Anda di halaman 1dari 55

2.1.

Pengertian Kelompok Sosial Dan Masyarakat Multikultural


Multikulturalisme pada dasarnya adalah pandangan dunia yang kemudian dapat diterjemahkan
dalam berbagai kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang penerimaan terhadap realitas
keagamaan, pluralitas, dan multikultural yang terdapat dalam kehidupan masyarakat.
Multikulturalisme dapat juga dipahami sebagai pandangan dunia yang kemudian diwujudkan
dalam kesadaran politik.

Perbedaan antara kelompok sosial dengan kerumunan tersebut dibawah ini adalah :
Kelompok sosial :
Bersifat tetap
Memiliki tujuan sama
Interaksi jelas dan terfokus
Mengarah pada pembentukan
Kerumunan :
Bersifat sementara
Tujuan berbeda
Interaksi tidak terfokus
Tidak mengarah pada pembentukan
Masyarakat :
Di dalam kelompok sosial terdapat bermacam macam suku bangsa, ras, agama dan budaya
sehingga terbentuklah masyarakat multikultural. Kata Masyarakat Multikultural dapat kita
pilah menjadi tiga kata yaitu :
Masyarakat,artinya adalah sebagai satu kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut
sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan terikat oleh rasa identitas
bersama.Multi, berarti banyak atau beraneka ragam dan Kultural,berarti Budaya

Masyarakat Multikultural adalah kesatuan manusia atau individu yang memiliki beraneka
ragam budaya. Oleh karena itu dalam masyaarakaatterdapat beranekaragam kelompok sosial
dengan sistem norma dan kebudayaan yang berbeda-beda.
Berikut ini pandangan ahli sosiologi tentang masyarakat multikultural :
J.S Furnivall
Masyarakat multikultural terbentuk oleh dua atau lebih komunitas (kelompok), mereka ini secara
budaya dan ekonomi terpisah satu sama lain. Struktur kelembagaan yang terdapat di dalam
kelompok tersebut berbeda satu dengan lain.
Nasikun
Masyarakat multikultural adalah masyarakat yang menganut banyak nilai. Hal ini terbentuk
karena kelompok sosial yang ada di dalamnya memiliki sistem nilai tersendiri.
Pierre L. Van De Berghe
Masyarakat multikultural memiliki karakteristik sebagai berikut ini
a. Memiliki sub kebudayaan
b. Struktur sosial yang terbentuk rawan terjadi konflik
c. Integrasi sosial tumbuh di atas paksaan dan saling ketergantungan di dalam bidang ekonomi
Cliffort Geertz
Masyarakat multikultural adalah masyarakat yang memiliki ikatan-ikatan primordialitas. Ikatan
ini kemudian berkaitan erat dengan label yang diberikan oleh individu/kelompok lain, dengan
demikian setiap individu/kelompok memiliki karakter yang berbeda dengan yang lain.
Keaneka ragaman dalam masyarakat memiliki ciri-ciri sebagai berikut ini :
1. Memiliki lebih dari subkebudayaan.
2. Membentuk sebuah struktur sosial.
3. Membagi masyarakat menjadi dua pihak, yaitu pihak yang mendominasi dan yang terdominasi.
4. Rentan terhadap konflik sosial.
Dalam multikultural akan dijumpai perbedaan-perbedaan yang merupakan bentuk
keanegaragaman seperti budaya, ras suku, agama. Dalam masyarakat multi kultural tidak
mengenal perbedaan hak dan kewajiban antara kelompok minoritas dengan mayoritas baik
secara hukum maupun sosial.
Kelompok sosial memiliki hubungan erat dengan masyarakat multikultural yaitu hubungan :
1. Kelompok sosial sebagai unsur pembentuk masyarakat multikultural.
Macam-macam kelompok sosial belum tentu membentuk sebuah masyarakat multikultural,
namun demikian masyarakat multi kultural tidak akan terwujud tanpa adanya kelompok sosial.
Kelompok sosial dikatan sebagai salah satu unsur pembentuk masyarakat multikultural.
2. Kelompok sosial sebagai dinamisator masyarakat multikultural
Urutan terbentuknya masyarakat multikultural adalah sebagai berikut;
a. Individu
b. Kelompok sosial
c. Masyarakat
d. Masyarakaat multikultural
Dari urutan tersebut dapat disimpulkan bahwa kelompok sosial merupakan unsur pembentuk
masyarakat multikultural. Konflik pada mayarakat multukultural dapat saja terjadi karena
didalamnya terdiri beranekaragam perbedaan akan tetapai hal ini dapat dicegah dengan cara
masing-masing saling menjaga diri maupun menghargai.
3. Kelompok sosial sebagai pengikat masyarakat multikultural
Untuk mempertahankan masyarakat multikultural yang sudah baik perlu dibuat pengikat individu
maupun kelompok agar tetap tejaga dengan baik. Pengikat hanya dapat dilakukan dengan bentuk
loyalitas angota kelompok tersebut.
2.2 Masyarakat Multikultural Di Indonesia
Masyarakat indonesia yang memiliki beraneka ragam budaya, bangsa, ras, suku, agama dan adat
istiadat maka hal ini mejadi modal terbentuknya masyarakat multikultural.
1. Faktor penyebab timbulnya masyarakat multikultural di Indonesia
Timbulnya masyarakat multikultural di Indonesia dianalisa sebagai dampak dari adanya :
a. Keanekaragaman Ras.
Ada tiga ras yang dapat kita sebutkan yaitu
1. Ras Mongoloid
Memiliki ciri-ciri sebagai berikut ini
Kulit berwarna kuning samap sawo matang
Rambut lurus
Bulu badan sedikit
Mata sipit
2. Ras Kaukasoid
Memiliki ciri-ciri berikut ini
Hidung mancung
Kulid putih
Rambut pirang sampai coklat
Kelopak mata lurus
3. Rasa negroid
Memiliki ciri-ciri sebagai berikut
Rambut keriting
Kulit hitam
Bibir tebal ddan kelopak mata lurus
b. Keanekaragaman suku bangsa
Di indonesia banyak dijumpai beranekaragaman suku bangsa, bahasa, adat istiadat maupun etnis
yang menjadikan bentuk masyarakat multikultural.
c. Keanekaragaman golongan.
Golongan didasarkan pada persamaan tujuan atau kepentingan, sedangkan di Indonesia terdiri
dari beranekaragam golongan yang membentuk masyarakat multikultural.
d. Keanekaragaman agama dan kepercayaan
2. Karakteristik masyarakat multikultural di Indonesia
Konflik terjadi karena adanya perbedaan yang dapat kita lihat dari masyarakat multikultural
termasuk di Indonesia. Hal ini sering kita lihat adanya konflik baik di daerah maupun di
perkotaan. Masyarakat indonesia dapat dikatan sebagai masyarakat mutikultural yang belum
sempurna, hal ini dapat kita lihat dari beberapa hal yaitu :
a. Masih terdapat dominasi satu kelompok atas kelompok lainnya
b. Struktur sosial yang ada lebih banyak menguntungkan pihak yang mendominasi
c. Konflik sosial yang muncul masih sering berlanjut dengan kekerasan
Masalah yang muncul dalam masyarakat multikultural adalah sebagai berikut :
a. Masalah Kultural
1. Loyalitas yang berlebihan
Mementingkan diri sendiri/kelompok secara berkelebihan secara membabi buta, akibatnya akan
menghambat penyatuan dengan kelompok lain.
2. Etnosentris
Pandangan yang menganggap rendah kebudayaan dari kelompok lain.
3. Eksklusivisme
Sikap enggan berinteraksi dengan kelompok lain. Hal ini menjadikan sikap tertutup.
b. Masalah Kultural
Biasanya hal ini menyangkut masalah kondisi politik dan ekonomi. Kondisi politik yang tidak
demokratis masyarakat ekonomi lemah akan semakin berat menanggung beban hidup.
2.3. Keanekaragaman Kelompok Sosial
Kelompok sosial yang ada pada masyarakat multikultural bermacam-macam. Berikut ini adalah
macam-macam kelompok sosial di masyarakat menurut pandangan para ahli sosiologi.
1. Solidaritas Mekanik dan organik.
Diperkenalkan oleh Emile Durkheim bahwa kelompok manusia terbagi atas dua yaitu kelompok
manusia didasarkan pada :
a. Segi mekanik
Merupakan bentuk naluriah yang ditentukan oleh pengaruh ikatan geografi, biogenetik dan
keturunan lebih lanjut. Setiap kelompok dapat memenuhi kebutuhan tanpa bantuan dari pihak
lain. Setiap anggota diikat oleh kesadaran kolektif sebagai satu kelompok dan kepercayaan yang
bersifat memaksa.
b. Segi Fungsional
Merupakan hasil kesadaran manusia atau keinginan yang rasional. Bentuk solidaritas bersifat
mengikat sehingga terbentung ketergantungan. Pengikatan berdasarkan kesepakatan yang
terjalin.
2. Gemeinschaft dan Gesellsschaft
Konsep ini diperkenalkan oleh ahli sosiologi dari jerman Ferdinand Tonnies yang berpendapat
kelompok masyarakat terbagi menjadi :
a. Gemeinschaft
Adalah bentuk kehidupan bersama yang anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang
bersifat alamiah dan kekal, hal ini dapat terbentuk pada ikatan keturunan contohnya keluarga.
Jenis-jenis Gemeinschaft terbagi menjadi 3 yaitu :
Blood yaitu mengacu pada ikatan kekerabatan ( garis keturunan )
Place yaitu merupakan ikatan berdasarkan kedekatan tempat tinggal atau tempat bekerja.
Mind yaitu mengacu pada hubungan persahabatan baik karena keahlian, pekerjaan atau
pandangan yang sama.
b. Gesellsschaft
Adalah kelompok yang didasari oleh ikatan lahiriah yang jangka waktunya terbatas, contohnya
ikatan para pedagang atau pekerja, buruh yang memiliki kepentingan secara rasional.
Perbedaan yang dapat kita simpulkan antara Gemeinschaft dengan gesellschaft
Gemeinschaft : Individu tetap menyatu walaupun ada perbedaan kelompok.
Gesellschaft : Walaupun menyatu tetap saja sebagai individu yang terpisah.
3. Kelompok Primer dan Sekunder
Cooley Dan Faris menyebutkan ada dua tipe kelompok dalam masyarakat, yaitu kelompok;
a. Primer
Ditandai dengan pergaulan dan kerjasama tatap muka yang intim, ruang lingkupnya adalah
keluarga, teman maupun rukun warga.
b. Sekunder
Ditandai dengan pergaulan yang formal, tidak pribadi dan bercirikan kelembagaan, misalnya
partai politik atau organisasi formal lainnya.
4. In-Group dan out-group
Diperkenalkan oleh William Graham Summer yang membagi kelompok masyarakat menjadi
dua yaitu:
a. In Group
Kelompok dalam artinya hanya melibatkan dari dalam kelompoknya saja. Biasanya memiliki
ciri-ciri adanya persahabatan, kerjasama, keteraturan, kedamaian, solidaritas yang tinggi.
b. Out group
Sikap yang dilakukan terhadap kelompok lain.
2.4 Masyarakat Multikultural
Sebagaimana telah banyak diketahui, bahwa masyarakat merupakan kategori yang paling umum
untuk menyebut suatu kumpulan manusia yang saling berinteraksi secara kontinyu dalam suatu
wilayah atau tempat dengan batas-batas geografik, sosial, atau kultural yang tertentu. Terdapat
istilah-istilah yang lebih khusus yang digunakan untuk menyebut pengumpulan manusia dengan
karakteristik tertentu. Misalnya yang menekankan bahwa interaksi yang kontinyu itu
berlangsung dalam batas-batas wilayah geografik tertentu, sehingga orang-orang dalam batas
wilayah itu saling berinteraksi secara lebih intensif daripada dengan orang-orang yang berada di
luar batas itu. Pengelompokan yang demikian ini disebut komunitas, atau masyarakat setempat.
Misalnya masyarakat desa atau masyarakat kota. Juga dapat dalam lingkup ruang geografik yang
lebih kecil, misalnya Rukun Tetangga, Rukun Kampung, dusun, dan sebagainya.
Untuk wilayah sosial, dapat berupa kelas atau kelompok sosial tertentu. Misalnya untuk yang
berjenjang dapat berupa kelas atas, kelas menengah, atau kelas bawah, sedangkan yang tidak
berjenjang dapat juga kelompok kiri, kanan, atau tengah, berbagai kelompok profesi, atau
sebagaimana diungkapkan Geertz, ada kelompok santri, priyayi, atau abangan. Untuk kategori
wilayah kebudayaan, dapat berupaka sukubangsa atau kelompok-kelompok agama.
Demikianlah, sehingga sekali lagi masyarakat merupakan penyebutan yang paling umum dan
general untuk sebuah pengumpulan manusia pada suatu wilayah.
Apa yang dimaksud dengan masyarakat multikultural? Masyarakat jenis ini kadang disebut
sebagai masyarakat majemuk atau plural society.
Istilah plural society, pertama kali digunakan oleh JS Furnival untuk menyebut masyarakat
masyarakat yang terdiri atas dua atau lebih tertib sosial, komunitas atau kelompok-kelompok
yang secara kultural, ekonomi dan politik terpisah-pisah serta memiliki struktur kelembagaan
yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya, atau dengan kata lain merupakan suatu
masyarakat di mana sistem nilai yang dianut oleh berbagai kesatuan sosial yang menjadi
bagiannya adalah sedemikian rupa sehingga para anggotanya kurang memiliki loyalitas terhadap
masyarakat sebagai keseluruhan.
Istilah plural atau majemuk sebenarnya berbeda dengan pengertian heterogen. Majemuk atau
plural itu merupakan lawan dari kata singular atau tunggal. Sehingga, masyarakat plural itu
bukan masyarakat yang tunggal. Masyarakat tunggal merupakan masyarakat yang mendukung
satu sistem kebudayaan yang sama, sedangkan pada masyarakat plural, di dalamnya terdapat
lebih dari satu kelompok baik etnik maupun sosial yang menganut sistem kebudayaan
(subkultur) berbeda satu dengan yang lain. Sebuah masyarakat kota, mungkin tepat disebut
sebagai masyarakat heterogen, sepanjang meskipun mereka berasal dari latar belakang SARA
(sukubangsa, agama, ras, atau pun aliran/golongan-golongan) yang berbeda, tetapi mereka tidak
mengelompok berdasarkan SARA tersebut. Heterogen lawan dari kondisi yang disebut
homogen. Disebut homogen kalau anggota masyarakat berasal dari SARA yang secara relatif
sama. Disebut heterogen kalau berasal dari SARA yang saling berbeda, namun sekali lagi
mereka tidak mengelompok (tersegmentasi) berdasarkan SARA tersebut.
Selanjutnya, suatu masyarakat disebut multikultural, majemuk, atau plural apabila para anggota-
anggotanya berasal dari SARA yang saling berbeda, dan SARA tersebut menjadi dasar
pengelompokan para anggota masyarakat, sehingga dalam masyarakat terdiri atas dua atau lebih
kelompok etnis maupun sosial yang didasarkan pada SARA yang pada umumnya bersifat
primordial, dan masing-masing mengembangkan subkultur tertentu. Interaksi antar-kelompok
lebih rendah daripada interaksi internal kelompok. Bahkan, di dalam banyak masyarakat
majemuk, struktur sosial yang ada sering bersifat konsolidatif, sehingga proses menuju integrasi
sosialnya terhambat.
Agar lebih jelas, berikut dikemukakan ciri masyarakat multikultural menurut van Den Berghe.
1. Mengalami segmentasi ke dalam kelompok-kelompok dengan subkultur saling berbeda
2. Memiliki struktur yang terbagi ke dalam lembaga-lembaga yang nonkomplemen
3. Kurang dapat mengembangkan konsensus mengenai nilai dasar
4. Relatif sering mengalami konflik
5. Secara relatif integrasi sosial tumbuh di atas paksaan, dan/atau
6. Ketergantungan ekonomi, dan/atau
7. Dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok yang lain
2.4.1 Multikulturalisme untuk Masyarakat Majemuk
Suatu masyarakat disebut sebagai masyarakat majemuk, jika masyarakat tersebut memenuhi satu
dari dua definisi berikut ini. Pertama, masyarakat majemuk adalah masyarakat yang terdiri dari
komunitas etnik yang berbeda-beda. Komunitas etnik tersebut hidup terpisah-pisah, dan masing-
masing memiliki moralitasnya sendiri. Yang kedua, masyarakat majemuk adalah masyarakat
yang hidup di dalam satu komunitas yang sama, namun dipisahkan satu sama lain oleh pasar.
Pada titik ini ada baiknya kita bertanya, apakah masyarakat majemuk semacam itu akan
mendorong terciptanya semacam moralitas bersama untuk memampukan mereka hidup bersama
secara harmonis, atau mereka justru akan menciptakan relasi dominatif antara kelompok yang
kuat terhadap kelompok yang lemah, di mana justru relasi dominatif itu yang akan menjadi
pengikat kehidupan bersama?
Salah satu sosiolog yang mencoba menganalisis hal ini adalah M.G Smith. Menurutnya suatu
masyarakat yang homogen selalu memiliki seperangkat aturan sistem sosial yang uniter. Artinya
masyarakat tersebut mempunyai seperangkat aturan yang mengatur kehidupan privat, religius,
hukum, politik, ekonomi, pendidikan, dan sebagainya. Akan tetapi masyarakat majemuk tidaklah
memiliki hal semacam itu. Masyarakat majemuk ditandai dengan beragamnya perangkat aturan
nilai yang digunakan untuk menata kehidupan sosial manusia, dan masing-masing aturan nilai
tersebut bersifat total hanya bagi orang-orang yang berada di dalam kultur ataupun agama
tertentu. Di dalam masyarakat semacam ini tidak ada sabuk pengikat kehidupan bersama.
Bahkan menurut Smith, masyarakat majemuk justru diikat oleh adanya dominasi kelompok yang
satu atas kelompok yang lain. Jadi elemen yang mengikat masyarakat majemuk untuk tetap eksis
sebagai masyarakat justru adalah dominasi. Dalam konteks ini Smith menawarkan suatu model
untuk menjelaskan terjadinya diskriminasi rasial di dalam masyarakat majemuk.
Tentu saja model ini bukanlah suatu model yang ideal bagi masyarakat multikultur. Untuk
mencoba merumuskan model ideal bagi suatu masyarakat multikultur, kita pertama-tama perlu
untuk membedakan wilayah privat dan wilayah publik dari kehidupan sosial. Rex menawarkan
tiga model dalam konteks ini. Pertama, kita dapat memikirkan sebuah masyarakat yang memiliki
ruang publik yang tunggal, namun justru mendorong terciptanya perbedaan di dalam ruang
privat. Kedua, kita dapat membayangkan sebuah model masyarakat, di mana masyarakat
sekaligus mendorong kesatuan di dalam ruang publik maupun di dalam ruang privat. Kesatuan
tersebut tentunya didasarkan pada seperangkat nilai-nilai moral yang disepakati bersama. Ketiga,
suatu masyarakat juga dapat mendorong perbedaan dan mengakui pluralitas nilai sekaligus di
ruang publik, dan di dalam ruang privat. Masyarakat multikultur yang ideal, menurut Rex, adalah
masyarakat yang memenuhi model pertama, di mana setiap orang dan setiap kelompok diberi
kebebasan untuk mengekspresikan nilai-nilai maupun cara hidup mereka, namun tetap mengacu
terus pada ruang publik bersama sebagai satu kesatuan. Model kedua adalah model yang dipakai
oleh praktek-praktek kolonialisme, seperti pada sistem Apartheid di Afrika Selatan.

2.4.1 Konfigirasi masyarakat multikultural.


Furnival mengemukakan bahwa apabila dilihat dari konfigurasi etnis atau kelompok yang
menjadi unsurnya, paling tidak terdapat empat macam masyarakat majemuk, yaitu: (1)
masyarakat majemuk dengan kompetisi seimbang, (2) masyarakat majemuk dengan maioritas
dominan, (3) masyarakat majemuk dengan minirotas dominan, dan (4) masyarakat majemuk
dengan konfigurasi fragmental.
1. Masyarakat majemuk dengan konfigurasi kompetisi seimbang
Di antara kelompok-kelompok yang ada, masing-masing mempunyai kekuatan kompetisi yang
seimbang, tidak ada satupun kelompok yang dapat menguasai yang lain. Integrasi sosial sebagai
sebuah masyarakat besar tidak mudah terjadi, kecuali kalau ada di antara kelompok-kelompok
tersebut yang berhasil membangun koalisi lintas kelompok, misalnya lintas etnik yang
membentuknya.
2. Masyarakat majemuk dengan konfigurasi maioritas dominan
Di antara kelompok-kelompok yang ada terdapat satu kelompok besar dan berkuasa.
3. Masyarakat majemuk dengan konfigurasi minoritas dominan
Di antara kelompok-kelompok yang ada terdapat satu kelompok yang kecil tetapi berkuasa
4. Masyarakat majemuk dengan konfigurasi fragmental
Terdiri atas kelompok-kelompok kecil yang satu dengan yang lain saling terpisah dan sangat
terbatas interaksi dan komunikasinya. Sama dengan konfigurasi kompetisi seimbang, masyarakat
majemuk jenis ini pun integrasi sosial hanya dapat dicapai apabila terjadi koalisi lintas etnis.
Menurut Anda, sebagai sebuah masyarakat majemuk, masyarakat Indonesia memiliki
konfigurasi yang mana?
2.4.2 Faktor-faktor peyebab kemajemukan
Meskipun menurut sejarah, masyarakat Indonesia relatif berasal dari nenek moyang yang sama,
tetapi karena keadaan geografiknya, akhirnya masyarakat Indonesia bersifat majemuk.Kondisi
geografik yang menjadi penyebab kemajemukan masyarakat, adalah
1. Bentuk wilayah yang berupa kepulauan. Kondisi ini mengakibatkan, meskipun berasal dari
nenek moyang yang sama, tetapi akhirnya mereka terpisah-pisah di pulau-pulau yang saling
berbeda, sehingga masing-masing terisolasi dan mengembangkan kebudayaan sendiri. Jadilah
masyarakat Indonesia mengalami kemajemukan ethnik atau sukubangsa.
2. Letak wilayah yang strategis, di antara dua benua dan dua samudera, kondisi ini
mengakibatkan Indonesia banyak didatangi oleh orang-orang asing yang membawa pengaruh
unsur kebudayaan, antara lain yang paling menonjol adalah agama. Kondisi ini mengakibatkan
masyarakat Indonesia majemuk dalam hal agama. Lima agama besar dunia ada di Indonesia.
Lima agama besar yang dimaksud adalah (1) Hindu (pengaaruh India), (2) Budha (pengaruh
bangsa-bangsa Asia), (3) Katholik (pengaruh kedatangan bangsa portugis), (4) Kristen (pengaruh
kedatangan bangsa Belanda), dan (5) Islam (pengaruh masuknya pedagang-pedagang dari Timur
Tengah).
3. Variasi iklim, jenis serta kesuburan tanah yang berbeda di antara beberapa tempat, misalnya
daerah Indonesia bagian Timur yang lebih kering, tumbuh menjadi sukubangsa peternak, daerah
Jawa dan Sumatra yang dipengaruhi vulkanisme tumbuh menjadi daerah dengan masyarajat yang
hidup dari bercocok tanam. Variasi iklim dan jenis serta kesuburan tanah ini mengakibatkan
masyarakat Indonesia majemuk dalam hal kultur, antara lain cara hidup.
2.4.3 Bentuk Struktur Sosial Masyarakat Majemuk
1. Struktur sosial yang terinterseksi (intersected social structure)
Kelompok-kelompok sosial yang ada dalam masyarakat dapat menjadi wadah beraktivitas dari
orang-orang yang berasal dari berbagai latar belakang sukubangsa, agama, ras, dan aliran.
Dalam bentuk struktur sosial yang demikian keanggotaan para anggota masyarakat dalam
kelompok sosial yang ada saling silang-menyilang sehingga terjadi loyalitas yang juga silang-
menyilang (cross-cutting affiliation dan cross-cutting loyalities).
Bentuk struktur yang terinterseksi mendorong terjadinya integrasi sosial dalam masyarakat
multicultural.
2. Struktur sosial yang terkonsolidasi (consolidated social structure)
Dalam bentuk struktur yang demikian, kelompok-kelompok sosial yang ada hanya mewadahi
orang-orang yang berlatar belakang sukubangsa, agama, ras, atau aliran yang sama.
Sehingga terjadi tumpang tindih parameter dalam pemilahan struktur sosial. Orang Bali akan
identik dengan orang Hindu, orang Melayu identik dengan orang Islam. Partai tertentu identik
dengan orang Islam, partai yang lain identik dengan orang Kristen, dan seterusnya.
Bentuk struktur sosial yang semacam ini akan menghambat terjadinya integrasi sosial dalam
masyarakat multicultural, karena akan terjadi pertajaman prasangka antar-kelompok.
Struktur sosial terpilah dengan parameter yang tumpang tindih, pemilahan berdasarkan
sukubangsa tumpang tindih dengan pemilahan berdasrkan agama, ras, aliran, atau kelas-kelas
sosial dan ekonomi. Ikatan dalam kelompok dalam akan sangat kuat, tetapi akan menimbulkan
prasangka terhadap kelompok luarnya.
2.4.4 Perilaku dalam masyarakat multikultural
Dalam kehidupan masyarakat multikultural, sering tidak dapat dihindari berkembangnya faham-
faham atau cara hidup yang didasarkan pada ethnosentrisme, primordialisme, aliran,
sektarianisme, dan sebagainya.
Ethnosentrisme merupakan faham atau sikap menilai kebudayaan sukubangsa/kelompok lain
menggunakan ukuran yang berlaku di sukubangsa kelompok/masyarakat sendiri
Primordialisme merupakan tindakan memperlakukan secara istimewa (memberi prioritas)
orang-orang yang latarbelakag sukubangsa, agama, ras, aliran atau golongan yang sama dalam
urusan publik.
Kronisme: memprioritaskan teman. Nepotisme = memprioritaskan anggota keluarga.
Politik aliran merupakan kehidupan perpolitikan yang didasarkan pada faktor-faktor
primordial (SARA)
Prasangka dan stereotipe ras/etnis adalah penilaian suatu ras/etnis berdasarkan pendapat orang
banyak yang belum pernah dibuktikan tetapi dianggap benar
2.4.5 Proses integrasi dalam masyarakat multikultual
Integrasi sosial tidak hanya sebuah ungkapan normatif, melainkan juga telah lama menjadi
persoalan akademik.
Secara sosiologis, terdapat dua pendekatan:
1) konsensus yang lebih menekankan pada dimensi budaya (teori struktural fungsional), dan
2) konflik yang lebih menekankan dimensi struktural (teori struktural konflik).
Menurut pendekatan konsensus integrasi dapat dicapai melalui suatu kesepakatan tentang nilai
dasar (common platform); sedangkan menurut pendekatan konflik, integrasi hanya dapat dicapai
melalui dominasi satu kelompok atas lainnya.
Integrasi sosial dalam masyarakat majemuk dipengaruhi oleh beberapa ha, misalnya: (1) struktur
sosialnya, apakah interseksi atau konsolidasi, (2) faham atau ideologi, yang berkembang dalam
masyarakat apakah ethnosentrisme, primordialisme, aliran, sektarianisme, dan lain-lain, ataukah
faham relativisme kebudayaan, (3) apakah dapat berlangsung koalisi, (4) apakah dapat
membangun konsensus tentang nilai dasar, (5) apakah berlangsung proses-proses menuju
akulturasi budaya majemuk, dan (6) adakah kelompok dominan.
Struktur sosial yang bersifat intersected, berkembangnya faham relativisme kebudayaan, koalisi
lintas-etnis, konsensus tentang nilai dasar, akulturasi budaya majemuk, dan adanya kelompok
dominan merupakan faktor-faktor yang mendorong berlangsungnya integrasi sosial dalam
masyarakat majemuk.
2.5 Unsur-unsur kebudayaan
Kebudayaan umat manusia mempunyai unsur-unsur yang bersifat universal. Unsur-unsur
kebudayaan tersebut dianggap universal karena dapat ditemukan pada semua kebudayaan
bangsa-bangsa di dunia.
Menurut Koentjaraningrat ada tujuh unsur kebudayaan universal, yaitu:
a. Sistem religi yang meliputi :
sistem kepercayaan
sistem nilai dan pandangan hidup
komunikasi keagamaan
upacara keagamaan
b. Sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial yang meliputi :
Kekerabatan
asosiasi dan perkumpulan
sistem kenegaraan
sistem kesatuan hidup
perkumpulan
c. Sistem pengetahuan meliputi pengetahuan tentang:
flora dan fauna
waktu, ruang dan bilangan
tubuh manusia dan perilaku antar sesama manusia
d. Bahasa yaitu alat untuk berkomunikasi berbentuk:
lisan
tulisan
Kesenian yang meliputi:
seni patung/pahat
relief
lukis dan gambar
rias
vocal
musik
bangunan
kesusastraan
drama
e. Sistem mata pencaharian hidup atau sistem ekonomi yang meliputi :
berburu dan mengumpulkan makanan
bercocok tanam
peternakan
perikanan
perdagangan
f. Sistem peralatan hidup atau teknologi yang meliputi :
produksi, distribusi, transportasi
peralatan komunikasi
peralatan konsumsi dalam bentuk wadah
pakaian dan perhiasan
tempat berlindung dan perumahan
senjata
2.5. Unsur-unsur kebudayaan :
1. Sistem Religi/ Kepercayaan
2. Sistem organisasi kemasyarakatan
3. Ilmu Pengetahuan
4. Bahasa dan kesenian
5. Mata pencaharian hidup
6. Peralatan dan teknologi

2.6. Fungsi, Hakekat dan Sifat Kebudayaan Fungsi Kebudayaan.


Fungsi kebudayaan adalah untuk mengatur manusia agar dapat mengerti bagaimana seharusnya
bertindak dan berbuat untuk menentukan sikap kalau akan berbehubungan dengan orang lain
didalam menjalankan hidupnya.
kebudayaan berfungsi sebagai:
1. Suatu hubungan pedoman antar manusia atau kelompok
2. Wadah untuk menyakurkan perasaan-perasaan dan kehidupan lainnya
3. Pembimbing kehidupan manusia
4. Pembeda antar manusia dan binatang
2.7. Hakekat Kebudayaan
1. Kebudayaan terwujud dan tersalurkan dari perilaku manusia
2. Kebudayaan itu ada sebelum generasi lahir dan kebudayaan itu tidak dapat hilang setelah
generasi tidak ada
3. Kebudayan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya
4. Kebudayaan mencakup aturan-aturan yang memberikan kewajiban kewajiban
2.8. Sifat kebudayaan
1. Etnosentis
2. Universal
3. Alkuturasi
4. Adaptif
5. Dinamis (flexibel)
6. Integratif (Integrasi)
2.9. Aspek-aspek kebudayaan
1. Kesenian
2. Bahasa
3. Adat Istiadat
4. Budaya daerah
5. Budaya Nasional
3.0. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses perubahan kebudayaan faktor-faktor
pendorong proses kebudayaan daerah
1. kontak dengan negara lain
2. sistem pendidikan formal yang maju
3. sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju
4. penduduk yang heterogen
5. ketidak puasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu
3.1. Faktor-faktor penghambat proses perubahan kebudayaan
1. faktor dari dalam masyarakat
betambah dan berkurangnya penduduk
penemuan-penemuan baru
petentangan-pertentangan didalam masyarakat
terjadinya pemberontakan didalam tubuh masyarakat itu sendiri
2. faktor dari luar masyarakat
berasal dari lingkungan dan fisik yang ada disekitar manusia
peperangan dengan negara lain
pengaruh kebudayaan masyarakat lain

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Dengan membaca makalah ini kita dapat menyimpulkan bahwa multikulturalisme adalah istilah
yang digunakan untuk menjelaskan pandangan seseorang tentang ragam kehidupan di dunia,
ataupun kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang penerimaan terhadap realitas
keragaman, dan berbagai macam budaya (multikultural) yang ada dalam kehidupan masyarakat
menyangkut nilai-nilai, sistem, budaya, kebiasaan, dan politik yang mereka anut.
Masyarakat Multikultural merupakan suatu masyarakat yang terdiri atas banyak struktur
kebudayaan. Hal tersebut disebabkan karena banyaknya suku bangsa yang memilik struktur
budaya sendiri yang berbeda dengan budaya suku bangsa yang lainnya.

Saran
Saran yang dapat kami berikan adalah sebagai masyarakat multicultural kita dapat memberikan
kebebasan pada masyarakat lain yang berbeda budaya dengan kita untuk melakukan adat istiadat
dan kebiasaan mereka sesuai dengan kultur daerah mereka masing masing.
kelompok sosial dalam masyarakat multikultural
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masyarakat multikultural merupakan sebuah masyarakat yang didalamnya memiliki
perbedaan budaya, namun tetap memiliki kesederajatan dalam memperoleh perlakuan. Seperti
halnya pada masyarakat umum, dalam masyarakat multikultural juga terdapat berbagai unsur,
diantaranya yaitu kelompok sosial. Kelompok sosial ialah gabungan dari individu yang memiliki
tujuan serta kepentingan yang sama. Makalah ini akan membahas mengenai kelompok sosial
dalam masyarakat multikultural.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari kelompok sosial?
2. Apa saja bentuk kelompok sosial dalam masyarakat multikultural di Indonesia?
3. Apakah dampak yang ditimbulkan dari adanya kelompok sosial dalam masyarakat
multikultural?

C. Tujuan Penulisan Makalah


1. Untuk mengetahui pengertian dari kelompok sosial.
2. Untuk mengetahui bentuk kelompok sosial dalam masyarakat multikultural.
3. Untuk mengetahui dampak dari adanya kelompok sosial dalam masyarakat multikultural.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Bentuk-bentuk Kelompok Sosial


Kelompok sosial adalah kumpulan orang yang memiliki kesadaran bersama akan
keanggotaan dan saling berinteraksi. Kelompok sosial diciptakan oleh anggota masyarakat.
Kelompok sosial juga dapat memengaruhi perilaku para anggotanya.
Berikut ini berbagai macam kelompok atau asosiasi dalam masyarakat:
a. In group-Out group
In group (kelompok dalam) merupakan kelompok sosial yang diantara anggota-
anggotanya saling simpati dan mempunyai perasaan dekat satu dengan lainnya. Misalnya klik.
Sedangkan outgroup (kelompok luar) ialah kelompok yang berada di luar suatu kelompok yang
ditandai oleh adanya antagonisme, prasangka atau antipati. Misalnya orang-orang kulit hitam di
lingkungan orang-orang kulit putih.
b. Kelompok Primer dan sekunder
Klasifikasi ini dikemukakan oleh C.H. Colley (1909). Kelompok primer dan sekunder
dibedakan berdasarkan ada tidaknya ciri saling mengenal atau kerjasama yang erat dan bersifat
personal di antara anggota-anggotanya.
c. Gemainschaft dan Gesselschaft
Gemainschaft (paguyuban) adalah suatu bentuk kehidupan bersama yang anggota-
anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni, bersifat alamiah dan kekal. Hubungan antar-
anggota kelompok paguyuban memiliki ciri : (1) intim, (2) privat, dan (3) eksklusif. Misalnya
keluarga.
Menurut Tonnies, ada tiga tipe gemeinschaft, yaitu: (1) gemainschaft by blood,
contohnya keluarga atau kelompok kekerabatan (klen), (2) gemainschaft of place, misalnya
orang-orang se-RT/RW, (3) gemainschaft of mind, yaitu paguyuban yang terdiri atas orang-
orang yang memiliki jiwa atau ideologi yang sama, sehingga meskipun bertempat kediaman
yang saling berjauhan dan tidak memiliki kesamaan keturunan atau keluarga tetapi tetap
memiliki hubungan yang erat, intim, kekal dan dalam. Misalnya: kelompok keagamaan (umat),
sekte, kelompok kebatinan, dan sebagainya.
Sedangkan Gesselschaft (patembayan) adalah suatu bentuk kehidupan bersama yang
didasarkan pada ikatan lahir dan bersifat kontraktual. Contohnya: Sebuah perusahaan atau
organisasi buruh.
d. Kelompok Formal dan Informal
Klasifikasi ini dikemukakan oleh van Doorn dan Lammers (1964). Kelompok formal
merupakan kelompok yang mempunyai peraturan-peraturan yang tegas dan sengaja diciptakan.
Pada kelompok formal terdapat pembatasan yang tegas mengenai hak-hak, kewajiban,
wewenang, dan tanggung jawab anggota-anggota kelompok sesuai dengan statusnya masing-
masing, baik fungsional maupun struktural.
Kelompok informal merupakan kelompok yang dibangun berdasarkan hubungan-
hubungan yang bersifat personal dan tidak ditentukan oleh aturan-atuan yang resmi.

e. Kelompok organik dan mekanik


Klasifikasi ini dikemukakan oleh Emmile Durkheim didasarkan pada ada tidaknya
pembagian kerja dalam kelompok. Di dalam kelompok organik terdapat pembagian kerja yang
rinci dan tegas di antara anggota-anggotanya, sedangkan pada kelompok mekanik tidak terdapat
pembagian kerja. Ada tidaknya pembagian kerja ini menimbulkan pula sifat solidaritas antar-
anggota yang berbeda. Pada kelompok organik terdapat solidaritas organik, dan dalam kelompok
mekanik terdapat solidaritas mekanik.
f. Membership dan reference group
Klasifikasi ini dikemukakan oleh Robert K. Merton. Membership Group merupakan
kelompok dengan anggota-anggota yang tercatat secara fisik sebagai anggota. Sedangkan
reference group merupakan kelompok acuan, maksudnya orang menjadikan kelompok yang
bersangkutan sebagai acuan bertindak dan berperilaku, walaupun secara fisik ia tidak tercatat
sebagai anggota.
g. Kelompok-kelompok semu dan tidak teratur
1) Kerumunan
Kerumunan ialah sekumpulan orang yang tidak terorganisir dan bersifat sementara. Suatu
kerumumnan dapat memiliki pemimpin, tetapi tidak memiliki struktur dan pembagian kerja.
Identitas seseorang akan tenggelam apabila berada dalam sebuah kerumunan.
Tipe-tipe kerumunan antara lain:
a) Khalayak penonton (pendengar formal atau formal audience)
Kerumunan demikian mempunyai perhatian dan tujuan yang sama, misalnya penonton
bioskop, pengunjung khotbah agama, dsb.
b) Kelompok ekspresif yang direncanakan (planned expressive group)
Kerumunan yang terdiri atas orang-orang yang mempunyai tujuan sama tetapi pusat
perhatiannya berbeda-beda, misalnya kerumunan orang-orang yang berpesta.
c) Kumpulan orang yang kurang menyenangkan (inconvinent aggregations)
Dalam kerumunan semacam ini kehadiran orang lain merupakan halangan bagi seseorang
dalam mencapai tujuan. Misalnya: antre tiket, kerumunan penumpang bus, dst.
d) Kumpulan orang-orang yang panik (panic crowd)
Panic crowd adalah kerumunan yang terdiri atas orang-orang yang menghindari bencana
atau ancaman, misalnya pengungsi.
e) Kerumunan penonton (spectator crowd)
Spectator crowd adalah kerumunan orang-orang yang ingin melihat sesuatu atau
peristiwa tertentu. Kerumunan semacam ini hampir sama dengan formal audience, tetapi tidak
terencana.

f) Lawless crowd
Yaitu kerumunan orang-orang yang berlawanan dengan hukum, misalnya: acting mobs,
yakni kerumunan orang-orang yang bermaksud mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan
kekuatan fisik. Contoh lain: immoral crowd, seperti formal audience, tetapi bersifat
menyimpang.
2) Publik (massa)
Seringkali disebut dengan khalayak umum atau khalayak ramai. Publik semacam dengan
kelompok hanya tidak menjadi kesatuan, hubungan sosial terjadi secara tidak langsung,
melainkan melalui alat-alat komunikasi massa, seperti: media massa cetak, elektronik, termasuk
pembicaraan berantai, desas-desus, dan sebagainya.
B. Masyarakat multikultural
Masyarakat multikultur terkadang disebut sebagai masyarakat majemuk atau plural
society. Istilah plural society pertama kali digunakan oleh JS Furnival untuk menyebut
masyarakat yang terdiri atas dua atau lebih tertib sosial, komunitas atau kelompok-kelompok
yang secara kultural, ekonomi dan politik terpisah-pisah serta memiliki struktur kelembagaan
yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya, atau dengan kata lain merupakan suatu
masyarakat di mana sistem nilai yang dianut oleh berbagai kesatuan sosial yang menjadi
bagiannya adalah sedemikian rupa sehingga para anggotanya kurang memiliki loyalitas terhadap
masyarakat sebagai keseluruhan.
Pada masyarakat plural, di dalamnya terdapat lebih dari satu kelompok baik etnik
maupun sosial yang menganut sistem kebudayaan (subkultur) berbeda satu dengan yang lain.
Sebuah masyarakat kota, mungkin tepat disebut sebagai masyarakat heterogen, sepanjang
meskipun mereka berasal dari latar belakang SARA (sukubangsa, agama, ras, atau pun
aliran/golongan-golongan) yang berbeda, tetapi mereka tidak mengelompok berdasarkan SARA
tersebut.
Selanjutnya, suatu masyarakat disebut multikultural, majemuk, atau plural apabila para
anggota-anggotanya berasal dari SARA yang saling berbeda, dan SARA tersebut menjadi dasar
pengelompokan para anggota masyarakat, sehingga dalam masyarakat terdiri atas dua atau lebih
kelompok etnis maupun sosial yang didasarkan pada SARA yang pada umumnya bersifat
primordial, dan masing-masing mengembangkan subkultur tertentu. Interaksi antar-kelompok
lebih rendah daripada interaksi internal karena di dalam masyarakat majemuk, struktur sosial
yang ada sering bersifat konsolidatif, sehingga proses menuju integrasi sosialnya terhambat.
Berikut ini beberapa pengertian dari masyarakat multikultur menurut para ahli:
- Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri dari beberapa macam
komunitas budaya dengan segala kelebihannya, dengan sedikit perbedaan konsepsi mengenai
dunia, suatu sistem arti, nilai, bentuk organisasi sosial, sejarah, adat serta kebiasaan (A
Multicultural society, then is one that includes several cultural communities with their
overlapping but none the less distinc conception of the world, system of [meaning, values, forms
of social organizations, historis, customs and practices; Parekh, 1997 yang dikutip dari Azra,
2007).
- Multikulturalisme mencakup suatu pemahaman, penghargaan serta penilaian atas budaya
seseorang, serta suatu penghormatan dan keingintahuan tentang budaya etnis orang lain
(Lawrence Blum, dikutip Lubis, 2006:174)
- Sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan baik
secara individual maupun secara kebudayaan (Suparlan, 2002, merangkum Fay 2006, Jari dan
Jary 1991, Watson 2000)
- Multikulturalisme mencakup gagasan, cara pandang, kebijakan, penyikapan dan tindakan,
oleh masyarakat suatu negara, yang majemuk dari segi etnis, budaya, agama dan sebagainya,
namun mempunyai cita-cita untuk mengembangkan semangat kebangsaan yang sama dan
mempunyai kebanggaan untuk mempertahankan kemajemukan tersebut (A. Rifai Harahap, 2007,
mengutip M. Atho Muzhar).

Dengan demikian, multikulturalisme dapat diartikan sebagai keyakinan atau pemahaman


bahwa dalam tiap kehidupan masyarakat memiliki berbagai macam kebudayaan. Hal ini dapat
dilihat ketika sebuah entitas masyarakat tertentu diamati, maka akan nampak berbagai bentuk
perbedaan tingkah laku budaya yang berasal dari kultur etnis dalam entitas tersebut. Kebudayaan
tersebut tidak hanya digunakan untuk melakukan aktivitas sosial, ekspresi diri dan penguatan
solidaritas kolektif, namun juga digunakan untuk melakukan dialog antara satu etnis lain dalam
sebuah entitas. Hubungan antar budaya dari berbagai etnis tersebut didasari oleh pengetahuan
budaya dan simbol-simbol budaya yang terkait dengannya.

C. Kelompok Sosial dalam Masyarakat Multikultural di Indonesia


Dalam suatu masyarakat majemuk atau multikultural terdapat kelompok-kelompok sosial
yang mengikat masyarakat. Kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat multikultural di
Indonesia antara lain berdasarkan etnis, agama, maupun stratifikasi sosial.

Kelompok Etnis
Kelompok etnis merupakan bentuk kelompok yang menampilkan persamaan bahasa, adat
kebiasaan, wilayah, sejarah, sikap dan sistem politik, serta telah mengembangkan subkulturnya
sendiri. Kelompok etnis tersebar di seluruh Kepulauan Nusantara.
Secara garis besar, kelompok etnis (suku bangsa) yang ada di Indonesia adalah sebagai
berikut.
1) Pulau Sumatera antara lain didiami oleh beberapa suku bangsa seperti Suku Aceh,
Minangkabau, Melayu, Bengkulu, Batak, Mentawai, Nias, Palembang, dan Lampung.
2) Pulau Kalimantan antara lain didiami oleh Suku Dayak, Banjar, Melayu, dan sebagainya.
3) Pulau Jawa antara lain didiami oleh Suku Jawa, Sunda, Badui, Tengger, Samin, dan Betawi.
4) Pulau Sulawesi antara lain didiami oleh Suku Minahasa, Sangir, Bolang Mangondo,
Gorontalo, Toraja, Buton, Bugis, Makassar, dan Mandar.
5) Pulau Bali antara lain didiami oleh Suku Bali Aga (Bali Asli) dan orang Bali pendatang.
6) Wilayah Maluku antara lain didiami oleh Suku Ambon, Kei, Tual, Dobo, Morotai, dan
sebagainya.
7) Pulau Papua antara lain didiami oleh Suku Sasak, Dompu, Alor, dan sebagainya.

Kelompok Sosial Keagamaan


Dalam masyarakat Indonesia yang multikultural, perbedaan agama merupakan salah satu
kekayaan bangsa. Agama-agama yang dianut masyarakat Indonesia adalah agama Islam, Hindu,
Buddha, Katolik, Protestan, Kong Hu Chu dan berbagai aliran kepercayaan.
Adanya perbedaan-perbedaan keyakinan tersebut, maka timbullah kelompok-kelompok
sosial baik yang formal maupun informal berdasarkan keyakinan terhadap agama tertentu, seperti
MUI (Majelis Ulama Indonesia), KWI (Konferensi Wali Gereja Indonesia), PHDI (Parisada
Hindu Dharma Indonesia) dan WALUBI (Perwalian Umat Buddha Indonesia).
Kelompok Sosial berdasarkan Stratifikasi Sosial
Dewasa ini kelompok-kelompok sosial berdasarkan stratifikasi sosial ditentukan bukan
hanya oleh aspek ekonomi semata, melainkan juga aspek profesionalitas seseorang. Keinginan
untuk maju menyebabkan pendidikan mendapat tempat yang penting dalam kehidupan
masyarakat industri. Orang yang memiliki pendidikan tinggi akan menempati strata atas,
sedangkan orang yang berpendidikan rendah akan ditempatkan pada strata bawah. Oleh karena
itu, kelompok-kelompok sosial berdasarkan profesi, hobi, atau kegemaran bermunculan dalam
masyarakat perkotaan di Indonesia.

Berkaitan dengan penjelasan kelompok sosial di atas, berikut ini bentuk-bentuk struktur
sosial yang ada dalam masyarakat multikultural.
v Struktur sosial yang terinterseksi (intersected social structure)
Kelompok-kelompok sosial yang ada dalam masyarakat dapat menjadi wadah
beraktivitas dari orang-orang yang berasal dari berbagai latar belakang sukubangsa, agama, ras,
dan aliran. Dalam bentuk struktur sosial yang demikian keanggotaan para anggota masyarakat
dalam kelompok sosial yang ada saling silang-menyilang sehingga terjadi loyalitas yang juga
silang-menyilang (cross-cutting affiliation dan cross-cutting loyalities). Bentuk struktur yang
terinterseksi mendorong terjadinya integrasi sosial dalam masyarakat multikultural.

v Struktur sosial yang terkonsolidasi (consolidated social structure)


Dalam bentuk struktur yang demikian, kelompok-kelompok sosial yang ada hanya
mewadahi orang-orang yang berlatar belakang sukubangsa, agama, ras, atau aliran yang sama,
sehingga terjadi tumpang tindih parameter dalam pemilahan struktur sosial. Orang Bali akan
identik dengan orang Hindu, orang Melayu identik dengan orang Islam, partai tertentu identik
dengan orang Islam, partai yang lain identik dengan orang Kristen, dan seterusnya. Bentuk
struktur sosial yang semacam ini akan menghambat terjadinya integrasi sosial dalam masyarakat
multikultural, karena akan terjadi pertajaman prasangka antar-kelompok. Struktur sosial terpilah
dengan parameter yang tumpang tindih, pemilahan berdasarkan sukubangsa tumpang tindih
dengan pemilahan berdasrkan agama, ras, aliran, atau kelas-kelas sosial dan ekonomi. Ikatan
dalam kelompok dalam akan sangat kuat, tetapi akan menimbulkan prasangka terhadap
kelompok luarnya.

BAB III
KESIMPULAN

Kelompok sosial adalah kumpulan orang yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan
dan saling berinteraksi. Kelompok sosial diciptakan oleh anggota masyarakat. Kelompok sosial
juga dapat memengaruhi perilaku para anggotanya.
Berbagai macam kelompok atau asosiasi dalam masyarakat multikultural antara lain
digolongkan berdasarkan etnis, agama, dan stratifikasi sosial.
Dampak yang ditimbulkan dari adanya kelompok sosial dalam masyarakat multikultural
adalah dapat menimbulkan konflik antar anggota masing-masing kelompok. Karena dalam
kehidupan masyarakat multikultural sering tidak dapat dihindari berkembangnya paham-paham
atau cara hidup yang didasarkan pada etnosentrisme, primordialisme, aliran, sektarianisme, dan
sebagainya. Paham-paham tersebutlah yang terkadang menjadi penghambat integrasi bangsa.

DAFTAR PUSTAKA

Multikulturalisme. http://id.wikipedia.org/wiki/Multikulturalisme diunduh pada tanggal 16


november 2010 pukul13.48
Horton, paul B. dan Chester L. Hunt. 1984. Sosiologi. Pentj Aminudin Ram dan Tita sobari.
Jakarta: Erlangga.
Susanto, Agus. 2009. Kelompok Sosial Dalam Masyarakat Multikultural. Diunduh
darihttp://agsasman3yk.wordpress.com/2009/12/13/kelompok-sosial-dalam-masyarakat-
multikultural/ pada tanggal 16 november 2010 pukul 13.59.
Syam, Nur. 2008. Tantangan Multikulturalisme Indonesia. Yogyakarta: Kanisius
Horton, paul B. dan Chester L. Hunt. 1984. Sosiologi. Pentj Aminudin Ram dan Tita sobari.
Jakarta: Erlangga
Susanto, Agus. 2009. Kelompok Sosial Dalam Masyarakat Multikultural. Diunduh dari
http://agsasman3yk.wordpress.com/2009/12/13/kelompok-sosial-dalam-masyarakat-
multikultural/ pada tanggal 16 november 2010 pukul 13.59.
Syam, Nur. 2008. Tantangan Multikulturalisme Indonesia. Yogyakarta: kanisius
KELOMPOK SOSIAL DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL

A. Pengertian Kelompok Sosial

Secara sosiologis, pengertian kelompok sosial adalah suatu kumpulan orang orang
yang mempunyai hubungan dan saling berinteraksi satu sama lain dan dapat
mengakibatkan tumbuhnya perasaan bersama. Selain definisi tersebut, ada beberapa ahli
yang memberikan definisi mengenai kelompok sosial.

1. Joseph S. Roucek dan Roland S. Warren

Kelompok sosial adalah suatu kelompok yang meliputi dua atau lebih manusia, yang di
antara mereka terdapat beberapa pola interaksi yang dapat dipahami oleh para
anggotanya atau orang lain secara keseluruhan.

2. D. A. Wila Huky

Kelompok sosial adalah suatu unit yang terdiri atas dua orang atau lebih yang saling
berinteraksi satu sama lainnya.

3. Mayor Polak

Kelompok sosial adalah suatu group, yaitu sejumlah orang yang saling berhubungan satu
sama lain dan antar hubungan itu bersifat sebagai struktur sosial.

Beberapa ciri dasar dari suatu kelompok. Menurut D. A. Wila Huky, sebagai berikut :

1. Kelompok selalu terdiri atas paling sedikit dua orang dan dapat terus bertambah
jumlah anggotanya

2. Kelompok kelompok sebenarnya tidak selalu terbentuk karena memenuhi persyaratan


jumlah anggotanya, yang terpenting adalah di antara mereka ada saling interaksi dan
komunikasi.

3. Komunikasi dan interaksi yang merupakan unsur pokok suatu kelompok harus bersifat
timbal balik.

4. Kelompok kelompok itu bisa sepanjang hidup atau jangka panjang, tetapi juga bisa
bersifat sementara atau jangka pendek.

5. Kelompok dan ciri kehidupan kelompok juga dapat ditemukan di antara kehidupan
binatang.

6. Minat dan kepentingan bersama merupakan warna utama pembentukan kelompok.


7. Pembentukan kelompok dapat berdasarkan pada situasi yang beraneka ragam.

8. Kelompok merupakan satu kesatuan dalam dirinya sendiri.

B. Proses Terbentuknya Kelompok Sosial

Menurut Abdul Syani, terbentuknya suatu kelompok sosial karena adanya naluri
manusia yang selalu ingin hidup bersama. Anderson dan Parker menekankan bahwa
kelompok adalah kesatuan dari dua atau lebih individu yang mengalami interaksi
psikologis satu sama lain.Ada dua hasrat poko yang dimiliki manusia sehingga ia
terdorong untuk hidup berkelompok, yaitu :

1. Hasrat untuk bersatu dengan manusia lain di sekitarnya.

2. Hasrat untuk bersatu dengan situasi alam sekitarnya.

C. Syarat Kelompok Sosial

Beberapa persyaratan sebuah kelompok sosial, adalah sebagai berikut.

1. Setiap anggota harus sadar bahwa dia merupakan bagian dari kelompok yang
bersangkutan.

2. Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan yang lainnya.

3. Ada suatu factor yang dimiliki bersama sehingga hubungan antara mereka bertambah
erat.

4. Berstruktur, berkaidah, dan mempunyai pola prilaku.

5. Bersistem dan berproses.

D. Ciri Dasar Kelompok Sosial

Ciri ciri dasar dari kelompok sosial adalah sebagai berikut :

1. Terdiri atas dua orang dan terus bertambah.

2. Terdapat komunikasi dan interaksi.

3. Ada minat dan kepentingan bersama.

4. Adanya motif yang sama dari anggota untuk membentuk kelompok.


5. Adanya kecakapan yang berbeda beda dari anggota kelompok.

6. Mempunyai struktur yang tegas.

7. Adanya kaidah kaidah yang mengatur, serta

8. Setiap anggota merasa dirinya sebagai bagian dari kelompoknya.

E. Faktor Pembentuk Kelompok Sosial

Dua faktor utama yang tampaknya mengarahkan pilihan adalah sebagai berikut.

1. Kedekatan

Pengaruh tingkat kedekatan atau kedekatan geografis terhadap keterlibatan seseorang


dalam sebuah kelompok tidak bisa diukur.

2. Kesamaan

Pembentukkan sosial tidak hanya tergantung pada kedekatan fisik, tetapi juga kesamaan
di antara anggota anggotanya.

Faktor faktor yang mendorong mantapnya suatu kelompok sosial adalah :

1. Interaksi antara orang orang yang ada dalam kumpulan atau kerumunan.

2. Ikatan emosional sebagai pernyataan bersama.

3. Tujuan atau kepentingan yang dipatuhi dalam rangka mencapai tujuan, dan

4. Norma yang diakui oleh mereka yang terlibat di dalamnya.

F. Macam macam Kelompok Sosial

Macam macam kelompok sosial dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam,


yaitu :

1. Berdasarkan besar kecilnya anggota kelompok.

2. Berdasarkan derajat interaksi dalam kelompok.

3. Berdasarkan kepentingan dan wilayah.

4. Berdasarkan kelangsungan kepentingan.


5. Berdasarkan derajat organisasi.

G. Kelompok Sosial Dipandang dari Sudut Individu

Pada masyarakat yang kompleks, biasanya setiap manusia tidak hanya mempunyai
satu kelompok sosial di mana ia menjadi anggotanya. Terbentuknya kelompok kelompok
sosial ini biasanya didasari oleh kekerabatan, usia, seks, pekerjaan, atau kedudukan.
Keanggotaan setiap kelompok sosial tersebut akan memberikan kedudukan dan prestise
tertentu.

H. Kelompok Sosial yang Teratur dan Tidak Teratur

Termasuk kelompok sosial yang teratur adalah in group dan out group,
kelompok primer dan kelompok sekunder, paguyuban dan patembayan, formal group dan
informal group, membership group dan reference group, serta kelompok okupasional dan
volunteer. Adapun kelompok sosial yang tidak teratur, antara lain kerukunan dan publik.

I. Masyarakat Setempat (Community)

Masyarakat setempat adalah suatu masyarakat yang bertempat tinggal di suatu


wilayah (dalam arti geografi) dengan batas batas tertentu. Beberapa unsur perasaan
komunitas adalah sebagai berikut.

1. Seperasaan

2. Sepenanggungan

3. Saling memerlukan

Dalam mengklasifikasikan masyarakat setempat dapat digunakan empat criteria yang


saling berhubungan, yaitu :

1. Jumlah penduduk.

2. Luas, kekayaan, dan kepadatan penduduk daerah pedalaman.

3. Fungsi fungsi khusus masyarakat setempat terhadap seluruh masyarakat.

4. Organisasi masyarakat yang bersangkutan.


J. Kelompok Kecil (Small Group)

Kelompok kecil adalah suatu kelompok yang teoretis terdiri atas dua orang yang saling
berhubungan untuk memenuhi tujuan tujuan tertentu dan yang menganggap hubungan
itu sendiri penting baginya. Oleh karena itu, kelompok kecil merupakan wadah bagi orang
yang mempunyai kepentingan kepentingan yang sama. Kelompok ini selalu timbul dalam
kerangka organisasi yang lebih besar dan luas. Misalnya, keluarga batih.

K. Dinamika Kelompok Sosial

Beberapa penyebab perubahan struktur kelompok sosial yang disebabkan factor dari
luar adalah sebagai berikut :

1. Perubahan situasi, yaitu keadaan dimana kelompok sosial berada.

2. Pergantian anggota kelompok.

3. Perubahan kondisi sosial kelompok.

Keadaan tidak stabil dalam suatu kelompok dapat terjadi karena faktor faktor berikut.

1. Konflik antar individu atau antar kelompok.

2. Konflik antar bagian dalam kelompok karena tidak adanya keseimbangan antara
kekuatan kekuatan didalam kelompok.

3. Sebagian atau segolongan dalam kelompok yang ingin berebut kekuasaan.

4. Adanya kepentingan yang tidak seimbang sehingga timbul ketidakadilan.

5. Perbedaan paham tentang cara memenuhi tujuan kelompok.

Faktor lain yang memungkinkan terjadinya kestabilan adalah sebagai berikut :

- Faktor kepemimpinan, dan

- Faktor ideology

L. Konsekuensi Perubahan Sosial, Ekonomi, Politik, dan Budaya terhadap Perkembangan


Kelompok Sosial

1. Sosial

System kekerabatan sudah mulai memudar dan digantikan dengan kelompok


kelompok sosial yang bersifat resmi. Hubungan yang erat hanya terdapat pada lingkungan
keluarga. Nilai nilai kehidupan sosial sudah berdasarkan nilai kontrak kerja dan nilai
individualistis.

2. Ekonomi

Ekonomi merupakan aspek yang berhubungan dengan upaya manusia dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidupnya. Bagi masyarakat kota, perkembangan ekonominya dapat
dilihat dari pembangunan pasar swalayan dan pusat pusat perbelanjaan yang dilengkapi
dengan berbagai fasilitas yang memudahkan orang untuk bertransaksi.

Bagi masyarakat desa, perkembangan ekonominya relative lebih lambat.


Masyarakatnya akan cenderung mempertahankan system lama, dengan alas an lebih
mudah dan dianggap aman.

3. Politik

Tingkat kesadaran politik masyarakat desa lebih rendah daripada masyarakat kota.
Adanya perkembangan system komunikasi dan informasi yang semakin canggih
menyebabkan masyarakat kota lebih kritis terhadap kehidupan politik. Partai partai
politik pun semakin berkembang menyatukan masyarakat yang mempunyai ideology yang
sama.

4. Budaya

Perkembangan budaya masyarakat desa cenderung lebih lambat daripada masyarakat


kota. Budaya budaya lama akan cenderung bertahan lebih lama. Hal ini berbeda dengan
masyarakat kota yang terbuka terhadap berbagai macam perubahaan sosial.

M. Kelompok Sosial Merupakan Salah Satu Unsur Struktur Sosial

Struktur sosial memiliki empat ukuran dasar, yaitu:

1. Status Sosial

Status sosial merupakan kedudukan atau posisi sosial seseorang dalam kelompok
masyarakat, yang meliputi keseluruhan posisi sosial yang terdapat dalam suatu kelompok
besar masyarakat, dari yang paling rendah hingga yang paling tinggi.

Status terbagi menjadi tiga, yaitu :

a. Ascribed status

Adalah status yang diberikan kepada seseorang oleh masyarakat tanpa memandang bakat
atau karakteristik unik orang tersebut atau didapat secara otomatis (keturunan).

b. Achieved status
Adalah status yang didapat seseorang melalui usaha usahanya sendiri.

c. Assigned status

Adalah status yang diberikan kepada seseorang karena telah berjasa melakukan sesuatu
untuk masyarakat.

2. Peran Sosial

Peran sosial merupakan seperangkat harapan terhadap seseorang yang menempati


suatu posisi atau status sosial tertentu. Peran merupakan komponen yang penting dalam
struktur sosial sebab peran memberikan sumbangan pada stabilitas masyarakat dengan
cara memampukan tindakan tindakan mereka sendiri.

3. Kelompok Sosial

Kelompok sosial merupakan sejumlah orang yang memiliki norma norma, nilai
nilai, dan harapan yang sama, serta secara sadar dan teratur saling berinteraksi.

Menurut Robert Bierstedt, terdapat dua jenis kelompok sosial, yaitu :

a. Kelompok sosial yang teratur

b. Kelompok sosial yang tidak teratur

4. Lembaga/Institusi

Di dalam sosiologi, yang dimaksud dengan lembaga adalah suatu system norma untuk
mencapai suatu tujuan atau kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat. Tipe tipe lembaga
sebagai berikut :

a. Berdasarkan perkembangannya

1) Crescive institution, yaitu lembaga lembaga primer yang tak sengaja tumbuh dari adat
istiadat masyarakat

2) Enacted institution, yaitu lembaga yang sengaja dibentuk untuk memenuhi tujuan
tertentu yang berakar dari kebiasaab kebiasaan masyarakat.

b. Berdasarkan sistem nilai yang diterima masyarakat

1) Basic institution, yaitu lembaga yang sangat penting untuk memelihara dan
mempertahankan tata tertib dalam masyarakat.
2) Subsidiang institution, yaitu lembaga yang dianggap kurang penting dibanding basic
institution, hanya sebagai pelengkap dan penunjang saja.

c. Berdasarkan penerimaan masyarakat

1) Approved socially sanctioned institution, yaitu lembaga lembaga yang sudah diterima
masyarakat.

2) Unsanctioned institution, yaitu lembaga yang ditolak oleh masyarakat, meskipun


masyarakat tidak berhasil memberantasnya.

d. Berdasarkan penyebarannya

1) Generasi institution, yaitu lembaga yang menhimpun pola, tata cara yang diperlukan
untuk mencapai tujuan lembaga.

2) Regulative institution, yaitu lembaga yang bertujuan untuk mengawasi adat istiadat atau
tata kelakuan yang tidak menjadi bagian mutlak lembaga itu.

Keanekaragaman individu yang berinteraksi dalam masyarakat ini disebut


perbedaan sosial. Secara umum, perbedaan sosial dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

a. Secara horizontal (diferensiasi)

Adalah perbedaan yang dikaitkan dengan interaksi, tetapi tidak menunjukan adanya
tingkatan lebih tinggi atau lebih rendah

b. Secara vertical (stratifikasi)

Adalah perbedaan sosial yang menunjukkan adanya tingkatan yang berbeda dalam
masyarakat.

1. Diferensiasi Sosial

Adalah proses penempatan orang orang dalam berbagai kategori sosial yang bebas,
yang didasarkan pada perbedaan perbedaan yang diciptakan secara sosial. Ciri ciri
fisik dan nonfisik berbeda beda.

a. Ciri fisik, seperti bentuk dan tinggi tubuh, raut muka, warna kulit, warna rambut, dan
lain lain.

b. Ciri sosial budaya, antara lain kecerdasan, motivasi, dedikasi, minat, dan bakat.
Ada beberapa bentuk diferensisai sosial, yaitu :

a. Ras dan Etnik

Menurut Banton (1967), ras merupakan suatu tanda peran, perbedaan fisik yang dijadikan
dasar untuk mendapatkan peran yang berbeda beda. Ragam ras diklasifikasikan oleh A.
L. Kroeber sebagai berikut.

1) Ras Austroloid

2) Ras Mongoloid

3) Ras Kaukasoid

4) Negroid

5) Bushman

6) Vedoid

7) Polynesia

8) Ainu

Menurut Francis, kelompok etnik adalah suatu komunitas yang menampilkan persamaan
bahasa, adat istiadat, kebiasaan, wilayah, bahkan sejarah.

b. Agama dan Kepercayaan

Menurut A. Lang dalam teori firman Tuhan, kepercayan terhadap dewa tertinggi
merupakan bentuk religi manusia tertua, hal ini dibuktikan dengan banyaknya karya
sastra rakyat di berbagai suku bangsa di dunia selalu ditemui adanya tokoh seorang dewa
yang dianggap dewa tertinggi, pencipta seluruh alam semesta beserta isinya dan penjaga
ketertiban alam dan kesusilaan.

c. Gender (jenis kelamin)

Jenis kelamin merupakan ciri fisik yang dibawa sejak lahir dan tidak ditentukan sendiri
oleh individu berdasarkan keinginannya.

d. Profesi
Adalah jenis pekerjaan yang dilakukan dengan menggunakan teknik atau keterampilan
secara intelektual.

e. Klan (clan)

Menurut Koentjaraningrat, klan adalah suatu kelompok kekerabatan yang terjadi atas
semua keturunan dari seorang nenek moyang yang diperhitungkan melalui garis
keturunan sejenis, yaitu keturunan warga warga pria atau wanita.

f. Suku Bangsa

Adalah kelompok masyarakat dengan corak kebudayaan yang khas. Atau secara lengkap
dikemukakan bahwa suku bangsa adalah golongan manusia yang terikat oleh kesadaran
atau jati diri mereka akan kesatuan kebudayaan mereka sehingga kesatuan kebudayaan
tidak ditentukan oleh orang luar, tetapi oleh warga kebudayaan yang bersangkutan.

2. Stratifikasi Sosial

Istilah stratifikasi berasal dari kata bahasa Latin, yaitu struktur (bentuk tunggal) dan
strata (bentuk jamak), yang artinya lapisan. Pendapat para ahli antara lain :

a. Menurut Patirim A. Sorokin, sistem stratifikasi sosial adalah perbedaan penduduk atau
masyarakat ke dalam kelas kelas secara bertingkat, yang diwujudkan dalam kelas tinggi,
sedang dan rendah.

b. Menurut Bruce J. Cohen, stratifikasi sosial adalah sistem yang menempatkan seseorang
sesuai dengan kualitas yang dimiliki dan menempatkan mereka pada kelas sosial yang
sesuai.

c. Menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, stratifikasi sosial adalah system
perbedaan status yang berlaku dalam suatu masyarakat.

Macam macam stratifikasi sosial dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

a. Berdasarkan status yang diperoleh secara alami

Stratifikasi berdasarkan perbedaan usia (age stratification).

b. Berdasarkan status yang diperoleh melalui serangkaian usaha

1) Stratifikasi status dalam pendidikan

2) Stratifikasi dalam bidang pendidikan

3) Stratifikasi dalam bidang ekonomi


Stratifikasi sosial dalam masyarakat secara nyata dapat dilihat dalam beberapa bidang,
antara lain :

a. Pelapisan sosial dalam bidang ekonomi

b. Pelapisan sosial dalam hal status sosial

c. Pelapisan sosial dalam bidang politik

N. Pengertian Masyarakat Multikultural

1. Pengertian Masyarakat Multikultural

Konsep masyarakat multicultural sebenarnya relative baru. Sekitar 1970-an, gerakan


multicultural muncul pertama kali di Kanada, kemudian diikuti Australia, Amerika
Serikat, Inggris, Jerman, dan lainnya (Sirry,2003;Busthami,2004;dan Suparlan,2004).

Beberapa pengertian masyarakat multicultural (majemuk).

a. J. S. Furnivall

Furnivall mengemukakan bahwa masyarakat multicultural merupakan masyarakat yang


terdiri atas dua atau lebih komunitas (kelompok) yang secara cultural dan ekonomi
terpisah pisah serta memiliki struktur kelembagaan yang berbeda beda satu sama lain.

b. Dr. Nasikun

Menyatakan bahwa masyarakat majemuk merupakan suatu masyarakat yang menganut


berbagai sistem nilai yang dianut berbagai kesatuan sosial, yang menjadi bagian
bagiannya.

c. Clifford Geertz
Berpendapat bahwa masyarakat majemuk adalah masyarakat yang terbagi bagi dalam
subsistem subsistem yang lebih kurang berdiri sendiri sendiri dan terikat dalam ikatan
primordial.

d. Van den Berg

Menyatakan bahwa masyarakat majemuk mempunyai ciri ciri, yaitu :

1. Mengalami segmentasi

2. Memiliki struktur sosial yang terbagi bagi

3. Kurang mengembangkan consensus mengenai nilai nilai yang bersifat dasar

4. Secara relatif sering mengalami konflik konflik antara satu kelompok dengan yang
lain

5. Secara relatif tumbuh integrasi sosial di atas paksaan (coercion) dan saling
ketergantungan di bidang ekonomi

6. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok kelompok yang lain.

Masyarakat multikultural secara sederhana adalah masyarakat yang memiliki


beragam kebudayaan yang berbeda beda. Di Indonesia terdapat berbagai macam
kebudayaan yang berasal dari hamper seluruh suku bangsa. Hal ini mungkin terwujud
sebagai masyarakat multicultural apabila warganya dapat hidup berdampingan, toleransi,
dan saling menghargai.

Upaya membangun Indonesia yang multicultural hanya mungkin dapat terwujud


jika meliputi syarat sebagai berikut. Pertama, konsep multikulturalisme menyebar luas
dan dipahami pentingnya bagi bangsa Indonesia serta adanya keinginan bangsa Indonesia
pada tingkat nasional maupun local untuk mengadopsi dan menjadi pedoman hidupnya.
Kedua, kesamaan pemahaman di antara para ahli mengenai makna multikulturalisme dan
bangunan konsep konsep yang mendukungnya. Ketiga, upaya upaya yang dapat
dilakukan untuk dapat mewujudkan cita cita.

2. Macam macam Masyarakat Multikultural

Masyarakat majemuk terdiri atas beberapa macam, yaitu :


a. Masyarakat majemuk dengan kompetisi seimbang

b. Masyarakat majemuk dengan mayoritas dominan

c. Masyarakat majemuk dengan minoritas dominan

d. Masyarakat majemuk dengan fragmentasi

Struktur masyarakat Indonesia mempunyai duas cirri khas. Secara horizontal


masyarakat Indonesia memiliki perbedaan perbedaan suku bangsa, agama, serta
kedaerahan. Secara vertical struktur masyarakat Indonesia terdapat perbedaan
perbedaan anatara lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup tajam.

Primordialisme berarti kesetiaan tradisional, yaitu sikap masyarakat yang


berpegang teguh pada hal-hal yang dibawa sejak lahir (kecil), seperti kesuku bangsaan,
keagamaan, adat istiadat, dan sebagainya oleh seseorang dalam kelompoknya yang
kemudian meluas dan berkembang.

3. Konsep Multikulturalisme dan Persebarannya

Konsep multikulturalisme tidaklah dapat disamakan dengan konsep keanekaragaman


secara suku bangsa atau kebudayaan suku bangsa yang menjadi ciri khas masyarakat
majemuk. Di Amerika Serikat, berbagai gejolak untuk menyamakan hak bagi golongan
minoritas, yaitu kulit hitam dan kulit berwarna mulai muncul di akhir tahun 1950-an.

Di tahun 1970-an upaya-upaya untuk mencapai kesederajatan dalam perbedaan


mengalami berbagai hambatan karena corak kebudayaan kulit putih yang Protestan dan
dominan itu berbeda dengan corak kebudayaan orang kulit hitam, orang Indian atau
pribumi amerika, serta dari berbagai kebudayaan bangsa dan suku bangsa yang tergolong
minoritas sebagaimana yang dikemukakan oleh Nieto(1992).

4. Pemahaman tentang Multikulturalisme

Akar kata dari multikulturalisme adalah kebudayaan. Pengertian kebudayaan di


antara para ahli harus dipersamakan atau setidak-tidaknya tidak dipertentangkan antara
konsep satu dengan konsep yang lainnya. Dengan manajemen pengelolaan sumber daya
akan dapat menyingkap dan mengungkapkan seperti apa corak nilai-nilaibudaya dan
operasionalisasi nilai-nilai budaya tersebut atau etos budaya dalam
pengelolaanmanajemen yang dikaji.
Kajia-kajian seperti ini bukan hanya menyingkap dan mengungkapkan ada tidaknya
atau bercorak seperti apa nilai-nilai budaya yang berlaku dan etika yang digunakan
sebagai pedoman dalam pengelolaan manajemen suatu kegiatan, organisasi, lembaga, atau
pranata, tetapi juga akan mampu memberikan pemecahan yang terbaik mengenai
pedoman etika yang seharusnya digunakan menurut konteks jenis kegiatan dan organisasi.

Dengan cara ini maka konsep-konsep, teori-teori, dan metodologi yang berkenaan
dengan kajian mengenai multikulturalisme, masyarakat multicultural, dan perubahan
yang berkaitan dengan itu semua akan dapat dikembangkan dan dipertajam sehingga
bersifat operasional di lapangan.

O. Hubungan Kelompok Sosial dengan Masyarakat Multikultural

Hubungan antar kelompok sosial dengan masyarakat multicultural adalah saling


berkaitan (erat sekali) sebab dalam suatu masyarakat, kita pasti menemukan dua atau
lebih kelompok sosial yang berbeda-beda berkenaan dengan tingkat diferensiasi dan
statifikasi sosialnya. Masyarakat Indonesia sangat kaya., suatu hal yang membanggakan
adalah bahwa meskipun tingkat perbedaannya tinggi, akan tetapi tetap kokoh sebagai
suatu kesatuan. Hal ini berdasarkan pad aide atau cita-cita yang terdapat pada lembaga
Negara yang dilengkapi dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.

Meskipun dengan semboyan demikian, bukan berarti di dalam masyarakat Indonesia


yang multicultural itu tidak terjadi gejolak-gejolak yang mengarah kepada perpecahandi
segala bidang.
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG MASALAH


Dunia ini di isi oleh penduduk dengan bermacam-macam perbedaan. Perbedaan tersebut
mencangkup agama, profesi, jenis kelamin, dan wilayah. Walaupun sebenarnya tak hanya itu
saja perbedaan yang ada, masih ada perbedaan yang bisa dilihat dan tak bisa dilihat. Namun
perbedaan yanng ada tak sepenuhnya membuat mereka terpecah-pecah atau berdiri sendiri.
Mereka mencari persamaan-persamaan untuk membuat sebuah kelompok walaupun ada hal yang
berbeda. Sebab manusia secara kodrati sebagai makhluk sosial sehingga ingin hidup
berkelompok.
Banyak sekali kelompok sosial yang ada dalam masyarakat. Kelompok kelompok sosial
yang beraneka ragam tersebut membentuk sebuah masyarakat yang multikultur. Proses mobilitas
sosial (geografis) yang tinggi sebagaimana terjadi dewasa ini menyebabkan terbentuknya
masyarakat sebagai sebuah kenyataan sosial yang multietnik, multikultur, multireligi, dan
sebagainya. Intinya sebuah masyarakat yang sangat plural. Pluralitas masyarakat menjadi
kenyataan sosial yang sulit di pungkiri dan di tolak.
Sehingga makalah ini akan menjelaskan dan menggambarkan mengenai kelompok sosial
yang ada dalam masyarakat multikultural.

2. RUMUSAN MASALAH
A. Apa definisi dan macam-macam dari kelompok sosial?
B. Apa definisi dari masyarakat multikultural?
C. Bagaimana kelompok sosial dalam masyarakat multikultural yang ada di berbagai negara?

3. TUJUAN
A. Untuk mengetahui definisi dan macam-macam dari kelompok sosial.
B. Untuk mengetahui definisi dari masyarakat multikultural.
C. Untuk mengetahui kelompok sosial dalam masyarakat multikultural yang ada di berbagai
negara.
BAB II
PEMBAHASAN
1. KELOMPOK SOSIAL
A. Pengertian kelompok sosial
Secara sosiologis istilah kelompok mempunyai pengertian sebagai suatu
kumpulan dari orang-orang yang mempunyai hubungan dan berinteraksi, di mana dapat
mengakibatkan tumbuhnya perasaan bersama. Dalam buku Sociology An Introduction. Joseph S.
Roucek dan Roland L. Warren (1984), menyatakan bahwa satu kelompok meliputi dua atau lebih
manusia yang di antara mereka terdapat beberapa pola interaksi yang dapat dipahami oleh para
anggotanya atau orang lain secara keseluruhan.
Menurut Wila Huky (1982), bahwa kelompok merupakan suatu unit yang terdiri
dari dua orang atau lebih, yang saling berinteraksi atau saling berkomunikasi. Huky lebih rinci
menjelaskan beberapa ciri dasar dari suatu kelompok, yaitu sebagai berikut :
1. Kelompok selalu terdiri dari paling sedikit dua orang dan terus dapat bertambah menjadi lebih
dari itu.
2. Kelompok berisikan saling interaksi dan komunikasi.
3. Komunikasi dan interaksi yang merupakan unsure pokok suatu kelompok, harus bersifat
timbale balik.
4. Kelompok-kelompok itu bisa sepanjang hidup atau jangka panjang, tetapi juga bisa bersifat
sementara atau jangka pendek.
5. Minat dan kepentingan bersama merupakan warna utama pembentukan kelompok.
Menurut Abdul Syani (1987), bahwa ada sejumlah rangkaian atau sistem yang dapat
menyebabkan kelompok dikatakan struktur, yaitu :
1. Adanya sistem dari status-status para anggotanya, seperti sebuah organisasi pemuda misalnya.
Ia memiliki susunan pengurus yang merupakan suatu rangkaian yang bersifat hierarkis.
2. Terdapat atau berlakunya nilai-nilai, norma-norma(kebudayaan) dalam mempertahankan
kehidupan kelompoknya, artinya struktur selalu diutamakan kestabilannya.
3. Terdapat peranan-peranan sosial (social role) yang merupakan aspek dinamis dari struktur.
Sampai sejauh itu artian suatu kelompok tidak hanya berarti satu model; di samping
kelompok didasarkan pada struktur,ada juga kelompok yang hidup tanpa struktur. Kelompok
yang tanpa struktur dapat disebut sebagai kolektivitas, misalnya sekelompok pemuda yang
sedang berkumpul di tepi jalan. Kelompok semacam ini tidak berstruktur, oleh karena
didalamnya tidak terdapat susunan rencana kerja,tidak terdapat aturan-aturan yang disetujui
bersama dan tanpa adanya status yang mengatur kelompoknya

Proses Terbentuknya Kelompok Sosial

Terbentuknya suatu kelompok sosialkarena adanya naluri manusia yang selalu ingin hidup
bersama; itulah sebabnya maka dalam masyarakat manusia dapat dipersamakan dengan
masyarakat binatang. Manusia sejak dilahirkan di dunia ini sudah mempunyai kecenderungan
atas dasar dorongan nalurinya secara biologis untuk hidup berkelompok.

Ada dua hasrat pokok yang dimiliki manusia sehingga ia terdorong untuk hidup berkelompok,
yaitu:

1. Hasrat untuk bersatu dengan manusia-manusia lain disekitarnya.


2. Hasrat untuk bersatu dengan situasi alam sekitarnya.
Proses hidup manusia dalam kedua hasrat itu tidak selamanya akan dialami dengan segala
kemudahan,malahan justru kesulitan dan tantangan yang akan banyak ditemui. Manusia harus
dapat menggunakan akal dan perasaannya yang sehat, baik dalam usaha memenuhi kebutuhan
jasmaninya, maupun memenuhi kebutuhan rohaninya.

Dalam proses yang tidak begitu panjang pasti manusia akan berhubungan dengan manusia
lainnya (aksi); kemudian oleh karena manusia lainnya itu mempunyai kehendak, kepentingan
dan perasaan yang sama, maka orang lain tersebut segera akan menerimanya dengan hidup
bersama (reaksi). Kesemuanya itu akhirnya menimbulkan kehidupan kelompok yang dinamakan
kelompok sosial (social-group). Kelompok-kelompok sosial tersebut merupakan kesatuan-
kesatuan dari manusia yang hidup bersama, dengan hasrat yang sama, bekerja bersama, perasaan
yang sama dan tujuan yang sama. Jadi perasaan persatuan dalam kelompok sosial baru akan
tercapai apabila setiap anggota kelompok mempunyai pandangan yang sama tentang masa depan
yang bersama, dan dengan sadar di antara mereka mengetahui tugas-tugas dan syarat-syarat
untuk mewujudkan masa depannya itu.
Menurut Soerjono Soekanto,bahwa himpunan manusia baru dapat dikatakan sebagai
kelompok sosial apabila memenuhi persyaratan tertentu, yaitu antara lain :

1. Setiap anggota kelompok tersebut harus sadar bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok
yang bersangkutan,
2. Ada hubungan timbale balik antar anggota yang satu dengan anggota lainnya dalam kelompok
itu,
3. Ada suatu faktor yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota kelompok itu, sehingga
hubungan antara mereka bertambah erat,
4. Berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku.
Macam-macam Kelompok Sosial
Beberapa kelompok sosial; paling tidak, dapat dikenal tentang cirri-ciri dari masing kelompok
sosial tersebut.

1. Kelompok kekerabatan
Kelompok kekerabatan ditandai dengan hubungan antar anggota saling mengenal secara
mendalam. Biasanya terdiri dari anggota keluarga, atau atas dasar pekerjaan dan status sosial.
Ukuran paling utama bagi kelompok kekerabatan ini adalah individu lebih dekat atau tertarik
dengan kehidupan keluarga, tetangga atau individu lain yang dianggap dapat berfungsi membina
kerukunan sosial dalam kehidupan mereka. ciri lain yang secara tidak disadari bahwa kelompok
ini kadang-kadang bersifat pamrih.
2. Kelompok utama dan kelompom sekunder
Menurut C.Horton Cooley kelompok utama (primary group) ditandai dengan ciri-ciri
saling mengenal antara anggotanya serta kerja sama yang bersifat pribadi. Menurutnya ada syarat
kelompok primer yaitu anggota kelompok secara fisik berdekatan satu sama lainnya, kedua
jumlah anggota kelompok sedikit, ketiga hubungan antara anggota kelompok bersifat langgeng.
Kelompok sekunder dicirikan dengan ukuran besar, hubungan bersifat tidak pribadi dan
jauh antara sesama anggota, sedikit komunikasi tatap muka, bersifat temporer, anggota tidak
saling mengenal secara baik, bersifat lebih formal, keputusan kelompok lebih rasional.
3. Gemeinschaft dan Geselschaft
Ciri pokok gemeinschaft:
Intimate, hubungan menyeluruh yang mesra sekali.
Private, hubungan pribadi yang khusus untuk beberapa orang.
Exclusive, hubungan tersebut hanya untuk kita dan tidak untutk orang lain di luar kita.
Ada 3 kelompok gemeinschaft:
Gemeinschaft by blood, berdasarkan ikatan darah.
Gemeinschaft of place, berdasarkan orang-orang yang tempat tinggalnya berdekatan.
Gemeinschaft of mind, berdasarkan jiwa dan pikiran yang sama.
4. Kelompok Formal dan kelompok informal
Kelompok formal adalah kelompok yang sengaja diciptakan dan didasarkan pada aturan
yang tegas. Aturan yang dimaksud sebagai sarana untuk mengatur hubungan antar anggota di
dalam setiap usaha mencapai tujuan. Contohnya instansi pemerintah, perguruan tinggi, dan lain-
lain.
Kelompok informal adalah kelompok yang terbentuk karena kuantitas pertemuan yang
cukup tinggi dan berulang-ulang. Setiap pertemuan dilakukan atas dasar kepentingan dan
pengalaman masing-masing yang relatif sama. Dalam kelompok informal juga terdapat klik
(perasaan yang kuat).
5. Membership Group dan Reference Group
Membership group merupakan kelompok dimana setiap orang secara fisik menjadi
anggota kelompok tersebut. Kelompok ini sering melakukan pertemuan-pertemuan untuk
membentuk kelompoknya yang lebih kecil.
Reference group yaitu kelompok sosial yang dijadikan sebagai perbandingan atau contoh
bagi seseorang yang bukan sebagai anggotanya. Secara umum kelompok referensi merupakan
kelompok yang menurut pandangan seseorang mengakui, menerima, dan mengidentifikasi
dirinya tanpa harus menjadi anggotanya.

2. MASYARAKAT MULTIKULTURAL
A. Definisi masyarakat
Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang
membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi
adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata "masyarakat" sendiri
berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah
suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas
yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan
untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.
B. Definisi Multikulturalisme
Multikulturalisme adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan pandangan seseorang
tentang ragam kehidupan di dunia, ataupun kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang
penerimaan terhadap adanya keragaman, dan berbagai macam budaya (multikultural) yang ada
dalam kehidupan masyarakat menyangkut nilai-nilai, sistem, budaya, kebiasaan, dan politik yang
mereka anut.
C. Definisi masyarakat multikultural
Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri dari beberapa macam
kumunitas budaya dengan segala kelebihannya, dengan sedikit perbedaan konsepsi mengenai
dunia, suatu sistem arti, nilai, bentuk organisasi sosial, sejarah, adat serta kebiasaan (A
Multicultural society, then is one that includes several cultural communities with their
overlapping but none the less distinc conception of the world, system of meaning, values, forms
of social organizations, historis, customs and practices.
D. SEJARAH MULTIKULTURALISME
Istilah multikulturalisme pertama kali muncul di Amerika. Di negara ini kebudayaannya
didominasi oleh kaum imigran putih dengan budayaWASP, yaitu kebudayaan putih (White), dari
bangsa yang berbahasaInggris (Anglo Saxon), dan yang beragama Protestan. Nilai-nilai WASP
inilah yang menguasai mainstream kebudayaan di Amerika Serikat.Dengan demikian, terjadilah
segresi dan diskriminasi bukan hanya dalambidang ras tetapi juga dalam bidang agama, budaya
dan gaya hidup. Kelompok yang paling didiskriminasikan adalah kelompok Afrika-Amerika.
Politik diskriminasi tersebut berlaku pada kelompok non-WASP,yaitu kelompok Indian (Native
America), kelompok Chicano (dari negara-negara latin terutama Mexico), dan pada akhir abad
ke 20 dari kelompokAsia-Amerika. Dalam menghadapi masyarakat yang bersifat melting potter
tersebut telah dikembangkan berbagai praktik pendidikan yang berusahamenggaet kelompok-
kelompok suku bangsa tersebut di dalam suatukebudayaan mainstream yang didominasi oleh
WASP. Namun demikian, pendekatan pendidikan yang diskriminatif tersebut mulai berubah,
karena pengaruh perkembangan politik dunia sepertiHAM, deklarasi hak asasi manusia dari PBB
(Universal Declaration of Human Rights tahun 1948). Demikian pula, gerakan human right
(humanright movement ) yang mengglobal. Praktik-praktik pendidikan untuk menanamkan rasa
persatuan bangsa mulai gencar dilaksanakan seperti menghilangkan sekolah-sekolah segregasi,
mengajarkan budaya dari ras-ras yang lain di semua sekolah pemerintah, dan studi-studi etnis
yang hidup dalam masyarakat Amerika. Banyak sekali konsep yang telah dicobakan dan masing-
masing mempunyai nilai positif maupun negatif. Pada dekade tahun 1940-an dan 1950-an telah
lahir suatu konsep pendidikan yang disebut pendidikan intercultural dan inter kelompok (inter
cultural and inter group education). Pendidikan di dalam pendekatan interkultular berarti
membina hubungan baik antar manusia yang demo-kratis. Masyarakat Amerika adalah
masyarakat demokratis yang memberikan nilai penting terhadap pluralitas dengan hak-haknya,
termasuk hak-hak minoritas sebagai warga negara. Tujuan kehidupan adalah kehidupan bersama
yang harmonis. Perkembangan program pendidikan interkultular berkembang dengan pesat dan
dilaksanakan dari jenjang pendidikan dasar termasukdidalam program pendidikan guru. Selain
dari pada itu program pendidikan interkultular dianggap dapat memperkuat ketahanan bangsa. Di
negara Amerika Serikat, terutama pada masa perang dingin, hal inidirasakan tetap perlu terutama
untuk mempertahankan Amerika sebagainegara super power.
Sumber lain mengatakan bahwa Masyarakat Multikultural mulai dikenal sekitar 1970-an,
gerakan multikultural muncul pertama kali di Kanada, kemudian diikuti Australia, AS, Inggris,
Jerman, dan lainnya. Kanada pada waktu itu didera konflik yang disebabkan masalah hubungan
antarwarga negara. Masalah itu meliputi hubungan antarsuku bangsa, agama,ras, dan aliran
politik yang terjebak pada dominasi. Konflik itu diselesaikan dengan digagasnya konsep
masyarakat multikultural yang esensinya kesetaraan, menghargai hak budaya komunitas dan
demokrasi. Gagasan tersebut segera menyebar ke Australia, Eropa, dan menjadi produk global.
E. Faktor timbulnya masyarakat multikultural
a. Faktor geografis,
Faktor ini sangat mempengaruhi apa dan bagaimana kebiasaan suatu masyarakat. Maka dalam
suatu daerah yang memiliki kondisi geografis yang berbeda maka akan terdapat perbedaan dalam
masyaraka tmultikultural.
b. Pengaruh budaya asing
Mengapa budaya asing menjadi penyebab terjadinya multikultural, karena masyarakat yang
sudah mengetahui budaya-budaya asing kemungkinan akan terpengaruh mind set mereka.
c. Kondisiiklim
Kondisi iklim yang berbeda yaitu cuaca dan struktur tanah menyebabkan
terjadinyakemajemukan mata pencaharian.
F. Ciri-ciri masyarakat multikultural, menurut Pierre van den Berghe :
a. Segmentasi terbagi ke dalam kelompok-kelompok
masyarakat yang terbentuk oleh bermacam-macam suku, ras, dan agama tetapi masih memiliki
pemisah. Biasanya pemisah itu adalah suatu konsep yang di sebut primordial.
b. Kurang mengembangkan konsensus (kesepakatan bersama)
Yaitu dalam keputusan dan suatu kebijakan. Sehingga integrasi sosial berdasar paksaan.
c. Memilki struktur dalam lembaga yang non komplementer,
maksudnya adalah dalam masyarakat majemuk suatu lembaga akam mengalami kesulitan dalam
menjalankan atau mengatur masyarakatnya tertentu.
d. Sering terjadi konflik, dalam suatu masyarakat majemuk pastinya terdiri dari berbagai macam
suku adat dan kebiasaan masing-masing.
G. Tipe-tipe masyarakat multikultural
a. Kompetisi seimbang : kelompok-kelompok yang ada mempunyai kekuasaan yang seimbang.
b. Mayoritas dominan : kelompok terbesar mendominasi.
Contoh : Indonesia, umat Islam mayoritas dan memegang kekuasaan.
c. Minoritas dominan : kelompok kecil yang mendominasi.
d. Fragmentasi : masyarakat terdiri dari banyak kelompok yang kecil, tidak ada yang
mendominasi.
H. Pengaruh Multikultural Terhadap Kehidupan Beragama, Bermasyarakat, Bernegara,
dan Kehidupan Global
Manusia secara kodrati diciptakan sebagai mahluk yang dibekali nilai harmoni. Seringkali
perbedaan kebudayaan menciptakan ketegangan hubungan antar anggota masyarakat. Realitas
tersebut harus diakui dengan sikap terbuka, logis, dan dewasa karena perbedaan harus kita
anggap sebuah rahmat, dimana kemajemukan dapat mengajarkan kita bersikap toleransi,
kerjasama, dan berpikir dewasa. Jika keterbukaan dan kedewasaan sikap dikesampikan, maka
kemungkinan akan tercipta masalah masalah yang menggoyahkan persatuan bangsa seperti.
a. Disharmonisasi yaitu tidak adanya penyesuaian atas keragaman manusia dengan
lingkungannya.
b. Perilaku diskriminatif terhadap etnis atau kelompok masyarakat tertentu akan memunculkan
masalah yang lain dalam berbagai bidang yang tentu saja tidak menguntungkan bagi kehidupan
berbangsa dan bernegara.
c. Ekslusivisme, rasialis, bersumber dari superioritas diri, contohnya: keyakinan bahwa secara
kodrati ras/suku kelompoknya lebih tinggi dari yang lainnya.

3. KELOMPOK SOSIAL DALAM MASYARAKAT


MULTIKULTURAL DI BERBEBERAPA NEGARA
a. Indonesia
Dalam hal ini masyarakat indonesia masih tergolong dalam masyarakat majemuk.
Masyarakat majemuk terbentuk dari dipersatukannya masyarakat-masyarakat suku bangsa oleh
sistem nasional, yang biasanya dilakukan secara paksa (by force) menjadi sebuah bangsa dalam
wadah negara. Sebelum Perang Dunia kedua, masyarakat-masyarakat negara jajahan adalah
contoh dari masyarakat majemuk. Sedangkan setelah Perang Dunia kedua contoh-contoh dari
masyarakat majemuk antara lain, Indonesia, Malaysia, Afrika Selatan, dan Suriname.

Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, yang disemangati oleh Sumpah Pemuda


tahun 1928, sebetulnya merupakan terbentuknya sebuah bangsa dalam sebuah negara yaitu
Indonesia tanpa ada unsur paksaan. Pada tahun-tahun penguasaan dan pemantapan kekuasaan
pemerintah nasional barulah muncul sejumlah pemberontakan kesukubangsaan-keyakinan
keagamaan terhadap pemerintah nasional atau pemerintah pusat, seperti yang dilakukakn oleh
DI/TII di jawa Barat, DI/TII di Sulawesi Selatan, RMS, PRRI di Sumatera Barat dan Sumatera
Selatan, Permesta di Sulawesi Utara, dan berbagai pemberontakan dan upaya memisahkan diri
dari Republik Indonesia.

Hubungan minoritas dominan

Kelompok minoritas adalah orang-orang yang karena ciri-ciri fisik tubuh atau asal-usul
keturunannya atau kebudayaannya dipisahkan dari orang-orang lainnya dan diperlakukan secara
tidak sederajad atau tidak adil dalam masyarakat dimana mereka itu hidup.Karena itu mereka
merasakan adanya tindakan diskriminasi secara kolektif.

Keberadaan kelompok minoritas selalu dalam kaitan dan pertentangannya dengan


kelompok dominan, yaitu mereka yang menikmati status sosial tinggi dan sejumlah
keistimewaan yang banyak. Mereka ini mengembangkan seperangkat prasangka terhadap
golongan minoritas yang ada dalam masyarakatnya. Sehingga masyarakat majemuk di Indonesia
masih didasarkan pada hubungan minoritas dominan yang membuat perbedaan tersebut menjadi
terkotak-kotak. Kebanyakan masyarakat di Indonesia masih terjadi diskriminasi terlebih pada
masyarakat yang minoritas.

b. Amerika Serikat
Amerika Serikat merupakan suatu masyarakat ras-etnis yang paling beragam di dunia.
Sampai-sampai ada organisasi dari Harvard yang diperuntukkan sensus penduduk tahun 2000.
Setiap orang harus menandai satu ras atau lebih yang dianggap mewakili dirinya yaitu : Kulit
putih; Kulit hitam, afro-amerika; atau negro, Amerika indian; atau alaska pribumi, India Asia,
Cina, Filipina, Jepang, Korea, Vietnam, Hawai Pribumi, Guamania atau Chamorro, Samoa, dan
penghuni pulau Pasik lainnya, atau ras lain. Dari hal itu menunjukkan begitu banyaknya kolom
angket yang berisi macam ras yang disediakan untuk sensus tahun 2000 bahwa amerika memang
begitu multikultural.

Namun ada sisi kelam dari berbagai macam ras di Amerika sebab di tahun 1961 presiden
Kennedy pernah memperkenalkan kebijakan penerimaan karyawan, kenaikan pangkat,
penerimaan mahasiswa di perguruan tinggi berdasarkan ras dan jenis kelamin. Tak hanya itu saja
suatu amandemen konstitusi California tahun 1996 melarang keutamaan bagi minoritas dan
perempuan dalam penerimaan pekerja, kenaikan pangkat, dan penerimaan mahasiswa di
perguruan tinggi.

Amerika Serikat berpotensi menjadi suatu masyarakat dimana kelompok ras-etnis tidak
hanya hidup bersama, tetapi juga saling menghormati dan berkembang di kala mereka saling
bekerja sama untuk tujuan bersama. Dalam suatu masyarakat multikultural sejati kelompok
minoritas yang membentuk Amerika Serikat akan berpartisipasi penuh dalam institusi sosial
bangsa seraya mempertahankan integritas budaya mereka. Pencapaian tujuan ini menuntut
pemahaman bahwa perbedaan biologis yang memisahkan satu ras dari ras lain adalah satu tetes
dalam lautan genetik.
c. Prancis
Fenomena multikulturalisme tidak hanya populer di Indonesia, tetapi juga di Prancis.
Semenjak kedatangan para imigran Arab ke negerinya Napolon Bonaparte pada akhir abad ke-
19, Prancis tidak lagi dihuni oleh bangsa kulit putih saja.

Kalangan imigran yang sebagian besar berasal dari Aljazair dan Maroko mendiami negeri
itu untuk bekerja, dan akhirnya memiliki keturunan di sana, sehingga turut memperkaya
keberagaman etnis penduduknya selain etnis lokal seperti Korsika, Normandia, dan Bretonne.
Namun, sebagaimana halnya dengan etnis Tionghoa yang pernah mengalami konflik dengan
pribumi di Indonesia, kehadiran para imigran asing ini menimbulkan masalah: diskriminasi
sosial dan politik.

Banyak kasus di negara Prancis yang menunjukkan adanya diskriminasi antar kelompok
dan ras yang tajam. Seperti kasus para imigran yang masih menggunakan nama asli mereka
(terutama Arab), seperti Abdel Aziz El-Malik atau Farida Hachim, dipersulit untuk mendapatkan
pekerjaan ataupun mencari hunian tempat tinggal.

Pemerintah Prancis juga mengusahakan adanya penyelesaian atas kasus-kasus


diskriminasi tersebut, namun Prancis menyadari bahwa persatuan dan kesatuan nasional
seharusnya menghormati perbedaan kebudayaan yang dibawa dari luar, yang justru dapat
memperkaya kebudayaan Prancis itu sendiri. Oleh karena itu, usaha penyatuan tidak dilakukan
secara paksa dengan menghilangkan ciri khas kebudayaan yang asli, melainkan melalui
pembauran secara bertahap yang saling memberi dan menerima dalam suatu wadah masyarakat
yang menganut konsep rpublicain: libert, galit, fraternit.

d. Kanada
Di Kanada, multikulturalisme dianggap oleh mayoritas masyarakat sebagai kebijakan
pemerintah yang berhasil karena bisa mendorong salah satunya persatuan nasional. Untuk
sebagian besar, multikulturalisme di Kanada menumbuhkan ikatan sosial dengan menempatkan
semua budaya pada posisi setara. Multikulturalisme di sana menciptakan nilai-nilai bersama,
seperti toleransi, yang bisa dimanfaatkan oleh banyak warga masyarakat yang berbeda, kendati
faktanya banyak warga berasal dari beragam tempat yang memiliki latar belakang agama
berbeda-beda. Dengan kata lain, multikulturalisme bisa didefinisikan sebagai sebuah pendekatan
yang bertujuan membantu integrasi para imigran dan kaum minoritas, menghilangkan berbagai
halangan terhadap keikutsertaan mereka dalam kehidupan bernegara di Kanada dan membuat
mereka merasa lebih disambut baik dalam masyarakat Kanada, sehingga ada rasa memiliki dan
kebanggaan nasional yang lebih besar.

Alih-alih menjadi kelompok pinggiran, komunitas Muslim umumnya memiliki posisi


sosio-ekonomi yang tinggi. Kontribusinya pada masyarakat cukup banyak, yang tampak dalam
kehadiran mereka yang mencolok di sejumlah sektor termasuk politik, industri jasa pariwisata,
layanan kesehatan dan media.

Multikulturalisme diadopsi sebagai kebijakan resmi pada 1971.Multikulturalisme ini


didasarkan pada saling respek di antara orang Kanada dari semua latar belakang,dan sejumlah
legislasi mendukung kebijakan ini. Multikulturalisme tercermin dalam Piagam Hak dan
Kebebasan Kanada yang menjamin hak-hak sipil, termasuk kebebasan beragama. Selain itu,
Undang-Undang Multikulturalisme bertujuan mengakui dan mendorong keragaman budaya dan
ras dari masyarakat Kanada sembari pada saat yang sama menjunjung ide bahwa
multikulturalisme itu sendirimerupakan sebuah karakteristik pokok dari warisan dan identitas
Kanada.

Institusionalisasi multikulturalisme berarti bahwa ada penerimaan yang jenuin atas semua
budaya di masyarakat dalam posisiyang sederajat, tanpa takut bahwa akomodasi budaya-budaya
lain akan melemahkan hukum, institusi atau karakter negara Kanada. Yang membuktikan hal ini
adalah beberapa jajak pendapat yang dilakukan antara 2006 dan 2007 yang menunjukkan bahwa,
dibandingkan negara-negara lain, Kanada kurang terkena dampak gelombang sentimen anti-
Muslim dan polarisasi relasi etnis. Berbagai jajak pendapat internasional menunjukkan bahwa
Muslim di Kanada, dibandingkan Muslim di negara-negara lain, cenderung tidak menganggap
warga lain memusuhi mereka.

Kanada layak mendapat reputasi sebagai negara yang inklusif yang merayakan
keragaman. Meski bukan sebuah sistem yang sempurna, multikulturalisme seperti yang didorong
di Kanada merangkul budaya-budaya lain sembari pada saat yang sama mengikuti hukum dan
kebijakan negara.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
a. Definisi dari kelompok sosial ialah Sampai sejauh itu artian suatu kelompok tidak hanya
berarti satu model; di samping kelompok didasarkan pada struktur,ada juga kelompok yang
hidup tanpa struktur. Kelompok yang tanpa struktur dapat disebut sebagai kolektivitas, misalnya
sekelompok pemuda yang sedang berkumpul di tepi jalan.
b. Definisi dari masyarakat multikultural ialah masyarakat yang terdiri dari banyak kebudayaan
dan antara pendukung kebudayaan saling menghargai satu sama lain. Jadi, masyarakat
multikultural merupakan masyarakat yang menganut multikulturalisme, yaitu paham yang
beranggapan bahwa berbagai budaya yang berbeda memiliki kedudukan yang sederajat.
c. Kelompok-kelompok sosial yang ada dalam masyarakat multikultural yang sesungguhnya
akan mengalami kesetaraan dan derajat yang sama dengan yang lain. Mereka saling menghargai
dan menghormati antar kelompok walaupun banyak perbedaan baik ras, etnis, budaya, agama,
dan sebagainya. Dalam hal ini Indonesia masih kepada tahap masyarakat majemuk dan sedikit
orang yang menganut multikulturalisme, negara Prancispun begitu masih banyak bentuk
diskriminasi oleh kaum imigran yang tinggal di Prancis. Sedangkan Kanada dianggap telah
berhasil menjadi masyarakat yang multikultural karena berbagai kasus dari kaum minoritas tidak
didiskriminasi. Amerika pun berpotensi menjadi masyarakat multikultural yang sejati. Yaitu
kelompok minoritas yang membentuk Amerika serikat akan berpartisipasi penuh dalam institusi
sosial bangsa seraya mempertahankan integritas budaya mereka.

DAFTAR PUSTAKA
Abdulsyani. 2007. Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara.

Hensli M, James. 2007. Sosiologi dengan pendekatan membumi edisi 6 jilid 1 dan 2.
Jakarta: Erlangga.

Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

Dipresentasikan dalam Workshop Yayasan Interseksi, Hak-hak Minoritas dalam Landscape


Multikultural, Mungkinkah di Indonesia?, Wisma PKBI, 10 Agustus 2004, 14.00-17.00
bbwi
http://ulviahmadas456.blogspot.com/ diakses pada tanggal 14 September 2013

http://sosialsosiologi.blogspot.com/ diakses pada tanggal 14 September 2013

http://www.bambangsulistio.web.id/2013/02/makalah-masyarakat- multikultural.html/ diakses


pada tanggal 14 September 2013

http://id.wikipedia.org/multikulturalisme/ diaksespada tanggal 14 September 2013

http://www.commongroundnews.org/index.php?lan=ba/diakses pada tanggal 14 September


2013

http://www.parlezfrancais.net/2008/03/multikulturalisme-la-prancis.html/ diaksespada tanggal


14 September 2013
KELOMPOK SOSIAL DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL

1. Kelompok Sosial

Pengertian Kelompok Sosial


Kelompok sosial adalah kumpulan orang-orang yang mempunyai hubungan dan saling
berinteraksi satu sama lain, memiliki harapan dan tujuan yang sama, serta mempunyai kesadaran
diri sebagai anggota kelompok yang diakui pihak luar.

Definisi Kelompok Sosial

Menurut Joseph S.Roucek & Roland S. Warren


Kelompok sosial adalah suatu kelompok yang meliputi dua atau lebih manusia yang diantara
mereka terdapat beberapa pola interaksi yang dapat dipahami oleh para anggotanya/orang lain
secara keseluruhan.

Menurut Goodman
Kelompok sosial adalah dua orang atau lebih yang memiliki kesamaan identitas dan berinteraksi
satu sama lain secara terstruktur untuk mencapai tujuan bersama.

Proses terbentuknya kelompok sosial


Terbentuknya suatu kelompok sosial karena adanya naluri manusia yang selalu ingin
hidup dengan orang lain untuk hidup bersama.

Ada dua hasrat pokok yang dimiliki manusia sehingga ia terdorong untuk hidup berkelompok
yaitu :
- Hasrat untuk bersatu dengan manusia lain di sekitarnya.
- Hasrat untuk bersatu dengan situasi alam sekitarnya.
Secara kodrati manusia dalam hidup harus bermasyarakat. Manusia yang hidup sendiri dianggap
tidak wajar, bahkan mungkin bisa sakit jiwa atau mati.

Syarat Kelompok Sosial


- Tiap anggota harus sadar bahwa ia merupakan bagian dari kelompok yang bersangkutan.
- Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota yang lain.
- Ada suatu faktor yang dimiliki bersama sehingga hubungan mereka bertambah erat.
- Berstruktur, berkaidah dan punya pola perilaku
- Bersistem dan berproses.

Ciri-ciri dasar kelompok sosial


- Terdiri atas dua orang atau terus bertambah
- Terdapat komunikasi dan interaksi
- Ada minat dan kepentingan bersama
- Ada motif yang sama dari anggota untuk membentuk kelompok
- Ada kecakapan yang berbeda-beda dari anggota kelompok
- Punya stuktur yang tegas
- Ada kaidah-kaidah yang mengatur
- Tiap anggota merasa dirinya bagian dari kelompoknya.

Faktor Pembentuk Kelompok Sosial


Bergabung dalam kelompok biasa merupakan sesuatu yang murni dari diri sendiri atau
secara kebetulan.misalnya ada orang yang terlahir dalam keluarga kaya atau miskin, itu
merupakan suatu kebetulan.
Namun bergabung dalam suatu kelompok sosial ada juga yang merupakan pilihan.
Ada dua faktor yang mengarahkan pada pilihan yaitu
- Kedekatan
Semakin dekat jarak geografis antara dua orang,semakin memungkinkan untuk saling melihat,
berbicara, dan bersosialisasi.Kedekatan fisik meningkatkan peluang untuk berinteraksi.
- Kesamaan
Kesamaan yang dimaksud adalah kesamaan minat, kepercayaan, nilai, tingkat intelegensi,atau
karakter-karakter lainnya.

Faktor- Faktor yang mendorong mantapnya suatu kelompok sosial adalah :


- Interaksi antara orang-orang yang ada dalam suatu kelompok
- Ikatan emosional
- Tujuan atau kepentingan yang dipatuhi dalam rangka mencapai tujuan
- Kepeminpinan yang dipatuhi dalam rangka mencapai tujuan
- Norma yang diakui oleh mereka yang terlibat didalamnya.

Macam-Macam Kelompok Sosial

1. Berdasarkan besar/kecilnya jumlah anggota dalam kelompok


Contoh kelompok kecil adalah keluarga, kelompok yang lebih besar misalnya RT, RW, Banjar,
negara.

2. Berdasarkan Interaksi erat/tidaknya hubungan dalam kelompok.


Dibedakan menjadi paguyuban dan patembayan.

Ada 3 tipe paguyuban :


v Paguyuban karena adanya ikatan darah
v Paguyuban karena kedekatan tempat tinggal/tempat bekerja
v Paguyuban karena pola pikir,pandangan,keahlian/pekerjaan

3. Berdasarkan proses terbentuknya


Ada kelompok nyata,dan kelompok semu.
4. Berdasarkan kepentingan dan wilayah
5. Berdasarkan kelangsungan kepentingan
6. Berdasarkan derajat organisasi.
Kelompok sosial terdiri atas kelompok sosial yang terorganisasi dengan rapi seperti negara,
TNI,perusahaan. Namun ada kelompok sosial yang tidak terorganisasi dengan baik seperti
kerumunan massa.
Kelompok sosial dipandang dari sudut individu
Pada masyarakat yang kompleks, biasanya setiap manusia tidak hanya mempunyai satu
kelompok sosial dimana ia menjadi anggotanya. Namun ia juga menjadi anggota beberapa
kelompok sosial sekaligus.Terbentuknya kelompok-kelompok sosial ini biasanya didasari oleh
kekerabatan,usia,jenis kelamin,pekerjaan atau kedudukan.Keanggotaan setiap kelompok sosial
tersebut akan memberikan kedudukan dan prestise tertentu.

Faktor-faktor yang menyebabkan tidak stabilnya suatu kelompok sosial

1. Adanya konflik antar anggota kelompok.


2. Tidak adanya koordinasi yang baik dari pemimpin kelompok.
3. Adanya kepentingan yang tidak seimbang.
4. Adanya rebutan kekuasaan dari anggota kelompok.
5. Perbedaan paham tentang cara pencapaian tujuan.

2. Masyarakat Multikultural

Pengertian Masyarakat Multikultural

Masyarakat multikultural adalah masyarakat yang terdiri dari dua kelompok masyarakat atau
lebih yang memiliki perbedaan karakteristik dan kebudayaan yang beragam.

Naluri manusia adalah ingin hidup dengan dengan orang lain,oleh karena itu secara otomatis
akan lahir masyarakat yang berarti kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu
sistem adat istiadat tertentu, yang bersifat kontinue atau terikat oleh identitas bersama.

Masyarakat multikultural adalah masyarakat yang memiliki berbagai kultur dan terbentuknya
masyarakat tersebut karena adanya proses sosial dan perubahan-perubahan sosial.Masyarakat
multikultural secara sederhana adalah masyarakat yang memiliki beragam kebudayaan yang
berbeda-beda.

Faktor penyebab munculnya masyarakat multikultural :


1. Latar belakang historis.
2. Kondisi geografis.
3. Keterbukaan terhadap budaya luar.

Dalam suatu masyarakat,kita pasti menemukan banyak kelompok masyarakat yang memiliki
karakteristik yang berbeda-beda.Perbedaan karakteristik itu berkenaan dengan tingkat
diferensiasi dan stratifikasi sosialnya.Masyarakat multikultural disebut juga masyarakat
majemuk.
Macam-macam masyarakat multikultural
1. Masyarakat majemuk dengan kompetisi seimbang.
Yaitu masyarakat majemuk yang terdiri atas sejumlah komonitas atau kelompok etnis yang
memiliki kekuatan kompetitif seimbang.
2. Masyarakat majemuk dengan mayoritas dominan.
Yaitu masyarakat majemuk yang terdiri atas sejumlah komonitas atau kelompok etnis yang
kekuatan kompetitifnya tidak seimbang.salah satunya yang merupakan kelompok mayoritas
memiliki kekuatan yang lebih besar daripada lainnya.
3. Masyarakat majemuk dengan minoritas dominan.
Yaitu masyarakat yang diantara komunitas atau kelompok etnisnya terdapat kelompok minoritas,
tetapi mempunyai kekuatan kompetitif diatas yang lain.
4. Masyarakat majemuk dengan fragmentasi.
Yaitu masyarakat yang terdiri atas sejumlah besar komunitas atau kelompok etnis dan tidak ada
satu kelompok pun mempunyai posisi politik atau ekonomi yang dominan.

Sifat-sifat masyarakat multikultural


1. Terjadi segmentasi ke dalam bentuk-bentuk kelompok sub kebudayaan yang berbeda satu
dengan yang lain.
2. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat non
komplementer.
3. Kurang mengembangkan konsensus diantara para anggotanya terhadap nilai-nilai yang bersifat
dasar.
4. Secara relatif sering mengalami konflik diantara kelompok yang satu dengan kelompok yang
lain.
5. Secara relatif tumbuh integrasi sosial diatas paksaan dan saling ketergantungan di bidang
ekonomi.
6. Adanya dominasi politik oleh satu kelompok atas kelompok-kelompok yang lain.

Karakteristik Masyarakat multikultural


Berikut ini beberapa macam karakteristik kesatuan masyarakat
1. Kesatuan Genealogis adalah kesatuan masyarakat yang anggotanya diikat berdasarkan pertalian
darah.
2. Kesatuan Teritorial adalah kesatuan masyarakat yang setiap anggotanya merasa terikat karena
bertempat tinggal di daerah yang sama.
3. Kesatuan Sakral adalah kesatuan sosial yang terbentuk karena anggota-anggotanya merasa
terikat oleh ikatan spiritual.
4. Kesatuan Campuran adalah masyarakat yang terikat karena perpaduan dari faktor-faktor
genealogis, teritorial dan sakral.
5. Penggolongan tertentu adalah kesatuan masyarakat lain yang terbentuk berdasarkan keadaan
tertentu.
- Penggolongan berdasarkan proses terbentuknya
- Penggolongan berdasarkan jenis kelamin
- Penggolongan berdasarkan umur
- Penggolongan berdasarkan derajat
- Penggolongan berdasarkan kasta.
Perilaku dalam masyarakat multikultural
Dalam kehidupan masyarakat multikultural sering tidak dapat dihindari berkembangnya
paham-paham atau cara hidupyang didasarkan pada etnosentrisme,primordialisme, aliran dan
sebagainya.
- Etnosentrisme merupakan paham atau sikap menilai kebudayaan suku bangsa/kelompok lain
menggunakan ukuran yang berlaku di suku bangsa kelompok/masyarakat sendiri.
- Primordialisme merupakan tindakan memperlakukan secara istimewa(memberi prioritas) orang-
orang yang berlatar belakang suku bangsa, agama, ras, aliran atau golongan yang sama dalam
urusan publik.
- Kronisme:memprioritaskan teman.
- Nepotisme : memprioritaskan anggota keluarga.

Hubungan Kelompok Sosial dengan Masyarakat Multikural


Dengan adanya diferensiasi dan stratifikasi sosial,maka terjadi perbedaan-perbedaan yang
membentuk tingkat-tingkat sosial dalam masyarakat.Perbedaan ini mencerminkan adanya
ketidaksamaan dalam masyarakat.Bentuk diferensiasi dan stratifikasi ini sangat penting bagi
individu-individu dalam kelompok sosial karena memiliki pengaruh terhadap kesempatan hidup
mereka.Hubungan antar kelompok sosial dengan masyarakat muktikultural adalah saling
berkaitan(erat sekali), keduanya berhubungan erat dan saling mempengaruhi satu sama lainnya.
Dalam suatu masyarakat kita pasti menemukan dua atau lebih kelompok sosial yang berbeda-
beda berkenaan dengan tingkat diferensiasi dan stratifikasi sosialnya.

Anda mungkin juga menyukai