhirnya aku
tinggal dengan mereka, dan pamit dari rumah bunda.

Awalnya aku merasa disayangi tapi akhirnya aku merasa menjadi babu yaps bukan
babu tapi membantu orang tua apa salahnya ya kan, tapi mereka tidak memikirkan
apa yang aku rasakan capeknya saat pulang sekolah disuru-suru.

Wahhh mungkin kalau kalian menjadi aku mungkin tidak akan sanggup tapi aku
menjalani semuanya dengan ikhlas insya Allah. Sampai saat ini aku tinggal sama
Kakek- Nenek keluarga (alm Ayah), dan sekarang ibu kandungku sendiri sudah
memiliki seorang anak, dia sudah tinggal menetap di rumah suaminya.

Sampe sekarang hidupku masih terus di datangi masalah, mulai dari Masalah
sekolah yang terganggu, dan masalah dirumah yang gaada habisnya.

Begitulah hidup, terkadang sedih, atau kadang menyedihkan...

11
12

Anda mungkin juga menyukai