Anda di halaman 1dari 6

Bayangan yang melindungiku

Oleh : Muthia Azkia


Perempuan adalah manusia yang membutuhkan
seseorang untuk menuntunnya dari segala situasi
begitupula aku, gadis kecil yang selalu membutuhkan
seseorang untuk menggegam tangan kecil ku, aku
membutuhkan seseorang untuk menuntunku dari segala
situasi sesak, sedih, kecewa, marah dan tetap
menggegam tangan ini walau aku sedang bahagia.
Hal yang mengispirasiku berasal dari sifatnya.
Sifatnya yang pendiam membuat atsmosfer dingin
menyelumutinya, sulit berkomunikasi dan
mengekspresikan bagaimana persasaan nya. berbeda
dengan aku.. ketika aku kesel maka aku akan marah,
Ketika aku sedih, aku akan menangis dan Ketika aku
senang, aku akan tersenyum.
Inilah kisah tentang perhatian nya yang
membuatku meleleh, tentang cintanya yang membuatku
bahagia, tentang pengorbanan nya yang membuatku
terharu serta kisah nya yang membuatku terpana
Pada hari Minggu akhir pekan, aku bersama
keluarga kecilku jalan jalan ke Subang, Bandung. Kami
mengunjungi pemandian air panas dan juga menginap di
sebuah villa.
Kami berangkat ke Subang pada pagi
harinya dan bermain di kolam air panas pada
malam nya. karena malam Sudah tiba dan adikku
yang paling kecil sudah merengek untuk mandi
di kolam air panas, jadilah kami pun berangkat
setelah sholat maghrib. Sampailah kami berlima
di tempat pemandian nya, setelah mama membeli
tiket, kami pun masuk ke arena kolam air panas
nya. awalnya kami ingin langsung masuk ke
kolam air panas tetapi, mama mengharuskan
kami makan malam dulu sebelum mandi di
kolam air panas. Akhirnya kami semua pun
barulah setelah itu kami diizinka Saat bermain di
kolam itu, aku hanya bersama kembaran ku dan
juga adek ku, mama dan papa sedang duduk
berdua di meja yang telah difasilitasi dari
pemandian nya Tiba tiba mama mendatangiku
sambil tersenyum dan berkata dengan sangat
pelan “papanya lagi ga dapat projek”singgah di
kantin yang ada di pemandian nya.
Aku yang mendengarnya langsung merasa
tubuhku lemas.. bagaimana tidak, padahal dia
mempunyai beban yang berat di kantornya, padahal dia
membutuhkan dukungan dari kami, padahal dia hampir
menyerah, tapi dia selalu tersenyum di rumah seakan
akan semua baik baik saja
aku tidak tau mau berkata apa di depan mama
setelah mendengar hal tersebut.. pikiranku langsung
menuju beberapa bulan lalu.
Pada hari itu hari senin, hari dengan kepadatan
yang meledak ledak. Karena sudah mengetahui hal itu
aku bersama saudaraku dengan gesit bersiap siap mulai
dari jam 5.40. dan pada jam 6.10 kami sudah siap mau
berangkat ke sekolah, diantar oleh supir papa yang
bernama pak Abdul.
Tetapi baru aja mobil kami berangkat 12 langkah
dari rumah papa berteriak “ Abdulll tunggu.. saya ikut
kalian mobil saya di tinggal di kantor semalam”. Ketika
aku mendengar hal itu aku merasa kesal sekaligus geram
karena waktu sudah menunjukkan pukul 6.20. tetapi kita
belum berangkat sama sekali.
Kami pun menunggu papa bersiap siap dan pada
akhrinya berangkat pada pukul 6.30. selama perjalanan
kami bertiga sama sekali ngak menjawab pertanyaan
yang di ajukan oleh papa, karena kami bener bener kesel
luar biasa kepadanya. Padahal kami sudah mati matian
bangun jam 5.00 tapi tetap aja telat.
Dan yang paling membuatku merasa bersalah
Ketika kami sudah sampai di sekolah, aku membanting
pintu mobil seakan memberi tau ke papa bahwa aku
sedang marah besar kepadanya.
Setelah itu kami pun berlari menuju kelas masing
masing. Di loby sekolah aku bertemu guru piket. Guru
piket itu bertanya pada ku “ kok tumben.. kamu telat ?”
Aku pun membalas dengan sedikit ngegas
mengingat kekesalan ku tadi “gara gara PAPA”
guru piket itu hanya tertawa dan mempersilahkan
aku masuk ke kelas. Sesampainya di rumah… mama
bertanya “ gimana kak sekolah nya ? tadi telat ga ?” aku
langsung memotong menjawab “iyalah… gara gara papa
sih, padahal aku sudah bangun jam 5.00”. mama
langsung menjawab perkataan ku “ loh nak.. ga boleh
begitu, kakak tau ga ? kemarin papa nya pulang jam
berapa ?” aku menjawab “ ga..”. mama membalas “
kemarin papa itu pulang jam 4.00 loh kak”.
Hening.. aku mulai mencerna maksud nya mama
bahwa papa pulang jam 4. Sungguh demi allah yang
kurasakan pada saat itu kasian, sedih, marah dan benci
dengan sikapku ini.
Tidak tunggu lama buru buru ku ambil hp ku dan
ku ketik di whatsapp “papa semangat ya kerjanya”
ketikku, tak lama papa membalas “ iya nak”. Sekali lagi
aku merutuki diriku yang begitu gengsi untuk meminta
maaf ke papa.
Ingatan tentang hari itu membuat ku melamun,
mama menyadarkan ku dengan pertanyaan nya “kakak
kapan mau udahan mandi nya ?” aku pun hanya
membalas dengan anggukan pertanda aku sudah selesai
mandinya. Setelah kami mengganti baju kami pun
berjalan ke villa tempat kami menginap, sebab villa nya
dekat dengan tempat pemandian air panas.
Papa jalan di depan ku dengan gontai, mama
bilang ia sudah 2 hari gak tidur mengejar target submit.
Aku melihat dengan saksama punggung tegap nya itu,
tiba tiba benakku di penuhi pertanyaan “apakah papa
pernah menangis?” “apakah punggung itu sedang
mengangkat beban yang berat ?” “kenapa sih papa gak
pernah cerita kalau ada masalah ?” tanpa sadar mata ku
terasa basah
Tak ada yang bisa kulakukan saat itu selain
berteriak dalam hati “ yaa allah angkatlah beban papaku,
permudahkanlah urusan nya , permudahkanlah rizki nya,
panjangkanlah umurnya dan dapatkanlah dia projek
projek di tempat kerja nya serta berikanlah keberkahan
atas apa yang ia dapatkan” aamiin
Dan juga disitu aku berkomitmen keras pada
diriku “aku akan berprestasi pa aku akan membanggakan
mu suatu saat nanti tunggu saja dan lihatlah dengan
bangga kepadaku”
Setelah itu, tibalah kami di villa di sana masih
menunjukkan pukul 8.00. dan jadwal nya hari senin aku
ada daily tes sains. Di situ aku mati matian belajar untuk
membuktikkan komitmen ku tadi. Dan pada akhirnya
aku mendapatkan nilai 100 di ulangan itu.
Inilah sepenggal kisah nya yang membuat ku
terinspirasi, ada juga yang membuatku merasa penasaran
kenapa papa tidak menikah dengan ku saja ? padahal aku
sangat nyaman dengan papa hehehe bercanda deh, dan
ada juga kisah nya yang membuatku merasa, aku sangat
berarti untuk nya.
Kisah yang tak akan bosan ketika di baca, kisah
yang tak akan menyesal ketika di jalani, kisah yang
selalu membuahkan pelajaran pelajaran serta kisah yang
membuat pembaca merasakan bahwa rasa sayang nya
seorang ayah ke anak nya seperti buih di lautan. Ingin
rasanya aku berteriak “ papa jangan lepaskan genggaman
tangan kecil ku, genggam terus dengan erat.. thia..
sayang papa”

Anda mungkin juga menyukai