Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dalam konteks masyarakat yang majemuk, keberagaman dan kesetaraan merupakan kajian yang
penting. Keberagaman dan kesetaraan merupakan dua buah kata yang menjadi dasar dalam
menggambarkan Negara Indonesia. Keberagaman masyarakat Indonesia meliputi individu,
kehidupan bermasyarakat, serta kehidupan berbangsa dan bernegara. Keberagaman menandakan
kompleksnya masalah yang menyertai dalam kehidupan bangsa Indonesia.

Menurut Imam Suprayoga bangsa Indonesia sebagai bangsa yang plural , dari berbagai sudut
pandang menunjukan keberagaman, seperti budaya, agama, ras dan antar golongan(Suprayoga,
2011: 1). Keberagaman itu dipersatukan dalam suatu kerangka Bahineka Tunggal Eka. Bahineka
Tunggal Eka merupakan slogan sekaligus dijadikan lambang Negara Indonesia. Slogan itu secara
lengkap Bahineka Tunggal Eka Tanhana Dharma Margawa merupakan istilah yang berarti berbeda
beda tetapi tetap satu dan tidak aka nada yang bisa menghancurkannya atau memecahkannya.

Dengan Bahineka Tunggal Eka bangsa Indonesia hidup dalam keberagaman dan persatuan. Dalam
keberagaman terdapat berbagai macam perbedaan tetapi menjadi satu yaitu Indonesia. Konsep
keberagaman dan kesetaraan ini sangat indah, seindah gambaran sejati dari masyarakat Indonesia.
Keberagaman juga menggambarkan akan semangat dan kesadaran pluralisme bangsa Indonesia.

Perkembangan konteks kehidupan bermasyarakat yang terjadi secara cepat dan dramatis
seringkali muncul ketegangan antara individualitas dan sosialitas. Bagaimana seorang manusia yang
senantiasa berusaha mencari identitas diri harus melakukan akomodasi terhadap masyarakatnya yang
juga terus berubah. Manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai bagian dari masyarakat dikitari
oleh berbagai hal yang menjadikannya selalu berada dalam ketegangan antara diri sendiri dan orang
lain. Praktis komunikasi, sejarah yang melingkupinya, keberadaan orang lain, konsep mengenai
masalalu, mas kini, dan mas depan juga merupakan hal-hal yang terus perlu dipertimbangkan ketika
manusia menjalani hidupnya, baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari sebuah masyarakat
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan rumusan masalah sebagai
berikut.

1. Bagaimana keberagaman dan kesetaraan masyarakat Indonesia itu terjadi?

C. Tujuan

Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui
dan mendeskripsikan:

1. Pengertian keberagaman dan kesetaraan dalam masyarakat Indonesia


2. Bagaimana keberagaman dan kesetaraan budaya di Indonesia
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberagaman dan kesetaraan dalam
masyarakkat Indonesia
4. Memenuhi tugas Ilmu Sosial dan Budaya
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Keberagaman

Menurut kamus bahasa Indonesia keberagaman memiliki berbagai arti diantaranya:

1) Sikap, tingkah laku, dan cara;

2) Macam, jenis;

3) Musik, Lagu, Langgam;

4) Warna, corak;

5) Laras(tata bahasa).

Dari berbagai arti tersebut dapat disimpulkan bahwa secara etimologi keberagaman
menyangkut sesuatu yang sangat beragam baik , sikap, Sikap, tingkah laku, cara, macam, jenis,
musik, Lagu, Langgam, warna, corak maupun laras(tata bahasa). Keragaman juga terkait erat
deangan berbagai macam hal di dalam masyarakat seperti kelompok sosial, kelas sosial, dan
differensi sosial. Keberagaman juga tampak nyata dalam lingkungan wilayah geografis dan
penduduk.

Keberagaman adalah kondisi dalam masyarakat dimana terdapat perbedaan-perbedaan


dalam berbagai bidang seperti, suku, agama, ras, dan antar golongan. Keberagaman dalam
masyarakat Indonesia ditunjukan dalam bermacam bentuk, ragam, dan jenis. Keberagaman juga
terkait dengan pandangan, persepsi orang terhadap suatu hal dikarenakan setiap orang dilahirkan
tidak ada yang sama persis walau anak kembar sekalipun.

Keberagaman menunjukan suatu keberadaan yang tidak sama, suatu keadaan dan situasi,
kondisi yang berbeda, serba beda dan dalam bahasa tertentu tidak dapat disamakan atau dipaksakan
sama. Keberagaman dalam masyarakat dapat menimbulkan banyak persamaan maupun perbedaan.
istilah-istilah dalam keberagaman: multikultural apabila keberagaman menyangkut budaya, multi ras
apabila keberagaman menyangkut ras, pluralisme apabila keberagaman menyangkut kehidupan
masyarakat. Yang unik dalam keberagaman Indonesia adalah di tengah perbedaan ada persamaan,
sedangkan di tengah perbedaanada persamaan. Contohnya seseorang yang seagama perbedaan yang
di anut oleh agamanya masing-masing tetapi mereka disatukan dalam bangsa Indonesia, demikian
pula dapat terjadi perbedaan pandangan politik dalam pandangan mereka yang memiliki agama yang
sama.

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberagaman bangsa Indonesia

1. Kondisi geografis Indonesia


Secara geografis bangsa Indonesia adalah bangsa terbesar ke-4 di dunia memiliki 1700 lebih
pulau, terdapat lebih dari 200 dialek bahasa daerah, terdapat banyak suku, adat dan tradisi,
memiliki kekayaan alam yang melimpah serta masih banyak lagi.
2. Letak Indonesia yang berada dalam posisi yang menguntungkan dalam hal pengaruh asing.
Kedatangan Hindu, Budha, Islam dari Arab, Kristen, dan Katolik dari Barat menyebabkan
kemajemukan bangsa Indonesia. Dalam keadaan ini nampak jelas bahwa terdapat
keanekaragman pengaruh asing dalam keberagaman di Indonesia.
3. Iklim
Setiap daerah memiliki iklim yang berbeda-beda, sehingga membentuk pola prilaku dan mata
pencaharian yang berbeda pula.
4. Pendidikan
Dalam masyarakat majemuk Indonesia terdapat tingkat pendidikan yang tidak sama, ada
sebagian masyarakat yang tidak sekolah da nada juga yang telah bersekolah hingga
Perguruan Tinggi. Tinggkat putus sekolah juga menjadi sebab masalah pendidikan menjadi
rumit disamping terkait dengan anggaran Negara. Keberagaman dalam pendidikan ini bukan
hanya terkait tingkatan tetapi juga kualitas dari yang local hingga internasional, mutu guru,
sarana prasarana sekolah, serta gedung sekolah.
5. Kemampuan sekelompok masyarakat
Terdapat sekelompok masyarakat Indonesia yang memiliki kemampuan tertentu yang
akhirnya membedakannya dengan kelompok yang lain. Contoh:
di Desa Lembur, Propinsi Nusa Tenggara Timur terdapat acara Poka Sawar Limbang Sama ,
tradisi in I adalah Upacara menggelar pesta sekolah di rumah warga yang berupa iuran biaya
kuliah. Biaya iuran dapat mencapai 101 juta yang diberikan kepada tuan rumah guana
membiayai kuliah anaknya dan tidak boleh dipergunakan untuk selainnya.

C. Pengertian kesataraan
Kesetaraan manusia bermakna bahwa manusia sebagai makhluk Tuhan memiliki tingkatan
atau kedudukan yang sama. Tingkatan atau kedudukan yang sama bersumber dari pandangan bahwa
semua manusia tanpa dibedakan adalah diciptakan dengan kedudukan yang sama yaitu sebagai
makhluk mulia dan tinggi derajatnya dibanding makhluk lain. Dihadapan Tuhan semua manusia
memiliki derajat, kedudukan atau tingkatan yang sama , yang membedakannya adalah ketaqwaan
manusia tersebut terhadap Tuhan.
Kesederajatan merupakan suatu kondisi dimana dalam perbedaan dan keragaman yang ada,
manusia tetap memiliki suatu kedudukan yang sama dalam satu tingkatan hierarki. Kesederajatann
adalah persamaan harkat, nilai, harga dan taraf yang membedakan makhluk yang satu dengan yang
lainnya. Kesederajatan dalam masyarakat adalah suatu keadaan yang menunjukkan adanya
pemeliharaan kerukunan dan kedamaian yang saling menjaga harkat dan martabat masyarakatnya.
Di Indonesia unsur keragamannya dapat dilihat dari suku bangsa, ras, agama dan keyakinan,
ideologi dan politik, tata krama serta kesenjangan ekonomi dan kesenjangan sosial. Semua unsur
tersebut merupakan hal yang harus dipelajari agar keragaman yang ada tidak membawa dampak
yang buruk bagi kehidupan bermasyarakat di Indonesia.
Dampak buruk dari tidak adanya sikap terbuka, logis dan dewasa atas keragaman
masyarakat, antara lain munculnya disharmonisasi (tidak adanya penyesuaian atas keragaman antara
manusia dengan lingkungnnya), perilaku diskriminatif terhadap kelompok masyarakat tertentu,
eksklusivisme/rasialis (menganggap derajat kelompoknya lebih tinggi daripada kelompok lain )dan
disintegrasi bangsa.
Diskriminasi adalah setiap tindakan yang melakukan pembedaan terhadap seseorang atau
sekelompok orang berdasarkan ras, agama, suku,etnis, kelompok, golongan,status, kelas sosial
ekonomi, jenis kelamin, kondisi fisik tubuh, usia, orientasi seksual, pandangan ideologi dan politik,
serta batas negara dan kebangsaan seseorang.
Selain diskriminasi juga terdapat problematika lain yang harus diwaspadai yaitu adanya
disintegrasi bangsa. Ada enam faktor yang menjadi penyebab utama proses tersebut yaitu kegagalan
kepemimpinan, krisis ekonomi yang akut dan berlangsung lama, krisis politik, krisis sosial,
demoralisasi tentara dan polisi serta intervensi asing.

Untuk menghindari dampak buruk diatas, ada beberapa hal yang dapat dilakukan yaitu dengan
meningkatkan Semangat religius, semangat masionalisme, semangat pluralisme, semangat
humanisme, dialog antar umat beragama, serta membangun suatu pola komunikasi untuk interaksi
ataupun konfigurasi hubungan antaraagama, media massa dan harmonisasi dunia.
Sementara salah satu hal yang dapat dijadikan solusi dari masalah-masalah diatas adalah
Bhineka Tunggal Ika, ungkapan yang menggambarkan masyarakat Indonesia yang majemuk
(heterogen). Masyarakat .Indonesia terwujud sebagai hasil interaksi sosial dari banyak suku bangsa
dengan beraneka ragamlatar belakang kebudayaan, agama ,sejarah dan tujuan yang sama yang
disebut kebudayaan nasional.

D. Prinsip-prinsip kesetaraan

Sejak zaman dahulu hingga sekarang, hal yang sangat fundamental dari hak asasi manusia itu
adalah ide yang meletakkan semua orang terlahir bebas dan memiliki kesetaraan dalam hak asasi
manusia. Demikian pula dalam kehidupan masyarakat yang majemuk seperti Indonesia, prinsip
kesetaraan sangat perlu diterapkan.
Namun apakah semua harus diperlakukan sama untuk menciptakan suatu keadilan, tanpa
memandang tingkat pendidikan, kedudukan atau jabatan, status dan peran sosial? Memang tak dapat
dipungkiri bahwa tingkat pendidikan, kedudukan dan jabatan, status dan peran sosial telah membuat
seolah-olah setiap orang tersebut mempunyai hak istimewa dan mendapat perlakuan yang lebih pula.
Namun, mereka punya kewajiban yang sama seperti halnya orang-orang disekitarnya. Dalam hal
kewajiban sebagai warga negara tak ada yang diperlakukan berbeda, semuanya setara. Demikian
pula halnya dengan hak, setiap orang mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan
yang tinggi, memperoleh kedudukan atau jabatan dan memiliki status dan peran sosial yang sama
dalam masyarakatnya. Kesetaraan memungkinkan setiap orang untuk mendapatkan kesempatan dan
memperoleh pendidikan yang layak, pekerjaan dan menempati jabatan atau keudukan dalam
masyarakatnya. Tak ada seorangpun yang berhak untuk menghalangi orang lain untuk mencapai itu
semua. Bahkan negara diperbolehkan ubtuk menerapkan suatu tindakan afirmatif.
Tindakan afirmatif adalah tindakan atau kebijakan yang diambil untuk tujuan agar kelompok
atau golongan tertentu (gender ataupun profesi) memperoleh peluang yang setara dengan kelompok
atau golongan lain dalam bidang yang sama.

Prinsip-prinsip kesetaraan telah menjadi amanat dalam konstitusi Negara Kesatuan Republik
Indonesia yaitu dalam UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan lainnya. Pasal-pasal dalam
UUD 1945 tersebut sudah menyebutkan prinsip-peinsip kesetaraan tersebut, baik secara implisit
maupun eksplisit. Adanya pengaturan persamaan hak dan kewajiban dalam pasal-pasal UUD 1945
tersebut telah menunjukkan bahwa kesetaraan dalam kehidupan negara dan berbangsa kita sudah
diakui dan dijamin oleh negara. Pasal 27 Ayat 1 UUD 1945 secara eksplisit menegaskan
pengakuanakan prinsip kesetaraan, segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum
dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu
dengan tidak ada kecualinya,.

E. Penerapan prinsip-prinsip kesetaraan


Prinsip-prinsip kesataraan perlu diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan dan bernegara,
seperti dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang majemuk. Kemajemukan dalam masyarakat
sangat rentan terhadap perpecahan jika prinsip kesetaraan tak diterapkan dalam masyarakat tersebut.
perlakuan diskriminatif terhadap kelompok tertentu merupakan salah satu bentuk tak
diterakapkannya prinsip kesetaraan dalam suatu masyarakat. Begitu pula halnya bila suatu daerah
mengalami perang antarsuku atau antaretnis yang berbeda, hal ini menunjukkan bahwa prinsip
kesetaraan tak dilaksanakan dengan baik dan konsekuen. Terjadinya aksi protes atas penguasa atu
protes tehadap suatu kebijakan menunjukkan kalau penguasa atau kebijakan yang dikeluarkan
tersebut kurang atau tidak mengakomodasi prinsip kesetaraan sehingga tak dianggap adil oleh
masyarakat yang bersangkutan.
Penerapan prinsip-prinsip keseteraan dalam masyarakat yang beragam mutlak diperlukan.
Penerapan prinsip-prinsip keseteraan tersebut berguna untuk menciptakan kehidupan yang harmonis
dalam masyarakat yang beragam seperti Indonesia. Terjadinya konflik Timur Tengah seperti
dinegara Syria lebih disebabkan karena diterapkannya prinsip kesetaraan dalam masyarakat tersebut.
kebijakan pemerintah dinegeri ini itu terlalu otoriter sehingga mengabaikan prinsip kesetaraan.
Akibatnya, rakyat merasakan ketidakadilan.
Perbedaan dan keragaman sosial dalam kehidupan masyarakat bukanlah penghalang untuk
menciptakan kehidupan yang harmonis dalam masyarakat tersebut. Penerapan prinsip-prinsip
keseteraan merupakan salah satu jalan untuk menciptakan keharmonisan. Hal ini disebabkan karena
dalam prinsip setiap orang mendapat perlakuan dan diperlakukan sama tanpa pandang bulu. Prinsip
kesetaraan sangat tak menginginkan adanya perlakuan yang diskriminatif. Perlakuan diskriminatif
hanya akan menciptakan perpecahan bukan keharmonisan dalam kehidupan sosial.
F. Bentuk Keragaman Indonesia

1. Suku Bangsa Dan Ras


Suku bangsa di Indonesia sangatlah dari sabang sampai merauke. Perbedaan ras ada karena
pegelompokan manusia yang memiliki ciri-ciri biologis lahiriah yang sama seperti rambut , warna
kulit , ukuran ukuran tubuh, mata, ukuran kepala, dan lain halnya. Salah satu contoh keberagaman
ada di daerah bagian barat mulai dari sulawesi yang merupakan termasuk ras mongoloid melayu
muda (deutero malayan mongoloid ) . kecuali batak dan toraja yang termasuk mongoloid melayu tua
(proto melayan mongoloid ) sebelah timur indonesia termasuk ras Austroloid, termasuk bagian NTT.
Sedangkan kelompok terbesar yang tidak termasuk kelompok pribumi adalah golongan China yang
termasuk Astratic Mongoloid.

2. Agama

Agama merupakan ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia, ikatan itu sendiri
berarti berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia sebagai kekuatan gaib yang tak
dapat ditangkap dengan panca indra. Namun mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap
kehidupan manusia sehari-hari (Harun Nasution: 10). Agama merupakan bentuk keyakinan yang
sulit diukur secara tepat dan rinci. Hal ini berarti bahwa akan menyulitkan para ahli untuk
memberikan definisi yang tepat tentang agama. Namun apa pun bentuk kepercayaan yang dianggap
sebagai agama, tampaknya memang memiliki ciri umum yang hampir sama, baik dalam agama
primitif maupun agama monoteisme. Menurut Robert H. Thoule (Psikologi Agama: 14) Masalah
agama tak akan mungkin dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Pada dasarnya agama dan
keyakinan merupakan unsur penting dalam keragaman bangsa Indonesia. Hal ini terlihat dari
banyaknya agama yang diakui Indonesia. Agama yang diakui di Indonesia menurut UU Administrasi
Kependudukan No. 23 tahun 2006 adalah islam, Kristen, protestan, hindu, Buddha dan konghucu.

3. Ideologi dan Politik


Ideologi merupakan suatu istilah umum bagi gagasan yang berpengaruh kuat terhadap
tingkah laku dalam situasi khusus karena merupaan kaitan antara tindakan dan kepercayaan yang
fundamental. Ideology merupakan pandangan hidup seseorang. Ideologi membantu untuk lebih
memperkuat landasan moral bagi sebuah tindakan. Politik mancakup baik konflik antara individu-
individu dan kelompok untuk memperoleh kekuasaan, yang digunakan oleh pemenang bagi
keuntungannya sendiri atas kerugian dari yang dilakukan. Politik juga bermakna usaha untuk
menegakkan ketertiban sosial. Keragaman masyarakat Indonesia dalam politik dapat dilihat dari
banyaknya partai sejak berakhirnya orde lama. Meskipun pada dasarnya indonesia hanya mengakui
suatu ideologi, yaitu pancasila yang benar-benar mencerminkan kepribadian bangsa Indonesia.

4. Tata Krama

Tata Krama yang dianggap dari Bahasa Jawa yang berarti adat sopan santun, basa-basi
pada dasarnya ialah segala tindakan, perilaku, adat istiadat, tegur sapa, ucap dan cakap sesuai kaidah
norma tertentu. Indonesia memiliki beragam suku budaya dimana setiap suku bangsa memiliki adat
sendiri meskipun karena adanya sosialisasi nilai-nilai dan norma secara turun temurun dan
berkesinambungan dari generasi ke generasi menyebabkan masyarakat yang ada dalam suatu suku
bangsa yang sama akan memiliki adat dan kesopanan yang relatif sama.

5. Kesenjangan Ekonomi

Bagi sebagian negara berkembang, perekonomian menjadi salah satu yang terus ditingkatkan.
Namun umumnya, masyarakat kita berada digolongan tingkat ekonomi menengah kebawah. Hal ini
tentu saja menjadi sebuah pemicu adanya kesenjangan yang tak dapat dihindari lagi.

6. Kesenjangan Sosial

Masyarakat indonesia merupakan masyarakat yang majemuk dengan bermacam tingkat,


pangkat, dan strata sosial yang hirerarkis. Hali ini, dapat terlihat dan dirasakan dengan jelas dengan
adanya penggolongan orang berdasarkan kasta. Hal ini yang dapat menimbulkan kesenjangan sosial
yang tidak saja dapat menyakitkan, namun juga membahayakan bagi kerukunan masyarakat. Tak
hanya itu bahkan bisa menjadi sebuah pemicu perang antar-etnis atau suku.

G. Indonesia Sebagai Masyarakat Majemuk


a. Pengertian Masyarakat Majemuk

Masyarakat multikultural merupakan suatu masyarakat yang terdiri atas banyak


struktur kebudayaan. Hal tersebut disebabkan karena banyaknya suku bangsa yang memiliki struktur
budaya sendiri yang berbeda dengan budaya suku bangsa yang lainnya. Pendapat dari beberapa ahli
tentang pengertian masyarakat multikultural yaitu:

J.S.Furnivall menyatakan bahwa masyarakat majemuk adalah suatu


masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih elemen yang hidup sendiri- sendiri,
tanpa ada pembauran satu sama lain di dalam satu kesatuan politik.

Clifford Geertz menyatakan bawah masyarakat majemuk merupakan masyarakat yang terbagi ke
dalam sub sistem-sistem yang lebih kurang berdiri dan masing-masing subsistem terikat oleh
ikatan-ikatan primordial.

J.Nasikun menyatakan bahwa suatu masyarakat bersifat majemuk sejauh masyarakat tersebut secara
struktural memiliki subkebudayaan-kebudayaan yg bersifat deverse yang di tandai oleh kurang
berkembangnya sistem nilai yang disepakati oleh seluruh anggota masyarakat dan juga sistem
nilai dari kesatuan-kesatuan sosial, serta sering munculnya konflik-konflik sosial.

b. Ciri-ciri masyarakat majemuk

a. Mempunyai struktur budaya lebih dari satu.


b. Nilai-nilai dasar yang merupakan kesepakatan bersama sulit berkembang.
c. Sering terjadi konflik-konflik sosial yang berbau SARA.
d. Struktur sosialnya lebih bersifat nonkomplementer.
e. Proses integrasi yg terjadi berlangsung secara lambat.
f. Sering terjadi dominasi ekonomi, politik, dan sosial budaya.

c. Keanekaragaman Kultur Indonesia

Selaku pisau nalisa, perlu terlebih dahulu dibedah pengertian dari Keanekaragaman kultur
Mutukultur. Kajian ini mengenai masyarakat majemuk signifikan terutama didalam masyarakat
yang memang terdiri atas aneka pelapisan sosial dan budaya yang satu sama lain saling berbeda.
Indonesia, sebab itu, mengembangkan slogan Bhineka Tunggal Ika (berbeda-beda tetapi tetap satu).
Slogan ini bersifat filosofis politis. Oleh sebab itu tanpa adanya unsur pemersatu, akan mudah
kiranya memecah belah kohesi politik masyarakat yang mendalami sekujur kepulauan nusantara ini.

Mengenai keanekaragaman kultur ini, Bhikhu Parekh membedakannya menjadi 3 yaitu : (1)
Keanekaragaman Subkultural, (2) Keanekaragaman Perspektif, dan (3) Keanekaragaman Komunal.
Ketiga pengertian mengnai keanekaragaman ini memiliki dampak berbedanya titik analisis atas
kajian keanekaragaman atau multikultur yang dilakukan.

1. Keanekaragaman Subkultural

Menurut Parekh, Keanekaragaman subkultural adalah sutu kondisi dimana para anggota
masyarakat memiliki satu kebudayaan umum yang luas dianut, beberapa diantara mereka
menyakinkan keyakinan dan praktek yang berbeda berkenaan dengan wilayah kehidupan tertentu
atau menempuh cara hidup mereka sendiri yang relative sangat berbeda. Contoh ini adalah
Komunitas Lia Eden, kelompok-kelompok sempalann agama mainstream.

2. Keanekaragaman Perspektif

Manurut Parekh, Keanekaragaman perspektif adalah suatu kondisi dimana beberapa anggota
masyatakat sangat krisis terhadap beberapa prinsip atau nilai-nilai sentral kebudayaan yang berlaku
dan berusaha untuk menyatakannya kembali disempanjang garis kelompok yang sesuai. Gerakan-
gerakan Feminis dan emansipasi perempuan merupakan perwakilan dari keanekaragaman perspektif.
Kemudian isu-isu pembentukan masyarakat madani di Indonesia, termasuk ke dalamnya isu-isu
pembentukan Negara Islam atau Negara Pancasila, mewakili Keanekaragaman Perspektif ini.

3. Keanekaragaman Manual

Terakhir, Keanekaragaman Kamunal adalah suatu kondisi sebagian besar masyarakat yang
mencakup beberapa komunitas yang sadar diri dan terorganisasi dengan baik. Mereka menjalankan
dan hidup dengan sistem kayakinan dan praktek yang berlainan antara kelompok satu dengan
kelompok lainnya.
Misal dari Keanekaragaman Komunal ini adalah para imigran yang baru tiba, komunitas-
komunitas Yahudi di Eropa dan Amerika, kaum Gypsi, masyarakat Amish, kelompok-kelompok
cultural yang berkumpul secara territorial seperti kaum Basque di Spanyol. Di Indonesia asuk ke
dalam kelompok ini misalnya kawasan-kawasan Perinan (hunian komunitas Cina), wilayah-wilayah
yang dihuni suku-suku bangsa di luar wilayahnya (komunitas Batak di Jakarta dan Bandung,
misalnya)

d.Struktur Masyarakat Indonesia Sebagai Masyarakat Majemuk

Struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh dua cirinya yang bersifat unik.

1. Horizontal

Ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan social berdasarkan perbedaan suku-bangsa,


perbedaan agama, adat serta perbedaan-perbedaan kedaerahan.

2. Vertical

Strktur maysrakat Indonesia ditandai adanya perbedaan2 vertikal antara lapisan atas dan lapisan
bawah yang cukup dalam.

Perbedaan-perbedaan sukubangsa, agama, adat, dan kedaerahan seringkali disebut sebagai


ciri masyarakat Indonesia yang bersifat majemuk, suatu istilah yang mula-mula dikenalkan oleh
Furnivall untuk menggambarkan masyarakat Indonesia pada masa Hindia Belanda. Konsep
masyarakat majemuk sebagaimana yang digunakan oleh ahli-ahli ilmu kemasyarakatan dewasa ini
memang merupakan perluasan dari konsep Furnivall tersebut.

Masyarakat Indonesia pada masa Hindia Belanda, demikianlah menurut Furnivall,


merupakan suatu masyarakat majemuk (plural society), yakni suatu masyarakat yang terdiri atas dua
atau lebih elemen yang hidup sendiri-sendiri tanpa ada pembauran satu sama lain di dalam kesatuan
politik (JS Furnivall, Netherlands India: A Study of Plural Economy, Cambridge at The University
Press, 1967, halaman 446-469).
Dengan cara yang lebih singkat, Pierre L. van den Berghemenyebutkan beberapa karakteristik
masyarakat majemuk, sebagai berikut:

1. Terjadinya segmentasi ke dalam kelompok-kelompok yang seringkali memiliki subkebudayaan


yang berbeda satu sama lain,

2. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat


nonkomplementer,

3. Kurang mampu mengembangkan konsensus di antara para anggota-anggotanya terhadap nilai-


nilai yang bersifat dasar,

4. Secara relatif sering kali mengalami konflik-konflik di antara kelompok yang satu dengan
kelompok yang lain,

5. Secara relatif integrasi sosial tumbuh di atas paksaan (coercion) dan saling ketergantungan di
dalam bidang ekonomi, serta

6. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok yang lain

e. Konfigurasi Etnis Masyarakat Majemuk

Dr. Nasikun menyatakan bahwa berdasarkan konfigurasinya, masyarakat majemuk dapat


dibedakan ke dalam empat kategori, yaitu:

a. masyarakat majemuk dengan kompetisi seimbang


b. masyarakat majemuk dengan mayoritas dominan,

c. masyarakat majemuk dengan minoritas dominan,

d. masyarakat majemuk dengan fragmentasi.

Kategori pertama merupakan masyarakat majemuk yang terdiri atas sejumlah kelompok etnik
yang kurang lebih seimbang, sehingga untuk mencapai integrasi sosial atau pemerintahan yang stabil
diperlukan koalisi lintas-etnis.

Kategori kedua dan ketiga merupakan varian-varian masyarakat majemuk yang memiliki
konfigurasi etnik yang tidak seimbang, di mana salah satu kelompok etnik tertentu (kelompok
mayoritas pada kategori kedua dan kelompok minoritas pada kategori ketiga) memiliki competitive
advantageyang strategis di hadapan kelompok-kelompok yang lain.

Masyarakat majemuk dengan kategori keempat (dengan fragmentasi) meliputi masyarakat-


masyarakat yang terdiri atas sejumlah besar kelompok etnik, semuanya dengan jumlah anggota yang
kecil dan tidak satupun memiliki posisi politik yang dominan dalam masyarakat. Kehidupan politik
dalam masyarakat dengan konfigurasi demikian sangatlah labil, karena ketidakmampuan
membangun coalition building yang diperlukan untuk mengakomodasi konflik-konflik yang pada
umumnya bersifat anarkhis sebagai akibat dari kecurigaan etnik dan hadirnya pemerintahan yang
otoriterian.

f. Sebab-Sebab Pluralitas (Mengapa Majemuk?)

Ada beberapa faktor yang menyebabkan mengapa pluralitas masyarakat Indonesia yang
demikian itu terjadi. Yang pertama, keadaan geografik wilayah Indonesia yang terdiri atas kurang
lebih tiga ribu pulau yang terserak di sepanjang equator kurang lebih tiga ribu mil dari timur ke
barat, dan seribu mil dari utara selatan, merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap
terjadinya pluralitas sukubangsa di Indonesia. Tentang berapa jumlah sukubangsa yang sebenarnya
ada di Indonesia, ternyata terdapat berbagai pendapat yang tidak sama di antara para ahli ilmu
kemasyarakatan. Hildred Geertz misalnya menyebutkan adanya lebih kurang tiga ratus sukubangsa
di Indonesia, masing-masing dengan bahasa dan identitas kultural yang berbeda-beda.

Skinner menyebutkan adanya lebih dari 35 sukubangsa di Indonesia, masing-masing dengan


adat istiadat yang tidak sama. Lebih dari sekedar menyebutkan banyaknya sukubangsa di Indonesia,
Skinner menggambarkan juga perbandingan besarnya sukubangsa-sukubangsa tersebut. Beberapa
sukubangsa yang paling besar sebagaimana disebut oleh Skinner adalah Jawa, Sunda, Madura,
Mingangkabau, dan Bugis. Kemudian ada beberapa sukubangsa yang lain yang cukup besar, yaitu
Bali, Batak Toba, dan Sumbawa. Mengikuti pengertian sukubangsa yang dikemukakan oleh para ahli
antropologi, Dr. Nasikun menggolongkan orang-orang Tionghoa sebagai salah satu sukubangsa di
Indonesia, dan berdasarkan laporan Biro Pusat Statistik, dan berdasarkan perkiraan tambahan
penduduk golongan Tionghoa 3 persen, serta dengan mengingat kurang lebih 100.000 orang
Tionghoa kembali ke Tiongkok selama tahun 1959 dan 1960, diperkirakan jumlah orang Tionghoa
yang tinggal di Indonesia pada tahun 1961 sebanyak 2,45 juta orang, sementara penduduk pribumi
waktu itu diperkirakan 90.882 juta orang. Walaupun jumlah orang Tionghoa sangat kecil
dibandingkan dengan penduduk pribumi, tetapi mengingat kedudukan mereka yang sangat penting
dalam kehidupan ekonomi, mereka sangat mempengaruhi hubungan mereka dengan sukubangsa-
sukubangsa yang lain (yang secara keseluruhan disebut pribumi).

Faktor kedua yang menyebabkan pluralitas masayarakat Indonesia adalah kenyataan bahwa
Indonesia terletak di antara Samudera Indonesia dan Samudera Pasifik. Keadaan ini menjadikan
Indonesia menjadi lalu lintas perdagangan, sehingga sangat mempengaruhi terciptanya pluralitas
agama di dalam masyarakat Indonesia. Telah sejak lama masyarakat Indonesia memperoleh berbagai
pengaruh kebudayaan bangsa lain melalui para pedagang asing. Pengaruh yang pertama kali
menyentuh masyarakat Indonesia adalah agama Hindu dan Budha dari India sejak kurang lebih
empat ratus tahun sebelum masehi. Hinduisme dan Budhaisme pada waktu itu tersebar meliputi
daerah yang cukup luas di Indonesia, serta lebur bersama-sama dengan kebudayan asli yang telah
hidup dan berkembang lebih dulu. Namun, pengaruh Hindu dan Budaha terutama dirasakan di Pulau
Jawa dan Pulau Bali.

Faktor ketiga, iklim yang berbeda-beda dan struktur yang tidak sama di antara berbagai
daerah di kepulauan Nusantara, telah mengakibatkan pluralitas regional. Perbedaan curah hujan dan
kesuburan tanah merupakan kondisi yang menciptakan dua macam lingkungan ekologis yang
berbeda, yakni daerah pertanian basah (wet rice cultivation) yang terutama banyak dijumpai di Pulau
Jawa dan Bali, serta daerah ladang (shifting cultivation) yang banyak dijumpai di luar Jawa.

H. Problema Keberagam dan Kesetaraan

DISKRIMINASI
Kesetaraan atau kesederajatan adalah suatu kondisi dimana dalam perbedaan dan keragaman
yang ada manusia tetap memiliki kedudukan yang sama dan satu tingkatan yang sama. Kesetaraan
lebih mengacu pada kita harus hidup serasi dan selaras dalam perbedaan, tanpa harus meninggalkan
identitas perbedaan yang ada pada masing-masing individu tersebut. Adapun indikator kesetaraan,
yakni :
1. Adanya persamaan derajat dilihat dari agama, suku bangsa, ras, gender, dan golongan.
2. Adanya persamaan hak dari segi pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan yang layak.
3. Adanya persamaan kewajiban sebagai hamba Tuhan, individu, dan anggota masyarakat.
Pada umumnya, masalah yang terjadi dalam kehidupan adalah munculnya sikap dan perilaku
untuk tidak mengakui adanya persamaan derajat, hak, dan kewajiban anatr manusia atau antar
warga. Pembedaan perlakuan terhadap sesama warga negara disebut diskrimasi. Undang-undang No.
39 Tahun 1999 tentang HAM menyatakan bahwa diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan,
yang langsung ataupun tidak langsung didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar agama, suku,
ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, dan keyakinan
politik, yang berakibat pada pengurangan, penyimpangan, atau penghapusan pengakuan,
pelaksanaan, serta penggunaan HAM dan kebebasan dasar dalam kehidupan baik individu maupun
kolektif dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya, dan aspek kehidupan lainnya.

Pengakuan akan prinsip kesetaraan dan kesedarajatan secara yuridis diakui dan dijamin oleh negara
melalui UUD45. Warga negara tanpa dilihat perbedaan ras, suku, agama, dan budayanya
diperlakukan sama dan memiliki kedudukan yang sama dalam hukum dan pemerintahan negara
Indonesia.

Masalah yang terjadi dalam kehidupan pada umumnya seperti munculnya sikap dan perilaku untuk
tidak mengakui adanya persamaan derajat, hak, dan kewajiban antarmanusia atau antarwarga.
Perilaku yang membeda-bedakan orang disebut diskriminasi.

Upaya untuk menekan dan menghapus praktik-praktik diskriminasi, yakni sebagai berikut.

a. Adanya perlindungan dan penegakan HAM disetiap ranah kehidupan manusia.


b. Penghapusan diskriminasi yaitu ditandai dengan penghapusan Surat Bukti Kewarganegaraan
Republik Indonesia (SBKRI) melalui keputusan Presiden No. 56 Tahun 1996 dan Instruksi
Presiden No. 4 Tahun1999 dan Imlek sebagai hari libur nasional.
c. Mencegah terjadinya perilaku diskriminatif dalam rumah tangga, antara lain telah ditetapkan
Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan Undang-Undang No. 23
Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).

ETNOSENTRISME

Etnosentrisme merupakan suatu persepsi yang dimiliki oleh tiap-tiap individu yang menganggap
budayanya merupakan yang terbaik dari budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain. Etnosentrisme
tersebut dapat juga diartikan sebagai fanatisme suku bangsa.

Segi positif Etnosentrisme diantaranya ialah

1. menjaga kestabilan serta keutuhan budaya,


2. dapat mempertinggi semangat patriotisme dan juga kesetiaan kepada bangsa,
3. dapat memperteguh rasa cinta terhadap kebudayaan / bangsa.

Penyebab Munculnya Etnosentrisme di Indonesia


1. Budaya Politik
Faktor yang mendasar yang menjadi penyebab akan munculnya etnosentrisme ini adalah budaya
politik dari masyarakat yang cenderung tradisional serta tidak rasionalis. Budaya politik masyarakat
tersebut kita masih tergolong budaya politik subjektif Ikatan emosional serta ikatan-ikatan
primordial yang masih cenderung menguasai masyarakat yang ada di Indonesia . Masyarakat terlibat
didalam dunia politik yaitu kepentingan mereka yang sangat mementingkan suku, etnis, agama dll.

2. Pluralitas Bangsa Indonesia


Faktor yang lain , penyebab munculnya masalah etnosentrisme ialah pluralitas Bangsa Indonesia.
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang terdiri dari berbagai suku, agama, ras serta golongan.
Pluralitas masyarakat Indonesia tersebut tentu melahirkan berbagai persoalan. Pada tiap-tiap suku,
agama, ras serta golongan berusaha untuk dapat memperoleh kekuasaan serta juga menguasai yang
lain.Masalah kepentingan inilah yang faktor yang banyak memunculkan persoalan-persoalan pada
tiap-tiap daerah.
Dampak positif dari etnosentrisme adalah
1. dapat mempertinggi semangat patriotisme,
2. menjaga keutuhan serta juga stabilitas kebudayaan,
3. mempertinggi rasa cinta kepada bangsa sendiri.
Sikap etnosentrisme adalah sikap tolak ukur budaya seseorang dengan budayanya .

Dampak Negatif dari etnosentrisme adalah


1. Dapat menyebabkan konflik antar suku.
2. Adanya alirannya politik.
3. Menghambat proses asimilasi budaya yang berbeda.

NASIONALISME SEMPIT
Kata nasionalisme berasal dari bahasa Inggris, nation berarti bangsa, national berarti
kebangsaan, isme berarti paham atau ajaran. Nasionalisme berarti paham atau ajaran mengenai
kebangsaan.
Pengertian nasionalisme, ialah :
1. Cinta kepada tanah air dan karenanya seseorang mau dan rela berkorban untuk tanah airnya,
bangsanya dan negaranya
2. Kesadaran diri selaku warga bangsa/negara sebagai perwujudan dari kecintaannya kepada
tanah airnya dan karenanya seseorang mengutamakan kepentingan tanah airnya, bangsanya
dan negaranya.

Tumbuhnya nasionalisme dan aplikasinya, bila dilihat secara sepintas kelihatannya sama, tetapi bila
lebih dicermati dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Menurut jamannya
a. Pada jaman penjajahan, tumbuhnya nasionalisme dan aplikasinya, adalah berjuang merebut
kemerdekaan, ingin punya bangsa yang merdeka, negara yang merdeka serta rakyat yang
bebas dari penindasan, pemerasan, dan perbudakan. Bentuk perjuangannya lebih banyak
bersifat fisik mengangkat senjata dan melakukan perlawanan bersenjata.
b. Pada jaman kemerdekaan atau jaman tidak mengalami penjajahan, tumbuhnya nasionalisme
dan aplikasinya, adalah berjuang mengisi kemerdekaan, dan mengatur berbagai tata
kehidupan berbangsa dan bernegara. Bentuk perjuangannya lebih banyak meningkatkan
partisipasi rakyat dan meningkatkan kesejahteraan rakyat, sehingga rakyat bebas dari
kelaparan, kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan.

2. Menurut sifatnya
a. Nasionalisme yang bersifat bebas, adalah nasionalisme yang tumbuh dari olah pikir, dan
kesadaran selaku pribadi yang bebas dan mandiri, sebagai hasil berfikir dan merenung, dan
bukan dari pengaruh paham lainnya. Tumbuhnya nasionalisme bukan antithesis atau
antagonis dari kolonialisme, oleh karena itu pada nasionalisme bebas, jiwa kebangsanaannya
tidak akan berkurang dan tidak akan pudar jika penjajahan tidak ada (lagi).
b. Nasionalisme yang bersifat sempit, adalah nasionalisme yang tumbuh dari olah rasa dan
ikatan perasaan yang sangat kuat dengan bangsanya dan negaranya, yang kurang disertai
pandangan yang jauh kedepan.

Paham individualisme, jika menyangkut urusan-urusan yang berkenaan dengan dengan orang
banyak/publik akan terjadi benturan atau antagonis dengan nasionalisme, tetapi jika kedua paham
ini bersatu, akan lahir paham nasionalisme sempit, karena yang dominan adalah individualisme yang
berpusat pada ego sentris. Maka dapat dikatakan bahwa nasionalisme sempit adalah indivialisme
yang mengalami penambahan nilai. Contohnya : Raja Lodewijk XIV (1643 1715) berkata : Aku
adalah negara
Sulit membedakan antara nasionalisme bebas dengan nasionalisme sempit, karena perbedaannya
sangat tipis, sebagai berikut :

Nasionalisme Bebas Nasionalisme Sempit


1. Tumbuhnya nasionalisme lebih 1. Tumbuhnya nasionalisme lebih
banyak didominasi oleh jiwa yang banyak didominasi oleh emosi dan
bebas, pikiran yang bebas, dan perasaan fanatik kebangsaan dan
pandangan yang jauh kedepan. kenegaraan.
2. Memahami pengertian bangsa dan 2. Penghargaan terhadap bangsa dan
negara serta menghargainya, dan juga negara sendiri secara berlebihan, dan
menghargai bangsa lain, sehingga kurang menghargai bangsa lain.
3. Berupaya mencampuri urusan
tercipta suasana saling pengertian.
3. Berupaya ikut menjaga persatuan bangsa/negara lain, bahkan memikat
dan kesatuan bangsanya, tanpa warga bangsa lain kedalam
berusaha ikut campur tangan dalam nasionalismenya.
4. Dalam menjaga kepentingan
urusan-urusan bangsa/negara lain.
4. Dalam menjaga kepentingan bangsa/negaranya berusaha
bangsa/ negaranya berusaha menjalin mendominasi bangsa/negara lain,
hubungan dengan bangsa/negara lain bahkan berusaha menghapus
disegala bidang secara selaras, serasi nasionalisme bangsa lain.
5. Mendorong terjadinya penjajahan
dan seimbang, sehingga saling
dan kolonialisme dalam bentuk apapun.
menguntungkan.
5. Mendorong terjadinya hubungan
global internasional yang lebih baik

EGOISME BUDAYA

Sikap yang menunjukkan bahwa budaya yang dimiliki oleh suatu golongan lebih diutamakan
dan menganggap budaya lain tidak lebih baik dari budaya yang dimilikinya. Ini jelas merupakan
sikap yang keliru karena terlalu menganggap budaya sendiri lebih baik diatas budaya yang lain dan
juga sikap yang mementingkan budaya sendiri daripada budaya yang lain.

INTOLERANSI AGAMA

Melihat toleransi dari definisinya, toleransi mempunyai kata dasar toleran, yang menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mempunyai arti bersifat atau bersikap menenggang
(menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan,
kelakuan, dan sebagainya) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri,.

Sedangkan toleransi sendiri menurut KBBI berarti sifat atau sikap toleran. Benjamin Kaplan
mengemukakan bahwa toleransi adalah suatu bentuk perilaku: hidup berdampingan secara damai
dengan orang lain yang menganut agama yang berbeda, (Kaplan, 2007).
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa toleransi umat beragama adalah bentuk
pelaksanaan dari kebebasan beragama. Tanpa toleransi, maka kebebasan beragama tidak akan ada.

Di Indonesia, kebebasan beragama mempunyai jaminan konstitusional. Konstitusi Republik


Indonesia yakni UUD NRI 1945 menjamin kebebasan beragama dalam Pasal 28E ayat (1) yang
berbunyi: Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya.

Kemudian Pasal 28E ayat (2) yang berbunyi: Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini
kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap sesuai dengan hati nuraninya. Jaminan tersebut
diperkuat oleh Pasal 29 ayat (2) UUD NRI 1945 yang berbunyi:

Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-


masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

Negara juga telah menegaskan larangan diskriminasi berdasarkan agama. Prinsip


nondiskriminatif ini ditegaskan UUD 1945 ayat (2) Pasal 28I bahwa, Setiap orang berhak bebas
dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan
terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif.

Pengertian diskriminasi telah didefinisikan dalam Pasal 1 butir 3 Undang-undang Nomor 39


Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang menyebutkan 11 kriteria, yang salah satunya adalah
pembedaan manusia atas dasar agama (Asshiddiqie, 2013).

Jika dikaitkan dengan permasalahan-permasalahan seperti yang sudah disebutkan di atas,


maka kebebasan beragama di Indonesia sangat mutlak untuk dilindungi.

Kasus-kasus yang berkenaan dengan intoleransi, seperti yang sudah disebutkan di atas
merupakan suatu bentuk pelanggaran yang jelas terhadap konstitusi Indonesia. Hal-hal itu
merupakan suatu bentuk penghinaan dan pengkhianatan terhadap konstitusi negara. Terlebih lagi,
jika intoleransi ini sudah merasuk ke dalam birokrasi.

Menurut Prof Jimly, kepada pejabat penyelenggara negara dikenakan kewajiban untuk
bertuhan dan beragama sebagaimana mestinya untuk menjadi contoh bagi rakyat atau warganegara
biasa agar juga hidup Berketuhanan Yang Maha Esa dan beragama karena kepercayaan kepada
Tuhan YME dan beragama merupakan sesuatu yang ideal (Asshiddiqie, 2013).
Jika intoleransi masuk ke dalam birokrasi, yang mana birokrasi tersebut dianggap sebagai
contoh bagi rakyat, maka hal itu akan menjadi contoh yang sangat tidak baik bagi warga negara
biasa.

Bahayanya tentu saja jika yang menjadi contoh bagi masyarakat tidak benar, masyarakat
akan ikut mencontoh hal yang tidak benar itu dan intoleransi akan mendapat legitimasi oleh
karenanya. Data-data yang disebutkan di atas juga menggambarkan kepada kita bahwa toleransi
masih merupakan suatu hal yang harus diperjuangkan.

Di dalam menjalankan kewajiban beragamanya seseorang harus mendapatkan berbagai


hambatan seperti dalam paparan di atas, padahal hal itu adalah hak yang tidak bisa dikurangi oleh
siapapun juga. Tindakan yang demikian jelas merupakan suatu pengkhianatan terhadap konstitusi
negara, dan pemerintah seyogianya mengambil peranan utama dalam menyelesaikan persoalan
semacam ini.

Menurut Prof. Jimly, tugas dan peran pemerintahan serta para pemegang jabatan sebagai
penyelenggara negara adalah untuk (Asshiddiqie, 2013):

1. melayani, mendukung dan membantu warganegaranya, penduduk, dan semua orang yang ada
dalam wilayah kekuasaannya menjalankan ajaran agamanya melalui fasilitasi dan dukungan
administrasi pemerintahan dalam rangka pembentukan perilaku ideal dalam bermasyarakat,
sehingga terbentuk pula perilaku ideal warga dalam bernegara;

2. menjaga kerukunan hidup bersama antar umat beragama dan antar kelompok internal umat
bersama yang dapat atau ternyata mengganggu ketertiban dan ketenteraman yang lebih luas,
dalam rangka kerukunan hidup berbangsa dan bernegara; dan

3. yang lebih pentingnya lagi menjadi contoh atau teladan bagi masyarakat luas dalam
berperilaku ideal sesuai tuntunan agama atau prinsip-prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa yang
diyakini masing-masing untuk peningkatan peri-kehidupan bersama dalam wadah negara.

Kewajiban negara dan pemerintah dalam hal ini mutlak. Dalam menghormati dan melindungi
hak-hak kebebasan beragama dan berkeyakinan, harus diingat bahwa kita telah meratifikasi Kovenan
Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik.
Menurut Prof Jimly, ada 2 jenis pelanggaran yang bertalian dengan kewajiban negara, dalam hal ini,
yaitu

(i) Negara harus menghormati hak-hak kebebasan beragama dan berkeyakinan, karenanya tidak
boleh melakukan tindakan yang dilarang atau bertentangan ICCPR melalui campur-tangannya yang
dapat disebut sebagai violation by action atau disebut juga violation by commission;

(ii) Negara haruslah bertindak aktif meskipun secara terbatas untuk melindungi hak-hak tersebut,
jika tidak, berarti negara lalai, lupa, atau absen. Hal inilah yang disebut sebagai pelanggaran melalui
pembiaran (violation by omission) (Asshiddiqie, 2013).

Selain itu, membersihkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dari norma-norma


yang bertentangan dengan hak asasi manusia, termasuk dalam urusan kebebasan beragama. Karena
itu, diperlukan executive review terhadap semua produk hukum yang berlaku untuk memastikan
kebebasan beragama yang dijamin oleh UUD 1945 dapat diwujudkan (Asshiddiqie, 2013).

Dengan demikian, terang bahwa toleransi umat beragama di Indonesia merupakan hal yang
amat fundamental dan harus menjadi perhatian pemerintah. Toleransi masih merupakan hal yang
harus diperjuangkan, dan peranan aktif pemerintah adalah mutlak diperlukan untuk menjalankan
toleransi itu.

Toleransi dan intoleransi merupakan dua hal yang berbanding terbalik, bagaimana dilain sisi
Toleransi secara bahasa bermakna sifat atau sikap menenggang (menghargai, membiarkan,
membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan dsb) yang
berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri (Kamus Besar B.Indonesia Edisi. 2 Cetakan 4
Th.1995). Sedangkan pengertian toleransi sebagai istilah budaya, sosial dan politik, ia adalah simbol
kompromi beberapa kekuatan yang saling tarik-menarik atau saling berkonfrontasi untuk kemudian
bahu-membahu membela kepentingan bersama, menjaganya dan memperjuangkannya. upaya untuk
merajut rasa toleransi beragama dan rasa persaudaraan serta perdamaiaan antarpemeluk agama yang
lain tidak cukup hanya dengan faktor nilai-nilai agama saja, tetapi juga dibutuhkan nilai-nilai
Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 45 sebagai empat pilar kebangsaan sebagai
upaya menghindari aksi kekerasan atas nama agama.

MERASA DIRI PALING BENAR

Merasa diri paling benar adalah suatu sikap dimana saat seorang individu menganggap orang
lain salah dan dirinyalah yang benar. Sikap ini memang ada pada setiap individu, tetapi kembali ke
dalam diri individu itu sendiri lagi, jika seseorang lebih mengutamakan sikap ego dan tidak
memperdulikan orang lain yang ada disekitarnya maka orang ini sudah pasti menganggap apapun
yang ada dalam dirinya adalah yang benar.

Seseorang yang benar, pasti dapat secara bijak untuk tidak merasa dirinya benar. Dia tetap
menghargai sikap, pendapat dan apapun yang terlihat dari diri orang lain tidak serta merta secara
langsung mengecap diri paling benar walaupun itu benar.

Terorisme Atas Nama Negara

A. Pengertian Terorisme
Membangkitkan perasaan takut di kalangan masyarakat serta menimbulkan rasa panik
serta menimbulkan rasa ketidakpercayaan terhadap kemampuan pemerintah dalam menciptakan
keamanan stabilitas negara adalah tujuan utama Terorisme dalam mengharapkan perhatian
daripada pihak yang di tujunya. Serta memancing pihak yang ditujunya agar bertindak agresif
dan kemudian mendiskreditkan pihak yang di tujunya dengan harapan mengharap simpati dari
masyarakat. Bentuk-bentuk teror dan tindak kekerasan tersebut bisa berupa pembunuhan,
penculikan, pengeboman dan pembajakan pesawat,pengeboman tempat umum seperti pasar
ataupun tempat hiburan.
Sedangkan Menurut Loebby Loqman, Analisis Hukum dan Perundang-Undangan
Kejahatan terhadap Keamanan Negara Indonesia,(Jakarta: universitas Indonesia,1990) hal 98,
Mendefinisikan terorisme sebagai senjata psikologis untuk menciptakan suasana tidak menentu
serta menciptakan ketidakpercayaan masyarakat terhadap kemampuan pemerintah dan memaksa
masyarakat atau kelompok tertentu untuk mentaati kehendak pelaku teror. Kegiatan terorisme
umumnya di lakukan dengan sasaran acak,bukan langsung kepada lawan,sehingga dengan
dilakukan teror tersebut diharapkan akan didapatkan perhatian pihak yang di tuju

B. Akar Masalah Terorisme Atas Nama Agama di Indonesia


Menjelang awal abad ke 21, keberadaan terorisme mulai menunjukan keberadaanya.
Apalagi setelah runtuhnya Komunisme di Eropa timur. Banyak akademisi dan berbagai pihak
melahirkan teori konspirasi, bahwa keberadaan terorisme itu terlahir dari faktor utama
berjalannya ekonomi di Barat yang bersandarkan pada minyak dan jual-beli senjata saja.
Sedangkan di Indonesia sendiri, terorisme di stigmakan dengan terorisme yang dilakukan
satu agama. Walaupun tidak menutup kemungkinan kekerasan/teror yang mengatasnamakan
agama telah di lakukan oleh hampir semua agama. Namun pada dasarnya faktor yang
mempengaruhi terorisme adalah kemiskinan. Sebagaimana di ungkapkan oleh Mahfudz Siddiq,
Ketua komisi I DPR (Kompas,14/09/2011) mengatakan bahwa faktor utama terorisme dan
konflik agama di Indonesia dan mengambil konflik Ambon sebagai contohnya adalah
Kemiskinan di Ambon, sensitivitas kelompok pasca konflik dan akibat konflik masa lalu
berdasarkan etnis dan agama.
Namun Kapolri Jendral Timur Pradopo (Lampung Pos,21/03/2012) Mengatakan bahwa
permasalahan yang menjadi akar kekerasan, radikalisasi dan terorisme adalah :
1. Persoalan kemiskinan yang masih melanda sebagian umat. Kemiskinan seringkali memaksa
seseorang untuk menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kehidupan.
2. Ketidakpercayaan terhadap Negara dan tidak memiliki perasaan takut terhadap
penyelenggara negara.
3. Kurangnya pendidikan dan keterbelakangan.

C. Cara Ketahanan Nasional Mengantisipasi Terjadinya Terorisme Agama Tertentu Di Nusantara

Terorisme merupakan sebuah salah satu ancaman yang mampu meruntuhkan ketahanan
nasional bangsa Indonesia. Dan masyarakat Indonesia sangat resah dengan ancaman terorisme
tersebut yang merupakan kejahatan terhadap peradaban dan ancaman bagi segenap bangsa dan
semua agama. Untuk itu perang melawan terorisme menjadi komitmen utama negara
Indonesia. Karena terorisme juga mampu mempengaruhi perekonomian nasional di samping
menimbulkan korban jiwa dan kerugian harta benda.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Inspektur Jendral Ansyaad Mbai
menilai akar radikalisasi pelaku terosrisme bukan hanya single faktor, tapi multi faktor seperti
ekonomi, politik, sosial dan pendidikan. Terbentuknya radikalisasi karena terjadi korelasi dari
berbagai macam aspek kemudian mengkristal menjadi perasaan yang tidak adil dan kemudian
di rangkul oleh kelompok radikal.
Upaya penanggulangan dan pencegahan terorisme, Badan Intelejen Negara (BIN) telah
menerapkan :
1. Melalui strategi supremasi hukum, upaya penegakan hukum dalam memerangi terorisme
dilakukan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Tidak pandang bulu dan tidak
mengarah pada penciptaan citra negatif pada kelompok/komunitas tertentu.
2. Prinsip indepedensi juga di laksanakan untuk menegakkan ketertiban dan melindungi
masyarakat dari pengaruh tekanan negara asing atau kelompok tertentu.
3. Melakukan koordinasi antara instansi terkait dengan komunitas intelejen dalam penyaluran
informasi dan analisa serta partisipasi aktif dari komponen masyarakat
4. Strategi demokrasi di terapkan dengan memberikan peluang kepada masyarakat sebagai
saluran aspirasinya dalam meredam potensi gejolak radikalisme dan terorieme
5. Melakukan pendekatan terhadap tokoh masyarakat serta memberikan kefahaman dan
membentuk pola fikir yang benar
6. Memberikan andil kepada masyarakat untuk ikut serta dalam usaha-usaha menaggulangi
terorisme.

D. Solusi Masalah Terorisme Agama di Indonesia


Maraknya aksi terorisme di indonesia di picu oleh pemahaman agama yang sempit.Hal
ini sangat berbahaya keberadaanya, karena mereka beranggapan bahwa kelompok dan
komunitasnya yang benar dan yang lainnya adalah salah. Menurut pandangan akademisi
Universiotas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,M.Romli (Okezone.com 27/07/2011) segala
bentuk tindakan ekstrimdalam agama itu di larang.Tak ada ajaran agama manapun yang
mengajarkan kekerasan. 4 pilar yang ada dalam negeri kita yaitu: Pancasila,UUD1945,
Bhinneka Tunggal Ika dan NKRImasih merupakan Solusi paling ampuh untuk mencegah
terorisme. Di samping itu pemerintah harus serius menjamin kesejahteraan rakyat dengan
menciptakan lapangan, meningkatkan SDM rakyat Indonesia melalui pendidikan dan
menjamin keamanan masyarakat secara sistematis agar kepercayaan terengkuh kembali.

Ekslusivisme dan Inkulisivisme dalam Masyarakat

Di dalam masyarakat yang sangat plural di Indonesia terdapat pandangan masyarakat


yang berbeda, yaitu Eksklusivisme dan Inklusivisme. Eksklusivisme beranggapan bahwa dalam
masyarakat itu tersusun secara tertutup, memudar dan memisah. Artinya dalam masyarakat itu
ada kelompok yang hebat, selalu benar, sangat terhormat, tidak perlu meminta pandangan pihak
lain yang rendah dan tidak hebat, yang pada garis besarnya manusia dalam posisi tidak sama
(terpisah atau pudar)
Di dalam bangunan masyarakat sampai pemerintahan Negara bisa sangat ekslusif,
misalnya sikap perilaku Asal Bapak Senang (ABS), menjilat atasan dan menginjak bawahan,
cari muka pada atasan dan membuang muka pada bawahan, menganggap atasan adalah
segalanya sedangkan bawahan oeang bodoh yang tidak tahu apa-apa dan lain sebagainya.
Dalam masyarakat luas yag terjadi apa kata orang yang memiliki jabatan atau kekuasaan adalah
segalanya, kurang peduli terhadap masyarakat apalagi kelas bawah. Contoh Bangunan
Pemerintah dan masyarakat yang berkecenderungan kearah eksklusif adalah pada masa Orde
Baru.
Di dalam perjalanan Indonesia berikutnya, ada bangunan pemerintahan Negara dan
kemasyarakatan yang inklusif: terbuka, memadu, menyatu, dan membaur. Pandangan
inklusifisme pada intinya beranggapan bahwa antar sesame manusia sama dan perlu
dipelkakukan sama dan didengar sebagai manusia. Bangunan pemerintahan, Negara, dan
kemasyarakatan inklusif jauh beda dengan eksklusif bahkan dapat dikatan bertolakbelakang.
Dalam bangunan pemerintah Negara dan kemasyarakatan yang terbuka, kebenaran perlu
masukan dan dibicarakan bersama-sama, peran rakyat didengar dan dihormati, rumusan
kebijakan dilihat dari rakyatnya sendiri, kebenaran terbuka untuk dikritisi. Pada intinya dalam
kebijakan yang inklusif antara pemerintahan, Negara dan masyarakat menjadi satu, mana yang
dianggap baik akan dijalankan. Kebijakan dibuat dan dirumuskan bersama masyarakat, rakyat
juga mengawasi langsung jalannya kebijakan. Kesenangan rakyat adalah kesenangan penguasa,
masalah rakyat juga menjadi masalah penguasa. antara penguasa dan ralyat tidak berjarak.
Kebijakan pemerintahan Negara dan masyarakat masa Reformasi sampai sekarang lebih
cenderung kearah inklusif

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Keberagaman dan kesetaraan melekat di dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang plural.
Keberagaman di dalam kehidupan individu sampai pada masyarakat merupakan cerminan nyata dari
kehidupan bangsa Indonesia. Keberagaman dan kesetaraan merupakan dua istilah yang tidak dapat
dipisahkan. Keberagaman masyarakat Indonesia yang plural perlu didalamnya berkembang pula
konsep kesetaraan. Antara keberagaman dan kesetaraan perlu beririringan dalam menciptakan
masyarakat yang harmoni, berwajah manusiawi, adil, dan beradab. Tanpa kesetaraan maka akan
muncul berbagai masalah sosial ditengah-tengah kehidupan bangsa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai