Anda di halaman 1dari 9

TUGAS : BAHASA INDONESIA

NAMA : JUMRIANI NADIA PUTRI

NIM : 200512502033

KELAS :C

PRODI : SASTRA INGGRIS

DOSEN PENGAMPU : MUHAMMAD ALFIAN TUFLIH, S.S., M.Pd


AUTOBIOGRAFI

Namaku jumriani Nadia Putri, lahir di Locok, 27 Juli 2001. Aku adalah anak
terakhir dari sembilan bersaudara, buah dari pasangan Subir dan Budia. Jum adalah
nama panggilaku. Aku memilih 8 saudara, 5 diantaranya sudah berkeluarga. Sejak kami
kecil orang tuaku selalu menasehati dan mengajarkan kami agar selalu rajin beribadah,
bersikap jujur dan baik terhadap sesama.
Aku di besarkan oleh keluarga yang bukan berasal dari keturunan darah biru.
Ayah dan ibu ku berasal dari keluarga sederhana yang mana orangtua beliau atau kakek
nenek ku adalah seorang petani. Namun, dengan kehidupan yang sederhana ini kami
tidak pernah merasa malu atau gengsi karena banyaknya harta tidak akan bisa membeli
kebahagiaan.
Meskipun dari keluarga sederhana, ayah dan ibu mampu membiayai sekolah
anak- anaknya sampai jenjang perguruan tinggi. Kami tidak pernah meminta apapun
yang kami rasa kurang penting. Ayah dan ibu senantiasa mengasihi kami dan selalu
memberikan yang terbaik untuk anak- anaknya. Kami tidak tahu harus membalas
seberapa besar untuk ketulusan mereka selama ini. Kami sangat menyayangi mereka,
lebih. Mereka lah yang mengenal kan pada kami betapa indah hidup dan banyak hal
yang mesti kami syukuri. Saya tidak pernah menyesal hidup sederhana karena selalu
ada mereka yang tidak pernah berhenti men- support kami.
Saya mempunyai hobi memasak. Setiap hari selalu kusempatkan tanganku untuk
menemukan resep baru. Meskipun terkadang masakannya gagal, namun saya selalu
melakukannya. Saya percaya bahwa sesuatu yang di lakukan dengan bersungguh
-sungguh maka tidak akan memberikan hasil yang sia – sia. Selain itu saya juga
mempunyai hobi bermain voli. Di sekolah kami, ada grub voli yang beranggotakan para
siswi dan saya tergabung dalam kelompok tersebut. Setiap hari Jum’at dan Sabtu sore,
kami selalu melakukan latihan di lapangan voli sekolah. Ayah, ibu, serta kakak- kakak
selalu mensupport semua hobbi saya. Saya tidak pernah menyesal dan selalu berlatih
dengan sungguh- sungguh.
Di hari Minggu, saya biasanya lari pagi bersama dengan kawan-kawan. Di SMA
dulu saya mengikuti lomba lari maraton antar sekolah, dan saya meraih kemenangan
tiga kali berturut-turut. Sampai saat ini aku selalu meluangkan waktu untuk bisa lari
baik lari pagi ataupun sore.
Ayah dan ibu merupakan orang yang taat agama. Mereka selalu mengingat kan
kami untuk sholat, puasa, untuk menyisihkan uang saku kami untuk infak, atau
melakukan ibadah – ibadah yang lain. Pernah suatu hari, ketika saya sedang asyik
bermain, saat itu saya masih duduk di kelas dua SMP. Saya tidak sholat Dhuhur karena
saya berfikir untuk melakukannya nanti saja saat saya fikir waktunya masih lama.
Namun ternyata saya terlena karena keasyikan bermain. Hingga tiba waktu ashar saya
belum juga menunaikan sholat Dhuhur. Ketika ayah bertanya pada saya apakah sudah
sholat dhuhur, saya hanya diam. Tentu ayah tahu bahwa saya belum sholat, lantas ayah
langsung menasehati saya dengan panjang lebar.ketika itu saya sangat merasa bersalah,
karena memang ayah sudah mengingatkan saya untuk sholat ketika bermain. Sejak
kecil, ayah dan ibu memang selalu mengajari kami untuk melaksanakan sholat
dimanapun kami berada. Ayah dan ibu menancapkan betul – betul nasehat itu.
Setiap magrib, ayah selau menyempatkan waktu untuk mengajari mengaji anak-
anaknya, selain itu atau juga mengajarkan ilmu ilmu agama yang lain. Kalau saja ayah
tak memaksa kami belajar agama, mungkin sekarang saya sudah mengikuti pergaulan
dan gaya hidup remaja umumnya. Saya selalu bersyukur, karena di lahirkan dalam
keluarga sangat hebat.
Saya mulai masuk sekolah dasar (SD) pada tahun 2007 yang mana ketika itu
saya berusia 6 tahun. Yang mengantarkan saya ke sekolah dasar untuk pertama kalinya
adalah kakak saya yang pertama. Dimana pada saat itu kakak saya sedang libur semester
kuliah. Kakak Hasbi memang orang yang selalu berambisi untuk mencari ilmu. Di
selalu berpesan untuk tidak membuang- buang waktu hanya untuk bermain. Ketika
kakak tidak ada kegiatan, kakak selalu menyempatkan untuk mengajari saya
mengerjakan pekerjaan rumah (PR) yang saya bawa dari sekolah. Lebih seringnya
kakak selalu bercerita tentang dongeng – dongeng yang selalu membuat saya senang
mendengar ceritanya. Saya tidak pernah bosan mendengarkannya. Dia adalah
pendongeng yang sangat menarik.
Pada tahun 2013 saya lulus dari bangku sekolah dasar (SD). Ayah mengajakku
untuk mendaftar di SMP 1 anggeraja. Dan memang untuk urusan memilih sekolah saya
selalu menurut ayah, karena ayah pasti lebih tahu mana sekolah yang cocok dan baik
untuk saya. Saat itu kakakku yang bernama Sudirman menempati bangku sekolah
menengah kejuruan SMK kelas XII dan pada saat dia memiliki jurusan listrik.
Sedangkan kakakku yang bernama Pendi menempati bangku sekolah menengah
kejuruan (SMK) kelas X dengan jurusan otomotif.
Jarak kelahiran kami bertiga memang terbilang tidaklah jauh. Kakakku yang
bernama Sudirman lahir pada tahun 1995, kakak yang bernama Pendi lahir pada tahun
1997, sedangkan saya lahir pada tahun 2001.
Pada tahun 2016 akupun lulus dari bangku SMP. Alhamdulillah, karena doa
ayah, ibu dan saudara-saudara saya dapat lulus dengan nilai yang sangat memuaskan.
Dan Kedua kakaku juga sudah lulus dari SMK pada saat itu. Kakak yang bernama
Sudirman kini merantau ke Jayapura untuk mencari pekerjaan. Di sana dia tinggal
bersama dengan kakak keduaku yang sudah memiliki keluarga dan dikaruniai tiga
seorang anak. Dikarenakan posisi kakaku jauh dari rumah bahkan sudah beda pulau
menjadikan kami jarang bertemu. Kemudian kakakku yang bernama Pendi, kini
melanjutkan pendidikannya di universitas negeri Islam Makkasar. Dia melanjutkan
jurusannya di bidang otomotif. Dan sekarang dia berada di Makassar sedangkan
menjalankan praktek.
Dua minggu setelah pengumuman kelulusan adalah pengumuman di terimanya
di SMA negeri 1 Enrekang. Dan saat itu saya memamg mendaftar dan mengikuti tes
masuk SMA negeri 1 atas perintah ayah. Namun alhasil, saya belum di terima di jurusan
yang saya inginkan yaitu IPA. Awalnya, saya sangat sedih karena tidak di terima di
jurusan yang saya inginkan . Tetapi hati kecilku berkata tetap semangat.
Hari pertama masuk sekolah, saya sangat bersemangat, saya ingin seperti orang-
orang yang bisa membangkang kedua orang tua saya, oleh karena itu saya harus
bersemangat. Meskipun dengan teman baru, saya berusaha untuk akrab dengan mereka.
Hingga satu tahun berlalu. Setelah ini, adalah kenaikan kelas. Saya sangat senang
karena bisa masuk 3 besar dan membuat aku tambah semangat. Namun hingga suatu
hari saya terbangun dan mendengar percakapan ayah ibu, yang ternyata sedang
membicarakan masalah ekonomi keluarga yang sedang kering. Sempat saat itu saya
berfikir untuk tidak melanjutkan sekolah tapi aku juga berpikir aku ingin berhasil dan
ingin merubah kehidupan ekonomi ayah dan ibu, oleh karena saya sangat bersemangat
belajar.
Seiring berjalannya waktu saya sangat menyukai mata pelajaran ekonomi dan
geografi. Dan alhasi setalah aku menekuni untuk mempelajari kedua kedua mata
pelajaran itu, guru saya menyarankan untuk mengikuti salah satu olimpiade. Pada saat
itu saya memilih mata pelajaran geografi. Setiap sorenya aku dan kawan-kawan yang
mendaftar ikut olimpiade selalu pulang malam dikarenakan kami mengikuti pelajaran
tambahan untuk persiapan mengikuti olimpiade.
Perlombaan pun tiba saatnya, aku sangatlah gugup dalam mengerjakan soal itu.
Dan beberapa jam kemudian setelah mengerjakan soal itu hati pun merasa agak legah.
Dan tibalah saatnya pengumuman kelulusan akupun tambah gugup tapi aku langsung
berpikiran positif apabila aku tidak lulus jangan berkeci hati karena kenapa saya
bangga dengan diri saya sendiri karena bisa ikut olimpiade itu.
Aku bukan sosok murid yang tergolong pandai, bahkan aku adalah murid yang
mempunyai kemampuan rata- rata. Namun beruntungnya, ayah dan ibu tidak pernah
memaksa ataupun memarahi aku karena tidak pernah mendapat peringkat 1di kelas.
Mereka selalu mendukungku dan selalu menemaniku ketika aku harus belajar. Hingga
pada tahun 2019 akhirnya aku lulus dari sekolah menengah atas bersama teman
temanku yang lainnya.
Berawal setelah saya lulus dari SMA Negeri 1 Enrekang, tahun 2019. Saya
melanjutkan untuk mendaftar masuk ke perguruan tinggi. Semula saya ingin masuk
jurusan manajemen pada saat masuk perguruan tinggi, karena cita-cita saya ingin
bekerja di perkantoran. Namun karena saya gagal mengikuti jalur SNPTN dan
SBMPTN di jawa, dan akhirnya saya bingung mau lanjutin kuliah dimana.
Akhirnya teman saya yang bernama yuli mengajak saya melanjutkan kuliah di
Makassar. Pada tanggal 28 Juli 2019 kami mendaftar Di Universitas institut parahikma
dan mengikuti tes, saya akhirnya diterima di Jurusan manajemen Islam, tapi karna
mahal dan saya tidak suka dengan kampusnya akhirnya saya keluar. Kendalanya yaitu
dalam pembayaran registrasi, pada saat itu orang tua saya belum punya uang. Maka dari
situ saya dan teman saya bingung mau lanjutin kuliah dimana lagi, karna Universitas
lainnya udah pada tutup. Dan di situ aku sangat putus asa aku tidak tahu harus kemana.
Aku segera mengambil air wudhu lalu sholat untuk meminta jalan mana yang harus aku
tempuh. Kemudian pada saat itu saya buka hp dan melihat status kawan aku, di situ
terdapat tempat kursus yang ada di Kediri akupun langsung mikir kenapa aku gak
kursus aja dari pada aku nganggur gak tau harus kemana. Aku pun mulai bertanya
kepada kawan aku mengenai kursusan itu. Sepanjang pembicaraan bersama dengan
kawanku, akupun menghubungi orang tua saya dan minta izin untuk kursus dan
Alhamdulillah orang tua saya menyetujuinya. Akupun langsung pulang untuk
mempersiapkan barang-barang yang aku perlukan.
Malam telah tiba, malam di mana hari terakhir aku bersama dengan keluarga.
Aku merasa sangat sedih dan seketika aku mau membatalkan keberangkatanku tapi aku
juga mikir kenapa aku sia-siakan kursus ini padahal ibu sangat mensuport . Pagi pun
telah tiba hati aku merasa sedih dimana keberangkatanku ke Kediri dan ini adalah hari
pertama aku menjauh dari rumah.
Akupun telah sampai di Kediri. Aku di sambut oleh office dari kursusan itu dan
yang pertama saya lakukan menghubungi orang tua bawasanya saya sudah sampai.
Pertama kali saya masuk belajar kursus sangat takut, binggung sekali karena
saya tidak ada teman untuk diajak ngobrol dan teman yang lain sibuk dengan temannya.
Entah kenapa hatiku sedih dan kenapa saya tidak seperti mereka yang memiliki banyak
teman, apa saya salah kalau ingin seperti mereka dan bisa berbagi cerita tentang
pengalaman. Hari pertama masuk kursus tidak ada kesan yang menarik bagi saya
pokoknya buat saya biasa saja hari pertama itu tidak ada yang menarik yang saya alami
hari itu.
Hari kedua sangat berbeda dengan hari pertama, tiba-tiba disitu ada seorang
teman yang minta kenalan dan saya senang sekali, akhirnya saya mempunyai teman
juga tapi lama kelamaan pertemanan itu mengalir saja dengan keakraban. Disitu kita
cerita tentang kesan hari pertama masuk kursus.
Masuk kursus memang harus butuh kesabaran dan harus menahan emosi supaya tidak
terjadi permusuhan. Tapi namanya belajar pasti ada enaknya dan ada gaknya. Seperti
yang enaknya kalau belajar kita bisa banyak teman dan bisa berbagi cerita tapi kalau
gaknya seperti hari pertama masuk kursus kita jalan sendirian kaya orang kebingungan
tidak mempunyai teman yang bisa diajak ngobrol. Tapikan itu sudah berlalu dan bersifat
sementara. Selanjutnya hari kedua ini kesan yang menyenangkan buat saya bisa
bertemu dengan teman-taman yang bisa saling pengertian itu lebih dari cukup buat saya.
Awal masuk kursusan ini bisa juga disebut sebagai masa-masa transisi, yaitu
dimana perubahan dari masa sekolah ke kuliah perlu dilakukan penyesuaian diri.
Biasanya di sekolah memakai pakaian seragam, sekarang memakai pakaian bebas tetapi
tetap menjaga kesopanan dalam berpakaian. Dahulu jaman sekolah disebut siswa, kini
disebutnya member. Begitu juga dengan pengajarnya yang biasanya saya panggil beliau
dengan sebutan guru, tetapi sekarang saya memanggilnya mr. Kesan pertama saat
diajar oleh dosen, beliau terlihat lebih santai dalam memberikan materi tidak sama
seperti guru sewaktu jaman saya sekolah dahulu. Tetapi tetap saja tugas yang diberikan
dosen sama seperti jaman saya sekolah, yaitu tugas individu atau tugas kelompok yang
harus dikumpulin tepat waktu.
Satu bulan telah ku laluin belajar di sana akupun telah mendapatkan banyak
sekali teman dari berbagai pulau. Aku bahkan tidak percaya bahwa saya bisa satu kelas
dengan orang Thailand. Di sana sangatlah banyak wisata sehingga aku ketagihan untuk
pegi ke sana. Aku mendapatkan banyak sekali kawan di sana dari berbagai pulau dan
aku bersyukur bisa mempunyai kawasan seperti mereka yang sangat peduli antar
sesama.
Banyak sekali pelajaran yang saya ambil ketika saya di Kediri. Aku bisa
mengenal pergaulan luar, bisa mengunjungi tempat wisata yang ada di sana,
mengajarkanku bagaimana cara mengolah uang , membatu kawan yang lagi kesusahan
dan aku juga merasa sangat mandiri.
Enam bulan berlalu aku belajar kursus di pare, aku dan kawan-kawan di ajak
kebali untuk melaksanakan ujian terakhir dengan cara kita di bagi perkelompok lalu
mencari tourism untuk di wawancara, itu adalah pengalaman yang sangat luar biasa bagi
saya. Di sisi lain aku baru pertama kali mengenjakan kaki saya di tanah bali dan yang
kedua saya bisa berbicara dengan tourism. Keesokan harinya kami pun pulang ke camp.
25 Agustus adalah hari terakhir aku di pare, aku sangat senang akhirnya aku bisa
pulang menemui keluargaku. Tetapi aku juga sangat sedih karena ini adalah hari
terakhir dimana aku bisa bareng bersama mereka. Di hari kepulanganku aku memeluk
satu persatu teman aku, dan akupun menangis karena itu adalah pertemuan terakhir
kami. Aku bersyukur bisa memilih teman seperti mereka dan berterima kasih karena
telah mensupport aku pada saat aku lagi kesulitan dalam menuntut ilmu.
Sejak di bangku perkuliahan, aku memahami banyak hal baru yang belum terlalu
saya ketahui. Aku berhasil memasuki jurusan yang kuinginkan, yakni sastra inggris.
Jurusan tersebut aku pilih karena aku memiliki cita-cita yang tinggi untuk menjadi
dosen yang sukses agar kehidupan orang tuaku berubah. Pertama kali aku mengikuti
perkuliahan aku merasa sangat tidak nyaman karena tidak terbiasa dengan kehidupan
online. Aku sangat sedih karena tidak bias menuntut ilmu secara langsung. Akupun
mendapatkan nilai rendah karena ketidakmampuannku bekerja sama dalam tim. Ketika
aku mendapatkan masalah dalam pelajaran, aku hanya bias bertanya pada saudara-
saudaraku dan temanku. Selama satu semester aku benar-benar mengalami stres karena
berusaha menyesuaikan diri dengan kuliah online ini. Tetapi di akhir semester pertama,
Alhamdulillah aku mendapatkan IPK 3,85. Tapi aku tidak tau harus bersyukur atau
tidak dengan pencapaianku karena di sisi lain aku tidak sepenuhnya menguasai
menguasai materi karena tidak melakukan pembelajaran secara langsung
Suatu ketika, aku mendapatkan tugas video dan aku tidak tau harus bagaimana.
Dan datanglah temanku yang berbaik hati untuk mendekatiku dan mengajakku berbicara
untuk pertama kali. Dia adalah seorang perempuan, secara perlahan ia memperkenalkan
diri dengan sopan, tata bahasanya halus takut menyinggungku. Sejak saat itu, dia
memperkenalkanku dengan teman lainnya yang satu kelas denganku. Akupun mulai
memberanikan diri untuk berbicara dengan orang lain, kemudian mulai membentuk
sebuah kelompok pertemanan yang membuatku nyaman. Dari situlah aku menjadi
seorang yang ceria dan mampu bekerja sama dengan tim. Pada akhirnya akupun mulai
akrab dengan teman-temanku tapi aku sangat sedih karena hanya tahu nama mereka
tanpa tahu bagaimana wajah mereka seperti apa.
Sekarang memasuki semester dua tapi aku belum mengenal semua wajah teman-
temanku. Aku terkadang iri dengan mereka yang bisa bersama teman kuliahnya
bercanda tawa, kerja tugas bersama, berangkat kuliah bersama, atau makan bersama di
kantin seperti hari-hari yang pernah aku lalui di bangku SMA dulu. Kuliah secara tatap
muka adalah harapan terbesarku, aku ingiin berinteraksi langsung dengan teman-teman
dan dengan dosenku agar jiwa sosialku terasah dengan baik karena katanya di bangku
kuliah akan membantu kita untuk bersosialisasi dengan orang yang sangat beragam,
mulai dari agama, ekonomi, budaya, dan tempat tinggal. Membayangkannya saja
membuat aku semakin antusias untuk menjalani kuliah ini. Namun untuk saat ini,
harapan besar ini hanya kusimpan dalam doaku semoga Allah mengabulkannya.
Semoga para ilmuwan diberikan pengetahuan agar segera menemukan cara untuk
menangani pandemi COVID 19.
Jika nanti pandemic ini berlalu, aku punya keinginan untuk masuk organisasi
kampus utamanya yang berkaitan dengan menulis.dan musikalisasi Aku sangat suka
menulis. Aku adalah tipe orang yang susah mengungkapkan keinginanku makanya
dapat aku tuangkan dalam tulisan. Selain itu, dengan mendalami ilmu tentang tulis
menulis aku akan mempermudah dalam penyelesaian skripsi. Aku berharap dapat
menyelesaikan kuliah dalam waktu yang singkat agar aku dapat melanjutkan S2.
Untuk musikalisasi, ini adalah salah satu hobbyku dari kecil. Selain itu
keluargaku sangat berbakat dalam hal music, ada diantara saudaraku yang pintar main
gitar dan selebihnya pintar menyanyi. Aku mencintai musik dengan harapan kelak aku
bisa mengubah dunia melalui musik. Mungkin ini hanyalah mimpi bagi orang lain tapi
menurutku ini sangat masuk akal karena banyak yang memberikan nasehat melalui
music, dakwah melalui music dan memang bnayka orang yang tergerak hatinya karena
itu.
Semoga pandemic segera berlalu agar situasi kembali normal kembali dan aku
bisa mewujudkan semua harapanku.

Anda mungkin juga menyukai