Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TERORISME SEBAGAI TANTANGAN IDEOLOGI PANCASILA

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH PANCASILA:

SYARIF REDHA FACHMI AL QADRIE, S.Ip.M.A

DISUSUN OLEH:

1. SHERLY YUNIKE (B1011221165)


2. HILARINUS DIAS PEBRIANTO (B1011221172)
3. BINTANG DELLA ADI PAMUNGKAS (B1011221179)
4. CHRISTIN HELDERIA GULTOM (B1011221186)
5. RANDY WIDODO (B1011221193)
6. ASYARIO KURNIAWAN (B1011221200)

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “TERORISME SEBAGAI TANTANGAN IDEOLOGI
PANCASILA” ini dengan baik dan tepat waktu.

Tidak lupa penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada Bapak Syarif Redha Fachmi Al
Qadrie, S.Ip.M.A selaku dosen pengampu mata kuliah Pancasila yang telah membantu penulis
dalam mengerjakan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman
yang telah memberikan masukan dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, sehingga penulis secara
terbuka menerima setiap kritik dan saran dari pembaca. Penulis juga berharap agar makalah ini
bisa menambah pengetahuan pembaca.

Pontianak, November 2022

DAFTAR ISI
i
halaman
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................2

1.3 Tujuan Masalah.................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................3

2.1 Pengertian Terorisme........................................................................................................3

2.2 Tindakan-Tindakan Terorisme..........................................................................................4

2.3 Peranan Ideologi Pancasila Terkait Terorisme.................................................................6

2.4 Bahaya Terorisme Terhadap Ideologi Pancasila...............................................................7

2.5 Langkah Strategis Mengantisipasi Terorisme...................................................................9

2.6 Contoh Kasus Terorisme di Indonesia............................................................................11

BAB III PENUTUP.......................................................................................................................13

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................13

3.2 Saran................................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada saat ini, terorisme telah menjadi fenomena global. Gerakan terorisme telah
merambah hampir semua negara di dunia termasuk Indonesia. Sebagaimana di kawasan
lainnya, terorisme di Indonesia juga memiliki dasar-dasar teologi dan ideologi serta jejaring
sehingga memiliki daya tahan yang kuat. Sampai saat ini, terorisme menjadi salah satu
tantangan dan ancaman terhadap ketahanan nasional.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa di Indonesia terdapat berbagai macam suku bangsa,
adat istiadat hingga berbagai macam agama dan aliran kepercayaan. Sejak dahulu Pancasila yang
merupakan pedoman bagi bangsa Indonesia, telah menyatukan berbagai perbedaan-perbedaan
bangsa. Pancasila merupakan ideologi yang netral serta bersifat terbuka, sehingga sejak dahulu
hingga sekarang tetap menjadi acuan bagi bangsa Indonesia untuk mengatasi konflik dari dalam
maupun dari luar.
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum yang berlaku di Indonesia, memiliki nilai-nilai
yang terkandung di dalamnya yang telah dijelaskan dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai
sumber dari keseluruhan politik hukum nasional Indonesia. Berbagai kebijakan hukum di era
reformasi pasca amandemen UUD 1945 belum mampu mengimplementasikan nilai-nilai fundamental
dari Pancasila dan UUD 1945 yang menumbuhkan rasa kepercayaan yang tinggi terhadap hukum sebagai
pencerminan adanya kesetaraan dan pelindungan hukum terhadap berbagai perbedaan
pandangan, suku, agama, keyakinan, ras dan budaya yang disertai kualitas kejujuran yang
tinggi, saling menghargai, saling menghormati, non diskriminatif dan persamaan dihadapan
hukum.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu Terorisme ?

2. Apa saja tindakan - tindakan Terorisme ?

3. Apa saja peranan Ideologi Pancasila terkait Terorisme ?

4. Apa saja bahaya Terorisme terhadap Ideologi Pancasila ?

1.3 Tujuan Masalah


1. Pembaca dapat memahami tindak Terorisme

2. Pembaca dapat mengantisipasi penyebaran terorisme

3. Pembaca dapat memahami latar belakang timbulnya terorisme

4. Pembaca dapat mengetahui bahaya Terorisme terhadap ideologi Pancasila

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Terorisme
Dari segi bahasa, istilah terorisme sesungguhnya berkait erat dengan akar kata teror dan
juga teroris. Teror berarti kekacauan. Tindak sewenang-wenangan untuk menimbulkan
kekacauan dalam masyarakat, tindakan kejam dan mengancam. Sementara teroris adalah pelaku
dari aksi teror, yang bisa bermakna kelompok ataupun juga individu. Dengan demikian terorisme
bisa diartikan sebagai faham yang gemar melakukan intimidasi, aksi kekerasan serta berbagai
kebrutalan pada masyarakat sipil, bedasarkan latar belakang serta sebab motif tertentu.
Oleh karena itu aksi teror bisa dilakukan oleh siapapun, kapanpun, dan di manapun.
Sepanjang pihak atau kelompok tersebut melakukan intimidasi dengan kekerasan dan ancaman
yang berimplikasi lahirnya ketakutan dan kemencekaman pada pihak lain, tepatnya masyarakat
sipil, maka sepanjang itu pula pihak atau kelompok tersebut telah melakukan aksi teror dan bisa
disebut terorisme.
Abu Muhammad AF dalam Webster’s New School and office Dictionary. A Fawcett Crest Book,
membagi terorisme dengan dua pendefinisian;
(1) Terorisme sebagai kata benda.
(2) Terorisme sebagai kata kerja.
Terorisme sebagai kata benda adalah extreme fear atau ketakutan yang amat sangat, atau
bisa pula diartikan sebagai one who excites extreme fear, seseorang yang gelisah dalam
ketakutan yang amat sangat. Dalam pengertian yang berbeda, ia juga bisa diartikan sebagai the
ability to cause such fear; yakni kemampuan untuk menimbulkan ketakutan, atau mengancam,
atau memaksa dengan teror atau ancaman teror. Dalam pengertian yang lebih sistematis,
terorisme juga bisa diartikan sebagai penggunaan kekerasan secara sistematis seperti
pembunuhan yang dilakukan oleh sekelompok atau segolongan orang untuk memelihara,
menegakkan atau mengurus kekuasaan, atau mempromosikan kebijakan politik dan sebagainya.
Sedang terorisme sebagai kata kerja yakni penggunaan kekerasan, ancaman dan
sejenisnya untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan atau tujuan dari suatu sistem
pemerintahan yang ditegakkan dengan teror.

3
Berdasarkan pengertian di atas, maka bisa disimpulkan bahwa tindak terorisme hanya bisa
dikategorikan sebagai tindak pidana, bila ia menimbulkan atau melahirkan suasana teror maka
dalam hal ini dibedakan menjadi dua:
1. Teror Fisik, yakni adanya penciptaan rasa takut dan gelisah dengan menggunakan alat-alat
yang berkenaan langsung dengan jasmani manusia, dimana ia menimbulkan rasa sakit yang
mendalam pada fisik yang diteror, dengan harapan sang korban mengalami efek psikologis.
2. Teror Mental, yakni adanya penciptaan rasa takut dengan menggunakan alat-alat yang tidak
berkenaan langsung dengan jasmani manusia, melainkan dengan tekanan psikologis
sehingga menimbulkan tekanan batin yang luar biasa, hingga sasaran teror menjadi putus
asa, karena tidak sanggup menanggung ketakutan mereka.
Dalam istilah Arab terorisme sering diungkap dengan istilah Fi’il Madi “Rohiba” atau dari
masdar “Irhaban” yang berarti takut atau sesuatu yang menakutkan. Namun demikian sebagai
tindak perilaku miliki makna yang tak berbeda dengan berbagai pendefinisian di depan, yakni
tindak perbuatan yang menghasilkan suasana teror, ketakutan amat sangat, serta hilangnya rasa
aman dan ketentraman.
Berdasarkan batasan pengertian tindak terorisme maka unsur tindak pidana terorisme dapat
dikategorikan sebagai berikut;
(1) Berdasarkan pada sifat dari tindak perbuatan terorisme itu sendiri.
(2) Berdasarkan pada dampak akibat dari tindakannya.
(3) Didasarkan pada motif tujuan yang melatarbelakanginya.
(4) Berdasarkan pada taktik atau metode gerakannya.

2.2 Tindakan-Tindakan Terorisme


a. Pemboman
Taktik yang dilakukan para teroris era dewasa ini. Karena memang taktik peledakan bom di
tempat umum yang strategis, bisa dipandang efektif untuk melahirkan suasana teror dalam
sebuah masyarakat. Di Indonesia misalnya, aksi terorisme yang menggunakan taktik peledakan
bom, banyak terjadi sejak lima tahun belakangan ini. Bahkan kasus teror yang sama. Oleh karena
itu bisa dinilai logis bila sebuah penelitian mengungkapkan bahwa dalam dekade terakhir ini,
tercatat 67% aksi teror selalu dilakukan dengan menggunakan bom.

4
b. Pembunuhan
Taktik teror yang juga banyak dilakukan adalah taktik teror pembunuhan. Yang mana adalah
bentuk aksi teroris yang tertua dan masih digunakan hingga saat ini. Sasaran dari pembunuhan
ini seringkali telah diramalkan, teroris akan mengklaim bertanggung jawab atas pembunuhan
yang dilakukan. Sasaran dari pembunuhan ini biasanya adalah pejabat pemerintahan, pengusaha,
politisi dan aparat keamanan. Dalam 10 tahun terakhir tercatat 246 kasus pembunuhanoleh
teroris diseluruh dunia. Namun demikian belakangan ini aksi teror pembunuhan lebih sering
dilakukan para teroris tanpa klaim tanggung jawab.
c. Penghadangan
Aksi terorisme juga sering menggunakan taktik penghadangan. Dimana penghadangan tersebut
biasanya telah dipersiapkan terlebih dahulu secara matang oleh para teroris dengan melakukan
berbagai latihan terlebih dahulu, serta perencanaan medan dan waktu. Oleh karena itu taktik ini
disinyalir jarang sekali mengalami kegagalan.
d. Penculikan
Sementara itu taktik lain yang juga banyak dilakukan para teroris dalam melakukan aksi terornya
adalah penculikan. Biasanya dilakukan dengan melakukan penghadangan para korban yang
ditargetkan. Penculikan biasanya diikuti oleh tuntutan tebusan berupa uang, atau tuntutan politik
lainnya.
e. Penyanderaan
Hampir sama dengan penculikan. Penyanderaan lebih berhadapan langsung dengan aparat
dengan menahan sandera di tempat umum. Tuntutan biasanya lebih dari sekedar materi.
Biasanya tuntutan politik lebih sering dilemparkan teroris pada kasus penyanderaan ini.
f. Perampokan
Taktik perampokan biasa dilakukan teroris untuk mencari dana bagi setiap kegiatan aksi
terornya. Karena berbagai kegiatan terorisme biasanya memiliki biaya yang sangat mahal.
Perampokan juga digunakan sebagai ujian bagi program latihan personil baru.
g. Sabotase dan Pembajakan
Biasanya taktik yang digunakan oleh kelompok teroris untuk mendapatkan kesan dan
menghancurkan propaganda dari pemerintah.

5
h. Ancaman/Intimidasi
Dimana para teroris melakukan tindakan yang bisa menakuti atau mengancam masyarakat,
dengan menggunakan kekerasan terhadap korban, di daerah yang dianggap rawan sasaran
terpaksa menuruti kehendak pengancam untuk tujuan dan maksud tertentu.

2.3 Peranan Ideologi Pancasila Terkait Terorisme


Pancasila dijadikan ideologi dikarenakan pancasila memiliki falsafah mendasar dan
rasional dan pancasila tertuju kokoh dan kuat dalam dasar mengatur kehidupan bernegara, selain
itu Pancasila juga merupakan wujud dari konsensus nasional karena negara bangsa Indonesia ini
adalah sebuah desain negara modern yang disepakati pendiri negara RI yang kemudian
diwariskan dari generasi ke generasi.
Pancasila pertama kali dikumandangkan oleh Soekarno pada saat berlangsungnnya
sidang BPUPKI. Pada saat itu Soekarno menekankan pentingnya sebuah dasar negara yang
disamakan sebagai fundamental, filsafat pemikiran yang mendalam, serta perjuangan suatu
bangsa senantiasa memiliki karakter tersendiri. Pancasila tertulis formal pada alinea ke-IV UUD
1945. Selain itu juga memiliki dasar yuridis yang kuat. Jadi dapat di simpulkan bahwa pancasila
hanya dapat berperan sebagia ideologi negara jika segala tindakan individu maupun sosial dalam
masyarakat yang mencakup berbangsa dan bernegara yang juga menyangkup aspek politik sosial
ekonomi dan lain-lain dilaksanakan secara rasional berdasarkan Pancasila.
Ideologi dimaknai sebagai keseluruhan pandangan, cita-cita, nilai, dan keyakinan yang
ingin diwujudkan. Ideologi sangat diperlukan karena dianggap mampu membangkitkan
kesadaran akan kemerdekaan, memberi motivasi dalam perjuangan melawan penjajah.
Pentingnya Ideologi dapat dilihat dari fungsinya. Bagi suatu negara, ideologi merupakan sesuatu
yang berfungsi sebagai pandangan hidup dan petunjuk arah semua kegiatan hidup serta
penghidupan suatu bangsa di berbagai aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.
Ideologi diperlukan oleh suatu bangsa untuk mewujudkan tujuan negaranya. Tanpa kesepakatan
bersama, tidak mungkin tujuan untuk meraih cita-cita atau harapan negara dapat menjadi
kenyataan.
Pokok-pokok pikiran yang perlu dikemukakan mengenai ideologi adalah sebagai berikut :
1. Bahwa ideologi merupakan sistem pemikiran yang erat kaitannya dengan perilaku
manusia. Kecuali itu, ideologi merupakan serangkaian pemikiran yang berkaitan dengan

6
tertib sosial dan politik yang ada dan berupaya untuk merubah atau mempertahankan
tertib sosial dan politik yang bersangkutan.
2. Bahwa ideologi dapat dipandang sebagai serangkaian pemikiran yang dapat
mempersatuka manusia, kelompok, atau masyarakat yang selanjutnya diarahkan pada
terwujudnya partisipasi secara efektif dalam kehidupan sosial politik.
3. Bahwa yang bisa mengubah suatu pemikiran menjadi ideologi adalah fungsi pemikiran
itu dalam berbagai lembaga politik dan kemasyarakatan. Pancasila sebagai dasar negara
dan pandangan hidup sekaligus juga merupakan ideologi negara. Sebagai ideologi
negara berarti bahwa pancasila merupakan gagasan dasar yang berkenaan dengan
kehidupan negara. Sebagaimana setiap ideologi memiliki konsep mengenai wujud
masyarakat yang dicita-citakan, begitu juga dengan ideologi pancasila. Masyarakat yang
dicita-citakan dalam ideologi pancasila adalah masyarakat yang dijiwai dan
mencerminkan nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila, yaitu masyarakat yang
beriman dan bertaqwa kepada tuhan dan bertoleransi, menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan, masyarakat yang bersatu dalam suasana perbedaan, berkedaulatan rakyat
dengan mengutamakan musyawarah, serta masyarakat yang berkeadilan sosial.

Pancasila sebagai Ideologi membawakan nilai-nilai tertentu yang digali dari realitas sosio-
budaya bangsa Indonesia. Oleh karena itu ideologi pancasila membawa kekhasan tertentu yang
membedakannya dengan ideologi lain.

2.4 Bahaya Terorisme Terhadap Ideologi Pancasila


Terorisme masih menjadi ancaman serius bagi bangsa Indonesia, tidak saja mengancam
keselamatan warga, terorisme yang berakar dari ideologi radikalisme, bahkan mengancam
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Data yang berhasil dihimpun BNPT
menyebutkan bahwa sedikitnya 15 daerah di Indonesia yang masih rawan terhadap terorisme
salah satunya adalah Papua.
Di Indonesia, kecenderungan terjadinya terorisme terus meningkat. Menurut data yang
dilansir Kepolisian Republik Indonesia. Perlu dipahami bahwa terorisme bukanlah kejahatan
biasa, Terorisme merupakan kajahatan terhadap kemanusiaan yang bersifat lintas negara,
terorganisasi dan mempunyai jaringan luas sehingga mengancam perdamaian dan keamanan

7
nasional maupun internasional. Pencegahan terorisme memerlukan penanganan secara terpusat,
terpadu dan terkoordinasi. Penanggulangan terorisme hanya mungkin berhasil jika melibatkan
segenap elemen bangsa. Tanpa partisipsi setiap elemen masyarakat sebagai warga negara, usaha
penanggulangan terorisme akan senantiasa menhadapi kendala besar dan cenderung gagal.
Upaya pemberantasan terorisme tidak dapat mengabaikan peran masyarakat luas, dan
sosial kontribusi masyarakat sangatlah besar, baik dalam konteks memutus ideologis, mendeteksi
keberadaan kelompok teroris, serta mengontrol tindak tanduk jaringan kekerasan ini. Bahkan
peran masyarakat dan lingkungan juga sangat signifikan dalam mengungkap jaringan terorisme.
Kewaspadaan masyarakat dalam lingkungan sosial telah berperan aktif dalam mengungkap
kelompok teroris. Masyarakat dan lingkungan sosial juga bisa berperan dalam upaya pencegahan
dan pendeteksian dini terhadap potensi terorisme. Lingkungan sosial yang acuh tak acuh
terhadap kegiatan masyarakat bisa dimanfaatkan oleh kelompok teroris untuk melakukan
gerakannya, namun tidak dapat dipungkiri, lingkungan sosial bisa mempunyai peran ganda.
Karena di satu sisi lingkungan bisa memberikan sumbangsih bagi proses ideologisasi dan
pembentukan jaringan terorisme, khususnya lingkungan masyarakat yang cenderung cuek atas
apa yang terjadi di sekitarnya. Di sisi lain, masyarakat dan lingkungan juga bisa berperan dalam
menghambat dan menyelesaikan persoalan terorisme.
Ada dua model kehidupan masyarakat kota yang selama ini dimanfaatkan oleh jaringan
terorisme. Masyarakat perkotaan, kultur kehidupan masyarakat kota yang cenderung cuek satu
sama lain dan tidak saling akrab kerap dimanfaatkan oleh kelompok teroris untuk bersembunyi
di tengah – tengah masyarakat, masyarakat kota yang sangat disibukkan dengan urusan masing –
masing kelompok teroris sangat leluasa untuk menyusun dan merencanakan berbagai macam
bentuk kejahatannya. Masyarakat basis adalah sebuah komunitas masyarakat yang mempunyai
kesamaan ideologi maupun cita – cita perjuangan dengan kelompok teroris. Atas dasar kesamaan
inilah, kelompok teroris mendapatkan keleluasaan untuk menjalankan berbagi macam rencanan
kejahatannya. Alih - alih mendapatkan perlawanan dari masyarakat sekitar, kelompok teroris
justru kerap di lindungi bahkan di posisikan sebagai pahlawan oleh masyarakat basis.
Dalam konteks nasional, pengalaman kelompok teroris bersembunyi dan bergerak di
balik masyarakat basis sangatlah minim adanya, tapi sangatlah sedikit bila dibandingkan dengan
seluruh wilayah lain di Indonesia. Tentu ini adalah realitas yang sangat mengembirakan bagi
semua pihak dan masyarakat Nusantara tetap melestarikan kultur toleransi dan gotong royong

8
yang dimiliknya. Alih – alih melindungi, justru masyarakat kerap proaktif melaporkan hal – hal
yang dianggap mencurigakan di lingkungan sekitar. Masyarakat berhak mendapatkan apresiasi
setinggi-tingginya atas peran yang dilakukan.

2.5 Langkah Strategis Mengantisipasi Terorisme


Dibutuhkan adanya langkah strategis agar peran masyarakat dan lingkunagn sosial bisa
optimal dalam upaya penanggulan dan pencegahan terorisme. Masyrakat lebih mengetahui
tentang kondisi lingkungannya dibanding pihak lain, termasuk dalam mengenali pendatang baru
ataupun perubahan yang mengarah pada radikalilasi dari orang atau pihak tertentu. Misalnya
dengan memaksimalkan peran lingkungan sosial yang paling kecil seperti RT/RW. Sebagai
ujung tombak aparat negara, RT/RW bisa berperan optimal untuk mengontrol setiap aktifitas
dilingkunga masyarakat. Hampir bisa dipastikan, kehadiran jaringan atau anggota terorisme yang
bersembunyi ditengah – tengah masyarakat membawa tanda – tanda radikalisasi tertentu. Begitu
seterusnya hingga pada suatu waktu membulat dalam bentuk aksi terorisme.
Hal ini berarti bahwa masyarakat mempunyai kekutan yang sangat hebat untuk turut berperan
serta dalam upaya pencegahan terorisme dan radikalisme. Hingga semua masyarakat dapat
menjalankan semua aktifitasnya tanpa rasa takut atau menakutkan pihak lain.
Sebagai lembaga negara yang diberikan mandat khusus untuk penanggulangan terorisme,
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) akan terus mengembangkan kerja sama
dengan segenap elemen bangsa dalam upaya menghadapi dan menyelesaikan ancaman terorisme,
khususnya masyarakat luas. Hingga tak ada lagi yang menjadi korban dari kekejian aksi
terorisme. Dengan berpedoman pada kebijaksanaan tersebut dan untuk mewujudkan kemampuan
segenap komponen bangsa dalam deteksi dini, penangkalan dini, dan pencegahan dini serta
tindakan dini terhadap segala bentuk ancaman aksi Terorisme, maka dikembangkan strategi
digunakan Strategi jangka pendek dan Strategi jangka panjang.
Strategi Jangka Pendek yaitu Peningkatan kualitas dan kapasitas aparat dalam melakukan deteksi
dan penangkalan dini terhadap perkembangan ancaman Terorisme di Indonesia.
Sasaran yang ingin dicapai dalam penerapan strategi ini adalah :
1) Terwujudnya kesamaan dan kesatuan persepsi tentang Terorisme
2) Terbentuknya kepribadian komponen bangsa yang pancasilais,
3) Terbentuknya jiwa nasionalisme yang tinggi

9
4) Terwujudnya disiplin nasional
Strategi Jangka Panjang yaitu Peningkatan kualitas dan kapasitas aparat dalam melakukan
pencegahan dan penindakan terhadap perkembangan ancaman Terorisme di Indonesia.
Sasaran yang ingin dicapai dalam penerapan strategi ini adalah:
1) Meningkatnya sikap keberanian dan kemampuan segenap komponen bangsa.
2) Terbentuknya komitmen yang kuat untuk melakukan langkah-langkah penindakan dini.
3) Terwujudnya perangkat nasional yang mampu menjalankan fungsi dan peranannya sesuai
dengan kewenangan.
4) Meningkatnya peran serta segenap komponen bangsa terhadap aksi Terorisme di
Indonesia.
5) Meningkatnya kerjasama internasional.
Selain itu langkah-langkah yang dilakukan dalam menangani terorisme adalah:
1. Upaya yuridis yang berupa pengaturan hukum harus disadari sebagai suatu hal yang
penting, karena aturan hukum, merupakan pedoman bagi aparat penegak hukum untuk
bertindak secara proporsional dan profesional. Dalam pemberantasan kejahatan terorisme
diharapkan penegak hukum konsisten sehingga tercipta ketertiban dan keadilan di
masyarakat serta terlindunginya hak-hak asasi manusia.
2. Untuk segera mengamandemen dan menambah beberapa pasal yang kurang jelas, supaya
tidak menimbulkan salah tafsir dari yang dimaksudkan Undang-undang, contohnya setiap
laporan intelijen dapat dijadikan bukti permulaan untuk penangkapan (Pasal 26).
3. Dalam Undang-undang No. 15 Tahun 2003 belum mengatur Subjek Tindak Pidana yang
dilakukan oleh elemen negara, hendaknya dalam amandemen dimasukkan mengenai
subjek tindak pidana yang dilakukan oleh elemen negara yang dewasa ini populer disebut
sebagai “Terorisme negara”.
4. Hendaknya jangan membalas aksi teror dengan cara-cara teror yang serupa. Jadi
terorisme jangan dilawan dengan terorisme, dalam memberantas tindak pidana terorisme,
sikap menjunjung tinggi tegaknya HAM tetap harus menjadi prioritas.
5. Diharapkan peran serta masyarakat, dukungan bahkan bantuannya dalam rangka
penanganan kejahatan terorisme. Negara (polri) tidak akan bisa bekerja sendirian dan
berhasil dalam menangani masalah terorisme.

10
2.6 Contoh Kasus Terorisme di Indonesia
Sebagai dasar negara, Pancasila menjadi pandangan hidup dan ideologi bangsa
indonesia dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat maupun bernegara. Dasar negara
Pancasila lahir dari pemikiran-pemikiran yang berdasarkan dengan identitas bangsa serta
kepercayaan dan norma-norma yang sudah ada dan dipegang teguh oleh masyarakat kita. 
Pancasila mengatur dan menjadi landasan yang seharusnya diterapkan secara
menyeluruh, tidak hanya berdasarkan sila-sila tertentu. Namun, pada saat ini khususnya
dalam penyelesaian konflik gerakan organisasi pro kemerdekaan Papua, pengimplementasian
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila tidak dilakukan secara menyeluruh dan hanya
melihat dari sudut pandang yang difokuskan pada salah satu sila saja.
a. OPM (Organisasi Papua Merdeka)
Cikal bakal munculnya Organisasi Papua Merdeka atau yang disingkat OPM karena
perlawanan atas pendudukan pemerintahan Indonesia di Papua yang sejak awal
menggunakan pengaturan politik yang disertai aktivitas militer yang ketat. Hal ini tentunya
berlawanan dengan sila yang terkandung pada Pancasila yaitu Kemanusiaan yang adil dan
beradab merupakan aksi terorisme yang baru-baru ini terjadi.
Tuntutan dari OPM kepada pemerintahan Indonesia yaitu meninggalkan bumi Papua
dan mengakui Papua sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat. Tuntutan OPM ini
dianggap sebagai upaya pemisahan diri dan ancaman bagi integrasi nasional dan dianggap
mengancam ideologi Pancasila seperti yang tertuang pada sila ke-3 yaitu persatuan
Indonesia. OPM memang merupakan ancaman bagi kesatuan dan persatuan NKRI namun,
poin-poin tuntutan yang disampaikan organisasi ini bukanlah tak beralasan.
Pengimplementasian Pancasila dari poin tuntutan OPM sendiri dilihat sangat kurang
terpenuhi khususnya pada sila ke-5 yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang
dampaknya kurang dirasakan masyarakat Papua khususnya yang dirasakan bagi simpatisan
OPM itu sendiri. 
Namun, tuntutan dari OPM ini tidak pernah ditanggapi oleh pemerintah Indonesia
karena banyaknya pertimbangan sehingga kecil kemungkinan untuk tuntutan ini dikabulkan.
Merasa segala upaya yang dilakukan OPM gagal, membuat OPM terus melakukan gerakan
yang mengakibatkan banyaknya berjatuhan korban jiwa dari tahun ketahun. Mereka

11
merupakan sebuah “kriminal” yang teroganisir dipicu rasa ingin dekonolisasi karena telah
diduduki oleh Indonesia yang dilatarbelakangi perbedaan ras, bahasa, dan letak wilayah.

b. KKB (Kelompok Kriminal Bersenjata)

Seperti kasus baru-baru ini di Papua, Pemerintah telah menetapkan Kelompok


Kriminal Bersenjata (KKB) sebagai teroris, karena sudah membunuh banyak korban
di Papua. Kelompok kriminal bersenjata (KKB) atau dulu dikenal dengan Organisasi Papua Merdeka
(OPM) merupakan kelompok yang ingin Papua melepaskan diri dari NKRI. KKB Papua sudah ditetapkan
sebagai kelompok teroris sejak tahun 2021. Kapolda Papua Irjen Pol Mathius D Fachiri mengatakan, teror
dan kekerasan KKB menyebar hampir di seluruh wilayah Pegunungan Papua. Seperti di Kabupaten
Yahukimo, Intan Jaya, Puncak, Pania, Puncak Jaya, Nduga, Pegunungan Bintang, Yalimo, Jayawijaya dan
Deiyai. Teror ini mengakibatkan korban dari pihak TNI Polri dan masyarakat.

KKB masih menjadi ancaman yang menimbulkan ketakutan bagi masyarakat, khususnya
pendatang. Aparat keamanan tetap mengedepankan pendekatan kesejahteraan dalam penanganan
kelompok kriminal bersenjata. Keberadaan KKB Papua sudah menjadi kelompok separatis yang
mengancam keutuhan negara. Bahkan merunut sejarahnya, gerakan separatis ini sudah ada sejak tahun
1963 untuk selalu membuat kekacauan di Provinsi Papua dan Papua Barat yang sebelumnya dikenal
sebagai Irian Jaya.

12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Terorisme adalah tindak perbuatan yang menimbulkan suasana teror, ketakutan amat
sangat secara meluas, atau menimbulkan korban yang bersifat massal, dengan cara merampas
kemerdekaan atau hilangnya nyawa dan harta benda orang lain, mengakibatkan kerusakan atau
kehancuran terhadap objek vital dan strategis, atau lingkungan hidup, atau fasilitas publik.
Terorisme adalah tindak perbuatan kekerasan, kejam, brutal, bengis, seperti melakukan
penyiksaan atau penyerangan pada masyarakat sipil, pembunuhan secara massal, peledakan bom
atau melakukan penculikan, juga penyanderaan.
Pencegahan dan penanggulangan terorisme membutuhkan suatu kejasama secara
menyeluruh. Selain kualitas dan kuantitas aparat yang telah dibentuk pemerintah juga perlu
adanya dukungan terhadap kepedulian masyarakat, karena dengan melibatkan masyarakat
penanggulanan dan pencegahan secara dini terhadap seluruh aksi atau kegiatan terorisme dapat
dengan mudah diatasi. Sistem pertahanan dan keamanan semesta dimana TNI dan Polri
merupakan elemen utama dalam menghadapi aksi kejahatan terorisme harus selalu melakukan
koordinasi dengan instansi-instansi pemerintah lainnya atau dengan elemen sipil lainnya karena
dukungan dan koordinasi dalam mendeteksi dan mengatasi berbagai permasalah teroris akan
mudah diatasi.
Dengan demikian, kita harus yakin bahwa bangsa kita pasti terlepas dari jeratan persoalan
yang menghantam identitas dan harga diri bangsa. Pluralitas bangsa patut dijadikan lompatan
luar biasa untuk menyatukan persepsi dan rasa solidaritas antar sesama, sehingga nilai-nilai
kebangsaan yang terdapat pada sila-sila Pancasila akan tetap tertanam dengan baik.

3.2 Saran
Oleh karena itu, kita harus bulatkan tekat dan jernihkan hati serta pikiran untuk
merancang bangunan keIndonesiaan yang sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa kita. Yakinlah
bahwa kita masih punya harapan dan idealisme untuk membendung benturan peradaban, agama,
politik, maupun etnis di antara kita. Selanjutnya, kita harus percaya, bahwa bangsa ini memiliki
keunggulan, karena diberi anugrah dan karunia yang luar biasa oleh Tuhan. Terakhir tetaplah

13
memegang dasar Negara yaitu Pancasila dengan cara menerapkannya bukan hanya
menghafalkannya. Karena semua sila yang ada di Pancasila berhubungan dengan Paham
Integralistik. Yaitu Paham yang mengedepankan Persatuan dan Kesatuan Negara. Agar Semua
Rakyat Negara Kita terus bersatu tanpa adanya Terorisme. Perlu ditanamkan Jiwa Integralistik
dalam Sanubari melalui Pancasila. Karena Pancasila membuat Bhinneka Tunggal Ika.

14
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Intan. 2016. “Pendidikan Pancasila”. Jakarta. Ristekdikti

Raymond, Natasya Oktavi. 2021. “: Relevansi Pancasila Sebagai Ideologi Negara Dalam
Penyelesaian Konflik Papua: OPM Mengancam Ideologi Pancasila Atau Adanya Pelanggaran
HAM Yang Berlindung Dibalik Pancasila?”, Diakses 05 November 2022 Pukul 19.00
https://www.kompasiana.com/natasyaoktavia3168/6140064106310e5b2f161be2/relevansi-
pancasila-sebagai-ideologi-negara-dalam-penyelesaian-konflik-papua-opm-mengancam-
ideologi-pancasila-atau-adanya-pelanggaran-ham-yang-berlindung-dibalik-pancasila?page=all

iii

Anda mungkin juga menyukai