Anda di halaman 1dari 20

Kenangan Berharga Semasa Hidupku

Nama saya Nafia Dyas Meileniandana, putri dari Ibu yang bernama Gandes
Rujiati dan Bapak yang bernama Widya Suswandono. Lahir di Semarang, hari
Kamis, 25 Mei 2000 di Rumah Bersalin dengan dokter spesialis kandungan
bernama Dr. Suwitnyo Sp.OG. Pada pukul 08.45 WIB lahir secara normal dengan
berat 3 kg dan panjang 50 cm. Saya anak pertama dari 2 bersaudara. Adik
perempuan saya bernama Latifa Dyas Yuliandana. Nama saya mempunyai arti
yaitu memberi yang bermanfaat untuk semua orang dan lahir pada bulan Mei di
tahun Millenium.

Awal umur 1-2, bulan saya baru bisa melihat bayangan dan gambar. Umur 3-4
bulan, saya sudah bisa tertawa dan respon terhadap orang yang mengajak bicara,
saya juga bisa telungkup sendiri. Umur 5-6 bulan, suka nangis kalau ditinggal
sebentar, dapat membedakan suara, sudah bisa merangkak sedikit, bisa duduk
sendiri tanpa bantuan, meraih benda yang lumayan jauh dan sudah peka terhadap
suara panggilan. Saat DPT3, saya nangis terus selama 2 hari 1 malam, tiap bangun
tidur selalu nangis dan minta gendong tiap siang hari dan saat itu saya tidak mandi
dulu. Umur 7 bulan, mulai suka bicara sendiri, tangannya goyang sendiri, suka
geleng-geleng kepala, kalau ada orang nyanyi suka ngikutin, mulai makan nasi
tim halus, mulai suka pegang sesuatu yang belum dikenal. Hingga sampai umur 8
tahun, saya mulai memakan nasi tim kasar, suka mendengarkan lagu anak-anak,
dan sudah merangkak kemana-mana. Pada tanggal 30 Desember 2000, saya
sekeluarga pulang dari Blora naik travel. Saya sempat sakit pilek dan batuk
selama seminggu.

Malam tahun baru 2001, saya sekeluarga merayakannya di rumah bersama


saudara. Saudara ayah dari Blora datang kerumah untuk merayakan tahun baru.
Saya senang sekali, karena jika keluarga ayah datang maka saya akan sering di
gendong oleh mereka. Ada Om Kokok, Om Wiwid, dan Tante Rina. Mereka
semua adalah adik-adik Ayah saya. Umur 9 bulan, bicara terbata-bata, bisa tepuk
tangan, sudah bisa memberi tahu sesuatu. Saat umur 10 bulan, sakit panas, pilek,
dan batuk lalu dibawa ke dokter anak. Saya selalu minta gendong mama. Tiga hari
setelahnya bisa sembuh namun timbul gigi geraham bawah 2 buah.

(saat di Blora, kota kelahiran Ayah) (saat sakit dan timbul gigi)

Tanggal 12 April 2001 saya terkena campak dan tidak mandi selama 4 hari.

Umur 11 bulan tepatnya tanggal 25 April 2001 saya mengikuti lomba merangkak
namun kalah.
(saya dan teman kecil saya mengikuti lomba merangkak)

Di bulan ini, saya mulai nakal dan susah diatur sehingga membuat Ibu saya lelah.
Umur 12 bulan atau 1 tahun, SELAMAT ULANG TAHUN! Sudah dari malam,
Mama dan Ayah memikirkan bagaimana cara untuk merayakan ulang tahun saya.
Pada akhirnya tanggal 24 Mei 2001 saya sekeluarga jalan-jalan ke pasar beli baju
buat saya. Malamnya, mama dan Tante Dini pesan kue tart dan nasi kuning buatan
budhe untuk besok sore. Keesokan harinya, mama pesan ayam potong dan
membuat ayam crispy. Siangnya, budhe saya dating membawa nasi kuning. Sore
harinya, makanan sudah siap! Nasi kuning dan lauk pauk serta permen sudah
masuk ke dalam box semua, tapi ada yang lupa!? Kue tartnya belum datang!
Tidak lama kemudian, keluarga besar dari mama saya datang membawa kue tart.

Setelah siap, kami semua menyanyikan lagu selamat ulang tahun bersama-sama
dan dilanjut berdoa bersama. Saya senang sekali pada saat itu.

(perayaan ulang tahun-ku)

Malam harinya, keluarga besar ayah pun datang, pada saat itu saya senang sekali
karena waktunya membuka semua kado yang telah diberikan kepada saya.
Hingga tiba saat saya mulai menjalani pendidikan pada umur 3 tahun, diawali dari
kelompok bermain bernama Bina Patria yang terletak di dalam perumahan saya.
Setiap pagi sebelum berangkat sekolah, saya selalu minta ayah saya untuk
berkeliling perumahan naik motor sebelum ayah saya berangkat kerja untuk
melihat kerbau di Taman Perumahan. Setelah puas berkeliling, ayah saya-pun
berangkat dan saya siap-siap untuk berangkat sekolah.

(sebelum berangkat sekolah)

Satu tahun setelah saya belajar di kelompok bermain Bina Patria, saya pun
melanjutkan sekolah Taman Kanak-Kanak Islam di Tunas Melati pada umur 4
tahun dan dimasukkan ke kelas kecil (sebutannya). Sekolah itu lumayan jauh dari
rumah saya, bisa ditempuh 7-10 menit menggunakan jemputan pribadi. Pada
awalnya, saya dijemput oleh mama saya, namun karena mama sedang mengurus
adik saya yang masih bayi jadi mama tidak bisa antar jemput saya. Setiap pagi
ayah saya mengantarkan saya sekolah dan pada saat jam 12 siang saya di jemput
oleh jemputan pribadi. Di sekolah saya itu terdapat hewan rusa dan angsa. Disitu
juga terdapat area bermain. Setelah setahun menjalani sekolah di kelas kecil, saya
naik kelas menjadi kelas besar. Dari kelas besar itu saya menginjak tahun ke-5.
Pada saat itu, saya mulai bercita-cita menjadi penyanyi cilik karena hobi saya
yang suka menyanyi lagu anak-anak. Saya mulai nakal dan sering bermain.
Hingga pada suatu hari, ada teman saya bernama Okta, dia anak paling nakal di
kelas, pada saat jam istirahat, dia meletakkan ulat bulu diatas kerudung saya,
kemudian saya langsung memegang ulat bulu tersebut dan menggenggamnya.
Seketika itu juga, telapak tangan saya merah karena gatal dari ulat bulu tersebut,
saya-pun menangis dan mengadu kepada guru saya. Akhirnya Okta diberi
hukuman dan diminta guru saya untuk meminta maaf kepada saya, dan saya-pun
memaafkannya. Semenjak kejadian itu, saya menjadi was-was jika berteman
dengan Okta dan ulat bulu. Di akhir kelas besar, terdapat suatu pertunjukkan
pentas seni untuk perpisahan. Dari kesempatan itu saya dan teman saya bernyanyi
diatas panggung untuk mengenang jasa guru. Saya juga berkesempatan membaca
puisi bersama teman saya. Pada saat pementasan tersebut, saya sedikit malu dan
tidak percaya diri, namun mama yang duduk sebagai tamu undangan memberi
semangat kepadaku.

Setelah lulus dari TK Islam Tunas Melati, orang tua saya sempat bingung ingin
menyekolahkan saya dimana. Untung saja, saudara saya ada yang sebaya dengan
saya, sehingga orang tua saya mengusulkan agar saya satu sekolah dengannya.
Namun, jarak sekolah saya lebih jauh dari TK saya, kira-kira bisa menempuh 30-
45 menit naik kendaraan bermotor, jika naik mobil bisa mencapai 1 jam.
Akhirnya, karena saya tidak tahu referensi sekolah lain dan saya mendapat kabar
kalau sekolah saya nantinya itu adalah sekolah yang cukup terkenal, maka saya
menyetujuinya. Saya-pun ingin mengetahui, seperti apakah sekolah saya nantinya.
Setelah mengunjunginya, ternyata sekolah itu bernama SD Negeri Sompok
(sekarang berubah menjadi SD Negeri Lamper Kidul 02). Sekolah itu sangat luas,
besar dan mempunyai bangunan yang tua. Setelah mengelilingi sekolah itu, saya-
pun semakin membulatkan tekad untuk bersekolah disitu. Umur 6 tahun, saya
mulai menjadi murid kelas 1 di sekolah itu. Sejak saya masuk sekolah negeri itu,
saya tidak melanjutkan berhijab dari TK saya. Seperti biasa, saya diantar sekolah
oleh ayah saya, lalu di jemput oleh mama saya. Namun, ada hal yang membuat
mama saya tidak bisa menjemput saya lagi (kecuali hari jumat), yaitu karena
masih mengurus sekolah adik saya. Untung saja, di perumahan saya banyak juga
yang satu sekolah dengan saya, sehingga terdapat juga jasa antar-jemput mobil
punya Pak Muji. Saya pun menggunakan jasa itu setiap hari, terlebih lagi beliau
adalah tetangga saya. Jadi saya mulai ikut antar-jemput sejak kelas 1 semester 2.
Di kelas 1 ini, saya paling ingat pada guru satu ini, yaitu Bu Siti. Bentuk badannya
yang besar dengan muka garang, membuat siapa saja yang melihatnya menjadi
ketakutan, termasuk saya. Dahulu, saya pernah dimarahi oleh nya karena datang
terlambat bersama teman saya yang lainnya. Hal itu membuat saya sangat takut
dan membuat saya tidak masuk kelas keesokannya karena sakit demam. Tetapi
dari sifatnya yang galak, dapat menjadikan saya siswa yang disiplin dan teladan.
Hal itu juga dirasakan teman-teman saya yang lainnya. Pada saat saya kenaikan
kelas 2, ternyata murid kelas 2 masuk sekolah jam 9 pagi, hal itu membuat saya
sering bangun siang dan menjadikan kebiasaan. Tetapi, hal itu sangat dilarang
oleh orang tuaku kalau saya bangun siang. Hal yang dilakukan orang tua saya
untuk mencegah hal itu menjadi kebiasaan adalah dengan mengajak saya renang
pagi di dekat perumahaan, karena pada dasarnya saya suka berenang. Akhirnya,
saya tidak lagi terbiasa bangun siang. Pada saat kelas 3, jam masuk kelas kembali
seperti semula yaitu jam 07.00 hingga saya kelas 6. Pada saat saya kelas 5, saya
mengikuti klub bola voli. Saya mengikuti klub itu karena ingin mencari bakat
saya selain menyanyi. Klub bola voli putri tersebut berada di gedung SBI
(Sekolah Bertaraf Internasional). Setelah sekitar setahun berlatih dan sparing,
saya-pun menyempatkan diri untuk ikut turnamen antar-daerah. Pada saat itu, saya
merasa gugup karena ini adalah turnamen pertama saya. Tidak menyangka, klub
voli putri saya menang juara 2 tingkat daerah. Saya merasa senang sekali,
walaupun di babak ke-2 saya sempat menjadi cadangan karena kaki saya terkilir.
Namun saya merasa bangga kepada tim saya dan saya bercita-cita menjadi atlet
voli profesional. Setelah rajin latihan hingga kelas 6 semester 2, saya merasa
bahwa latihan tersebut mengganggu konsentrasi belajar saya untuk menghadapi
ujian nasional. Sedangkan saya mempunyai tambahan les dari sekolah dan
bimbingan belajar (bimbel) di luar sekolah. Hal itu membuat saya jarang
mengikuti latihan dan sempat vakum selama beberapa bulan. Selama menjelang
ujian nasional, saya benar-benar tidak sempat untuk menonton tv, bahkan pada
saat itu saya tidak mempunyai hp (karena hp sempat hilang). Saya merasakan
ketakutan dalam menjalankan Ujian Nasional pertama kali, karena itulah yang jadi
puncak kelulusan saya. Setelah melakukan UN, diberitahukan tentang
pengumuman kelulusan. Alhamdulillah, saya mendapatkan NEM/Rata-Rata
26.59. Saya senang sekali, karena perjuangan saya tidak sia-sia.

Selama saya liburan saya melanjutkan kegiatan klub voli saya. Hingga tiba
waktunya saat saya masuk sekolah di SMP Negeri 29 Semarang. Pada awal saya
menjadi siswa baru, saya langsung menggunakan hijab kembali hingga sekarang.
Saya memilih ekstrakulikuler voli putri pada saat itu. Namun, ternyata kegiatan
tersebut tidak terlalu aktif dan saya pun keluar dari ekstrakulikuler tersebut. Akhir
kelas 7, saya mempunyai pacar pertama, sebenarnya saya tidak tau apa itu cinta,
namun hal tersebut saya jalani selama 1.5 tahun dengannya. Saya pacaran diam-
diam tanpa diketahui oleh orang tua saya, hingga pada saat kenaikan kelas 9 (3
SMP) orang tua saya mengatahui karena saya cerita padanya dan orang tua saya-
pun melarang saya untuk berpacaran. Akhirnya saya memutuskan untuk berteman
dan lebih fokus untuk UN SMP. Sebelumnya, pada saat saya kelas 8 (2 SMP),
saya mengikuti pendaftaran OSIS. Saat saya kelas 7 (1 SMP), saya sangat tidak
percaya diri, malu dan gugup jika berbicara di depan orang banyak. Setelah
melakukan serangkaian acara dan kedisplinan, saya pun lolos menjadi bagian
OSIS di bidang bendahara II dan dari organisasi ini sangat membangun tingkat
rasa percaya diri saya. Semenjak saya fokus ke OSIS, saya pun mulai
meninggalkan secara perlahan klub voli saya. Namun, karena terlalu fokus kepada
organisasi, nilai saya-pun turun sehingga saya diberi nasehat kepada orang tua
saya agar tetap fokus pada pelajaran. Saya-pun mengikuti nasehat orang tua dan
nilai saya kembali naik. Pada saat pelepasan jabatan, saya mulai fokus ke Ujian
Nasional. Saya mengikuti bimbel di rumah guru fisika saya yang mempunyai
tempat khusus bimbel UN. Di akhir sekolah, saya dan teman-teman semakin
meningkatkan kekeluargaan. Walaupun dari kelas 7-9 kelas nya di acak dan setiap
tahun teman berbeda2, saya mempunyai teman-teman dekat setiap tahunnya.
(teman kelas 7) (teman kelas 8) (teman kelas 9)

Teman kelas 9 ini, paling berkesan dari semuanya karena teman seperjuangan
untuk Ujian Nasional. Kita setelah lulus masih mempunyai kesempatan untuk
bertemu. Saya lulus SMP tahun 2015.

Pada awalnya, saya bingung memilih melanjutkan sekolah dimana dan akhirnya
saya memutuskan di 2 pilihan yaitu SMA N 1 Semarang dan SMA N 11
Semarang. Namun pada tahap terakhir, saya tersingkir dari SMAN 1 dan pindah
SMA N 11 Semarang. Pada awal masuk kelas, saya beruntung mempunyai teman
sekelas dari teman saya di SMP. Saya menjadi teman sebangkunya selama 3 tahun
di SMA. Pada acara demo ekstrakulikuler saya jatuh hati dengan paduan suara,
sehingga saya memilih paduan suara. Belum setahun saya menjadi bagian dari
organisasi tersebut, guru pembimbing saya meninggal dunia setelah menciptakan
mars sekolah. Akhirnya angkatan saya membangun lagi paduan suara yang
sempat vakum beberapa bulan. Hingga saat ini, paduan suara sudah mempunyai
guru pembimbing baru dan sering melakukan lomba. Saya sempat mengikuti
berbagai lomba paduan suara dan sering mengisi acara sekolah. Dari situ saya
ingin menjadi penyanyi.

Di kehidupan SMA saya sangat merasakan suasana SMA. Dari lingkungan teman,
guru, dan sekolah itu sendiri. Pada kelas 10 (1 SMA) saya selalu peringkat 10
besar. Saya termasuk orang yang mudah bergaul, jadi pada setiap awal masuk
sekolah, saya sudah mempunyai teman. Pada saat kelas 11 (2 SMA) nilai saya
turun karena saya sering main bersama teman. Untuk mengejar nilai saya, saya
pun kembali meningkatkan belajar saya.
Pada awal tahun 2017, angkatan saya melakukan study tour ke Bali. Disana saya
mempunyai pengalaman banyak sekali, salah satunya adalah pengenalan terhadap
berbagai macam wisata-wisata yang berada disana. Saya dan teman-teman
menginap di hotel yang dekat dengan kota, sehingga setiap malam kami
menyempatkan untuk berjalan-jalan malam menyusuri kota. Pulang dari study
tour, satu angkatan saya mulai membicarakan tentang pentas seni yang diadakan
pada bulan September 2017. Pensi yang diadakan oleh OSIS angkatan saya yang
beruntungnya Ketua OSIS nya adalah teman sekelas saya sendiri. Menurut fakta,
sekolah saya hanya mengijinkan pensi 2 tahun sekali. Namun pada saat pensi
tahun angkatan saya, hal itu merubah pemikiran sekolah. Pensi angkatan saya
sangat sukses dengan mengundang 3 artis ibu kota ternama yaitu Rizky Febian
dan Sheryl Sheinafia. Pensi tersebut berjalan dengan lancar dan membuat nama
SMA 11 Semarang melambung tinggi. Info-info tentang pensi sekolah saya telah
tersebar hingga media massa koran dan televisi. Kepala sekolah saya bangga
terhadap OSIS dan angkatan saya karena sudah berkontribusi dengan baik, mereka
sudah membuat nama baik SMA 11 Semarang lebih tinggi, sehingga sekolah
mulai mengijinkan mengadakan pensi setiap setahun sekali. Setelah acara itu
semua selesai, angkatan kami mulai fokus kepada Ujian Nasional.

Pada saat kenaikan kelas 12, mulai penjurusan. Saya tertarik pada akuntansi dan
memilih jurusan itu untuk Ujian Nasional. Tahun itu, saya mulai memikirkan
kemana saya akan melanjutkan kuliah dan saya mempunyai prinsip dari awal
bahwa saya harus mencoba segala tes untuk masuk kuliah. Hingga pilihan saya
dan orang tua saya jatuh ke STAN. Saya memantapkan diri untuk masuk STAN
dan mengikuti bimbingan belajar khusus STAN. Disamping itu, saya juga fokus
ke UN. Sebagian teman saya sudah mulai fokus ke persiapan tes SBMPTN.
Berbeda dengan saya, saya tidak menyiapkan tes SBMPTN sama sekali, tidak
mengikuti les ataupun mencoba try out yang diselenggarakan dari berbagai
macam info. Sesuai tekad saya untuk masuk STAN, maka saya fokus ke sekolah
tersebut. Awalnya saya terpilih bisa mengikuti jalur undangan SNMPTN dan
PMDK-PN di salah satu politeknik. Saya memilih jurusan Akuntansi UNDIP,
Manajemen UNDIP, dan Akuntansi UNNES untuk jalur SNMPTN. Sedangkan,
untuk jalur PMDK-PN saya memilih jurusan Akuntansi dan Kompuetrisasi
Perbankan. Selama menunggu hasil, saya mempersiapkan Ujian Nasional.

Saatnya hari pertama saya UN pelajaran Bahasa Indonesia. Namun ada hal yang
mengecewakan. Karena sistem Ujian Nasional nya berbasis komputer, terdapat
kesalahan teknis pada komputer saya yang membuat saya tidak dapat melanjutkan
ujian tersebut. Saya mulai resah, panik, dan sedih saat mengalami hal tersebut.
Para panitia sudah berusaha semaksimal mungkin untuk memperbaiki komputer
yang saya gunakan, namun hasilnya nihil. Akhirnya, saya diberi nasehat kepada
salah satu panitia untuk tetap sabar dan ikhlas. Saya-pun mencoba tetap sabar dan
ikhlas walaupun susah. Pada saat keluar kelas, saya cerita kepada teman-teman
saya, mereka sangat menyayangkan kejadian tersebut menimpa pada diri saya.
Mereka mempunyai ide untuk menghibur saya dengan cara foto bersama untuk
menghilangkan rasa sedih di hati saya.

(selesai UN hari pertama, terimakasih kalian)

Hari-hari berikutnya, saya mulai berhati-hati dalam mengoperasikan komputer.


Akhirnya ujian nasional hari-hari selanjutnya pun lancar. Saya mendengar kabar
bahwa Kemendikbud menyelenggarakan UNP (Ujian Nasional Perbaikan) untuk
SMA. Dengan semangat, saya segera mendaftarkan diri dan mengikuti UNP
Bahasa Indonesia.

Setelah UN, saya dan teman-teman mulai memikirkan wisuda. Pada saat hari-H
wisuda, saya di rias oleh mama saya sendiri karena mama saya bekerja sebagai
perias pengantin dan mama saya datang menemani saya dalam acara wisuda.
Selama wisuda, saya mulai mengingat banyak sekali kenangan-kenangan indah
bersama teman saya. Saya rasa, kenangan semasa SMA adalah kenangan sekolah
yang terindah. Tidak terasa telah 3 tahun saya lewati dengan susah-senang
bersama teman-teman. Sekolah SMA ini bagaikan tempat dimana saya terhibur
dan menghibur bersama teman-teman saya. Pada saat-saat seperti ini saya tidak
ingin menyiakan pengalaman ini sehingga kami mulai memperbanyak kenangan
dengan foto bersama.

(bersama mama) (halima,rusita,&annisa) (teman se-geng selalu ada)


(kenangan terindah bersama teman se-kelas)

Setelah acara wisuda selesai, saya dan teman-teman kembali fokus dan berdoa
untuk hasil pengumuman SNMPTN dan PMDK-PN. Namun ternyata, saya gagal
di kedua jalur undangan tersebut. Saya-pun lebih giat dalam belajar menuju
STAN. Di lain kesempatan, saya juga mencoba jalur SBMPTN di Universitas
Diponegoro. Kemudian saya juga mencoba mendaftarkan diri ke Politeknik
Negeri Semarang. Pada saat saya fokus berbagai tes, saya malah berpacaran
dengan salah satu teman saya dari luar sekolah. Namun saya berkomitmen untuk
tidak mengganggu pendidikan satu sama lain.

Awal Mei 2018, kelulusan SMA. Seperti remaja lainnya, saya melakukan aksi
coret-coret di Lapangan Masjid Agung Semarang bersama sekolah lainnya.
Setelah wisuda, saya sudah berjanji kepada diri sendiri, bahwa saya tidak akan
pergi main atau pergi bersama teman sebelum saya mendapatkan kuliah. Setelah
itu saya jarang bertemu teman saya, dan dipertemukan saat kelulusan. Setelah
kelulusan, saya kembali fokus pada SBMPTN dan STAN.

Saat pembukaan registrasi SBMPTN sudah seminggu saya bingung memantapkan


pilihan jurusan saya. Saya selalu berdoa dan sholat malam agar diberikan
petunjuk. Hingga suatu hari saya bertemu saudara saya dan saya pun
menceritakan kebingungan saya untuk memilih prodi apa yang saya pilih
nantinya. Saudara saya menyarankan agar saya memilih prodi Ekonomi Islam.
Apa itu Ekonomi Islam? Saya baru mendengar istilah tersebut. Kata saudara saya,
Ekonomi Islam adalah jurusan yang tergolong baru di Universitas Diponegoro dan
kabarnya prodi ini juga sangat dibutuhkan oleh berbagai perusahaan. Akhirnya
saya memilih 3 jurusan yaitu Akuntansi Undip, Ekonomi Islam Undip dan Ilmu
Ekonomi dan Studi Pembangunan Undip.

Pada saat tes SBMPTN, saya merasa gugup sekali, karena ini pertama kalinya
saya mengerjakan soal SBMPTN. Karena, pada awalnya saya tidak pernah benar-
benar mengerjakan soal SBMPTN secara keseluruhan ataupun mengikuti try out
dari luar. Di pertengahan mengerjakan tes SBMPTN, terjadi suatu kesalahan dari
saya. Yaitu, lembar jawaban saya tidak sengaja mencoret bagian pilihan jawaban
menggunakan bolpoin pengawas ujian. Saya sangat ceroboh dan tidak hati-hati.
Saya merasa takut, bingung, sedih, dan pasrah. Dari kejadian tersebut, saya pun
mengambil kesimpulan bahwa saya tidak akan lolos SBMPTN. Setelah kejadian
itu terjadi, saya merahasiakan ini kepada siapapun karena saya masih merasa
takut. Akhirnya, kesempatan saya lolos seleksi SBMPTN pun tidak ada. Dari
kejadian itu, saya tidak putus asa. Saya tetap mencoba tes UMPTN Politeknik
Negeri Semarang. Pilihan prodi saya untuk tes UMPTN adalah Akuntansi,
Perbankan, dan Komputerisasi Akuntansi. Pada saat tes itu berlangsung, saya
merasa saya bisa mengerjakan itu dengan lancar tanpa hambatan apapun. Namun
seminggu kemudian, pengumuman hasil tes tersebut diberitahukan. Saya tidak
lolos lagi. Hingga saya sedikit frustasi karena saya sudah tidak ada harapan selain
STAN dan menunggu hasil SBMPTN yang tidak pasti.

Pilihan yang saya pilih untuk STAN ada 3 yaitu D1 Pajak, D1 Bea&Cukai, dan
D1 KBN. Tiba saatnya saya USM STAN (Ujian Saringan Masuk) yang berada di
Gedung Keuangan Semarang. Seminggu sebelum tes, saya sudah mempersiapkan
diri sebaik mungkin, karena untuk melaksanakan tes STAN dibutuhkan
pengawasan secara ketat dan disiplin tinggi. Setelah saya siap, saya pun menuju
gedung keuangan bersama ayah saya.
Ujian pun dimulai. Tes STAN tahun ini berbeda, karena menggunkaan sistem
komputer dan soal lebih sedikit namun waktu lebih singkat. Tentu itu sedikit
berbeda dari buku latihan yang saya pelajari. Namun, secara keseluruhan model
dari soalnya sama. Saat mengerjakan saya merasa gugup, karena ini harapan saya
dan orang tua saya. Setelah mengerjakan, hasil nilai dari pengerjaan saya
ditampilkan disebuah TV besar yang terdapat di depan gedung untuk
dipertontokan kepada orang tua yang sedang menunggu didepan. Saya lolos dari
ambang batas. Jadi, setiap materi dari soal STAN mempunyai nilai ambang batas
tersendiri, dan saya sudah mumpuni ambang batas tersebut. Saya semakin
meningkatkan doa saya, karena hasil lolos saya masih tingkat daerah dan belum
tingkat nasional. Setelah pulang dari mengerjakan tes tersebut, saya bergabung
dalam satu grup calon mahasiswa STAN yang lolos tingkat daerah. Dari info yang
saya dapat dari sana adalah nilai-nilai orang lain jauh lebih tinggi dari saya, dan
membuat saya seidkit down. Tiba saja muncul informasi tentang yang keterima
menjadi Bea & Cukai, namun nama saya tidak muncul. Namun saya harus
optimis, mungkin nama saya ada di prodi lain. Walaupun itu membuat saya
semakin khawatir terhadap hasil seleksi tingkat Nasional.

Setelah semua tes saya jalani, waktunya untuk berpuasa ramadhan. Saya dan
teman-teman mengadakan buka puasa bersama dan meningkatkan silaturahim
karena sudah jarang ketemu karena kesibukan dalam berbagai macam tes. Saya
senang bisa kumpul kembali bersama teman-teman saya. Hal ini sangat
menyegarkan pikiran saya.
(buka puasa bersama satu geng)

Setelah bulan puasa ramadhan usai, saya dan keluarga merayakan lebaran Idul
Fitri bersama dirumah. Alhamdulillah, lebaran tahun ini masih memiliki keluarga
yang lengkap dan semakin bahagia.

(keluargaku merayakan lebaran 2018)

Setelah lebaran, pengumuman SBMPTN sebentar lagi akan di infokan. Pada saat
penentuan hasil seleksi, saya saat itu sedang menunaikan sholat Ashar, setelah
selesai sholat dan berdoa semoga diberikan yang terbaik, saya langsung membuka
web SBMPTN. Sayangnya, jaringan sinyal saya jelek dan ditambah lagi banyak
orang mengakses web tersebut. Tiba-tiba mama saya mendapat pesan dari ayah
saya yang mengirimkan sebuah foto, yang ternyata berisi :

(hasil seleksi SBMPTN-ku)

Alhamdulillah! Saya senang sekali. Seketika itu saya menangis bahagia, sujud
syukur, dan memeluk mama saya. Akhirnya, kali ini saya masi bisa
membahagiakan orang tua saya. Walaupun bukan jurusa Akuntansi, namun hal itu
sudah lebih dari cukup! Teman-teman saya menanyakan kabar dari hasil tersebut,
dan mereka juga bangga kepada saya. Padahal, saya sudah putus asa terhadap
hasil SBMPTN bulan lalu, namun ternyata kesimpulan saya salah. Disini saya
bisa ambil kesimpulan bahwa, “manusia bisa berencana namun Tuhan yang
menentukan” . Setelah mendapat info kelulusan tersebut saya segera menyiapkan
berbagai berkas untuk verifikasi, registrasi, dan tes kesehatan. Rangkaian tersebut
sudah terlaksanakan dan saya mendapatkan UKT golongan 3. Alhamdulillah,
masih bisa meringankan beban orang tua karena UKT golongan 3 tersebut tidak
terlalu mahal. Setelah menyiapkan semua, tibalah pengumuman USM STAN.
Saya sempatkan untuk sholat malam dan berdoa semoga diberikan hasil yang
terbaik. Setelah membuka webnya ternyata nama saya tidak berada di daftar
tersebut atau saya dikatakan tidak lolos pada tingkat Nasional. Saya pun
melapangkan dada saya walaupun menangis. Itulah harapan saya dari awal,
namun saya tidak mendapatkannya. Akhirnya saya bertekad untuk mencoba lagi
tahun depan, karena sistem bimbel saya mempunyai perjanjian gratis periode
selanjutnya jika tidak lolos tahun ini dan saya pun mengikutinya. Saya mulai
bertekad dan tidak patah semangat untuk menggapai sekolah impian saya.

Di kesedihan saya, saya diajak oleh teman terdekat saya untuk foto-foto sehingga
dapat menghilangkan penat dan kesedihan saya. Mereka adalah Halima dan
Rusita. Mereka sahabat saya selama 3 tahun di sekolah hingga saat ini kami masih
saling bertemu dan komunikasi satu sama lain.

(semoga masih berteman hingga tua)

Setelah berlarut dalam kesedihan, saya kembali bangkit. Saya mulai bersosialisasi
pada saat penerimaan mahasiswa baru Universitas Diponegoro. Selama saya
mengikuti serangkaian acara hingga mulai masuk kuliah, saya dapat mengetahui
apa itu Ekonomi Islam yang berada di UNDIP ini. Walaupun Akreditasi B, namun
konon kabarnya Fakultas Ekonomika dan Bisnis UNDIP sangat cepat jika ingin
menaikkan akreditasi. Sebentar lagi mungkin sudah Akreditasi A, karena
sebelumnya belum ada lulusan dari Ekonomi Islam. Baru tahun 2018 ini terdapat
beberapa mahasiswa yang lolos prodi Ekonomi Islam. Di sini, saya juga sudah
mendapatkan banyak teman, namun ada 2 teman yang sangat dekat dengan saya
dan selalu membantu saya.

(foto booth pertama kita)

Kami selalu berbagi cerita dan keluh kesah kita satu sama lain. Saya juga telah
berteman dari berbagai jurusan maupun Fakultas di Universitas Diponegoro.
Selama saya menjalankan kuliah di Ekonomi Islam, saya belum mendapatkan
masalah besar dalam perkuliahan karena saya masih semester pertama. Namun
saya sangat merasakan euforia lingkungan per-kuliah-an dengan SMA sangat
berbeda sekali. Di lingkungan kuliah saya dapat mengenal berbagai suku, ras,
budaya yang berbeda-beda. Teman satu jurusan saya berasal dari daerah maupun
pulau yang berbeda-beda.

Dari sinilah harapan saya yaitu lebih ingin mengetahui daerah luar, saya juga
ingin keluar dari zona nyaman saya, ingin lebih aktif bersosialisasi dan
berorganisasi sehingga dapat manambah wawasan saya. Kemudian untuk harapan
saya setelah lulus adalah semoga saya bisa mewujudkan cita-cita saya,
membanggakan orang tua, dan banyak memberi manfaat kepada orang banyak.
Cita-cita saya sebenarnya setiap tahun berubah-ubah. Namun semakin dewasa
saya semikin memikirkan matang-matang apa yang akan saya impikan besok 4-
6tahun mendatang. Cita-cita pertama adalah lulus cumlaude. Dilanjut dengan cita-
cita kedua saya adalah menjadi entrepreneur muda. Saya ingin menjadi pengusaha
muda yang bisa menjadi inspirasi atau influencer remaja-remaja muda yang sesuai
dengan tren tanpa meninggalkan budaya dari usaha itu sendiri.

Semoga apa yang saya “semoga-kan” (tertulis disini) dapat terwujud.

Kenangan Berharga Semasa Hidupku


Disusun untuk melengkapi tugas Bahasa Indonesia
Nafia Dyas Meileniandana

12020218130071

Ekonomi Islam

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

2018

Anda mungkin juga menyukai