Anda di halaman 1dari 32

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA

DAN NEGARA INDONESIA


MAKALAH

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ideologi Pancasila

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. H. Suwarma Al Muchtar, S.H, M.Pd.
Syaifullah, S.Pd., M.Si.
Sri Wahyuni Tanshzil., M.Pd.

Disusun oleh :
(Kelompok 5)
Akhmad Fauzi NIM 1607777
Asep Pahmi Azis NIM 1607773
Desy Nur Annisa NIM 1604249
Hesty Khoirusnaini NIM 1600676
Jenisa Asri Permana NIM 1607817
Rahma Hidayanti NIM 1600570
Rina Ningsih NIM 1606663
Yadi Kusumah Fadilah NIM 1603813
Yuliani Shihab NIM 1605859

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat dan kasih sayang-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Dan Negara Indonesia”. Makalah ini
dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ideologi Pancasila.
Pada kesempatan ini, kami menyampaikan terima kasih atas saran, bantuan
serta bimbingan yang telah diberikan selama penyusunan makalah ini, yaitu
kepada:
1. Prof. Dr. H. Suwarma Al Muchtar, S.H, M.Pd., Syaifullah, S.Pd., M.Si.,
dan Sri Wahyuni Tanshzil., M.Pd. sebagai dosen pembimbing mata kuliah
Ideologi Pancasila.
2. Semua pihak yang turut membantu penyusunan makalah ini baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Kami sadar karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami
masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh sebab itu, dengan terbuka
kami menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca, sehingga kami
dapat menulis makalah dengan lebih baik lagi untuk kedepannya.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan menambah pengalaman bagi pembaca.

Bandung, November 2018

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..................................................................................2
D. Manfaat Penulisan................................................................................2
E. Sistematika Penulisan...........................................................................2
BAB II KAJIAN TEORI.....................................................................................4
A. Pengertian Ideologi Pancasila..............................................................4
B. Sejarah Lahirnya Pancasila..................................................................5
C. Nilai-Nilai dalam Ideologi Pancasila...................................................9
D. Ciri-Ciri Ideologi Pancasila................................................................11
BAB III PEMBAHASAN..................................................................................15
A. Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia................15
B. Perjalanan Pancasila Sebagai Ideologi dari Masa ke Masa...............20
C. Upaya Penegakan dan Pengejawantahan Pancasila dalam
…..Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara......................25
BAB IV PENUTUP............................................................................................29
A. Simpulan............................................................................................29
B. Saran...................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................31

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap bangsa dan negara ingin berdiri dengan kokoh, tidak mudah
terombang-ambing oleh kerasnya persoalan hidup berbangsa dan bernegara.
Tidak terkecuali negara Indonesia. Negara yang ingin berdiri kokoh dan kuat,
perlu memiliki ideologi negara yang kokoh dan kuat pula. Tanpa itu, maka
bangsa dan negara akan rapuh. Ideologi negara Indonesia adalah Pancasila.
Ideologi Pancasila ini dijadikan sebagai pandangan hidup bagi bangsa Indonesia
dalam mengembangkan negara Indonesia dalam berbagai aspek. Dengan ideologi
inilah bangsa Indonesia bisa mencapai kemerdekaan dan bertambah maju baik
dari potensi sumber daya alam maupun sumber daya manusianya
Di era yang serba modern ini, makna Pancasila sebagai ideologi bangsa
dan negara Indonesia sedikit dilupakan oleh sebagian rakyat Indonesia dan
digantikan oleh perkembangan tekhnologi yang sangat canggih. Padahal sejarah
perumusan Pancasila melalui proses yang sangat panjang dan rumit. Pancasila
merupakan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, karena dalam masing-masing
sila tidak bisa di tukar tempat atau dipindah.
Bagi bangsa Indonesia, Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa dan
negara Indonesia. Mempelajari Pancasila lebih dalam menjadikan kita sadar
sebagai bangsa Indonesia yang memiliki jati diri dan harus diwijudkan dalam
pergaulan hidup sehari-hari untuk menunjukkan identitas bangsa yang lebih
bermatabat dan berbudaya tinggi. Berdasarkan pemaparan diatas, makalah ini
akan membahas mengenai Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara
Indonesia, menguraikan perjalanan Pancasila dari masa ke masa dan
implementasi ideologi Pancasila pada era saat ini.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa arti Pancasila sebagai ideologi bangasa dan negara Indonesia?
2. Bagaimana perjalanan Pancasila sebagai ideologi dari masa ke masa?
3. Bagaimana cara mengupayakan penegakan dan mengejawantahkan
Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara?

C. Tujuan Penulisan
1. Memahami arti Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia.
2. Mengetahui perjalanan Pancasila sebagai ideologi dari masa ke masa.
3. Mengetahui upaya penegakan dan pengejawantahan Pancasila kehidupan
bermasyarakat berbangsa dan bernegara.

D. Manfaat Penulisan
1. Membantu pembaca agar memahami arti Pancasila sebagai ideologi
bangsa dan negara Indonesia.
2. Membantu pembaca agar mengetahui perjalanan Pancasila sebagai
ideologi dari masa ke masa.
3. Membantu pembaca agar mengetahui upaya penegakan dan
pengejawantahan Pancasila kehidupan bermasyarakat berbangsa dan
bernegara.

E. Sistematika Penulisan
1. KATA PENGANTAR
2. DAFTAR ISI
3. BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
b. Rumusan Masalah
c. Tujuan Penulisan
d. Manfaat Penulisan
e. Sistematika Penulisan

4. BAB II KAJIAN TEORI


a. Pengertian Ideologi Pancasila
b. Sejarah Lahirnya Pancasila
c. Nilai-Nilai dalam Ideologi Pancasila
d. Ciri-Ciri Ideologi Pancasila
5. BAB III PEMBAHASAN
a. Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia
b. Perjalanan Pancasila Sebagai Ideologi dari Masa ke Masa
c. Upaya Penegakan dan Pengejawantahan Pancasila dalam Kehidupan
Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara
6. BAB IV PENUTUP
a. Simpulan
b. Saran

2
7. DAFTAR PUSTAKA

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pengertian Ideogi Pancasila


Menurut Syamsudin (2009: hlm. 98), mengartikan bahwa:
“Ideologi secara etimologis ideologi berasal dari kata idea dan logos.
Idea berarti gagasan, konsep, pengertian dasar, cita-cita. Kata idea
berasal dari bahasa Yunani “ideos” yang berarti bentuk atau idean
yang berarti melihat, sedangkan logos berarti ilmu. Dengan demikian
ideologi berarti ilmu pengertian-pengertian dasar ide-ide (the scince of
ideas) atau ajaran tentang pengertian-pengertian dasar. Ide dapat di
artikan cita-cita yang bersifat tetap dan yang harus dicapai”.
Berarti cita-cita ini pada hakikatnya merupakan dasar pandangan atau
faham yang diyakini kebenarannya. Ideologi diharapkan dapat memberikan
tuntunan atau pedoman perilaku bagi warga masyarakat dalam kehidupan

3
berbangsa danbernegara. Inilah arti pentingnya sebuah ideologi bagi bangsa dan
negara.
Menurut W.White (dalam Kansil, 2005: hlm. 27) menyatakan bahwa
“ideologi ialah soal cita-cita mengenai berbagai macam masalah politik dan
ekonomi filsafat sosial yang sering dilaksanakan bagi suatu rencana yang
sistematis tentang cita-cita yang dijalankan oleh kelompok atau lapisan
masyarakat”. “Ideologi adalah keseluruhan prinsip atau norma yang berlaku
dalam suatu masyarakat yang meliputi berbagai aspek, seperti sosial politik,
ekonomi, budaya, dan hankam” (Syamsudin, 2009: hlm. 98).
Negara Indonesia telah memiliki suatu ideologi negara yaitu Pancasila.
Pancasila menurut Darmodhiharjo (1991: hlm. 230), yaitu:
“Pancasila merupakan ‘lima dasar atau lima asas adalah nama dari
Dasar Negara Republik Indonesia’. Istilah Pancasila sudah dikenal
sejak jaman Majapahit pada abad XIV, yaitu terdapat dalam buku
Negarakertagama karangan Prapanca dan buku Sutasoma karangan
Tantular.”
Ditinjau dari sejarahnya istilah “Pancasila” pertama kali disampaikan oleh
Ir.Soekarno pada saat mengusulkan dasar Negara Indonesia. Selanjutnya,
Pancasila dikenal saat ini adalah ideologi Negara Indonesia yang tertuang di
dalam pembukaan UUD 1945 pada alinea keempat. Hakikat Pancasila adalah
pandangan hidup bangsa dan sebagai dasar negara Indonesia. Pancasila sebagai
dasar negara dan pandangan hidup memiliki status yang resmi yaitu tercantum
pada alinea IV dalam Undang-Undang 1945.
Ideologi Pancasila merupakan nilai-nilai luhur budaya dan religius bagi
bangsa Indonesia. Pancasila berkedudukan sebagai ideologi negara atau bangsa,
jadi pengertian ideologi Pancasila adalah kumpulan nilai/norma yang berdasarkan
sila-sila Pancasila. Pancasila sebagai ideologi negara dan bangsa Indonesia yang
merupakan pandangan hidup seluruh rakyat Indonesia.
Pancasila sebagai ideologi bangsa dalam berbagai bidang dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa maupun bernegara. Dengan kata lain, seluruh tatanan
kehidupan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia menggunakan Pancasila
sebagai dasar moral atau norma dan tolak ukur tentang baik buruk dan benar
salahnya sikap, perbuatan dan tingkah laku bangsa Indonesia. Pancasila

4
merupakan jiwa seluruh rakyat Indonesia, kepribadian bangsa Indonesia,
pandangan hidup bangsa Indonesia dan Pancasila menjadi tujuan hidup bangsa
Indonesia.

B. Sejarah Lahirnya Pancasila


Tiga setengah abad lebih, bangsa kita dijajah bangsa asing. Tahun 1511
Bangsa Portugis merebut Malaka dan masuk kepulauan Maluku, sebagai awal
sejarah buramnya bangsa ini, disusul Spanyol dan Inggris yang juga berdalih
mencari rempah - rempah di bumi Nusantara. Kemudian Tahun 1596 Bangsa
Belanda pertama kali datang ke Indonesia dibawah pimpinan Houtman dan de
Kyzer. Yang puncaknya bangsa Belanda mendirikan VOC dan J.P. Coen diangkat
sebagai Gubernur Jenderal Pertama VOC.
Penjajahan Belanda berakhir pada tahun 1942, tepatnya tanggal 9 Maret
1942 Pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Sejak
saat itu Indonesia diduduki oleh bala tentara Jepang. Namun Jepang tidak terlalu
lama menduduki Indonesia, sebab tahun 1944, tentara Jepang mulai kalah
melawan tentara Sekutu.

Untuk menarik simpati bangsa Indonesia agar bersedia membantu Jepang


dalam melawan tentara Sekutu, Jepang memberikan janji kemerdekaan di kelak
kemudian hari. Janji ini diucapkan oleh Perdana Menteri Kaiso pada tanggal 7
September 1944. Oleh karena terus menerus terdesak, maka pada tanggal 29
April 1945 Jepang memberikan janji kemerdekaan yang kedua kepada bangsa
Indonesia, yaitu janji kemerdekaan tanpa syarat yang dituangkan dalam
Maklumat Gunseikan (Pembesar Tertinggi Sipil dari Pemerintah Militer Jepang
di Jawa dan Madura) Dalam maklumat tersebut sekaligus dimuat dasar
pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI). Tugas badan ini adalah menyelidiki dan mengumpulkan usul-usul
untuk selanjutnya dikemukakan kepada pemerintah Jepang untuk dapat
dipertimbangkan bagi kemerdekaan Indonesia.
Keanggotaan badan ini dilantik pada tanggal 28 Mei 1945, dan
mengadakan sidang pertama pada tanggal 29 Mei s/d 1 Juni 1945. Dalam sidang
pertama tersebut yang dibicarakan khusus mengenai dasar negara untuk

5
Indonesia merdeka nanti. Pada sidang pertama tersebut 2 (dua) Tokoh membahas
dan mengusulkan dasar negara yaitu Muhammad Yamin dan Ir. Soekarno.
Tanggal 29 Mei 1945, Muhammad Yamin mengajukan usul mengenai
calon dasar negara secara lisan yang terdiri atas lima hal, yaitu:
1. Peri Kebangsaan.
2. Peri Kemanusiaan.
3. Peri Ketuhanan.
4. Peri Kerakyatan.
5. Kesejahteraan Rakyat.
Selain secara lisan M. Yamin juga mengajukan usul secara tertulis yaitu :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Persatuan Indonesia.
3. Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/ Perwakilan.
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Kemudian pada tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno (Bung Karno)
mengajukan usul mengenai calon dasar negara yaitu:
1. Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia).
2. Internasionalisme (Perikemanusiaan).
3. Mufakat atau Demokrasi.
4. Kesejahteraan Sosial.
5. Ketuhanan yang Berkebudayaan.
Kelima hal ini oleh Bung Karno diberi nama PANCASILA, lebih lanjut
Bung Karno mengemukakan bahwa kelima sila tersebut dapat diperas menjadi
Trisila, yaitu:
1. Sosio nasionalisme.
2. Sosio demokrasi.
3. Ketuhanan.
Selanjutnya oleh Bung Karno tiga hal tersebut masih bisa diperas lagi
menjadi Ekasila yaitu “Gotong Royong”. Selesai sidang pembahasan Dasar
Negara, maka selanjutnya pada hari yang sama (1 Juni 1945) para anggota
BPUPKI sepakat untuk membentuk sebuah panitia kecil yang tugasnya adalah
menampung usul-usul yang masuk dan memeriksanya serta melaporkan kepada
sidang pleno BPUPKI. Tiap-tiap anggota diberi kesempatan mengajukan usul
secara tertulis paling lambat sampai dengan tanggal 20 Juni 1945. Adapun
anggota panitia kecil ini terdiri atas 8 orang, yaitu:
1. Ir. Soekarno

6
2. Ki Bagus Hadikusumo
3. K.H. Wachid Hasjim
4. Mr. Muh. Yamin
5. M. Sutardjo Kartohadikusumo
6. Mr. A.A. Maramis
7. R. Otto Iskandar Dinata dan
8. Drs. Muh. Hatta

Sesuai fakta sejarah, Pancasila tidak terlahir dengan seketika pada tahun
1945, tetapi membutuhkan proses penemuan yang lama, dengan dilandasi oleh
perjuangan bangsa dan berasal dari gagasan dan kepribadian bangsa Indonesia
sendiri. Proses konseptualisasi yang panjang ini ditandai dengan berdirinya
organisasi pergerakan kebangkitan nasional, partai politik, dan sumpah pemuda.
Dalam usaha merumuskan dasar negara (Pancasila), muncul usulan-usulan pribadi
yang dikemukakan dalam sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia antara lain:
1. Muhammad Yamin, pada tanggal 29 Mei 1945 Berpidato mengemukakan
usulannya tentang lima dasar sebagai berikut: Peri Kebangsaan, Peri
Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan, dan Kesejahteraan
Rakyat. Dia berpendapat bahwa ke-5 sila yang diutarakan tersebut berasal
dari sejarah, agama, peradaban, dan hidup ketatanegaraan yang tumbuh
dan berkembang sejak lama di Indonesia. Mohammad Hatta dalam
memoarnya meragukan pidato Yamin tersebut.
2. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945 mengemukakan PancaSila sebagai
dasar negara dalam pidato spontannya yang selanjutnya dikenal dengan
judul "Lahirnya Pancasila". Ir. Sukarno merumuskan dasar
negara: Kebangsaan Indonesia, Internasionalisme,-atau peri-kemanusiaan,
Mufakat atau demokrasi, Kesejahteraan sosial, Ke-Tuhanan Yang Maha
Esa.
Dari banyak usulan-usulan yang mengemuka, Ir. Soekarno berhasil
mensintesiskan dasar falsafah dari banyak gagasan dan pendapat yang disebut
Pancasila pada 1 Juni 1945. Rumusan dasar Negara ini kemudian didadar kembali
oleh panitia yang dibentuk BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia) dan dimasukkan ke Piagam Jakarta. Selanjutnya pada

7
tanggal 18 Agustus 1945 Pancasila secara sah menjadi dasar Negara yang
mengikat. Sebelum disahkan, terdapat bagian yang di ubah” Ke-Tuhanan, dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya" diubah menjadi
Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Rumusan butir-butir Pancasila yang pernah digagas, baik yang
disampaikan dalam pidato Ir. Soekarno ataupun rumusan Panitia Sembilan yang
termuat dalam Piagam Jakarta adalah sejarah dalam proses penyusunan dasar
negara. Rumusan tersebut semuanya otentik sampai akhirnya disepakati rumusan
sebagaimana terdapat pada alinea keempat Pembukaan Undang- Undang Dasar
1945 yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945.
Berdasarkan sejarah, ada tiga rumusan dasar negara yang dinamakan
Pancasila, yaitu rumusan konsep Ir. Soekarno yang dibacakan pada pidato tanggal
1 Juni 1945 dalam sidang BPUPKI, rumusan oleh Panitia Sembilan dalam Piagam
Jakarta tanggal 22 Juni 1945, dan rumusan pada Pembukaan Undang- Undang
Dasar 1945 yang disahkan oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945.
Dengan demikian, rangkaian dokumen sejarah yang bermula dari 1 Juni
1945, 22 Juni 1945, hingga teks final 18 Agustus 1945 itu, dapat dimaknai sebagai
satu kesatuan dalam proses kelahiran falsafah negara Pancasila.

C. Nilai-Nilai dalam Ideologi Pancasila


Bagi bangsa Indonesia, yang dijadikan sebagai sumber nilai dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara adalah Pancasila. Ini berarti
bahwa seluruh tatanan kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara menggunakan
Pancasila sebagai dasar moral atau norma dan tolak ukur tentang buruk dan benar
salahnya sikap, perbuatan, dan tingkah laku bangsa Indonesia.
Nilai-nilai Pancasila ini merupakan nilai intrinsik yang kebenarannya
dapat dibuktikan secara objektif, serta mengandung kebenaran yang universal.
Dengan demikian, tinjauan Pancasila berlandaskan pada tuham, manusia, rakyat,
dan adil sehingga nila-nilai Pancasila memiliki sifat objektif.
“Pancasila dirumuskan oleh para pendiri Negara yang memuat nilai-nilai
luhur untuk menjadi dasar Negara. Sebagai gambaran di dalam tata nilai
kehidupan bernegara, ada yang disebut sebagai nilai dasar, nilai instrumental, dan
nilai praktis” (Marsudi, 2003: hlm. 53).
1. Nilai Dasar

8
Nilai dasar adalah nilai yang mempunyai sifat tetap (tidak berubah),
nilai-nilai ini terdapat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Nilai
dasar ini berasal dari nilai-nilai kultural atau budaya yang berasal daru bangsa
Indonesia itu sendiri, yaitu yang berakar dari kebudayaan, sesuai dengan
Undang-Undsng Dasar 1945 yang mencerminkan hakikat nilai kultural. Setiap
nilai memiliki nilai dasar yaitu berupa hakikat, esensi, intisari atau makna
yang dalam dari nilai-nilai tersebut. Nilai dasar itu bersifat universal karena
menyangkut kenyataan obyektif dari segala sesuatu. Contohnya : hakikat
Tuhan, manusia, atau mahluk lainnya.
2. Nilai Instrumental
Nilai instrumental ialah nila-nilai dari nilai dasar yang dijabarkan lebih
kreatif dan dinamis ke bentuk Undang-Undang Dasar 1945, ketetapan MPR,
dan peraturan perundang-undangan lainnya. Pelaksanaan umum nilai-nilai
instrumental ini biasanya dalam wujud nilai sosial atau norma hukum, yang
selanjutnya akan terkristalisasi dalam Lembaga-lembaga yang sesuai dengan
kebutuhan tempat dan waktu.
3. Nilai Praktis
Nilai praktis adalah nilai-nilai yang dilaksanakan di kehidupan sehari-
hari, baik di masyarakat, berbangsa dan bernegara. Nilai praktis bersifat
abstrak, seperti mengormati, kerja sama, dan kerukunan. Hal ini dapat
dioperasionalkan ke bentuk sikap, perbuatan, dan tingkah laku sehari-hari.
Nilai-nilai dasar Pancasila (Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan,
Kerakyatan dan Keadilan Sosial) kemudian dijabarkan menjadi nilai-nilai
instrumental dan nilai praktis yang lebih bersifat fleksibel dalam bentuk aturan
atau norma-norma yang berlaku dalam kehidupan bemasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Makna Nilai dalam Sila Pancasila (Budiyanto, dkk, 2007: hlm. 61) yaitu
sebagai berikut.
1. Nilai Ketuhanan
Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung arti adanya pengakuan
dan keyakinan bangsa terhadap adanya Tuhan sebagai pencipta alam semesta.
Nilai ini juga mengandung arti adanya pengakuan akan kebebasan untuk

9
memeluk agama, menghormati kemerdekaan beragama, tidak ada paksaan
serta tidak berlaku diskriminatif antar umat beragama.
2. Nilai Kemanusiaan
Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung arti kesadaran
sikap dan perilaku sesuai dengan nilai-nilai moral dalam hidup bersama atas
dasar tuntutan hati nurani dengan memperlakukan sesuatu hal sebagaimana
mestinya.
3. Nilai Persatuan
Nilai persatuan Indonesia mengandung makna usaha kearah bersatu
dalam kebulatan rakyat untuk membina rasa nasionalisme dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Persatuan Indonesia sekaligus mengikuti dan
menghargai sepenuhnya terhadap keanekaragaman yang dimiliki bangsa
Indonesia.
4. Nilai Kerakyatan
Nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan mengandung makna suatau pemerintahan dari
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat dengan cara musyawarah mufakat
melalui Lembaga-lembaga perwakilan.
5. Nilai Keadilan
Nilai keadian sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mengandung makna
sebagai dasar sekaligus tujuan yaitu tercapainya masyarakat Indonesia yang
adil dan makmur secara lahirrriyah ataupun batinniyah.

D. Ciri-Ciri Ideologi Pancasila


Adanya nilai dan dimensi Pancasila mengkerucutkan ciri-ciri ideologi
Pancasila sebagai ideologi terbuka. Oleh karena itu, kita bisa menyimpulkan
bahwa ciri dari ideologi Pancasila adalah antara lain sebagai berikut.
1. Berasal dari falsafah masyarakat
Pancasila adalah ideologi yang mempunyai pandangan hidup atau
idealisme, tujuan, dan cita-cita masyarakat Indonesia yang berasal dari
kekayaan rohani, moral, dan budaya masyarakat sendiri. Bukan konsep yang
dibuat buat untuk masyarakat.

10
2. Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
Meskipun mengakui beberapa agama, ideologi Pancasila percaya pada
konsep Tuhan Yang Maha Esa. Dengan mempercayai ketuhanan yang maha
esa, negara Indonesia yang berpegang pada ideologi Pancasila melarang
adanya paham atheis di Indonesia.
3. Demokratis
Pemerintahan yang berdasar ideologi Pancasila adalah pemerintahan
yang berdasar persetujuan rakyat. Demokratis sendiri berarti bahwa
pemerintahan Indonesia memiliki sifat demokrasi. Dilihat dari asal katanya,
demokrasi berasal dari bahasa Latin demo yang berarti rakyat dan kratos yang
berarti pemerintahan. Dengan begitu sudah jelas bahwa negara yang
demokratis harus tetap meletakkan kekuasaan tertinggi di tangan rakyat.
Pendapat rakyat sangat penting, dan pemimpin hanya memberikan keputusan.
4. Berdasar Hukum
Negara yang berdasar ideologi Pancasila adalah negara yang berdasar
hukum. Negara hukum bisa diartikan sebagai negara yang penyelenggaraan
kekuasaan pemerintahannya berdasar pada hukum. Kekuasaan pemerintahan
berdasar pada kedaulatan atau supremasi hukum dan bertujuan untuk
menjalankan ketertiban hukum. Negara hukum mempunyai konstitusi yang
jelas. Berbeda dengan ideologi komunis, mereka mempunyai konstitusi, tapi
kekuasaan tertinggi di tangan pemimpin otoriter. Negara dengan ideologi
komunis tidak bisa dikatakan negara hukum.
5. Kreatif dan Dinamis
Ideologi ini mempunyai tekad untuk secara kreatif dan dinamis
mencapai tujuan nasional. Oleh karena itu, bangsa Indonesia menggunakan
Pancasila sebagai pedoman untuk mencapai tujuan nasional. Dengan
mengamalkan nilai – nilai Pancasila dalam setiap aspek kehidupan,
masyarakat akan bisa ikut serta dalam usaha mencapai tujuan nasional. Salah
satu nilai dalam ideologi Pancasila yang harus dijunjung tinggi demi
tercapainya tujuan nasional adalah nilai persatuan dan kesatuan.
6. Berdasar Pengalaman Sejarah Bangsa

11
Bangsa Indonesia mempunyai sejarah yang panjang untuk menjadi
sebuah bangsa yang diakui dunia. Berdasarkan pengalaman sejarah itulah
Pancasila dijadikan ideologi yang akan mendasari berdirinya sebuah bangsa
yang kokoh. Dan terbukti, dengan menjunjung tinggi nilai persatuan dalam
ideologi Pancasila, Indonesia berhasil mengusir penjajah dan menyatukan
rakyat yang berbeda wilayah, suku, dan budaya menjadi Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Nilai – nilai tersebut juga berhasil membersihkan
Indonesia dari sistem politik komunis. Itulah mengapa ada hari yang
memperingati kesaktian Pancasila.
7. Terbentuk Berdasarkan pada Pikiran Raykat
Pancasila terbentuk atas dasar keinginan bangsa Indonesia, tanpa
campur tangan atau paksaan dari sekelompok orang atau pihak yang berkuasa.
Konsep Pancasila berasal dari hasil pemikiran rakyat. Kesamaan pemikiran
individu rakyat yang ingin hidup lebih baik lagi membentuk konsep cita-cita
hidup manusia, dan itulah yang menjadi hakikat ideologi. Sebelum menjadi
Pancasila, bangsa Indonesia telah menjunjung tinggi lima nilai dalam
kehidupan berbangsa negara. Kelima nilai tersebut adalah: kebangsaan,
kemanusiaan, ketuhanan, kerakyatan, dan kesejahteraan. Nilai – nilai itulah
yang kemudian disempurnakan dalam Pancasila dan dijadikan ideologi.
8. Menghargai Keberagaman
Dalam sila ketiga Pancasila, disebutkan dengan jelas bahwa
Indonesia menjunjung tinggi nilai persatuan. Hal ini membuat ideologi
Pancasila bisa diterima oleh semua kalangan. Seperti yang kita tahu, Indonesia
terdiri dari beberapa komponen yang berbeda – beda. Indonesia memiliki
suku, agama, dan budaya yang berbeda. Dari segi wilayah pun Indonesia
sebagai negara kepulauan terpisah oleh perairan antar pulau di Indonesia.
Tidak sedikit pula wilayah yang justru lebih dekat dengan negara tetangga
daripada dengan pusat pemerintahan Indonesia. Dengan begitu, nilai persatuan
dalam keberagaman ini harus terus ditekankan dalam tahap-tahap pembinaan
persatuan dan kesatuan untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
9. Menginspirasi Rakyat

12
Pancasila sebagai ideologi mempunyai ciri yang membuat Pancasila
dapat menginspirasi masyarakat untuk bertanggungjawab sesuai dengan nilai –
nilai yang terkandung dalam Pancasila. Rakyat akan terus terinspirasi dan
terdorong untuk mengamalkan nilai praktis Pancasila di semua aspek
kehidupan. Dengan begitu nilai Pancasila sebagai ideologi Indonesia akan
terjaga. Hal itu karena sekuat dan sesempurna apapun suatu ideologi, hanya
akan menjadi suatu semboyan apabila tidak diamalkan. selain itu, nilai
idealisme Pancasila yang tersebut diatas membuat Pancasila sangat
mengispirasi rakyat untuk mencapai tujuan – tujuan dalam hidup.
10. Isinya Tidak Operasional
Nilai Pancasila yang tidak operasional bukan berarti bahwa nilai –
nilai tersebut tidak bisa diterapkan. Sifatnya yang tidak operasional justru
memungkinkan Pancasila untuk bisa diuraikan secara lebih eksplisit sesuai
dengan kebutuhan. Sifat ideologi yang operasional memang mudah
diterapkan. Akan tetapi itu akan menjadikannya menjadi sangat terbatas dan
tidak memenuhi kebutuhan yang ada.

13
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia


Sebagai ideologi yaitu selain kedudukannya sebagai dasar Negara
kesatuan republik Indonesia, Pancasila berkedudukan juga sebagai ideologi
nasional Indonesia yang dilaksanakan seacra konsisten dalam kehidupan
bernegara. Sebagai ideologi bangsa Indonesia yaitu Pancasila sebagai ikatan
budaya (cultural bond) yang berkembang secara alami dalam kehidupan
masyarakat Indonesia bukan secara paksaan atau Pancasila adalah sesuatu yang
sudah mendarah daging di dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia. Sebuah
ideology dapat bertahan atau pudar dalam menghadapi perubahan masyarakat
tergantung daya tahan dari ideologi itu.
Menurut Alfian mengatakan bahwa kekuatan ideologi itu tergantung pada
kualitas tiga dimensi yang dimiliki oleh ideologi itu, yaitu dimensi realita,
idealime dan fleksibelisme. Pancasila sebagai sebuah ideologi memiliki tiga
dimensi yaitu sebagai berikut.
1. Dimensi realita, yaitu nilai-nilai dasar yang ada pada ideologi itu yang
mencerminkan realita atau kenyataan yang hidup dalam masyarakat dimana
ideologi itu sudah lahir atau muncul untuk pertama kalinya paling tidak nilai
dasar ideologi itu mencerminkan realita masyarakat pada awal kelahirannya.
2. Dimensi idealisme, adalah kadar atau kualitas ideologi yang terkandung
dalam nilai dasar itu mampu memberikan harapan kepada berbagai
kelompok atau golongan masyarakat tentang masa depan yang lebih baik
melalui pengamalan dalam praktik kehidpan bersama sehari-hari.
3. Dimensi flesibelitas, atau dimensi pengembangan yaitu kemampuan
ideologi dalam mempengaruhi dan sekaligus menyesuaikan diri dengan

14
perkembangan masyarakatnya. Mempengaruhi artinya ikut mewarnai proses
perkembangan zaman tanpa menghilangkan jati diri ideologi itu sendiir
yang tercermin dalam nilai dasarnya. Mempengaruhi berarti pendukung
ideologi itu berhasil menemukan tafsiran-tafsiran terhadap nilai dasar dari
ideologi itu yang sesuai dengan relita-realita baru yang muncul di hadapan
mereka sesuai perkembangan zaman.
Menurut Dr. Alfian Pancasila memenuhi ketiga dimensi ini sehingga
Pancasila dapat dikatakan sebagai ideologi terbuka. Fungsi Pancasila sebagai
ideologi Negara, yaitu:
1. Memperkokoh persatuan bangsa karena bangsa Indonesia adalah bangsa
yang majemuk.
2. Mengarahkan bangsa Indonesia menuju tujuannya dan menggerakkan
serta membimbing bangsa Indonesia dalam melaksanakan pembangunan.
3. Memelihara dan mengembangkan identitas bangsa sebagai dorongan
dalam pembentukan karakter bangsa berdasarkan Pancasila.
4. Menjadi standar nilai dalam melakukan kritik mengenai keadaan bangsa
dan Negara.
Pancasila jika akan dihidupkan secara serius, maka setidaknya dapat
menjadi etos yang mendorong dari belakang atau yang menarik dari depan akan
perlunya aktualisasi maksimal setiap elemen bangsa. Hal tersebut bisa saja
terwujud karena Pancasila itu sendiri memuat lima prinsip dasar di dalamnya,
yaitu: kesatuan, kebebasan, persamaan, kepribadian dan prestasi. Kelima prinsip
inilah yang merupakan dasar paling sesuai dengan pembangunan sebuah
masyarakat, bangsa dan personal-personal di dalamnya.
Pancasila sebagai ideologi negara memiliki berbagai fungsi turunan yang
membuat dirinya semakin berharga di mata bangsa Indonesia. Kita salah jika
memandang Pancasila hanya sebagai lima kalimat saja. Sejatinya, Pancasila
merupakan suatu pedoman bagi kita dalam melaksanakan tata prilaku yang sesuai
dengannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia ini. Pacasila
memiliki beberapa fungsi diantaranya:
1. Pancasila sebagai Ideologi Negara Indonesia : Pemersatu Bangsa
Pancasila bukan hanya sekedar lima kalimat yang tersusun bersama
dengan lambang garuda di atas kalimat tersebut. Lebih dari itu, Pancasila
merupakan sebuah filosofi mulia tentang bagaimana negara ini akan
dijalankan dan akan mengarah kemana. Fungsi Pancasila sebagai ideologi

15
negara Indonesia yang pertama ialah ia merupakan pemersatu bangsa.
Sebagai pemersatu bangsa, sebuah tugas berat bagi Pancasila.
Karena bangsa ini terdiri dari 241.6 juta jiwa penduduk. Yang artinya
ialah terdapat ratusan juta pola pikir yang berbeda di Indonesia. Jika
semua pola pikir tersebut tidak disatukan, bukan tidak mungkin jika hal
tersebut dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya disintegrasi
nasional. Maka dari itu, setiap sila yang terdapat di dalam Pancasila
sejatinya menunjukkan keberadaan semangat persatuan.
Namun, ada satu sila yang secara khusus membahas tentang perihal
persatuan ini, yakni sila ketiga yang berbunyi ‘persatuan Indonesia’. Butir-
butir pengamalan Pancasila di dalam sila ini juga mengarahkan kita untuk
senantiasa mengutamakan persatuan dan kesatuan di antara seluruh rakyat.
Dengan adanya persatuan dan kesatuan ini, maka segala cita-cita yang
dimiliki bangsa ini akan dapat tercapai dengan mudah.
2. Pancasila sebagai Ideologi Negara Indonesia : Pembimbing Bangsa
Fungsi Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia membuat ia
memiliki beberapa fungsi turunan. Fungsi pertama yaitu sebagai pemersatu
bangsa, sedangkan fungsi keduanya ialah sebagai pembimbing bangsa.
Seorang ilmuwan politik Indonesia, Soerjanto Poespowardojo menyatakan
bahwa salah satu fungsi ideologi ialah sebagai norma yang menjadi
pedoman seseorang (dalam hal ini negara) untuk bekal dan jalan bagi
negara untuk menentukan identitasnya.
Berdasarkan penjelasan tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa
sejatinya Pancasila merupakan pembimbing bangsa ini. Setiap kebijakan
publik yang hendak dikeluarkan oleh pemerintah harus senantiasa
berpedoman pada Pancasila, karena ia merupakan pembimbing bangsa
Indonesia ini.
3. Pancasila sebagai Ideologi Negara Indonesia : Pemberi Tekad
Ketika suatu bangsa telah menentukan ideologinya, maka ideologi
tersebut haruslah dapat menjadi pemberi tekad atau semangat bagi bangsa
untuk bergerak ke arah yang lebih baik. Soerjanto P. menyatakan bahwa
salah satu fungsi dari sebuah ideologi ialah ia mampu untuk memberikan
sebuah semangat serta dorongan kepada seseorang (dalam hal ini negara)
untuk dapat mencapai tujuan yang dicita-citakan.

16
Cita-cita bangsa biasanya akan terwujud apabila tujuan
pembangunan nasional dapat tercapai. Sama halnya dengan bangsa
Indonesia, fungsi Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia ialah
sebagai pemberi tekad. Dengan adanya tekad dari Pancasila ini, maka
bangsa Indonesia dapat lebih bersemangat dan lebih rapi dalam hal strategi
agar cita-cita bangsa yang mulia dapat terwujud.
Selain itu, Pancasila juga dapat memberikan tekad kepada bangsa ini
untuk senantiasa menjaga dan mengembangkan identitas bangsa. Yang
dimaksud dengan mengembangkan identitas bangsa ialah Pancasila
menjadi dasar bagi pengembangan karakter bangsa ini agar setiap rakyat
Indonesia dapat memiliki karakter Pancasila yang mulia. Ketika hal ini
tercapai, maka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia dapat
meningkat tajam dan sekaligus menunjukkan majunya pembangunan di
negarai ini.
4. Pancasila sebagai Ideologi Negara Indonesia : Kontrol Sosial
Dalam menyelenggarakan kedaulatan rakyat, tentu pemerintah tidak
dapat berbuat sewenang-wenang dan harus memperhatikan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Setiap bangsa di dunia ini tentunya
pernah merasakan kepahitan dari pemerintah yang berbuat kesewenangan.
Indonesia pun pernah merasakan hal yang sama, mulai dari pemerintah
yang otoriter, hingga pemerintah yang berbuat Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme (KKN).
Maka dari itu, dibutuhkan sebuah instrumen yang dapat mengawasi
jalannya pemerintahan agar senantiasa bersesuaian dengan jati diri bangsa.
Fungsi Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia yang selanjutnya ialah
sebagai kontrol sosial. Maksud dari hal ini yaitu Pancasila berperan dalam
menyoroti kenyataan pelaksanaan Pancasila yang terjadi di masyarakat
(termasuk pemerintahan), sekaligus mengkritisi setiap upaya perwujudan
cita-cita yang terdapat di dalam Pancasila.
Pancasila sebagai kontrol sosial juga dapat menjadi ukuran untuk
menyampaikan kritik mengenai kondisi bangsa dan negara ini. Apabila
terdapat upaya-upaya yang bertentangan dengan Pancasila, maka setiap
upaya tersebut harus dikembalikan agar sesuai dengan nilai-nilai yang
terdapat dalam Pancasila. Di sisi lain, apabila segala hal tersebut tidak

17
dapat dikembalikan kepada Pancasila, maka ia harus dimusnahkan agar
tidak membahayakan pelaksanaan fungsi Pancasila sebagai ideologi
negara ini.
5. Pancasila sebagai Ideologi Negara Indonesia : Dasar Pengetahuan
Di dunia ini terdapat banyak sekali pengetahuan yang berseliweran
dan dapat membantu kita agar dapat menjalani kehidupan dengan lebih
baik. Di sisi lain, terdapat pula banyak pengetahuan yang dapat berakibat
buruk jika diketahui oleh khalayak ramai, atau dapat kita katakan
pengetahuan tersebut sebaiknya tidak diketahui. Maka dari itu, sebagai
manusia kita membutuhkan suatu dasar pengetahuan.
Dasar pengetahuan ini bermanfaat agar kita dapat membedakan yang
mana pengetahuan yang baik bagi kita dan yang mana pengetahuan yang
buruk bagi kita. Fungsi Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia yang
selanjutnya ialah sebagai dasar pengetahuan bagi segenap rakyat
Indonesia. Hal ini mencakup salah satu fungsi ideologi menurut Soerjanto
P, yaitu suatu ideologi merupakan seluruh pengetahuan yang menjadi dasar
untuk dapat memahami setiap kejadian atau pun kondisi yang ada di
sekitar kita.
Dengan adanya dasar pengetahuan ini, maka setiap kali rakyat
Indonesia hendak bersikap, maka ia akan memperhatikan apakah sikapnya
telah bersesuaian dengan pengetahuan yang terdapat di dalam Pancasila.
Apabila ternyata kurang sesuai, maka orang lain dapat mengingatkannya
agar senantiasa bersikap seperti yang seharusnya.
6. Pancasila sebagai Ideologi Negara Indonesia : Pengarah Bangsa
Fungsi Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia yang terakhir
kita bahas dalam kesempata ini ialah Pancasila sebagai pengarah bangsa.
Maksud dari hal ini ialah Pancasila dapat memberikan gambaran mengenai
cita-cita yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sekaligus dapat
menggerakkan setiap komponen bangsa untuk dapat melaksanakan
pembangunan nasional sebagai suatu bentuk dari pengamalan Pancasila.
Pengamalan Pancasila sendiri harus diuraikan dengan jelas agar
setiap rakyat Indonesia dapat memahaminya dengan baik dan dapat
melaksanakannya dengan baik dan benar. Tanpa adanya suatu pengarah,
maka suatu bangsa akan linglung dalam menentukan tujuannya, tentang
akan seperti apa roda kehidupan dari bangsa tersebut dijalankan, dan

18
bahkan bangsa tersebut dapat kehilangan identitasnya hingga dapat tergilas
oleh roda globalisasi.
Maka dari itu, penting bagi setiap orang untuk dapat memahami
Pancasila dan meyakini bahwa Pancasila merupakan satu-satunya
pengarah bangsa yang tepat. Untuk mewujudkan hal ini, maka setiap
kebijakan publik yang dikeluarkan oleh pemerintah haruslah
memperhatikan Pancasila. Ini merupakan suatu bukti bahwa perjalanan
bangsa ini telah diarahkan oleh Pancasila

B. Perjalanan Pancasila Sebagai Ideologi dari Masa ke Masa


Pancasila dilahirkkan pada tanggal 1 juni 1945 dan ditetapkan secara resmi
menjadi dasar negara pada tanggal 18 agustus 1945. Begitu Pancasila ditetapkan
sebagaib dasar negara begitu banyak cobaan yang dihadapi oleh bangsa
Indonesia. Namun bangsa Indonesia dan para founding father terus berusaha
mempertahankan Ideologi Pancasila yang sampai hari ini tetap menjadi dasar
negara bangsa Indonesia. Adapun dinamika implementasi bangsa Indonesia
adalah sebagai berikut.
1. Masa Orde Lama
Pada masa orde lama, Pancasila berkembang berdasarkan paradigm
yang berkembang pada situasi dunia dimana konflik ideologi sangat tajam
menerpa keutuhan bangsa. Masa Orde Lama terbagi atas tiga periode yang
mengalami konflik dan masalah yang berbeda yang dapat dijabarkan
sebagai berikut :

a. Periode 1945-1950
Pada masa ini nilai persatuan dan kesatuan masih sangat tinggi
karena bangsa Indonesia memiliki tekad untuk mengusir penjajah
Belanda. Setelah Indonesia berhasil mengusir penjajah dan berhasil
mencapai kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 tantangan
lainnya terus bermunculan.
Nilai yang terkandung dalam Sila ke-4 tidak dapat
dilaksanakan dalam kehidupan politik bangsa Indonesia. Hal ini
disebabkan Demokrasi yang diterapkan adalah demokrasi
Parlementer. Presiden berfungsi sebagai kepala negara saja sedangkan
kepaka pemerintahan dipimpin oleh Perdana Menteri. Sistem ini
menyebabkan tidak adanya stabilitas pemerintahan. Walaupun

19
konstitusi yang digunakan adalah Pancasila dan Undang-Undang asar
1945 yang Presidensil namun dalam praktek kenegaraan sistem
presidensil tidak dapat diwujudkan.
b. Periode 1950-1959
Periode ini dapat dikatakan sebagai masa paling sulit karena
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia mendapat ancaman
dari dalam negeri. Dimana banyak terjadi pemberontakan separatis
yang dilakukan oleh gerakan Republik Maluku Selatan, PRRi, dan
Permesta.
Walaupun dasar negara tetap Pancasila, tetapi pelaksanaan sila
ke-4 bukan berjiwa musyawarah melainkan suara terbanyak atau
voting. Selain itu sistem pemerintahan yang Liberal yang menekankan
hak-hak individual semakin mengikis semangat gotong-royong dan
persatuan bangsa. Pada masa ini Pancasila diarahkan pada ideology
Liberal yang ternyata tidak mampu menjamin stabilitas pemerintahan.
c. Periode 1950 -1965
Pada masa ini terjadi penyimpangan pada Pancasila sila ke-4
dimana demokrasi bukan pada kekuasaan rakyat. Demokrasi dipimpin
oleh nilai-nilai Pancasila tetapi berada pada pribadi presiden
Soekarno. Akibatnya, terjadilah berbagai penyimpangan penafsiran
terhadap Pancasila dalam konstitusi. Terbukti adanya kemerosotan
moral di sebagian masyarakat yang tidak lagi hidup bersendikan nilai-
nilai Pancasila dan berusaha menggantikan Pancasila dengan ideology
lain. Pada akhirnya terjadi kudeta PKI dan situasi ekonomi yang
memprihatinkan. Pada masa ini Pancasila telah diarahkan menjadi
ideologi otoriter, konfrontatif dan tidak memberi ruang demokrasi
bagi rakyat.
2. Masa Orde Baru
Kekuasaan Orde Baru dimulai setelah Jendral Soeharto dikukuhkan
menjadi Presiden oleh MPRS pada 27 Maret 1968. Pemerintah Orde Baru
menganggap Pemerintahan sebelumnya telah menyimpang dari Pancasila
dan Undang-Undang dasar 1945. Diantara penyimpangan tersebut adalah
Demokrasi Terpimpin dan Pelaksanaan politik Luar Negeri yang
cenderung memihak Blok Timur.

20
Pemerintah Orde Baru berupaya menjalankan UUD 1945 dan
Pancasila secara konsekuen dengan melakukan stabilisasi politik dan
keamanan. Cara yang ditempuh oleh Pemerintah Orde Baru ialah melalui
pendekatan keamanan (security approach) termasuk didalamnya melarang
desoekarnoisasi dan depolitisasi kekuatan-kekuatan organisasi sosial
politik yang dinilai mampu menurunkan kewibawaan pemerintah.
Dibentuklah lembaga- lembaga seperti Dewan Pertahanan dan Keamanan.
Nasional,Kopkamtib, Dewan Stabilisasi Ekonomi Nasional.
Pemerintah berupaya mengebalikan Indonesia dari politik Nefos-
Olderos dan “Poros Jakarta-Pnom Penh Hanoi Peking-Pyongyang”
menjadi Politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif. Politik bebas aktif
ini ialah demi mengabdi kepada kepentingan rakyat dan untuk mencapai
kesejahteraan rakyat. Politik Bebas Aktif ini dilakukan dengan langkah
sebagai berikut:
a. Mengakhiri konfrontasi dengan Malaysia;
b. Bergabung kembali dengan menjadi anggota PBB; dan
c. Mendirikan ASEAN.
Pemerintah Orde Baru dalam rangka melaksanakan Pancasila dan
Undang-Undang dasar 1945 secara murni dan konsekuen melakukan
penyeragaman ideologi melalui gagasan P4 (Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila). Setelah P4 disahkan oleh MPR, dibentuklah BP7
untuk mengkoordinasikan penataran P4. Penataran P4 ini bertujuan untuk
membentuk pemahaman yang sama tentang demokrasi Pancasila.
Implementasi Sila Ke-5 pada masa Orde baru yaitu dengan
mengadakan program Pembangunan untuk menciptakan masyarakat adil
dan makmur. Pelaksanaan pembangunan nasional melalui Trilogi
Pembanguna yang mencakup:
a. Pemerataan Pembangunan dan hasil-hasilnya menuju terciptanya
keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia;
b. Pertumbuhan Ekonomi yang cukup tinggi; dan
c. Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.
Akan tetapi meskipun Pemerintah Orde baru dapat mengatasi
paham komunis dan membawa bangkit Indonesia dari krisis ekonomi,
pemerintah Soeharto ini menggunakan Pancasila untuk melanggengkan
kekuasaan. Pancasila ditafsirkan sesuai kepentingan kekuasaan dan

21
tertutup bagi tafsiran yang lain. Pemerintah Soeharto melarang adanya
kritikan-kritikan yang dapat menjatuhkan pemerintah.
Pemerintahan Orde Baru menerapkan demokrasi sentralistik.
Presiden memegang kendali lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif,
sehingga peraturan yang dibuat harus sesuai persetujuannya. Hal ini
tentunya menyeleweng dari Pancasila Sila ke-4. Maraknya Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme dan terjadinya krisis moneter akibat menumpuknya
hutang negara pada pihak asing.
Pelanggaran Sila ke-2 yang dilakukan apparat negara banyak
terjadi di masa Orde Baru ini. Yaitu berupa pelanggaran Hak Asasi
Manusia. Selaim itu juga terjadi pembatasan hak-hak warga negara untuk
berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat.

3. Masa Reformasi
Secara harfiah Reformasi memiliki makna suatu pergerakan untuk
memformat ulamg,menata kembali hal-hal yang menyimpang untuk
dikembalikan pada format atau bentuk semula sesuai nilai-nilai ideal yang
dicita-citakan rakyat.
Pelaksanaan demokrasi Pancasila pada masa Reformasi telah
banyak memberi ruang gerak kepada partai politik dan komponen bangsa
lainnya termasuk lembaga permusyawaratan rakyat dan perwakilan rakyat
mengawasi dan mengontrol pemerintahan secara kritis.
Implementasi Pancasila pada masa reformasi:
a. Kebijakan pemerintah yang memberi ruang gerak yang lebih luas
terhadap hak-hak untuk mengeluarkan pendapat dan pikiran baik
lisan maupun tulisan Sesuai pasal 28 UUD 1945;
b. Dibentuknya Komisi Pemberantasan Korupsi sesuai ketetapan
MPR No.IX/MPR/1998 yang ditindak lanjuti dengan Undang-
Undang No 30 Tahun 2002;
c. Lembaga MPR sudah berani mengambil langkah politis dengan
melakukan sidang tahunan menuntut laporan pertanggung jawaban
tugas lembaga negara, melakukan amandemen Undang-Undang
Dasar 1945 pimpinan MPR dan DPR dipisahkan jabatannya.
Namun dalam mengimplementasikan Pancasila di era reformasi
juga tidak selalu mulus banyak kendala yang dihadapi seperti

22
Bermunculan konflik antar etnik yang dilator belakangi masalah sosial,
agama dan ekonomi. Terdapat Rangkap jabatan pada penguasa sehingga
menimbulkan prasangka dan multi tafsir rakyat. Terdapat masalah batas-
batas wilayah territorial.
4. Masa Kini
Pada masa kini eksistensi Pancasila semakin buruk. Pancasila
hanya terlihat sebagai simbol negara semata. Masyarakat dan Pemerintah
hanya melaksanakan funsi Pancasila sebagai dasar negara saja tidak diikuti
fungsi sungsi lainnya seperti menjadikan Pancasila sebagai ideologi
bangsa, Pandangan hidup dan identitas bangsa. Hal ini tentunya tidak lepas
dari peran Pendidikan dalam mengindoktrinasi Pancasila kepada
masyarakat.
Seiring dengan kemajuan zaman,IPTEKS dan pengaruh globalisasi
masyarakat semakin tidak menghargai Pancasila. Nilai-nilai Pancasila
semakin luntur dan terlupakan dalam kehidupan sehari-hari. Generasi
muda penerus bangsa yang seperti ini menjadikan masyarakat Indonesia
kehilangan roh kebangsaannya. Akibatnya merosotlah moral bangsa dan
lunturnya kebersamaan dan persatuan yang tertera pada sila ke-5
Pancasila.
Penegakkan hukum pada masa kini sangat memprihatinkan.
Ketidaktegasan hukum yang diakibatkan oleh aturan Undang-Undang
yang menguntungkan segelintir orang tanpa mengutamakan semua warga
negara. Mengakibatkan aturan mengambang dan penindakan yang ragu-
ragu.

C. Upaya Penegakan dan Pengejawantahan Pancasila dalam Kehidupan


Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara
Setelah mengetahui dan menganalisis nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila, upaya pengejawantahan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari dapat
diamalkan sebagai berikut.
1. Sila Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa
a. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

23
b. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

c. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama


antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang
berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

d. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan


kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

e. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah


masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan
Tuhan Yang Maha Esa.

f. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan


menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya
masing-masing.

g. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan


Yang Maha Esa kepada orang lain.
2. Sila Kedua : Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
a. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

b. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi


setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama,
kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan
sebagainya.

c. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.

d. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.

e. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.

f. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

g. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.

h. Berani membela kebenaran dan keadilan.

24
i. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat
manusia.

j. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama


dengan bangsa lain.
3. Sila Ketiga : Persatuan Indonesia
a. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan
keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di
atas kepentingan pribadi dan golongan.
b. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa
apabila diperlukan.
c. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
d. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air
Indonesia.
e. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
f. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal
Ika.
g. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
4. Sila Keempat : Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan
Dalam Permusyawaran / Perwakilan
a. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia
Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.
b. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
c. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
d. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat
kekeluargaan.
e. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai
sebagai hasil musyawarah.
f. Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan
melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
g. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
h. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati
nurani yang luhur.
i. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan
secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi

25
harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan
mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
j. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai
untuk melaksanakan pemusyawaratan.
5. Sila Kelima : Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
a. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap
dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
b. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
c. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
d. Menghormati hak orang lain.
e. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri
sendiri.
f. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat
pemerasan terhadap orang lain.
g. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat
pemborosan dan gaya hidup mewah.
h. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau
merugikan kepentingan umum.
i. Suka bekerja keras.
j. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi
kemajuan dan kesejahteraan bersama.
k. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan
yang merata dan berkeadilan sosial.

BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Pancasila sebagai sebuah Ideologi harus memiliki dimensi realitas,
idealisme dan fleksibelitas. Sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia,
Pancasila berkedudukan sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia.

26
Maka dari itu segala kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di
Indonesia harus mencerminkan ideologinya yaitu Pancasila. Pacasila memiliki
beberapa fungsi diantaranya: (1) Ideologi Pancasila sebagai Alat Pemersatu
Bangsa Indonesia; (2) Ideologi Pancasila sebagai Pembimbing Bangsa Indonesia;
(3) Ideologi Pancasila sebagai Pemberi Tekad Bangsa Indonesia; (4) Ideologi
Pancasila sebagai Kontrol Sosial Bangsa Indonesia; (5) Ideologi Pancasila
sebagai Dasar Pengetahuan Bangsa Indonesia; dan (6) Ideologi Pancasila sebagai
Pengarah Bangsa Indonesia.
Pancasila dilahirkan pada tanggal 1 Juni 1945 dan ditetapkan secara resmi
menjadi dasar negara pada tanggal 18 Agustus 1945. Begitu Pancasila ditetapkan
sebagai dasar negara begitu banyak cobaan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia.
Namun bangsa Indonesia dan para founding father terus berusaha
mempertahankan Ideologi Pancasila yang sampai hari ini tetap menjadi dasar
negara bangsa Indonesia. Dinamika implementasi Pancasila di Indonesia terjadi
pada : (1) Masa Orde Lama; (2) Masa Orde Baru; (3) Masa Reformasi; dan (4)
Masa Kini.
Pancasila harus di implementasikan ke dalam norma dan praktik
kehidupan berbangsa dan bernegara dengan menjga konsistensi, relevansi, dan
kontekstualisasinya. Sedangkan perubahan dan pembaharuan yang
berkesinambungan terjadi apabila ada dinamika internal dan penyerapan terhadap
nilai-nilai asing yang relevan untuk pengembangan dan penggayaan ideologi
pancasila. Muara dari semua perubahan dan pembaharuan dalam mengaktualisasi
nilai-nilai pancasila adalah terjaganya akseptabilitas dan kredibilitas Pancasila
oleh warga negara dan warga masyarakat Indonesia.

B. Saran
Penulis dapat menyarankan hal-hal yang berkaitan dengan Pancasila
sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia, diantaranya:
1. Masyarakat diharapkan dapat membantu dalam menjalankan Pancasila
secara murni dan konsekuen. Dengan cara menaati semua nilai-nilai yang
terkandung di dalam sila-sila Pancasila. Maka kesadaran dari pemerintah
dan rakyat secara bersama-sama ini nantinya akan mampu memperbaiki
ketimpangan-ketimpangan di dalam berbagai bidang kehidupan. Serta
masyarakat harus memiliki kesadaran yang tinggi terhadap Pancasila

27
sebagai ideologi Bangsa Indonesia. Karena dengan kesadaran akan
pentingnya menjunjung tinggi pancasila maka persatuan, kesatuan dan
kesejahteraan akan tercipta.
2. Pemerintah diharapkan dapat memberikan perhatian lebih kepada
masyarakat akan keberadaan Pancasila. Melalui pendidikan misalnya
Pemerintah memberikan porsi yang lebih di dalam kurikulum berkaitan
dengan keberadaan Pancasila sebagai ideologi Bangsa Indonesia.
3. Para pendidik diharapkan mampu lebih memperhatikan pengetahuan para
siswanya akan Pancasila sebagai ideologi Bangsa Indonesia. Dengan cara
memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas dengan menggunakan media-
media yang menarik sehingga peserta didik tidak bosan dalam proses
pembelajaran yang diberikan oleh Guru PKn dan memperbanyak jam
pelajaran PKn serta mengintensifkan pelajaran PKn yang notabene
merupakan sumber untuk mengetahui pentingnya Pancasila bagi Bangsa
Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Alfiyah, N. (2018). Ideologi Pancasila. [Online]. Tersedia:


https://www.academia.edu/36228410/NURUL_ALFIYAH_MAKALAH_I
DEOLOGI_PANCASILA. Diakses (25 November 2018).
Anonymous. (2017). 10 Ciri Ideologi Pancasila di Indonesia Secara Lengkap .
[Online]. Tersedia: https://guruppkn.com/ciri-ideologi-Pancasila. Diakses
(25 November 2018).
Budiyanto, dkk. (2007). Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Grafindo.
Darmodiharjo, D, dkk. (1991). Santiaji Pancasila. Surabaya: Usana Offset
Printing.
Kaelan. (2001). Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.

28
Kansil, dkk. (2005). Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (Pendidikan
Pancasila di Perguruan Tinggi). Jakarta: Pradnya Paramita.
Marsudi, S. (2003). Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam
Paradigma Reformasi. Jakarta: Rajawali Pers.
Rukiyanti, dkk. (2008). Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: UNY Press.
Syamsuddin, A R. (2009). Wacana Bahasa Mengukuhkan Identitas Bangsa.
Bandung: Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

29

Anda mungkin juga menyukai