Anda di halaman 1dari 8

Skizofrenia adalah Gangguan yang mempengaruhi kemampuan

seseorang untuk berpikir, merasakan, dan berperilaku dengan baik.


Penyebab pasti skizofrenia tidak diketahui, namun kombinasi
genetika, lingkungan, serta struktur dan senyawa kimia pada otak
yang berubah mungkin berperan atas terjadinya gangguan.
Skizofrenia ditandai dengan pemikiran atau pengalaman yang nampak
tidak berhubungan dengan kenyataan, ucapan atau perilaku yang tidak
teratur, dan penurunan partisipasi dalam aktivitas sehari-hari.
Kesulitan dalam berkonsentrasi dan mengingat.
Penanganan biasanya seumur hidup dan sering melibatkan kombinasi
obat psikoterapis, dan layanan perawatan khusus terkoordinasi.

Tante ku bercerita dulu saat bunda usianya masih muda ia pernah


memiliki mimpi untuk menjadi psikolog atau hakim, tapi saat kakek
ku pergi mimpi itu hilang. Kakek pergi dengan tugas terakhirnya
sebagai abdi Negara untuk melindungi rakyat Indonesia, ia jadi
korban salah bunuh tapi keadilan untuk kakek tidak ada sama sekali
hanya karna uang. Karna itu bunda ingin dan memantapkan dirinya
untuk menjadi hakim. Dan mengubur mimpinya untuk menjadi
psikolog.

Ditengah semangat dan dendam nya untuk membalas semua


perlakuan manusia kepada ayah nya, disaat bunda dengan
semangatnya untuk mencapai mimpinya, ia menjadi korban pelecehan
Seksual, bunda di perkosa oleh orang gila yang membobol rumahnya
untuk alasan otak bejadnya karna tergila gila pada bunda, karna itulah
bunda menjadi sepertu ini ditambah lagi bunda hamil saat itu.

Iya.. Aku anak hasil pelecehan itu. Orang yang memperkosa ibuku
dengan santainya bahagia di tengah keluarga nya. Tanpa dipenjara,
tanpa merasakan bersalah membuat bundaku seperti itu dan tersiksa
beberapa taun lamanya, bejad. Aku ingin membunuhnya saat itu juga
saat di ceritai itu oleh tanteku. Dan kau mau tau? Aku tidak malu, aku
bangga pada bunda dan bangga pada papa. Bunda tetap
mempertahankan aku dengan dalih ‘AKU TIDAK BERSALAH AKU
HANYA TUHAN PERCAYAKAN UNTUK DIJAGA DAN
PANTAS UNTUK HIDUP!”
Tapi raga bunda hancur, jiwa nya mati saat aku lahir. Mimpinya mati.
Bersama dengan jiwanya. Tapi lagi lagi dengan bangga nya aku pda
bunda, saat aku lahir tante ku bilang bunda hanya bias mencium
diriku yang bayi dan berkata ‘tetap hidup, kau pantas bahagia, dan
aku hanya dipercayakan oleh tuhan untuk menghidupkanmu”
Dan papa hebatku menerimaku dengan baik dan mengangggapku
anak kandungnya, dengan hebatnya dia selalu meyakini ku bahwa
bunda adalah wanit terhebat yang pernah ia punya. Wanita baik dan
cantik seperti bidadari nya di dunia dan surge kelak.
“asa rindu bun, sangat.” Lirihku. Tanpa aku sadar papa sudah melihat
ku sedari tadi, melihatku membiarkan telapak lengan kanan ku terluka
lebar, pisau itu membuat ku terluka kali ini.

“kamu ga boleh kaya gini nak, bunda sedih sangat sedih nanti” ucap
papa dengan isakkannya aku tersadar dan berusaha menghapus air
mataku dan menatap papa yang kini sudah berjongkok memeluk
sendu paha kananku.
“jangan luka kan papamu dengan tangisan menyedihkan mu asa, papa
takut kau pergi juga” lanjut papa.
Aku menatap punggung papa dan mengusapnya perlahan, mencoba
meyakini kalau aku akan baik baik saja untuk sementara ini. “ga akan
pa, tapi aku akan melanjutkan mimpi bunda untuk menjadi hakim,
maaf telat memberitau karna kita masih berduka, pa asa lolos sbmptn
dan kalau umur asa panjang asa akan jadi hakim seperti yang bunda
dan papa mau” ucapku menenangkan, lengan ku masih mengusap
punggung rapuhnya, papa terbangun dengan sigap menatapku dengan
tidak percaya nya, “Terimakasih yatuhan terimakasih atas rezeki dan
duka yang kau berikan, lancarkan dan sehatkan putriku, tenangkan
istriku dan beritau ia bahwa anak kesayangannya ini akan menjadi
hakimnya kelak” papa memelukku dengan bangga, aku terkekeh kecil
mengAamini doanya “Bun, lelaki ini sangat mencintaimu, tolong
dengar kan ini, dan abaikan semua bayangan burukmu selama ini”
ucapku dalam hati.
Papa selalu menanyai apa yang kubutuhkan untuk mos nanti,
peralatan apa yang aku butuhkan, bahkan kendaraan dan apartemen nt
tempat ku tinggal nanti. Aku hanya ingin ia sisihkan uangnya
ditabung untuk masa tua nya, walaupun papa tidak akan dengar karna
menurut ia, ia kerja banting tulang sampai dia bisa di posisi ini ia
pemilik perusahaan pun uang itu hanya untuk aku, dan bunda.
Aku menatap diriku di cermin, Menatap rambut panjang ku, aku ingin
mengubahnya, memotong asal rambutku mengubah poni yang
menghalangi acak dengan sampai titik di bahu. Mengubah gaya
tampilan ku, karna rasa kehilangan aku ingin mencoba daya tarik baru
untuk diriku melupakan semua hal menyakitkan perlahan. Lengan ku
yang terluka pun sudah terbalut rapih dengan perban luka. “aku harus
bisa, ini mimpiku,bunda, bahkan papa,”ucapku meyakinkan diri.

Hari hari berlalu, sekarang saat ny aku mengikuti hal yang wajar
dikalangan mahasiswa baru, hari pertama ku menginjakan kaki di titik
tinggi di pendidikan, kampus impianku.

Boleh perkenalan ulang?

Halo nama ku Asa Gheofani Haruku, anak dari pasangan suami istri
yang sangat aku kagumi, bundaku bernama Laluna Putri Aninggrat,
dan Jaraffy Delon Mahendara, aku anak tunggal. Bunda pergi
meninggalkan ku baru baru ini. Papa sibuk bekerja dan sibuk
membahagiakan ku seperti ia membahagiakan bunda dulu.
Aku lulusan terbaik dari Sekolah Menengah Kejuruan di salah satu
sekolah popular di tempat ku tinggal. Dan kini aku pergi jauh
menjemput mimpi. Pergi dari tempat lahir, tempatku kehilangan jiwa
ku dan kehilangan bundaku. Meninggalkan papa sendiri dengan masa
kelamnya, aku tidak tega tapi demi masa depan yang baik aku harus
tega, begitu kata papa.

Aku merapihkan barang ku di tempat tinggal baruku. Kamar yang


cukup besar untuk anak seusiaku, merapihkan barang barang yang
akan aku bawa esok untuk ospek. Setelah selesai aku merebahkan
tubuhku dengan kepala yang sangat bersorak tidak sabar untuk esok
hari sampai sampai lupa aku belum mengabari papa dan aku belum
mengisi perutku.
Aku bangkit mencari handphone ku dan mulai mengabari papa. Papa
dengan antusias mengangkat telephone dari anak semata wayangnya
ini. “sudah sampai sa? Sudah makan? Gimana kondisi tetangga
apartmen mu?” aku hanya terkekeh kecil mendengar semua
pertanyaan yang ia sebut.
“Pap aku baik baik aja, ini baru mau siap siap beli makan aku baru
kelar beberes baru sempet mau beli makan” jawabku dengan kekehan
kecil
“makan yang banyak pokonya, nanti papa transfer uang jajan mu hari
ini ya” jawab papa antusias
“heem ok pap, trimakasi papa juga makan yang banyak ya”
Benar saja papa muda itu benar benar mengirim beberapa uangnya
lagi, aku pergi menyusuri lorong apartmen yg ku tempati, melihat
beberapa lukisan pihak pengelola pasang, menghirup beberapa bunga
wangi yang setiap harinya diganti katanya.

“mau sampe kapan mama ngatur aku dengan kehendak harus seperti
apa yang mama mau!”
Aku tidak sengaja mendengar, sumpah tidak sengaja.

“Aku cape ma, aku mau ikut papa!”

“AKU GAMAU MINUM OBAT!”

Suara asing yang tidak sengaja kudengar, dan bantingan keras dari
pintu unit pojok itu, tidak sengaja saling menatap dengan gadis cantik
itu dengan matanya yang sayu, airmatanya yang tidak henti mengalir.
Tatapan kosong itu mengisyaratkan tidak kuat kepada dunia..
Iya pergi dengan lari kecilny, aku coba ikuti kemana ia pergi
jalan cepat pun tidak terkejar ternyata, aku coba ikut lari kecil dan
pada sampainya melihat ia menangis sendirian dibawah pohon
rindang dengan kucing disebelahnya
Seolah kucing itu tau bahwa si gadis cantik ini sangat menyedihkan
matanya seolah mengatakan tidak kuat, memerah dengan sangat
menusuk hati yang melihat.

“aku pembunuh…” katanya sendu, “paa kenapa papa pergi saat aku
butuh papa disini, kalau tau begini aku akan memaksa papa untuk
mengajak ku saat itu” lanjutnya, isak tangis nya mengiris hati.
Kenapa? Kenapa aku se ingin ini untuk perduli?

aku pergi kesupermarket dekat pohon rindang di taman itu membeli


minuman dan makanan manis yang pasti sangat disukai semua
wanita.
Aku hampiri lagi dia dengan beban buruk di pundaknya, “kalau
nangis sendirian gaakan dapat solusi” kataku memulai pembicaraan,
lengan kanan ku member ia coklat dan minuman manis itu. “dimakan
siapa tau membaik.” Kataku memberi senyuman.
Dia melihat ku sendu, matanya membengkak dan senyuman tipis
teruai dari bibir kecilnya, menatapku kosong seakan tidak ada harapan
untuk hidup selanjutnnya “trimakasi” katanya
“aku asa, asa ghiofani haruku, aku baru pindah hari ini, beberapa unit
dari unit mu” kata ku saat duduk disampingnya, memangku kucing
kecil yang tadi di sampingnya, membuka kaleng makanan khusus
kucing yang tadi sekalian ku beli.
“namamu siapa?” lanjutku
“Fara, Fara alamanda” jawabnya, tangisannya berhenti ia mengunyah
coklat pemberianku, aku tersenyum kecil melihat ia dengan tenang
memakan makanan manis itu.
“aku ga minta kamu buat cerita, tapi tolong tetap hidup lebih lama ya”
aku melirik lengan kiri nya, dan lagi lagi aku teringat bunda,
“A-aah, aku tidak berjanji kehidupan itu berat aku gasanggup hehe”
jawabnya dengan tenang dan tetap mengunyah makanan manis itu
“kalau kamu ga sanggup tuhan ga akan ngebiarin kamu hidup dan
melihat hal yang nyakitin buat nguji iman dan kehidupanmu ra”
jawabku, aku menatap langit dengan senyuman tipis, berharap kata
kataku tepat.
“aku tau rasanya kehilangan, dan semua orang juga pernah
merasakannya, tapi kalau kamu terus menerus menyalahkan diri dan
memaksa tuhan untuk menjemputmu itu bukan solusi yang baik dan
kamu membuat orang yang saying kamu juga ikut ngerasain
kehilangan” aku menjawab dengan senyuman, seberusaha mungkin
menahan air mataku.
“apalagi kalau kamu pergi dengan goresan yang dengan biasa kamu
lakuin kaya sekarang.” Aku menarik lengan kiri nya, mengambil sapu
tangan di kantung belakangku, mengikat sarung tangan ku di lengan
nya yang deras mengeluarkan darah dengan harapan akan berhenti
saat itu juga.
“lenganmu cantik ra, sama kaya kamu cantik, jangan disakitin terus
ya minum obatnya memang pahit tapi lebih pahit lagi kehidupanmu
yang tidak akan pernah bisa berwarna kalau kamu terus menerus stay
di zona kehilangan seperti ini” aku mengusap kepalanya halus
menghapus airmatanya, matanya menatapku penuh harap apa aku bisa
membuat dia bertahan? Apa aku benar bunda?
“ayo pulang, mamamu pasti lagi nangis kali ini” lanjutku dan menarik
ia untuk bangkit dari duduknya, member usapan kepada anak kucing
itu sebelum kami meninggalkannya untuk pulang.
Fara hanya diam menatap punggung ku, melirik tangannya yang
masih ku genggam halus, berjalan bersama aku mengantar ke unit nya
mengetuk pintu nya. Keluar lah wanita setengah paruh baya menatap
ku dan melirik anak perempuan keduanya. Kakanya melihatnya panic
memeluk nya dengan sangat sigap, mereka menangis aku hanya
menatapnya lirih.

“jangan kaya gitu de kaka takut” katanya


“aku mau hidup lebih lama ka, bantu aku sembuh” jawab fara dengan
tangisan perihnya.
TBC

Anda mungkin juga menyukai