Anda di halaman 1dari 4

AYAH, AKU SANGAT MERINDUKANMU.

Karya Esra R.

Sedih rasanya jika mengingat masa sedih ku, ketika Ayahku harus di bawa kerumah
sakit. menahan rasa sakit yang ada diperutnya. Sekarang aku sudah duduk dibangku
perkuliahan. aku tidah menyangka, sudah 4 tahun lebih Ayah berada disana, terlebih jelasnya
berada di sisi Tuhan Yang Maha Esa. aku sedikit menyesal tidak bisa menunjukkan yang terbaik
untuknya. suka membantah printahnya, suka membohonginya, dan membentaknya jika dia tak
menuruti permintaanku. jika diingat sekarang, aku sangat sedih sekali. aku juga belum berkata
maaf padanya di masa terakhirnya.

- November 03 2016

Aku terbangun dari tidurku. aku melihat ke jendela, langitt masih gelap. tiba-tiba
terdengar suara dari luar. aku keluar dari kamarku ternyata Ayah, Ibu, dan saudaraku sedang
beres-beres. aku baru ingat kalau hari ini Ayah akan di bawa kerumah sakit. ayah ku mengidap
penyakit tumor yang melekat pada ususnya dan ingin segera di operasi. sebelum Ayah pergi
menuju rumah sakit, Ayah mencium pipi kanan, kiri, lalu berpesan

"jangan nakal ya, dek" ucap ayah ku tersenyum. aku membalas senyumannya.

lalu Ayah, Ibu, dan saudaraku pergi menuju rumah sakit Elim Rantepao. dengan terpaksa aku
harus tinggalkan rumah karena aku harus bersekolah.

- November 10 2011

Setelah seminggu aku dirumah. rencananya malam ini aku bersama abangku akan
menjenguknya. aku tidak sabar ingin melihat bagaimana keadaan ayahku kini. Aku segera mandi
dan bersiap-siap bersama abangku. Setelah bersiap-siap aku dan abangku segera naik ke mobil
menuju Rumah sakit Elim Rantepao.

Sesampainya kami di RS Eim. Kami segera menuju ruang rawat Ayah. Aku berjalan
dengan harapan bahwa kondisi ayahku jauh lebih baik dibandingkan kondisinya kemarin.
Setelah sampai, aku membuka pintu kamar rawat Ayahku. ternyata Ayah ku sedang tertidur.
Aku masuk kedalam kamarnya. aku berpelukan dengan Ibuku, aku sangat rindu padanya.

"Ibu, aku rindu Ibu. kapan Ibu pulang?" tanya ku menangis.

"iyah. nanti Ibu juga gatau kapan" ucap Ibuku sambil menepuk belakangku.
kata ibu. Ayah tidah mau makan, setiap makan Ayahku akan memuntahkannya, walau sesuap
saja. kata suster Ayah ku harus makan karena besok Ayahku akan dirujuk ke rumah sakit yang
lebih besar lagi yang ada di Makassar, karena ayahku harus dioperasi. Setelah hamper dua jam
aku menunggu, aku mencium keningnya. aku harus pulang.

"cepat sembuh ya, Yah. aku menyayangi mu" ucap ku. lalu segera pulang ke rumah. sebenarnya
aku tidak mau pulang. aku mau disana, menunggu Ayah ku sampai besok, sampai hari dia akan
dibawah ke Makassar. tapi aku harus sekolah besok, besok juga aku ada ulangan Matematika di
sekolah. aku dan saudaraku bergegas pulang menuju rumah.

- November 11 2011

Aku sering menghubungi ibu, menanyakan hal yang sama "apakah Ayah sudah sadar?"
jawabannya tetap sama "belum, Dek".

Ibu berkata “kata dokter ayah harus di operasi”

“lalu kapan dioperasi ayah?” Tanya ku cemas

“ayah tidak akan dioperasi karena kata dokter operasinya masih ingin dipelajari, jika tumor itu
ganas maka operasinya akan ditutup dan bias saja nyawa ayah akan tiada” ucap ibu.

Aku hanya bias berdoa yang terbaik buat ayah, semoga ayah lekas pulih.

Keesokan harinya abangku yang tinggal bersama ku membangunkan ku untuk bergegas mandi
dan sekolah.

"Taa, cepat bangun sudah siang" ucap kakak ku.

"iya. Bentar lagi" ucap ku mengeles.

- November 23 2016
Setelah hampir dua minggu ayah ku dirawat di salah satu rumah sakit yang ada di
Makassar. Tepat hari ini aku bertambah usia satu tahun lagi. Umur ku kini 17 tahun. Sedih
rasanya seorang remaja yang sudah menginjak usia 17 tahun tidak ditemani oleh ayah, ibu dan
saudaranya. Pada saat itu aku ingin sekali merayakan ulang tahunku bersama keluarga ku, tapi
ayahku masih ada di rumah sakit. Ucapan selamat ulang tahun dari teman-teman berdatangan
silih berganti. Tidak lama ke mudian kakak perempuan ku yang ikut bersama ayah dan ibuku
menelfon ku. Dia berkata
“Taa… selamat ulang tahun dek” ucapnya dengan lembut.
Begitu juga dengan ibu dan ayahku mengapkan hal yang sama kepada ku. Seketika air mataku
tiba-tiba jatuh. Aku berusaha menahan air mata ku karena tidak ingin di lihat teman-teman
disekolah.

- November 30 2016
Setelah sekian lama ayah ku dirawat di Makassar akhirnya ayah pulang dengan keadaan
yang masih sama saja, sakit yang dirasakan bagian perutnya semakin hari semakin parah. Tetapi
aku dan semua org dirumah hanya bias berdoa dan berdoa semoga Tuhan bisa menyembuhkan
ayah.
Sesampainya mereka tiba di rumah, aku segera memluk ibu dan ayah ku.
“Aku sangat rindu kalian” ucapku sambil menangis.
Ibu hanya bisa mengelus kepala ku.
Hari demi hari kami lewati, berdoa dan berharap mujizat Tuhan bekerja dalam kehidupan kami
khususnya buat ayah.

- Desember 5 2016
Pagi-pagi sekali kami semua seudah bangun, beraktivitas seperti biasanya. Aku tidak
pergi kesekolah karena ku lihat ayah semakin kesakitan. Siang itu, kami berkumpul tiba-tiba
ayahku menjerit kesakitan kami pun terkejut. Aku melihat raut wajah ayahku seolah-olah dia tak
kuat lagi menahan sakit yang ada di dalam perutnya. Aku segera duduk dan menyuru ayah ku
duduk menyender pada diriku. Saudaraku yang sudah menangis membuat semua tetangga
berdatangan melihat kondisi ayahku pada saat itu. Aku mengelus kepala ayah ku yang
menyender didepanku sambil berkata “Yahhh.. Ayah pasti kuat, ayah pasti sembuh.” Aku yang
menguatkan ayah tak bisa menahan air mataku yang terus mengalir. Tak lama kemudian ayahku
tidak merasakan sakit lagi. Dia makan sesudah itu tidur. Malam hari kini tiba. Malam itu, malam
yang paling menyedihkan bagi diriku dimana tepat jam 00.00 ayahku pergi meninggalkan kami.
Sebelum ayahku pergi, dia sempat berkata kepada kakakku. “Nak, yang sabar ya. Bapak pergi
dulu” ujuar ayah ku sebelum meninggalkan kami untuk selamanya. Perasaan aku pada saat itu
hancur, kacau aku tidak bisa berfikir. Aku hanya bisa menangis di samping ayahku sambil
mengelus kepalanya. Anak seusia ku ditinggalkan oleh seorang ayah sangatlah menyedihkan.
Hatiku hancur. Perasaanku pada saat itu seperti diterbangkan pada gedung yang tinggi dan
dibuang kebawah.

Setelah keesokan harinya orang-orang berdatangan melihat ayahku. Aku dan saudara-
saudaraku hanya bisa terus menangis dan menangis. Hari terus berjalan sampai akhirnya di hari
penguburan ayahku. Lagi-lagi aku menangis melihat wajah ayahku yang terakhir kalinya, aku tak
bisa menahan air mataku, kulihat wajah ayahku sesekali sambil memanggilnya. Aku tak bisa
bayangkan bagaimana kehidupanku setelah ini tanpa adanya seorang ayah. Aku berharap
ayahku bahagia dan tidak merasa kesakitan lagi.
- Desember 20 2020
Hari ini, aku menulis ini berharap ayahku bisa mendengar setiap apa yang ku katakana
dalam hatiku. Sekali lagi ayah aku mencintaimu dengan setulus hatiku, aku merindukan dirimu.
Terkadang aku suka irih melihat teman sebaya ku yang masih bisa memanggil ayahnya, tapi
semua itu ada maksud Tuhan dibalik semua ini. Aku berharap ayah senang dan bahagia disana.

Kini aku menerimanya apa adanya, ikhlas. apalagi aku di kelilingi keluarga, saudara dan
sahabat yang siap menemaniku. yang pasti aku ingin membahagiakan Ibuku, harta terakhir yang
kumiliki sekarang ini. aku juga sudah memasuki smp yang ku inginkan, tapi tak 1 sekolah dengan
Yudha. semoga saja Ayah tersenyum melihatku disini :)

Dan akhirnya aku ingin berkata bahwa hormatilah ayah atau ibu sebelum hal-hal yang
tidak kau inginkan terjadi kepada mereka. Aku mencintaimu ayah, sungguh mencintaimu.

PROFIL PENULIS

Nama ; Sindi Evinaditi

TTL ; 23 November 1999

Email ; Sevinaditi@yahoo.co.id

Ini kisah ku sendiri. maaf kalau ada salah kata.

Anda mungkin juga menyukai