Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji dan Syukur selalu kami panjatkan kepada Tuhan


Yang Maha Esa karena limpahan rahmat dan karunia-
Nya kam mampu menyelesaikan cerpen dengan judul
‘Nasib. Cerpen ini berkisah tentang hidupku dari kecil
yang ditinggal ayah kandungku selamanya sampai
menemukan hidup baruku bersama ayah tiri yang baik.

Di dalam menulis cerpen ini, saya sadar bahwa saya


menyelesaikannya tanpa ada bantuan dari berbagai
pihak. Saya telah menyumbangkan energi dan
pikirannya di dalam penyusunan novel sehingga
memiliki alur seperti sekarang ini.

Sebagai menusia kami sadar bahwa cerpen yang saya


buat masih belum pantas jika disebut sebagai sebuah
karya yang sempurna. Kami sadar tulisan kami masih
banyak memiliki kesalahan, baik dari tata bahasa
maupun teknik penulisan itu sendiri. Maka saya meminta
adanya masukan yang membangun agar saya semakin
termovitasi untuk menjadi lebih baik dan lebih
memperbaiki kualitas cerpen saya.

Wasalammualaikum Wr.Wb.

Bendo, 18 Desember 2021

0
NASIB
Nama ku Aulia Wahyu Nora Wardani biasa dipanggil
Aul atau keluarga ku biasanya memanggilku Wahyu. 9
Agustus 2003 aku dilahirkan ke dunia dari seorang rahim
perempuan yang aku sayangi sampai saat ini yaitu ibuku,
Sulastri. Aku adalah buah cinta dari ibu dan ayahku,
Sikan. Ibu dan ayahku bekerja sebagai buruh pabrik di
Surabaya. Saat bayi aku tinggal dirumah nenek dari
ayahku di Jombang, Jawa Timur.

Tak terasa saat aku umur 4 tahun tepatnya pada tanggal 7


Februari 2007 ayahku meninggal dunia karena sakit
asma yang dideritanya. Pada saat itu aku yang belum
paham akan ditinggalkan oleh ayahku selamanya.

Ketika ayahku diselimuti kain kafan aku takut dan


nangis.

“Takut ada pocong,” ucapku yang belum tau apa-apa.


Keluargaku sangat sedih dan tidak menyangka ayahku
akan pergi secepat itu.

Waktu yang begitu cepat setelah ayahku meninggal


dunia, ibuku harus menafkahi ku dan melanjutkan
pekerjaanya di Surabaya. Sementara aku tinggal bersama
nenek dan kakekku di Magetan, Jawa Timur. Kakek dan
nenekku di desa bekerja sebagai pembuat batu bata di
rumah .

1
Umur 5 tahun aku masuk TK yaitu TK As-salam yang
tak jauh dari rumah tanteku. Aku diantar dan dijemput
kakekku. Aku sangat dimanja oleh kakek dan nenekku
walaupun keadaan ekonomi keluargaku yang sederhana.

Aku yang jauh dari ibuku, ketika ibuku pulang aku tidak
begitu mengenal ibuku. Aku menganggapnya seperti
orang asing.

Ketika ibuku bekerja di Surabaya,ibuku mengalami


musibah kepleset di kamar mandi di kosan ibuku disana.
Sehingga kaki ibuku patah tulang dan tidak bisa berjalan
normal seperti orang lain. Tapi ibuku tidak menyerah
menafkahiku, kakek dan nenekku.

Pada saat hari raya lebaran ibuku pulang ke rumah, aku


sangat senang karena aku mendapatkan kasih sayang
darinya karena sekian lama tidak bertemu. Aku dibelikan
baju dan alat alat sekolah. Aku juga dibelikan jajan dan
diajak keliling naik motor.

Suatu hari waktu ibuku harus kembali bekerja, aku tidak


mau ditinggalnya. Aku ingin ibuku terus menemaniku
tapi siapa yang menafkahiku dan membiayi sekolahku.
Ibuku kembali ke Surabaya naik bus jadi aku ikut
mengatarkan ibuku ke terminal bersama ponakanku yaitu
Saroh.

Ketika ibuku mau naik bus aku menangis dan ingin ikut
naik bus bersama ibuku tetapi tanganku ditarik oleh

2
ponakaanku. Raut muka ibuku keliahatan sedih karna
aku menangis. Saat bus yang dinaiki ibuku berjalan, aku
juga pulang naik motor bersama ponakanku. Aku
menangis sepanjang jalan pulang.

Ketika sampai di rumah aku langsung ke kamar dan


melanjutkan tangisku. Nenekku masuk ke kamar dan
melihat aku menangis

“Udah jangan nangis! kan ibuk kerja,sana makan nenek


masakin makanan kesukaanmu!” aku berhenti menangis
dan langsung makan karena lapar.

Setelah makan, aku langsung ke lapangan yang tak jauh


dari rumahku. Aku main bersama teman temanku. Aku
main masak masakan dari tanaman dan tanah liat
bersama teman kecil ku yaitu Velia.

Tak terasa aku main sampai larut sore. Dari kejauhan


aku melihat nenekku menuju kemari sambil membawa
batang dari daun pisang. Aku langsung lari pulang dan
mandi. Setelah itu aku langsung belajar dan
mengerjakan PR saat libur.

Keesokan harinya aku sekolah diantar kakek ku seperti


biasanya. Aku belajar mewarnai dibimbing oleh guruku.
Kadang aku iri kepada teman temanku karena
orangtuanya menunggu anaknya belajar. Tapi aku tidak
pernah menyerah dan terus belajar.

3
Tak terasa 1 tahun aku di TK ,aku naik kelas 1 SD. Aku
sekolah di SDN Carikan yang tak jauh dari rumahku.
Seperti biasanya aku diantar kakekku. Sampai di
sekolah aku bertemu dengan Velia juga.

Ada satu teman yang awalnya aku tidak suka, karena


dari awal aku masuk dia melihatku dengan tatapan
tajam. Mungkin hanya bercanda, karena mukanya
kelihatan lucu. Sampai di kelas aku dan teman-teman
berkenalan, ternyata teman yang melihatku dengan
tatapan tajam namanya Diasty.

Ketika jam istirahat aku dan Velia ke kantin bersama.


Setelah itu aku kembali ke kelas lalu teman-teman
mengajak bermain di belakang kelas. Kita bermain bola
kasti. Aku sekelompok dengan Diasty. Kita bercanda
seperti biasa seakan akan tidak ada kejadian saling
bertatapan tajam tadi.

Selesai bermain kita masuk ke dalam kelas bersama.


Diasty mengajakku duduk sebangku dengannya. Lalu
aku mengiyakannya. Akhirnya kita menjadi teman akrab
dan saling berbagi cerita.

Tak terasa satu tahun di kelas 1, setelah ulangan


kenaikan kelas kami satu sekolah libur 2 minggu. Aku
mendapatkan kabar gembira karena ibuku mau pulang ke
rumah. Akhirnya setelah 1 tahun ibuku bekerja,sekarang
ibuku pulang ke rumah.

4
Hari minggu ibuku pulang, aku menjemput ibuku di
terminal bersama keponakanku. Aku senang sekali.
Ketika bus yang dinaiki ibuku datang dan ibuku turun
dari bus aku langsung mencium tangan ibuku.

“Anak ibu udah besar sekarang”,ucap ibuku sambil


mencium keningku.

Lalu kita pulang ke rumah. Sampai di rumah ibuku


membuka tas yang dibawanya dari Surabaya. Ibuku
membelikanku baju baru walaupun cuman satu tahun
sekali, aku tetap senang ada ibuku di rumah. Selain baju
ibuku juga membawa jajan dari Surabaya. Aku langsung
makan jajan itu dengan kakek nenenkku.

Setelah itu aku berpamitan kepada ibuku untuk bermain


di lapangan dengan Velia. Tak lupa aku membawa jajan
dari Surabaya untuk teman teman lainnya. Aku juga
memamerkan baju baruku kepada teman temanku.

Lalu aku lanjut bermain lompat tali dengan teman


temanku yaitu Velia, Galih , Nasrul , Bintang , Yaya.
Kami berenam satu kelas dan bertetanggaan walaupun
lumayan jauh. Kami main lompat tali sampai sore. Jam 4
kami selesai, aku langsung pulang sebelum nenek
menghampiriku membawa pelepah pisang. Sampai di
rumah aku langsung mandi. Setelah itu aku makan dan
disuapi ibuku.

5
Keesokan harinya, ibuku mengajakku ke Telaga
Sarangan. Bukan hanya dengan ibuku saja tetapi tante,
paman dan ketiga keponakanku juga ikut. Sampai
disana, aku dan ketiga keponakanku naik kuda bersama.
Kami sangat senang sekali. Tak lupa kami juga berfoto
foto dengan HP jadul kala itu. Setelah itu kami membeli
oleh oleh buat kakek dan nenek di rumah. Kami membeli
sayur sayuran, jajan ,dan tidak lupa membeli buah
kesemek kesukaan kakekku.

Sampainya di rumah, aku langsung membuka jajan yang


ku beli tadi disana. Aku juga memberikan buah kesemek
untuk kakekku. Kakekku sangat suka karena rasanya
manis. Nenekku juga senang dibelikan sayur untuk di
masak. Setelah itu aku pergi ke rumah Velia untuk
mengajaknya bermain di lapangan dengan teman teman
yang lain.

Sampai di lapangan aku bercerita kepada teman temanku


kalau aku tadi habis naik kuda di Telaga
Sarangan.Setelah bercerita, kami main petak umpet. Aku
yang berjaga,dan teman temanku bersembunyi. Sudah
30menit aku mencari mereka tetapi tidak ketemu juga.
Aku pikir mereka mengerjaiku, aku tidak mau mencari
mereka lagi. Lalu aku pulang dan mandi.

Keesokan harinya aku ke lapangan, ternyata mereka


sudah disana.

“Kalian kemarin pulang ya?” ucapku.


6
Mereka hanya tertawa.

Velia menjawab,”Galih yang nyuruh kita pulang”.

“Oh yaudah,”jawabku lalu aku pulang.

Sampainya di rumah aku mendengar ibuku dan nenekku


bertengkar. Mereka adu mulut,dan tidak memikirkan aku
yang ada disampingnya. Aku yang terdiam,tidak tau
mereka membahas apa.

Setelah mereka selesai adu mulut aku melihat ibuku


memasukan semua bajunya ke dalam tas begitu pula
dengan bajuku.

“Mandi sana nak,terus ikut ibu.”

”Iya bu,” jawabku dan langsung pergi ke kamar mandi.

Aku langsung mandi, setelah itu ibuku membantuku


memakai baju. Lalu ibuku mengajakku pergi dari rumah.

“Kita mau kemana bu?” tanyaku agak sedih.

“Ikut ibu ke Surabaya nak, kamu sekolah disana dengan


ibu.”

“Iya bu,” ucapku dengan mengaggukan kepala.

Aku sedih di sisi lain, aku tidak mau meninggalkan


nenek dan kakekku yang merawatku dari kecil.

7
“Disana sekolah yang pintar, jangan nakal ya!” pesan
nenekku

“Iya nek,” ucapku sedih.

Aku berpamitan dengan nenek dan kakekku, aku


mencium tangannya. Lalu aku dan ibuku menuju
terminal diantarkan keponakanku.

Sampai di terminal aku dan ibuku naik bus jurusan


Surabaya. Di bus aku dan ibu mencari tempat duduk
yang kosong. Aku duduk disamping ibuku dan melamun.

“Jangan sedih nak, kalau udah waktunya nanti kamu


balik lagi ke rumah nenek, sekarang sama ibu dulu. Kan
kamu masih libur sekolah juga.”

”Iya bu, janji kan nanti balik lagi ke rumah nenek.”

“Iya, ibu janji,” mengulurkan jari kelingkingnya.

Lalu aku tertidur di pundak ibuku. 4 jam aku dan ibu di


bus, akhirnya sampai di Terminal Surabaya.

“Bangun nak,udah sampai,” Ibu mengelus pipiku

”Udah sampai Bu?” tanyaku sambil mengusap mataku.

“Iya Nak,ayo turun!” ibu menggandeng tanganku

Aku dan ibuku turun dari bus. Ibuku menggandeng


tanganku. Ibuku nengok kanan kiri seperti mencari

8
orang. Ibuku menghampiri seorang laki laki umur sekitar
40 tahun yang duduk di atas motor di pinggir jalan.

”Mas!” sapa ibuku kepada laki-laki itu.

“Ibu, ini siapa?” tanyaku.

“Oh iya nak,kenalin ini Pak Toni teman ibu,” ibuku


memperkenalkan laki-laki itu.

“Oh ini Wahyu kan?” Tanya Pak Toni sambil mengelus


rambutku.

“Iya Pak,” jawabku singkat

“Yaudah ayo naik, nanti Pak Toni belikan eskrim.”

“Iya Pak,” jawabku singkat dan biasa aja walaupun mau


dibelikan eskrim.

Aku lumayan takut dengan Pak Toni karena rambutnya


lumayan panjang memakai topi dan memakai jaket
hitam.Sampainya di kosan ibuku, ibuku menyuruhku
mandi dan ganti baju. Aku langsung mandi.

Setelah mandi aku mendengar percakapan ibuku dan Pak


Toni di samping pintu.”Gimana?ibumu setuju dengan
hubungan kita tidak?”,tanya Pak Toni kepada ibuku
dengan bisik-bisik tapi aku bisa mendengarnya.:”Tidak
setuju karena penampilanmu,karena rambutmu panjang.”

”Emang kenapa kalau rambutku panjang?”

9
”Mereka mengira kamu bukan orang baik, potong
rambutmu kalau mau jadi ayahnya Wahyu!.Wahyu juga
kelihatan tidak suka penampilanmu,” jawab ibuku
dengan nada lumayan tegas

”Hemmm,” jawab Pak Toni dengan menghela nafas.

Aku kaget ibuku bilang Pak Toni calon ayahku. Aku


tidak suka penampilan Pak Toni.

Setelah mereka selesai berbicara aku langsung masuk ke


dalam.

”Mandinya lama sekali nak?” tanya ibuku mengalihkan


pembicaraan dengan Pak Toni

”Airnya seger bu,” jawabku bohong

“Yaudah sini ganti baju, habis itu kita makan di luar


sama Pak Toni. Kamu keluar dulu Mas, Wahyu mau
ganti baju,” suruh ibuku ke Pak Toni.

”Iya,” jawab Pak Toni singkat.

Aku dan ibuku ganti baju, setelah itu kami makan


bersama diluar karena ibuku belum masak.

”Mau makan apa nak?kamu sukanya apa?

”Bakso aja Pak.”Jawabku, karena memang aku suka


bakso.”

10
”Yaudah ayo berangkat keburu nanti pulangnya
kemalaman.”

Kami makan bakso dan berjalan jalan di Surabaya,


mereka membuatku bahagia. Tapi disisi lain aku kangen
pada nenek dan kakekku. Selama aku di Surabaya, ketika
ibuku kerja aku dititipkan kepada ibu kos. Kadang-
kadang Pak Toni yang menjaga ku.

Setelah 1minggu aku di Surabaya, ibuku mengantarku


pulang ke rumah kakek dan nenekku karena liburku
sudah berakhir dan aku naik ke kelas 2. Sampainya di
rumah, aku langsung memeluk kakek dan nenekku.

Keesokan harinya, aku masuk sekolah diantar kakekku


seperti biasanya. Sampainya disekolah aku bercerita
kepada Diasty kalau aku berlibur di Surabya bersama
ibuku.

”Dias, kamu liburan kemana aja?” tanyaku kepada


Diasty

”Aku di rumah aja, kalau kamu?” Diasty bertanya balik


kepadaku.

”Aku ke Surabaya bersama ibuku.”

”Selama disana, kamu kemana aja?”

11
”Aku disana ke alun alun Surabaya, ke Kebun
Binatang.” jawabku menceritakan kegiatanku selama aku
di Surabaya.

Setelah ngobrol dengan Diasty, bel berbunyi tanda


pembelajaran segera di mulai. Kami pun belajar dengan
guru baru kita yaitu Bu Rumini.

“Perkenalkan Nama Ibu Rumini, wali kelas kalian


sekaligus guru bahasa jawa. Selamat Pagi anak anak,”
ucap Bu Rumini berkenalan dengan kita.

“Pagi bu,” sahut teman temanku menjawab sapaan Bu


Rumini.

“Ayo anak anak,silahkan memperkenalkan diri masing-


masing,maju kedepan mulai dari pojok kanan,” perintah
Bu Rumini menyuruh kita berkenalan.

Temanku mulai maju satu persatu untuk


memperkenalkan diri. Saatnya giliranku maju kedepan.
“Halo namaku Aulia Wahyu Nora Wardani, biasa
dipanggil Wahyu,” perkenalanku dengan nada malu-
malu.

“Umur berapa nak?” tanya Bu Rumini.

“Umur 8 tahun Bu,” jawabku.

“Ya sudah kamu boleh duduk nak,” perintah Bu Rumini

12
Setelah berkenalan selesai, kami mulai pembelajaran.
Jam 11, waktunya kami pulang ke rumah. Aku dijemput
kakekku,”Kek, ibu udah balik ke Surabaya belum?”
tanyaku.

“Belum, ibumu nunggu kamu pulang, habis ini kita antar


ibumu ke terminal,” jawab kakekku.

Sampai di rumah, aku mandi dan makan disuapin ibuku


karena ibuku makan juga. Setelah makan, aku mengantar
ibuku ke terminal dengan kakekku karena keponakanku
sekolah.

Sampainya di terminal,

”Jangan nakal ya nak, ikuti apa kata kakek dan


nenekmu,” ucap ibuku sambil mencium keningku.

Lalu ibuku berangkat naik bus.

“Semoga ibuku selamat sampai tujuan,” doa ku naik


motor menuju pulang.

Sampainya di rumah aku langsung tidur siang dan tidak


main seperti biasanya. Bangun tidur aku mandi terus
makan dan mengerjakan tugas bahasa jawaku yang tadi
diberikan Bu Rumini.

Aku belum begitu paham tulisan aksara jawa.

“Kek, ini gimana?aku gak paham?” tanyaku.

13
“Oh yang ini, kakek tulis di lembaran ini ya?nanti kamu
salin di buku mu sendiri nanti kakek jelaskan caranya,”
jawab kakekku yang paham tulisan aksara jawa.

Setelah kakekku selesai, aku langsung menyalin apa


yang ditulis kakekku dilembaran. Setelah selesai
mengerjakan PR ku, aku langsung tidur karena besok
aku sekolah.

Keesokan harinya, aku berangkat sekolah. Sampainya


disekolah, aku langsung duduk di tempat dudukku. Aku
menunggu Diasty datang. Ketika Diasty datang aku
bertanya kepada dia,

”Dias, kau udah ngerjain tugas bahasa jawa belum?”

“Ehhh, aku lupa kalau ada tugas bahasa jawa. Terus


gimana ini? Kamu udah apa belum yu?aku boleh
nyontek tugasmu tidak?” rengeknya memohon
kepadaku.

“Kalau aku kasih contekan ke kamu, nanti kalau gak


paham bagaimana?” tanyaku.

“Nanti kamu jelasin ke aku aja deh,” aku yang kasihan


melihatnya, aku memberikan contekan ke Diasty begitu
saja.

Tak terasa satu tahun aku kelas 2, setelah ulangan


kenaikan kelas kami satu sekolah libur 2 minggu. Libur
sekolah berpapasan dengan tahun baru. Ibuku pulang
14
menjemputku untuk liburan ke Surabaya lagi. Kami naik
bus jurusan Surabaya seperti biasanya.

“Nanti tahun baru, kita lihat pesta kembang api di alun-


alun ya nak,” ajak ibuku.

“Iya bu,” jawabku sambil bersandar di pundak ibuku


karena ngantuk. Akhirnya aku tertidur pulas.

Sampainya di terminal, aku dijemput Pak Toni.

“Gimana kabarnya nak?” Tanya Pak Toni

“Sehat pak,” jawabku.

Lalu kami menuju ke kosan ibuku. Sampainya di kosan,


aku langsung mandi dan ganti baju terus makan.

Saat tahun baru dimulai, aku diajak Pak Toni dan ibuku
melihat pesta kembang api di Alun-alun Surabaya. Jalan
menuju alun-alun sangat macet dan dipenuhi kendaraan.

“Masih lama bu?” tanyaku

“Sebentar lagi nak,udah gak sabar ya?” tanya ibuku

“Hehehe iya bu”

Sampai di alun alun aku langsung berlari ke penjual


terompet yang tak jauh dari tempat parkir motor Pak
Toni.

15
“Ibu,aku mau ini” pintaku sambil menunjuk terompet
yang ku pilih.

“Iya nak,” ibuku membelikan terompet itu.

Lalu kami berjalan menuju lokasi karena pesta kembang


api segera dimulai. Jam 12 kembang api menyala di atas
langit begitu meriah. Senang sekali rasanya. Aku baru
pertama kali melihat ini.

Setelah pesta kembang api selesai, kami pulang ke kosan


ibuku. Diperjalanan aku lapar dan pengen makan bakso
seperti kemarin.

“Bu,belikan bakso kayak kemarin,” rengekku.

“Iya nak,nanti mampir beli ya?”

“Iya bu.”

Setelah membeli bakso, kami melanjutkan perjalanan


pulang. Sampainya di kosan kami makan bersama
dengan Pak Toni juga. Pak Toni sangat baik sekali
denganku. Walaupun penampilannya sedikit menakutkan
tapi dia juga baik sekali kepadaku. Dia menganggapku
seperti anaknya sendiri. Setelah makan aku pun langsung
tidur. Dan Pak Toni segera pulang karena jam
menujukkan pukul 1.

Tak terasa 2 minggu aku liburan di Surabaya, aku pulang


ke rumah kakek nenekku karena waktu liburanku sudah

16
berakhir. Sebelum perjalanan pulang, ibuku ngomong
sesuatu kepada ku.

“Nak jangan cerita ke nenek dan kakekmu kalau disini


ada Pak Toni disini,”

“Emang kenapa bu?Pak Toni siapa?kenapa harus


dirahasiakan dari kakek dan nenek?” aku bertanya
seakan akan 1 tahun lalu aku tidak mendengarkan
percakapan ibu dan Pak Toni.

“Pak Toni adalah calon ayahmu, tapi nenekmu gak


setuju kalau ibu sama Pak Toni, jadi Wahyu rahasiain
dari nenek kakek ya.”

“Iya bu,” jawabku singkat

“Setelah ibu anterin kamu pulang, ibu gak ikut ke rumah


ya nak. Ibu harus balik ke Surabaya buat ngurusin
pensiunan ibu. Kalau ibu udah dapat uang pension nanti
ibu belikan sepeda, sekolah yang pintar ya nak!”

“Iya bu,horeee punya sepeda baru” jawabku senang.

Aku dan ibu pulang naik bus seperti biasanya.


Sampainya di terminal aku dijemput kakek. Tetapi
ibuku langsung balik ke Surabaya karena ibuku harus
melanjutkan kerja. Akhirnya aku pulang dengan
kakekku. Sampainya di rumah aku langsung tidur karena
jam menunjukkan pukul 8 dan besok aku harus sekolah.

17
Keesokan harinya aku berangkat sekolah, seperti
biasanya aku diantar kakek. Sampainya di sekolah dan
menunggu pembelajaran di mulai. Pelajaran dimulai
dengan mapel Bahasa Indonesia dengan menulis tulisan
latin. Karena di kelas 1 dan 2 belum dikasih materi
tulisan latin aku belum paham sama sekali. Bu guru
hanya memberi contoh tulisan di papan tulis dan kita
menirukan yang ditulis bu guru.

Setelah itu kita disuruh maju satu persatu. Aku disuruh


maju ke depan dan menulis huruf latin B di papan tulis.
Lumayan susah dan aku terus mengulangi tulisannya.

“Bisa gak nak?” guruku bertanya.

“Susah bu,” jawabku sambil menulis.

“Sini ibu bantu,” bu guru sambil memegang tanganku


dan membimbing menulis.

“Tangannya jangan kaku nak,ikutin tangan bu guru!” bu


guru kesal.

“Iya bu,” jawabku singkat.

“Udah sana duduk, latihan terus di rumah!”

“Iya bu,” jawabku langsung duduk.

Kami melanjutkan pembelajaran. Selesai pembelajaran


jam 12 waktunya kami pulang. Karena kakekku tidak

18
menjemputku lalu aku membonceng ibu nya Velia
karena rumahnya tak jauh dari rumahku.

Sampainya di rumah, aku bertanya kepada nenekku.

“Nek, kemana kakek? Kok gak jemput aku di sekolah?”


tanyaku sambil melepas seragam sekolahku.

“Kakekmu ke balai desa, kakek lagi ngurusin surat buat


jual tanah belakang rumah,” jawab nenekku lumayan
kesal.

“Kenapa dijual nek? Kan kalau butuh uang bisa telepon


ibu,” jawabku bingung.

“Justru itu, semua karena ibumu. Ibu mu ditipu Toni


calon ayahmu. Pas kamu di Surabaya ada laki laki
bersama ibumu gak?” tanya nenekku.

“Nggak nek,” jawabku bingung, karena ibu menyuruhku


merahasiakannya kepada nenekku.

“Uang pensiunan ibumu dibawa kabur semua sama Toni,


makanya kakek menjual setengah tanah belakang rumah
untuk melunasi hutang hutang ibumu di Surabaya,”

Aku kaget sifat Pak Toni yang selama ini baik kepadaku
ternyata dia orang jahat. Aku bingung harus bagaimana.
Bagaimana keadaan ibuku disana.

Tak lama kemudian nenekku dapat telepon dari ibuku.

19
“Bu, aku ngga balik ke rumah, aku langsung kerja di
Jayapura dengan kakak,” ucap ibuku ngomong di telepon
dengan nenekku.

“Terus bagamaina dengan Wahyu, mending kamu ajak


sekalian sekolah disana. Daripada harus hidup susah
disini,” jawab nenekku sedikit marah dengan ibuku.

“Tolong jaga Wahyu! kalau ada uang segera aku kirim


ke rekening, dimana Wahyu aku mau ngomong sama
dia?”

“Ibu kerja jauh ya nak. Jaga diri baik baik ya nak, jangan
nakal, ikutin apa kata nenek. Maaf belum bisa bahagiain
kamu ,belum bisa belikan kamu sepeda.”

“Iya bu, ibu jaga kesehatan. Ibu jangan lama lama kerja
disana,” jawabku menangis.

“Iya nak, yaudah wasalamualaikum,” ibuku menutup


telepon.

Aku sedih karena baru saja aku mendapatkan kasih


sayang ibuku sebentar lalu harus ditinggal jauh lagi.
Disisi lain aku sudah terbiasa ditinggal ibuku, karena
dari kecil aku dibesarkan oleh kakek dan nenekku. Aku
menjalani hidup seperti biasanya, sekolah dengan rajin
agar kelak bisa membahagiakan ibu dan kakek nenekku.

Tak terasa satu tahun ibu kerja di Jayapura. Ibu


meneleponku kalau ibu mau pulang ke rumah dengan
20
calon ayahku. Aku bahagia ibuku mau pulang. Tapi
kenapa ibuku bersama calon ayahku. Aku berdoa
semoga calon ayahku tidak seperti Pak Toni.

Sampainya di rumah, ternyata benar ibuku bersama


calon ayahku. Rizal namanya, dari penampilannya dia
sangat rapi. Tidak seperti Pak Toni, rambutya panjang
sperti preman. Selain calon ayah, ibuku membawa
sepeda yang ia janjikan dulu mau membelikanku.

Aku setuju kalau ibuku menikah dengan Pak Rizal ia


sangat baik denganku, bukan denganku saja tapi dengan
kakek dan nenekku. Dengan izin ku Pak Rizal menikahi
ibuku. Lalu ibuku membawaku ke Jayapura bersamanya.
Aku sangat bahagia dengan keluarga baruku.

21

Anda mungkin juga menyukai