Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

IDEOLOGI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA


DAN BERNEGARA

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Umum Pendidikan Pancasila
Dan Kewarganegaraan

DOSEN PENGAMPU : Anta Rini Utami, S.H., M.H.

Kelompok 1 :
1. Fajar Triwahyudi (2304104010012)
2. Chinthiya Tasliadi (2304104010005)
3. Cindi Syifa (2304104010013)
4. Rifa Fauhan (2304104010002)
5. Ilham (2304104010018)

FAKULTAS TEKNIK PRODI ARSITEKTUR


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
TAHUN 2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami lanturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah dari tugas kelompok “Ideologi
Pancasila Dalam Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara”.

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya tidak akan maksimal jika
tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi bagi pembaca.

Banda Aceh, 21 September 2023

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................................................i

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG....................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...............................................................................................2
C. TUJUAN MASALAH....................................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN
A. HAKEKAT IDEOLOGI.................................................................................................3
B. PROSES PERUMUSAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA................7
a. Pengertian.................................................................................................................7
b. Sejarah Lahirnya Pancasila.......................................................................................8
c. Tokoh-Tokoh Nasional yang Mengusulkan Dasar Negara Indonesia....................10
d. Perumusan Pancasila..............................................................................................11
C. PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA......................................................16
a. Ciri-Ciri Ideologi Terbuka......................................................................................16
b. Nilai-Nilai pada Ideologi Pancasila........................................................................18

BAB 3 PENUTUPAN
A. KESIMPULAN.............................................................................................................20
B. SARAN.........................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................22

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pancasila sejatinya merupakan ideologi terbuka, yakni ideologi yang terbuka dalam
menyerap nilai-nilai baru yang dapat bermanfaat bagi keberlangsungan hidup bangsa.
Namun, di sisi lain diharuskan adanya kewaspadaan nasional terhadap ideologi baru.
Apabila Indonesia tidak cermat, maka masyarakat akan cenderung ikut arus ideologi luar
tersebut,
sedangkan ideologi asli bangsa Indonesia sendiri yakni Pancasila malah terlupakan baik nilai-
nilainya maupun implementasinya dalam kehidupan sehari-hari.

Di abad 21 yang penuh dengan persaingan, makna "Pancasila" seakan dilupakan oleh
sebagian besar masyarakat Indonesia. Padahal sejarah perumusannya melalui proses yang
sangat panjang yang dilakukan oleh para pendiri negeri ini. Pengorbanan tersebut akan sia-sia
jika kita tidak menjalankan amanat para pendiri negara melalui Pancasila sebagaimana diatur
dalam Pembukaan UUD 1945 ayat ke-4. Pancasila merupakan kerangka persatuan dan
kesatuan yang tidak terpisahkan karena setiap sila dalam Pancasila memuat empat sila
lainnya dan kedudukan masing-masing sila tersebut tidak dapat berpindah tempat atau
dipindahkan. Hal ini sesuai dengan susunan sila yang suistematis-hierarkis, artinya kelima
sila dalam Pancasila menunjukkan urutan bertingkat, dimana setiap sila memiliki tempat
tersendiri dalam rangkaian tatanannya sehingga tidak dapat digerakkan.

Setiap negara pasti memiliki pandangan atau cita-cita negara yang ingin mereka capai,
karena setiap negara pasti memiliki latar belakang, pandangan, dan cita-cita yang berbeda.
Begitu juga dengan Indonesia yang memiliki pandangan hidup yang berbeda dengan negara
lain. Pandangan hidup itu adalah Pancasila yang menjadi setiap warga negara baru dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila berawal dari bangsa Indonesia, yang disarikan
dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang telah ada sejak lama dan kemudian mengkristal
menjadi ideologi bangsa Indonesia. Saat ini banyak kasus di tanah air yang tidak sesuai
dengan realisasi Pancasila, diantaranya hukum yang tidak adil, maraknya korupsi, bom Bali,
bunuh diri, bunuh diri, dan tentunya kasus-kasus tersebut menarik perhatian masyarakat.
Sehingga terlihat bahwa realisasi Pancasila baik subjektif maupun objektif belum terlaksana
dengan baik. Selain itu, tingkat tindakan merusak diri di kalangan generasi muda juga
1
menjadi perhatian besar, antara lain tawuran antar pelajar, seks bebas, narkoba, kekerasan,
perampokan, pembunuhan. Dari beberapa permasalahan tersebut terlihat bahwa mereka
terletak pada perilaku yang tidak sesuai dengan Pancasila. Oleh karena itu, diperlukan peran
semua golongan di negeri ini untuk kembali kepada Pancasila sebagai ideologi dan
pandangan bangsa Indonesia. Rendahnya pemahaman Pancasila membuat bangsa Indonesia
kehilangan arah dan tujuan dalam mewujudkan negeri ini. Apalagi di era globalisasi ini batas-
batas negara semakin kabur, semakin banyak ancaman baik dari dalam maupun luar negeri.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa hakekat dari ideologi?
2. Apa makna Pancasila sebagai ideologi?
3. Bagaimana Pancasila terlahir?
4. Siapa saja tokoh-tokoh yang mengusulkan dasar Negara Indonesia?
5. Bagaimana proses Pancasila dirumuskan?
6. Apa peran Pancasila sebagai ideologi terbuka?

C. TUJUAN MASALAH
1. Mendeskripsikan hakekat dari ideologi
2. Mendeskripsikan makna Pancasila sebagai sebuah ideologi
3. Mendeskripsikan bagaimana proses terlahirnya Pancasila
4. Mendeskripsikan siapa saja tokoh-tokoh yang mengusulkan dasar Negara Indonesia
5. Mendeskripsikan proses Pancasila dirumuskan
6. Mendeskripsikan peran Pancasila sebagai ideologi terbuka

2
BAB 2

PEMBAHASAN

A. HAKEKAT IDEOLOGI

Kata ideologi berasal dari kata Yunani “ideo” yang berarti ide, cita-cita, gagasan dan
pemahaman dan “logia” yang berarti logika atau alasan. Menurut Prof. Dr. H. Kaelan, M.S.
memberikan pengertian ideologi secara umum yaitu Kumpulan gagasan, ide, keyakinan atau
kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis, yang menyangkut dan mengatur tingkah laku
1
sekelompok manusia tertentu dalam berbagai bidang kehidupan. Dari hal tersebut dapat
dirumuskan bahwa ideologi adalah seperangkat ide yang membentuk kepercayaan dan
pemahaman untuk mewujudkan cita-cita manusia. Jika ditarik berdasarkan kepentingan
suatu negara, maka ideologi adalah kumpulan ide-ide dasar, gagasan, kepercayaan, dan
keyakinan yang sistematis dengan sesuai pada arahan dan tujuan yang hendak dicapai dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.

Selanjutnya, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ideologi didefenisikan sebagai:

a. Kumpulan konsep bersistem yang dijadikan azas pendapat yang memberikan arah dan
tujuan untuk kelangsungan hidup
b. Cara berpikir seseorang atau suatu golongan.
c. Paham, teori, dan tujuan yang merupakan satu program sosial politik.

Batasan ideologi dapat diurai sebagai berikut:

a. Gagasan, cita-cita, dan nilai dasar yang membentuk sistem nilai yang utuh, bulat dan
mendasar.
b. Merupakan pencerminan dari pandangan hidup dan falsafah hidup suatu bangsa.
c. Berbentuk kepercayaan politik yang kokoh sebagai hasil kemauan bersama.2

Dalam hal ini, terdapat beberapa komponen penting dalam suatu ideologi meliputi sistem,
arah, tujuan, cara berpikir, program, sosial, dan politik.

Ideologi sendiri merupakan cerminan cara berfikir orang atau masyarakat yang sekaligus
membentuk orang atau masyarakat itu menuju cita- cita yang mereka inginkan. Ideologi

1
Kaelan,M.S., Negara Kebangsaan Pancasila, Paradigma-Yogyakarta,2013. Hlm. 61
2
Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Kehidupan Bernegara (LPPKB), Pancasila, Jakarta, Oktober 2011.
hlm. 58.

3
merupakan sesuatu yang dihayati dan diresapi menjadi suatu keyakinan. Ideologi merupakan
suatu pilihan yang jelas membawa komitmen (keterikatan) untuk mewujudkannya. Semakin
mendalam kesadaran ideologis seseorang, maka akan semakin tinggi untuk mewujudkannya.

Ideologi mempunyai fungsi penting, yaitu menanamkan keyakinan atau kebenaran


perjuangan kelompok atau kesatuan yang berpegang teguh pada ideologi itu. Pentingnya
ideologi bagi suatu negara untuk memerlukan pembinaan yang berkesinambungan agar dapat
dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, ideologi menjadi
sumber inspirasi dan sumber cita-cita hidup bagi warganya, khususnya bagi para warganya
yang masih muda.

Bagi suatu negara ideologi sangat penting karena memiliki fungsi dalam menjalankan
baik kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Oleh karena itu, ideologi dijadikan
sebagai pedoman dalam menata kehiduapan. Adapun fungsi ideologi bagi suatu negara
adalah sebagai berikut :

a. Struktur kognitif; keseluruhan pengetahuan yang dapat menjadikan landasan untuk


memahami dan menafsirkan dunia, serta kejadian-kejadian dilingkungan sekitarnya.
b. Orientasi dasar dengan membuka wawasan yang memberikan mana serta
menunjukkan tujuan dalam kehidupan manusia.
c. Norma-norma yang menjadi pedoman dan pegangan bagi seseorang untuk melangkah
dan berindak.
d. Bekal dan jalan bagi seseorang untuk menemukan identitasnya.
e. Kekuatan yang mampu menyemangati dan mendorong seseorang untuk menjalankan
kegiatan dan mencapai tujuan.

Hakekat ideologi adalah tentang asas-asas dasar, keyakinan, nilai-nilai, dan prinsip-
prinsip yang membentuk pandangan dunia dan cara berpikir suatu kelompok atau masyarakat.
Ideologi dapat berperan dalam membentuk kebijakan politik, pandangan sosial, moralitas,
dan tujuan- tujuan masyarakat.

Setiap ideologi memiliki karakteristik unik yang membedakannya dari ideologi lainnya.
Beberapa contoh ideologi yang dikenal luas adalah liberalisme, konservatisme, sosialisme,
kapitalisme, feminisme, nasionalisme, komunisme, dan agama. Masing-masing ideologi
memiliki pandangan yang berbeda terkait peran pemerintah, kepemilikan ekonomi,
persamaan sosial, hak asasi manusia, dan sebagainya.

4
Hakikat ideologi mempengaruhi pemikiran, sikap, dan tindakan individu dan masyarakat
secara keseluruhan. Ideologi dapat menjadi agenda perubahan sosial, atau digunakan untuk
mempertahankan status quo. Meskipun ada banyak perbedaan dan kontroversi dalam
ideologi, kajian hakikat ideologi penting dalam memahami pemikiran manusia dan dinamika
sosial.

Terdapat banyak contoh ideologi yang ada di dunia saat ini. Berikut ini beberapa contoh
ideologi yang cukup populer dan memberikan gambaran variasi dalam pandangan dunia dan
kebijakan politik:

a. Liberalisme
Ideologi yang menekankan kebebasan individu, hak asasi manusia, dan dukungan
terhadap pasar bebas. Liberalisme mendukung pemerintahan yang terbatas,
perlindungan hak individu, dan perspektif kemajuan sosial.
b. Komunisme
Mengadvokasi kepemilikan bersama atas sumber daya dan penghapusan kelas sosial
untuk mencapai masyarakat yang sama rata.
c. Konservatisme
Ideologi yang menekankan nilai-nilai tradisional, peran keluarga, dan keberlanjutan
sosial. Konservatisme umumnya mendukung pemerintahan yang kuat, pelestarian
nilai- nilai moral, dan keberlanjutan budaya.
d. Sosialisme
Ideologi yang mengadvokasi kepemilikan dan pengelolaan ekonomi oleh masyarakat
atau negara. Sosialisme menekankan redistribusi kekayaan, persamaan sosial, dan
peran aktif pemerintah dalam mengatasi ketimpangan sosial.
e. Kapitalisme
Ideologi yang menganjurkan kepemilikan individual dan pengelolaan ekonomi oleh
pasar. Kapitalisme menekankan kebebasan ekonomi, persaingan, dan keuntungan
individual sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi.
f. Feminisme
Ideologi yang berusaha mencapai kesetaraan gender dalam semua aspek kehidupan.
Feminisme mengkritik ketimpangan gender, mendukung perubahan sosial, dan
peningkatan partisipasi perempuan dalam berbagai bidang.
g. Nasionalisme

5
Ideologi yang menekankan pentingnya identitas nasional, kebanggaan akan negara,
dan kedaulatan politik. Nasionalisme sering kali menyoroti pemeliharaan budaya dan
kepentingan nasional di atas kepentingan global.
h. Anarkisme
Menentang otoritas pemerintah dan struktur hierarkis serta mempromosikan
masyarakat tanpa pemerintah.
i. Ekologi hijau
Mengkaitkan isu-isu lingkungan dengan politik dan menekankan keberlanjutan,
perlindungan lingkungan, dan pemeliharaan sumber daya alam.
j. Separatisme
Mengadvokasi kemerdekaan, otonomi, atau pemisahan suatu wilayah atau kelompok
dari negara yang sudah ada.
k. Multikulturalisme
Menekankan pengakuan, penghargaan, dan pengekalan aspek-aspek budaya dan
kepercayaan yang berbeda dalam masyarakat.
l. Populisme
Berfokus pada kepentingan dan aspirasi massa, dengan penolakan terhadap elit politik
dan pendekatan politik yang berpusat pada rakyat.
m. Pancasila
Ideologi dasar Indonesia yang mencakup asas-asas ketuhanan yang maha esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.

Harap diingat bahwa masing-masing ideologi memiliki variasi dan interpretasi yang
berbeda. Selain itu, ada banyak ideologi lainnya yang juga signifikan di berbagai wilayah
atau kelompok masyarakat.

6
B. PROSES PERUMUSAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA

a. Pengertian

Pancasila adalah pembinaan dan


pedoman bagi seluruh rakyat Indonesia
untuk hidup berbangsa dan bernegara.
Menurut Notonagoro, Pancasila
merupakan dasar falsafah bangsa
Indonesia, sehingga dapat disimpulkan
bahwa Pancasila merupakan dasar
falsafah dan ideologi bangsa, yang
diharapkan dapat menjadi pedoman hidup
Gambar 1 . Pancasila. Sumber:
bangsa Indonesia, pemersatu, lambang https://dosenppkn.com/pancasila- sebagai-ideologi-terbuka/
persatuan. dan keutuhan serta pertahanan bangsa dan negara Indonesia.3

Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang disahkan oleh panitia persiapan
kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945. Sebelum terbentuknya
rumusan Pancasila, pada 22 Juni 1945, 9 tokoh nasional yang disebut panitia sembilan
berhasil menyusun sebuah naskah piagam yang dikenal dengan nama piagam Jakarta. Proses
perumusan materi pancasila secara formal tersebut dilakukan dalam sidang-sidang BPUPKI
pertama, sidang panitia "9", sidang BPUPKI kedua, serta akhir disahkan secara yuridis
sebagai dasar filsafat negara republik Indonesia.

Pancasila sebagai ideologi berarti Pancasila merupakan landasan/ide/gagasan yang


mendasar dalam proses penyelenggaraan tata pemerintahan suatu negara, di mana fungsi dari
ideologi itu sendiri adalah sebagai sesuatu yang memperkuat dan memperdalam identitas
rakyatnya. Ideologi Pancasila menjadi sangat penting bagi bangsa Indonesia karena Pancasila
memiliki beberapa kedudukan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Ideologi Pancasila sendiri dirumuskan oleh panitia sembilan dan berdasar atas pidato
Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945. Pancasila bukan sekedar ideologi negara, melainkan
juga merupakan filsafat hidup bangsa yang digali dari negara-negara luhur dan budaya nenek
moyang yang sudah dimiliki bangsa Indonesia sebelum negara Indonesia terbentuk.

3
Notonagoro, 1967, Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila, Pantjuran Tujuh, Jakarta.

7
b. Sejarah Lahirnya Pancasila

Awal kelahiran Pancasila sebagai dasar negara dimulai pada saat terakhir penduduk
fasisme Jepang di Indonesia sekitar tahun 1942 pada saat tentara Jepang di Asia tenggara
sudah mulai terdesak oleh tentara sekutu. Tahun 1943 kekuatan tentara Jepang sudah mulai
rapuh, sehingga di beberapa medan pertempuran pihak sekutu dapat memukul mundur tentara
Jepang dengan sangat mudahnya. Dalam kondisi yang sangat terdesak seperti ini
menimbulkan Jepang berubah sikap politiknya terhadap negeri-negeri yang didudukinya,
termasuk terhadap bangsa Indonesia.

Jepang melancarkan politik merangkul bangsa Asia, dengan memberikan kemerdekaan


kepada bangsa Birma, dan Filipina dengan maksud agar kedua negeri tersebut bersedia
mendukung Jepang dalam menghadapi tentara sekutu. Dalam kesempatan yang baik ini
dimanfaatkan oleh tokoh-tokoh bangsa Indonesia untuk mendesak pemerintah Jepang juga
memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Desakan itu ditanggapi secara serius oleh
pemerintah Jepang untuk mewujudkan kesediaannya itu, pada tanggal 7 September 1944
perdana menteri Koyso memberikan janji akan menghadiahkan kemerdekaan Indonesia kelak
di kemudian hari. Untuk mempersiapkan segala sesuatunya yang berkaitan dengan janji
tersebut, pemerintah pendudukan Jepang di jawa membentuk sebuah badan yang diberi nama
"DOKURITSU ZYUNBI TYOSHAKAI" atau badan persiapan usaha-usaha kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI), yang beranggotakan 60 orang ditambah dengan 3 orang ketua yang
salah satunya ada tokoh yang mewakili Jepang yang bernama Itibangase dan ketua muda
dijabat oleh Radjiman Wedyodiningrat dan Raden Pandji Soeroso.

Pada tanggal 18 Mei 1945, bertepatan dengan hari kelahiran Tonno Haikal seorang
kaisar Jepang, BPUPKI dilantik oleh letnan jenderal Kumakichi Harada seorang tentara ke 16
Jepang. Dalam waktu yang relatif singkat yaitu sekitar 2 bulan sejak tanggal 18 Mei sampai
17 Juli 1945 dengan dua kali masa sidang telah dapat menyelesaikan tugas berat yaitu
berkenaan dengan dasar negara dan bentuk negara.

Dalam setiap sidang bukannya berjalan dengan mulus-mulus saja tetapi mereka juga
mengalami rintangan-rintangan dalam diskusinya, namun dapat diselesaikan karena
berpegang teguh pada prinsip demi persatuan dan kesatuan dengan jiwa yang amat besar
demi kepentingan bangsa dan negara.

8
Perdebatan terjadi antara dua golongan besar yaitu Bung Karno, menyebutkan golongan
kebangsaan dan golongan Islam. Sebutan seperti ini rasanya kurang enak dan akan lebih pas
jika disebut saja golongan nasionalis sekuler dan golongan nasionalisme muslim. Harus
diakui bahwa sebetulnya semangat nasionalisme ini pertama kali justru muncul di kalangan
muslim (santri) karena kalangan mereka sudah timbul rasa patriotisme sejak lama yaitu sejak
abad ke 16 yaitu sejak kedatangan penjajah Eropa. Ketika itu mereka menganggap bahwa
negeri Eropa datang ke Indonesia selain untuk mengambil rempah-rempah juga akan
menyebarkan agama nasrani kepada penduduk setempat sehingg kelompok santri tentunya
sangat terusik.

Fakta sejarah menunjukkan bahwa kedatangan bangsa Eropa yaitu Spanyol, Portugis,
Inggris, dan Belanda ke negeri jajahannya jajahannya tentu tidak lepas dari tiga motif yaitu :

a) Motif ekonomi dan bentuk eksploitasi kekayaan alam bangsa terjajah.


b) Motif politik dalam rangka melanggengkan kekuasaan dengan politik pecah belah
atau sering disebut politik devide et impera atau politik belah bambu.
c) Motif agama.

Sehingga targetnya pun cukup jelas akan memerangi Islam dan menggaruk kekayaan,
sehingga bagi kalangan santri hal ini dianggap sangat berbahaya.

Kedua sistem pendidikan di atas maka mempengaruhi pola pikir kedua golongan tersebut
sehingga sering terjadi perbedaan sampai pada saat perumusan dasar negara, yang
termanifestasikan dalam sidang-sidang BPUPKI. Terutama dalam pembahasan negara dasar.
Kalangan Islam mengusulkan bahwa negara Indonesia yang merdeka harus diletakkan pada
di atas landasan Islam dengan disertai alasan bahwa mayoritas masyarakat Indonesia
beragama Islam. Diantara yang mengusulkan hal ini adalah seorang tokoh Muhammadiyah
yaitu Ki Bagus Hadikusumo (ketua umum Muhammadiyah). Dalam salah satu pidatonya Ki
bagus dengan penuh keyakinan mengusulkan bahwa Islam harus dijadikan dasar Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

Dalam pihak golongan nasionalis menyatakan bahwa negara Indonesia harus diletakkan
di atas dasar kebangsaan. Soepomo yang dikatakan dapat mengatasi segala golongan dan
segala mempersatukan diri dengan lapisan rakyat seluruhnya. Mereka berpendapat bahwa
antara urusan agama dan urusan negara harus dipisahkan secara tegas sebagaimana seperti
yang diusulkan oleh Bung Hatta.

9
Menanggapi usulan dari golongan nasional tersebut, Ki Bagus Hadi Kusuma
menangkisnya dengan talak dengan mengutip salah satu kata-kata salah seorang anggota
anggota BPUPKI yang secara terang-terangan memperlihatkan ketidaksetujuan terhadap
usulan negara yang berdasarkan asas Islam bahwa dulu ada yang mengatakan agama itu suci
dan luhur dan tinggi sehingga agar tetap suci janganlah agama dicampurnya dengan urusan
negara.

Usulan dasar negara baik yang berasal dari golongan nasionalis dan golongan Islam ini
berlangsung dengan perdebatan panjang sampai tanggal 1 Juni 1945, namun sayangnya
sejarah mengenai hal ini sekarang sudah mulai hilang dari peredaran sehingga sulit untuk
melacaknya.

Pada tanggal 1 Juni 1945 tersebut bung Karno menyampaikan pidato yang cukup
panjang sekitar 21 halaman di hadapan sidang badan penyelidik. Dalam pidato yang kerap
ditimpali dengan tepuk tangan tersebut untuk pertama kalinya ia memperkenalkan apa yang
disebut Pancasila sekaligus beliau menyatakan bahwa Pancasila ini dapat dijadikan asas
kefilasafatan.

c. Tokoh-Tokoh Nasional Yang Mengusulkan Dasar Negara Indonesia

BPUPKI mengadakan sidang pertama tanggal 29 Mei sampai 1 Juni 1945. Sidang ini
membicarakan dasar negara Indonesia. Tokoh-tokoh yang
mengusulkan dasar negara diantaranya Mr. Muh Yamin,
Prof. Dr. Soepomo dan Ir. Soekarno.

a) Mr. Muh Yamin


Dalam pidatonya tanggal 29 Mei 1945 mengusulkan dua
rumusan dasar negara, yaitu:
Secara lisan
 Peri kebangsaan
 Peri kemanusiaan
Gambar 2. Muh. Yamin. Sumber:
https://www.siswapedia.com/proses-  Peri ketuhanan
penyusunan-pancasila-sebagai-
ideologi-negara/  Peri kerakyatan
 Kesejahteraan rakyat
Secara tulisan
 Ketuhanan yang maha esa
10
 Kebangsaan persatuan Indonesia

10
 Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab
 Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
 Keadilan sosial bagi seluruh
b) Prof. Dr. Soepomo
Pada sidang tanggal 31 Mei 1945, mengajukan lima
rancangan dasar negara, yaitu:
 Persatuan
 Kekeluargaan
 Mufakat dan demokrasi
 Musyawarah
 Keadilan sosial

Gambar 3. Soepomo. Sumber:


c) Ir. Soekarno https://en.wikipedia.org/wiki/Soep
omo
Dalam pidatonya tanggal 1 Juni mengusulkan rumusan
dasar negara, yaitu:
 Kebangsaan Indonesia
 Internasionalisme atau perikemanusiaan
 Mufakat atau demokrasi
 Kesejahteraan sosial
 Ketuhanan yang berkebudayaan

Ir Soekarno mengusulkan nama Pancasila sebagai


dasar negara menurut Ir Soekarno nama Pancasila
Gambar 4. Ir. Soekarno. diperoleh dari kawan beliau yang merupakan seorang ahli
Sumber:https://id.wikipedia.org
/wiki/Soekarno Bahasa.

d. Perumusan Pancasila

Dalam rangka mempersiapkan kemerdekaan indonesia, pada tanggal 29 april 1945


dibentuk badan penyelidik usaha-usaha persiapan kemerdekaan indonesia (BPUPKI) atau
Dokuritzu Zyunbi Tyoosakai. Badan ini diketuai oleh bekas ketua Budi Utomo, yaitu Dr.
Radjiman Wedyodiningrat, ia didampingi oleh wakil ketua, masing-masing seorang
berkebangsaan indonesia dan seorang berkebangsaan jepang.

11
Badan ini bertujuan untuk mempelajari dan mempersiapkan hal-hal penting mengenai
tata pemerintahan indonesia merdeka.

a) Sidang pertama BPUPKI

BPUPKI mengadakan sidang pertama tanggal 29 mei sampai 1 juni 1945. Sidang ini
membicarakan dasar negara indonesia. Tokoh-tokoh yang masukan dasar negara antaranya
Mr. Muh yamin, Prof. Dr. Soepomo dan Ir. Soekarno.

b) Piagam Jakarta

Sesudah sidang pertama BPUPKI berlangsung, diadakan kembali pertemuan di luar


sidang. Pertemuan ini yang dilakukan oleh para anggota BPUPKI yang tinggal di Jakarta.
Pada tanggal 22 juni 1945. Pertemuan ini dimaksudkan untuk menjembatani perbedaan antara
golongan nasionalis dan islam. Dalam pertemuan itu, diupayakan kompromi antara kedua
belah pihak mengenai rumusan dasar negara bagi negara indonesia.

Pada kesempatan itu dibentuk sebuah panitia kecil yang kemudian hari dikenal
dengan panitia sembilan. Panitia ini dibentuk untuk merumuskan kesepakatan antara kedua
belah pihak. Panitia itu beranggotakan 9 tokoh nasional yang juga tokoh-tokoh BPUPKI,
yaitu:

1. Ir. Soekarno
2. Mohammad Hatta
3. Muhammad Yamin
4. A. A. Maramis
5. Abdul Kahar Muzakir
6. Wachid Hasyim
7. Abikusno Tjokrosujoso
8. K. H. Agus Salim
9. Ki Bagus Hadikusuma

Setelah mengadakan pembahasan, panitia ini berhasil menetapkan rancangan


pembukaan UUD yang kemudian dikenal dengan nama piagam jakarta. Pancasila dalam
piagam jakarta dirumuskan demikian:

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat syariat islam bagi pemeluk


pemiliknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
12
3. Persatuan indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia

c) Sidang kedua BPUPKI

Ketika BPUPKI mengadakan sidang kedua pada tanggal 10 juli sampai 17 juli 1945,
Soekarno selaku ketua panitia sembilan melaporkan usul pembukaan UUD disidang
BPUPKI. Ketua BPUPKI kemudian membentuk panitia perancangan juga UUD yang
diketuai oleh Soekarno. Pada tanggal 11 juli 1945, panitia membicarakan rancangan
pembukaan UUD. Lalu ketua pembentuk panitia kecil beranggotakan tujuh orangtua diketuai
oleh Soepomo untuk membentuk rancangan UUD. Hasil kerja panitia kecil dibicarakan pada
tanggal 13 juli 1945 dan diterima oleh panitia perancang UUD.

Pada tanggal 14 juli 1945 diadakan sidang pleno BPUPKI membicarakan rancangan
pembukaan UUD dan menerimanya dengan sedikit perubahan. Pada tanggal 15 juli 1945,
dibicarakan rancangan UUD. Setelah Soekarno dan Soepomo memberikan penjelasan umum
dan pasal demi pasal, masing-masing anggota memberikan tanggapan.

d) Proklamasi Kemerdekaan

Pada pertengahan bulan Agustus 1945 akan dibentuk PPKI. Untuk keperluan itu Ir.
Soekarno, Drs. Moh. Hatta dan Dr. Radjiman diberangkatkan ke Saigon atas panggilan
jendral besar Terauchi. Pada tanggal 9 agustus 1945 Jendral Terauchi memberikan kepada
mereka 3 cap, yaitu :

 Soekarno diangkat sebagai ketua PPKI, Moh. Hatta sebagai wakil dan Dr.
Radjiman sebagai anggota.
 Panitia persiapan boleh mulai bekerja pada tanggal 9 agustus 1945.
 Cepat atau tidaknya pekerjaan panitia di serahkan seperlunya pada panitia.

Sekembaliannya dari Saigon 14 agustus 1945, Ir. Soekarno mengumumkan dimuka


umum bahwa bangsa Indonesia akan merdeka sebelum jagung berbunga (secepat mungkin)
dan kemerdekaan bangsa Indonesia ini bukan merupakan hadiah dari Jepang melainkan dari
hasil perjuangan sendiri. Setelah Jepang menyerah pada sekutu, maka kesempatan itu
dipergunakan sebaik-baiknya oleh para pejuang kemerdekaan bangsa Indonesia. Untuk

13
mempersiapkan Proklamasi tersebut maka pada tengah malam, Soekarno-Hatta pergi ke
rumah Laksamana Maeda di Oranye Nassau Boulevard (sekarang Jl. Imam Bonjol No.1).

Perbedaan terjadi antara golongan muda dan golongan muda tentang kapan
pelaksanaan proklamasi. Oleh karena itu perbedaan memuncak dan menyebabkan Soekarno
dan Hatta ke Rengasdengklok agar tidak mendapat pengaruh Jepang. Setelah diperoleh
kepastian maka Soekarno-Hatta mengadakan pertemuan pada larut malam dengan Mr.
Achmad Soebardjo, Soekarni, Chaerul Saleh, B.M. Diah, Sayuti Melik, Dr. Buntaran, Mr.
Iwakusuma Sumantri dan beberapa anggota PPKI untuk merumuskan redaksi naskah
Proklamasi. Pada pertemuan tersebut akhirnya konsep Soekarno lah yang diterima dan
diketik oleh Sayuti Melik. Kemudian pagi harinya pada tanggal 17 Agustus 1945 di
Pegangsaan timur 56 Jakarta, tepat pada hari Jumat, jam 10 pagi Waktu Indonesia Barat (Jam
11.30 waktu jepang), Bung Karno dengan didampingi Bung Hatta membacakan naskah
Proklamasi dengan khitmad dan diawali dengan pidato, sebagai berikut:

PROKLAMASI
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal yeng mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain
diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Jakarta, 17 Agustus 1945

Atas Nama Bangsa Indonesia


Soekarno Hatta

Sehari setelah Proklamasi keesokan harinya pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI
mengadakan sidangnya yang pertama.

e) Perumusan pancasila dalam persidangan PPKI

Pada tanggal 7 agustus 1945 dibentuk panitia persiapan kemerdekaan indonesia


(PPKI). Terdiri atas 21 orang. Tugas PPKI adalah melaksanakan kemerdekaan indonesia dan
mengambil langkah-langkah yang perlu untuk membentuk suatu negara. Soekarno ditunjuk
sebagai ketua dan Muhammad Hatta sebagai wakil ketua.

14
Pada tanggal 18 agustus 1945 PPKI melaksanakan sidang. Hasil sidang PPKI tanggal
18 Agustus 1945 menetapkan 3 hal yaitu:

 Menetapkan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945


 Memilih presiden dan wakil presiden
 Membentuk Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) untuk membantu
presiden.

Salah satu keputusan sidang PPKI adalah mengesahkan Undang-Undang Dasar


Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang dalam Pembukaan Alinea IV mencantumkan
sila-sila Pancasila sebagai dasar negara. Perubahan penting dalam sidang ini yaitu perubahan
rumusan dasar negara yang telah disepakati dalam Piagam Jakarta, yaitu tujuh kata setelah
Ke-Tuhanan, yang semula berbunyi “KeTuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat
Islam bagi pemeluk-pemeluknya” diubah menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam Sidang
PPKI tersebut, Moh. Hatta menyatakan, bahwa masyarakat Indonesia Timur mengusulkan
untuk menghilangkan tujuh kata dalam Piagam Jakarta, yaitu “... dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya ...”. Usulan tersebut disampaikan
sebagai masukan sebelum sidang yang disampaikan oleh seorang opsir Jepang yang bertugas
di Indonesia Timur, yang bernama Nishijama.
Dengan jiwa kebangsaan, para pendiri negara menyepakati perubahan Piagam Jakarta.
Dengan demikian, sila pertama Pancasila menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Pembukaan
Undang-Undang Dasar adalah pokok dari pokok, sebab itu harus teruntuk bagi seluruh
bangsa Indonesia dengan tiada kecualinya. Kalau Sebagian daripada dasar itu hanya mengikat
sebagian rakyat Indonesia, sekalipun terbesar, itu dirasakan oleh golongan-golongan
minoritas sebagai diskriminasi. Sebab itu kalau diteruskan juga Pembukaan yang
mengandung diskriminasi itu, mereka golongan Protestan dan Katolik lebih suka berdiri di
luar Republik. Karena begitu serius rupanya, esok paginya tanggal 18 agustus 1945, sebelum
Sidang Panitia Persiapan bermula, Ki Bagus Hadikusumo, Wahid Hasyim, Mr. Kasman
Singodimedjo dan Mr. Teuku Mohammad Hasan dari Sumatera mengadakan suatu rapat
pendahuluan untuk membicarakan masalah itu. Supaya kita jangan tidak sebagai bangsa,
mereka mufakat untuk menghilangkan bagian kalimat yang menusuk hati kaum Kristen itu
dan menggantikannya dengan Ketuhanan Yang Maha Esa. Apabila suatu masalah yang serius
dan bisa membahayakan keutuhan negara dapat diatasi dalam sidang kecil yang lamanya
kurang dari 15 menit, itu adalah suatu tanda bahwa pemimpin-pemimpin tersebut di waktu itu
benar-benar mementingkan nasib
15
dan persatuan bangsa. Rumusan silasila Pancasila yang ditetapkan oleh PPKI dapat dilihat
selengkapnya dalam naskah Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
Rumusan sila-sila Pancasila tersebut adalah:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

C. PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

Ideologi terbuka adalah ideologi yang secara internal memiliki kemampuan dinamis,
serta mampu berinteraksi dengan perkembangan zaman. Makna Pancasila sebagai ideologi
terbuka adalah ideologi yang terus relevan dengan zaman. Artinya, Pancasila dapat
menyesuaikan diri dengan perubahan zaman dan dapat digunakan dalam berbagai waktu dan
generasi tanpa menghilangkan nilai dasarnya. 4

a. Ciri-Ciri Ideologi Terbuka

Indonesia termasuk negara yang menerapkan ideologi terbuka. Adapun ciri-ciri


ideologi terbuka adalah sebagai berikut:

1. Bersumber dari Masyarakat atau rakyat


Ideologi terbuka ini sumbernya berasal dari Masyarakat yang dimana didalamnya
terdapat beberapa kelompok. Oleh karena itu, akan muncul berbagai macam pendapat.
Meskipun begitu, setiap pendapat atau gagasan akan menciptakan ideologi negara yang
terbuka, sehingga siste, kemasyarakatan dan hubunga antar anggota Masyarakat dapat
berjalan dengan optimal.
2. Terdapat kebebasan berpendapat
Kebebasan berpendapat dapat diartikan sebagai bebas mengekspresikan hal-hal apa
saja termasuk mengkritik suatu hal yang tidak baik. Namun, meskipun bebas berpendapat,

4
A. Aco Agus, Relevansi Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka di Era Reformasi”, Jurnal Office, Vol. 2 No.2, 2016, 232

16
tetapi ketika mengeluarkan pendapat tidak boleh menghina orang lain. Dengan kata lain,
harus tetap memperhatikan norma-norma yang berlaku di masyarakat.
3. Sifatnya Dinamis
Ideologi terbuka memiliki ciri berupa sifatnya dinamis, hal ini senada dengan
namanya yang terbuka terhadap berbagai perkembangan zaman. Dengan menerima
perkembangan zaman, maka pemikiran masyarakat bisa terbuka juga, sehingga rasa
saling menghargai walaupun berbeda pandangan atau pendapat dapat muncul.
4. Sama dengan Kebudayaan Masyarakat
Indonesia sudah dikenal oleh banyak orang bahwa mempunyai berbagai macam
kebudayaan karena masyarakatnya tersebar di banyak pulau. Dengan ideologi terbuka
Pancasila, maka keberagaman di Indonesia bisa menjadi pemersatu bangsa Indonesia,
sehingga satu kesatuan pun dapat tumbuh dengan baik. Dengan begitu, risiko terjadinya
konflik karena keberagaman budaya bisa berkurang.
5. Sistem Pemerintahan Terbuka
Dalam ideologi terbuka, maka sistem pemerintahannya harus tebruka juga. Dalam hal
ini, sistem pemerintahannya yang terbuka dapat diartikan sebagai adanya transparansi
dalam membuat kebijakan publik. Dengan adanya transparansi itu, maka masyarakat bisa
mengawasi setiap kebijakannya atau bahkan bisa memberi kritik terhadap kebijakan yang
telah dibuat.
6. Menjunjung Tinggi Hak Asasi Manusia (HAM)
Di dalam ideologi terbuka, Hak Asasi Manusi (HAM) sangat dijunjung tinggi,
sehingga kesetaraan antar warga negara dapat terjaga dengan baik. Selain itu, dengan
menjunjung HAM, keamanan dan ketentraman warga negara dapat terlindungi dengan
maksimal. Dengan begitu, warga negara pun dapat menjalankan ideologi terbuka yang
sudah dianut oleh suatu negara.
7. Mendukung Keberagaman
Tingkat solidaritas dalam ideologi terbuka cukup tinggi karena sesama warga negara
saling mendukung keberagaman. Berkat kehadiran perilaku solidaritas, maka hubungan
persatuan dan kesatuan dapat tumbuh dengan optimal dan masyarakat pun bisa menjalani
kehidupan dengan tentram.

17
b. Nilai- Nilai pada Ideologi Pancasila

Ideologi Pancasila mengandung nilai-nilai sebagai berikut:

a. Nilai Dasar
Menjelaskan tentang hakikat kelima sila Pancasila yaitu Ketuhanan, Kemanusiaan,
Persatuan, Kerakyatan, Keadilan. Nilai Dasar Pancasila adalah prinsip-prinsip yang diterima
sebagai landasan yang mutlak, nilai dasar dianggap benar dan tidak perlu dipertanyakan lagi.
Nilai-nilai dasar dari Pancasila adalah nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan,
nilai kerakyatan, dan nilai keadilan.

Nilai dasar ini merupakan inti dari sila-sila Pancasila yang universal, sehingga
mengandung cita-cita, tujuan, dan nilai-nilai yang baik dan benar. Cita-cita dan tujuan negara
diuraikan dalam pembukaan Undang-undang Dasar atau UUD 1945. Nilai dasar yang
tercantum dalam pembukaan UUD 1945 dianggap sebagai hukum tertinggi, sumber hukum
positif, dan sebagai prinsip dasar negara yang fundamental. Merubah pembukaan UUD 1945
yang memuat nilai dasar ideologi Pancasila sama dengan membubarkan negara. Dalam
pembukaan dijelaskan dalam pasal-pasal UUD 1945 yang mengatur tentang lembaga negara,
hubungan antarlembaga, serta tugas dan wewenang penyelenggara negara.

b. Nilai instrumental

Penjabaran lebih lanjut dari nilai-nilai dasar ideologi Pancasila. Nilai instrumental
merujuk pada nilai-nilai yang berhubungan dengan pelaksanaan nilai dasar. Biasanya, nilai-
nilai instrumental ini berbentuk norma sosial dan hukum yang diwujudkan dalam bentuk
peraturan dan mekanisme lembaga negara.

Nilai instrumental dapat berubah seiring dengan perkembangan dan implementasi nilai-nilai
dasar dalam kehidupan nyata, namun perubahan tersebut tidak boleh melanggar prinsip-
prinsip dasar yang telah ditetapkan.

c. Nilai praksis

Realisasi nilai-nilai instrumental dalam suatu pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-
hari dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nilai praksis diwujudkan dalam
pengamalan Pancasila secara subjektif dan objektif dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga,

18
nilai praksis adalah nilai yang dilakukan sebagai suatu perilaku dalam kehidupan berwarga dan
negara

Pancasila sebagai ideologi terbuka secara struktural memiliki tiga dimensi, yaitu:

a. Dimensi Idealisme
Dimensi idealisme menekankan bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung dalam
Pancasila yang bersifat sistematis, rasional dan menyeluruh. Idealisme yang
terkandung dalam Pancasila mampu memberikan harapan dan optimisme serta
mampu mendorong motivasi pendukungnya untuk berupaya mewujudkan cita-
citanya.
b. Dimensi normatif
Dimensi normatif mengandung pengertian bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam
pancasila perlu dijabarkan dalam suatu sistem norma sebagaimana terkandung dalam
norma-norma keagamaan.
c. Dimensi Realitas
Dimensi realitas mengandung makna bahwa suatu ideologi harus mampu
mencerminkan realitas kehidupan yang berkembang dalam masyarakat.

19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ideologi adalah kumpulan gagasan, ide, keyakinan atau kepercayaan yang menyeluruh
dan sistematis, yang menyangkut dan mengatur tingkah laku sekelompok manusia tertentu
dalam berbagai bidang kehidupan. Ideologi mencerminkan cara berpikir masyarakat, bangsa
maupun Negara, namun juga membentuk masyrakat menuju cita-citanya. Pancasila sebagai
ideologi negara Indonesia, berarti pedoman untuk kehidupan bernegara setiap masyarakat di
Tanah Air Indonesia. Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia menggambarkan jati diri
bangsa Indonesia serta karakteristik bangsa Indonesia. Ideologi Pancasila berasal dari
kebiasaan masyarakat dari zaman dahulu. Nilai-nilai Pancasila ini tumbuh dan berkembang
dari masa ke masa. Itulah sebabnya bangsa Indonesia sudah seharusnya mengamalkan nilai-
nilai yang terkandung di dalamnya, karena Pancasila adalah cerminan kepribadian bangsa.
Pancasila bukan lahir secara mendadak, melainkan telah melalui proses yang panjang,
dimatangkan oleh sejarah perjuangan bangsa Indonesia dengan melihat pengalaman bangsa-
bangsa lain, dengan dilhami oleh gagasan-gagasan besar dunia dengan tetap berakar pada
kepribadian bangsa kita dan gagasan-gagasan besar bangsa kita sendiri.

Kemerdekaan yang diraih oleh bangsa Indonesia bukanlah hadiah dari pemerintah
kolonial Belanda ataupun Jepang. Kemerdekaan Indonesia diraih melalui perjuangan panjang
oleh segenap lapisan masyarakat Indonesia. Usulan calon dasar negara Merdeka mulai
dibicarakan melalui sidang BPUPKI. Usulan calon dasar negara diusulkan secara berturut-
turut oleh: Mr. Muh. Yamin, Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Usulan calon dasar negara yang
disampaikan oleh Ir.Soekarno diberi nama “Pancasila”. Usulan calon dasar negara yang telah
disampaikan dalam sidang pertama BPUPKI, selanjutnya akan dibahas dalam sidang kedua
oleh Panitia Sembilan yang menghasilkan Pancasila Piagam Jakarta. Susunan Pancasila,
terutama sila pertama dalam Piagam Jakarta diusulkan untuk diganti, sehingga menjadi
“Ketuhanan Yang Maha Esa”. UUD 1945 dan Pancasila disahkan oleh PPKI menjadi Dasar
Negara, pemersatu, dan rumah bersama bangsa Indonesia.

Indonesia termasuk negara yang menerapkan ideologi terbuka. Pancasila sebagai


ideologi terbuka adalah Pancasila sebagai ideologi yang mampu menyesuaikan diri dengan
perkembangan zaman tanpa mengubah nilai dasarnya. Ada tiga nilai yang terkandung dalam
Pancasila yaitu nilai dasar, nilai instrumental dan nilai praksis.

20
B. Saran
Sebagai rakyat Indonesia kita sebaiknya menjaga ideologi negara kita yaitu Pancasila
karena Pancasila merupakan gagasan dasar yang berkenaan dengan kehidupan negara.
Diharapkan agar semua Masyarakat Indonesia dapat menerapkan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila tidak hanya sekedar mengetahui saja namun
melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari.

21
DAFTAR PUSTAKA

Fadhil, M., Akhriansyah, S. H., Wijaya, W. K., & Fitriono, R. A. (2022). Perspektif pancasila
sebagai pedoman hidup bangsa. Jurnal Ekonomi Sosial Dan Humaniora, 1–4
Darsita. (2015). Sejarah Perumusan Pancasila dalam Hubungannya dengan Proklamasi.
Uin Syarif Hidayatullah, 1(2), 1–18
Roza, Prima, Abdul Gani Jusuf dan Dicky Munaf. 2015. Memahami dan Memaknai
Pancasila sebagai Ideologi dan Dasar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Tomalili, Rahmanuddin. 2019. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Yogyakarta:
Deepublish

22

Anda mungkin juga menyukai