Anda di halaman 1dari 3

Pengetahuan Psikologi

Sosial

Nama : Mochtar Lotfi


NIM : 216.057.20201.2528
Dosen Pembimbing : Drs. H. Safrul Rijali, MA

SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI TABALONG TAHUN 2017


1. Cerita Yang Berkesan Dari Anak-anak Hingga sekarang
Pada saat saya masih bersekolah TK 0 kecil ditempat kelahiran saya, saya sudah harus pisah rumah
dengan kedua orang tua saya. Karena fakor pekerjaan sehinnga membuat saya harus bepisah rumah
dengan kedua orang tua saya. Disaat saya merasa rindu dengan kedua orang tua saya, saya hanya bisa
menangis karena rasa rindu yang amat sangat. Saat itu saya tinggal bersama kakek dan nenek saya.
Sepulang sekolah saya merasa senang karna banyak teman-teman yang menghibur dengan cara berjalan
kaki beramai-ramai menuju rumah. Jika sore hari tiba hati pun mulai gelisah ingin betemu dengan orang
tua, semua itu tidak mungkin bisa saya hindari sendiri tanpa ada bantuan orang lain dikarenakan saya
hanyalah anak TK yang berusia 5 tahun. Tapi saya tidak tinggal diam, saya terus memikirkan bagaimana
caranya agar bisa dipertemukan dengan kedua orang tua saya. Sampai akhirnya saya menemukan cara
agar saya dipertemukan dengan orang tua saya. Cara ini terbilang nekat yaitu dengan cara kabur dari
rumah dengan berjalan kaki sambil menangis agar saya menjadi perhatian orang banyak dengan tujuan
mendapatkan belas kasihan dari orang-orang yang melihat saya. Dan cara yang saya lakukan ternyata
membuahkan hasil, ada beberapa orang yang mau mempertemukan saya dengan kedua orang tua saya.
Saya pun diminta agar pulang kembali kerumah kakek dan nenek saya. Walaupun saya masih menangis
tapi di dalam hati saya sedang gembira karna usaha yang saya lakukan berhasil.
Setelah beberapa hari orang tua saya datang menemui saya, rasa rindu yang sudah lama terpendam
pun akhirnya pecah dengan tangisan bahagia. Saya tidak membiarkan momen itu berlalu begitu saja, saat
itu juga saya langsung mendapatkan cara agar tidak harus pisah rumah dengan orang tua saya, yaitu
dengan cara memberikan ancaman kepada orang tua saya bahwa saya tidak akan pernah masuk sekolah
lagi kalau tidak satu rumah dengan mereka. Permintaan saya lagi-lagi dituruti meskipun dengan syarat
harus menyelesaikan sekolah TK 0 kecil itu. Tidak lama kemudian saya bagi rapor dan saya berhasil naik
ketingkat 0 besar. Rasa senang karena cara yang saya pikirkan berhasil itu melebihi segalanya menurut
saya saat itu.
Waktu pun berlalu terasa sangat cepat karena saya merasakan kebahagiaan yang saya cari-cari
selama ini. Memiliki teman baru, lingkungan baru, dan suasana yang lebih indah membuat saya betah
tinggal bersama kedua orang tua saya. Saya tinggal bersama orang tua saya dirumah yang sudah
disediakan oleh perusahaan untuk karyawannya. Orang-orangnya ramah sehingga membuat saya mudah
beradaptasi terhadap lingkungan tersebut. Saya memiliki empat orang sahabat yang benar-benar bisa
mengerti akan keadaan saya. Dari TK 0 besar kami selalu bersama-sama layaknya empat bersaudara yang
tak pernah berpisah kemana pun perginya. Tak terasa kami berempat lulus bersamaan, kemudian kami
pun memutuskan untuk sekolah disatu SD yang sama agar tetap bisa bersama-sama seperti saat sekolah
TK. Dari sekian banyak siswa yang sekelas dengan saya, tak satupun dari mereka yang cocok berteman
dengan saya. Mungkin karena pergaulan mereka yang saya lihat tidak sesuai dengan apa yang diajarkan
orang tua saya kepada saya. Lambat laun semuanya berubah, dari yang awalnya yang tidak suka menjadi
teman baru yang mengasikkan.
Tahun demi tahun, akhirnya saya duduk dibangku kelas 4 SD. Itu adalah waktu dimana saya harus
terpisah seorang sahabat, karena orang tuanya yang mengundurkan diri dari perusahaan tempat orang tua
kami bakerja. Persahabatan kami pun terasa ada yang kurang dikarenakan hal tersebut. Sampai akhirnya
saya lulus SD dan yang saya lakukan adalah mengatur untuk melanjutkan sekolah dimana bersama tiga
orang sahabat saya. Sekolah kami pun berlanjut ketingkat selanjutnya. Pada awal bersekolah di SMP hal
yang berbeda terjadi dengan saat saya masuk SD, yaitu adanya orang-orang yang lebih peduli terhadap
orang baru, tingkah lakunya sopan, cara berbahasa yang halus. Suasana yang membuat saya nyaman itu
memudahkan saya beradaptasi terhadap lingkungan baru.
Satu tahun berlalu teryata lagi-lagi seorang sahabat saya harus pindah sekolah karena dia lebih
memilih sekolah yang terdekat dengan rumah barunya. Tak terasa persahabatan kami semakin berkurang
jumlahnya, sampai pada akhir sekolah yaitu kelulusan tingkat SMP perpisahan persahabatan kami terjadi
untuk yang ketiga kalinya. Salah satu dari kami memilih sekolah di luar kota karena sudah menjadi
pilihannya sejak awal. Hanya ada tersisa dua orang dari lima sahabat yang dulunya selalu kompak dalam
melakukan hal-hal apa pun agar salah satu dari kami tidak terpisahkan, namun waktulah yang
memisahkan kami. Hari-hariku berlalu hanya dengan satu orang sahabat baru dari masa kecilku.
Kemudian saya dan seorang sahabat saya masuk disekolah yang sama disalah satu SMK yang ada di
Tabalong, namun kami harus terpisah karena jurusan yang kami pilih adalah jurusan yang berbeda.
Semenjak sudah duduk dibangku kelas 10 SMK saya mendapatkan teman baru, dari sekian banyak
orang yang saya kenal hanya beberapa yang saya kenali lebih dalam karakternya, karena merekalah yang
terbaik menurut saya. Dalam memilih teman yang saya perhatikan adalah caranya bebicara dengan
temannya, cara berpakaian, sopan santunnya terhadap orang yang lebih dewasa, dan bagaimana dia
memperlakukan saya saat pertama mengenal saya. Seiring berjalannya waktu teman yang baik menurut
saya sudah mulai semakin banyak. Dari sekian banyak jumlah teman hanya ada beberapa orang yang saya
jadikan sahabat, kenapa hanya beberapa orang? Karena orang itulah yang mempunyai beberapa kesamaan
dengan saya. Dari kesamaan tersebut saya pun belajar hal-hal baru yang menurut saya merupakan
kesamaan kami yang belum pernah kami lakukan sebelumya. Seperti itulah cara saya mencari teman baru
didunia pendidikan.
Tiga tahun berjalan di SMK, perpisahan pun tak dapat kami hindari. Sejak kelulusan tidak sedikit
teman saya yang lebih memilih akan keluar kota untuk melanjutkan kuliah. Tapi tidak sedikit pula yang
tetap tinggal didalam kota dan melanjutkan kuliah di STIA Tabalong, bahkan ada juga yang tidak kuliah
tapi lebih memilih untuk bekerja.
Saya pun ditawari orang tua saya untuk melanjutkan kuliah diluar kota seperti teman-teman yang
lain, tapi saya menolak karena saya sudah memiliki rencana dari dulu. Rencana saya yaitu bekerja dan
diselingi kuliah diwaktu luang saya, karena dengan seperti itu saya menghemat waktu kurang lebih 4
tahunan. Dengan usaha yang keras akhirnya tujuan yang sudah saya rencanakan sejak dulu itu tercapai.
Tujuan dari rencana saya itu hanya satu, yaitu tidak luput dari keinginan unuk membanggakan kedua
orang tua saya. Saya ingin menjadi contoh yang baik dilingkungan saya tinggal. Dan saya pun telah
membuktikan bawha semua keinginan yang baik itu pasti akan tercapai jika kita sungguh-sungguh ingin
mencapainya dan selalu berdoa kepada Allah agar dimudahkan dalam segala urusan.

2. Karakter Saya Saat Ini

Saya jadi merasa percaya diri dalam hal perencanaan, terutama untuk diri saya sendiri. Saya pun
tidak mudah terpengaruh dengan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan orang disekitar saya. Jika saya
menganggap hal yang dilakukan orang itu tidak baik maka saya tidak akan bisa dipengaruhi sedikit pun
meskipun orang tua saya sekali pun yang membujuknya. Ketika ada orang yang belum mengenal saya
maka saya terlihat sangat acuh dengan orang lain, tapi jika orang tersebut yang memulainya maka saya
pun akan dengan ramah menyambutnya, misalnya dalam hal perkenalan. Jika ada yang mengajak saya
berkenalan maka saya akan lebih mengakrabinya agar orang tersebut selalu ingat tentang saya.

Anda mungkin juga menyukai