Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

IDEOLOGI TERBUKA

Ditujukan untuk memenuhi tugas I pendidikan Pancasila yang diampu oleh :

Pebrio Lutfi,M.Pd

Disusun oleh :

Tera Nur Rahma(2323240044)

Aghita Salsabila (2323240025)

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS

UNIVERSITAS ISLAM FATMAWATI SOEKARNO

BENGKULU

TAHUN 2023/ 2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya kami bisa
menyelesaikan laporan makalah ‘Ideologi Terbuka’ dengan baik dan dapat
selesai pada waktunya. Terima kasih kepada teman-teman yang telah
berkontribusi memberikan waktu dan bertanggung jawab atas pembagian tugas
materi yang telah disepakati bersama.

Laporan makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
pendidikan Pancasila sebagai bentuk tugas kelompok dari salah satu komponen
yang harus dipenuhi pada semester I perkuliahan Universitas Islam Negeri
Fatmawati Sukarno Bengkulu dengan dosen mata kuliah Pancasila Bapak Pebrio
Lutfi,M.Pd

Selain daripada melaksanakan tugas laporan makalah, pada hakikatnya kami


bersama turut belajar dan menambah pengetahuan kami terhadap topik materi
yang kami kerjakan bersama. Maka dari itu kami berharap dengan selesainya
makalah ini bisa memberikan manfaat dan turut memperkaya wawasan materi
Ideologi Pancasila serta bisa menambah pengetahuan dan pengalaman para
pembaca.

Dalam akhir kata, kami sampaikan laporan makalah ini disusun dengan
berbagai referensi yang kami kumpulkan untuk menunjang penyusunan materi yang
lebih baik. Kami menyadari masih terdapat kekurangan sehingga kami
mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca demi tersusunnya makalah
yang lebih baik lagi.

Bengkulu, Oktober 2023

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I
PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN ............................................................................................ 3
2.1 Fungsi Ideologi ....................................................................................... 3
........................................................
2.2 Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka ........................................................ 3
2.3 Faktor Pendorong Keterbukaan Ideologi Pancasila ................................. 5
2.4 Batas-batas Keterbukaan Ideologi Pancasila ........................................... 6
2.5 Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Berbagai Ideologi yang
Berkembang di Dunia .............................................................................. 7
2.5.1 Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi Liberalisme ....... 8
2.5.2 Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi Sosialisme ........ 10
2.5.3 Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi Fasisme ............. 13
BAB III
PENUTUP ...................................................................................................... 17
3.1 Kesimpulan .............................................................................................. 17
3.2 Saran ......................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Dalam sejarah perjalanan bangsa, tidak dapat dimungkiri bahwa yang
menjadi perekat dan pengikat kerukunan bangsa adalah nilai-nilai yang
tumbuh, hidup, dan berkembang dalam kehidupan masyarakat. Nilai-nilai
itu telah menjadi kekuatan pendorong untuk mencapai tujuan yang dicita-
citakan. Kristalisasi nilai-nilai tersebut, tidak lain adalah sila-sila yang
terkandung dalam Pancasila.
Pancasila sebagai Ideologi Bangsa Indonesia telah membimbing
kehidupan lahir batin yang makin baik di dalam masyarakat Indonesia.
Pancasila sebagaimana termaktub pada Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah diterima dan ditetapkan
sebagai dasar negara. Di dalam Pancasila itulah tercantum kepribadian dan
pandangan hidup bangsa yang telah diuji kebenaran dan keampuhannya,
sehingga tidak ada satu kekuatan manapun juga yang mampu memisahkan
Pancasila dari kehidupan bangsa Indonesia.
Dalam perkembangan zaman banyak pengaruh yang masuk dari luar
yang tentu mempengaruhi proses kenegaraan dan sistem pemerintahan,
maka dari itu Pancasila sebagai ideologi terbuka menjadi dasar ketahanan
untuk menyaring pengaruh-pengaruh yang masuk. Peran Pancasila sebagai
ideologi terbuka bisa tetap menjadi cita-cita dan landasan bersama untuk
berbangsa dan bernegara.
Selain ideologi Pancasila, ada banyak ideologi lain yang berkembang
di dunia yaitu ideologi Liberalisme, Kapitalisme, Komunisme, Sosialisme dan
Fasisme. Maka dari itu makalah ini akan membahas berbagai perbedaan
serta perbandingan antara ideologi Pancasila dengan beberapa ideologi yang
berkembang di dunia.

1
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pancasila sebagai Ideologi Terbuka?
2. Apa saja faktor pendorong keterbukaan Ideologi Pancasila?
3. Apa saja batas-batas keterbukaan Ideologi Pancasila?
4. Apa perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi Liberalisme,
Ideologi Sosialisme dan Ideologi Fasisme?

1.3. Tujuan
Makalah ini disusun bertujuan agar para pembaca bisa mengetahui
tentang Pancasila sebagai ideologi terbuka serta memahami faktor
pendorong keterbukaan dari Ideologi Pancasila sebagai dasar negara
Indonesia serta apa saja batas-batas dari keterbukaan ideologi Pancasila.
Dalam makalah ini akan dibahas juga mengani perbandingan ideologi
Pancasila dengan beberapa ideologi yang berkembang di dunia meliputi
ideologi Liberalisme, Sosialisme dan Fasisme.
Adapun tujuan lain adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
pendidikan Pancasila sebagai salah satu komponen yang harus dipenuhi pada
perkuliahan semester I yang telah disepakati bersama oleh mahasiswa dengan
dosen mata kuliah Pancasila.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Fungsi Ideologi

Ideologi tidak hanya sekedar pengetahuan teoritis belaka, tetapi menjadi


suatu yang diyakini menjadi suatu keyakinan, ideologi memiliki fungsi yaitu:

• Struktur kognitif yaitu keseluruhan pengetahuan yang dapat merupakan landasan


untuk memahami dan menafsirkan dunia dan kejadian alam sekitarnya.
• Orientasi dasar dengan membuka wawasan dan memberikan makna serta
menunjukkan tujuan dalam kehidupan manusia.
• Norma-norma yang menjadi pedoman dan pegangan bagi seseorang untuk
melangkah dan bertindak.
• Bekal dan jalan bagi seseorang untuk menemukan identitasnya.
• Kekuatan yang mampu menyemangati dan mendorong seseorang untuk
menjalankan kegiatan dan mencapai tujuan.
• Pendidikan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami, menghayati, serta
melakukan tingkah lakunya sesuai dengan orientasi dan norma-norma yang
terkandung di dalamnya.

2.2. Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka


Ideologi berasal dari bahasa Yunani yaitu kata“Ideos” dan “logos” yang
artinya cita-cita, cara pengantar, pemikiran, dan ilmu. Secara
sederhana, artinya suatu gagasan yang berdasarkan pemikiran yang
sedalam-dalamnya dan merupakanpemikiran filsafat. Dalam arti kata luas
adalah keseluruhan cita-cita, nilai-nilai dasar dan keyakinan-keyakinan yang
mau dijunjung tinggi sebagai pedoman normatif.
Ideologi terbuka adalah ideologi yang dapat berinteraksi dengan
perkembangan zaman dan adanya dinamika secara internal. Maka dapat
dikatakan bahwa Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah suatu ideologi
tidak bersifat kaku dan tertutup, namun bersifat terbuka. Hal ini
dimaksudkan bahwa ideologi Pancasila adalah bersifat aktual, antisipastif, dan
senantiasa mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Keterbukaan
ideologi Pancasila bukan berarti mengubah nilai-nilai dasar Pancasila, namun
mengekspletasikan wawasannya secara kongkret, sehingga memiliki
kemampuan yang lebih tajam untuk memecahkan masalah-masalah baru dan
aktual.

Adapun ciri-ciri dari ideologi terbuka adalah sebagai berikut :


3
• Ideologi terbuka hanya ada dalam sistem yang demokratis.
• Ideologi terbuka bersifat inklusif, tidak totaliter, dan tidak dapat dipakai
melegitimasi kekuasaan sekelompok orang.
• Nilai dan cita-cita berasal dari moral budaya masyarakat itu sendiri.
• Cita-cita bangsa dicapai secara bersama-sama dan disepakati secara
demokratis.

4
Dari perspektif filsafat, sebagian ahli mengidentifikasi dan
membedakan bahwa nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila terdiri
atas tiga macam nilai, yakni sebagai berikut :

1. Nilai Dasar (basic value), yaitu nilai yang sangat fundamental, abstrak,
dan universal. Nilai dasar ini menjadi fondasi dan landasan bagi nilai
instrumental dan nilai praksis. Nilai. Nilai dasar yang bersumber dari nilai-
nilai budaya dan masyarakat Indonsia sendiri, yaitu bersumber dari
kebudayaan bangsa yang sesuai dengan konstitusi UUD 1945 yang
mencerminkan hakikat nilai kultural (budaya). Wujud nyata dari nilai dasar
Pancasila adalah sila 1 sampai sila 5 yang terdapat dalam Pancasila.
2. Nilai Instrumental (instrumental value), yaitu nilai-nilai yang dijabarkan
dari nilai-nilai dasar Pancasila, sekaligus nilai-nilai untuk
mengimplementasikan nilai dasar Pancasila. Nilai instrumental Pancasila,
seperti : nilai religius, nilai kemanusiaan, nilai kesopanan, nilai toleransi,
nilai patriotisme, nilai kesederhanaan, nilai kerja keras, dan lain-lain.
3. Nilai Praksis (praxis value), yaitu nilai-nilai yang langsung diterapkan
dan dipraktikan dalam kehidupan nyata sehari-hari. Nilai praksis ini
merupakan nilai yang bersifat implementatif sebagai pelaksanaan dari
nilai dasar dan nilai instrumental Pancasila. Nilai praksis ini langsung
bersentuhan dengan sikap dan perilaku manusia sebagai makhluk
individu, makhluk sosial, dan warga negara. Nilai praksis Pancasila, seperti
; nilai yang mengajarkan manusia untuk beribadah sesuai dengan agama
dan kepercayaannya masing-masing dan menghargai serta menjungjung
sikap toleransi terhadap pemeluk agama sesama, terutama bagi mereka
yang terkena musibah atau bencana alam, nilai yang mengjarkan untuk
bermusyawarah untuk mencari solusi terhadap masalah-masalah yang
dihadapi bangsa dan negara, dan nilai-nilai praksis lainnya.

Pancasila berakar pada pandangan hidup bangsa dan falsafah bangsa,


sehingga memenuhi prasyarat suatu ideologi terbuka. Sekalipun ideologi ini

5
bersifat terbuka, tidak berarti bahwa keterbukaanya adalah sebegitu rupa
sehingga dapat memusnahkan atau meniadakan ideologi itu sendiri, yang
mana merupakan suatu yang tidak logis. Suatu ideologi sebagai rangkuman
gagasan-gagasan dasar yang terpadu dan bulat tanpa kontradiksi atau saling
bertentangan dalam aspek-aspeknya, pada hakikatnya berupa suatu tata
nilai, dapat kita rumuskan sebagai hal ikhwal buruk baiknya sesuatu, yang
dalam hal ini ialah apa yang dicita-citakan.

2.3. Faktor Pendorong Keterbukaan Ideologi Pancasila


Mengapa Indonesia menganut Pancasila sebagai Ideologi terbuka?
Tentu saja ada faktor-faktor yang mendorong atau menyebabkan hal
tersebut terjadi. Faktor yang berasal dari masyarakat Indonesia sendiri
maupun berasal dari luar. Faktor-faktor yang mendorong Pancasila sebagai
ideologi terbuka dapat di uraikan dibawah ini.
1. Dinamika masyarakat yang berkembang pesat
Masyarakat dunia terus berkembang dengan pesat. Apalagi dengan
berkembangnya teknologi informasi. Orang tidak membutuhkan waktu lama
atau pergi ke suatu tempat untuk mendapat berita dari belahan dunia lain.
Akibatnya, perubahan atau dinamika masyarakat Indonesia juga
berkembang pesat. Oleh karena itu, diharapkan ideologi pancasila yang
bersikap terbuka dapat membuka diri dan menerima hal-hal baik yang
berasal dari luar dan meninggalkan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
luhurnya.
2. Pembangunan nasional berkembang pesat
Masyarakat dunia terus berkembang dengan pesat. Apalagi dengan
berkembangnya teknologi informasi. Orang tidak membutuhkan waktu lama
atau pergi ke suatu tempat untuk mendapat berita dari belahan dunia lain.
Akibatnya, perubahan atau dinamika masyarakat Indonesia juga
berkembang pesat. Oleh karena itu, diharapkan ideologi pancasila yang
bersikap terbuka dapat membuka diri dan menerima hal-hal baik yang
berasal dari luar dan meninggalkan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
luhurnya.

6
3. Ideologi tertutup tidak sesuai dengan ideologi Indonesia
Ideologi tertutup tidak sesuai dengan Indonesia dan nilai-nilai luhur
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia. Banyak negara-
negara di dunia yang mempunyai ideologi tertutup mengalami kemunduran
dan kehancuran. Tentunya Indonesia tidak menginginkan hal tersebut
terjadi.
4. Memperkokoh kesadaran akan nilai-nilai pancasila yang abadi
Dengan menjadikan Pancasila sebagai ideologi terbuka, generasi
selanjutnya akan menyadari bahwa nilai-nilai Pancasila abadi. Nilai-nilainya
dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman dengan tentu saja tidak
mengambil hal negatif dari luar. Dengan membuka diri terhadap pengaruh dari
luar akan memperkokoh kesadaran akan nilai-nilai Pancasila yang abadi.

2.4. Batas-batas Keterbukaan Ideologi Pancasila


Sekalipun Pancasila memiliki sifat keterbukaan, namun ada batas- batas
keterbukaan itu yang tidak boleh dilanggar, yaitu sebagai berikut :
1. Stabilitas nasional yang dinamis
Adalah kestabilan atau situasi yang kondutif baik dibidang sosial budaya,
politik, pemerintahan keamanan, perekonomian, perdagangan dan lainlian.
Sehingga pemerintahan dapat berjalan dengan baik.
2. Larangan terhadap ideologi Marxisme, Lenninisme dan Komunisme
Ketiga Ideologi ini bertentangan dengan Pancasila, oleh sebab itu
keberadaanya ditentang pemerintahan.Marxisme dilarang di Indonesia
karena paham ini mengatur pada pemikiran Karl Marxyang diketahui sarat
dengan muatan atheisme. Adapun Lenninisme paham ini menekan pada
pencapaian demokrasi langsung oleh kediktoratan roletariat dan dianggap
awal dari sosialisme. Komunisme paham ini pun mengakar pada Karl Marx
dan juga Fredi Engles. Paham ini menghendaki penghapusan hak milik
perorangan.

7
3. Mencegah berkembangnya paham Liberal
Liberalisme atau liberal adalah pemahaman bahwa kebebasan dan
persamaan hak adalah nilai politik yang utama serta pada dasarnya mencita-
citakan paham kebebasan bagi individu maupun pada sistem pemerintahan
oleh sebab itu paham ini bertentangan dengan Pancasila.
4. Larangan terhadap pandangan esktrim yang menggelisahkan kehidupan
bermasyarakat
Artinya adalah apabila ada pandangan atau pemahaman yang
berkembang dan datang melampaui batas kewajaran dan bertentangan
dengan hukum yang berlaku.
5. Penciptaan norma-norma baru harus melalui konsensus
Konsensus adalah sebuah frasa untuk menghasilkan dan menjadikan
sebuah kesepakatan yang disetujui secara bersama-sama antar kelompok
atau individu setelah adanya perdebatan dan penelitian yang dilakukan
dalam kolektif intelejen yang mendapatkan konsensus pengambilan
keputusan.

2.5. Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Berbagai Ideologi yang


Berkembang di Dunia
Sulit rasanya untuk dipungkiri bahwa Pancasila sebagai ideologi terbuka
mampu bertahan di tengah-tengah persaingan ideologi-ideologi besar
dunia. Apalagi ideologi-ideologi besar dunia keberadaannya selain sudah
lama di dalam sejarah perkembangan umat manusia di negara-negara Eropa
dan belahan dunia lainnya, juga secara formal, ekonomi dan politik telah lama
dijadikan sebagai ajaran yang diyakini kebenarannya untuk mencapai tujuan.
Meskipun ideologi komunisme telah bangkrut di Uni Soviet, tetapi tidak
berarti ideologi komunisme telah ditolak oleh negara Republik Rakyat
Tiongkok dan Korea Utara. Begitu pula ideologi barat yang liberal-
kapitalis telah merambah dunia dan melakukan ekspansi secara cepat ke
berbagai belahan negara di dunia. Hal ini menunjukkan bahwa kedua
ideologi besar, yakni liberalisme-kapitaslisme dan komunisme-

8
sosialisme sulit dibendung ekspansinya ke masyarakat dunia lainnya. Untuk
lebih mendalami berbagai ideologi yang berkembang di dunia maka perlu di
bandingkan perbedaan antara Ideologi tersebut dengan Ideologi Pancasila.
Ada terdapat tiga ideologi yang berkembang di dunia yang akan dibahas
berikut ini.

2.5.1. Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi Liberalisme


Liberalisme adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi
politik yang didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai
politik yang utama. Liberalisme tumbuh dari konteks masyarakat Eropa
pada abad pertengahan. Ketika itu masyarakat ditandai dengan dua
karakteristik berikut. Anggota masyarakat terikat satu sama lain dalam suatu
sistem dominasi kompleks dan kukuh, dan pola hubungan dalam sistem
bersifat statis dan berubah. Liberalisme memiliki pandangan tersendiri
terhadap kebebasan warna negara. ia mendukung pengakuan hak asasi
manusia sepanjang tidak mengganggu hak-hak orang lain.
Adapun prinsip-prinsip dari ideologi liberalisme adalah sebagai
berikut :
• Pengakuan terhadap hak asasi warganegara.
• Memungkinkan tegaknya tertib masyarakat dan negara atas supremasi
hukum.
• Memungkinkan lahirnya pemerintahan yang demokratis.
• Penolakan terhadap pemerintahan totaliter.
Ideologi liberal memandang bahwa sejak manusia dilahirakan bebas dan
dibekali penciptanya sejumlah hak asasi yaitu hidup, hak kebebasan, hak
kesamaan, hak kebahagiaan maka nilai kebebasan itulah dapat disimpulkan
menjadi hal yang utama.
Cici-ciri dari ideologi liberalisme adalah sebagai berikut :
• Bidang politik, sangat menekankan pada peranan masing-masing
individu. Sehingga setiap orang bisa saja menuntut sesuatu kepada
negara atas dasar prinsip liberal.

9
• Bidang ekonomi, ditandai persaingan yang kuat karena perekonomian
diserahkan kepada kepentingan perorangan (sistem ekonomi kapitalis)
sehingga menimbulkan pertentangan dan ketimpangan. Karena yang
kaya makin kaya, dan yang miskin makin miskin.
• Bidang sosial budaya, anggota masyarakatnya bersifat individual dan
sangat mempentingkan prestasi pribadi.
• Bidang agama, mengenal paham sekuler, artinya negara negara tidak ikut
campur atau menomorduakan dalam urusan masing-masing pribadi dan
lembaga keagamaannya.
Maka dapat disimpulkan perbandingan ideologi Pancasila dengan
ideologi liberalisme adalah :
Bidang politik & hukum, politik liberalisme berpengaruh terhadap
perkembangan paham demokrasi dan nasionalisme. Maka dari itu
liberalisme sistem pemerintahannya harus demokrasi. Untuk perannya
liberalisme menekankan pemikiran kebebasan individu serta mendukung
pengakuan HAM selama tidak melanggar hukum dan menganggu hak-hak
orang lain. Sedangkan ideologi Pancasila politik dan hukum sangat
dijunjung tinggi untuk keadilan dan keberadaan inividu dan masyarakat
sesuai dengan nilai-nilai yang tercantum pada Pancasila.
Bidang ekonomi, Dalam ideologi Pancasila, peran negara ada untuk tidak
terjadi monopoli dan lain-lain yang tidak merugikan rakyat. Sedangkan
ideologi liberalisme peran negara berskala kecil pada sistem ekonomi,
sebaliknya swasta mendominasi, penerapan paham kapitalisme,
monopolisme dan persaingan bebas.
Bidang agama, pada ideologi liberalisme agama menjadi urusan pribadi,
individu bebas memlih agama ataupun tidak beragama. Sedangkan
Pancasila inividu bebas memilih agama yang telah diakui oleh pemerintah
serta bisa menjiwai dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.

10
2.5.2. Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi Sosialisme
Sosialisme pertama kali muncul di Perancis sekitar tahun 1830, yakni
adanya keinginan agar alat-alat produksi dimiliki secara bersama untuk
melayani semua kebutuhan masyarakat, bukan monopoli atas kaum
kapitalis. Sosialisme atau sosialism secara etimologi berasala dari Perancis,
yaitu berarti kemasyarakatan. Ideologi sosialisme berpandangan bahwa
manusia tidak dapat hidup sendiri-sendiri. Kerja sama atau gotong royong
akan membuat kehidupan dalam bermasyarakat menjadi lebih baik. Dalam
penerapannya sosialisme menjungjung tinggi derajat manusia dengan
mengutamakan persamaan derajat setiap orang. Persamaan derajat tersebut
nantinya diharapkan dapat menghapuskan segala macam penindasan yang
dilakukan manusia terhadap manusia agar tercipta kesejahteraan.
Dalam arti tersebut ada empat macam aliran yang dinamakan
sosialisme: pertama, sosial demokratis; kedua, komunisme; ketiga
anarkhisme; dan keempat sindikalisme.
Sosial Demokrat : Sosial demokrat merupakan gerakan sosialisme yang
semula berdasarkan Marxisme. Sosial demokrat berpegang teguh pada asas
demokrasi dan menentang diktatur kaum proletariat yang ada pada
komunisme. Menurut penganut sosial demokrat, masyarakat harus dikepalai
oleh satu pemerintah yang dipilih bersama-sama secara demokratis, tidak
hanya pada lingkup politik tetapi termasuk di bidang ekonomi karena semua
proses dalam sebuah negara tidak dapat dilepaskan dari diperlukannya
ketertiban ekonomi.
Komunisme : Komunisme atau communitas (latin) yang berarti
kemasyarakatan adala suatu bentuk sistem kemasyarakatan dimana sarana-
sarana produksi dimiliki secara bersama. Pembagian hasil produksi
dilakukan sesuai kebutuhan seseorang. Paham komunisme menganggap
semua manusia mempunyai kedudukan yang sama. Sebagai ideologi
komunisme muncul ketika revolusi Perancis, kemudian dengan ajaran Kart
Marx membawa pengaruh yang sangat besar sehingga disamakan dengan
komunisme. Marx banyak menerima pokok ajaran dari Feuerbach tanpa

11
analisis yang menyeluruh hingga dalam perkembangannya istilah
komunisme kemudian dimonopoli oleh partai/golongan komunis.
Anarkisme : Anarkisme berasal dari kata anarchaos atau anarchia yang
berarti tidak menghendaki adanya pemerintahan atau tanpa pemerintahan.
Dalam konotasi positif, anarkisme merupakan ideologi sosial yang tidak
menerima pemerintahan otoriter. Anarkisme berpendapat individu-individu
akan mengorganisasikan diri sendiri untuk memenuhi kebutuhan dan cita-
citanya.
Sindikalisme : Aliran sindikalisme lebih raikal dari gerakan buruh sebelum
perang dunia I. Sindikalisme hendak memasukan perjuangan kelas langsung
ke dalam bidang ekonomi. Karena kesetiaanya pada akar-akar yang anarkistik
tersebut maka sindikalisme disebut juga anarkosindikalisme : menolak negara
dan perjuangan kaum sosialis di dalam parlemen melalui sebuah parta buruh.
Meskipun tidak survive sebagai gerakan politik pada abad ini, namun ia cukup
mempengaruhi suatu bentuk sosialism, dan sampai permulaan abad ini bahkan
menjadi saingan kuat Marxisme dibeberapa negara latin, terutama di Perancis
dan Spanyol.
Hal-hal pokok yang terkandung dalam sosialisme adalah :
• Inti pemikiran adalah kolektifitas (kebersamaan gotong-royong).
• Falsafahnya ialah pemerataan dan kesetaraan bahwa setiap orang berhak
diperlakukan sama dalam berbagai hal (pemerataan kesempatan kerja,
pemerataan kesempatan berusaha, dsb).
• Landasan pemikirannya ialah masyarakat dan juga negara adalah suatu pola
kehidupan bersama. Manusia tidak bisa hidup sendiri-sendiri, dan manusia
akan lebih baik serta layak kehidupannya jika ada kerja sama melalui
fungsi yang dilaksanakan oleh negara.
• Sistem pemerintahan (boleh) berupa demokrasi otoriter.
Sosialisme sebagai ideologi memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
• Mementingkan kekuasaan dari kepentingan negara.
• Kepentingan negara lebih diutamakan daripada kepentingan warga
negara

12
• Kebebasan atau kepentingan warga negara dikalahkan untuk kepentingan
negara.
• Kehidupan agama juga terpisah dengan negara. Warga negara bebas
beragama, bebas tidak tidak beragama dan bebas pula untuk propaganda
(anti agama).
Maka dapat disimpulkan perbandingan ideologi Pancasila dengan
ideologi sosialisme adalah :
Bidang politik & hukum, politik sosialisme berpengaruh terhadap berbagai
filsafat seperti republikalisme sipil. kekuatan politik dan ekonomi akan
dimiliki oleh negara, pajak yang tinggi akan diterapkan dan perusahaan
dikuasai oleh negara. Sedangkan ideologi Pancasila politik dan hukum
sangat dijunjung tinggi untuk keadilan dan keberadaan inividu dan masyarakat
sesuai dengan nilai-nilai yang tercantum pada Pancasila.
Bidang ekonomi, Dalam ideologi Pancasila, peran negara ada untuk tidak
terjadi monopoli dan lain-lain yang tidak merugikan rakyat. Semua diatur
dan ditetapkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sedangkan ideologi sosialisme meyakini bahwa pemerintah berhak untuk
mengalokasikan sumber daya dan kekayaan suatu negara, semua aspek
ekonomi pun adalah milik bersama, karena itu ekonomi yang dimiliki secara
kolektif pun lebih mampu bersikap adil. Sosialisme adalah sistem ekonomi
dimana semua orang mendapat pekerjaan, dan tiap orang dibayar dengan
gaji yang setara sesuai dengan pekerjaannya masing-masing.
Bidang agama, pada ideologi sosialisme agama terpisah dengan negara.
Artinya persoalan agama dengan sistem kenegaraan tidak saling berkaitan,
warga bebas beragama, bebas juga untuk propaganda (anti agama). Sedangkan
pada ideologi Pancasila inividu agama terhubung erat oleh ideologi Pancasila
sesuai dengan sila pertama, yakni Ketuhanan Yang Maha Esa.

13
2.5.3. Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi Fasisme
Fasisme merupakan sebuah bentuk ideologi nasionalis yang radikal
dan otoriterian. Paham ini berkembang luas di Eropa pada kurun waktu di
antara dua Perang Dunia. Dengan kekalahan blok fasis dalam Perang Dunia
II. Fasisme menjadi konotasi negatif untuk kaum fasis meyakini bahwa
suatu kebangsaan adalah komunitas organik yang membutuhkan
kepemimpinan yang kuat, perasaan memiliki identitas yang tunggal, di
samping itu juga percaya bahwa kekerasan dan perang melawan musuh
bersama diperlukan untuk menjaga vitalitas bangsa tetap kuat.

Mereka memperjuangkan dibentuknya negara dengan satu partai serta


menolak oposisi dalam bentuk apapun.

Fasisme menolak pembagian sosial berdasarkan kelas ekonomi


ataupun suatu perjuangan berbasis kelas. Mereka yakin bahwa paham
mereka (fasisme) adalah suatu gerakan yang akan mengakhiri konflik kelas
demi menyatukan seluruh bangsa. Model ekonomi fasis disebut sebagai
“jalan ketiga” antara Kapitalisme dan Komunisme melalui semacam
korporatisme, dimana hak milik pribadi dijamin, selama tidak berlawanan
dengan negara atau bersifat melayani negara atau bangsa.

Asal mula ideologi fasis berasal dari gerakan nasionalis-sindikalis


pada masa Perang Dunia I (sindikalisme adalah salah satu gerakan sosialis
kaum buruh di Eropa) beberapa aspek paling mendasar fasisme adalah :

• Nasionalisme fasisme melihat perjuangan kelas kaum Marxism. Benito


Mussolini (pemimpin fasis Italia) menyatakan bahwa, “Bangsa bukan
sekedar teritori, melainkan sesuatu yang spiritual. Suatu bangsa itu hebat
apabila ia berhasil mewujudkan spirit itu menjadi kekuatan.”
• Ekspansi imperialis sebagai dasar politik luar negeri, karena percaya
bahwa perang dan ekspansi adalah bukti ketangguhan bangsa.
• Otoritarianisme kaum fasis mengidealkan negara totaliter meliputi
semua aspek nilai dalam masyarakat dan kepemimpinan yang kuat.

14
Kultus terhadap pemimpin lazim terjadi di Negara-negara fasis seperti
pemberian gelar il duce bagi Mussolini dan Fuhrer bagi dictator Nazi Adolf
Hitler.
• Darwinisme social kaum fasis umumnya mengadopsi pandangan
Darwinise social tentang ‘seleksi alamiah’ dari ras dan bangsa. Kekuatan
suatu bangsa teruji melalui perang dan bahwa bangsa harus
mengeliminasi unsure-unsur degenerative (yang melemahkan atau
membawa kemerosotan dalam dirinya. Berdasarkan doktrin ini, secara
khusus kaum Nazi melihat bangsa Yahudi sebagai parasit dalam peradaban
bangsa Jerman Aria.
• Intervensi social dalam bentuk indoktrinasi secara massif untuk
menanamkan ideologi negara, pengendalian populasi dan program
“penyehatan” ras melalui eugenika, pelegalan aborsi dalam kasus kelahiran
yang cacat, dan pembasmian orang-orang cacat dan berpenyakit
melalui euthanasia.

Lahirnya fasisme dilatarbelakangi oleh perubahan yang terjadi setelah


Perang Dunia I seperti:

• Runtuhnya Negara-negara dinasti yang masih bertahan (kecuali Inggris)


• Revolusi Bolshevik (komunis) di Rusia tahun 1917
• Kehancuran ekonomi sebagai akibat perang, khususnya bagi negara-
negara yang kalah
• Adanya kekecewaan di Negara-negara yang kalah perang (khususnya
Jerman) dalam mematuhi syarat-syarat perdamaian.

Hitler mengungkapkan pemikiran tentang konsep Negara yang ideal dan


pemikiraan anti-Yahudi miliknya dalam buku ‘mein kampf’ (perjuangan ku).
Ia sempat ditahan karena mencoba melakukan kudeta (1923), akan tetapi
pada akhirnya berhasil menjadi kanselir Jerman (1933). Negara- negara
fasis mengadakan aliansi (khususnya Jerman, Italia dan Jepang), dan
melakukan ekspansi militer.

15
Penganut fasisme lainnya adalah Fransisco Franco dari Spanyol yang
berhasil berkuasa setelah perang bersaudara (1936-1939). Ekspansi militer
kaum fasis secara langsung menyebabkan Perang Dunia II di Eropa (1939-45)
dan di Asia-Pasifik (1941-45). Selama peperangan terjadi pemusnahan massal
terhadap warga Yahudi (Holocaust), yang masih diperdebatkan skala dan
dampaknya (catatan: penyangkalan Holocaust melihat kasus ini sebagai mitos
pembenaran bagi berdirinya negara Yahudi di Palestina). Perang Dunia II
dimulai dengan adanya penyerbuan tentara Nazi Jerman ke Polandia (1
September 1939) yang di susul pernyataan perang oleh Inggris dan Perancis
terhadap Jerman. Pada tiga tahun pertama peperangan, aliansi Jerman-Italia
unggul dan berhasil menguasai sebagian besar daratan eropa, kecuali
kepulauan Inggris. Pada awalnya, antara pemimpin blok fasis (Hitler) dan
kubu komunis (Stalin) mengadakan kesepakatan untuk tidak saling
menyerang (Pakta nonagresi, Agustus 1939).

Kemudian setelah Uni Soviet menyerang negara-negara Skandinavia


dan Eropa Timur terjadi perpecahan dalam aliansi tersebut. Pada Juni
1941, Hitler mengumumkan perang terhadap Uni Soviet dan menyerbu
daratan Rusia. Perang di Rusia merupakan salah satu titik balik peperangan di
Eropa dan awal kekalahan Jerman.

Perang di Eropa kemudian berskala global ketika Jepang


menyerang pangkalan AS di Pearl Harbor (7 Desember 1941), sehingga di
samping membuka front baru di Asia-Pasifik, AS juga terlibat peperangan
di Eropa. Keterlibatan AS segera mengubah jalannya perang menjadi
menguntungkan pihak sekutu. Setelah Jerman mulai kalah dalam
peperangan di Eropa, pada Juni 1944 diadakan serangan umum oleh tentara
sekutu terhadap Normandia (Perancis), yang merupakan awal dari
pembebasan Eropa dari pendudukan Jerman. Jerman akhirnya bertekuk lutut
setelah ibu kotanya direbut, bahkan hingga memicu Hitler bunuh diri di
ruang bawah tanah (30 April 1945). Perang di Asia-Pasifik berakhir dengan

16
dijatuhkannya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki yang menyebabkan
kekalahan Jepang (Agustus 1945).

Perbandingan fasis dengan ideologi Pancasila adalah dimana


ideologi fasis kekuasaan di pegang oleh pemerintah yang dapat berupa
koalisi sipil, militer, atau partai yang berkuasa saat itu, dan rakyat diperintah
dengan intimidasi agar patuh terhadap Negara dan pemerintah mengatur
segala yang boleh maupun tidak boleh dilakukan oleh rakyatnya. Sedangkan
pancasila adalah nilai-nilai dan cita-cita yang di gali dari kekayaan adat
istiadat, budaya dan religiusitas masyarakatnya. Menerima reformasi, pengusa
bertanggung jawab pada masyarakat sebagai pengemban amanah rakyat,
mengakomodasi nilai-nilai dan cita-cita yang bersifat menyeluruh tanpa
berpihak pada golongan tertentu atau melakukan transformasi social secara
besar-besaran menuju bentuk tertentu. Negara juga mengakomodasi berbagi
idealisme yang berkembang.

17
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Pancasila dikatakan sebagai ideologi terbuka karena berasaskan pada
pandangan hidup bangsa dan falsafah bangsa, sehingga memenuhi prasyarat
suatu ideologi terbuka. Sumber semangat ideologi terbuka itu, terdapat
dalam penjelasan umum UUD 1945 yang menyatakan "... Terutama bagi
negara baru dan negara muda, lebih baik hukum dasar yang tertulis itu
hanya memuat aturan-aturan pokok, sedangkan aturan-aturan yang
menyelenggarakan aturan pokok itu diserahkan kepada undang-undang yang
lebih mudah cara membuatnya, mengubahnya dan mencabutnya."
Selanjutnya dinyatakan, "... Yang sangat penting dalam
pemerintahan dan dalam hidupnya bernegara ialah semangat, semangat para
penyelenggara negara, semangat para pemimpin pemerintahan,"
Sebagai ideologi terbuka, Ideologi Pancasila bertujuan untuk
menyatukan prinsip pengarahan yang berkembang dialektik serta terbuka
penafsiran baru untuk melihat perspektif masa depan dan aktual antisipatif
dalam menghadapi perkembangan dengan memberikan arah dan tujuan
yang ingin dicapai dalam melangsungkan hidup dan kehidupan nasional.
Ideologi Pancasila yang merupakan penjelmaan filsafat pancasila itu
sendiri. Pancasila sebagai ideologi negara dalam arti cita-cita negara yang
menjadi basis bagi suatu teori atau sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat
dan bangsa Indonesia, pada hakikatnya merupakan asas kerohanian, yakni
asas yang memiliki derajat tertinggu sebagai nilai hidup kebangsaan dan
kenegaraan. Dengan demikan Pancasila yang merupakan asas kerohanian
harus menjadi pandangan hidup, pedoman hidup, pegangan hidup yang
dipelihara, dikembangkan, diamalkan, dilestarikan, diperjuangkan dan
dipertahankan dengan kesediaan berkorban.

18
Pancasila sebagai ideologi terbuka terdapat faktor-faktor yang
mendoorong mengapa hal tersebut bisa terjadi yakni adanya dinamika
masyarakat yang berkembang dengan pesat, pembangunan nasional
berkembang pesat, ideologi tertutup tidak sesuai dengan ideologi Indonesia
dan memperkokoh kesadaran akan nilai-nilai pancasila yang abadi. Selain
itu mengenai batas-batas keterbukaan dari ideologi Pancasila yaitu stabilitas
nasional yang dinamis, larangan terhadap ideologi Marxisme, Lenninisme dan
Komunisme, mencegah berkembangnya paham liberal, larangan terhadap
pandangan ekstrim yang menggelisahkan kehidupan masyarakat dan
penciptaan norma-norma baru harus melalui konsensus.
Dalam panggung politik dunia terdapat berbagai macam ideologi namun
yang sangat besar peranannya dewasa ini adalah ideologi Liberalisme,
Komunisme, Sosialisme, Fasisme dan Pancasila. Dalam masalah inilah
bangsa indonesia menghadapi berbagai benturan kepentingan ideologis yang
saling tarik menarik sehingga agar bangsa Indonesia memliki visi yang jelas
bagi masa depan bangsa maka harus membangun petahanan ideologi yang
berbasis pada falsafat bangsa sendiri yaitu ideologi Pancasila yang bersifat
demokratis nasionalistis, religiusitas, humanistis dan keadilan sosial.

3.2. Saran

Demikianlah makalah ini kami susun, makalah ini disusun dengan


berbagai referensi yang kami kumpulkan untuk menunjang penyusunan materi
yang lebih baik. Kami menyadari masih terdapat kekurangan sehingga
kami mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca demi tersusunnya
makalah yang lebih baik lagi.

19
DAFTAR PUSTAKA

Adi, J. (t.thn.). Pancasila Sebagai Ideologi Negara dan Perbandingan dengan Ideologi
Lain. Diambil kembali dari Academia: https://www.academia.edu/8304185
Firdaus Syam, M. A. (2017). Pemikiran Politik Barat. Jakarta: Bumi Aksara.
Karsadi. (2016). Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Kristian, Indra. (2019). Pancasila dan Kewarganegaraan. Bandung: ALFABETA.
Pratiwi, R. (t.thn.). Pancasila Ideologi Terbuka. Diambil kembali dari Academia:
https://www.academia.edu/27471311
Tim Kerja Sosialisasi MPR 2009-2014, P. (2013). Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara. Jakarta: Sekretariat Jenderal MPR RI.

20

Anda mungkin juga menyukai