Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN

PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI
PEMBUATAN TAPE SINGKONG
Dibuat sebagai salah satu tugas Biologi

XII MIPA 2
KELOMPOK 2
1. Alvin Alvani Tresna Ambari (141510 032)
2. Amril Natanagrina (141510 036)
3. Muhammad Rifqi Janjani (141510 199)
4. N. Hasny Lisdaty (141510 206)
5. Salma Nurfadhilah (141510 281)

SMA Negeri 1 Singaparna


Jl. Pahlawan KH. Z. Musthafa, Singaparna, Tasikmalaya 46416
Telp. (0265) 545203 Fax. (0265) 541499
Website : www.smanspa.sch.id E-mail : smanspang@yahoo.co.id
2016/2017
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan

Praktikum Bioteknologi : Pembuatan Tape Singkong

Laporan ini telah disahkan oleh guru pembimbing Biologi kelas XII SMA Negeri 1
Singaparna tahun ajaran 2016-2017 pada:

Hari, Tanggal : Kamis, 16 Februari 2017

Tempat : Singaparna

Disusun oleh :

1. Alvin Alvani Tresna Ambari


2. Amril Natanagrina
3. Muhammad Rifqi Janjani
4. N. Hasny Lisdaty
5. Salma Nurfadhilah

Wali Kelas Guru Pembimbing

Hj. Eneng Purwanti, S.Si, M.Pd Drs. Dadang Rusmana, M.M.Pd


NIP.197602272006042012 NIP.196302061989021001

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada
waktunya.

Laporan ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar penyusunan laporan ini. Untuk itu, kami
ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
laporan ini.

Terlepas dari itu, kami menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
penyusunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh Karena itu, dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritikan dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini.

Akhir kata kami berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi
penulis khususnya dan pembaca sekalian umumnya.

Singaparna, 13 Februari 2017

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

Cover i
Lembar Pengesahan ii
Kata Pengantar iii
Daftar Isi iv

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2

2.1 Fermentasi 2
2.2 Tape 3
2.3 Ragi 4
2.4 Singkong 5
2.5 Keunggulan Tape 6
2.6 Kelemahan Tape 7

BAB III METODELOGI 8

3.1 Alat 8
3.2 Bahan 8
3.3 Cara Pembuatan 8
3.4 Diagram Alir 9

BAB IV PEMBAHASAN 10

4.1 Pembahasan 10

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 12

5.1 Kesimpulan 12
5.2 Saran 12

Daftar Pustaka 13

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Umbi-umbian merupakan komoditas pertanian yang tersebar luas di


indonesia. Umbi-umbian merupakan salah satu sumber utama karbohidrat. Umbi
adalah akar tanaman yang telah termodifikasi menjadi organ penyimpan cadangan
makanan. Contoh umbi-umbian adalah singkong. Singkong merupakan komoditas
hasil pertanian yang banyak ditanam di indonesia dan merupakan sumber
karbohidrat yang penting setelah beras, dengan kandungan karbohidrat adalah
34,7%.

Singkong (Manihot utilisima), merupakan tanaman yang dapat digunakan


sebagai bahan makanan alternatif. Kandungan karbohidrat umbi singkong sangat
tinggi, yaitu sekitar 34-38%, dan mengandung energi 146-157 kkal per 100 gram.
Selain kandungan karbohidratnya yang tinggi, singkong mudah tumbuh di wilayah
Indonesia dan hanya membutuhkan tanah yang gembur agar hasilnya dapat baik.
Singkong dapat dipanen 6-24 bulan setelah ditanam. Oleh karena itu, singkong
merupakan sumber energi yang cukup murah.

Tape merupakan salah satu jenis makanan hasil fermentasi secara anaerob
yang mana jamur benang dan khamir yang aktif dalam proses fermentasi tape ini.
Sebagai bahan utama umumnya digunakan ketela pohon, beras ketan atau bahan
bahan lain yang mengandung karbohidrat. Pada fermentasi tape terbentuk
bermacam macam senyawa gula karena adanya kegiatan enzim enzim yang
dikeluarkan mikrobia sehingga menyebabkan karbohidrat terhidrolisis. Selanjutnya
akan difermentasi lebih lanjut menjadi alkohol dan asam asam organik.

1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana proses pembuatan tape singkong?


b. Bagaimana proses fermentasi tape singkong?

1.3 Tujuan
a. Mengetahui proses pembuatan tape singkong.
b. Mengetahui proses fermentasi tape singkong.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Fermentasi

Fermentasi mempunyai pengertian aplikasi metabolisme mikroba


untuk mengubah bahan baku menjadi produk yang bernilai lebih tinggi, seperti asam
asam organik, protein sel tunggal, antibiotika, dan biopolimer. Fermentasi adalah
proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen).

Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan
tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai
respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal.

Fermentasi merupakan proses yang relatif murah yang pada hakekatnya telah
lama dilakukan oleh nenek moyang kita secara tradisional dengan produk-produknya
yang sudah biasa dimakan orang sampai sekarang seperti tape, oncom, kecap,
yoghurt, dan lain lain. Perubahan kimia tadi tergantung pada macam bahan, macam
mikroba, Ph, suhu, adanya aerasi atau usaha lain yang berbeda dengan faktor-
faktor diatas, misalnya penambahan bahan tertentu untuk menggiatkan fermentasi.

Fermentasi berarti disimilasi anaerobik senyawa-senyawa organik yang


disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme atau ekstrak dari sel-sel tersebut.
Disimilasi yaitu proses pengubahan senyawa didalam sel seperti glikogen dan ATP
menjadi senyawa yang tingkat energinya lebih rendah sedemikian rupa sehingga
energi dibebaskan dalam proses ini. Disimilasi berlangsung di dalam sel dan
produk- produknya dikeluarkan ke media sekitarnya. Disimilasi terutama
menghasilkan senyawa organik, senyawa anorganik dan beberapa unsur, contohnya
karbohidrat, glikosida, alkohol, asam keto, hidrokarbon, asam amino dan amina,
sejumlah garam Fe, Mn, dan As, unsur karbon, belerang dan lain-lain.

Proses fermentasi yang terjadi selama pembuatan tape pada dasarnya


meliputi empat tahap penguraian, antara lain sebagai berikut:
a) molekul-molekul pati terpecah menjadi dekstrin dan gula-gula
sederhana, proses ini disebut hidrolisis enzimatis.
b) gula yang terbentuk akan diubah menjadi alkohol.
c) alkohol akan diubah menjadi asam-asam organik oleh bakteri.

2
d) pediococcus dan acetobacter melalui proses oksidasi alkohol.
sebagian asam organik akan bereaksi dengan alkohol membentuk ester yang
memberi cita rasa pada tape.

1.2 Tape

Aneka bahan pangan yang mengandung karbohidrat dapat diolah menjadi


makanan khas yang disebut tape. Bahan pangan yang umumnya dibuat tape adalah
ubi kayu (singkong), beras ketan putih maupun beras ketan hitam serta sorgum
(Rukmana dan Yuniarsih, 2001). Tape adalah produk yang dihasilkan dari proses
fermentasi dimana terjadi suatu perombakan bahan - bahan yang tidak sederhana.

Zat pati yang ada dalam singkong diubah menjadi bentuk yang sederhana
yaitu gula dengan bantuan suatu organisme yang disebut ragi atau khamir (Suriasih,
2001). Tape mempunyai tekstur yang lunak, rasa yang asam manis dan sedikit
mengandung alkohol. Selama fermentasi, tape mengalami perubahan-
perubahan biokimia akibat aktivitas mikroorganisme. Pada dasarnya semua bahan
pangan yang kaya akan karbohidrat dapat diolah menjadi tape.

Berdasarkan bahan bakunya, dikenal berbagai jenis tape yaitu tape ketan,
tape singkong, tape beras, tape sorgum, tape pisang, tape ubi jalar dan tape sukun,
akan tetapi dewasa ini yang paling populer adalah tape singkong dan tape ketan.

Tape merupakan salah satu jenis makanan dari hasil fermentasi bahan baku
yang diberi ragi sebagai sumber mikrobanya. Tape sebagai hasil fermentasi
menghasilkan alkohol dan gula.

3
1.3 Ragi

Kata ragi dipakai untuk menyebut adonan atau ramuan yang digunakan
dalam pembuatan berbagai makanan dan minuman seperti tempe, tape, roti,
anggur, brem dan lain-lain. Ragi untuk tape merupakan populasi campuran genus
dimana terdapat spesies-spesies genus aspergillus, genus saccharomyces, genus
candida, genus hansenula, sedangkan bakteri acetobacter biasanya tidak
ketinggalan. Genus tersebut hidup bersama secara sinergetik.

Aspergillus dapat menyederhanakan amilum, sedangkan saccharomyces,


candida dan hansenula dapat menguraikan gula menjadi alkohol dan bermacam-
macam zat organik lainnya (Dwijoseputro, 1990).

Ragi adalah suatu inokulum atau starter untuk melakukan fermentasi


dalam pembuatan produk tertentu. Ragi ini dibuat dari tepung beras yang dijadikan
adonan ditambah ramuan ramuan tertentu dan dicetak menyerupai kue kue kecil
dengan diameter 2 3 cm, digunakan untuk membuat arak, tape ketan, tape ketela
(peyeum) dan brem. Secara tradisional bahan bahan seperti laos, bawang putih,
tebu kuning, atau gula pasir, ubi kayu, jeruk nipis dicampur dengan tepung beras,
lalu ditambah sedikit air sampai terbentuk adonan.

Adonan ini kemudian didiamkan dalam suhu kamar selama 3 hari dalam
keadaan terbuka, sehingga ditumbuhi khamir dan kapang secara alami. Setelah itu
adonan yang telah ditumbuhi mikroba diperas untuk mengurangi airnya, dan dibuat
bulatanbulatan lalu dikeringkan.

Mikroba mampu hidup pada hampir semua tempat dan keadaan serta mampu
bertahan dalam berbagai keadaan dan lingkungan baik pada suhu, tekanan, Ph,
tingkat osmosis serta keadaan yang ekstrim.

Oleh karena itu pengetahuan tentang mikroba sangat penting dikuasai oleh
mereka yang bekerja atau sedang menuntut ilmu bidang pangan. Mikroba bersifat
mikroskopis, begitu kecilnya sehingga tidak terlihat oleh mata telanjang. Mikroba
terdiri dari beberapa jenis proses pengendalian mutu dan pemeriksaan makanan
misalnya khamir.

Khamir sejak dulu berperan dalam fermentasi yang bersifat alkohol, dimana
produk utama dari metabolisme adalah etanol. Saccharomyces cerevisiae adalah

4
jenis utama yang berperan dalam produksi minuman beralkohol seperti bir dan
anggur dan juga digunakan untuk fermentasi adonan dalam perusahaan roti.

Diantara mikroorganisme, etanol merupakan produk peragian gula yang


paling tersebar luas. Bahkan pada tumbuh-tumbuhan dan banyak fungi pada kondisi
anaerob terjadi penimbunan alcohol (etanol). Produsen utama alkohol adalah ragi
terutama dari Saccharomyces cerevisiae strain.

Ragi seperti halnya kebanyakan fungi merupakan organisme yang bernafas secara
aerob. Dalam lingkungan terisolasi dari udara, organisme ini meragikan karbohidrat
menjadi etanol dan karbondioksida. Peragian glukosa oleh ragi merupakan peristiwa
anaerob, ragi sendiri adalah organisme aerob. Pada kondisi anaerob fermentasi oleh
ragi aman intensif, namun ragi sendiri hampir tidak tumbuh. Dengan mengalirkan
udara maka peragian dapat dihambat sempurna dengan memasukkan banyak udara.

1.4 Singkong

Tanaman ubi kayu merupakan tanaman yang memiliki klasifikasi sebagai


berikut:

Divisio : Spermatophyta

Sub divisio : Angiospermae

Classis : Dicotyledoneae

Ordo : Euphorbiales

Familia : Euphorbiaceae

Genus : Manihot

Species : Manihot utilissima

Ubi kayu merupakan batang berkayu yang tumbuh tegak, beruas-


ruas, berbuku-buku dan ketinggiannya mencapai 3 m. Di dalam batangnya ada
lubang yang berisi semacam gabus yang berwarna putih. Daunnya serupa tangan
manusia dengan jari-jari (helaian daun terbelah dalam-dalam).

Singkong merupakan jenis ubi yang paling banyak dikonsumsi masyarakat,


singkong mengandung glukosa yang jumlahnya bervariasi. Bila kadar glukosa lebih
dari 100 mg/ 1kg singkong ini termasuk singkong manis. Glikosida ini menyebabkan
5
rasa pahit dan bila dimakan didalam perut berubah menjadi asam hidrogen. Asam ini
dapat mempengaruhi pernafasan sehingga organisme dapat mati karena keracunan.

Untuk menanggulanginya dianjurkan memilih singkong jenis manis dan


masih segar atau baru dicabut dari dalam tanah. Singkong dikupas, dipotong-potong
lalu dicuci, selanjutnya direndam di dalam air sampai betul-betul terendam dan
sering diganti airnya. Cara memasak singkong antara lain direbus, dikukus,
digoreng, digetuk dan lain-lain.

Namun sesuai dengan perkembangan teknologi, singkong tidak hanya


dimanfaatkan sebagai makanan saja tetapi juga dimanfaatkan sebagai bahan baku
industri, terutama industri pellet atau makanan ternak dan industri pengolahan
tepung. Industri pengolahan tepung akan menghasilkan antara lain: tepung tapioka
yang merupakan bahan baku pembuatan krupuk, gula cair, industri tekstil dan
sebagainya. Di samping itu di beberapa daerah, singkong dijadikan sebagai bahan
makanan pokok pengganti nasi, gatot, roti, biskuit, tape, patila dan berbagai macam
makanan lainnya.

Jenis singkong dapat dibedakan berdasarkan kandungan racun asam biru


(HCN)-nya, yang dihitung dalam mg HCN/ kg singkong basah kupas. Pada beberapa
jenis singkong terkandung HCN yang tinggi, namun pada beberapa jenis singkong
yang lain kandungan HCN relatif rendah atau bahkan tidak ada. Sifatnya singkong
digolongkan dalam 2 golongan yaitu golongan pahit (kandungan HCN > 50
mg/kg bahan) dan golongan manis (kandungan HCN < 50 mg/kg bahan). Umumnya
yang dikonsumsi adalah varietas manis, sedangkan varietas pahit digunakan untuk
tujuan industri.

1.5 Keunggulan Tape

a. Fermentasi tape dapat meningkatkan kandungan vitamin B1 (Tiamina) hingga


tiga kali lipat. Vitamin ini diperlukan oleh sistem saraf, sel otot, dan sistem
pencernaan agar dapat berfungsi dengan baik karena mengandung berbagai
macam bakteri baik yang aman dikonsumsi, tape dapat digolongkan sebagai
sumber probiotik bagi tubuh.
b. Cairan tape diketahui mengandung bakteri asam laktat sebanyak satu juta per
mililiter atau gramnya. Produk fermentasi ini diyakini dapat memberikan efek

6
menyehatkan tubuh, terutama sistem pencernaan, karena meningkatkan jumlah
bakteri dalam tubuh dan mengurangi jumlah bakteri jahat.
c. Kelebihan lain dari tape mampu mengikat dan mengeluarkan aflatoksin dari
tubuh. Aflaktosin merupakan zat toksik atau racun yang dihasilkan oleh kapang,
terutama aspergillus flavus. Toksik ini banyak kita jumpai dalam kebutuhan
pangan sehari-hari, seperti kecap. konsumsi tape dalam batas normal diharapkan
dapat mereduksi aflatoksin tersebut.
d. Di beberapa negara tropis yang mengonsumsi singkong sebagai karbohidrat
utama, penduduknya rentan menderita anemia. Hal ini dikarenakan singkong
mengandung sianida yang bersifat toksik dalam tubuh manusia konsumsi tape
dapat mencegah terjadinya anemia karena mikroorganisme yang berperan dalam
fermentasinya mampu menghasilkan vitamin B12.

1.6 Kelemahan Tape

Konsumsi tape yang berlebihan dapat menimbulkan infeksi pada darah dan
gangguan sistem pencernaan. Selain itu, beberapa jenis bakteri yang digunakan
dalam pembuatan tapai berpotensi menyebabkan penyakit pada orang-orang dengan
sistem imun yang terlalu lemah seperti anak-anak balita, kaum lanjut usia, atau
penderita HIV. Untuk mengurangi dampak negatif tersebut, konsumsi tape perlu
dilakukan secara terkendali dan pembuatannya serta penyimpanannya pun dilakukan
dengan higienis.

Tape singkong adalah tape yang dibuat dari singkong yang difermentasi.
Makanan ini populer di Jawa dan dikenal di seluruh tempat, mulai dari Jawa Barat
hingga Jawa Timur. Di Jawa Barat, tape singkong dikenal sebagai peuyeum (bahasa
sunda).

Pembuatan tape melibatkan umbi singkong sebagai substrat dan ragi tape
(saccharomyces cerevisiae) yang ditaburkan pada umbi yang telah dikupas kulitnya.
ada dua teknik pembuatan yang menghasilkan tape biasa, yang basah dan lunak, dan
tape kering, yang lebih legit dan dapat digantung tanpa mengalami kerusakan. tape
kering populer di daerah Priangan Utara (Purwakarta dan Subang), dan dikenal
sebagai buah tangan khas dari daerah ini (dikenal sebagai peuyeum gantung, karena
diperdagangkan dengan cara digantung).

7
BAB III
METODELOGI

3.1 Alat
a. Baskom
b. Daun Pisang
c. Daun Singkong
d. Panci
e. Pisau
f. Sarung Tangan
g. Sendok/Garpu
h. Toples Besar
3.2 Bahan
a. 1 Kg Singkong Muda
b. 1 Butir Ragi Tape

3.3 Cara Pembuatan


a. Kupas dan bersihkan singkong, potong dengan panjang kira-kira 10-15 cm.
b. Bersihkan kembali dengan air yang mengalir sampai dipastikan bersih.
c. Kukus singkong hingga matang, tapi jangan sampai terlalu lembek. Jika terlalu
lembek, hasil akhirnya akan lembek dan mengandung banyak air.
d. Angkat singkong dari kukusan dan biarkan sampai dingin. Dari sini, sebisa
mungkin untuk tidak menyentuh singkong secara langsung, karena kontaminasi
zat asing dapat mengganggu fermentasi. Gunakan sarung tangan untuk menata
singkong.
e. Siapkan toples besar, alasi dengan daun singkong pada bagian alas dan
pinggirannya.
f. Remukan ragi sampai halus.
g. Susun singkong untuk lapisan pertama dengan sarung tangan, taburkan sebagian
ragi. Susun kembali untuk lapisan kedua, lalu taburi dengan ragi. Jika masih ada,
lakukan tahap ini berulang kali sampai singkong habis.
h. Tutup rapat singkong yang sudah ditaburi ragi tadi dengan daun pisang, lalu tutup
kembali dengan penutup toples.
i. Diamkan minimal selama 2 hari 2 malam, setelah itu cek tape dengan garpu. Jika
teksturnya sudah lembut dan mudah ditusuk, berarti tape singkong sudah jadi.

8
3.4 Diagram Alir

Mengupas Singkong

Cuci singkong di air mengalir

Potong singkong

cuci singkong di air mengalir

Kukus singkong

Angkat dan dinginkan singkong

Masukan singkong kedalam toples yang sudah disiapkan

Taburkan ragi

Tutup dengan daun pisang dan tutup toples


Diamkan selama 2 Hari 2 Malam

9
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan

Penggunaan alat dan bahan pada praktikum ini mempunyai tujuan dan
fungsinya masing-masing. Seperti, singkong yang digunakan sebagai bahan dasar
dan nantinya sebagai substrat bagi Saccharomyces cerevisiae dalam proses
fermentasi. Ragi disini berfungsi dalam mempercepat fermentasi tape singkong
karena pada ragi terkandung Saccharomyces cerevisiae.

Pemasakan menentukan tekstur dan penampakan produk olahan tape yang


akan dihasilkan. Pengukusan singkong hingga matang akan menghasilkan tekstur
tapai yang lebih lembut dibandingkan dengan pengukusan singkong yang setengah
matang akan menghasilkan tekstur tape yang lebih keras.

Pendinginan berfungsi untuk mengontrol kondisi proses Pemasakan yang


kurang akan merusak kehidupan organisme dari inokulum yang diberikan.
Sementara, pendinginan yang terlalu lama akan menyebabkan kontaminasi.

Proses peragian bergantung dengan cara pencampuran singkong dengan ragi.


Apabila pencampuran tidak baik akan menyebabkan fermentasi kurang sempurna
dan menimbulkan kerusakan.

Fermentasi yang baik dilakukan pada suhu 28-30 oC dan membutuhkan


waktu 45 jam. Suhu juga berpengaruh kepada kecepatan fermentasi, meskipun suhu
yang lebih rendah dari 25 0C akan menghasilkan produk dengan kadar alkohol yang
tinggi. Tape dapat bertahan 2 - 3 hari bila di fermentasi pada suhu kamar. Apabila
dalam melakukan fermentasi menggunakan suhu lebih dari suhu kamar maka hasil
yang didapatkan akan rusak.

Reaksi yang terjadi dalam fermentasi singkong menjadi tape adalah glukosa
(C6H12O6) yang merupakan gula paling sederhana, akan menghasilkan etanol
(C2H5OH). Reaksi fermentasi ini dilakukan oleh ragi, dan digunakan pada produksi
makanan.

C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP

10
Hasil tape singkong yang telah kami fermentasi selama 2 hari yaitu memiliki rasa
manis, tekstur singkong lebih lembut dibandingkan sebelum difermentasi, warna
putih kekuningan serta menghasilkan aroma alkohol yang khas.

11
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.3 Kesimpulan

a. Pembuatan tape termasuk dalam bioteknologi konvensional (tradisional)


karena masih menggunakan cara-cara yang sederhana.
b. Pada proses pembuatan tape, ragi akan memakan glukosa yang ada di dalam
singkong sebagai makanan untuk pertumbuhannya, sehingga singkong akan
menjadi lunak, jamur tersebut akan merubah glukosa menjadi alkohol.
c. Dalam pembuatan tape, ragi (Saccharomyces cereviceae) mengeluarkan
enzim yang dapat memecah karbohidrat pada singkong menjadi gula yang
lebih sederhana. Oleh karena itu, tape terasa manis apabila sudah matang
walaupun tanpa diberi gula sebelumnya.
d. Fermentasi yang baik dilakukan pada suhu 28-30 oC dan membutuhkan waktu
45 jam. Fermentasi dilakukan pada wadah tertutup, karena fermentasi yang
tertutup akan mencegah terjadinya kontaminasi.
e. Proses pencampuran ragi yang tidak baik akan menyebabkan fermentasi
kurang sempurna dan menimbulkan kerusakan. .
f. Kegagalan dalam pembuatan tape biasanya dikarenakan enzim pada ragi
Saccharomyces cereviceae tidak pecah apabila terdapat udara yang
mengganggu proses pemecahan enzim tersebut.
5.4 Saran
a. Dalam proses pembuatan singkong disarankan agar menjaga kehigienisan,
supaya tidak terjadi kontaminasi dengan zat lain yang dapat menghambat
proses fermentasi.
b. Untuk menghambat atau menghentikan fermentasi, cukup dengan membuka
tutup toples sehingga banyak udara yang masuk.

12
DAFTAR PUSTAKA

Agamnp. (2015). Cara Membuat Tape Singkong Manis dengan Tekstur Lembut. [online]
Tersedia: http://jajanpinggiran.blogspot.co.id/2015/08/cara-membuat-tape-
singkong-manis-dengan-tekstur-lembut.html. [15 Februari 2016]

13

Anda mungkin juga menyukai