Anda di halaman 1dari 13

Maaf dan Terimakasih

A ku melangkahkan kaki ku entah kemana, tangan dan sekujur tubuh ku lemas tak
berdaya….aku terduduk di sebuah lopo kecil di pinggir pantai. Kuangkat kepala ku
memandanggi langin yang mulai kemerahan memamerkan lukisan senja terindahnya,
bibir ku melengkungkan senyum. Nafasku teratur mengikuti hembusan angin, hembusan halus
angin membuat jilbab yang kukenakan mengayun mengikuti semilir angin. Mataku menyipit, ah,
di sana ada sebuah keluarga kecil yang sedang bercanda ria menghabiskan waktu mereka, aku
benci menggungkapkan ini tapi kurasa anak itu bahagia sekali. Aku tertawa meremehkan, aku
benci hidupku. Mataku lagi-lagi memerah, dan air mata itu rasanya sudah tak mampu ku tahan.
Ah sial!! Aku memutuskan untuk kembali menatap langgit dengan begitu setidaknya air mataku
tak jadi tumpah. Tak terasa langit mulai gelap dan terdengar suara kumandang azan, aku segera
bergegas mencari masjid terdekat untuk menunaikan kewajibanku. Ya, aku seorang wanita
muslim. Setelah berjalan sekitar 5 menit lamnya aku menemukan masjid, aku masuk mengambil
wudhu lalu sholat setelah sholat aku memutuskan untuk membaca mushaf Allah, ya Al-qur-an
sambil menunggu azan isya’.

Jam menunjukan pukul 8 malam ya aku sudah selesai menunaikan kewajibanku, ku langkahkan
kaki ku pulang ke rumah. Di tenggah-tengah perjalanan pulang cacing di perutku sudah berdemo
hahaha kalau di tanya kapan terakhir kali aku makan? Jawabanya, pagi tadi itu pun hanya secuil
roti bekas kemarin. Pasti kalian berpikir aku terlahir di keluargayang kurang mampu…jawabanya
tidak. Aku terlahir di keluarga yang berkecukupan bahkan bisa di bilang sanggat amat cukup.
Lalu kenapa aku bisa bernasip seperti ini? Jawabanya, karna mereka tidak menggiginkan aku
entah apa alasanya aku pun tak tau. Sekitar 30 menit lamanya aku berjalan akhirnya aku sampai
di “neraka duniaku” hahaha ya rumah, bagi kalian pasti rumah merpakan tempat ternyama,
tempat kembali, terpat berlindung. Nyatanya itu semua tak terjadi di aku, di mana di sini aku
manda mendapatkan siksaan setiap saat. Aku menarik napas dan membuangnya secara kasar,
ku langkahkan kaki ku menuju depan pintu, ku buka pintu itu bersiap menerima teriakan dari
kedua orng tuanya dan kakak-kakak ku.

“hey! Kenapa kau pulang lambat sekali”

Revano Abighail Dixon kakak pertamaku yang sanggat aku takuti karna kalau aku tak mengikuti
maunya maka tak segan-segan dia mencambuk aku menggunakan rotanya dan mengunciku di
kamar mandi selama semalahan sambil menyalakan shower, miris seklai bukan hidupku.

“Biasa la paling juga abis minum-minum dia, liat aja bajunya acak-acakan” ujarnya sinis

Sagita Gabriella Dixon itu lah nama kakak ke dua ku umunya dengan ku hanya berbeda 1 tahun
dia kerap di panggi gita, kak gita itu cantik, putuh, tinggi beuhhh sempurna lah tapi, ada satu
fakta yang tidak diketahui semua orang…kak gita itu kejam. Dia akan melakukan apapun untuk
mendapatkan apa yng dia inginkan.

“Benar apa yang di katakan kakak-kakak mu?”

Alexsander Dixon itu lah nama “ayah ku” ah aku lupa dia tidak menggap ku anaknya hahah tapi
aku tetap menggapnya ayah ku, ayah itu kejam lebih kejam di bandingkan kak vano kalian bisa
bayankan sendiri bagaimana kekjaman ayah ku

1
“Halah yah, ngapain sih masih di tanya, udah jelas-jelas juga penampilanya acak-acakan”

Clarisa Lirafi Dixon nama ibuku, yang kerap di panggil risa…aku tak tau apa yang membuat mama
begitu membenci ku apapun yang aku lakukan pasti selalu salah di matanya bahkan, aku tak
pernah merasakan di rawat saat sakit, bagaimana kasih sayang seorang ibu…ah aku rasa
mustahil aku mendapatkan itu dari mama hahah

“Itu semua gak bener, aku tadi mampir sebentar ke pantai untuk sekedar merayakan ulang
tahun aku…apa kalian lupa? Hari ini aku ulang tahun yg ke-17 tahun”ujarku meyakinkan

Azzela Qiandra Dixon ah aku lupa aku tak pantas mendaptkan nama belakang itu bahkan kekita
di sekolah pun aku di suruh memperkenalkan nama ku tampa “Dixon” aku hanyalah gadis
remaja yang tinggal di tenggah-tenggah orang-orang yang aku harap bisa membuatku kuat tapi
nyatanya merekalah sumber kerapuhanku, aku harus menerima kenyataan pahit itu.

“Sudah lah pah hukum saja benalu itu” ujar kak gita

“Gak pah aku mohon jangan” ujarku

“Halah drama banget sih lo, lo tau gak lo itu cuman aib di keluarga ini” ujar kak varo

“Sudah-sudah qia ikut saya sekarang!!” ujar ayahku

“Baik yah” ujarku lirih

Kuikuti langkah ayahku menuju ruang “penyiksaan” aku sudah pasrah dengan keadaan toh, mau
mengeluh pun tak akan membuat mereka menguranggi hukumanku, sampai di dalam ku lihat
ayah mengambil rotan yang biasa ia kenakan untuk mencambuk tubuhku, aku hanya bisa
terenyum kecut “ya Allah selamatkan hamba” jeritku dalam hati.

“Berlututlah!!” titahnya

Aku segera berlutut. Ia mulai menyiksaku mulai darimencambuk kakiku, tanggan, hingga
perutku. Aku hanya bisa menggis meminta ampun kepanda berharap ia berhenti

“Ampun yah, qia janji gak ulangi lagi”

“Gak ada ampun untuk kau!”

“Ayah badan qia sakit,ampun”

“Diam atau ku tampah hukumanmu gadis nakal” ancamnya

Akhirnya mataku tertutup aku tak merasakan apa-apa lagi setelah itu, hari ini tapat di tanggal 17
juli tanggal lahirku di mana banyak anak seuiaku menantikan hari ini karna yaa pasti mereka
merayakannya bersama orang tuanya dan itu pun salah satu harapan ku dari dulu, tapi apa aku
daptkan hanyalah siksaan dari seorang ayah, ah sudahlah

2
Jam menunjukan pukul 04:00 dini hari, aku terbnagun mendengar azan subuh berkumandang ah
tadi malah aku pingsan ternyata…aku segera bergegas keluar dari ruangan itu menuju ke
kamarku untuk menggambil air wudhu dan melaksanakan sholat subuh. Selesai sholat badanku
rasanya sakit sekali aku mengapai kotak obat di atas rak buku ku, aku mulai mengobati lukaku
dengan telaten dan perlahan

“ah sakit seklai” gumanku

Aku berjalan membuka jendela kamarku menghirup udara segar, tatapan ku tak sengaja
mengarah ke sebuah rumah yang di depannya terdapat sepasang anak kecil sekiraan 9 tahun
kaka berdik sepertinya, sedang menyapu teras rumah sambil sesekali bercanda aku tersenyum
kecut melihat itu

“coba saya aku dan kakak seperti itu” gumanku pelan

Aku kembali masuk ke dalam dan bergegas mandi untuk pergi ke sekolah. Setelah mandi aku
mulai memakai seraman sekolah ku, memasukan buku pelajaran dan jngan lupa menggunakan
hijab ku. Setelah selesai aku turun ke bawah untuk sarapan, kalian pasti berpikir aku makan
bersama mereka owh tentu tidak lalu di mana aku makan? Jawabanya di dapur bersama bibi Siti
dia asisten rumah tangga ku dari aku kecil

“Pagi bi” sapa ku

“Pagi juga non, non mau makan apa atuh?” tanya bi siti

“Apa aja bi aku pasti makan kok” ujarku

“Yaudah bibi ambilkan dulu ya”

Setelah beberapa menit bibi pun datang

“Ini non, di makan ya”

“terimakasih bi” ujarku tulus

“Bibi gak sarapan?” tanya ku pasalnya dari tadi bibi hanya memperhatikanku

“Udah non tadi sebelum non turun, eh non itu taganya kenapa? Di pukul lagi?” tebaknya, ya bibi
mengetahui perihal aku di siksa bahkan tidak jarang bibi yang mengobati lukaku

“Iya bi, semalem sama ayah udah gpp kok udah aku obati juga” ujarku meyakininya dengan
senyum

“Aduh non kenapa gak panggil bibi aja sih” ujarnya khawatir

“Gak perlu repot-repot bi qia bisa sendiri kok tenang aja heheh”

“udah ya bi aku berangkat dulu takut kesiangan” ucapku sambil menyalimi tanganya

“Iya non hati-hati” ujarnya

aku bergergas pergi ke depan melwati ruang makan ternyata mereka masih di situ sambil
menikmati sarapan mereka dengan khitmat tanpa aku, ah sudah biasa itu

3
“mah, pah, kak aku pamit kesekolah ya” ujarku berpamitan

“Masih hidup lo? Gw pikir udah mati lo” ujar kak gita

“udah pergi sana, merusak pemandangan aja” ujar mama

Aku hanya bisa tersenyum kecut mendengar perkataan mama “yaudah ma, pa, kak aku pamit
ya”

Aku menjulurkan tangan ku meminta salim kepada kedua orang tua ku tetapi, di tepis oleh
mereka aku hanya bisa tersenyum kecut menerima kenyataan itu. Aku segera pergi keluar untuk
pergi kesekolah pasalnya aku berjalan kaki ke sekolah ohiya, pasti kalian bertanya mengapa au
jalan kak…karna sekolah aku dan kakak ku berbeda, mereka di sekolahkan di sekolah yang lebih
elit dan mewah, mereka pun pergi ke sekolah menggunakan mobil masing-masing. Sekitar 10
menit aku berjalan sampai juga di sekolahku

“SMA Pelita Bangsa” itu lah nama sekolahku aku sEgera bergegas ke kelas melewati koridor
sekolah yang begitu panjang, kelasku berada di lantai 2 aku kelas 2 MIPA 2 aku pun masuk
kekelas tak lupa menguca salam

“Assalamualaim” ujarku

“oi qia sini lu dari kemarin kagak ada kabar” ujar sahabatku cila

“Orang ngucap salam di bales dulu udin” ujar vanesa dia juga sahabatku

“Nama gw Vanesa dodol bukan udin” ujarnya kesal

“Udah-udah kenapa pada ribut sih masih pagi juga” Ujarku melerai mereka berdua

“taudah si vanes mulai dlu dia. Eh duduk sini lo”

“seterah elu dah capek gw ama lu, ngomomg-ngomong lo kemana kemarin?” tanya vanes

“Aku kemarin di rumah aja sih, biasa hahah” ujarku mereka pamah apa yang ku maksut

“Lagi? Gilak sii kuat bet lu qil qil, gw kek lu mah udah kabur gw” ujar cila

“Yeee sarap ni anak”

“Assalamualaikum pagi anak-anak” ujar ibu vira guru kimia ku

“udah-udah bu vira udah dateng tu duduk sana” ucapku kepada 2 sahabatku

1 jam setengah bu vira ngejar akhirnya bunyi bel istirahat terdengar

“Kantin kuyy laper aing” ajak cila

“kuyy lah, qil yok” ajak vanes

“ayok” balas ku

Sesampainya di kantin aku duduk di meja yang kosong dan cila memesan makaan untuk kita, dia
sudah tau kebiasan kita jadi dia tidak bertanya lagi

4
“makanan datang gayss” girang cila

“bisa gak, gak usah teriak suara lo ngalahin toa masjid noh”

“Yee sirik ae lo”

“udah-udah berantem mulu kalian makan sekarang” ujar ku

Di tengah-tenggah melahap makaan salah satu teman kita berteriak

“Oi yangkelas 2 mipa 2 sebentar kita jam kos jadi yang mau pada cabut silahkan yang mau netap
di sekolah silahken” ujarnya

“wah kita jamkos gayss nongki yok” ajak vanes

“aku keknya mau ke tempat kerja aja deh lumayan bisa nambah” ujarku, oiya jangan mengira
aku mendapatkan uang jajan dari keuarga ku haha gak aku ngak dapat uang jajan jad gimana?
Yaa aku bekerja ssetiap pulang sekolah sampai jam 08:00 malam di sebuah café dekat sekolah
ku

“Yaudah deh jangan pulang malem-malem lu” peringat cila

“iyaa cil” ucapku beserta senyum

Setelah itu aku pergi ke kelas untuk mengambil tas dan pergi ke tempat bekerja ku

“assalamualaikum mbak” sapa ku ke salah satu pegawai wanita

“waalaikumussalam eh qia kok cepet?” tanyanya dia adalah mbak vera

“iyaa mbak tadi jamkos jadi yaudah aku pulang aja” ucapku

“owh yaudah siap-siap gih, eh kamu udah makan? Tanyanya

“Udah mbak tadi di sekolah” ucapku

“owh yaudah” balasnya

Aku segera bersiap-siap menganti seragam sekolah ku ke seragam kerja ku, kali ini tuas ku
menjaga kasir…waktu demi waktu akhirnya jam 8 juga kita pun menutup kedai, setelah iku aku
mengmabil switer ku dan ku kenakan aku bergegas pulang kerumah

“mbak aku duluan ya” ucapku

“eh dengan aku aja, aku antar” tawarnya, aku mengiyakan ajakanya dia lalu mengantar ku ke
rumahku

“assalamualaikum” ucapku, kulihat mereka sedang bersantai di rumah keluarga

“eh dari mana aja lo jam segini baru pulang?” kata kak gita

“aku abis kerja kak, aku ke atas yaa” ucapku berpamitan

5
Tak ada sapaan lanjut, akhirnya aku sampai di kamarku aku lalu mandi dan duduk di tepi kasur
sambil mengambil hasil lab penyakitku, kubuka kertas itu ah menyakitkan seklai rasanya
mengetahui fakta ini. Tak berselang lama pintu kamarku di buka paksa oleh kaka ke 2 ku

“oi beban kejain tugas gw” ucap kak gita sambil melempar buku tugasnya ke hadapan ku

“iy-iya kak” ucapku

“Ingget yaa jangan sekali-kali lo laporin ke mama dan ayah, kalau sampai mereka tau abis lo,
udah buru kerjain besok gw ambil” ancamnya

Yaa ini salah satu fakta yg tidak di ketahui oleh ayah dan mama ku bahwa selama ini yang
ngerjain tugas sekolah kak gita adalah aku…walau pun aku beda 1 tahun sama dia aku memiliki
otak di atas rata-rata aku bahkan sering mendapatkan juara kelas tapi aku tidak pernah
memberitahu mereka toh selama ini yang terima rapot ku hanya bibi situ, kalaupun aku
memberita tau mereka, mereka juga gak bakal percaya.

Aku segera bergegas memngerjakan tugas nya kali ini dia memberikan 2 tugasnya kepada ku,
aku mulai mengerjakan tugasnya dengan telaten dan di pastika jawabanya benar, setelah selesai
aku melanjutkan dengan mengerjakan tugas sekolah ku. Jam menunjukan pukul 11:00 malam
kepala ku mulai terasa sakit dan darah segar keluar bebas dari kedua lubang hidung ku, aku
segera berlari ke kamar mandi membersihkan darah dan kembali duduk di meja belajar.

Kurai obat ku di tas sana laku kuminum obat tersebut, kalian pasti bingung aku sakit apa? Aku
sakit kangker otak stadium 4 yaa ini sudah di akhir bahkan aku sendiri tak tau harus berbuat apa
dengan hidup ku. Tidak ada yang mengetahui tentang penyakitku selain aku dan dokter bahkan
keluarga ku senidiri tak mengetahui perihal ini ah lebih tepatnya tidak peduli. Sudah lah aku
segera tidur toh tidak ada guanya juga meratai nasib ku hahah.

Pagi pun tiba sang ayam jago mulai memamerkan suara kokokannya membangun kan setiap
insan menandakan waktu sholat subuh, aku terbangun lalu mulai menjalani rutinitas ku sholat
subuh. Setelah sholat aku bergegas membuka jendela ku ah kulihat ada beberapa ekor burung
sedang berterbangan sambil kerkicau dengan indahnya di tambah angin pagi yang masih sejuk
rasanya tenang sekali setelah itu aku bergegas merapihkan tempat tidur ku, memasukan buku-
buku kedalam tas ku dan jangan lupa kan tugas kakak ku setelah kurasa cukup aku bergegas
mandi dan turun ke bawah sarapan. Oiya hari ini jadwal aku cek up ke dokter ah rasanya malas
sekali sudah tak ada harapan hidup lagi mustahil aku bisa sembuh hahah. Aku turun ke bawah
untuk sarapan ah aku lupa hari ini bibi siti sedang pualng ke kampung halamnya itu artinya tidak
ada jatah makan ku di rumah, sudahlah akhirnya aku memuskan memasak nasi goreng untuk ku
makan siang nantinya. Setelah itu aku bergegas ke sekolah.

Jam menunjukan pukul 07:00 aku sudah sampai di dalamkelas ku sekitar 15 menit setelah itu
guru pun masuk dan pelajaran di mulai, akhrnya jam istirahat aku bergegas ke kantin beserta ke
dua sahabatku

“pesan apa lo pada?’ tanya vanes

“gw biasa” jawab cila

6
“aku gak deh, aku bawa bekal soalnya” ucap ku, setelah itu vases mengiyakan kan bergegas
memesan

Singkatnya kita sudah pulang aku bergegas ke tempat kerja ku sesampanya di sana

“assalamualaikum mbak” ucap ku

“waalaikumussalam qia buru gih ganti baju” ucapnya

“iyaa mbak” ucap ku, aku segera menganti baju ku dan bekerja seperti biasa

Waktu menunjukan pukul 08:00 malam kedai pun tutup, aku segera mengambil switer ku dan
menggenakannya lalu berpamitan dan segera pergi ke rumah sakit, sekitar 30 menit aku
berjalan akhirnya sampai juga di rumah sakit tempat ku cek up “RS.Kartini” aku seger ke ruangan
dokter

“Assalamualaikum dok, ini qiandra yang udah buat janji tadi” ketuk ku di pintu

“walaikumussalam qia, masuk aja” ucapnya dari dalam, aku segera membuka pintu

“langsung baring aja qi” titahnya

“kita mulai yaa” ucanya lagi

Ia mulai meronggseng aku, menggecek tekanan darah dan bebrapa hal yang semestinya, oiya
perkenalkan dia dokter muda spesialis ahli dalam namanya dokter reza aku pun tak tau nama
lengkapnya siapa hehe, dia yan dari dulu merawatku

“hmm qia ini mungkin menjadi kabar buruk untuk mu, dalam beberapa minggu belakangan ini
tidak ada perkembangan pada diri mu justru mengalami penurunan. Saran saya kamu jangan
terlalu capek” ujarnya

“iyaa dok qia juga gak tau harus gimana lagi, mungkin emang qia harus menerima ini” ujarku
sambari menunduk

“apa tidak sebaiknya kamu beritahu perihal penyakit ini ke keluarga mu? Siapa tau mereka bisa
membuat mu jauh lebih baik” tawarnya

“ah tidak perlu dok, biar ini jadi rahasia qia bersama doter saja nanti kalau qia udah gak ada baru
dokter ngasih tau ke kemerka aja” ucapku

“yaudah deh, tapi kamu harus semanggat dong pasti bisa okkyy” ucap dokter reza sembari
tersenyum lebar kepada ku, akupun membalasnya dengan senyuman akhirnya di memberikan
aku resep obat sebanyak 3 obat, aku lalu berpamitan ke dia aku segera keluar untuk mencari
apotik terdekat untuk menebus obat tersebut, tenyata obat itu meraguh kocek sebesar 300 rb
yaa ini lah kira-kira uang yang harus aku keluarkan setipa kali aku cek up. Jam menunjukan pukul
09:15 itu artinya siap-siap aku bakal di hukum karna pulanng telat aku sudah pasrah.

30 menit aku berjalan ke rumah, dan benar saja aku di sambut oleh teriakan

“dari mana aja lo jam segini baru pulang” ucap kak varo sinis

7
“biasalah pah udah lah hukum aja” ucap mama ikut menghasut ayah

“sini kamu, sudah berapa kali saya peringatkan ke kamu jangan sekali-kali membuat keluarga ini
malu karna ulah mu, liat kakak-kakak mu gak pernah mereka seklaipun mempermalukan
keluarga ini, sekolah mereka rajin, sering mendapat juara sedangkan kamu sekolah ngak jelas
keluyuran lagi sampai tenggah malem begini. Kamu pikir gak sih apa yang kamu lakukan kamu
hanya bisa maluin keluarga aja” ucap ayah marah

“iyaa yah aku emang gak pantes hidup dan hadir di dalam keluarga ini, aku capek yah aku juga
gak bisa milih untuk di lahirkan yah…kalian bilang aku gak ada prestasi hahah sejak kapan kalian
ingin pergi sebentar saja menngambil rapot ku? Haha mustahil. Tadi ayah bilang apa, aku
nyusahin kalian sejak kapan mamah mau merawat aku ketika sakit bahkan gak pernah selaipun,
sejak kapan juga ayah mau duduk sekedar nanyain hari-hari aku? Hahaha gak pernahkan….aku
capek yah” ucapku mengeluarkan segalanya

“kamu udah berani ngjawab ya sekarang di mana sopan santun kamu hah!?” ucap mamah
marah

“sopan santun kalian bilang? Sejak kapan kalian pernah ngajarin qia hah? Gak pernah mah, pah
qia tumbuh menjadi anak remaja tampa kasih sayang kedua orang tua…gak seperti kak gita dan
kak varo qia juga ingin rasanya di peluk, di jadiin tempat pulang ketika rapuh qia pengen kayak
gitu yah, mah” ucap ku di iringi isak tangis ku

“berani yaa kamu, sini kamuu ikut saya” ucap ayah sembaru menarik paksa tangan ku

Aku sudah pasrah pasti di hukum lagi yaa ini lah kehidupan ku jika aku berusaha melawan maka
berujung di cambuk

“siapa suruh kamu menjawab ucapan saya hah!?” ucap ayah marah sembari mencambuk muka
ku

Cahs!

Cahs!

“ampun yah, sakitt qia mohon berhenti yah” ucap ku lirih

“ini hukuman untuk mu yang berani menjawab ucapan ku dan pulang terlambat”

“maaf yah, qia mohon berhenti kia udah gak kuat” ucap ku memohon lagi

Sudah hampir 1 jam ayahku meriksa ku dia mebiarkan ku terduduk lemas di sana, aku sudah tak
sanggup lagi kalau inggin mati sekarang aku lebih memilih mati…kepala ku sakit drah mulai
bercucuran dari tubuhku hidung seta luka-luka akibat cambukan dari ayahku aku hanya pasrah
bahkan sekrang aku berharap untuk tidak terbangun lagi esok hari

Aku membuka mata ku perlahan menyesualikan dengan cahaya yg masuk ah ternyata sudah
pagi dan aku masih hidup aku segera berdiri

“aduh” gumanku sakit

8
Ternyata sakit seklai untuk berajalan, aku berjalan dengan tertatih-tatih menuju kamar mandi
untuk wudhu dan sholat setelah itu aku mulai mengobati luka ku

“aah perih sekali” gumanku, tiba-tiba kepala ku sakit sekali aku lupa ternyata aku belum
meminum obat ku akhir-akhir ini kepala ku sering seklai terasa sakit bahkan tak sayang ketika
aku tidur pun dia sakit sampai-sampai aku harus terbangun. Aku segera meraih obat ku di dalam
tas ku semalam aku meminumnya satu per satu, tiba-tiba pintu kamar ku di buka oleh mama

“nih baju-baju mama dan ayah kamu setrikaain cepat” titah mama

“iyaa mah” ucapku mengiyakan

Aku segera bangkit ke ruangan setrkaan lalu ku nyalakan setrikan dan mulai menyettrika dengan
telaten di tengah-tengah menyetrika kak gita memanggil ku, aku lalu pergi menemuinya aku
lupa bahwa sertriknya berada di atas baju ayah

“iyaa kak?” tanyaku

“buatin gw susu sama roti, cepetan laper gw” titahnya

“iya kak” ucap ku kemudian berlari ke lantai bawah

“ini kak roti sama susunya” ucap ku

“yaudah pergi sana lo” ucapnya, aku segera keluar dari kamarnya tak lupa menuup pintu
kamarnya aku lalu bergegas ke ruang setrika sesampainya di sana aku di biin terkejut bahwa
setrika itu mulai mengeluarkan asab, buru-buru aku mengangkatnya ternyata baju ayah sudah
terbakar di buatnya

“aduhhh gimana gini ayah pasti marah” ucap ku cemas, aku sudah tidak bisa berpikir jernih lagi
yang ku pikirkan sekrang bagai mana caranya agar ayah tidak marah dan kembali menghukum
ku. Tiba-tiba mama masuk ke rungan ini

“heh udah belum lama banget sih” tanyanya, aku terpelonjak kaget sampai baju yang ku pegang
tadi jatuh di ambillah baju itu oleh mama

“aduhh kalo ngapain sih ngak becus banget cuman di suruh setrika baju segni aja ngak becus,
lijat ini sampai lubang” ucapnya marah

“maaf mah tadi aku tinggal ke bawah bikinin kak gita sarapan” ucapku jujur

“jadi kamu bilang gita yang salah gitu?” cela mama

“ada apa ini pagi-pagi ribut sekali, astagaa ini kemeja aku kenapa jadi lubang begini?” ucap ayah
kaget

“ini yah si benalu ini yang buat” ucap mama

“maaf yah aku ngak sengaja” ucap ku lirih

“maaf kamu bilang!? Kemeja ini mahal kamu ngak sanggup ngantiin kamu pikir ini murah hah!??
Ikut sini kamu” ucap ayah marah lalu menarik aku paksa

9
“saya sudah bilang jangan pernah merusak barang-barang saya” ucapnya kali ini sambil
mecambuk menggunakan gespernya

“aaaa ampun yah maaf qia salah ampun” jeritku

Jerit demi jerit kal berhenti ku lontarkan seseklai darah segar keluar dari kulitku aku sudah
pasrah mungin kah ini menjadi akhir hidup ku? Aku berharap iya

“serang kamu keluar dari krumah ini!!!” ucap ayah

“jangan usir aku yah aku mohon” mohonku

“gak ada ampunan untuk mu kali ini” ucamya sembar mendorong ku paksa

Akhirnya aku memutuskan untuk pergi meninggal kan rumah ku hahah sekarang entah kemana
aku harus pergi aku pun tak tahu…aku berhenti sebentar di halte ku pegang kepala ku sakit
seklai rasanya, aku kembali berjalan entah kemana tiba-tiba sekujur tubuh ku rasanya melayang
dan aku tak tau semua tiba-tiba gelap.

Aku membuka mataku hal pertama yang terlintas di benak ku dalah “ternyayta aku masih
hidup” tak berselang lama ada seorang dokter masuk ternyata dokter itu dokter reza

“alhamdulilah qia kamu sadar juga” ujarnya

“emang aku knapa dok?” tanya ku pasalnya aku tak tau aku kenpaa

“kamu ketabrak qi” ucapnya lagi sambil memeriksa kondisiku, aku hanya bisa pasrah
meyerahkan diri ku ke padanya, tiba-tiba aku mengalami kejang-kejang dokter reza pun mulai
memasangkan oksigen kepada ku…setelah itu semua kembali membaik

“dok qia boleh minta kertas sama pulpen gak?” tanya ku

“boleh qi nih” ucapnya sambil menyerahkan

“makasih dok” ucap ku sambari memberikan dia senyum

“iyaa yaudah saya tinggal yaa” pamitnya

Aku pun mulai menulis suran untk keluarga ku entah apa yang membuat ku melakukan ini

“Assalamualaikum yah, mah, kak kalau surat ini udah sampai ke kalian berarti qia udah ngak
ada heheh dan gak tau sih ini penting but kalian atau gak, qia sayang kalian walau pun qia tau
kalian gak sayang sama qia…qia senang bisa ada di antar kalian walaupun semua perlakuan
buruk kalian ke qia itu bentuk kasih sayang kalian ke qia.

Maaf karna qia mamah gak bisa hamil lagi padahal ayah pengen punya adik lagi

Maaf karena menjadi beban kalian semua, tapi serang ngak lagi kok

Qia akan pergi jauh dari kalian semua jauh sekauh-jauhnya…qia terkena kanker otak qia selama
ini pulang malam karna qia haurs kerja untuk pengobatan qia

10
Maaf dan aku menyayangi kalian semua, jaga diri baik-baik yah, mah, kak aku sayang kalian
aku pamit yaa aku udah ngak kuat

Sekali lagi maaf dan terimakasih”

Setelah itu aku mulai merasakan sesak yang hebat, aku memencet tobol pemanggil dokter…
dokter reza datang dengan wajah panik berusaha menyelamatkan ku tapi allah lebih sayang
aku…yaa aku meninggal

***

Dokter reza mulai menghubungi keluarga ku mereka awlanya tak percaya sampai akhirnya
dokter reza membujuk mereka dan memberitahu tenyang penyakit yang ku derita

“dok ini ngak bener kan?” ucap ayah

“maaf pak saya sudah berusah semaksimal mungkin”

“sayangg bagun yukkk maafin ayah nak, ayah janji ngak hukum kamu lagi” ucap ayah mamah
sudah tak mapu berbicara lagi

“dek bangun yuk entar kita main bareng”

***

Hari ini adalah hari pemakanan…selesai pemakaman semua keluarga berkumpul di ruang tengah
beserta dokter reza

“maaf pak ini ada surat dari qia untuk kalian katanya dia berpesan untuk di bacakan di
kamarnya” ucap dokter reza

Ayah menerima surat tersebut lalu berjalan ke atas menuju kamar qia, di bukanya pintu kamar
putri bungsunya semerbak wanggi vanilla kas qia langsung menusuk indra pemcuiman mereka,
satu hal yang membuat mereka kaget banyak sekali pigam seta mendali tersusun rapih dilemari
kacanya selama ini mereka tidak pernah masuk ke kamar qia, ayah segera membuka surat itu
dan membacanya

“Assalamualaikum yah, mah, kak kalau surat ini udah sampai ke kalian berarti qia udah ngak
ada heheh dan gak tau sih ini penting but kalian atau gak, qia sayang kalian walau pun qia tau
kalian gak sayang sama qia…qia senang bisa ada di antar kalian walaupun semua perlakuan
buruk kalian ke qia itu bentuk kasih sayang kalian ke qia.

Maaf karna qia mamah gak bisa hamil lagi padahal ayah pengen punya adik lagi

Maaf karena menjadi beban kalian semua, tapi serang ngak lagi kok

Qia akan pergi jauh dari kalian semua jauh sekauh-jauhnya…qia terkena kanker otak qia selama
ini pulang malam karna qia haurs kerja untuk pengobatan qia

Maaf dan aku menyayangi kalian semua, jaga diri baik-baik yah, mah, kak aku sayang kalian
aku pamit yaa aku udah ngak kuat

11
Maaf kak gita aku pamit duluan yaa, nantikalau ada tugas kaka kerjaiin sendiri yaa kakak bisa
kok okyy heheh

Sekali lagi maaf dan terimakasih”

“maaf sayangg” ucap mamah lirih

“gita apa maksutnya qia berbicara bahwa kamu bisa mengerjakan tugas kamu sendirian? Jangan
bilang selama ini yang kerjakan tugas kamu itu qia?” tebak varo

“hmm maaf mah, yah, kak selama ini yang ngerjain tugas aku itu qia bahkan hampir semua
mendali aku itu hasil kerja keras qia” ucap gita sambiol tertuntuk takut

“mamah kecewa pada kamu gita” ucap mamah

“maaf mah” ucap gita lirih

Setelah itu mereka memutuskan untuk keninggal kan kamar qia, dan yaa mereka sanggat amat
menyesal akan perbuatan mereka dan ini lah akhir kisah ku

12
BIOGRAFI PENULIS

Namaku Luthfiah Isnaini setyanigrum, aku anak ke dua dari 2 bersaudara, aku memiliki kaka
perempuan yang sekarang sedang memempuh pendidikan di bangku kuliah, aku terpidah
dengan kakak ku aku di kupang dan dia di jawa. Ohiya aku lahir di kupang tanggal 24 februari
2008 di sebuah rumah sakit bernama “RS. Mamami” yang tinggal dikupang pasti kalian tidak
asing lagi dengan rumah sakit itu aku tumbuh besar di kupang walau aku asli jawa, kedua orang
tua ku asli jawa tepatnya di jawa tenggah, solo. Sekarang aku tinggal di sebuah rumah
sederhana yang berada di kab. Kupang teptanya di oesao, rumah ku tepat di tepi jalan raya jadi
tidak heran ketika pagi-pagi sudah riuh dan bising akan suara kerndaraan. Dulu aku inggat seklai
aku bersekolah di RA dekat rumah ku namnay RA Babussalam Oesao waktu itu umur ku baru
menginjak 4 tahun yang pada waktu itu seharusnya anak ke usia kubelum di perbolehkan masuk
TK. Akhirnya aku lulus TK dan melanjutkan ke jenjang Sekolah dasar (SD) for your information
mulai dari TK-MTS aku bersekolah di satu lingkup pendikan yang sama yaitu Babussalam Oesao
dan yaa sekrang aku sedang menempuh pendidikan sekolah menengah pertama (SMP/MTS)
kelas 9

13

Anda mungkin juga menyukai