Si, MH
Dosen Pengampuh Mata Kuliah :
Makalah
Disusun Untuk Menyelesaikan Tugas Mata Kuliah
Pancasila Dan Kewarganegaraan Serta Sebagai Tugas Final Semester II
OLEH :
NUR ANNISA SUCI ASKIN ( 20400121072 )
1
DR. H. HUSEN SARUJIN, SH, MM, M.Si, MH
DOSEN PENGAMPUH MATA KULIAH
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN 2022
2
KATA PENGANTAR
Terima kasih kepada Bapak DR. H. HUSEN SARUJIN, SH, MM, M.Si, MH
selaku dosen pengampuh kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
yang membimbing dan membina saya dalam menyelesaikan makalah ini dengan
baik dan sesuai dengan waktu yang diberikan.
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi Ujian Akhir Semester
dari Bapak DR. H. HUSEN SARUJIN, SH, MM, M.Si, MH, pada mata kuliah
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Selain itu makalah ini bertujuan
menambah wawasan kepada pembaca tentang “TERORISME AGAMA DALAM
PERSPEKTIF ISLAM “.
Penulis
3
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN .......................................................................................................... 5
C. TUJUAN.............................................................................................................. 6
BAB II ........................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN ............................................................................................................ 7
PENUTUP .................................................................................................................. 35
A. KESIMPULAN................................................................................................... 35
B. SARAN ............................................................................................................. 35
4
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
5
B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa itu terorisme?
b. Bagaimana sejarah perkembangan terorisme?
c. Bagaimana hubungan terorisme dengan ajaran agama?
d. Apa saja penyebab terjadinya terorisme?
e. Bagaimana implementasi nilai-nilai pancasila dalam menghadapi aksi
terorisme?
f. Bagaimana pandangan islam terhadap terorisme?
g. Apa saja tindakan terorisme yang pernah terjadi di indonesia?
h. Bagaimana cara pencegahan dan penanggulangan gerakan terorisme di
indonesia?
C. TUJUAN
a. Untuk mengetahui apa itu terorisme
b. Untuk mengetahui sejarah perkembangan terorisme
c. Untuk mengetahui hubungan terorisme dengan ajaran agama
d. Untuk mengetahui penyebab terjadinya terorisme
e. Untuk mengetahui implementasi nilai-nilai pancasila dalam menghadapi
aksi terorisme
f. Untuk mengetahui pandangan islam terhadap terorisme
g. Untuk mengetahui tindakan terorisme yang pernah terjadi di indonesia
h. Untuk mengetahui cara pencegahan dan penanggulangan gerakan
terorisme di indonesia
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN TERORISME
Definisi terorisme sampai dengan saat ini masih menjadi perdebatan,
sehingga sampai saat ini belum ada definisi terorisme yang diterima secara
universal. meskipun sudah ada ahli yang merumuskannya, baik dalam literature
maupun dalam peraturan perundang-undangan dirumuskan. Akan tetapi
ketiadaan definisi yang seragam menurut hukum internasional mengenai
terorisme tidak serta-merta meniadakan definisi hukum terorisme itu. Masing-
masing negara mendefinisikan menurut hukum nasionalnya untuk mengatur,
mencegah dan menanggulangi terorisme. Kata “teroris” dan terorisme berasal
dari kata latin “terrere” yang kurang lebih berarti membuat gemetar atau
menggetarkan. Kata teror juga bisa menimbulkan kengerian.
7
Pengertian terorisme dalam rumusan yang panjang oleh James Adams
dijelaskan, bahwa Terorisme adalah penggunaan atau ancaman kekerasan fisik
oleh individu-individu atau kelompok-kelompok untuk tujuan-tujuan politik, baik
untuk kepentingan atau untuk melawan kekuasaan yang ada, apabila tindakan-
tindakan terorisme itu dimaksudkan untuk mengejutkan, melumpuhkan atau
mengintimidasi suatu kelompok sasaran yang lebih besar daripada korban-
korban langsungnya. Terorisme melibatkan kelompok-kelompok yang berusaha
untuk menumbangkan rezim-rezim tertentu untuk mengoreksi keluhan kelompok
nasional, atau untuk menggerogoti tata politik internasional yang ada.
8
Demikian pula dengan Hitler dan Joseph Stalin.Pada era Perang Dunia
I, terorisme masih tetap memiliki konotasi revolusioner. Pada dekade tahun
1880-an dan 1890-an, gerakan nasionalis Armenia militan di Turki Timur
melancarkan strategi teroris untuk melawan kekuasaan Ottoman. Taktik inilah
yang kemudian diadopsi oleh gerakan-gerakan separatis pada pasca Perang
Dunia II.
9
Kelompok-kelompok semacam PLO, separatis Quebec FLQ (Front de
liberation du Quebec), Basque ETA (Euskadi ta Askatasuna) mengadopsi
terorisme sebagai cara untuk menarik perhatian dunia, simpati dan dukungan
internasional. namun belakangan ini terorisme digunakan untuk merujuk pada
fenomena yang lebih luas.
Gema aksi terorisme ini bertambah besar karena pengaruh media massa,
terutama televisi. Media massa merupakan sarana ampuh untuk penyebaran
aksi teror. Dalam sejarahnya yang panjang, masih terdapat ketidaksepakatan
mengeani batasan sebuah gerakan teroris. Masalahnya, reaksi teror itu sangat
subyektif. Reaksi setiap individu atau kelompok bahkan pemerintahan akan
berbeda. Meski demikian ada beberapa bentuk teror yang dikenal dan banyak
dilakukan, antara lain teror kriminal dan teror politik. Teror kriminal biasanya
hanya untuk kepentingan pribadi atau memperkaya diri. Teroris kriminal biasanya
menggunakan cara pemerasan dan intimidasi. Mereka menggunakan kata-kata
yang dapat menimbulkan ketakukan atau teror psikis.
10
Terorisme juga tidak selalu identik dengan gerakan pembebasan nasional
dan ideologi politik, karena yang dinilai adalah aksi-aksi kekerasan mereka yang
menyerang sasaran sipil (non-combatant), dan di pihak lain tidak selalu terkait
dengan simbol-simbol negara dan kekuasaan seperti elit politik, militer dan
sebagainya. Adapun aksi-aksi kekerasan yang dilakukan, baik oleh individu,
suatu kekuatan atau kelompok terhadap pihak sipil yang tidak berdosa dipakai
dalam mencapai tujuan tertentu sebagai bentuk resistensi terhadap sistem yang
ada. Sebagai konsekuensinya, baik kelompok seperti negara, organisasi politik,
ataupun organisasi yang berbasis ideologi dan nilai-nilai primordial, bahkan
individu dapat saja dikategorikan telah melakukan suatu aksi terorisme.
11
bahkan terorisme telah mengahantui seluruh dunia entah Barat sampai Timur,
Entah Islam maupun Kristen dan apapun agamanya. Pemahaman pemikiran
(baca ideologi) untuk meneror atas nama agama berkembang pesat sebagai
pandangan yang tersembunyi (latend).
Agama Islam sering kali dijadikan topeng bagi kepentingan orang atau
sekelompok orang tertentu untuk melakukan kekerasan atas nama agama Islam.
Walaupun sebenarnya sikap menteror bukan hanya pada umat Islam tetapi juga
dapat juga pada agama lain. Hal itu karena, dalam setiap ajaran agama manapun
rawan disalahgunakan untuk dan atas nama agama itu sendiri untuk melegalkan
kekerasan. Padahal di dalam ajaran agama tidak ajaran yang melegalkan atau
menganjurkan kekerasan. Untuk yang terakhir ini, bisa jadi peristiwa kekerasan
oleh blok barat dibelahan dunia manapun juga merupakan aksi teroris.
Pertama, teorisme ada pada semua agama, termasuk Islam. Dalam setiap
agama yang memiliki wahyu dari langit ada sekelompok kecil (jumlahnya) yang
berpandangan keras (ekstrim atau radikal) dan meyakini ajarannya adalah paling
benar dan yakin benar. Sebagai contoh di Kelompok Agama Yahudi pun terdapat
para Rabi (pendeta Yahudi/Yahudi ortodok) yang sebagian berpandangan
12
sangat keras bahwa ajaran yang paling benar adalah ajaran orang Yahudi dan
itu sama dengan Kelompok kecil dalam dalam Islam yang berpandangan bahwa
ajaran Islam adalah yang paling benar dan diyakini benar, demikian pula dengan
Agama Kristen beranggaban demikian, bahwa Ajaran Kristen adalah paling
benar dan diyakini sebagai yang paling benar.
Kedua, lebih jauh dengan ajaran Islam, Ajaran Islam tidak mengajarkan
kekerasan, Islam mengajarkan anti kekerasan, hidup dalam kedamaian,
berdampingan dengan harmonis, dan tidak memaksakan pendapat. Ajaran itu
ditujukan baik dengan orang yang seagama maupun agama lain dan harus saling
menghormati (Surat Al-Kafirun). Dengan demikian melakukan kekerasan
disamping tidak diperbolehkan juga tidak sesuai dengan kodrat manusia sebagai
manusia yang dilandasi oleh nilai-nilai kemanusiaan. Nilai-nilai kemanusiaan
sendiri adalah kodrat sebagai manusia yang beradab dan melintasi ajaran agama
manapun.
13
kebahagiaan dunia dan akhirat. Untuk mencapai itu semua diperlukan kesalehan
sosial, kebermanfaatan untuk sesama (Islam dan ummat lain). Orang yang
melakukan kerusakan dimuka bumi merupakan orang yang kufur nikmat serta
keberadaannya tidak sesuai dengan ajarann Islam itu sendiri.
14
Saat ini, Pancasila juga tengah menghadapi ancaman serius dimana
terdapat beberapa Ormas Anti Pancasila sedang menginginkan Pancasila diganti
dengan ideologi lain, NKRI ingin dirubah menjadi negara khilafah, Pancasila
dianggap sebagai kafir, serta penganut Pancasila sebagai thogut. Mendefinisikan
terorisme tidak mudah dan akan membawa kita kepada diskusi istilah dan
pengertian yang tiada habisnya. Namun, dalam rangka melakukan usaha
pencegahan tindakan terorisme tersebut, mau tidak mau harus berangkat dari
pembuatan definisi. Kalau tahapan ini tidak dilakukan, kita tidak akan tahu apa
yang harus kita lakukan. Terorisme dalam kaitan ini diartikan sebagai, tindakan
kekerasan atau ancaman untuk melakukan tindakan kekerasan yang ditujukan
kepada sasaran acak (tidak ada hubungan langsung dengan pelaku) yang
berakibat pada kerusakan, kematian, ketakutan, ketidakpastian dan
keputusasaan massal. Tindakan terorisme tersebut dilakukan dalam rangka
memaksakan kehendak kepada pihak yang dianggap lawan oleh kelompok
teroris, agar kepentingankepentingan mereka diakui dan dihargai.
15
cenderung mengagungkan ideologinya dengan cara menebar teror. Cara teror
atau kekerasan itulah yang menimbulkan disintegrasi bangsa Indonesia yang
sudah semestinya harus dihancurkan dan dimusnahkan dalam masyarakat
Indonesia.
16
b. Kemiskinan
Dalam ajaran agama Islam ditegaskan kemiskinan atau kata lainnya
adalah kufur akan mendatangkan ingkar terhadap nikmat. Kemiskinan dapat
berakibat orang ingkar terhadap kebenaran. Kemiskinan itu pula yang
menimbulkan banyak masalah dalam kehidupan keagamaan, kepercayaan,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam kehidupan agama terkadang
timbul penyimpangan seperti terorisme yang bila ditilik awal sesungguhnya
adalah masalah kemiskinan. Kemiskinan mengakibatkan seseorang
berpendidikan rendah, berpendidikan rendah berpengaruh luas ke pemahaman
agama yang rendah, sepotong-potong dan akhirnya semakin menyuburkan
terorisme.
Pemahaman keagamaan dan keyakinan yang benar, baik dan subtansial
maupun formal akan mengeliminasi adanya kegiatan terorisme. Oleh karena itu,
terorisme akan muncul dengan subur dan sulit diberantas bila masih banyak
kemiskinan. Kemiskinan yang berbungkus pemahaman keagamaan yang
dangkal adalah awal mula terorisme. Terorisme akan tumbuh subur pada
masyarakat di mana kemiskinan meluas. Kemiskinan didalam kehidupan
bermasyarakat juga akan menimbulkan berbagai penyimpangan seperti berbagai
bentuk kriminal, kekerasan dan pemaksaan. Terorisme sendiri sebenarnya
adalah kriminal yang mengatasnamakan agama. Masyarakat akan sulit
mencapai harmoni bila di dalamnya terdapat dan merebak luas kemiskinan.
17
Di dalam kubah-kubah kelompok Islam keras sering menyinggung
masalah Palestina dan Israel secara mengebu-gebu dan terkadang sangat
kelihatan emosional. Ajakan untuk berjuang membebaskan Palestina sering
berujung pada perlawanan terhadap Amerika dan sekutunya serta tentunya
kepentingan. Dari situlah terlihat adanya kebencian kelompok Islam keras
terhadap Barat.
18
Diperlukan adanya upaya untuk mengatasi permasalahan tentang
terorisme ini, baik itu upaya dari pemerintah maupun dari masyarakat. Aksi
terorisme dikhawatirkan akan menjalar pada generasi muda bangsa. Untuk
menciptakan generasi muda anti terorisme diperlukan penerapan Pendidikan
Pancasila sejak usia dini. Dalam Pancasila mengandung nilai-nilai yang sesuai
dengan kehidupan masyarakat di Indonesia. Pendidikan Pancasila perlu
dipelajari, dihayati, dan diterapkan bagi para generasi muda agar tidak
terjerumus dalam aksi terorisme. Oleh karena itu, dalam artikel ini dibahas
mengenai penerapan Pendidikan Pancasila untuk menciptakan generasi anti
terorisme.
19
E. IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI AKSI
TERORISME
Dalam sejarah panjang Indonesia, Pancasila merupakan nilai-nilai dasar
kebangsaan yang disepakati sebagai pengikat dan perekat bagi persatuan dan
kesatuan Indonesia yang multikultur. Bangsa Indonesia juga memiliki pandangan
hidup, filsafat hidup, dan pegangan hidup dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara, yaitu Pancasila yang dibentuk berdasarkan suatu
asas kultural yang dimiliki dan melekat pada diri bangsa Indonesia sendiri.
Norma-norma dasar yang terkandung dalam Pancasila sebagai dasar negara
dapat diuraikan sebagai berikut:
20
b. Peran negara mengatasi segala paham golongan dan paham
perseorangan;
c. Pengakuan negara terhadap Bineka Tunggal Ika.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan, bermakna:
a. Kedaulatan di tangan rakyat;
b. Keputusan dengan asas musyawarah mufakat, dengan
pengecualian suara terbanyak jika tidak tercapai mufakat;
c. Negara berdasar atas hukum (rechstaat), bukan kekuasaan belaka
(machstaat);
d. NKRI berdasarkan konstitusi tidak bersifat absolutism (kekuasaan
yang tidak terbatas).
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, bermakna:
a. Perekonomian disusun dengan asas demokrasi ekonomi;
b. Penguasaan negara terhadap cabang produksi yang penting bagi
negara dan menguasai hajat hidup orang banyak;
c. Kekayaan Indonesia untuk kemakmuran rakyat;
d. Perlakuan adil terhadap setiap orang Indonesia di segala bidang;
e. Hak pendidikan bagi setiap warga negara. Terhadap sila
Ketuhanan Yang Maha Esa.
Aksi terorisme dan bom bunuh diri melanggar toleransi umat beragama
yang hancur karena paham ideologi teroris sendiri. Oleh karena itu, pada pidato
Soekarno pada 1 Juni 1945 menjelaskan bahwa betapa pentingnya kita untuk
memaham Ketuhanan dalam Kebudayaan. Pancasila sebagai ideologi bangsa
Indonesia tentunya diharapkan mampu menyelesaikan persoalan terorisme di
Indonesia. Pancasila adalah petunjuk, pandangan hidup masyarakat Indonesia
dalam bertindak dan berbuat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
21
Cara teror atau kekerasan itulah yang menimbulkan disintegrasi bangsa
Indonesia yang sudah semestinya harus dihancurkan dan dimusnahkan dalam
masyarakat Indonesia.Persoalan munculnya terorisme di Indonesia dapat pula
disebabkan karena bangsa Indonesia melupakan nilai-nilai luhur Pancasila dan
Bhinneka Tunggal Ika, yang mempunyai nilai moral positif sebagai upaya
pencegahan terhadap aksi terorisme. Eksistensi manusia harus berdialog dalam
hidup bersama melalui nilai-nilai pancasila yang pada nantinya akan membawa
kedamaiaan, ketenteraman, dan penuh kasih sayang antar sesama manusia,
dengan tujuan agar Tuhan pun mencintai manusia.
Jika sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa ini mampu dilaksanakan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.Tentunya, aksi terorisme dapat
dihindari sejak dini. Pancasila memuat makna keberagamaan dan kebersamaan
yang dapat mencegah aksi terorisme.
Sila kedua, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Sila kedua ini
menekankan bahwa setiap warga negara harus selalu menghargai harkat dan
martabat orang lain, tidak boleh berbuat tercela menghina atau bahkan
melakukan ancaman atau teror. Harkat dan martabat manusia harus dijunjung
dengan cara yang adil dan beradab. Pengakuan atas harkat dan martabat
kemanusiaan yakni kedudukan dan derajat yang sama. Saling mencintai sesama
manusia.
22
Dengan demikian, di tengah merebaknya tindakan terorisme dan
radikalisme, pemerintah dan kepolisian harus bisa mencegah pelaku bom bunuh
diri. Karena itu, pada saat ini bangsa Indonesia harus banyak melakukan banyak
sosialisasi serta penghayatan dan pengamalan nilai-nilai pancasila,
menumbuhkan nilai-nilai rasa kebangsaan dan rasa kewarganegaraan Indonesa
harus dijadikan sebagai jalan memutus mata rantai aksi terorisme.
23
Sehubungan dengan uraian di atas, KH. Ma’ruf Amin (Ketua Komisi Fatwa
MUI Pusat) menyatakan mendukung aksi “bom syahid” atau amaliyatul istisyhad
sebagai bagian dari jihad yang dilakukan di daerah perang (darul harb) dan
bukan negara damai (darus salam) atau negara dakwah (darud da'wah). “Seperti
yang terjadi di Palestina atau lrak dan Afghanistan, kami dukung karena
merupakan bentuk perlawanan di daerah yang dilanda perang. Tetapi bukan
Indonesia sini. Indonesia adalah negara dakwah.
24
harus banyak terbunuh, dan pihak pelaku terobos maut yang kemungkinannya
tetap hidup. Intinya, masih kontroversial. Namun ulama Ahlussunnah sama sekali
tidak memasukkan model bombing yang bukan di wilayah peperangan -seperti
gaya Amrozi cs-, apalagi yang dilakukan di lokasi-lokasi hiburan, lebih lagi
dengan resiko membunuh sesama muslim, sebagai bom syahid atau bom jihad.
Masalah “bom syahid dengan bunuh diri “yang dilakukan oleh pejuang Palestina
dan disejumlah
Dr. Nawal Haif Takruri mengatakan bahwa bom syahid yang dipraktikkan
oleh para mujahidin disejumlah Negara muslim adalah jihad, maka matinya
adalah mati syahid, namun demikian tidak semua aksi meledekkan diri dengan
bom adalah aksi bom syahid. Hal itu perlu kajian lebih lanjut, mana diantara aksi
yang jihad yang otomatis pelakunya mati syahid, dan mana pula yang merupakan
bom bunuh diri, termasuk sebab dan tujuan dari aksi mereka, seperti kasus Irak,
terutama pasca jatuhnya Saddan Husain, sebahagian ulama bersikap menahan
diri untuk mengatakan apakah aksi meledakkan diri yang dilakukan oleh
sebahagian rakyat Iraq itu aksi “ Bom Syahid ataukah bom bunuh diri.36 Dengan
demikian dapat disimpulakan bahwa gerakan- gerakan yang dilakukan oleh para
teroris internasional yang meledakkan diri dengan bom, tidak semuanya dapat
dikatakan sebagai bom bunuh diri ( mati konyol ), bahkan boleh jadi mereka itu
sebahagiannya adalah bon syahid yang otomatis pelakunya adalah mati syahid.
25
G. TINDAKAN TERORISME YANG PERNAH TERJADI DI INDONESIA
Salah satu bentuk terorisme adalah aksi peledakan bom. Selain itu, ada
juga berbagai aksi teror lain yang berkaitan dengan kepentingan kelompoknya,
seperti perampokan dan lain-lain. Di Indonesia, berbagai aksi bom, termasuk
bom bunuh diri, marak terjadi sejak tahun 2000.
26
Polisi kemudian menangkap Amrozi, Imam Samudra alias Abdul
Aziz, Ali Ghufron, Ali Imron, Mubarok alias Utomo Pamungkas, dan
Suranto Abdul Gani. Tersangka lain, Dulmatin, tewas saat penangkapan.
Mereka terbukti bersalah melakukan pengeboman tersebut. Dalam
persidangan, terungkap bahwa para pelaku merupakan anggota Jamaah
Islamiyah (JI). Amrozi, Imam Samudra dan Ali Ghufron divonis mati dan
telah dieksekusi pada November 2008. Sedangkan Ali Imron, Mubarok
dan Suranto Abdul Gani divonis penjara seumur hidup. Terbaru,
Koordinator Bom Bali I, Arif Sunarso alias Zulkarnaen alias Daud alias
Abdullah Abdurrohman divonis 15 tahun penjara pada Januari 2022. Ia
ditangkap Densus 88 Antiteror Polri pada 10 Desember 2020 setelah
buron 18 tahun.
c. Bom Bali II
Bom kembali meledak di Bali pada 1 Oktober 2005. Tiga ledakan
bom terjadi di R.AJA’s Bar and Restaurant, Kuta, serta Menega Cafe dan
Nyoman Cafe, Jimbaran. Dalam aksi teror ini, 23 orang tewas termasuk
pelaku dan ratusan luka-luka. Ledakan ini juga merusak bangunan-
bangunan di sekitar lokasi. Pelaku diketahui merupakan jaringan JI yang
didalangi Noordin M. Top. Para pelaku yang terlibat telah divonis delapan
sampai 18 tahun penjara.
d. Bom JW Marriot dan Ritz Carlton
Ledakan bom terjadi di dua hotel berbintang lima yang merupakan
jaringan hotel Amerika, JW Marriot dan Ritz Carlton, di kawasan Mega
Kuningan, Jakarta, 17 Juli 2009 pagi. Jumlah yang tewas dalam dua
kejadian ini sembilan orang, enam di antaranya warga negara asing, dan
lebih dari 40 orang luka-luka. Dua di antara yang tewas merupakan pelaku
bom bunuh diri. Kejadian ini merupakan bagian dari aksi kelompok JI yang
didalangi Noordin M. Top. Para pelaku yang terlibat dalam teror ini telah
divonis enam tahun tahun hingga seumur hidup. Sementara dua bulan
kemudian, Noordin M. Top tewas dalam baku tembak di Solo.
27
e. Perampokan Bank CIMB Niaga di Medan
Perampokan bersenjata terjadi di Medan pada 18 Agustus 2010.
Dalam kejadian ini, seorang polisi yang bertugas di bank tersebut tewas
ditembak dan dua petugas keamanan terluka. Kawanan perampokan
berhasil menggasak uang sekitar Rp200 juta. Tak hanya CIMB Niaga,
mereka juga diketahui merampok sejumlah tempat lain, seperti Bank
Sumut, money changer di Belawan, Medan, Bank BRI, dan sebagainya.
Belakangan terungkap bahwa kawanan ini berkaitan dengan jaringan
teroris Aceh-Banten-Jabar yang termasuk di antaranya kelompok JI. Dana
hasil perampokan akan digunakan untuk mendanai sejumlah aksi
terorisme, termasuk membeli senjata api dan granat. Sebanyak 16 orang
ditangkap terkait kasus ini. Tiga di antaranya meninggal karena melawan
saat ditangkap. Para pelaku yang terlibat telah divonis mulai dari lima
hingga 12 tahun penjara.
f. Bom Masjid Polres Cirebon Kota
Ledakan bom bunuh diri terjadi saat solat Jumat di Masjid Polres
Cirebon Kota pada 15 April 2011. Dalam kejadian ini, pelaku bom bunuh
diri tewas di tempat dan lebih dari 20 orang menderita luka, satu di
antaranya Kapolres Cirebon Kota AKBP Herukoco. Para pelaku dari
kelompok Cirebon yang terlibat dalam aksi ini telah divonis lima hingga
sembilan tahun penjara.
g. Bom Thamrin
Setidaknya terdapat enam ledakan dan baku tembak antara teroris
dan polisi di kawasan MH Thamrin, Jakarta Pusat, pada 14 Januari 2016.
Ledakan terjadi di dua tempat, yaitu di halaman parkir Menara Cakrawala
dan di pos polisi di depan gedung tersebut. Delapan orang dinyatakan
tewas, yang terdiri empat pelaku dan empat warga sipil. Sementara 24
lainnya luka-luka akibat serangan tersebut.
28
h. Bom Mapolresta Solo, Jawa Tengah
Tepatnya pada Selasa 5 Juli 2016, terjadi serangan bom bunuh diri
di halaman Mapolresta Solo, Jawa Tengah. Akibatnya seorang anggota
polisi mengalami luka ringan karena mencegah pelaku memaksa masuk.
Ledakan itu terjadi hanya satu hari sebelum Idul Fitri yang jatuh pada
Rabu, 6 Juli 2016.
i. Bom Molotov di Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat
Tepatnya pada 13 November sekira pukul 10:10 Wita, terjadi
ledakan bom molotov di di depan Gereja Oikumene, Jalan Cipto
Mangunkusumo, Kota Samarinda, Kalimantan Timur. Satu orang
meninggal dan empat orang anak mengalami luka bakar di sekujur
tubuhnya akibat peristiwa itu. Beberapa jam setelahnya, pada 14
November 2016, sebuah bom molotov meledak di Vihara Budi Dharma,
Kota Singkawang, Kalimantan Barat. Beruntung tidak ada korban jiwa
maupun korban luka-luka dalam peristiwa yang terjadi sekira 02:30 WIB
dini hari karena saat kejadian tidak ada kegiatan di vihara tersebut.
j. Bom Terminal Bus Kampung Melayu
Setidaknya ada dua ledakan terjadi di sekitar Terminal Bus
Kampung Melayu, Jakarta Timur, pada Rabu malam, 24 Mei 2017.
Ledakan pertama terjadi sebelum pukul 21:00 WIB, sementara ledakan
kedua tepat pukul 21:00 WIB, dengan jarak sekitar 10 meter dari lokasi
pertama. Ledakan itu menewaskan setidaknya 5 orang dan 10 orang
lainnya luka-luka. Korban tewas juga termasuk tiga anggota polisi yang
sedang menjaga pawai obor menyambut bulan Ramadan pada malam itu.
Sementara dua orang lainnya adalah pelaku bom bunuh diri.
29
k. Penyerangan terhadap tokoh agama
Rentetan penyerangan terhadap tokoh agama terjadi secara
beruntun pada 2018. Dua kasus yang menarik perhatian publik adalah
penganiayaan terhadap Pimpinan Pondok Pesantren Al Hidayah di
Cicalengka, Kabupaten Bandung, KH Umar Basri, dan tokoh organisasi
keagamaan dari Persis (Persatuan Islam), Ustaz Prawoto. Umar Basri
dianiaya seseorang usai solat Subuh, 27 Januari 2018. Akibat dipukul
kayu, Umar mengalami luka parah. Namun, pelaku Asep Ukin yang
dinyatakan bersalah tidak bisa dipidana karena menderita gangguan jiwa.
Kasus kedua adalah penganiayaan yang menyebakan tewasnya tokoh
Persis, organisasi massa Islam terbesar di Jawa Barat, Prawoto. Pelaku,
Asep Maftuh, telah divonis tujuh tahun penjara. Ia dinyatakan tidak
menderita gangguan jiwa seperti yang disebut sebelumnya. Berbagai
kasus penyerangan terhadap tokoh agama juga terjadi setelah itu.
Sebagian besar pelaku dinyatakan mengalami gangguan jiwa.
l. Tragedi Mako Brimob
Pada Selasa malam 8 Mei 2018 terjadi kericuhan antara
narapidana teroris (napiter) dengan polisi di Rutan Mako Brimob, Kelapa
Dua, Depok, Jawa Barat. Ada lima polisi dibunuh secara sadis oleh para
nepiter, mereka yakni Bripda Wahyu Catur Pamungkas, Bripda Syukron
Fadhli Idensos, Ipda Rospuji, Bripka Denny Setiadi dan Briptu Fandi.
Kemudian, satu napi juga tewas dalam peristiwa itu. Peristiwa itu juga
disertai penyanderaan terhadap satu anggota polisi atas nama Bripka
Irwan Sarjana. Butuh waktu 36 jam polisi membebaskan sandera hingga
akhirnya para napi teroris yang berjumlah 155 menyerah tanpa syarat.
30
m. Bom di Gereja Surabaya
Selang lima hari kemudian pasca-tragedi mencekam di Mako
Brimob, tepatnya pada Minggu, 13 Mei disusul peristiwa bom bunuh diri di
tiga gereja sekaligus di Surabaya, Jawa Timur. Ledakan terjadi di depan
Gereja Santa Maria Tak Bercela Jalan Ngagel Utara, GKI Diponegoro
Surabaya, dan GPPS Sawahan di Jalan Arjuno. Setidaknya, ada
sebanyak 13 orang tewas dan 43 orang dikabarkan luka-luka akibat
peristiwa tersebut. Pelaku diketahui terdiri dari enam orang dan satu
keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan empat anaknya. Dua anak masih
balita.
n. Bom Sidoarjo
Pada malam harinya, Minggu 13 Mei terjadi ledakan bom di Blok B
lantai 5 Rumah Susun (Rusun) Wonocolo, Sidoarjo, Jawa Timur. Tiga
orang tewas dalam peristiwa itu yakni Anton Febryanto (47), Puspita Sari
(47) istri Anton dan Rita Aulia Rahman remaja 17 tahun yang merupakan
anak pasangan Anton-Puspita. Tiga lainnya selamat yakni Ainur Rahman
(15) yang membawa kedua adik perempuannya, masing-masing Faizah
Putri (11) dan Garida Huda Akbar (10). Ketiganya sudah dirujuk untuk
dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara.
o. Teror Kelompok Separatis Teroris Papua
Berbagai teror terus dilancarkan kelompok separatis teroris (KST)
di Papua hingga kini. Salah satu yang menarik atensi adalah baku tembak
antara prajurit TNI dan KST di distrik Kiwirok pada 13 September 2021.
Tak hanya itu, kelompok tersebut juga membakar fasilitas umum di kantor
kas Bank Papua, pasar, gedung Sekolah Dasar, dan bahkan puskesmas.
Seorang tenaga kesehatan Puskesmas Kiwirok bernama Gabriela Meilan
meninggal dalam kejadian ini. Sementara tiga tenaga medis lainnya
beserta satu prajurit mengalami luka-luka.
31
Teror lain yang berhasil menyedot perhatian publik adalah
tewasnya Kepala BIN Daerah (Kabinda) Papua, Brigjen TNI Gusti Putu
Danny Nugraha akibat ditembak KST di distrik Beoga, Puncak, Papua, 25
April 2021. Saat kejadian, korban sedang berkendara bersama dengan
tujuh anggota lainnya. Penyerangan ini terjadi di kampung Dambet yang
sebelumnya juga pernah diserang KST pada 17 April 2021. Saat itu,
kelompok teroris tersebut membakar rumah warga serta fasilitas
pendidikan termasuk perumahan guru. Salah satu rumah yang dibakar
adalah milik Kepala Suku Eber Tinal.
32
Menyadari sedemikian besarnya kerugian yang ditimbulkan tindak
Terorisme, serta dampak yang dirasakan secara langsung oleh masyarakat
Indonesia sebagai akibat dari Tragedi Bali, merupakan kewajiban pemerintah
untuk secepatnya mengusut tuntas Tindak Pidana Terorisme itu dengan
memidana pelaku dan aktor intelektual dibalik peristiwa tersebut. Hal ini menjadi
prioritas utama dalam penegakan hukum. Untuk melakukan pengusutan,
diperlukan perangkat hukum yang mengatur tentang Tindak Pidana Terorisme.
Menyadari hal ini dan lebih didasarkan pada peraturan yang ada saat ini yaitu
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) belum mengatur secara khusus
serta tidak cukup memadai untuk memberantas Tindak Pidana Terorisme.
33
Bahkan tertangkapnya dan terbunuhnya beberapa gembong teroris,
seperti Imama Samudra, Dr. Azhari, Nurdin M. Top, dan lain-lain, semakin
membuktikan keberhasilan pemerintah terhadapa pencegahan tindak pidana
teroris di Indonesia. Namun demikian, pemerintah tetap mewaspadai aksi-aksi
teroror yang dilancarkan oleh kader atau binaan ketiga tokoh tersebut.
34
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Teror merupakan perilaku yang ada ditengah-tengah masyarakat.
Masyarakat tidak asing dengan istilah teror. Perilaku teror muncul manakala ada
kepentingan tertentu yang merasa terganggu, seperti kepentingan akan akses
untuk berkuasa (politik), kepentingan untuk mendapatkan ases ekonomi
(ekonomi), akses untuk berpengaruh secara agama dan keyakinan (agama),
serta kepentingan-kepentingan lainnya yang cukup banyak di masyarakat.
Keinginan yang berujung pada pemenuhan kebutuhan, bersentuhan dengan
pandangan hidup, dan cita-cita. Bila menyangkut pada keinginan yang beraneka
ragam maka sebenarnya perilaku teror juga disebabkan oleh hal yang beraneka
ragam.
Teror berkembang menjadi perilaku teroris dan akhirnya lahirlah
terorisme. Bila teror sudah dibungkus dengan pandangan keagamaan tertentu
bukan hanya Islam tetapi juga Barat atau keyakinan yang lainnya dibungkus
dengan pembenar cita-cita atau perjuangan yang anggun maka melahirkan
terorisme.
B. SARAN
35
DAFTAR PUSTAKA
https://adoc.pub/terorisme-pelanggar-pancasila.html#google_vignette
https://osf.io/uxyeh/download/?format=pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/pancasila/article/download/70229/pdf
https://adoc.tips/download/terorisme-pelanggar-pancasila.html
http://repository.radenintan.ac.id/4090/5/BAB%20I.pdf
https://scholar.ui.ac.id/ws/portalfiles/portal/13571559/memahami_terorisme_sua
tu_perspektif_kriminologi.pdf
https://core.ac.uk/download/pdf/234751585.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/166928-ID-tinjauan-kritis-sosial-
terorisme-di-indo.pdf
https://nasional.kompas.com/read/2022/04/28/01150071/kasus-kasus-
terorisme-di-indonesia-dan-penyelesaiannya?page=all
https://nasional.okezone.com/read/2018/05/14/337/1897942/7-serangan-teroris-
di-indonesia-tiga-tahun-terakhir-nomor-5-diwarnai-drama
https://nasional.kompas.com/read/2022/04/28/01300071/7-kasus-terorisme-
terbesar-di-indonesia?page=all
36