Anda di halaman 1dari 5

Pak Malaikat

Degup jantungku semakin menjadi, langkah kakiku terus kulaju menyusuri hutan.
Sekuat tenaga aku mencoba menjauh dari kejaranya. Namun, ia tampak semakin
mendekat, berkali-kali aku tersandung ranting dan akar pohon ,luka bercucur darah pun
tampak mengalir di kakiku. Bruuuukk!.. tiba-tiba aku terpeleset di bebatuan dekat
sungai dan membuat tubuhku tebanting ke batu-batu, rasanya semua tulangku kini
patah. Belum sempat aku bangkit, dia datang dan menerkamku dari belakang , aku
berusaha sekuat tenaga melepaskan diri, namun tubuhku begitu erat dicengkramnya.
Sekilas aku melihat tatapan mata merahnya yang tajam, serta wajahnya yang penuh
sayatan tampak begitu menakutkan membuatku tak sadar menjerit begitu keras, iapun
membungkam mulutku dan dengan entengnya ia melempar tubuhku ke sungai, aku yang
tidak bisa berenang panik setengah mati.
"Ahhh... tolong! tolong!!", teriakku sambil mengayun-ayun tangan berusaha meraih
permukaan, bukanya terapung aku malah semakin tenggelam, dadaku terasa sesak
karena tidak bisa bernafas "Aaaaaaaaaaaaa!,tolong!!." teriakku. Akupun membuka
mataku, dan otomatis duduk " Huh!! Ya Allah, ternyata cuman mimpi, duh si Ulfa tidur
tanganya nindah-nindih sembarangan , bikin sesek nafas aja" dumelku kesal, akupun
menyingkirkan tanganya , lalu mencoba mengatur nafasku yang masih tak beraturan.
Keringatku bercucuran membasahi keningku persis seperti baru lari maraton lima
kilometer.
Aku memang sering mimpi buruk saat tidur dipeluk atau tertindih sesuatu, rasanya
dadaku sesak .Kadang-kadang aku bisa mimpi tertimpa pohon, dililit ular ,dan
tenggelam. Karna terlanjur bangun, akupun memutuskan untuk mandi. Waktu
menunjukkan pukul 02:45, aku sudah biasa jam segini mandi, selain bikin badan seger ,
mandi pagi-pagi kayak gini emang untuk menghindari antrian , maklum di pondokku
hanya ada 3 kamar mandi sementara santri di sini ada 40,jadi kami harus bergantian,
bahkan kadang-kadang berebut. Usai mandi aku melakukan rutinitas pagiku, yaitu
ngetokin pintu-pintu kamar supaya semua santri bangun buat sholat tahajud, kadang-
kadang akupun meniru-niru suara pengurus pondok supaya mereka cepat bangun, bisa
dibilang iseng sih, tapi cara ini emang cara yang paling manjur, hehe.
Usai sholat subuh berjamaah, aku mengumpulkan baju kotor, lalu menuju samping
sumur untuk nyuci bersama santri-santri lain, ininih enaknya mondok , hal yang
membosankan kayak nyuci dan bersih-bersih bisa terasa asik , karna dilakuin bareng-
bareng. Dan nilai positifnya kitapun jadi terbiasa hidup mandiri. Hari ini aku libur karna
ada acara wisuda kelas 12 di sekolahku, alhasil kelas sepuluh dan sebelas diliburin,
termasuk aku . Setelah beres nyuci ,otomatis aku menuju kamar dan tiduran di kasur.
"Duh! Sumpah, tiduran tanpa beban kayak gini enak banget, jarang-jarang bisa nyantai
gini" ucapku lega, libut kayak gini emang jarang terjadi, setelah semua aktivitas di
sekolah dan pondok yang padat membuat ku capek otomatis libur sehari kayak gini aja
bagaikan dapet hadiah duit satu miliar.
Belum ada lima menit rebahan, HP ku berdering tanda ada pesan masuk, ternyata
pesan dari mbak Ela , dia ini salah satu santri kelas dua belas yang hari ini diwisuda.
"Bin, aku nggak ada yang njemput nih di salon, tolong jemput aku dong, anterin ke
MAN sekalian bentar lagi acara mulai nih, pliss! " ujarnya. "Yaelah, lagi enak-enak ada
aja yang ganggu, " gumanku dalam hati, tapi kasian juga sih, tanpa pikir panjang aku
cepet-cepet dandan. Awalnya aku binggung mau minjem motor siapa, kalau minjem ke
pengurus pondok takut diomelin, tapi mau kemana lag emangi, akhirnya aku ngumpulin
keberanian ngomong ke pengurus pondok lagian motornya nggak dipake macem-macem
kan, cuma dipake njemput mbak Ela, lagian mbak Ela kan juga santri di sini. Dan
Alhamdulilahnya beneran dibolehin, wah seneng banget rasanya, serasa menang lotre
seratus juta.
Setelah nyampe salon , aku binggung karna disana sepi, nggak ada satu orang pun ,
beberapa kali aku manggil-manggil tapi nggak ada yang nyaut. "Lah ini orangnya pada
kemana, masa pagi-pagi udah maen petak umpet,jangan-jangan mau ngeprank aku,
tapikan hari ini aku nggak ulang tahun? " ucapku ngelantur kemana-mana. Beberapa
saat kemudian muncul ibuk-ibuk, dia ngasi tau aku kalau salon buat rias wisuda bukan
disana tapi masih sekitar satu kilo dari salon ini, wah sumpah malu banget.
Akupun lanjut jalan, setelah beberapa menit clingak-clinguk nyari salon, akhirnya
ketemu juga. Di sana terlihat beberapa orang make kebaya, aku berhenti di depan
gerbang, dari sini keliatan mbak Ela duduk di kursi dekat pintu salon, selain dia terlihat
ada mbak Risma dan mbak Ndari yang juga santri satu pondok denganku ternyata
mereka nyalon di situ juga, dan MasyaAllah mereka beneran 180 derajat beda, biasanya
kusam kaya kerak porselen sekarang berubah jadi bening, wajahnya imut-imut kayak
kue mochi, beneran bikin pangling. "Ya ampun, Binti! ditungguin dari tadi, kemana aja
sih? " sambutnya sambil menyalami tanganku, "Yee, dia nggak tau, perjuanganku buat
nyampe disini ,mulai dari minjem motor ke pengurus pondok, udah gitu pake nyasar lagi
di jalan, " "Lah masa ke sini aja nyasar, dasar payah! hahaha" ledeknya " Udah
dibela-belain jauh-jauhke sini , eh malah di ketawain, dahlah males balik lah aku, " "
Yaelah udah ah gitu aja ngambek, nanti cantiknya ilang loh, yaudah maaf deh, eh bin
beliin sarapan dong, laper nih " bujuknya.
"Sarapan? , hari ini toko-toko tutup mbak, kan ada acara nikahan di Tanen, " timpalku
"Oh iyaya, terus gimana dong, aku laper banget tauk" keluhnya dengan muka kusut
persis karpet musola. "Emm yaudah deh, coba aku muter-muter dulu, siapa tau ada toko
yang buka ". Akupun segera berlalu menuju motor, tiba-tiba terdengar beberapa temen
mbak Ela memanggilku, dan ternyata mereka nitip buat dibeliin sarapan juga, maklum
dari subuh mereka udah ke salon buat di rias, tanpa pikir panjang akupun mengangguk
tanda mengiyakan pinta mereka saat di jalan aku mengguman " He? ..nitip? kenapa tadi
aku nggak minta duit sekalian, kan aku nggak ada duit " sambil menyetir aku merogoh
saku, dan hanya kutemui uang 10.000 , dalam hati "Lah duit segini dibeliin apaan nih ,
mana yang nitip banyak, duh! " sambil terus mencari -cari toko aku memutar otak kira-
kira mau diapain uang segini. Sampai akhirnya ketemu satu toko yang buka tepatnya di
perbatasan desa, lumayan jauh memang, aku berhenti dan melihat-lihat beberapa deretan
makanan ringan, tanpa pikir panjang akupun mengambil roti, semua uangku ku tukar
dengan roti-roti itu, karena menurutku roti itu paling mengenyangkan dari jajanan lain.
Begitu terbeli akupun segera kembali, sesampainya di salon aku memenaruh seplastik
roti itu di lantai. " Nih mbak sarapannya udah sampe, biasanya kalo orang barat tuh
sarapanya roti kayak gini, nah kayaknya nggak papalah sekali-kali nyobain kebiasaan
bule-bule itu hehe" ledekku ,tanpa basa-basi merekapun mendekat dan berebut roti , dan
dalam sekejap semuanya ludes. "Wah, makasih ya Bin, pengertian banget, nanti kita
ganti deh duitnya" ucap mbak Risma sambil mengunyah roti. "Alah makan aja, santai
aja kayak sama siap aja, nggak usah di ganti segala" ucapku enteng, padahal uangku
udah menipis karna bulan ini belum di sambang orangtuaku tapi nggak papalah, sedekah
kan nggak mungkin bikin kita mlarat , itulah salah satu pesan ustad madinku yang selalu
kuingat .
Jam menunjukkan pukul 06:45 , di jalan terlihat banyak wisudawan dan wisudawati
bersama walinya menuju arah sekolah. Tiba-tiba mbak Ndari kelabakan , tampaknya ia
sedang mencari sesuatu, "Nyari apa mbak? " tanyaku heran " Kaos kakiku kemana ya,
kamu ngeliat nggak? nggak adanih , padahal udah aku cariin kemana-mana tapi tetep
nggak ketemu " jawabnya kebingungan. " Di tas kali, keselip mungkin " " Ih, nggak
ada, udah aku cek, duh gimana dong ini? emm, Bin aku minta tolong dong, plis! "
Ujarnya melas. " Apaan? " " Beliin kaos kaki dong, ya? ya? Plis!!" " Yaelah, perasaan
dari tadi kok aku disuruh-suruh muluk " "Halah Bin tolong dong, masa aku udah
dandan kaya gini mau naik motor, nanti kalo kena angin terus bulu mataku copot
gimana dong" timpalnya memelas, " Yaudahdeh iya " jawabku pasrah .Walaupun jarak
toko dari salon lumayan jauh, tapi yaudahlah demi mbak Ndari.
Begitu kaos kaki terbeli, aku segera bergegas kembali ke salon. Awalnya semua
tampak biasa-biasa saja, sampai saat aku sampai di jalan dekat persawahan tiba-tiba
motor yang ku naiki tersendat-sendat, tak lama kemudian mesinnya mati. Seketika aku
syok "Lah, ini kenapa ni motor, kok tiba-tiba mogok, ada-ada aja deh,duh gimana nih? "
ucapku panik, akupun menuntun motor ke pinggir jalan,beberapa kali aku mencoba
menghidupkan mesin, tapi sialnya motornya nggak mau hidup. Jalanan terlihat sepi,
nggak ada satupun orang lewat,mana cuacanya panas banget aku nggak tau harus
ngapain.
Aku pasrah, sambil memejamkan mata dalam hati aku berkata "Hasbunallah wani'mal
wakil ni'mal maula wa ni'man nasir, laahaulawalaa quwwata illa billah hil aliyil adzim"
doa ini, doa yang diajarkan bapakku, katanya setiap mengalami kesusahan kita harus
mengingat Allah, karna Allahlah yang mencukupi segala kebutuhan kita dan Allahlah
sebaik-baik pelindung setiap mahluk.
Nggak lama kemudian datang seorang bapak-bapak dari arah belakangku , ia naik
motor bersama anak laki-laki kecil, kelihatannya usianya sekitar 4 tahunan. "Loh , Dek
ngapain kamu berhenti di situ? " tanyanya heran, " Emm ini Pak, nggak tau nih tiba-tiba
motor saya mogok nggak mau nyala" sahutku gugup. "Haha bensinnya abis mungkin, "
ucapnya sambil tertawa kemudian dengan santainya ia berlalu begitu saja. Aku bener-
bener nggak habis pikir, masa cuman nanya, ya paling enggak bantuin apa kek, tega
banget.
Akupun membuka jok dan mengecek tangki bensin, dan benar saja , tangkainya
kosong. " Ya Allah pantesan motornya mati, la tangkainya aja kering kerontang kayak
gini, haduh ada-ada aja deh, " dumelku kesal sambil memukul tangki bensin. "Duh
gimana nih, masa harus ndorong mana masih jauh banget, udah gitu megang duit cuman
dua rebu itupun duit kembalian kaos kakinya mbak Ndari" keluh sambil menggaruk
kepala yang sebenernya nggak gatal. Beberapa kali ada kendaraan lewat aku mencoba
mengayun tangan berharap ada yang berhenti, tapi tak satupun yang peduli, mereka
hanya memandangiku sinis, dan sialnya lagi hpku tertinggal di kursi salon, ah lengkap
sudah penderitaanku.
Karna lumayan lama berdiri kakiku pegel akupun duduk bersila di samping motor, aku
mencoba menenangkan diri mengelus dada "Ya Allah, mau nolong orang, ada aja
halangannya, pasti mbak Ndari sama mbak Ela nungguin aku, mana udah makin siang
pasti acaranya udah mulai. Ah sabar , sabar " ucapku lesu. Karna waktu makin siang
akupun memutuskan untuk mendorong motor walaupun jauh mungkin lebih baik aku
beranjak. Daripada ngangkrak di pinggir jalan nggak jelas, kalo nanti ketemu toko yang
jual bensin mungkin aku bisa ngutang dulu fikirku. Saat aku mulai bangkit dari dudukku
terlihat seseorang menghampiriku, ternyata dia bapak-bapak yang tadi meledek ku,
entah mau apa dia datang lagi. Tapi terlihat dibalik tangan kirinya yang memegang anak
lelakinya ada sebotol bensin, iapun berhenti tepat di depanku. "Dek coba kamu buka
tangkinya " ucapnya, aku yang melongo heran pun kelabakan dan segera kubuka tangki,
ia menyodorkan botol itu kearah ku, akupun segera menerimanya kemudian
menuangkannya ke tangki. Karna tidak ada corong air, otomatis bensin itupun tumpah-
tumpah diatas tangki . " Lah gimana sih kamu, nggak bisa ya, kok sampe tumpah-
tumpah hahahah, coba sini-sini" ucapnya smbil terkekeh. Bapak itupun turun dari motor
lalu menurunkan anaknya , kemudian ia menuang pelan-pelan bensin itu ke tangki
motorku.
Aku benar-benar heran, awalnya aku pikir ini mimpi tapi saat ku cubit pipiku ternyata
sakit jadi artinya ini nyata. Tapi aneh sih, zaman sekarang kan kebanyakan orang itu
cuek, tapi hari ini aku dipertemukan sama orang sebaik beliau. Sambil menuang bensin
bapak itu mengajakku ngobrol. " Adek ini darimana kok bisa kehabisan bensin disini
sih? " tanyanya heran. " Em, anu pak jadi saya tadi disuruh beliin kaos kaki mbak saya,
soalnya kaos kakinya ketinggalan, hari ini dia mau wisuda " jawabku gugup. "Oalah,
emang rumah kamu mana? " " Kalau saya sih asli Kalidawir pak, tapi saya mondok di
pondok pesantren Sabilillah Muttaqin Tahun pak " "Ealah kamu santrinya ustadz
Gufron . Kamu kelas berapa? " " Saya kelas sebelas pak " " Loh udah Aliyah ya, saya
pikir masih MTs, soalnya kamu masih keliatan kecil banget hahaha," ledeknya sambil
terkekeh akupun ikut tertawa mendengarnya. Bapak itu begitu ramah, mengingatkanku
kepada sosok kakekku yang sudah lama meninggal, tutur katanya lembut dan hangat
persis seperti kakek, membuatku nyaman lama-lama berbincang-bincang.
Setelah beberapa menit kami berbincang, kini aku binggung,gimana caranya
ngomong kalau aku nggak megang uang, aku binggung tapi mau nggak mau aku harus
ngomonglah " Em, Pak maaf ya sebelumnya saya sekarang lagi nggak megang uang ,
semisal bapak nunggu saya disini sebentar gimana, saya mau minta uang kakak saya di
salon, nanti saya cepet-cepet balik kok" ucapku gugup, namun bapak itu cuman
tersenyum lebar memperlihatkan barisan giginya yang rapih. " Halah udah nggak papa
santai aja, nggak usah di ganti . Kamu sekarang cepetan balik aja ke kakakmu pasti dia
udah nungguin, ini udah siangloh pasti wisudanya udah mulai" ucapnya enteng, " Loh
tapi pak, masa uangnya bapak nggak saya ganti, "timpalku " Halah nggak papa kok saya
ikhlas, udah kamu cepetan balik sana, nih botolnya kamu balikin ke toko yang depan
yang ada spanduk warna ijonya" ucapnya sambil menyodorkan botol itu, akupun segera
menerimanya. "Ya Allah makasih banyak ya pak semoga rezekinya lancar, banyak, dan
barokah dunia akhirat, soalnya bapak udah mau cape-cape bantuin saya " ucapku " Iya,
sama-sama kita kan emang harus saling tolong-menolong, apalagi sesama muslim, lain
kali kalo mau keluar cek dulu bensinnya ,jangan sampe kehabisan di tengah jalan kayak
gini " "Hehe iya Pak, sekali lagi makasih ya," akupun salim dan mencium tangannya dan
bergegas kembali menuju salon.
"Ya Allah Alhamdulillah untung ada bapak tadi, kalo enggak aku udah pasti lumutan
disana " ucapku lega. Selang beberapa meter aku beranjak, aku menoleh ke arah kaca
spion untuk melihat bapak itu, tapi anehnya dibelakang sana sudah tidak ada ada orang.
Sontak aku terkejut, untuk lebih jelasnya aku menoleh ke belakang dan benar saja disana
sudah sepi nggak ada siapapun padahal baru beberapa meter aku beranjak. Logikanya
sih bapak itu masih naikin anaknya ke motor atau paling cepet nyebrang jalan tapi
anehnya bapak itu udah hilang bagai ditelan bumi.
"Lah bapak tadi kemana kok ilangnya cepet banget" ucapku merinding. Aku benar-
benar binggung , kini fikiranku kemana-mana , perasaanku antara seneng, takut, panik
pokoknya campur aduk. "Ya Allah jangan-jangan tadi itu bukan manusia, duh kok jadi
gini sih" . Bulu kuduk ku semua berdiri aku bener-bener takut, gimana mungkin orang
bisa ngilang dalam waktu secepat itu, jalan persawahan ini lurus, jadi kalaupun bapak
itu udah jalan pasti masih keliatan walaupun jauh, tapi anehnya jalanan tampak sepi.
Tapi bisa jadi aku yang salah lihat atau kurang jeli. Maklum, mataku emang min, tapi
nggak separah itu juga, aku masih jelas ngeliat sesuatu. Tapi kalau firasatku bener kalau
bapak tadi itu malaikat kiriman Allah,ya aneh juga sih masa malaikat beli bensin. Tapi
apa sih yang nggak mungkin di tangan Allah.
Begitu sampai di toko yang disebut bapak tadi, aku turun dan menghampiri seorang
bapak-bapak yang duduk dibelakang etalase kaca ia tampak menghitung-hitung sesuatu.
"Permisi pak, maaf Pak ganggu , ee ini saya mau nanya tadi ada bapak-bapak bawa anak
kecil cowok ke sini beli bensin nggak? "tanyaku " Oh iya Dek, tadi ada bapak- bapak
sama anaknya , beli bensin dan minjem botolnya " jawab bapak botak itu. " Oh bener
kalo gitu, nih saya mau balikin botolnya makasih ya Pak" ucapku sambil menyodorkan
botol ke bapak itu. "Em Pak maaf nih sebelumnya, Bapak kenal nggak sama orang yang
tadi beli bensin" tanyaku penasaran . "Emm, siapa ya enggak tuh Dek saya nggak pernah
ngeliat sebelumnya.Emang kenapa Dek? " ucapnya sambil menaruh botol bensin ke rak.
"Oh enggak papa kok Pak saya penasaran aja, soalnya tadi saya nggak sempet nanya-
nanya" "Em kayaknya bukan orang sini Dek, kalaupun warga desa sebelah saya juga
nggak pernah liat, " "Oh yaudah deh Pak, makasih, saya permisi dulu " ucapku sambil
berlalu meninggalkan toko.
Jawaban bapak itu semakin membuatku yakin kalau tadi itu bukan orang tapi emang
malaikat. Tapi apa mungkin ya, bukan nggak percaya sama hal-hal ghoib tapi entahlah,
wallahu a'lam bi showaab.

Karya : Binti Khoirun Nisak

Anda mungkin juga menyukai