Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENDIDIKAN AL QU`RAN HADIST

MEMBACA AL QURAN SESUAI TAJWID


1.MAD SHILAH,MAD BADAL,MAD TAMKIN DAN MAD FARQI

2.MEMPRAKTEKKAN DALAM SURAH AL -QARIAH DAN SURAH AL


-ZAZALAH

DOSEN PENGAMPU: NURHANIFAH, M.A.

D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
1.T.MUHAMMAD IKHLAS /1012020066

2.INTAN RAUDHATUN NISA /1012020060

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN


INSITUT AGAMA ISLAM NEGERI LANGSA
SEMESTER GANJIL
TAHUN AJARAN 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Bismillahir-Rahmanir-Rahim

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam. Rahmat dan
keselamatan semoga senantiasa dilimpahkan Allah Kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga
dan para sahabatnya, serta para pengikutnya yang setia hingga hari pembalasan kelak. Dan
tak lupa kami bersyukur atas tersusunnya Makalah kami yang berjudul “Membaca Al Quran
sesuai tadwid.”
Tujuan kami menyusun makalah ini adalah tiada lain untuk memperkaya ilmu pengetahuan
kita semua, dan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Al Quran hadist.
Dengan terselesaikannya makalah ini, maka tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
kepada pihak- pihak yang berperan dalam membantu penyusunan makalah ini hingga selesai
seperti saat ini.
Akhir kata kami mengharapkan adanya kritik dan saran atas kekurangan kami dalam
penyusunan makalah ini, dan semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna khususnya
bagi Mahasiswa IAIN langsa dan juga semua pihak.

Langsa,19,Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER .....................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR .............................................................................................................ii
DAFTAR ISI ...........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................iv
A. Latar Belakang .............................................................................................................iv
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................v
C. Tujuan ...........................................................................................................................v

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................1
A. Membaca Alquran Sesuai Tajwid .................................................................................1
B. Mempraktekkan Tajwid Dalam Surat Al- Qari’ah & Al- Zalzalah ...............................7

BAB III PENUTUP ................................................................................................................9


A. Kesimpulan ..................................................................................................................9
B. Saran ............................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................10


A.

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Al-Qur’an adalah kitab suci ummat Islam yang diwahyukan Allah kepada
Muhammad melalui perantaraan Malaikat Jibril. Secara harfiah Qur’an berarti bacaan.
Namun walau terdengar merujuk ke sebuah buku/kitab, ummat Islam merujuk Al-Qur’an
sendiri lebih pada kata-kata atau kalimat di dalamnya, bukan pada bentuk fisiknya sebagai
hasil cetakan.
Umat Islam percaya bahwa Al-Qur’an disampaikan kepada Muhammad melalui malaikat
Jibril. Penurunannya sendiri terjadi secara bertahap antara tahun 610 hingga hingga wafatnya
beliau 632 M. Walau Al-Qur’an lebih banyak ditransfer melalui hafalan, namun sebagai
tambahan banyak pengikut Islam pada masa itu yang menuliskannya pada tulang, batu-batu
dan dedaunan.
Al-Qur’an memiliki 114 surah , dan sejumlah 6.236 ayat (terdapat perbedaan tergantung cara
menghitung). Hampir semua Muslim menghafal setidaknya beberapa bagian dari keseluruhan
Al-Qur’an, mereka yang menghafal keseluruhan Al-Qur’an dikenal sebagai hafiz
(jamak:huffaz). Pencapaian ini bukanlah sesuatu yang jarang, dipercayai bahwa saat ini
terdapat jutaan penghapal Al-Qur’an diseluruh dunia. Di Indonesia ada lomba Musabaqah
Tilawatil Qur’an yaitu lomba membaca Al-Qur’an dengan tartil atau baik dan benar. Yang
membacakan disebut Qari (pria) atau Qariah (wanita).
Muslim juga percaya bahwa Al-Qur’an hanya berbahasa Arab. Hasil terjemahan dari Al-
Qur’an ke berbagai bahasa tidak merupakan Al-Qur’an itu sendiri. Oleh karena itu
terjemahan hanya memiliki kedudukan sebagai komentar terhadap Al-Qur’an ataupun hasil
usaha mencari makna Al-Qur’an, tetapi bukan Al-Qur’an itu sendiri. 
Hadits (bahasa Arab: ‫الحديث‬, ejaan KBBI: Hadis) adalah perkataan dan perbuatan dari Nabi
Muhammad. Hadits sebagai sumber hukum dalam agama Islam memiliki kedudukan kedua
pada tingkatan sumber hukum di bawah Al-Qur’an. Hadits secara harfiah berarti perkataan
atau percakapan. Dalam terminologi Islam istilah hadits berarti melaporkan/ mencatat sebuah
pernyataan dan tingkah laku dari Nabi Muhammad. Namun pada saat ini kata hadits
mengalami perluasan makna, sehingga disinonimkan dengan sunnah, maka bisa berarti segala
perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan maupun persetujuan dari Nabi Muhammad SAW
yang dijadikan ketetapan ataupun hukum. Kata hadits itu sendiri adalah bukan kata infinitif,
maka kata tersebut adalah kata benda.

iv
B.Rumusan Masalah

1. Bagaimana membaca Al Quran sesuai tajwid?


2. Pembagian tajwid mad shilah,mad badal,mad tamkim,dan mad farqi?
3. Bagaimana mempraktekkannya dalam surah Al Qariah dan surah Al Zazalah?

C.Tujuan

1. Mengetahui bagaimana membaca Al Quran sesuai tajwid.


2. Mengetahui pembagian tajwid mad shilah,mad badal,mad tamkim,dan mad farqi.
3. Mempraktekkannya dalam surah Al Qariah dan surah Al Zazalah.

v
BAB II

PEMBAHASAN

A.Membaca Alquran Sesuai Tajwid

a.Hukum Bacaan Tajwid

Secara harfiah, mad artinya panjang. Sedangkan, menurut ilmu tajwid, mad adalah
memanjangkan bunyi huruf Hijaiyah karena sebab-sebab tertentu. Hurufnya ada tiga, yaitu:
‫وي ا‬

Bacaan mad dibagi menjadi dua kelompok, yaitu mad thabi’i dan mad far’i. Berikut
penjelasan keduanya:

1. Mad Ashli

Mad Asli dikenal pula dengan istilah mad thabi’i. Thabi’i secara bahasa artinya tabiat.
Mad ashli diistilahkan pula dengan mad thabi’i karena seseorang yang mempunyai tabiat baik
tidak mungkin akan mengurangi atau menambah panjang bacaan dari yang telah ditetapkan.
Adapun cara membaca mad Ashli ialah dengan memanjangkan bacaan dua harakat (satu alif),
baik disaat washal maupun waqaf.

Mad Tabi’i ialah bacaan panjang yang terjadi karena adanya Fathah sebelum Alif,
dhammah sebelum waw sukun, dan kasrah sebelum ya sukun.1

2. Mad Far’i

Far’i secara bahasa ialah cabang. Sedangkan menurut istilah, mad far’i ialah mad yang
merupakan hukum tambahan dari mad ashli (sebagai hukum asalnya), yang disebabkan oleh
hamzah atau sukun. Hukum-hukum yang meupakan bagian dari mad far’i antara lain:

a. Mad Wajib Muttashil


b. Mad Jaiz Munfashil
c. Mad Lazim Harfi Musyba
d. Mad Lazim Harfi Mukhafaf
e. Mad Lazim Kalimi Mutsaqal
f. Mad Lazim Kalimi Mukhafaf

1
Ibid., hlm. 40.

1
g. Mad Badal
h. Mad arid Lissukun
i. Mad Iwadh
j. Mad Lin
k. Mad Shilah Qashirah
l. Mad Shilah Thawilah
m. Mad Tamkin
n. Mad Farqi

 Mad Shilah

Mad shilah adalah mad pada ha’ dhamir yang berada diantara dua huruf berharakat.
Mad pada mad shilah merupakan mad lafdziyah. Artinya secara tulisan tidak ada huruf
mad namun secara lafadz ada madnya. .Mad shilah ada dua, yaitu mad shilah qashirah
dan mad hilah thawilah. Berikut penjelasan keduanya:

a. Mad Shilah Qashirah

Kata shilah menurut bahasa artinya hubungan, sedangkan qashirah artinya pendek.
Sedangkan menurut istilah mad shilah qashirah ialah mad yang terjadi pada kata ganti
(dhamir) orang ketiga tunggal laki-laki dengan lambang HI/HU (‫ هُ – ِ ه‬,)yang sebelumnya
terdapat huruf hidup dan sesudahnya tidak berupa hamzah.

Ukuran bacaannya ialah 2 ketukan (1 alif). Panjang bacaan 2 ketukan tergolong pendek
(qashirah).2

Contohnya:

َ ‫َم ۤا اَ ۡغ ٰنى َع ۡنهُ َمالُهٗ َو َما َك َس‬


ؕ‫ب‬
Artinya:

Tidaklah berguna baginya hartanya dan apa yang dia usahakan (QS. Al-Lahab 111: Ayat 2).

2
Nur, pintar, hlm. 82.

2
b. Mad Shilah Thawilah

Kata shilah menurut bahasa artinya hubungan, sedangkan thawilah memiliki arti panjang.
Sedangkan mad shilah thawilah ialah mad yang terjadi pada kata ganti (dhamir) orang ketiga
tunggal laki-laki dengan lambang HI/HU ( ‫ هُ – ِ ه‬.) yang sebelumnya terdapat huruf hidup dan
sesudahnya berupa hamzah.

Panjang bacaannya ialah 2-5 ketukan (1-2,5 alif). Panjang bacaan yang lebih dari 2 ketukan
tergolong thawilah (panjang).

Contohnya:

‫ه‬bۚٗ‫يَحْ َسبُ اَ َّن َمالَهٗ ٓ اَ ْخلَ َد‬


Artinya:

Dia (manusia) mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya (QS. Al-Humazah 104:
Ayat 3).

Peringatan:

Berikut ini adalah pengecualian hukum bacaan mad shilah qashirah, diantarannya:

1. Ha Dhammar ( ‫ ه‬b, ‫ﻪ‬ ) yang didahului huruf sukun/mati. Cara membacanya tidak boleh
dipanjangkan. Contohnya:

ُ‫َوا ْستَ ْغفِرْ ه‬

‫َوبَنِ ْي ِه‬

‫َع ْنهُ َو َرض ُْوا‬


Kecuali satu didalam Al Qur’an dalam surat al-furqan ayat 69, yaitu pada lafal ‫فِي ْٖه ُمهَانًا‬ harus
dibaca panjang 1 alif atau 2 harakat/ketukan.

2. Ha’ Dhomir ( ‫ ه‬b, ‫ ) ﻪ‬yang sesudahnya ada huruf sukun/mati atau huruf yang
bertasydid. Cara membacanya tidak boleh dipanjangkan. Contohnya:

‫اب – َوهَ َد ْي ٰنهُ النَّجْ َدي ِْن – اَ ْن ر َّٰاهُ ا ْستَ ْغ ٰنى‬ ‫هّٰللا‬
َ ‫َوجْ ِه َربِّ ِه ااْل َ ْع ٰلى – فَيُ َع ِّدبُهُ ُ ْال َع َد‬

3
3. HI/HU yang bukan termasuk kata ganti (dhamir), walaupun sebelumnya terdapat
huruf hidup, tidak boleh dibaca panjang, sebab bukan termasuk mad shilah.

Perhatikan contoh berikut: ‫ل َّ ْم‬ ‫يَنتَ ِه‬

 Mad Badal

Badal artinya pengganti. Mad badal ialah memanjangkan bacaan hamzah sebagai
pengganti hamzah lainnya yang dihilangkan. Hamzah lainnya itu dihilangkan karena hamzah
pertama berharakat sedangkan hamzah kedua sukun.3 Maksudnya yaitu apabila ada hamzah
(‫ )ء‬bertemu dengan huruf Mad. Mad badal terjadi apabila ada 2 buah huruf hamzah dan huruf
hamzah yang pertama berharakat sedangkan huruf hamzah yang ke-2 disukun (mati), maka
hamzah yang ke-2 diganti dengan alif, wau, atau ya. Mad Badal terjadi karena adanya
hamzah berharakat fathah, dommah, atau kasrah bertemu hamzah sukun. Panjang mad badal
adalah 2 ketukan atau 1 alif.4

Perhatikan asal mad badal sebagai berikut:

Contohnya:

‫ك بِ َربِّنَٓا اَ َحد ًۖا‬


َ ‫ي اِلَى الرُّ ْش ِد فَ ٰا َمنَّا بِ ٖ ۗه َولَ ْن نُّ ْش ِر‬
ْٓ ‫يَّ ْه ِد‬
Artinya:

(yang) memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami
sekali-kali tidak akan mempersekutukan sesuatu pun dengan Tuhan kami (QS. Al-Jinn 72:
Ayat 2).

3
Ibid., hlm. 4.
4
Ibid., hlm. 4.

4
 Mad Tamkin

Mad tamkin ialah mad yang terjadi karena terdapat dua huruf ya’, yaitu huruf ya’ yang
pertama tasydid dan kasrah, sedangkan huruf ya’ yang kedua sukun/mati sebagai huruf mad. 5
Syaratnya adalah tidak disukunkan karena akhir bacaan (waqaf), sebab akan mengubah
hukum bacaan menjadi mad ‘aridh lissukun. Tamkin artinya menetapkan. Disebut demikian
karena kita harus menetapkan fungsi tasydid dalam bacaan.

Cara membaca hukum bacaan mad tamkin sama seperti hukum Mad Thobi’i, yaitu sama pada
paragraf diatas dibaca panjang 1 alif atau 2 harakat. Panjang bacaan adalah 2 ketukan (alif).

Contohnya:

‫ار لَفِ ْي ِعلِّيِّي ۗ َْن‬ َ ‫َكٓاَّل اِ َّن ِك ٰت‬


ِ ‫ب ااْل َب َْر‬
Artinya:

Sekali-kali tidak! Sesungguhnya catatan orang-orang yang berbakti benar-benar tersimpan


dalam ’Illiyyin (QS. Al-Muthaffifiin 83: Ayat 18)

 Mad Farqi

Mad farqi adalah mad yang terjadi karena hamzah istifham (digunakan untuk bertanya)
bertemu dengan ‫ ال‬,maka hamzah ‫ ال‬dibaca panjang. Panjang mad farqi adalah 6 ketukan (3
alif).6

Cara membaca mad farqi yaitu memanjangkan bacaan hamzah istfham (hamzah untuk
bertanya) selama 6 ketukan karena bertemu dengan alif dan lam (J), sedangkan huruf setelah
alif dan lam tersebut bertasydid.7

Mad farqi hanya terjadi dalam empat ayat di dalam al-Qur’an, yaitu surat al-An’aam [6]: 143-
144, Surat Yunus [10]: 59, dan surat an-Naml [27]: 59.

Contohnya:

َ ِ‫قُلْ بِفَضْ ِل هَّللا ِ َوبِ َرحْ َمتِ ِه فَبِ ٰ َذل‬


َ ‫ك فَ ْليَ ْف َرحُوا هُ َو َخ ْي ٌر ِم َّما يَجْ َمع‬
‫ُون‬

5
Al Mahfani, juz, hlm. 30.
6
Nizhan, Buku, hlm. 19.
7
Nizhan, Buku, hlm. 19.

5
Artinya:

Katakanlah (Muhammad), “Terangkanlah kepadaku tentang rezeki yang diturunkan Allah


kepadamu, lalu kamu jadikan sebagiannya haram dan sebagiannya halal.” Katakanlah,
“Apakah Allah telah memberikan izin kepadamu (ten-tang ini) ataukah kamu mengada-ada
atas nama Allah?” Surat Yunus [10]: 59.

Surah Al-An’am Ayat 143

‫آلذ َك َر ْي ِن َح َّر َم أَ ِم اأْل ُ ْنثَيَ ْي ِن أَ َّما‬


َّ ْ‫ْز ْاثنَي ِْن ۗ قُل‬ ْ
ِ ‫اج ۖ ِم َن الضَّأ ِن ْاثنَ ْي ِن َو ِم َن ْال َمع‬ ٍ ‫ثَ َمانِيَةَ أَ ْز َو‬
‫ين‬ َ ‫ت َعلَ ْي ِه أَرْ َحا ُم اأْل ُ ْنثَيَ ْي ِن ۖ نَبِّئُونِي بِ ِع ْل ٍم إِ ْن ُك ْنتُ ْم‬
َ ِ‫صا ِدق‬ ْ َ‫ا ْشتَ َمل‬

Terjemahan:

(yaitu) delapan binatang yang berpasangan, sepasang domba, sepasang dari kambing.
Katakanlah: “Apakah dua yang jantan yang diharamkan Allah ataukah dua yang betina,
ataukah yang ada dalam kandungan dua betinanya?” Jelaskanlah kepadaku dengan berdasar
pengetahuan jika kalian memang orang-orang yang benar Q.S al-An’aam [6]: 143.

Surah Al-An’am Ayat 144

ْ َ‫آلذ َك َري ِْن َح َّر َم أَ ِم اأْل ُ ْنثَيَ ْي ِن أَ َّما ا ْشتَ َمل‬


‫ت َعلَ ْي ِه‬ َّ ْ‫َو ِم َن اإْل ِ بِ ِل ْاثنَي ِْن َو ِم َن ْالبَقَ ِر ْاثنَي ِْن ۗ قُل‬

ِ ‫ظلَ ُم ِم َّم ِن ا ْفتَ َر ٰى َعلَى هَّللا‬ ْ َ‫أَرْ َحا ُم اأْل ُ ْنثَيَي ِْن ۖ أَ ْم ُك ْنتُ ْم ُشهَ َدا َء إِ ْذ َوصَّا ُك ُم هَّللا ُ بِ ٰهَ َذا ۚ فَ َم ْن أ‬

َ ‫اس بِ َغي ِْر ِع ْل ٍم ۗ إِ َّن هَّللا َ اَل يَ ْه ِدي ْالقَ ْو َم الظَّالِ ِم‬
‫ين‬ َ َّ‫ض َّل الن‬
ِ ُ‫َك ِذبًا لِي‬
Dan sepasang dari unta dan sepasang dari lembu. Katakanlah: “Apakah dua yang jantan yang
diharamkan ataukah dua yang betina, ataukah yang ada dalam kandungan dua betinanya?
Apakah kalian menyaksikan ketika Allah menetapkan ini bagi kalian? Maka siapakah yang
lebih zhalim daripada orang-orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah untuk
menyesatkan manusia tanpa pengetahuan?” Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang zhalim al-An’aam [6]: 144.

6
َ ‫ين اصْ طَفَ ٰى ۗ آهَّلل ُ َخ ْي ٌر أَ َّما يُ ْش ِر ُك‬
‫ون‬ َ ‫قُ ِل ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ َو َساَل ٌم َعلَ ٰى ِعبَا ِد ِه الَّ ِذ‬
Katakanlah (Muhammad), “Segala puji bagi Allah dan salam sejahtera atas hamba-hamba-
Nya yang dipilih-Nya. Apakah Allah yang lebih baik, ataukah apa yang mereka persekutukan
(dengan Dia)?” Q.S an-Naml [27]: 59.

B.Mempraktekkan Tajwid Dalam Surat Al- Qari’ah & Al- Zalzalah

 Mempraktekkan Tajwid dalam Q.S Al- Qari’ah

Surat Al Qari’ah terdiri dari 11 ayat. Kata Al Qari’ah diambil dari ayat pertama yang artinya
mengetuk dengan keras. Tema utama surat Al Qari’ah berdasarkan tafsir Al Mishbah jilid 15
oleh Dr M Quraish Shihab adalah tentang hari kiamat, bagaimana kejadiannya serta apa yang
akan dihadapi manusia. Hal ini berdasarkan kesimpulan banyak ulama.

Artinya:

Hari Kiamat, Apakah hari Kiamat itu? Dan tahukah kamu apakah hari Kiamat itu? Pada hari
itu manusia seperti laron yang beterbangan. dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-
hamburkan. Maka adapun orang yang berat timbangan (kebaikan)nya. maka dia berada dalam
kehidupan yang memuaskan (senang). Dan adapun orang yang ringan timbangan
(kebaikan)nya. maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. Dan tahukah kamu apakah
neraka Hawiyah itu? (Yaitu) api yang sangat panas.

7
 Mempraktekkan Tajwid Dalam Surat Al-Zalzalah
Surat ini juga memiliki jumlah ayat yang sebanyak 8 ayat. Surat Az-Zalzalah diturunkan di
kota Madinah dan termasuk ke dalam golongan surah Madaniyyah. Surah ini diturunkan
setelah surah An Nisaa. Dinamai Al Zalzalah yang berarti ‘kegoncangan’ karena diambil dari
perkataan atau lafal Zalzala yang terdapat pada ayat pertama surat ini.

Artinya:

Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan yang dahsyat. dan bumi telah mengeluarkan
beban-beban berat (yang dikandung)nya. Dan manusia bertanya, "Apa yang terjadi pada bumi
ini?" Pada hari itu bumi menyampaikan beritanya, karena sesungguhnya Tuhanmu telah
memerintahkan (yang sedemikian itu) padanya. Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya
dalam keadaan berkelompok-kelompok, untuk diperlihatkan kepada mereka (balasan) semua
perbuatannya. Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan
melihat (balasan)nya, dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia
akan melihat (balasan)nya.

8
BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan

Mempraktekkan hukum tajwid dalam alquran adalah wajib, meskipun hukum


mempelajarinya adalah fardhu kifayah, namun ilmu ini amat penting diketahui sebagai bekal
membaca alquran dengan baik dan benar.

Secara harfiah, mad artinya panjang. Sedangkan, menurut ilmu tajwid, mad adalah
memanjangkan bunyi huruf Hijaiyah karena sebab-sebab tertentu. Hurufnya ada tiga, yaitu:
‫وي ا‬. Mad terbagi 2 yaitu mad tabi’i dan mad far’i.

Mad far’i terbagi menjadi, mad wajib muttasil, mad jaiz munfashil, mad lazim harfi
musyba, mad lazim harfi mukhafaf, mad lazim kalimi mutsaqal, mad lazim kalimi mukhafaf,
mad badal, mad arid lissukun, mad iwadh, mad lin, mad shilah qashirah, mad shilah thawilah,
mad tamkin, dan mad farqi.

b.Saran

Saran yang mampu diberikan penulis yaitu hendaknya setiap hukum-hukum bacaan pada
Alqur’an ditaati sesuai dengan ketentuan atau hukum ilmu tajwid dengan mengetahui hukum
bacaan mad dan waqaf. Sehingga makna ada arti yang terkandung di dalam Al-Qur’an sesuai
dengan wahyu yang telah Allah turunkan kepada baginda Rasulullah SAW. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih belum lengkap, jadi pembaca bisa mencari lebih banyak
dari berbagai sumber.

9
DAFTAR PUSTAKA

Al Mahfani, M. Khalilurrahman. 2008. Juz Amma, Tajwid Berwarna, dan Terjemahannya.


Jakarta: Wahyu Media

Dr. Aiwan Rusudi Suwaid. 2015. Panduan Ilmu Tajwid Bergambar. Solo: Maktabah Ibnu al-
jazari, Damaskus Suriah.

https://passinggrade.co.id/mad-badal/

https://www.lafalquran.com/mad-shilah-qashirah-dan-mad-shilah-thawilah/

Rusyd, Rasya Maula Ibnu. 2015. Panduan Tahsin Tajwid dan Tahfidz Untuk Pemula.

Yogyakarta: Saufa.

Ustadz Rusdianto. 2016. Sehari Mahir Tahsin + Juz Amma Tajwid Warna. Yogyakarta:
Saufa

10
11

Anda mungkin juga menyukai