Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini kehadiran agama semakin dituntut agar ikut terlibat secara aktif
di dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi umat manusia. Agama
tidak boleh hanya sekedar menjadi lambang kesalehan atau berhenti sekadar
disampikan dalam kotbah, melainkan secara konsepsional menunjukkkan cara-
cara yang paling efektif dalam memecahkan masalah.
Mengingat pentingnya dalam syariat Islam yang disampaikan dalam Al-
Quran dan Assunah, secara komprehensif karena memerlukan penelaahan dan
pengkajian ilmiah yang sungguh-sungguh serta berkesinambungan.
Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan terhadap Tokoh-tokoh Ulama
Fiqih mulai dari zaman Sahabat, Thabiin, Imam-imam Madzhab, Pengikut-
pengikut Imam Madzhab sampai zaman Modern.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka permasalahan pokok yang
menjadi fokus dalam makalah ini antara lain :
1. Jelaskan bagaimana sejarah aswaja dalam ilmu Fiqih (Syariah) ?
2. Siapa Tokoh-tokoh Ulama Fiqih dari Sahabat ?
3. Siapa Tokoh-tokoh Ulama Fiqih dari Thabiin ?
4. Siapa Tokoh-tokoh Ulama Fiqih dari Imam-imam Madzhab ?
5. Siapa Tokoh-tokoh Ulama Fiqih dari Pengikut-pengikut Imam Madzhab ?
6. Siapa Tokoh-tokoh Ulama Fiqih dari Zaman Modern ?

C. Tujuan Penulisan Makalah


1. Siswa dapat mengkaji dan memahami sejarah kemunculan aswaja dalam
ilmu fiqih
2. Siswa dapat mengetahui dan memahami tokoh ahli fiqih.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Aswaja Dalam Ilmu Fiqih (Syariah)


Waktu nabi Muhammad SAW wafat, dasar-dasar syariah yang fundamental
sertra umum sifatnya telah diletakkan secara lengkap dan memadai, sehingga
para sahbat beliau lebih banyak melakukan upaya penerapan terhadap hokum-
hukum syariah tersebut, atau pengembangan cabang rantingnya dari ketetapan
umum tersebut. Dan apabila dirasakan ada sesuatu yang belum diketahui
ketetapan hukumnya, atau diperselisihkan diantara mereka, maka dilakukan
musyawarah atau semacam dialog terbuka untuk menemukan kesepakatan
diatara mereka.
Pada saat kekuasaan Islam telah meluas menembus lintas geografis lintas
budaya, lintas ras dan bangsa, dari Asia Timur sampai Eropa, banyak masalah-
masalah baru yang dihadapi umat Islam dan pemerintahan Islam, bukan hanya
masalah politik, ekonomi dan social saja, tetapi juga masalah hokum yang terkait
dengan masalah agama, sebab banyak ditemui realitas lingkungan yang baru,
yang tidak cukup diatasi dengan fatwa-fatwa hokum yang sebelumnya digunakan
tapi dibutuhkan penalaran baru untuk memecahkannya.
Disitulah kebutuhan ijtihad-ijtihad baru haus dilakukan para mujtaid, baik
dari angkatan sahbat maupun tabiin. disisi lain, jumlah para saahbat yangbanyak
mengetahui masalah syariah terus berkurang baik kuantitatif maupun
kkualitatifnya akibat banyak diantara mereka yang wafat karena usia atau karena
sakit, juga banyak diantaranya guru dalam medan pertempuran dibeberapa
wilayah penaklukan atau dalam konflik internal umat Islam sendiri
Pada akhir masa Dinasti Umaiyah dan masa-masa awal Dinasti Abbasiyah,
elaborasi atau pemekaran keilmuan Islam menjadi meluas dan lebih kentara
kemandiriannya, seperti terpisahnya antara imu fikih dan ilmu kalam, muncunya
ilmu tasawuf, makin semaraknya ilmu Hadits dan Tafsir. Pada masa itu Ulama-
Ulama fiqih yang dipandang mempunyai otorita membahas masalah-masalah
hokum Islam atau masalah syariah yang kemudian terbadi menjadi dua aliran
yaitu pertama, aliran pakar pakar hadits yang skriptualiis atau leteralis, yakni
sangat terkait dengan teks nail, yang dikuasai dari guru ke murid secara langsung
dari masa kemasa dan kedua, aliran Rasionalis yang lebih rasional, subtansialis,
banyak menggunakan dalil-dalil aqli, lebih banyak mempetimbangkan realitas
yang ada ditengah-tengah kehidupan umat manusia,

2
B. Tokoh-tokoh Ulama Fiqih dari Sahabat
1. Muhammad Bin Ali
2. Al-Juwaini
3. Al-Gayali
4. Ar-Razi
5. Sadrus Syariah
6. As-Saati
7. Kamal Bin Hammam
8. As-Syatibi
9. As-Syaukani
10. Musab Bin Umair
11. Muad Bin Jabal

C. Tokoh-tokoh Ulama Fiqih dari Thabiin


Madinah An-Nabawiyyah, telah menyimpan banyak kenangan bersejarah
yang tidak akan terlupakan dalam sendi kehidupan kaum muslimin. Di sanalah
tonggak jihad fi sabilillah mulai dipancangkan di bawah naungan nubuwwah
dalam rangka meninggikan kalimat Allah azza wajalla di muka bumi dan
memadamkan api kesombongan dan keangkaramurkaan kaum musyrikin.
Semakin tumbuh dan berkembang kota tersebut sebagai ibukota sebuah
negara Islam yang baru lahir, di bawah pimpinan insan terbaik yang terlahir di
muka bumi. Kota Madinah menjadi pusat penggemblengan pahlawan-pahlawan
Islam yang akan meneruskan tongkat estafet jihad fi sabilillah dan para ulama
yang akan menyebarkan dakwah Islam di seluruh penjuru negeri.
Seiring dengan pergantian waktu, namanya pun semakin bertambah harum
semerbak laksana mawar yang sedang tumbuh merekah dengan warnanya yang
indah dan menawan. Halaqah-halaqah ilmu tumbuh semarak dan berkembang
dengan sangat pesatnya mewarnai kehidupan kaum muslimin. Dengan di bawah
bimbingan para ulama shahabat yang telah mendapatkan warisan ilmu dari Nabi
shallallahu alaihi wasallam, lahirlah melalui tangan mereka, generasi terbaik
kedua umat ini, yaitu generasi Tabiin, yang berhasil mewarisi ilmu dari para
shahabat sehingga mereka benar-benar menjadi tokoh terkemuka dalam ilmu dan
amal.
Kota Madinah pun menjadi impian, dambaan, dan angan-angan para
penuntut ilmu di seluruh penjuru negeri untuk bisa mereguk manisnya warisan
nubuwwah. Satu di antara sekian buah usaha pendidikan dan bimbingan para

3
sahabat, lahirlah di sana sejumlah ulama yang dikenal dengan sebutan Al-
Fuqaha As-Sabah yang mumpuni dalam hal ilmu dan amal. Mereka itu adalah:
1. Said bin Al Musayyib
2. Urwah bin Az-Zubair bin Al-Awwam
3. Sulaiman bin Yasar
4. Al-Qasim bin Muhammad bin Abi Bakr
5. Abu Bakr bin Abdirrahman
6. Kharijah bin Zaid
7. Ubaidullah bin Abdillah bin Utbah bin Masud
Mereka adalah tujuh orang ulama kota Madinah yang keluasan ilmunya
tidak saja diakui oleh penduduk negeri tersebut namun diakui pula oleh para
ulama di seluruh penjuru negeri.

D. Tokoh-tokoh Ulama Fiqih dari Imam-imam Madzhab


Menurut bahasa, mazhab berarti jalan atau tempat yang dilalui.Menurut
istilah adalah hasil ijtihad seorang imam mengenai hokum suatu masalah atau
tentang kaidah-kaidah istinbath
1. Fiqih Abu Hanifah
Metode ushul yang di gunakan Abu Hanifah banyak bersandar pada
rayun,setelah pada kitabullah dan as-sunnah.kemudian ia bersandarpada qiyas,yang
ternyata banyak menimbulkan protes di kalangan para ulama yang tingkat
pemikirannya belum sejajar dengan abu hanifah.begitu juga halnya dengan istihsan
yang ia jadikan sebagai sandaran pemikiran mazhabnya,mengundang reaksi
kalangan ulama
Dalam setiap fatwanya Abu Hanifah tidak pernah mendahulukan yang
lain dari kitabullah dan as-sunnah.suatu ketika ia membantah orang yang
menyanggahnya dengan mengatakan: demi ALLAH,dusta dan mengada-
ada orang yang mengatakan bahwa saya mengutamakan qiyas daripada
kitabullah. Lebih jauh ia mengatakan: saya tidak memerlukan qiyas
kecuali dalam keadaan darurat.bila saya tidak mendapatkan dalil,barulah
mengqiyas sambil mendiam-diamkannya.
Syaikh Muhammad Abu Zahrah menambahkan: ijtihad yang di
lakukan Abu Hanifah dalam memahami hadits telah mendorongnya untuk
semakin banyak mengqiyas dengan segala cabang-cabangnya.dan dengan
keluasan pemikirannya,iya tidak hanya memikirkan kemaslahatan pada satu
masa tertentu,namun memikirkan kemanfaatannya untuk masa mendatang.

4
Abu Hanifah dengan mazhabnya ternyata banyak memudahkan umat
islam,bukan sebaliknya.ia selalu memudahkan umat islam dalam hal
peribadatan dan muamalat hingga sering mengundang
tanggapan.misalnya,dalam syariat di jelaskan bahwa cara menhilangkan
najis yang melekat di baju atau pakaian hendaknya dengan air yang suci,tapi
menurut pandangan Abu Hanifah,kasus seperti ini cukup di hilangkan
dengan air bunga atau air asin sekalipun.contoh lain apabila seseorang
merasa kesulitan mengetahui arah kiblat karena kegelapan dan
sebagainya,maka ia cukup mengarahkannya kemana saja menurut
keyakinannya.kalaupun arah yang di tujunya salah,menurut Abu
Hanifah,shalatnya tetap sah.
2. Fiqih Imam Malik
Imam malik dikenal dengan pengetahuanya tentang fiqih dan
hadits,beliau adalah sosok ahli fiqih dan ahli hadits kota madinah,segala
pemikirannya selalu diselaraskan dengan jalur kedua ilmu tadi.Imam Malik
mendasari fiqih atau katakanlah pemahaman mazhabnya yang pertama
adalah kitabullah(al-quran).kemudian yang kedua adalah sunnah nabawiyah
asy-syarifah.menurutnya,karena hadits adalah merupakan tafsir yang
menjelaskan dengan rinci akan hukum-hukum yang ada dalam al-quran.
Sumber yang ketiga yang mendasari fiqih mazhab imam malik adalah
ucapan dan amalan sahabat,menurutnya,merekalah orang yang paling dekat
dengan Rasulullah,merekalah yang paling mengetahui amalan dan ucapan
Rasul-NYA,mendengar sabda-sabdanya,melihat amalannya serta belajar
darinya secara langsung
Dasar keempat bagi mazhab imam malik adalah ijmak,baik kesepakatan
ahlul ilmi ataupun ahlul fiqih sama saja baginya. Sumber atau dasar kelima
adalah amalan ahlul madinah. Menurutnya,mereka adalah anak cucu para
sahabat yang mendampingi Rasulullah saw. Disamping itu, karena hukum-
hukum yang berkenaan dengan kemaslahatan umum telah di amalkan dikota
itu beberapa generasi.
Apabila Imam Malik dari dari kelima sumber tadi tidak mendapatkan
hukum satu masalah tertentu, beliau masih menambahkan atau mengambil
dari qiyas,istihsan, urf (adat) serta sadd adz-dzaroi(mencegah dampak
negatif) dan juga masholihul mursalah maslahat yang lepas (umum)
menambahkan dengan persyaratan tertentu.
a. Kemaslahatan (dampak positif) itu tidak bertentangan dengan dalil-dalil
akurat atau pokok ajaran syariat

5
b. Hendaknya kemaslahatan itu dapat diterima ulama
c. Hendaknyadengankemaslahatanitudapatmenghilangkankesusahandanrin
tangan,berdasarkanfirman-NYA;
Dia sekali-kali tida menjadikan untuk kamu dalam agama suatu
kesempitan. (al hajj : 78)
3. Fiqih Syafii
Syafii telah menyatukan fiqih ahlur rayi dengan fiqih ahlul
hadits,sebagian ulama berpendapat,syafii menempatkan kedua pendekatan
itu secara seimbang,namun sebagian ulama berpendapat bahwa syafii
memiliki pendekatan sendiri,tidak terpengaruh dan bukan merupakan
bentukan dari pendekatan ahlur rayi maupun ahlul hadits.pengetahuannya
yang tinggi dalam masalah fiqih telah membentuk fiqih yang khas,karena itu
ia tidak segan-segan melancarkan kritik kepada imam malik,gurunya dalam
masalah fiqih.
Perlu di kemukakan bahwa kritikan Syafii terhadap imam malik sangat
gencar,sehingga ia menulis sebuah kitab khusus untuk itu,buku khilaf
malikijuga berisi kritikkan Syafii kepada para pengikut Imam Malik di
Andalusia yang mengkultuskan imam malik,misalnya dengan meminta
barakah kepada penutup kepala imam malik,bila imam malik menyebutkan
sebuah hadits,dan menyatakan,qola Rasulullah. Para pengikutnya segera
menimpali dengan ucapan,qolamalik.menurut syafii,hal ini merusak
kemurnian aqidah,karena telah menyejajarkan ucapan Imam Malik dengan
ucapan Rasulullah.ia menegaskan bahwa,Malik adalah manusia biasa,yang
dapat benar dan dapat pula salah,sungguh telah keluar dari sunnah agama ini
jika menyejajarkan hadits Rasulullah dengan ucapan dan perbuatan makhluk
lain.
Dari pembahasan tersebut,kita dapat memahami faktor-faktor yang
mendorong Syafii untuk mandiri dalam pandangan ijtihadnya,berapa
kesimpulan di bawah ini akan menjelaskan kemandirian Syafii.
Pertama : mazaab Syafii didasari al-quran,as-sunnah,ijmak dan
qiyas.itulah unsur-unsur dasar yang saling terkait yang di sebutkannya dalam
kitab yang ditulisnya.
Kedua : fiqih Syafii merupakan campuran antara fiqih ahlur rayi
dengan fiqih ahlul hadits,kedua metode tersebut memiliki cara tersendiri
dalam ber-istinbath ahlur rayi adalah para cendekiawan yang memilik
ipandangan luas,tetapi kemampuan mereka untuk menerima atsar dan
sunnah-sunnah sangat terbatas.sementara itu,ahlul hadits sangat gigih

6
mengumpulkan hadits,atsar dan beberapa hal lainnya yang berkaitan dengan
perbuatan para sahabat,jadi ahli fiqih hendaknya mampu menggunakan rayi
sekaligus hadits.
Ketiga : dalam pandangan Syafii,pendekatan ahli hadits lebih jelas
dalam masalah ushul .karenanya,ia menggunakan al-quran sebagai sumber
hokum dan pokok-pokok syariat.setelahituiamerujukpadahadits.
Keempat : fiqih Syafii mengukuhkan ijmak sebagai dasar penetapan
hukum, Syafii menempatkan ijmak dalam urutan ketiga setelah Al-quran
dan As-sunnah
Kelima : Syafii juga mengukuhkan qiyas sebagai dasar mazhabnya,
orang pertama yang menguraikan masalah qiyas secara terinci.
4. Fiqih Imam Ahmad Bin Hambal
Fiqih imam Ahmad bersumber kepada ajaran islam yang asli dan
jernih,Imam Ahmad tidak menerima qiyas dan rayun kecuali bila telah
dilakukan oleh imam dan salaf..sumber fiqihnya yang tidak dapat diganggu
gugat ada tiga yaitu kitabullah,as-sunnah dan ijmak
Seperti yang telah kita ketahui,Imam Ahmad adalah seorang ulama
yang wara,sikapnya itulah yang menjadikan ia berhati-hati dalam setiap
langkah pengambilan dan penetapan sebuah hukum.ia tidak mengabaikan
sedikit pun adanya keraguan.keketatan ini kemudian menjadi cirri khusus
mazhab hambali,dalam masalah najis dan bersuci misalnya,mereka
berpendapat,najis yang disebabkan anjing,wajib dicuci delapan kali.padahal
menurut mazhab syafii hanya tujuh kali,dan menurut mazhab imam
malik,anjing tidaklah najis.
Namun sekalipun Imam Ahmad bersikap tasyaddud atau ketat dalam
menetapkan hukum,beliau tetap memiliki pandangan yang dinamis,hal itu
menunjukkan betapa ia sangat memahami ilmu dan ajaran agama dan
berharap terwujudnya kebaikan dan kemaslahatan bagi umat islam.

E. Tokoh-tokoh Ulama Fiqih dari Pengikut-pengikut Imam Madzhab


1. Pengikut Tokoh Ulama Fiqih dari Abu Hanifah adalah:
Pertama, Ahmad Husain al-Baihaqi (458/1065). Ia menulis buku yang
terkenal di kalangan madzhab ini yakni, Al-Yanabi Fi Al-Ushul
Kedua, Abdulah Umar Ad-Dabussi 9430/1038). Karya Ad-Dabussi di
bidang hokum adalah Al-Adillah Fi Ushul Al-Fiqh Dan Asror Al-Ushul Wa
Al-Furu.

7
Ketiga, Ali Muhammad al-badzawi (482/1089). Yang menulis buku
Kanz Al-Wushul Ila Marifah Al-Ushul Wa Al-Furu.
Keempat, Abu Bakar al-Sarakhi (490/1096).Dengan buku-bukunya
ushul al-fiqh.
Hingga kini madzhab hanafi ini menjadi salah satu madzhab yang
masih hidup dan di ikuti oleh komunitas masyarakat muslim. Setidaknya,
untuk saat ini pengikut- pengikut madzhab ini telah tersebar di berbagai
Negara, utamanya di Turki, yordania , Afganistan, Cina, Pakistan, dan
Soviet(Rusia).
2. Pengikut Tokoh Ulama Fiqih dari Imam Maliki adalah:
Pertama, Abu Bakar Muhammad al-Baqilani (403/1012).Menulis buku
Kitab Al-Taqrib Min Ushul Dan Al-Mughni Fi Ushul Al-Fiqh.
Kedua, Abdul Wahab Ali Baghdadi (421/1030). Mengarang buku
dengan judul Al-Ifadhah Fi Ushul Al-Fiqh.
Ketiga, Ahmad Muhammad al Marifi (429/1039) yang menuangkan
gagasanya dalam kitab Al-Wushul Ila Marifati Al-Ushul.
Keempat, Ali Ibn Hazm (456/1063). Yang menulis karya di bidang
metodologi hukum islamAl-Hikam Fi Ushul Al-Ahkam.
Sampai kini, madzhab Maliki menjadi salah satu madzhab yang masih
eksis di dunia islam, di madinah, dan sekarang telah banyak tersebar di
berbagai daerah atau Negara, seperti Maroko, Al-Jazair, Tunis, Sudan,
Kuwait, dan Bahrain.
3. Pengikut Tokoh Ulama Fiqih dari Madzhab Imam Syafii adalah:
Pertama, Ahmad Muhammad al-Isfarayani (406/1016) yang menulis
metode pembentukan fiqh, kitab Ushul Al-Fiqh.
Kedua, Ibrahimi Ali al-Firuzubadi (476/1083) yang berhasil
menuntaskan karyanya yang monumental Al-Luma Fi Ushul Al-Fiqh Dan
Al-Tabshiroh Fi Ushul Al-Fiqh.
Ketiga, imam Haramyn al-juwaini 9478/1085) dengan bukunya yang
terkenal Al-Buhrani Ushul Fiqh Dan Al-Waraqot.
Keempat, Abu Hamid al-Ghozali (505/1111) yang menulis kitab di
bidang hukum islamTahdzibAll-Ushul, Al-Mankhul Min Ilmi Al-Ushul Dan
Al-Mustofa Min Ilmu Ushul.
Sampai saat ini,keberadaan madzhab ini banyak di temui di beberapa
Negara muslim ataupun Negara berpenduduk mayoritas muslim para
pengikutnya tersebar di berbagai negar, yakni antara lain: di Indonesia,

8
Malaysia, Palestina, Libanon, Mesir, Irak, SaudiArab, Yaman, Hadramaut,
dan Negara-negara lainnya.
4. Pengikut Tokoh Ulama Fiqih dari Madzab Imam Hambali adalah:
Pertama, al-Hasan bin Hamid al-Baghdadi (403/1012) dengan hasil
karyanya Ushul Al-Fiqh.
Kedua, Abu Yala al-Fara (458/1065) yang menulis beberapa buku
misalnya: Al-Uddah Fi Ushil Al-Fiqh, Al-Umdah Fi Ushul Al Fiqh, Dan Al-
Kifayah Fi Ushul Al-Fiqh.

F. Tokoh-tokoh Ulama Fiqih dari Zaman Modern


1. Prof KH Ali Yafie,
Beliau mantan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), seorang
ulama ahli Fiqh (hukum Islam). Dia ulama yang berpenampilan lembut,
ramah dan bijak. Pengasuh Pondok Pesantren Darul Dakwah Al Irsyad,
Pare-Pare, Sulsel, ini juga terbilang tegas dan konsisten dalam memegang
hukum-hukum Islam.
2. Mbah Mashum Lasem
Beliau adalah seorang ulama, salah satu diantara para ulama yang
mendirikan organisasi Islam besar di Indonesia (NU) Beliau orangnya
berperawakan tinggi, berjenggot tipis, Berdahi luas, berkulit putih, Jika
berjalan tenang dan berwibawa, rajin berdzikir dan bertahajjud, selalu ber-
amar maruf nahi munkar, serta senang silaturrahmi
Beliau Pernah Dawuh, Bahwa Fiqh itu telah ada dalam dadanya. Jadi,
kalau beliau mengatakan sesuatu yang berhubungan dengan fiqh, beliau
sudah merasa kesulitan untuk menyebutkan sumbernya karena terlalu
banyak kitab Fiqh yang beliau baca.

Kontekstualitas pemikiran Mbah Mashum ditinjau dari satu perspektif

tertentu, pemikiran beliau tidak berbeda dengan pemikiran para kiai pada

umumnya: sangat teguh memegang syariat dan secara spesifik fiqh syafii.

Beliau bisa saja mempraktikan fiqh Hanafi, misalnya, karena beliau juga
menguasainya. Akan tetapi, hal itu tidak dilakukan dan lebih tertarik untuk

mengembangkan fiqh Syafii. Hal itu terjadi pada kasus mahrommiyah,

yang mana beliau sering menikahkan seseorang dengan kerabatnya supaya


menjadi mahrom dengan beliau. Gagasan ini muncul seiring kebiasaan atau

9
bertemunya laki-laki dan perempuan yang bukan mahrom.Memperhatikan
hal ini beliau tidak menggunakan fiqh Hanafi yang membolehkanya.
Perubahan-perubahan pandangan Fiqh.Dalam berdialog dengan
fenomena- fenomena yang terjadi pada masyarakat pun beliau mempunyai
pandangan yang moderat (realistis).Beliau, misalnya, hukum pemakaiandasi,
hukum mendengarkan radio, dan pemakaian sepatu.

Kenapa Mbah Mashum sepertinyaterlalu mengubah pandangan

fiqhnya? Disini kita bisa memahami bahwa Mbah Mashum selama itu

menggunakan kaidah ushul al-fiqh yang menyatakan: Bahwa hukum yang


diputuskan senantiasa harus mengikuti alasan-alasan yang mendasarinya.
3. Kiai Sahal Mahfudh
Nama lengkapnya Muhammad Ahmad Sahal bin Mahfudh. Beliau lahir
di Kajen, Margoyoso, Kabupaten Pati, Rembang.
Definisi fiqh Kiai Sahal selalu menjelaskan secara detail untuk dijadikan
entry point gagasan fiqh sosialnya. Definisi ini mengandung tiga substansi
dasar yang sangat krusial.Pertama, ilmu fiqh adalah ilmu yang paling
dinamis karena ia menjadi petunjuk moral bagi dinamika sosial yang selalu
berubahdan kompetitif. Kedua, ilmu fiqh sangat rasional, mengingat ia
adalah ilmu iktisabi.Ketiga, fiqh adalah ilmu yang menekankan pada
aktualisasi, real action, atau bisa dikatakan amaliyah, bersifat praktis sehari-
hari.
Kitab Karangan Kiai Sahal yang sudah terbit 1. Nuansa Fiqh Sosial. 2.
Telaah Fiqh 3. Wajah Baru Fiqh Pesantren.
4. KH. A. Mustofa Bisri (Gus Mus)
Nama lengkapnya Achmad Mustofa Bisri dilahirkan di Rembang pada
10 Agustus 1944. Gus Mus (panggilan populernya) memperdalam ilmu di
Pesantren Lirboyo Kediri dibawah asuhan KH.Marzuki dan KH. Machrus
Ali. Gus Mus juga suntuk di Pondok Pesantren Krapyak, Yogyakarta
dibawah asuhan KH.Ali Maksum dan KH. Abdul Qodir. Puncaknya belajar
di Universitas Al Azhar, Kairo.Di Al Azhar itulah, untuk pertama kali Gus
Mus bertemu dan berkenalan dengan Gus Dur, yang kemudian menjadi
Presiden Republik Indonesia.Seperti pengakuannya sendiri, mereka
kemudian tinggal di satu kamar.Gus Dur banyak membantu Gus Mus selama
di perguruan tinggi tersebut. Bahkan sampai memperoleh beasiswa
Aktifitas & Perjuangan Gus Mus adalah seorang kiai yang wawasannya
luas dan serba bis. Di Indonesia jarang ditemukan kiai serba bisa seperti

10
halnya Gus Mus, apalagi jika dibatasi lagi dalam konteks kiai Nahdlatul
Ulama Sebagai seorang intelektual dan cendekiawan, beliau termasuk
produktif melansir pemikiran dan menerbitkan buku.
Kontribusi KH. A. Mustofa Bisri tarhadap pengembangan hukum
islam. Sikapnya dalam berfatwa yang tidak terikat oleh suatu madzhab
tertentu. Sikap ini menjadi penting di tengah digalakkannya pengembangan
pemikiran hukum Islam yang mensharatkan adanya kebebasan berpikir dan
tidak terikat pada suatu madzhab tertentu. Tentu saja kebebasan berpikir
versi KH.Mustofa Bisri adalah kebebasan yang terukur dan terbingkai dalam
maqasid as-shariah yang menjadi tujuan diturunkannya shariah Islam.
5. Prof. DR. KH. Said Aqiel Siradj
Beliau lahir di Cirebon 3 Juli 1953. Panggilan akrab beliau adalah Kang
Said. Pendidikanya diawali ngaji dipesantren ayahnya, sambil Sekolah
Rakyat. Kemudian melanjutkan studi ke Pondok Pesantren Hidayatul
Mubtadiin Lirboyo Kediri, sambil menyelesaikan SMA & UI. Selepas itu
beliau mengayunkah langkah ke kota gudeg Yogyakarta untuk menimba
ilmu dari KH. Ali Mashum (Al-maghfurlah) di PONPES Krapyak, sambil
studi sarjana di Kulliyatul Adab IAIN SUKA. Merasa belum puas di kota
Yogyakarta beliau melanjutkan studi lagi di Makkah selama lebih 14 tahun,
hingga menyabet gelar doktor pada universitas Ummul Qura pada tahun
1994 dengan predikat caumlaude. Dalam mengisi pengajian beliau mampu
menyebutkan 32 mata rantai keilmuwan para ulama yang terus
menyambung sampai Nabi Muhammad SAW.
Salah satu fatwa Kang Said yaitu tentang Presiden Wanita. Menurut
Kang Said, wanita memiliki kesempatan yang sama dengan pria dalam
menggapai hak untuk dipilih sebagai presiden. Pemahaman yang
menghalangi tampilnya kaum hawa sebagai pemimpin (presiden), hanya
didasarkan pada pemahaman nash secara tekstual interpertatif. Jika nash
yang dianggap sebagai landasan larangan itu dipahami dengan memberikan
interpretasi secara kontekstual, akan diperolah hukum sebaliknya, jawaz
(boleh).

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam ilmu fiqh terdapat banyak tokoh-tokoh ulama fiqh dari zaman
sahabat, tabiin, imam-imam madzhab, pengikut-pengikut imam madzhab, dan
zaman modern yang sangat berpengaruh dalam perkembangan ilmu fiqh tersebut.

B. Saran

12
DAFTAR PUSTAKA

Al Andalusy, Malik, Alfiyah.


Muhammad, Mustofa. Islam Tidak Bermadzhab, Jakarta: Gema Insani Press, 1995.
Mujtaba, Saifudin, Ilmu Fiqh Sebuah Pengantar, Jember: STAIN Jember Press, 2010.
Sulayman, Abu Asy-Syafii, Tasyniful Asma.
Suyatno, Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh, Jogjakarta: Ar-Ruz Media, 2011.
http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/285-ensiklopedi/625-ulama-ahli-fiqh

13

Anda mungkin juga menyukai