Anda di halaman 1dari 8

Kisahku

Awal Tahun 2014 tepatnya bulan januari tanggal 1, aku menjalin cinta dengan seorang wanita yang
bernama “Ifa”. wanita yang aku sayangi ini wanita yang ku kenal baik, perhatian dan cantik.

Saat pertama kali menjalin kisah, aku sudah ditinggal pergi olehnya, tanpa kabar selama 4 bulan namun
aku tetap menanti tanpa menjalin cinta dengan wanita yang lain. Selama itu aku meyakini diriku bahwa
dia tak bermaksud meniggalkanku, mungkin dia tak sempat memberiku kabar atau apalah, yang
terpenting aku tak berfikir negatif tentang dirinya.

Sekian lama aku menunggu, rasa gelisah, rasa rindu, rasa kesal merasuk dalam diriku, setiap malam
tiba aku merenung, sampai pada akhirnya aku memutuskan untuk pergi meninggalkan dia, namun
hatiku selalu berbicara “tunggulah dia, dia pasti akan kembali karena dia masih mencintaimu, sabarlah
menunggu, dia hanya ingin menguji kesetiaanmu” kataku “baiklah aku akan bersabar menunggunya
kembali, aku akan mencoba untuk tetap setia”.

Tepat pada jam 12 tengah malam, tanggal 03 Maret 2014, saat itu ulang tahun ku, handphone ku
berdering, entah siapa yang menelpon ku di tengah malam, sehingga aku abaikan karena aku tak kenal
dengan nomer itu, namun handphoneku terus berdering tanpa henti, akhirnya aku mengangkat
telponnya lalu aku berkata “halo, ini siapa?”
Dia jawab “masa kamu gak kenal sama suara aku”
“hhmmm, memang ini siapa, aku gak tau kamu”
Lalu kata dia “ini pacar kamu Ifa, masa lupa sama aku”
Seketika aku terkejut dan jantungku berdetak kencang, lalu aku berkata “ini benar Ifa?”
“iya ini Ifa”
“kenapa kamu meninggalkanku tanpa ada kabar, apa kamu tak tau selama ini aku menunggumu, aku
tersiksa namun aku selalu setia
Dia menjawab dengan tangis “maafkan aku, aku tau aku salah, aku mengerti apa yang kamu rasa
karena aku pun merasa namun aku hanya ingin tau kesetianmu kepadaku sepeti apa, dan ternyata kamu
benar-benar tulus mencintaiku, terima kasih kamu sudah menunjukkan kesetiaanmu padaku”.

Saat itu aku begitu bahagia dan benar-benar bahagia bercampur sedih, karena wanita yang ku cinta
telah kembali walau hanya suaranya saja, lalu aku berbincang bincang dengan dia dengan penuh
kerinduan, setelah sekian lama berbincang dia mengajakku untuk bertemu besok di rumahnya sekalian
mengenalkanku kepada keluarganya. mungkin inilah kado terindah ulang tahunku dan buah
kesabaranku. Dan pada saat itu pula hingga kini aku dan dia tetap saling cinta dan berencana untuk
segara menikah.

“Ibuku Idolaku”
Matahari muncul dari timur, kemerah-merahan warnanya. Terdengar ayam jantan berkokok,
burung berkicauan bersaut-sautan satu sama lain. Hawa sejuk terasa di badanku. Ku tarik selimut itu
menutupi badanku. Terdengar suara sreng, sreng, sreng di dapur. Aku tahu pasti itu ibuku. Ingin mata
ini terbuka dan melihat ibuku di dapur. Akan tetapi mata ini terasa berat untuk terbuka.
Tok tok tok,,. Terdengar suara pintu kamarku seperti ada yang mengetuknya. Tok tok tok,,,.
Semakin jelas ada yang mengetuk pintu kamarku. Tak lama kemudian ada yang memanggilku, “Dik,
bangun! Waktunya sekolah”. Aku tahu itu suara ibuku setiap kali membangunkanku. Sudah saatnya
aktifitas hari ini aku lakukan dengan semangat.
Namaku Imam. Aku tinggal di tempat yang sederhana. Walaupun tempat tinggalku sederhana,
akan tetapi aku sangat bahagia dan merasa sangat nyaman. Aku bersekolah tak jauh dari tempat
tinggalku. Bersama teman-teman sekolah, aku belajar, bermain, dan melakukan kegiatan-kegiatan yang
bermanfaat bagi kami dengan ibu guru yang mendampingi kami.
Saat-saat di sekolah bersama teman-temanku itulah saat yang ku tunggu-tunggu. Kami bercanda,
bermain, dan belajar dengan penuh keceriaan. Ibu guru yang mendampingi kami selalu mengingatkan
dan mengawasi kami dalam setiap kegiatan yang aku dan teman-temanku lakukan.
Wawan, Alfin, Rani, Rudi, Mawar, Sani, Santi, merekalah teman-teman yang selalu bermain, 
bercanda, dan belajar denganku. Aku sangat senang bermain dan belajar bersama mereka. Mereka
teman-teman terbaikku.
Di samping bermain dan belajar bersama-sama teman-teman di sekolah, kegiatan dirumah
bersama ibuku adalah kegiatan yang membuatku sangat bahagia. Di rumah, semua kegiatan aku
lakukan bersama ibuku tersayang. Senin, selasa, rabu, kamis, jumat, sabtu, dan minggu tiada hari tanpa
ibuku. Semua keperluanku selalu ada berkat ibuku. Keperluan sekolah, keperluan di rumah dan
keperluan yang lain selalu siap tersedia untukku. Semua itu ibuku yang menyiapkan.
Dari membangunkanku, menyiapkan bajuku, menyiapkan sarapan, menyiapkan perlengkapan
sekolah, mengantarkan aku berangkat sekolah, bahkan menjemputku sewaktu pulang sekolah, semua
itu dilakukan oleh ibuku untuk aku.
Nangis, rewel, celotehanku, permintaanku selalu ditanggapi oleh ibuku dengan sabar dan penuh
rasa kasih sayang. Ibuku rela tidak tidur semalaman hanya untuk menjagaku disaat aku sedang sakit,
ibuku rela seharian menemaniku disaat aku tak punya teman untuk bermain.
“Kukuruyuk....” suara ayam berkokok menandakan hari sudah pagi. “Tok tok tok, Dik waktunya
bangun”, ibuku membangunkanku. “Iya bu aku bangun”, jawabku. Kemudian ibuku selalu
menasehatiku agar membiasakan diri supaya bisa bangun sendiri ketika pagi menjelang. Aku selalu
mengingat nasehat ibuku.
Ibu mengatakan, “Ayo sekarang adik mandi, nanti ibu siapkan pakaian dan sarapan untuk adik”.
“Iya bu adik mandi dulu”. Sreng sreng sreng, terdengar suara itu di dapur. Aku tahu itu ibuku yang
sedang memasak dan menyiapkan sarapan untukku. Selesai mandi, pakaian seragamku sudah siap.
Kadang-kadang aku meminta bantuan ibu untuk membantuku memakai seragamku. Aku mengamati
ibu jika ia sedang membantuku memakai seragam sekolah. “Begini lho dik cara memakainya”, ibuku
mengajari aku cara memakai seragam dengan benar. Ia selalu mengajariku agar aku bisa melakukan
kegiatan sehari-hari dengan mandiri di kelak nanti.
Pakaian sudah rapi, aku menuju meja makan. Seperti hari-hari yang lain, makanan kesukaanku
telah tersedia di meja makan. Siapa lagi yang menyiapkan makanan itu kalau bukan ibuku tercinta. Aku
selalu menikmati masakan ibuku dengan lahap. Di saat aku sarapan, ibu selalu mendampingiku dan
memperhatikanku. “Pelan-pelan dik makannya”, ibu mengatakan itu sambil tersenyum.
Sarapan telah aku habiskan. Ibu langsung merapikan meja makan dan menyuruhku untuk
memakai sepatu. Seperti biasanya aku kesulitan untuk memakai sepatu. Sambil tersenyum ibu
memperhatikanku. Tak lama kemudian ibu mendatangiku dan membantuku memakai sepatuku.
“Selesai, sekarang adik tunggu ibu sebentar ya, ibu mau siap-siap dulu”, kata ibu. “Bu besok aku mau
memakai sepatu sendiri”, kataku. “Wah pinter anak ibu. Tapi kalau adik kesulitan ibu boleh membantu
tidak?” ibuku bertanya. “Emmmmm, boleh”, kataku. “Baiklah, ibu siap-siap dulu ya”. Aku duduk di
depan rumah sambil menunggu ibu siap-siap mengantarku ke sekolah.
Saat pagi-pagi seperti itu, terlihat orang-orang melakukan aktifitasnya. Terlihat mbak Rini,
tetanggaku, mengeluarkan sepeda dan berpamitan kepada ibunya untuk berangkat sekolah. Kelak aku
ingin berangkat sekolah sendiri kalau aku sudah besar nanti.
“Dik, ayo berangkat”, ibuku mengajakku. Aku berdiri dan lekas membonceng ibu menggunakan
sepeda motor. Di perjalanan aku juga melihat temanku Alfin dan Mawar berangkat ke sekolah. Aku
memanggil mereka dan merekapun juga memanggilku. Selain mereka teman-temanku yang lain juga
berangkat diantar oleh orang tua mereka.
Sesampai di depan sekolah ibu menghentikan sepeda motornya dan menyuruhku turun. Ibuku
juga turun dari sepeda motornya. Aku berpamitan kepada ibuku sambil mencium tangan ibuku. Di saat
berpamitan, ibuku mengelus rambutku dan berkata, “Belajar yang rajin ya dan jangan nakal”. Aku pun
mengangguk mendengar pesan yang disampaikan ibu. Ibu pun pulang ke rumah yang tak jauh dari
sekolahku dan kembali ke sekolah saat, menjemputku nanti.
Terlihat teman-temanku juga yang sedang berpamitan dengan orang tuanya. Aku berlari kecil
menuju kelas. Seperti biasanya, ibu guru selalu menyambut aku dan teman-temanku sewaktu akan
masuk kelas. “Selamat pagi anak-anak”, kata ibu guru dengan senyum. Setelah kami masuk kelas, ibu
guru membuka pertemuan dengan menyanyi. Kami pun mengikuti ibu guru bernyanyi dan kami merasa
senang dan ceria.
Waktu istirahat telah tiba, kami bergegas keluar kelas untuk bermain di halaman sekolah. Kami
sangat menikmati waktu istirahat itu. “Teng teng teng..”. Sedang asik-asiknya bermain suara lonceng
berbunyi dan itu menandakan bahwa waktu istirahat telah usai. Kami menyudahi waktu istirahat kami.
Beberapa saat kemudian setelah aku dan teman-temanku belajar dengan dampingan ibu guru, bel
berbunyi lagi, “Teng teng teng teng...”. aku tahu itu adalah bel tanda waktu belajar telah usai. “Hore,
pulang..”, kataku. Teman-teman yang lain juga mengatakan, “Hore..”. sebelum kami pulang, ibu guru
menasehati kami agar selalu rajin belajar dan selalu membantu orang tua.
Kami bergegas pulang dan tidak lupa bersalaman dan mencium tangan ibu guru kami. Sampai di
depan kelas, dari kejauhan tampak ibuku yang duduk di atas sepeda motornya. Ia telah menungguku
pulang di depan sekolahku. Ibuku tak pernah terlambat kalau menjemputku. Ia tahu kapan aku masuk
sekolah dan kapan aku pulang sekolah.
Sambil berlari kecil aku menghampiri ibuku. Teman-temanku yang lain juga telah dijemput oleh
orang tua mereka. Aku dan ibuku pun pulang ke rumah kami. Sesampainya di rumah, ibuku
menyuruhku untuk berganti pakaian dan mencuci tanganku. Ternyata ibu telah menyiapkan makanan
kesukaanku. “Dik, ayo makan dulu”, ajak ibuku. “Iya bu”, jawabku. Aku pun menuju meja makan.
Sebelum makan, ibu bertanya kepadaku, “Bagaimana dik pelajaran di sekolah hari ini?”. “Aku
senang sekali bu belajar dengan teman-temanku, bu guru juga menasehati kami agar membantu orang
tua”, jawabku. “Wah bagus itu. Ya sudah sekarang adik makan dulu setelah itu adik istirahat”, kata
ibuku. Selesai makan ibuku mengantarkanku ke kamarku untuk istirahat.
Tak terasa hari sudah sore. Aku mencari-cari ibuku. Ku cari kesana-kemari ternyata ibuku ada di
dapur. Ia sedang masak makanan untuk makan malam nanti. Aku mendatangi ibuku dan aku pun
bertanya, “Bu sedang apa?” ibu menjawab, “Masak dik”. “Masak apa bu?” tanyaku lagi. “Ibu masak
telur dadar dik”, jawab ibu. “Yah, aku gak mau makan kalau lauknya telur”. “Lho ko adik tidak mau
makan, kenapa?” tanya ibu dengan lembut dan sabar. “Aku mau makan pakai nasi goreng bu”, pintaku
pada ibuku. Ibuku menjawab, “Oh, adik mau nasi goreng, baiklah ibu buatkan dulu, ditunggu ya?”. Ibu
langsung membuatkanku nasi goreng sesuai permintaanku.
Sebelum makan masakan yang dimasak ibuku. Aku mandi terlebih dahulu. Terdengar ibu
menyiapkan segala perlengkapan makan malam di meja makan. Setelah selesai mandi aku melihat di
atas meja makan. Wah ternyata makanan telah siap semua. Aku tidak sabar untuk menikmati nasi
goreng yang aku minta tadi. “Wah masakan ibu kelihatan lezat sekali”, kataku. Ibu yang mendengarku
mengatakan itu hanya tersenyum. Kami duduk di meja makan. “Adik  jangan lupa berdoa dulu ya?”,
kata ibuku. Aku mengangguk mendengar nasehat ibu.
Hari pun sudah malam. Setelah aku belajar dengan didampingi ibuku, aku merasa mengantuk.
Ibu mengantarkanku ke kamarku. Ia pun juga menemaniku di kamar sebelum aku tertidur. Sesekali
ibuku bercerita untukku hingga aku tertidur pulas.
“Kukuruyuk...”. Ayam jago berkokok memnandakan hari sudah pagi. Seperti biasanya ibuku
menyiapkan segala sesuatu untuk keperluan sekolahku. Menyiapkan pakaian, makanan, mengantarku
ke sekolah, hingga menjemputku sewaktu aku pulang sekolah.
Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, Minggu tiada hari tanpa ibuku. Segala kebutuhan dan
permintaanku selalu ada berkat ibuku. Memang ibuku adalah pahlawan bagiku. Memang Ibuku
Idolaku. Aku berjanji kelak aku akan membalas jasa ibuku yang telah merawatku. Aku akan selalu
ingat nasehat ibuku.
BEAUTYFUL IN WHITE

Pada malam itu aku melihat sesosok perempuan dengan pakaian putih, tapi dia berwajah cantik dan
berkelakuan sangat baik. Kriing alarm berbunyi, ternyata perempuan yang aku temui semalam itu
hanya mimpi, tapi aku berharap aku bisa bertemu dengannya suatu hari.

Hari ini adalah hari pertama aku sekolah di SMP dan hari itu juga sekaligus aku menjadi target
penembakan oleh seseorang yang sepertinya pernah kutemui. Orang itu pun mendekatiku dan berbicara
padaku.
“Hai” katanya sambil menembakku dengan panah cintanya padaku, yang ternyata dia adalah
perempuan yang ada di mimpiku.
“..oh, Hai” dengan perasaan gugup aku menjawabnya dan dia duduk di bangku di depan mejaku,
ternyata dia hanya menyapaku, tadinya aku ingin mengajaknya berkenalan tapi aku gugup sekali, sejak
itulah aku punya rasa suka padanya.

Setelah pulang sekolah aku bertanya pada teman sebangku tentang perempuan yang duduk di bangku di
depan mejaku itu yang juga dulu bersekolah sama dengannya. Dia memberitahuku nama perempuan
yang ada dalam mimpiku itu, ternyata Renita Intan Permata Sari namanya,
“hmm.. nama yang sangat bagus” kataku,
“Memangnya kenapa?” “nggak cuma nanya aja” dia menceritakan semua tentang perempuan itu.

Menurut temanku, Renita adalah orang yang baik, pintar, cantik dan juga shalehah. Setelah temanku
berpendapat seperti itu, perasaanku semakin kuat pada perempuan itu, tapi aku tidak mau menunjukan
perasaan ini.

Keesokan paginya di sekolah akhirnya aku bertekad untuk berkenalan dengan perempuan itu walaupun
sedikit gugup juga sih. Kata Hai mengawali obrolan kami. “Hai Renita” kataku menyapa dia
“Hai juga, eh kamu kok tau namaku? kita kan belum kenalan” dia menjawab dan bertanya
“Tentu saja aku tau kita kan satu kelas, baiklah namaku Imam Muhsin, kau boleh memanggilku Imam”
“Ooh Imam ya! nama yang bagus!” perasaan gugup pun hilang, walaupun dia hanya memuji namaku
tapi dengan perasaan senang aku menjawabnya “Terima kasih”
Obrolan kami berlangsung cukup lama sampai bel masuk berbunyi. Pada saat pulang sekolah dia
sempat memberiku nomor HPnya, tapi aku belum pernah berhubungan dengannya melalui HP karena
katanya dia lebih suka berhubungan langsung daripada melalui media.

Semakin hari hubungan kami semakin dekat dan perasaan ini semakin menguat setiap saat, rasanya aku
ingin menjadi lebih dari seorang teman untuknya, tapi perasaan itu ku simpan jauh-jauh karena
berdasarkan pengalaman sebagian besar orang seusiaku jika melakukan hubungan kekasih akhir-
akhirnya pasti putus, menurutku itu hanya sia-sia saja jika menjalin hubungan yang panjang namun
akhirnya putus. Jadi aku hanya menyimpan rasa suka padanya.
Karena teman yang lain sering melihat kami dekat, jadi Mereka mengira kami berpacaran padahal
sebenarnya kami hanya teman dekat. Kami sudah menjelaskan pada mereka bahwa kami tidak
berapacaran, tapi mereka tidak mendengarkan. Lalu mereka menggosipkan kami bahwa kami
berpacaran, saat teman sebangku-ku mendengar gosip bahwa aku dan Renita berpacaran dia langsung
bertanya benar tidaknya tentang gosip itu, langsung aku menjawab bahwa itu hanya gosip, lalu aku
mengaku bahwa aku hanya tertarik pada seseorang yang bernama ADA, temanku percaya begitu saja
tanpa menyadari dan memikirkan terlebih dahulu siapa itu ADA sebenarnya. ADA sebenarnya inisial
dari nama lengkap Renita. Tapi syukurlah tidak ada yang tahu bahwa ADA adalah perempuan yang
digosipkan berpacaran denganku.

Day after day, time passed away, waktu berlalu begitu cepat, sekarang adalah penghujung semester 6 di
mana aku tamat belajar di SMP ini. Hari ini adalah 1 hari sebelum Ujian Nasional dimulai. Hari ini aku
sibukkan waktuku untuk belajar dan mencoba melupakan Renita yang terus berada di pikiranku setiap
saat, kucoba lupakan dia untuk beberapa hari ke depan, agar aku bisa fokus belajar dan menghadapi
UN ini. Pada malam harinya aku berdoa kepada tuhan agar dilancarkan ujiannya.
“Ya Allah permudahkanlah aku dalam ujian besok…” do’a ku begitu panjang tapi dalam intinya aku
ingin ujian besok dilancarkan, tapi di akhir do’a tanpa sengaja aku berdo’a tentang Renita.
“… Ya Allah tolong jodohkanlah aku dengan Renita. Aamiin..” tapi biarlah, karena itu juga adalah
harapanku. hehe.

Beberapa hari kemudian UN pun terlewati dengan sangat lancar, sekarang waktunya untuk
pengumuman hasil UN sekaligus pengumuman kelulusan, dan akhirnya semuanya lulus, aku lulus
dengan hasil yang memuaskan walaupun aku tidak masuk sebagai 3 besar di sekolah tapi aku bangga
dengan ini. Pada waktu itu aku teringat kembali pada perempuan yang ada dalam mimpiku, lalu ku
temui dia di kelas dan sekaligus aku ingin mengungkapkan perasaan suka ini padanya. Kata Hai
mengawali obrolan kami lagi “Hai Renita”
“Hai, bagaimana nih hasil kelulusannya?”
“Hasilnya sangat memuaskan buatku walaupun aku nggak masuk 3 besar, kalau kamu?”
“Wah hebat kamu, kalau aku sih.. aku masuk 3 besar di sekolah” dengan perasaan gembira dia
menjawabnya
“Benarkah?” aku pun turut gembira dan bangga mendengarnya
“Iya”
“Selamat ya…”

Obrolan kami cukup panjang dan kami sempat bercanda, dan akhirnya ini waktu yang tepat untuk
mengungkapkan perasaan suka ku padanya, tapi gangguan pun datang,
“Kak Renita!” teriak seorang adik kelas,
“Iya?”
“Kakak dipanggil sama guru!”
“Ada apa ya?”
“Katanya yang masuk ke-3 besar di sekolah harap berkumpul di ruang guru!”
“Oo, gitu ya, ya udah kakak kesana”
“Baik kak” kata adik kelas tadi dan dia pun pergi, Renita pun mengakhiri percakapan ini dengan
berkata “Aku kesana dulu ya! Nanti kita ngobrol lagi!”
“Iya” ku bilang sambil tersenyum walaupun hati ini sedih dan gagallah niat ku mengungkapkan
perasaan ini.

Seminggu berlalu kutunggu waktu yang tepat untuk mengungkapkan perasaan ini, namun tak ada
sedetik pun waktu yang tepat. Hari ini adalah hari perpisahan yaitu hari aku harus berpisah dengan
sekolah, dengan teman, juga berpisah dengan perempuan berpakaian putih yang ada dalam mimpiku.
Hari itu aku sangat sedih sekali ketika harus berpisah dengan warga sekolah ini, apalagi berpisah
dengan Renita. Di akhir perpisahan ini aku memasukan surat kaleng ke tas milik Renita tanpa ada satu
pun yang tahu. Di dalam surat itu tertulis sebait puisi cinta yang menceritakan tentang pengalaman
pertamaku saat bertemu dia yang kutulis dalam Bahasa Inggris. Begini puisinya:

“Tak yakin kamu mengetahui ini


Tapi saat kita pertama bertemu
Aku merasa gugup, aku tak bisa berbicara
Di momen yang indah itu, aku telah menemukan sesuatu
Dan akhirnya hidup hidupku telah menemukan bagian yang hilang”

Setelah perpisahan itu aku tidak pernah bertemu dengannya lagi. Sungguh sepinya hidup ini tanpanya,
tapi aku berdo’a supaya nanti bisa dipertemukan lagi dengannya.

3 tahun berlalu. Sekarang aku studi di Universitas Terbuka, Beberapa hari kemudian oleh dosen aku
ditugaskan untuk membuat suatu makalah, aku mencari bahan-bahan makalah tersebut dari
perpustakaan yang ada di Kota Tulungagung. Tak disangka-sangka do’aku dikabulkan, di sini aku
bertemu dengan perempuan yang ku sebut ADA itu. Kerinduan ini akhirnya terlepas setelah ku
temukan bagian dari hidupku ini. Aku hanya menyapanya karena aturan di sini melarang untuk
mengobrol di perpustakaan, seperti biasa kami menyapa yang diawali kata Hai,
“Hai” kataku dengan tersenyum
“Hai juga” dia membalas sapaanku.
Aku masih tak percaya aku akan bertemu dia lagi. Perasaan lebih dari teman yang dulu telah ku simpan
jauh-jauh sekarang kuambil lagi. Walaupun cintaku terpisah ruang waktu tapi tetap cinta akan terus
bersatu dalam hatiku. Setelah pulang studi kami bertemu di jalan, kesempatan ini tak ku sia-siakan
untuk mengetahui alamat tentang dia dan ku minta nomor HPnya.

Hubungan kami semakin hari semakin dekat seperti dulu. Tak terasa ini adalah tahun ketiga aku studi
di sini, malam ini aku akan mengajak Renita jalan-jalan di taman yang tak jauh dari tempat tinggal
kami yang terkenal dengan suasananya yang romantis. Aku di sana menanti sambil berharap Renita
akan datang. Penantian ku tidak sia-sia akhirnya dia datang, dia ke sini menggunakan pakaian putih
seperti bidadari persis seperti yang ada dalam mimpiku beberapa tahun lalu, dia terlihat sangat cantik.
Aku pun mengajaknya jalan-jalan mengelilingi taman yang ramai ini sambil bercerita tentang
pengalaman menarik yang pernah dialami masing-masing dari kami. Di tengah taman aku berhenti.
Dia bertanya “Kenapa kita berhenti di sini?”
“Aku ingin membacakan sebuah puisi untukmu” kataku, aku berniat untuk mengungkapkan perasaan
yang telah kusembunyikan selama beberapa tahun, dan puisi dalam surat kaleng itulah yang akan
kubacakan untuknya malam ini,
Maukah kamu jadi bagian yang hilang yang telah kutemukan?” tanyaku pada Renita dan orang-orang
melirik padaku da suasana pun hening,
Renita terharu dan menjawab “Tentu saja” lalu orang-orang memberikan tepuk tangan pada kami,
suasana menjadi sangat terharu ketika aku mengucapkan Puisi pujian padanya

“Jadi selama aku hidup aku mencintaimu


Akankah surga memelukmu
Kamu terlihat sangat cantik dalam balutan putih itu
Dan dari sekarang sampai nafas terakhirku
Aku kan hargai
Kamu terlihat sangat cantik dalam balutan putih itu
Malam ini” Puisi ini kubuat saat Renita datang ke mimpiku saat aku SMP dulu, setelah aku
membacakan pujian padanya, aku juga membuat janji dalam bentuk puisi juga padanya,

“Aku berjanji
Apa yang kita punya adalah abadi
Cintaku tiada hentinya
Dengan teriakan ini aku bilang pada dunia
Kau adalah setiap alasanku
Kau yang kupercaya sepenuhnya
Dengan seluruh hatiku aku artikan semua kata”

Puisi itu mengakhiri malam yang romantis itu, aku harap kami menjadi pasangan yang terbaik
selamanya

Anda mungkin juga menyukai