Anda di halaman 1dari 36

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DAN FILSAFAT BANGSA

INDONESIA

Dosen Pengampu : Rahmat Ferdian Andi Rosidi SH.I.,M.H


Disusun Oleh kelompok 1 Kelas 2C;

 Muzaki Azmi (11220820000017)


 Imelda Fitri Finaldy (11220820000064)
 Syifa Hana Ramadhina (11220820000143)
 Evi Dwi Nur’aini (11220820000161)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT. Yang telah melimpa hka n
rahmat dan hidyahNya kepada kita semua sehingga makalah yang berjudul
“PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DAN FILSAFAT BANGSA
INDONESIA” ini dapat diselesaikan dengan tepat pada waktunya. Walaupun kami
sadar bahwa makalah masih jauh dari apa yang menjadi harapan dari pembimb ing.
Namun sebagai awal pembelajaran dan agar menambah semangat, bukan sebuah
kesalahan jika saya mengucapkan kata syukur.. Kesalahan dalam makalah ini jelas
ada. Namun bukanlah kesalahan yang tersengaja melainkan karena khilafan dan
kelupaan. Dari kesemua kelemahan tersebut kirannya dapat dimaklumi.
Dan ucapan terimakasih kepada :
1. Bpk. Rahmat Ferdian Andi Rosidi SH.I.,M.H Selaku dosen serta
pembimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini.
2. Teman-teman kelompok 1 yang telah membantu dalam terselasinya
makalah ini dengan tepat waktunya.

Demikian, harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Dan menambah referensi yang baru sekaligus ilmu pengetahuan yang baru
pula, amin.

Jakarta, 7 Maret 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DAN FILSAFAT BANGSA INDONESIA


................................................................................................................................. 1
PROGRAM STUDI AKUNTANSI ........................................................................ 1
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan Pembahasan .................................................................................. 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
2.1 Pengertian dan Makna Ideologi Bagi Bangsa Indonesia .......................... 3
2.1.1 Definisi Ideologi ....................................................................................3
2.1.2 Sejarah Ideologi ....................................................................................4
2.1.3 Karakteristik Ideologi ............................................................................5
2.1.4 Pancasila Sebagai Ideologi Negara Indonesia ..........................................6
2.1.5 Sejarah Lahirnya Pancasila.....................................................................7
2.1.6 Makna Garuda Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa...................................9
2.1.7 Fungsi Dan Kedudukan Pancasila Bagi Negara Kesatuan Republik I
ndonesia 11
2.2 Perbandingan Ideologi Pancasila dan Ideologi Lain .............................. 12
2.2.1 Konservatisme, Radikalisme, dan Liberalisme ....................................... 12
2.2.2 Kapitalisme......................................................................................... 13
2.2.3 Marxisme Leninisme ........................................................................... 14
2.2.4 Komunisme ........................................................................................ 14
2.2.5 Sosialisme .......................................................................................... 15
2.2.6 Libertarianisme................................................................................... 15
2.2.7 Utilitarianisme .................................................................................... 15

ii
2.2.8 Fasisme .............................................................................................. 16
2.2.9 Nasionalisme ...................................................................................... 17
2.3 Pengertian Filsafat Pancasila ................................................................. 17
2.3.1 Pengertian Filsafat Pancasila ..................................................................... 20
2.3.2 Prinsip-Prinsip Filsafat Pancasila .............................................................. 21
2.3.3 Pemikiran Filsafat Pancasila ...................................................................... 22
2.3.4 Landasan Pancasila sebagai Sistem Filsafat................................................ 24
2.4 Hakikat Sila-Sila Pancasila......................................................................... 26
BAB III.................................................................................................................. 29
PENUTUP ............................................................................................................. 29
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 29
3.2 Saran ....................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 31

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ideologi merupakan suatu unsur peranan penting demi terciptanya suatu
negara yang berdaulat. Dengan adanya ideologi sebagai landasan berdirinya suatu
bangsa, maka keddaulatan tersebut akan terus terjaga. Ada berbagai macam
ideologi yang ada di dunia ini, dengan landasan yang berbeda, pandangan yang
berbeda, melahirkan pemahaman dan perkembangan di suatu bangsa yang berbeda
pula. Bagi bangsa Indonesia sendiri menganut ideologi yang sering kita sebut
sebagai “Pancasila”.

Sebagai dasar Negara Indoneisa, Pancasila memiliki peranan penting bagi


kehidupan berbangsa dan bernegara. Pada hakikatnya, Pancasila merupakan hasil
penuangan dari pemikiran seorang atau sekelompok orang. Melalui Pancasila,
warga Negara Republik Indonesia diharapakan mampu memahami, menganalis is
dan menyikapi masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakatnya secara
konsisten dengan cita-cita tujuan nasional. Sebagai Ideologi Bangsa Indonesia,
Pancasila menjadi pedoman yang diberikan oleh para pendahulu kita agar bisa
mempersatukan berbagai golongan dan kelompok.

Mengenai filsafat Pancasila, sebuah sistem telah berkembang sebagai hasil


dari keterkaitan yang terjalin antara Pancasila dengan berbagai aspek kehidupan.
Para founding fathers Indonesia menganggap nilai-nilai filosofis sebagai titik tolak
pencarian jati diri bangsa. Untuk sampai ke inti esensinya, ditelaah tingkat
kebenaran nilai-nilai yang ada. Hal ini membuatnya semakin spekulatif untuk
mendukung sistem filosofis Pancasila. Di samping itu, bangsa Indonesia
menganggap seluruh kebenaran dan segala keterangan yang berkaitan dengannya
sebagai landasan mutlak jalan hidup bangsa.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian ideologi?
2. Bagaimana ideologi bisa ada?
3. Kenapa ideologi Indonesia adalah Pancasila?
4. Apa bedanya ideologi Pancasila dengan ideologi lain?
5. Apa arti dari filsafat Pancasila?
6. Bagaimana hakikat sila-sila pada Pancasila?

1.3 Tujuan Pembahasan


1. Untuk memahami apa itu ideologi.
2. Untuk mengetahui sejarah adanya ideologi.
3. Untuk mengetahui sejarah idedologi Pancasila.
4. Untuk mengetahui perbedaan ideologi Pancasila dengan ideologi yang
lain.
5. Untuk mengetahui arti dari filsafat Pancasila.
6. Untuk mengetaui hakikat sila-sila pada Pancasila.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Makna Ideologi Bagi Bangsa Indonesia

2.1.1 Definisi Ideologi


Ideologi merupakan suatu konsep yang selalu menarik untuk dikaji karena
menyentuh persoalan-persoalan mengenai fundamental dan aktual. Fundamenta l,
karena hampir semua bangsa dan seluruh hidupnya tidak bisa lepas dari pengaruh
ideologi. Aktual, karena diskusi, debat dan kajian tentang ideologi tidak pernah
ketinggalan zaman dan ketinggalan zaman. Oleh karena itu, setiap individu harus
mengetahui dan memahami arti, fungsi dan ciri-ciri ideologi. Meskipun demikian
ideologi bisa dikatakan sebagai konsep yang paling kontroversial dalam pemikira n
politik di negara Indonesia. Banyak masyarakat bahkan dari kalangan terpelajar
lebih suka jika menghindari pembicaran politik dan perdebatan ideologi. Secara
filosofis maupun konseptual, ideologi memiliki peran dan fungsi dalam
membangun kehidupan berbangsa dan bernegara, tanpa ideologi yang mantap dan
kokoh pada nilai- nilai budayanya, suatu bangsa akan mengalami hambatan dalam
mencapai cita-citanya.

Secara etimologis, ideologi berasal dari kata “idea” atau dari bahasa Yunani
yaitu “ideos” yang berarti konsep, gagasan, pengertian dasar, dan cita-cita, lalu
“logos” yang berarti adalah ilmu. Dengan demikian ideologi berarti ilmu
pengertian-pengertian dasar atau ajaran tentang pengertian-pengertian dasar. Ide
dapat diartikan sebagai suatu cita-cita yang bersifat tetap dan yang harus dicapai
oleh orang yang mengikuti ideologi tersebut. Lalu secara terminologis atau istila h,
ideologi adalah keseluruhan prinsip atau norma yang berlaku dalam suatu
masyarakat yang meliputi berbagai aspek, seperti sosial-politik, ekonomi, budaya,
pertahanan, dan keamanan.

3
Meskipun demikian, istilah ideologi kadang memperoleh konotasi negatif.
Entah itu melalui kalangan akademis ataupun masyarakat awam, mereka sering
menyamakan istilah ideologi dengan berbagai cara, gaya, atau suatu pemikira n
yang tidak begitu disukai masyarakat. Bahkan tidak sedikit bagi sekelompok orang
yang mengkarakterisir ideologi sebagai suatu bentuk propaganda yang berlebihan,
mengada-ada, dan tidak realistis. 1

2.1.2 Sejarah Ideologi


Istilah ideologi pertama kali dikemukakan oleh
seorang filsuf Prancis, Antoine Destutt de Tracy pada tahun
1796. Tracy menggunakan istilah ideologi untuk menyebut
suatu study tentang hakekat, asal mula, dan perkembangan
ide-ide manusia. Gagasan yang beliau kemukakan ini
diharapkan dapat membawa perubahan secara institusio na l
Antoine Destutt de Tracy
pada masyarakat Perancis.2 Namun Napoleon Bonaparte, salah satu pemimp in
militer Prancis saat perang revolusioner saat itu mencemoohnya sebagai khayalan
yang tidak memiliki nilai praktis. Sebagai seorang penguasa yang takut akan
kehilangan kekuasaannya, Napoleon menuduh para cendekiawan di Institut de
France tersebut sebagai kaum ideologis. Apa yang dipikirkan, diananalisis dan
dikerjakan para cendekiawan dianggap sebagai suatu yang tidak jelas, mengada -
ada dan tidak dapat dipertanggung jawabkan. Pada akhirnya, Napoleon melarang
dengan tegas pengajaran mengenai moral dan ilmu politik di institut tersebut. Dari
sini dapat diperhatikan bahwa sebenarnya istilah ideologi pada dasarnya masih
memiliki nilai yang positif. Akan tetapi menjelang awal abad 19, istilah ideologi
mulai mendapat konotasi negatif sebagai akibat dari ulah Napoleon.

Jadi, penyikapan yang berupa hal negatif terhadap ideologi tersebut


membawa pengaruh terhadap pendefinisian pula dengan ideologi pada saat ini.
Pengaruh ini sangat dirasakan oleh kalangan yang berkepentingan dengan masalah-

1 M . Syamsudin dkk, Menempatkan Pancasila dalam Konteks Keislama dan KeIndonesiaan (Yogyakarta:
Total M edia, 2019), hlm. 97.
2 M . Syamsudin dkk, Menempatkan Pancasila dalam Konteks Keislama dan KeIndonesiaan (Yogyakarta:
Total M edia, 2019), hlm. 99.

4
masalah yang berhubungan dengan politik. Sulitnya memperoleh pengertian
ideologi yang memuaskan akan mengakibatkan terhambatnya masyarakat untuk
mencapai tujuan yang legal. Jadi dapat disimpulkan melalui ideologi seseorang
dapat mempengaruhi orang lain dan apabila semakin kuat dukungan yang diperoleh
tersebut maka akan semakin besar pula kemungkinan memperluas kekuasaan.

2.1.3 Karakteristik Ideologi


Ideologi memiliki beberapa karakteristik, antara lain:

a. Ideologi terkadang muncul dan berkembang dalam situasi krisis

Maksud dari situasi krisis adalah dimana cara pandang dan tindakan yang
sebelumnya dianggap umum dan wajar dalam suatu masyarakat telah dianggap
sebagai suatu yang sudah tidak dapat diterima lagi. Keadaan seperti ini biasanya
akan mendorong munculnya suatu ideologi yang baru. Jika suatu kelompok maupun
masyarakat mulai merasakan bahwa berbagai kebutuhan dan tujuan hidupnya tidak
dapat direalisasikan maka kesalahan pertama seringkali akan ditimpakan kepada
ideologinya sendiri.

Dalam arti kata ideologi tersebut akan dianggap tidak mampu lagi berbuat, baik
dalam menjelaskan eksistensinya, ataupun dalam melaksanakan aturan main yang
dirancangnya sebelumnya. Adanya kondisi yang kalut, ketidakpuasan terhadap apa
yang pernah terjadi dan ketakutan dalam menghadapi masa depan, akan menjadi
pemicu munculnya suatu ideologi yang diharapkan mampu menjanjikan kehidupan
yang lebih baik.

b. Ideologi merupakan pola pemikiran yang sistematis

Ideologi pada dasarnya adalah sebuah ide atau gagasan yang akan ditawarkan
ke tengah-tengah arena politik. Oleh karena itu ideologi harus disusun secara
sistematis agar dapat diterima oleh warga masyarakat secara baik. Sebagai ide yang
hendak mengatur tata tertib hubungan masyarakat maka ideologi biasanya
menyajikan penjelasan dan visi mengenai kehidupan yang hendak diwujudkan oleh
suatu masyarakat secara sistematis.

5
c. Ideologi mempunyai ruang lingkup yang luas

Jika dilihat dari dimensi horizontal, ideologi mempunyai ruang lingkup yang
sangat luas mulai dari penjelasan-penjelasan yang bersifat saling berhubunga n
sampai kepada gagasan atau pandangan yang menyeluruh. Sebenarnya cakupan
dari suatu ideologi sangat bergantung pada ruang lingkup kekuasaannya sendiri.
Ideologi yang totaliter akan cenderung mengakibatkan ideologi tersebut lebih
komprehensif dibandingkan dengan ideologi demokratis karena senantiasa
mendambakan kekuasaan yang mutlak untuk mengatur semua aspek kehidupannya.

d. Ideologi diikuti karena adanya ketertarikan dari panutan

Kali ini kita akan melihat dari dimensi vertikal, karakteristik ini dapat
dikatakan bahwa ideologi berada pada keragaman landasan yang akhirnya akan
membuahkan pemahaman dan penerimaan dari para pengikutnya. Jadi, ketertarikan
seseorang pada suatu ideologi dapat didasarkan pada rangsangan intelektua l
maupun emosional atau yang paling sering adalah karena kepentingan pribadi dari
orang tersebut. Di samping hal tersebut, unsur penarik juga dapat didasarkan pada
daya tarik seorang pemimpin yang kharismatik. Pengikut suatu ideologi cenderung
menunjukkan fanatisme terhadap doktrin idealisme yang dianut oleh mereka.
Dengan demikian ideologi merupakan alat pengikat yang baik namun perlu
direnungkan kembali secara kritis dan arif, karena dampak dari mengikuti ideologi
tersebut kita sendiri juga yang akan merasakannya. 3

2.1.4 Pancasila Sebagai Ideologi Negara Indonesia


Peran Pancasila sebagai ideologi negara akan memberikan bimbingan bagi
bangsa Indonesia dalam menentukan sikap dan tingkah laku bagi bangsanya sendiri.
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila akan dijadikan patokan aturan oleh
bangsa ini di kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Nilai-nilai yang terkandung
dalam kelima asas dalam Pancasila memiliki kedudukan sebagai aturan tentang

3M . Syamsudin dkk, Menempatkan Pancasila dalam Konteks Keislama dan KeIndonesiaan (Yogyakarta:
Total M edia, 2019), hlm. 102-105.

6
moral. Oleh karena itu, pelaksanaan nilai tersebut juga harus berdasarkan pada
keyakinan dan kesadaran bagi masing-masing individu.

Apabila Pancasila sebagai ideologi negara dilanggar, maka akan terkena


hukuman berupa sanksi moral maupun sosial. Ideologi Pancasila merupakan
kumpulan gagasan yang disepakati bersama dan merupakan ciri khas dari bangsa
Indonesia dimana hasil kesepakatan tersebut harus dipertahankan dan dipraktikkan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara atas banyak suku, bangsa dan budaya
ini. Pancasila sebagai ideologi negara juga berperan dalam pembentukan Undang-
Undang Dasar Negara 1945. Selain itu juga, Pancasila mengambil peran penting
sebagai pedoman dalam pembuatan Undang-Undang, entah itu pada tingkat daerah
ataupun nasional. Oleh sebab itu, dengan adanya Pancasila, maka setiap peraturan
perundang-undangan yang telah dibuat harus berdasarkan suara dari rakyat, karena
itu merupakan cerminan dari bangsa Indonesia itu sendiri. 4

2.1.5 Sejarah Lahirnya Pancasila


Kelahiran Pancasila ada kaitannya dengan berkecamuknya perang dunia
dua. Saat itu, Belanda yang sudah sekian tahun bermukim di Indonesia dipaksa
angkat kaki dari Indonesia oleh Jepang. Pasca diusirnya Belanda, Jepang mulai
membuat berbagai kebijakan yang salah satu tujuannya adalah agar mereka dapat
memenangkan perang melawan pihak sekutu. Terlebih lagi mereka telah memula i
peperangan dengan Amerika Serikat yang berarti mereka sedang berhadapan
dengan lawan yang sangat tangguh. Karenanya, Jepang membutuhkan berbagai
cara dan upaya dengan memanfaatkan bangsa Indonesia.

Di tengah situasi perjuangan yang dilakukan oleh Jepang sedikit lagi


menuju pada kekalahan, Jepang mulai menjanjikan kemerdekaan kepada Indonesia ,
karena berbagai tekanan dari sekutu yang membuat situasi semakin tidak menentu.
Sebagai langkah konkret dari janji tersebut, dibentuklah Dokuritsu Junbi Cosakai

4 Ahmad Joji Maning , “Arti dan M akna Pancasila sebagai Ideologi negara” gramedia.com,
https://www.gramedia.com/literasi/makna-pancasila-sebagai-ideologi-negara/ Diakses pada 7 M aret 2023

7
atau juga kita kenal sebagai Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

a. Rapat BPUPKI

BPUPKI dibentuk dengan tujuan untuk menyelidiki hal-hal penting yang


berkaitan dengan kemerdekaan Indonesia sekaligus menyiapkan rencana
kemerdekaan. Dalam menjalankan perannya, BPUPKI menggelar rapat atau siding,
lebih tepatnya 2 kali siding besar. Pada sidang pertamanya yang berlangsung dari
tanggal 29 Mei sampai 1 Juni 1945, salah satu agenda yang dibahas adalah perihal
dasar negara Indonesia. Dari sidang pertama itulah, kerangka Pancasila mulai
pertama kali yang mana diusulkan oleh Ir. Soekarno dan dirumuskan oleh para
Bapak bangsa. Tentunya usulan Soekarno tidaklah langsung diterima begitu saja
oleh para peserta yang lain. Perbedaan pendapat menjadi alasan utama pembahasan
tersebut masih terus berjalan.

b. Peran Panitia Sembilan

Disebabkan karena belum usainya pembahasan dalam sidang, maka


diputuskanlah untuk membentuk sebuah komite di dalam sidang tersebut, yang
mana dikenal dengan sebutan Panitia Sembilan yang beranggotakan:

1. Soekarno
2. Mohammad Hatta
3. Achmad Soebardjo
4. M. Yamin
5. Wahid Hasjim
6. Abdoel Kahar Moezakir
7. Abikusno Tjokrosoejoso
8. Haji Agus Salim
9. A.A. Maramis

Para tokoh inilah yang pada akhirnya bisa menyelesaikan pembahasan


mengenai dasar-dasar negara yang akhirnya menjadi sejarah penting lahirnya

8
Pancasila. Pembahasan ini selesai pada tanggal 22 Juni 1945 yang kemudian
dikenal dengan sebutan Piagam Jakarta atau Jakarta Charter yang berbunyi:

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk -


pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

c. Disahkan Oleh PPKI

Pada tanggal 18 Agustus 1945 atau sehari setelah proklamasi kemerdekaan


Indonesia Pancasila akhirnya benar-benar disahkan oleh PPKI, yang mana sila
pertama mengalami revisi dan kini kita kenal dengan ‘Ketuhanan yang Maha Esa’.5

2.1.6 Makna Garuda Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa

Garuda Pancasila adalah lambang negara Indonesia yang digambarkan


dengan seekor burung garuda yang menoleh ke kanan. Garuda Pancasila dirancang
oleh Sultan Hamid II dan diresmikan pada 11 Februari 1950 saat berlangsungnya
siding kabinet Indonesia serikat. Tersusun atas tiga komponen utama, yaitu burung
garuda, perisai, dan pita putih. Warna keemasan pada burung garuda

5 Saad Fajrul, “Sejarah Singkat Hari Lahir Pancasila” zanius.net,


https://www.zenius.net/blog/sejarah-singkat-hari-lahir-pancasila Diakses pada 7 M aret 2023

9
melambangkan keagungan dan kejayaan. Garuda memiliki paruh, sayap, ekor dan
cakar melambangkan kekuatan dan tenaga pembangunan.

Jumlah bulu garuda Pancasila melambangkan hari proklamasi kemerdekaan


Indonesia yang jatuh pada tanggal 17 Agustus 1945. 17 helai bulu pada masing-
masing sayap, 8 helai bulu pada ekor, 19 helai bulu di bawah perisai atau pada
pangkal ekor, dan ada 45 helai bulu di leher. Perisai yang dikalungkan burung
garuda melambangkan pertahanan Indonesia, dimana mengandung lima buah
simbol yang masing-masing mengandung sila-sila dari dasar negara Pancasila,
yaitu.

1. Bintang emas diartikan sebagai sebuah cahaya layaknya


Tuhan yang menjadi cahaya kerohanian bagi setiap manusia

2. Rantai yang disusun atas gelang-gelang kecil menandakan


hubungan manusia yang saling membantu, gelang persegi
mengambarkan pria, dan gelang lingkarang melambangka n
wanita
3. Pohon berukuran besar berakar tunggal panjang yang tumbuh
ke dalam tanah mencerminkan kesatuan dan persatuan
Indonesia, banyaknya akar yang bergelantungan mencerminka n
Indonesia yang memiliki berbagai latar belakang budaya yang
berbeda-beda.
4. Banteng dikenal sebagai hewan yang suka berkumpul,
menggambarkan manusia dalam pengambilan sebuah
keputusan harus dilakukan musyawarah secara bersama-sama.

5. Padi dan kapas mencerminkan pangan dan juga sandang yang


merupakan kebutuhan pokok seluruh rakyat Indonesia yang
harus terpenuhi tanpa melihat status maupun kedudukannya.

10
Pada bagian bawah terdapat pita putih yang dicengkram bertuliska n
Bhinneka Tunggal Ika yang merupakan semboyan negara Indonesia, dimana dalam
bahasa Jawa kuno memiliki arti berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Kata tersebut
dikutip dari kitab sutasoma karangan Mpu Tantular yang bermakna persatuan dan
kesatuan nusa dan bangsa Indonesia yang terdiri atas berbagai pulau, bangsa, suku,
ras, adat, kebudayan, bahasa, serta agama. 6

2.1.7 Fungsi Dan Kedudukan Pancasila Bagi Negara Kesatuan Republik


Indonesia
 Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia
Merupakan nilai-nilai masyarakat Indonesia sebagai acuan hidup dengan
tujuan mencapai cita-cita yang ingin dicapai, serta sesuai dengan napas jiwa
bangsa Indonesia.
 Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia
Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia adalah sejenis bentuk yang
menunjukkan adanya kepribadian bangsa Indonesia, yang dapat dibedakan
dengan bangsa lain, seperti: cara berpikir, tingkah laku dan tindakan bangsa
Indonesia.
 Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa indonesia
Memiliki arti pembentukan pengalaman hidup dalam sejarah bangsa
Indonesia yang telah membentuk sikap, watak, perilaku, tata nilai norma
dan juga etika yang berpengaruh terhadap pandangan hidup.
 Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.
Pancasila digunalan sebagai pengatur hidup masyarakat Indonesia dan
mengatur sistem ketetnegaraan yang ada di Indonesia.
 Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia
Pancasila dijadikan sumber hukum dari semua hukum yang ada di Indoensia
yang berarti segala perilaku kekuasaan masyarakat harus memiliki landasan
hukum yang didasari oleh pancasila.

6 Pusdatin , “Ini Bunyi Pancasila dan M akna Lambangnya” bpip.go.id, 28 April 2021
https://bpip.go.id/berita/1035/673/ini-bunyi-pancasila-dan-makna-5-lambangnya.html Diakses pada 9 M aret
2023

11
 Pancasila sebagai perjanjian luhur bangsa Indoensia
Pada saat negara ini didirikan, Pancasila merupakan kesepakatan luhur yang
disepakati oleh para pendiri negara untuk dilaksanakan, dilestarikan, dan
dipelihara.
 Pancasila sebagai cita-cita serta tujuan bangsa Indonesia
Dengan Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia, Pancasila
direncanakan menjadi standar atau landasan yang dapat mempersatuka n
bangsa Indonesia.

2.2 Perbandingan Ideologi Pancasila dan Ideologi Lain

Memahami teori ideologi pancasila akan lebih lengkap jika kita


mengetahui juga ideologi- ideologi lain yang ada di dunia. Memahami
ideologi- ideologi lainnya bukan berarti kita akan mengganti pancasila
sebagai ideologi Indonesia tetapi justru untuk memperluas pandangan kita
terhadap pancasila. Berikut adalah beberapa ideologi yang ada di dunia yang
bisa dijadikan sebagai perbandingan dengan ideologi pancasila:

2.2.1 Konservatisme, Radikalisme, dan Liberalisme


Konservatisme adalah paham yang mempertahankan status quo dan
paham yang menghindari perubahan-perubahan prinsip dalam orde
masyarakat yang sudah ada. Konservatisme tdak keberatan dengan
perubahan kecil, tapi konservatif lebih menyukai bila kebiasaan dalam
masyarakat yang dianggap sudah stabil. Misalnya gerakan konservatif di
Eropa yang mempertahankan lembaga kerajaan.

Di negara yang menganut konservatisme, selain tradisi dan


kebiasaan masyarakat, agama juga dianggap sebagai kekuatan utama.
Konservatisme menentang sekularisasi, mental kritis dan sikap skeptis
karena dianggap bisa mengurangi semangat juang dalam mempertaha nka n

12
kabiasaan yang sudah pasti dan stabil. Konservatisme juga anti terhadap
radikalisme dan politik dimana hal ini dibedakan dengan kudeta,
pemberontakan, perlawanan dan semacamnya. Liberalisme sebagai filsa fat
politik dan ideologi besar di dunia punya hubungan yang erat dengan
persoalan masalah hal dan wewenang yang mengendalikan tingkah laku dan
perbuatan warga negaranya yang dimana persoalan tersebut sering
dilupakan. Edmund burke mengajukan pendapat bahwa liberalis me
bersambungan dengan masalah yang seharusnya dilakukan oleh negara dan
seharusnya memberikan kebebasan terhadap rakyatnya. 7

2.2.2 Kapitalisme
Kapitalisme dapat diartikan sebagai sistem ekonomi yang
didalamnya terdapat kepemilikan pribadi terhadap alat-alat produksi baik
barang maupun jasa.8 Awal terbentuknya sistem kapitalisme ini diawali di
Eropa pada abad ke-16 sampai abad 19, yang ditandai dengan munculnya
perbankan komersial dimana sekumpulan individu dan kelompok bisa
bertindak terhadap suatu badan tertentu yang dapat melakukan perdagangan
barang milik pribadi.

Di dalam sistem kapitalisme, pemerintah memiliki peran yang


terbatas yaitu untuk melindungi warganya dan menjaga pasar berjalan
kondusif. Contoh kapitalisme adalah berbagai perusahaan berlomba-lomba
membuat ponsel terbaik agak dibeli masyarakat. 9

7 M . Syamsudin dkk, Menempatkan Pancasila dalam Konteks Keislama dan KeIndonesiaan (Yogyakarta:
Total M edia, 2019), hlm. 107.
8 Trisna Wulan, “Apa Itu Kapitalisme? Ini Tujuan, Dasa-Dasar, dan Contohnya,” detik.com, 13 Oktober,
2022, https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6345401/apa-itu-kapitalisme-ini-tujuan-dasar-dasar-dan-
contohnya Diakses pada 7 M aret 2023
9 Binov Handitya, Pendidikan Pancasila (Yogyakarta: CV.M AHATA, 2020), hlm. 41

13
2.2.3 Marxisme Leninisme
Marxisme dikenal sebagai sebuah teori yang berkaitan dengan
sistem ekonomi, sistem sosial, dan sistem politik. Sedangkan leninis me
adalah bagian dari teori politik organisasi demokratik suatu badan yang
sifatnya revolusioner. Tujuan utama dari Marxisme-Leninisme yaitu
mengembangkan suatu negara menjadi negara yang sosialis yang diperoleh
melalui kepemimpinan yang bersifat revolusioner “profesional”. Pada
dasarnya negara Marxis_Leninis tidak ingin mengembangkan negaranya
kearah sosialis melainkan kearah kapitalisme. Alasan yang membuat
Marxisme adalah pemikiran yang sangat luas adalah karena Marxisme
memadukan tiga tradisi intelektual yang berkembang pada saat itu, yakni
filsafat Jerman, teori politik Prancis, dan ilmu ekonomi Inggris. 10

2.2.4 Komunisme
Menurut Fadhila Rachmawati, Komunisme merupakan ideologi
yang mengacu pada sistem sosial ekonomi, yang didasarkan pada
kepemilikan bersama beserta produksi barang, baik lingkup pemerinta ha n
maupun kehidupan.11 Komunisme dikenal sebagai paham anti-kapitalis me
yang dimana komunisme berlaku berkebalikan dengan kapitalis me.
Komunisme menginginkan semua aset dimiliki oleh negara dan
dipergunakan untuk kesejahtaraan rakyat secara merata agar tidak ada kelas
sosial dan tidak ada kepemilikan pribadi yang dominan serta sektor swasta
yang menjad pendukung. Konsekuensi yang terjadi terhadap suatu negara
yang menganut sistem komunisme adalah seluruh aset negara seperti tanah,
gedung perusahaan, infrastruktur tidak dapat dimiliki secara pribadi. Semua
aset tersebut akan menjadi miliki negara dan segala keuntungan maupun
kerugian akan dibagi rata dengan rakyatnya.

10
Binov Handitya, Pendidikan Pancasila (Yogyakarta: CV.M AHATA, 2020), hlm. 43
11Vanya Karunia, “Ideologi Komunisme: Definisi, Ciri, Sistem Ekonomi, dan Contoh Penerapan”,
kompas.com, 3 Februari, 2022, https://www.kompas.com/skola/read/2021/06/30/222539469/ideologi-
komunisme-definisi-ciri-sistem-ekonomi-dan-contoh-penerapan Diakses pada 7 M aret 2023

14
2.2.5 Sosialisme
Munculnya paham sosialisme adalah dampak dari ide-ide
liberalisme ekonomi dan kapitalis modern pada abad ke-18 dan awal abad
ke1-19 Masehi di Eropa. Pemahaman sosialis muncul saat terjad
ketidakseimbang kalangan pengusahan dan buruh di Inggris. Pada saat itu,
kaum pengusaha memiliki modal yang besar sedangkan kaum buruh hanya
bisa memperoleh gaji kecil sehingga tinggal di pemukiman kumuh. Seiring
berjalannya waktu, kesenjangan sosial semakin terlihat, yang menyebabkan
terciptanya sifat individualisme dalam masyarakat. Sosialisme diterapkan
dengan tujuan untuk memeratakan kesejahteraan rakyat, rasa solidaritas,
dan rasa kebersamaan sera gotong royong dalam masyarakat.

2.2.6 Libertarianis me
Ideologi ini mendukung kebebasaran radikal dimana setiap individ u
diberi pengakuan dimana mereka memiliki hal untuk mengatur
kehidupannya masing- masing. Namun, kebebesaan setiap individu akan
dibatasi bila melanggat hal orang lain. Contoh konsep kebebasan inividu ini
adalah seperti bertinda dan berbicara secara bebas, beribadah atau tidak
beribadah, dan lain-lain. Alternatif yang ditawarkan libertarianisme adalah
negara harus bisa menjamin kehidupan masyarakat yang damai dan setiap
masyarakat harus kreatif sehingga semua individu bisa atau mampu untuk
hidup secara produktif. Oleh sebab itu, libertarianisme memandang bahwa
setiap penjajahan harus dihapuskan dan pemerintah hanya berhak
menyatakan perang bila hal tersebut digunakan sebagai bentuk pertahanan
dan perlawan untuk penjajahan dari negara lain.

2.2.7 Utilitarianis me
Utilitarianisme sebagai ideologi yang memberikan wawasan tentang
segala tindakan yang berkaitan dengan implementasi kebijakan yang harus
dipertanggungjawabkan dan akan diukur manfaat dan efektifitas

15
penerapannya bagi masyarakat. Perbuatan yang dikatakan termasuk dalam
kategori “baik” adalah perbuatan yang dapat mencipta keuntunga n
maksimum, biaya rendah dan tidak ada kerugian bagi banyak orang. Dari
sudut pandang lain, utilitarianisme adalah sebuah prinsip moral bahwa suatu
tindakan benar jika itu menekannya biaya sosial (social cost) dan dapat
memberikan manfaat sosial (social benefit).

Secara etimologis, “utilitarianisme” berasal dari kata Latin utilis,


yang berarti efektif, berguna atau menguntungkan. Dan juga sebuah istila h
yang sering disebut sebagai teori kebahagiaan terbesar dalam pembanguna n
(teori kebahagiaan terbesar). Dalam kaitannya dengan komunitas, konsep
hak positif, jaminan atas isu tertentu, adalah sentral. Keberadaan hak-hak
tersebut direpresentasikan dengan hak yang mencakup kesejahteraan
masyarakat misalnya dengan pendidikan gratis, ketersediaan perumahan
yang terjangkau, lingkungan hidup yang aman dan bersih, pelayanan
kesehatan universal, jaring pengaman sosial, atau kemudahan mencari
pekerjaan.

2.2.8 Fasisme
Fasisme adalah paham yang berlandaskan kepemimpinan dengan sistem
kekuasaan mutlak/absolut, dimana perintah pemimpin harus dilaksanakan
dan dipatuhi oleh rakyat tanpa terkecuali. Salah satu konsep dasar ideologi
fasis adalah gagasan bahwa musuh akan menghancurkan kedaulata n
negaranya. Mengikuti pemikiran ini, para pemimpin dan militer harus kuat
untuk melindungi negara.
Dalam ideologi fasis massa harus memiliki konsep yang bersatu,
individualitas harus dihilangkan karena keragaman dilarang, penghancura n
identitas individu mengarah pada massa yang mengambang. Seorang
pemimpin haruslah seseorang yang karismatik dan memegang kekuasaan
dengan kekuasaan mutlak. Ideologi fasisme percaya bahwa suatu bangsa

16
membutuhkan kepemimpinan yang kuat, identitas kolektif yang bersatu,
dan kemampuan untuk mengorganisir orang untuk membenarkan kekerasan
untuk melindungi bangsa.
Fasisme sendiri didirikan dengan konsep anti-komunis me,
antiliberal, anti-demokratis, anti-individualis, anti-parlemen, dan juga anti-
konservatif dan juga menolak konsep-konsep egalitarianisme, materialis me,
dan rasionalisme yang selalu mengagungkan tindakan, disiplin, hierarki,
semangat, dan keinginan melaksanakan tujuan Negara.

2.2.9 Nasionalisme
Nasionalisme berasal dari kata nation yang berarti bangsa.
Nasionalisme adalah paham yang bertujuan untuk menciptakan dan
mempertahankan kedaulatan suatu negara dengan mewujudkan konsep
identitas bersama bagi sekelompok orang yang memiliki tujuan atau aspirasi
yang sama dalam mewujudkan kepentingan nasional. Ikatan nasionalis me
tumbuh di tengah-tengah masyarakat yang tentunya saat mentalitas nya
mulai menurun. Keadaan ini menuntut insting manusia untuk
mempertahankan diri untuk melanjutkan peran dan dorongan mereka untuk
mempertahankan negara mereka, tempat di mana mereka tinggal dan di
mana mereka bergantung. Namun secara umum, nasionalisme yang
dominan di kedua negara cenderung memudar setelah situasi stabil.
Pada zaman modern, nasionalisme dapat memanifestasikan dirinya
dalam situasi politik di mana kebenaran politik muncul dari kehendak
rakyat. Nasionalisme dapat diartikan sebagai fenomena sejarah yang timbul
akibat penjajahan di suatu negara. Gerakan ini tumbuh dan lahir dari
kesadaran bersama untuk melepaskan diri dari penindasan tersebut. 12

2.3 Pengertian Filsafat Pancasila

12 Binov Handitya, Pendidikan Pancasila (Yogyakarta: CV.M AHATA, 2020), hlm. 46-50

17
A. Secara Umum
Filsafat adalah filosofi kebijaksanaan hidup untuk menawarkan perspektif
komprehensif tentang kehidupan berdasarkan pengalaman dari kehidupan
dan sains. Karena memiliki logika, metode, dan sistem, filsafat adalah ilmu.
Namun, filsafat berbeda dari ilmu kehidupan lainnya karena memiliki fokus
yang sangat luas.

B. Menurut Para Ahli


Berikut beberapa pengertian filsafat menurut menurut para ahli:
 Cicero ( (106 – 43 SM ) Filsafat adalah seni kehidupan sebagai ibu dari
semua seni.
 Aristoteles (384 – 322 SM) Filsafat adalah memiliki kewajiban untuk
menyelidiki sebab dan asas segala benda.
 Plato (427 – 347 SM) Filsafat itu adalah tidaklah lain dari pengetahua n
tentang segala yang ada.
 Al Farabi (wafat 950 M) Filsafat itu ialah ilmu pengetahuan tentang alam
yang maujud dan bertujuan menyelidiki hakekatnya yang sebenarnya.
 Thomas Hobbes (1588 – 1679) Filsafat ialah ilmu pengetahuan yang
menerangkan perhubungan hasil dan sebab atau sebab dari hasilnya, dan
oleh karena itu senantiasa adalah suatu perubahan.
 Johann Gotlich Fickte (1762-1814) Filsafat merupakan ilmu dari
ilmuilmu, yakni ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Filsafat
membicarakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu untuk mencari
kebenaran dari seluruh kenyataan.
 Imanuel Kant ( 1724 – 1804) Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya
tercakup empat persoalan yaitu metafisika, etika agama dan antropologi.
 Paul Nartorp (1854 – 1924) Filsafat sebagai ilmu dasar hendak
menentukan kesatuan pengetahuan manusia dengan menunjukan dasar akhir
yang sama, yang memikul sekaliannya.

18
 Harold H. Titus (1979) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan
terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis.

Selain tokoh-tokoh dunia, adapun pendapat dari tokoh bangsa Indonesia


mengenai filsafat, yaitu :
 Notonegoro: Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut
intinya yang mutlak, yang tetap tidak berubah, yang disebut hakekat.
 Driyakarya: filsafat sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya tentang
sebab-sebabnya ada dan berbuat, perenungan tentang kenyataan yang
sedalam-dalamnya sampai “mengapa yang penghabisan.
 Sidi Gazalba: Berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran untuk
kebenaran, tentang segala sesuatu yang dipermasalahkan, dengan berfikir
radikal, sistematik dan universal.
 Hasbullah Bakry: Ilmu Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala
sesuatu dengan mendalam mengenai Ke-Tuhanan, alam semesta dan
manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana
sikap manusia itu sebenarnya setelah mencapai pengetahuan itu.
 Prof. Dr. Ismaun, M.Pd.: Filsafat ialah usaha pemikiran dan renungan
manusia dengan akal dan qalbunya secara sungguh-sungguh , yakni secara
kritis sistematis, fundamentalis, universal, integral dan radikal untuk
mencapai dan menemukan kebenaran yang hakiki (pengetahuan, dan
kearifan atau kebenaran yang sejati.
 Prof. Mr.Mumahamd Yamin: Filsafat ialah pemusatan pikiran , sehingga
manusia menemui kepribadiannya seraya didalam kepribadiannya itu
dialamiya kesungguhan.13

13 I Putu Ari Astawa, “Pancasila sebagai Sistem Filsafat”, Universitas Udayana, 2017, h. 9

19
2.3.1 Pengertian Filsafat Pancasila
Filsafat berasal dari kata Philosophy yang secara epistimolo gis
berasal dari philos atau phileinyang yang artinya cinta dan sophia yang
berarti hikmat atau kebijaksanaan. Pancasila juga merupakan filsafat karena
Pancasila merupakan acuan intelektual kognitif bagi cara berpikir bangsa,
yang dalam usaha-usaha keilmuan dapat terbangun ke dalam sistem filsa fat
yang kredibel. Menurut Abdulgani (dalam Ruyadi,2003), Pancasila
merupakan filsafat negara yang lahir sebagai collective ideologie (cita-cita
bersama) dari seluruh bangsa Indonesia. Sedangkan Notonagoro (dalam
Ruyadi,2003) menyatakan bahwa filsafat Pancasila memberika n
pengetahuan dan pengertian ilmiah, yaitu tentang hakikat dari Pancasila.14

Ada beberapa alasan mengapa pancasila disebut sebagai sistem


filsafat.. Pertama, menilik kembali sidang BPUPKI, 1 Juni 1945. Pada saat
itu, Soekarno memberi judul pidatonya dengan “Philosofische Grondslag
(filsafat negara) daripada Indonesia Merdeka. Beberapa cuplikan dari
pidatonya tersebut : “Paduka Tuan Ketua yang mulia, saya mengerti apa
yang Ketua kehendaki! Paduka Tuan Ketua minta dasar, minta
Philosofische Grondslag, atau jika kita boleh memakai perkataan yang
muluk- muluk, Paduka Tuan Ketua yang mulia minta suatu
Weltanschauung, di atas mana kita mendirikan negara Indonesia itu”.15

Kedua, Noor Bakry, menyebutkan bahwa Pancasila adalah hasil


permenungan mendalam yang dilakukan oleh para tokoh kenegaraan
Indonesia, dengan melewati diskusi dan dialog panjang dalam sidang
BPUPKI sampai akhirnya tiba pada pengesahan PPKI. Koheren, logis,
inklusif, mendasar, dan spekulatif adalah ciri pemikiran filosofis yang
tercermin dalam struktur permenungan ini.16

14 Yoga Putra Semadi,”Filsafat Pancasila dalam Pendidikan di Indonesia Menuju Bangsa


Berkarakter”, Jurnal Filsafat Indonesia, Volume 2, Nomor 2, 2019, h.1
15 Wartoyo, Filsafat dan Ideologi Pancasila: Teori, Kajian, dan Isu Kontemporer, UNISRI Press,

Surakarta, 2020, h.10


16 Ibid.

20
Dari sini, kita bisa menganalisis urgensi Pancasila sebagai sistem
filsafat. Karena filsafat adalah fundamental bagi kehidupan manusia.
Filsafat diperlukan manusia untuk mengembangkan metode untuk
mencapai ketentraman (security) dan kenikmatan (comfort). Selain itu,
mengintegrasikan filsafat dengan bidang lain akan memainkan peran
penting dalam membantu manusia dalam mewujudkan berbagai tujuan dan
keinginannya. Manusia akan dapat menemukan berbagai pemecahan
masalah dalam hidupnya melalui filsafat. Sebagai komponen kepercayaan
manusia, filsafat berfungsi sebagai dasar yang berbeda untuk perilaku
manusia. Pengalaman manusia kemudian dibangun dari konsep filosofis ini.
Filsafat juga dapat digunakan untuk memperluas bidang kesadaran manusia,
memungkinkan orang menjadi lebih hidup, lebih mampu membedakan
sesuatu, lebih kritis, atau hanya lebih pintar.17

2.3.2 Prinsip-Prinsip Filsafat Pancasila


Berikut penjelasan Pancasila ditinjau dari teori kausalitas Aristoteles:

a. Kausa materialis dalam hal ini Pancasila bersumber dari nila i-nila i
sosial budaya Indonesia itu sendiri. Penyebab materialis adalah
yang terkait dengan materi. B.
b. Kausa formalis, atau sebab-sebab yang berhubungan dengan
bentuk, meyakini bahwa Pancasila yang muncul dalam pembukaan
UUD 1945 memenuhi syarat formil (kebenaran formal).
c. Kausa Efisiensi, yang mengacu pada kegiatan BPUPKI dan PPKI
dalam menyusun dan merumuskan Pancasila dalam rangka
membentuk dasar negara Indonesia merdeka.
d. Kausa Finalis mengacu pada tujuannya, yaitu mengajuka n
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia merdeka.18

17 Ibid.
18 Yoga Putra Semadi, Op.cit., h.2

21
2.3.3 Pemikiran Filsafat Pancasila
Soekarno

Dalam pidatonya pada sidang BPUPKI I Juni 1945 Pancasila yang


diajukan oleh Soekarno dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan Ketua
BPUPKI Dr. Radjiman tentang "Apakah dasarnya negara yang akan kita
bentuk". Soekarno menjawab bahwa yang dimaksudkan adalah
"Philosophie grondslag" atau fundamen filsafat, pikiran yang sedalam-
dalamnya, jiwa, hasrat, yang sedalam-dalamnya untuk diatasnya didirikan
gedung Indonesia Merdeka yang kekal abadi; suatu Weltanshcauung".
(Soekarno, 1947)

Berikut garis-garis besar pikiran filosofis Soekarno mengenai Pancasila


antara lain:

1) Wawasan kebangsaan, dalam pengkhususan sebagai filsafat persatuan.


Hal ini tampak dalam pidato Soekarno I Juni 1945: "Kita hendak
mendirikan suatu negara "semua buat semua". Inilah salah satu dasar
pikiran yang nanti akan saya kupas lagi. Maka, yang selalu
mendengung di dalam saya punya jiwa, bukan saja di dalam beberapa
hari di dalam sidang Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai ini akan tetapi sejak
tahun 1918, 25 tahun lebih, ialah: dasar pertama, yang baik dijadikan
dasar buat negara Indonesia, ialah dasar kebangsaan. Obsesi Soekarno
untuk persatuan bangsa amat mencolok sampai–sampai ia demi
persatuan itu mencanangkan Nasakom dalam rezim Orde Lama;
betapapun menurut Roeslan Abdulgani, Nasakom merupakan taktik
perjuangan mempersatukan potensi bangsa dalam menghadap i
Nekolim khususnya di tengah merebut kembali Irian Barat (Abdulgani,
1998).
2) Jelas sekali bahwa Sukarno adalah seorang pendukung dan pejuang
nasionalisme, yang keduanya terkait erat dengan sudut pandang
nasionalis ini. Penting untuk mengutip pernyataan Bung Karno dalam

22
otobiografinya bahwa ia menolak tuduhan Barat bahwa ia adalah
seorang Komunis sehubungan dengan konsep Nasakom: "Pertanyaa n
lain yang sering ditanyakan ialah apakah Soekarno seorang Komunis'?
... Orang Komunis menginginkan satu bangsa dunia. Mereka
meniadakan nasionalisme untuk kepantingnn internasionalis me.
Soekarno adalah seorang nasionalis revolusiones. Seorang ultra -
nasionalis, seorang supra-nasionalis. "Filsafat nasionalisme Soekarno
bukanlah Chauvinisme, akan tetapi adalah: "nasionalisme yang lebar -
nasionalisme yang timbul daripada pengetahuan atas susunan dunia dan
riwayat; nasionalisme yang menjalankan rasa hidupnya sebagai suatu
bakti; yang memberi tempat cinta kepada lain-lain bangsa;
nasionalisme yang membuat kita menjadi hidup dalam roh (Soekarno,
1964).
3) Pancasila menolak individualisme demi kekeluargaan atau gotong
royong sebagai landasannya. Dalam sidang BPUPKI, Soekarno
menjelaskan "Maka oleh karena itu, jikalau kita betul-betul hendak
mendasarkan negara kita kepada faham kekeluargaan, faham tolong-
menolong, faham gotong royong dan keadilan sosial, enyahkan tiap-
tiap pikiran, tiap-tiap faham individualisme dan liberalis me
daripadanya." (Bahar, peny, 1992).
4) Sosio-nasionalisme dan Sosio-demokrasi. Ke dua terminologi ciptaan
Bung Karno ini patut memperoleh tempat khusus di dalam pemikira n
Pancasila Bung Karno, terlebih keduanya ada pengertian "Trisila"- nya
Bung Karno sebagai perasan dari Pancasila. Soekarno selanjutnya
memadatkan lagi Trisila menjadi "Ekasila" yakni Gotong royong.
5) Sosio-nasionalisme adalah nasionalisme yang berperikemanusiaa n,
suatu "nasionalime politik dan ekonomi, suatu nasionalisme yang
bermaksud mencari keberesan politik dan keberesan ekonomi,
keberesan negeri dan keberesan rezeki. Sosio-demokrasi adalah bukan
demokrasi ala Kevolusi Perancis, bukan revolusi ala Amerika, ala
Inggris.. . tetapi ia adalali demokrasi sejati yang mencari keberesan

23
politik dan keberesan ekonomi. Sosio-demokrasi adalah demokrasi
politik dan demokrasi ekonomi" (Soekarno)
6) Donald Wilhelm berpendapat bahwa cara berpikir Bung Karno tentang
Pancasila menjadikan Pancasila identik dengan sosialisme; terutama
untuk pemikiran Eung Karno yang telah lama melawan imperialis me,
kolonialisme, dan feodalisme.19

2.3.4 Landasan Pancasila sebagai Sistem Filsafat


Dalam mengkaji landasan Pancasila sebagai sistem filsafat, kita
dapat menelaah “keberadaan” Pancasila ketika menelaah dasarnya.
Landasan tersebut, bisa diuraikan dalam: Pertama, Filsafat Pancasila
sebagai genetivus objektivus, yang berarti “ada-objek atas Pancasila”.
Menurut gagasan ini, nilai-nilai Pancasila dianggap sebagai objek yang
dicari landasan filosofisnya, berdasarkan sistem dan sub bidang filoso fis
Barat. Selain itu, hal ini menunjukkan bahwa Pancasila bersinggunga n
dengan manusia yang bereksistensi. Hal ini menggambarkan bahwa “Aku-
manusia” menempatkan atau meletakkan Pancasila sebagai objek kajian
yang harus dipahami secara kritis dan teoritis. Pancasila sebagai genetivus-
subjectivus,

Kedua, landasan akan keberadaan Pancasila sebagai genetivus subjektivus.


Konsep ini berarti “Ada-subjek atas Pancasila”. Menunjukkan bahwa nilai-
nilai Pancasila dapat digunakan untuk mengkritisi berbagai aliran filsa fat
lain yang muncul, mengidentifikasi hal-hal yang sejalan dengan nilai-nila i
Pancasila, dan mengidentifikasi nilai-nilai yang tidak sejalan dengan
Pancasila. Perundang-undangan Pancasila tidak hanya berpijak pada nilai-
nilainya, tetapi juga menjadi pedoman bagaimana sistem politik dijalankan
dan sebagai landasan bagi pembangunan nasional. Dalam kaitan ini,
diperlukan upaya untuk menangkap struktur dan orientasi Pancasila yang

19Tim Nasional Dosen Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan Kewarganegaraan Paradigma


Terbaru untuk Mahasiswa, Alfabeta, cv, Bandung, 2010, h.58

24
paling umum. Dengan menggunakan prinsip pemahaman ini, kita dapat
menentukan sejauh mana fungsi Pancasila, yaitu untuk menghadirka n
orientasi masa depan yang menuntut manusia Indonesia untuk menyadari
dinamika situasi kehidupan yang dinamis. 20

Ketiga, “ada-an sich” atas Pancasila, yang menunjukkan bahwa Pancasila


itu sendiri adalah sumber keberadaannya. Gagasan ini menunjukkan bahwa
lima sila itu sendiri berfungsi sebagai dasar perumusan formula. Ada-an sich
dari Pancasila memiliki sifat yang tertutup, dan tidak perlu untuk
menampakkan ciri atau gejala di luar sila tersebut.21

Selain itu, pembenaran filsafat Pancasila dapat diberikan oleh landasan


ontologisnya. Hal ini dapat dipahami sebagai landasan filosofis falsafah
negara Indonesia mengenai hakikat dan nilai sila-sila pancasila. Perilaku
manusia sebenarnya dibatasi dan berdasarkan prinsip ini. Menurut
Sastrapratedja, sila Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan langkah untuk
menciptakan kondisi agar setiap pemeluk agama dapat menggunakan hak
kebebasan beragama16. Ini juga merupakan bentuk pengakuan terhadap
kebebasan beragama, saling menghormati, dan toleransi. Kedua, gagasan
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab merupakan cara untuk mengakui
bahwa setiap orang memiliki hak yang sama atas martabatnya. Oleh karena
itu, setiap orang harus diperlakukan secara adil agar menjadi landasan
pelaksanaan hak asasi manusia di masa depan. Ketiga, prinsip Persatuan
Indonesia merupakan contoh nasionalisme politik yang berpandangan
bahwa perbedaan budaya, suku, bahasa, dan agama tidak boleh
menghalangi warga negara untuk berpartisipasi dalam perilaku berbangsa.
Upaya untuk membangun identitas Indonesia yang komprehensif pada
akhirnya dipicu oleh berbagai wacana tentang kebangsaan dan
multinasional. Keempat, makna sistem Kerakyatan bersumber dari prinsip

20 Wartoyo, Op.cit., h.16


21 Wartoyo, Op.cit., h.18

25
Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, yang diwujudkan dalam proses mencari
mufakat untuk menjauhkan diri dari dikotomi antara mayoritas dan
minoritas. Kelima, keinginan untuk memiliki negara Indonesia merdeka
yang bebas dari kemiskinan dan memungkinkan setiap orang hidup
sejahtera berpedoman pada prinsip keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Menurut Soekarno, Indonesia adalah negara kesejahteraan.
Dapat disimpulkan bahwa refleksi filosofis tentang hakikat dan tujuan
negara Indonesia yang terkandung dalam sila-sila Pancasila merupakan
landasan ontologis Pancasila. Sebagai bentuk pengakuan terhadap corak
eksistensi bangsa Indonesia, pemahaman tentang hakikat sila-sila Pancasila
sangat diperlukan karena alasan khusus tersebut. 22

2.4 Hakikat Sila-Sila Pancasila

1. Sila pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa


Dengan sila ini artinya bahwa bangsa indonesia mengakui dan
menghormati agama. Sila ini jelas tidak ada tempat untuk atheisme,
politheisme dan pantheisme.23 Hakikat sila Ketuhanan yang Maha Esa
terletak pada keyakinan bangsa indonesia bahwa tuhan sebagai prinsip
utama dalam kehidupan semua makhluk. 24 Dengan menjalankan sila ini,
diharapkan dapat menumbuhkan suasana yang saling menghor ma ti
kebebasan untuk menjalankan ibadahnya sesuai dengan agama dan

22 Wartoyo, Op.cit., h.22

23 M. Syamsudin, Menempatkan Pancasila Dalam Konteks Keislaman dan Keindonesiaan, Total


Media, Yogyakarta, 2009, hlm.74
24 Ristekditi, Pendidikan Pancasila Untuk perguruan Tinggi, Ristekditi, Jakarta, 2016, h.170

26
kepercayaannya masing masing, dan tidak juga untuk memaksakan suatu
agama atau kepercayaan kepada orang lain.

2. Sila kedua : Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab


Kemanusiaan merupakan nilai hidup yang mengajarkan untuk
selaras dengan hakikat manusia. Nilai ini mengandung makna kesadaran
sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai nilai moral dalam hidup
bersama atas dasar tuntutan mutlak hati nurani dengan memperlak uka n
suatu hal sebagaimana mestinya. Hakikat sila kemanusiaan bersumber dari
pemikiran filosofi antropologis yang memandang bahwa manusia sebagai
makhluk tuhan yang memiliki unsur rohani dan jasmani serta memiliki sifat
individual dan sosial.25
Manusia yang berkemanusiaan adalah manusia yang dapat
mewujudkan nilai kemanusiaan dalam bentuk sikap tindak yang mengakui
persamaan derajat, dengan mengembangkan sikap saling mencintai, tidak
semena mena terhadap orang lain, dan berani membela kebenaran dan
keadilan.
Perbandingan tentang hakikat manusia menurut pandangan
sosialisme, liberalisme, dan pancasila dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Sosialisme
a. manusia makhluk sosial semata
b. manusia makhluk jasmani belaka
c. hak hak asasi manusia diabaikan, kewajiban asasi diutamakan
d. kebebasan individu dikekang
2. Pancasila
a. Manusia makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial
b. Manusia makhluk jasmani sekaligus rohani
c. Hak hak asasi terpadu dengan kewajiban asasi
d. Kebebasan yang bertanggung jawab

25Muhamad Erwin, Pendidikan kewarganegaraan Republik Indonesia, Refika Aditama, Bandung,


2012, hlm. 30

27
3. Liberalisme
a. Manusia makhluk pribadi semata mata
b. Manusia makhluk rohani dan jasmani
c. Hak hak asasi manusia diutamakan
d. Kebebasan individu di tonjolkan

3. Sila ketiga : Persatuan Pancasila


Hakikat sila persatuan yaitu semangat kebangsaan. Nilai ini
mengandung arti bersatu dalam kebulatan rakyat untuk membina
nassionalisme dalam negara. Dalam hal ini banyak perbedaan perbedaan
yang biasa terjadi di dalam kehidupan masyarakat, baik itu perbedaan
bahasa, suku, budaya, ras, suku, maupun adat istiadat. Maka dari itu, jadikan
lah perbedaan ini menjadi daya tarik ke arah kerja sama yang lebih
harmonis. Pancasila menjadi perekat dalam keanekaragaman, sesuai dengan
bhinneka tunggal ika. Indonesia akan ke bhineka tunggal ika annya, menjadi
ciri prinsip hidup berkebangsaan, dianggap sebagai pandangan yang tepat,
lebih dari bangsa lainnya yang ada di muka bumi ini yang dianggap menjadi
kelebihannya, dengan perbandingan wilayah teritorinya.

4. Sila keempat : Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan


dalam Permusyawaratan atau Perwakilan
Hakikat sila kerakyatan terletak pada prinsip musyawarah. Artinya,
keputusan yang diambil lebih didasarkan atas semangat musyawarah untuk
mufakat. Di dalam musyawrah mufakat yang menjadi prioritas utama yaitu
isi. Meskipun usulan dari golongan mayoritas tetapi jika isi dan bobot dari
usualan tersebut tidak berkualitas maka tidak bisa diterima, sebaliknya
meskipun usulan dari golongan minoritas tetapi jika isi dan bobot dari
usualan tersebut berkualitas maka bisa diterima.

5. Sila kelima : Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

28
Keadilan pada umumnya adalah keadilan di mana setiap orang
memperoleh apa yang menjadi haknya, dan setiap orang memperole h
bagian yang sama dari yang dimiliki bersama. Menurut Franz Magnis -
Suseno, ketidakadilan sosial tertanam dalam struktur proses proses politik,
sosial, ekonomi, budaya, dan ideologi suatu masyarakat. Keadilan sosial
menunjukan keinginan bangsa indonesia untuk mewujudkan masyarakat
yang adil dan makmur. Keadilan sosial bukan saja menjadi dasasr negara
Republik Indonesia, tetapi menjadi tujuan yang harus dilaksanakan.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ideologi sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu “ideos” yang berarti
konsep, gagasan, pengertian dasar, dan cita-cita, lalu “logos” yang berarti adalah
ilmu. Dengan demikian ideologi berarti ilmu pengertian-pengertian dasar atau

29
ajaran tentang pengertian-pengertian dasar. Kata ideology sendiri berasal dari
gagasan seorang filsuf Prancis, Antoine Destutt de Tracy pada tahun 1796.
Meskipun sempat dipandang negatif pada awalnya, namun perlu diketahui bahwa
ideologi memiliki peranan penting dalam membangun suatu negara yang berdaulat.

Indonesia sendiri memiliki ideologi yang mana setelah melalui berbagai


persidangan dan proses kompleks hingga akhirnya lahirlah ideologi bangsa yang
selama ini kita sebut sebagai Pancasila. Ideologi yang ada di dunia bukan hanya
ideologi pancasila saja, tetapi banyak sekali ideologi yang diterapkan di negara -
negara lain. Dibandingkan dengan ideologi lain, keotentikan dari Pancasila
sendirilah yang membuat ideologi kita menjadikan kita semua bersatu meraih cita-
cita yang sama meskipun dari latar belakang yang berbeda-beda.

Pancasila sendiri adalah sebuah filsafat dimana manusia akan dapat


menemukan berbagai pemecahan masalah dalam hidupnya melalui filsafat tersebut
serta sebagai dasar berbeda dalam berperilaku. Melalui hakikat Pancasila pula kita
dapat menanamkan nilai-nilai tersebut pada diri kita, demi terciptanya
kesejahteraan suatu negeri utopia yang selama ini kita sebut sebagai Indonesia.

3.2 Saran

Tidak ada ideologi maupun filsafat yang sempurna di dunia ini, sebagai
manusia yang membutuhkan kesejahteraan yang pasti, dan sebagai bangsa yang
ingin berjaya di negeri yang masih tergolong muda ini, kita hanya bisa memilih dan
bertanggung jawab atas pilihan suatu pedoman yang kita percayai. Jadi sebagai
bangsa yang berpedoman, mari kita jaga dan majukan persatuan yang telah
diperjuangkan ini demi masa depan yang kita sendiri akan rasakan nanti.

30
DAFTAR PUSTAKA
Erwin, M. (2012). Pendidikan Kewarganegaraan Republik Indonesia. Bandung:
Refika Aditama.

Fajrul, S. (2021, Mei 31). Sejarah Singkat Hari Lahir Pancasila. Diakses pada 7
Maret 2023, from https://www.zenius.net/blog/sejarah-singkat-hari- lahir-
pancasila

Handitya, B. (2019). Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: CV.MAHATA.

Karunia, V. (2022, Februari 3). Ideologi Komunisme: Definisi, Ciri, Sistem


Ekonomi, dan Contoh Penerapan. (S. Gischa, Ed.) Diakses pada 7 Maret

31
2023,fromhttps://www.kompas.com/skola/read/2021/06/30/222539469/ide
ologi-komunisme-definisi-ciri-sistem-ekonomi-dan-contoh-penerapan

Maning, A. J. (n.d.). Arti dan Makna Pancasila Sebagai Ideologi Negara. Diakses
pada 7 Maret 2023, from https://www.gramedia.com/literasi/mak na-
pancasila-sebagai- ideologi-negara/

Ristekditi. (2016). Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:


Ristekditi.

Samberan, A. D. (2022, Mei 31). Sejarah Singkat Lahirnya Pancasila Sebagai Dasar
Negara Republik Indonesia. Diakses pada 7 Maret 2023, from
https://samberan-bjn.desa.id/artikel/2022/6/1/sejarah-singkat-lahirnya-
pancasila-sebagai-dasar-negara-republik-indonesia

Syamsudin, M. (2009). Menempatkan Pancasila dalam Konteks Keislaman dan


KeIndonesiaan. Yogyakarta: Total Media.

Utami, S. N. (2022, Oktober 6). Fungsi dan Kedudukan Pancasila bagi NKRI. (S.
N. Utami, Ed.) Diakses pada 7 Maret 2023, from
https://www.kompas.com/skola/read/2022/10/06/103000169/fungsi-dan-
kedudukan-pancasila-bagi-nkri?page=all

Wulan, T. (2022, Oktober 13). Apa itu Kapitalisme? Tujuan, Dasar-Dasar, dan
Contohnya. Diakses pada 7 Maret 2023, from
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6345401/apa- itu-kapitalisme- ini-
tujuan-dasar-dasar-dan-contohny

Wartoyo, Filsafat dan Ideologi Pancasila: Teori, Kajian, dan Isu Kontemporer, UNISRI
Press, Surakarta, 2020,

Yoga Putra Semadi,”Filsafat Pancasila dalam Pendidikan di Indonesia Menuju


Bangsa Berkarakter”, Jurnal Filsafat Indonesia, Volume 2, Nomor 2, 2019

Tim Nasional Dosen Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan Kewarganegaraan


Paradigma Terbaru untuk Mahasiswa, Alfabeta, cv, Bandung, 2010

I Putu Ari Astawa, “Pancasila sebagai Sistem Filsafat”, Universitas Udayana, 2017

32

Anda mungkin juga menyukai