Anda di halaman 1dari 4

MOOD BOOSTER KU

Oleh :Anggia Nurulita

Terik matahari yang menyengat kala itu, tumpukan angkot dan suara riuh
klakson menambah sesak keadan jalan di depan gerbang sekolahku. Entah apa
yang aku pikirkan, yang kutahu hatiku sangat sakit menahan tangis yang ingin
kukeluarkan saat itu juga. Tapi sebisa mungkin kutahan tangisku sambil berjalan
melalui keramaian, sepanjang jalan aku terus memikirkan hasil pengumuman
yang tak ada namaku didalamnya.

Sejak pertama kali masuk SMA sudah kupikirkan bagaimana aku akan
mempersiapakan diri untuk masuk Perguruan Tinggi Negri (PTN). Setiap hari
kubuka lembar demi lembar soal ,kupelajari dengan rutin.Bahkan tak jarang aku
sering tertidur di meja belajarku.Dan ketika bangun aku sudah berada di tempat
tidur, aku tahu pasti ayah menggendongku tadi malam.Hampir setiap malam
mungkin aku seperti itu, “hahaha entahlah dasar aku ini” gumamku sambil
tersenyum lebar.

Aku bernama alifia anak pertama dari 2 bersaudara, aku mempunyai adik
perempuan bernama zahra yang sudah duduk di bangku kelas 2 SMP, sebagai
anak pertama pastilah orang tua ku mengharapkan aku bisa menjadi orang yang
berguna, apalagi jika mengingat Ayah dan Ibu sudah tua. Pernah kudengar sedikit
doa ayah, ketika aku terbangun karena haus pukul 03.00 wib “Ya Allah usia ku
semakin tua aku takut akan masa depan anak dan istriku, tolong agar berikan
kemudahan untuk anak anakku, semoga kelak nasib nya tak sepeetiku”pinta
ayahku dalam doanya yang sedikit terdengar olehku.

Mendengar itu hatiku terenyuh, tanpa sadar pipi ku basah dihujani air mata
kesedihan ini. Namun inilah yang menjadi semangatku, setiap kali aku merasa
lelah dari belajarku aku harus istirahat bukan berhenti. Karena aku teringat doa
ayahku, “Hmmm.... Ayahku seolah jadi moodboster dalam hidupku”, gumamku
jika mengingat itu.

Ayahku merupakan seorang petani yang bekerja di ladang milik orang lain.
penghasilan ayah tidak seberapa dari bertani, namun ayah sangat terampil dalam
membuat keranjang. Keranjang keranjang itu dibawa setiap seminggu sekali oleh
ayah untuk dijual dipasar,menggunakan sepeda. Sesekali aku juga menemani
ayahku menjualkan nya kepasar.Aku senang bila menemani ayah, karena aku bisa
menghabiskan waktu berdua.Kami tertawa,makan bersamadan ayah menceritakan
banyak hal padaku.

Keranjang yang dijual ayah tak selalu laku,kadang laku satu dan paling banyak
laku tiga dari lima keranjang yang dibawa.Tapi Ibuku tak pernah mengeluh , ibu
bekerja mencuci dan menggosok pakaian dirumah rumah tetangga. Aku dan
adikku zahra lah yang merapikan rumah setiap hari, karena ibu selalu pulang sore
hari dan sudah lelah seharian karena bekerja di rumah rumah tetangga.

Walaupun ibu sudah lelah sepulang kerja, ibu masih bisa membuat donat. Dengan
dibantu oleh aku dan zahra,kami membuat donat berbagai macam rasa dan toping.
Donat ini kami jualkan di warung warung dekat rumah dan sebagian lagi aku dan
zahra bawa kesekolah.setiap hari jualan ibu selalu ludes tak ada yang
tersisa,karena donat ibu sangat enak dan lembut kata teman temanku.

Aku merupakan siswa yang berprestasi di sekolahku dalam bidang karya seperti
puisi,menulis,membuat pantun dan menyanyi.Dari kelebihanku itulah aku sering
menjuarai perlombaan dan sudah banyak piagam yang aku kumpulkan dari lomba
itu.Sertifikat inilah yang akan aku gunakan nantinya untuk mendaftar PTN,namun
aku sangat lemah dalam hitungan,aku tidak pandai matematika. Sedangkan ujian
itu memuat soal matematika di dalamnya.

Tapi aku tak mau patah semangat,aku tetap berusaha agar aku bisa.Keinginanku
untuk kuliah sudah diketahui orang tuaku dan mereka setuju.Walaupun aku tau
biaya kuliah itu sangat mahal,sedangkan aku berasal dari anak tak mampu. “ Tak
usah dipikirkan fia,ayah dan ibu pasti akan berusaha agar kamu bisa kuliah,jangan
khawatir, fokus aja belajar ya nak” tutur ayahku meyakinkan. Saat itu kami
sedang berkumpul makan bersama.

Walaupun orangtuaku setuju agar aku kuliah, terkadang ada saja mulut tetangga
yang seolah mengoyak hatiku. “Sebentar lagi kamu tamat ya fia,wah bagus itu
nanti kamu kan bisa bekerja di kota” ucap ibu itu.Tapi ibuku langsung
menjawabnya “Nggak buk,fia mau ngelanjut kuliah setelah tamat.Mendengar
perkataan ibuku dia pun terdiam sambil menyerngitkan dahinya.”Biaya kuliah
mahal toh buk,apalagi ibuk kan cuman tukang cuci”ucapnya meyakinkan ibuku.

Tapi ibuku dengan tersenyum menjawabnya “Insyallah...bisa buk, Allah pasti


bantu saya dan alifia nanti” ujar ibuku sambil menaburi donat dengan meses.Ibu
itu pun tak mau kalah kali ini dengan ucapan ibuku, “yah untuk apa toh belajar
tinggi tinggi, kalau ujung ujungnya jadi ibu rumah tangga”ucapnya sambil berlalu
meninggalkan rumahku.

Ibuku hanya tersenyum saja, tak menanggapi apapun perkataan ibu itu.Malah ibu
menatapku “Gak usah dipikirin ya nak,semangat....!!” kata ibuku dengan
semangat. “Siap,komandan...”ucapku dengan semangat . ibu pun tersenyum dan
kami tertawa bersama saat itu.Sebenarnya sudah banyak orang yang berkata
begitu padaku dan mungkin aku sudah kebal akan itu.

Semua kenangan itu terus saja terpikir di kepalaku,sambil berjalan kuingat semua
nya bagaimana doa ayah,bagaimana ibu yang menyemangatiku dari omongan
tetangga,dan adikku zahra.Sepanjang jalan menuju rumahku aku hanya bisa
menyeka air mataku dengan jilbabku.Aku sudah tidak peduli jika orang orang
melihatku,aku terus saja berjalan.Dan ketika sampai dirumah zahra melihatku
dengan mata merah dan sesenggukan.

Aku langsung masuk ke kamar dan langsung menghempaskan diriku di kasur,aku


terus saja menangis.Bayangan pengumuman itu terus saja menghantui
pikiranku,aku tak berdaya seolah dunia ku benar benar hancur. Semua yang
kulakukan hanya kesia sian saja aku gagal.Deraian air mata terus membasahi
pipiku.Ketukan pintu terdengar dari luar “Nak ..ayo keluar kamu kenapa?ibu
khwatir lo,keluar ya” suara lembut ibu menghentikan tangisku.

Kuhapus air mataku dan kubukakan pintu kamarku saat itu juga,”kamu kenapa?
tadi ibu dipanggil zahra,katanya kamu nangis”,tapi aku hanya diam saja dan
memeluk ibuku sambil menangis sejadi jadinya.Ibu mengelus elus kepalaku dan
membiarkan aku menangis di pelukannya.Tak lama aku pun menceritakan semua
nya pada ibuku,bagaimana pengumuman tadi menghancurkan hatiku. Saat itu
ibuku hanya terdiam tak berkomentar apapun.

Aku tau pasti ibu juga sedih melihatku,ibu mencoba menenangkan aku dengan
segelas air putih. Kemudian ibu berkata,sudah enggak apa-apa nak,jangan sedih
ya, Allah pasti punya jalan yang lebih baik dari keinginanmu.ibu siapkan makan
ya,selesai makan langsung mandi kemudian solat. Akupun langsung meng-iyakan
kata ibu.

Setelah solat hatiku terasa sedikit lega,aku mulai mengadukan semuanya kepada
Allah,aku menangis bertanya mengapa doaku tak dikabulkan oleh Nya padahal
aku sudah berusaha tapi apa hasilnya,rasanya sudah lelah mataku menangis.Aku
tak sadar sudah tertidur diatas sajadah, tiba tiba suara ayah mengetok pintu “nak
buka,ayah mau masuk”katanya dari luar, “masuk aja yah gak dikunci”jawabku.
ayahku pun masuk dengan wajah tersenyum mencoba menghiburku,ibu pasti
sudah menceritakanya pada ayah.

“Baru bangun ya anak ayah?” tanya ayahku,kamu jangan sedih ya nak..ayah dan
ibu pasti selalu dukung dan doain kamu sama zahra terus.Enggak apa-apa kan
tahun depan bisa coba lagi. “ fia sedih ya kenapa perjuangan fia seolah nggak
berguna yah?” tanyaku sambil menatap ayah. Sabar nak,gak semua doa kita
langsung dikabulin sama Allah dan pasti Allah telah mengatur yang
terbaik.Enggak apa apa nak,pokoknya harus bangkit tetap semangat pasti tahun
depan bisa.Kata ayah sambil meyakin kan aku

Seminggu telah berlalu,aku sudah sedikit melupakan hal itu. Kini hari hariku
bantuin ibu buat donat dirumah, yang kemudian aku antar di warung
warung.setiap selesai membantu ibu aku menyempatkan diri belajar,kubuka
kembali lembaran soal soal itu. Aku harus lebih giat lagi belajarnya,aku harus
semangat.Gumamku Dalam hati mencoba menyemangati diriku sendiri.

Ayahku mulai sakit sakitan dan sudah tidak bisa bekerja selama tiga hari ini,badan
nya panas tubuhnya makin kurus.Aku khawatir melihat kesehatan ayah,setiap hari
aku menjaga ayahku memberinya makan ,dan ingin selalu berada di
dekatnya.Selama sakit ayah tak pernah merepotkan,dia selalu tersenyum tak
pernah menujukkan rasa sakitnya pada kami.

Dan besoknya ayah napasnya seperti terengah – engah, napasnya tidak stabil.
Ibuku langsung panik dan langsung membawa ayah ke Rumah Sakit,disana ayah
langsung dibawa ke UGD dan katanya ayah harus dipakaikan selang untuk
membantunya bernapas.setelah itu ayah dipindahkan ke ruang ICU, aku tak bisa
melihat ayah. Karena tidak di izinkan masuk. Diluar aku,zahra dan ibuku hanya
bisa menangis.

Kupeluk ibu kucoba menenangkan nya bahwa ayah akan baik baik saja,ibu
mendengarkanku dan kami langsung solat saat itu juga,setelah solat ibu terlihat
lebih tenang .Kami kembali lagi di depan pintu ICU dan menyakan pada dokter
bagaimna keadaan ayah, namun kata dokter kini keadaan ayah sedang
kritis,mendengar itu rasanya kaki ku sangat lemas.Aku tak tahu apa yang harus
aku lakukan.

Setelah beberapa lama dokter keluar, dan mengatakan bahwa nyawa ayah sudah
tak dapat diselamatkan.Ayah sudah tiada, hatiku seolah remuk mendengarkan
perkataan dokter barusan. Aku tak kuasa dan berlari mencoba mendekati tubuh
ayah,kupeluk badannya yang kini kaku.Ibu,aku dan zahra hanya bisa menangis
saat itu. Aku harus ikhlas melepas ayah walaupun aku harus kehilangan
moodbosterku, ayahku dan penyemangatku.

Setahun sudah sejak kejadian itu,kepergiaan ayah.Kini aku sudah dinyatakan lulus
di PTN yang aku impikan dengan beasiswa penuh,aku akan selalu mengingat dan
mendoakan ayah. Alifia janji yah, akan jadi orang sukses dan bisa banggain ayah
disana,bisa jagain ibuk dan zahra juga,ayah yang tenang ya disana.Ucapku sambil
mengusap batu nisan ayah.

Anda mungkin juga menyukai