Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PANCASILA

IDEOLOGI PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Pancasila

Dosen Pembimbing: Teguh Setiabudi,M.H

Disusun oleh:

KELOMPOK 6

1. Miftakul Janah ( 17610009 )


2. Rizaldi Afkahul Rachman ( 17610012 )
3. Alfi Husniaturrosidah ( 17610027 )
4. Nailatun Najihah ( 17610040 )

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI JURUSAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM


MALANG

2017
DAFTAR ISI

1. DAFTAR ISI......................................................................................1
2. KATA PENGANTAR.......................................................................2
3. BAB I PENDAHULUAN :...............................................................3
LATAR BELAKANG.......................................................................4
RUMUSAN MASALAH..................................................................4
TUJUAN............................................................................................5
MANFAAT.......................................................................................5
4. BAB II PEMBAHASAN..................................................................6
5. BAB III PENUTUP.........................................................................11
KESIMPULAN................................................................................11
SARAN............................................................................................11
DAFTAR PUSAKA.........................................................................13

[1]
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala karunia yang tercurah berupa kesempatan dan
kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Serta shalawat dan salam kami
persembahkan kepada Rasulullah SAW.
Memposisikan Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara maka haruslah dasar itu
menyimpulkan kehidupan dan cita-cita Bangsa Indonesia yang merdeka, dan landasan itu harus
pula tahan uji pada serangan yang datang dari dalam maupun luar.
Pancasila sebagai ideologi juga menjadi pandangan hidup yang dikukuhkan dalam
kehidupan konstitusional yang menjadi pegangan bersama untuk mempersatukan seluruh rakyat
Indonesia.
Akan tetapi nilai Pancasila dalam peradaban rakyat Indonesia mulai luntur dan perlahan
hilang. Justru banyak daerah di Indonesia ini yang memposisikan Pancasila jauh dari
ideologinya, ditambah lagi budaya meniru model dari luar negri.
Maka itu tema yang kami angkat dalam penyusunan makalah ini adalah PANCASILA
SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA untuk mengingatkan bahwa negara kita punya tujuan hidup
bangsa dan cita-cita tinggi yang harus kita kibarkan kembali sebagai jati diri bangsa yang daulat
dan bersatu.
Penulisan makalah ini kami susun berdasarkan buku panduan tentang Pancasila serta
kesimpulan berdasarkan diskusi bersama. Semoga penulisan ini bermanfaat dan akhirnya kepada
Allah kami memohon taufik dan hidayah-Nya.

Malang,

Kelompok 6

[2]
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penetapan Pancasila sebagai dasar negara itu memberikan pengertian bahwa negara
Indonesia adalah Negara Pancasila. Hal itu mengandung arti bahwa negara harus tunduk
kepadanya, membela dan melaksanakannya dalam seluruh perundang-undangan. Selain itu,
pancasila sebagai dasar negara telah berkembang melalui suatu proses yang cukup panjang.
Pada awalnya, bersumber dari nilai-nilai yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia, yaitu: dalam adat-
istiadat, serta dalam agama-agama sebagai pandangan hidup bangsa. Yang mana untuk
mendapatkan posisi pancasila sebagai ideologi negara, membutuhkan perjuangan yang luar
biasa. Dan disamping itu ada yang lebih berat lagi dalam hal ini, yaitu menjaga agar nilai-nilai
pancasila sebagai ideologi negara itu tetap tertanam dalam setiap jiwa manusia. Karena semakin
kedepan akan banyak halangan dan rintangan yang datang.
Di era yang serba modern ini, makna pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia
sedikit dilupakan oleh sebagian rakyat Indonesia dan digantikan oleh perkembangan tekhnologi
yang sangat canggih. Padahal sejarah perumusan Pancasila melalui proses yang sangat panjang
dan rumit. Pancasila merupakan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, karena dalam masing-
masing sila tidak bisa di tukar tempat atau dipindah. Bagi bangsa Indonesia, pancasila
merupakan pandangan hidup bangsa dan negara Indonesia. Mempelajari Pancasila lebih dalam
menjadikan kita sadar sebagai bangsa Indonesia yang memiliki jati diri dan harus diwujudkan
dalam pergaulan hidup sehari-hari untuk menunjukkan identitas bangsa yang lebih bermatabat
dan berbudaya tinggi. Untuk itulah diharapkan dapat menjelaskan Pancasila sebagai ideologi
negara, menguraikan nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi negara dan karakteristik Pancasila
sebagai ideologi negara
Sehingga Pancasila yang telah disusun oleh para pendahulu kita hendaknya tidak kita
tinggalkan karena itu juga merupakan aset berharga bagi bangsa kita. Terutama dalam menjaga
kesatuan dan persatuan negara.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Mengapa dinamika pancasila sebagai ideologi negara ?
2. Apa tantangan terhadap Pancasila sebagai ideologi negara ?
3. Bagaimana hakikat pancasila sebagai ideologi negara ?
4. Apa urgensi pancasila sebagai ideologi negara?

[3]
C. TUJUAN

Di dalam penyusunan makalah ini ada bebrapa tujuan yang ingin kami paparkan antara lain
sebagai berikut:

1. Mengetahui argumen tentang dinamika pancasila sebagai ideologi negara


2. Mengetahui argumen tentang tantangan terhadap pancasila sebagai ideologi negara
3. Memahami hakikat pancasila sebagai ideologi negara
4. Memahami Urgensi pancasila sebagai ideologi negara

D. MANFAAT

Manfaat dari makalah akhir ini adalah:


1. Untuk memberikan kemudahan dalam memahami ideologi Pancasila sebagai dasar negara
kepada para pembaca atau orang awam
2. Bagi masyarakat umum dapat memahami dan menerapkan ideologi Pancasila sebagai
dasar Negara dalam kehidupan sehari-hari.

[4]
BAB II
PEMBAHASAN
A. DINAMIKA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA
Ideologi adalah gabungan dari dua kata majemuk idea dan logos, yang berasal dari
bahasa yunani eidos dan logos. Secara sederhana ideologi berarti suatu gagasan yang
berdasarkan pemikiran yang sedalam-dalamya dan merupakan pemikiran filsafat. Dalam arti kata
luas istilah ideologi dipergunakan untuk segala kelompok cita-cita, nilai-nilai dasar, dan
keyakinan-keyakinan yang mau dijunjung tinggi sebagai pedoman normatif. Dalam artian ini
ideologi disebut terbuka. Dalam arti sempit ideologi adalah gagasan atau teori yang menyeluruh
tentang makna hidup dan nilai-nilai yang mau menentukan dengan mutlak bagaimana manusia
harus hidup dan bertindak. Dalam artian ini disebut juga ideologi tertutup. Kata ideologi sering
juga dijumpai untuk pengertian memutlakkan gagasan tertentu, sifatnya tertutup dimana teori-
teori bersifat pura-pura dengan kebenaran tertentu, tetapi menyembunyikan kepentingan
kekuasaan tertentu yang bertentangan dengan teorinya. Dalam hal ini idiologi diasosiasikan
kepada hal yang bersifat negatif.

Ideologi sebagai suatu sistem pemikiran (system of thought), maka ideologi terbuka
merupakan suatu pemikiran terbuka. Sedangkan ideologi tertutup merupakan suatu sistem
pemikiran tertutup. Suatu ideologi tertutup dapat dikenali dengan beberapa ciri-ciri satu
kelompok orang yang mendasari suatu program untuk mengubah dan membaharui masyarakat.
Dengan demikian, ciri idiologi tertutup adalah bahwa atas nama ideologi dibenarkan
pengorbanan-pengorbanan yang dibebankan kepada masyarakat.

Ciri-ciri lain mengenai ideologi tertutup adalah bahwa isinya bukan hanya berupa nilai-
nilai dan cita-cita tertentu melainkan intinya terdiri dari tututan-tuntutan konkrit dan oprasional
yang keras, yang diajukan dengan mutlak. Jadi ciri khas ideologi tertutup adalah bahwa
betapapun perbedaan antara tuntutan berbagai ideologi yang memungkinkan hidup dalam
masyarakat itu, akan selalu ada tuntutan mutlak bahwa orang harus taat kepada ideologi tersebut.
Hal itu juga berarti orang harus taat kepada elit yang mengembannya, taat terhadap tuntutan
ideologis dan tuntutan ketaatan itu mutlak dari uraninya, tanggung jawabnya atas ha-hak
asasinya. Kekuasaannya selalu condong ke arah total, jadi bersifat totaliter dan akan menyangkut
segala kehidupan.

Yang berlaku bagi ideologi tertutup, tidak berlaku bagi ideologi terbuka adalah bahwa
nilai-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari harta
kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat itu sendiri. Dasarnya bukan keyakinan ideologis
orang, melainkan hasil musyawarah dan konsesus dari masyarakat tersebut. Ideologi terbuka
tidak diciptakan oleh negara melainkan digali dan ditemukan dalam masyarakat itu sendiri. Oleh
karena itu, ideologi terbuka adalah milik seluruh masyarakat dalam menemukan ‘dirinya’,
‘kepribadiannya’ di dalam ideologi tersebut.

[5]
Ideologi terbuka tidak hanya dapat dibenarkan, melainkan dibutuhkan. Kiranya dalam
semua sistem politik yang tidak ideologis dalam artian merupakan ideologis tertutup, kita akan
menemukan bahwa penyelenggaraan negara berdasarkan pandangan-pandangan dan nilai-nilai
dasar tertentu kadang-kadang dasar normatif itu tidak dirumuskan secara eksplisit. Akan tetapi
dalam kebanyakan negara, undang-undang dasar (konstitusi) memuat bagian yang merumuskan
dasar normatif itu. Dasar normatif itu dapat pula disebut dasar filsafat negara. Dan ini merupakan
kesepakatan bersama yang berlandaskan kepada nilai-nilai dasar dan cita-cita masyarakat.
Dengan demikian, ciri ideologi terbuka yakni isinya tidak operasional. Ia barumenjadi
operasional apabila sudah dijabarkan ke dalam perangkat yang berupa konstitusi atau peraturan
perundangan lainnya. Oleh karena itu, setiap generasi baru dapat menggali kembali dasar filsafat
negara itu untuk menentukan apa implikasinya bagi situasi atau jaman itu masing-masing. Oleh
karena itu ideologi terbuka sebagaimana yang dikembangkan oleh bangsa Indonesia senantiasa
terbuka, untuk proses reformasi dalam bidang kenegaraan, karena ideologi terbuka berasal dari
masyarakat yang sifatnya dinamis. Selain itu, sifat ideologi terbuka juga senantiasa berkembang
seiring dengan perkembangan aspirasi, pemikiran serta akslerasi dari masyarakat dalam
mewujudkan cita-citanya untuk hidup dalam berbangsa dalam mencapai harkat dan martabat
kemanusiaan.

B. TANTANGAN PANCASILA TERHADAP IDEOLOGI NEGARA

Pancasila sebagai mana yang tertuang dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945
adalah dasar Negara daru Negara Republik Indonesia yang dimana pancasila mempunyai nilai-
nilai yang tertuang dalam setiap sila. Pembentukan pancasila tidaklah begitu mudah harus
memulai proses dari BPUPKI,PPKI,dan Piagam Jakarta, Selain itu Pancasila sebagai dasar
Negara merupakan hasil titisan para pendiri bangsa yang kemudian disebut sebagai sebuah
“Perjanjian Luhur”bangsa Indonesia. Asas wawasan kebangsaan sesungguhnya bersumber pada
dan berakar dalam sejarah Indonesia yang panjang seumur dengan nilai filsafat pancasila.
Di dalam tantangan Globalisas-Liberalisasi dan Postmodernisme pada zaman sekarang ini
sangtlah dapat menganggu atau merusak mental dari nilai pancasila itu sendiri maka dari itu
bangsa Indonesia wajib meningkatkan kewapadaan nasional dan ketahanan mental-ideologi
bangsa Indonesia. Kemampuan menghadapi tantangan yang amat dasar dan akan melanda
kehidupan nasional,social,dan politik , bahkan mental dan bangsa maka benteng yang terakhir
ialah keyakinan nasional atas dasar Negara pancasila yang sebagai benteng terkahri dalam
menghadapi tantangan pada era Globalisasi yang semakin berkembang pada zaman melenium
saat ini. Hanya pada dasar keyakinan inilah manusia Indonesia tegak-tagar dengan keyakinan
atsa pancasila sebagai ideology bangsa Indonesia yang benar dan terpecaya bahwasannya
pancasila memancarkan identitas dan integritas martabat bangsa ini.
Bandingkan denga ajaran kapitalisme-lebralisme yang beridentitas individualisme-
matrelisme-sekularisme-pragmatisme akan hampa akan spiritual religiusnya yang memuja
kebebasan dan HAM demi ajaran tersebut yanh tentunya bias kita lihat dalam praktek politiknya
amerika menjajah irak pada abad XXI Negara adidaya yang bergaya membela HAM di
panggung dunia ternyata HAM yang HAMPA,bahkan PBB pun bungkam dibuatnya berbeda
dengan pancasila yang sebagai dasar atau ideology bangsa Indonesia yang mempunyai nilai

[6]
spiritual religious yang kebebsannya yang terbatas,pancasila pun juga menjiwai kultur bangsa
Indonesia yang memiliki sifat gotonh-royong dan bahu-membahu.
Dalam prakteknya saat ini nilai pancasila di uji kekuatnnya oleh tantangan dalam era
globalisasi seperti halnya dengan Amandemen UUD 45 yang sarat akan kontroversi,sedangkan
pada elite reformasi hanya mempraktekkan budaya demokrasi liberal atas nama HAM. NKRI
sebagai Negara hukum prakteknya justru menjadi menjadi Negara yang tidak menegakkan
kebenaran, keadilan dan kerakyatan yang berdasrkan pancasila dan UUD 45. Prakteknya dalam
budaya korupsi makin menggunung, mulai dari tingkat pusat samapai pada berbagai daerah.
Kekayaan Negara yang di peruntukkan pada rakyatnya demi kesejahteraan malah di nikmati oleh
elite reformasi. Demikian pula NKRI sebagai Negara hukum, keadilan dan supermasi hukum
termasuk juga HAM belum bias di tegakkan.
Pertanyaannya adalah apakah pancasila sebagai ideology pancasila sanggup mengahadapi
tantangan di era globalisasi ini?? Jawabannya adalah sanggup seperti apa yang terterah di atas
tersebut bahwa harus adanya suatu keyakinan yang di timbulkan dari nilai-nilai pancasila
tersebut. Ada beberapa pendapat yang mengatakan harus di gantinya pancasila sebagai ideology
pancasila tersebut, ini tidak mudah untuk di rubah dikarenakan pancasila merupakan peninggalan
atau hasil piker dari para pendiri bangsa ini, sangat mewakili atau menjiwai seluruh budaya
ataupun kepribadian dari para masyarakat yang ada dinegeri ini.
Seperti yang kita lihat makin tahun nilai pancasila semakin luntur ini terbukti dengan
adanya penyimpangan-peyimpangan, rasa percaya diri dari warga masyarakat pun semakin
berkurang banyak dari kita semua yang tidak percaya akan pruduk buatan Negara sendiri tetapi
malah merasah bangga terhadap buatan luar negeri, apalagi sekarang banyak kasus
pengeklaimman atau pencurian yang di lakukan Negara tetangga tetapi tidak ada tindakan tegas
dari pemerintah itu sendiri dan malah hanya melihat apa yang terjadi pada negaranya sendri di
injak-injak oleh Negara lain hal tersebut sangat memalukan sekali dan merusak martabat
Indonesia itu sendiri.
Mulai sekarang kita harus meyakini nilai pancasila tersebut kita harus juga mempunyai
kebanggan terhadap pancasila contoh Negara Indonesia adalah salah satu Negara yang
menggunakan system demokrasi pancasila yang ada di dunia ini dan Negara-nagara lain sudah
mengakui hal tersebut, kita juga tanamkan rasa percaya diri dan keyakianan pada pada para
penerus kita kelak yang diharapkan menjadi kebanggaan dari Negara ini, atau dengan tindakan
pemerintah dengan cara di adakan kurikulum khusus untuk memupuk dan menambahkan nilai
pancasia pada generasi muda kelak menjadikan Negara Indonesia menjadi garuda yang terbang
tinggi setinggi langit.

C. HAKIKAT PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA

Pada bagian ini,akan di pahami hakikat pancasila sebagai ideologi negaramemiliki tiga dimensi
sebagai berikut :

1. Dimensi realita
Mengandung makna bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung dalam dirinya bersumber
dari nilai-nilai real yang hidup dalam masyarakatnya. Hal ini mengandung arti bahwa

[7]
nilai-nilai pancasila bersumber dari nilai-nilai kehidupan bangsa indonesia sekaligus juga
berarti bahwa nilai-nilai pancasila harus dijabarkan dalam kehidupan nyata sehari-hari
baik kaitannya dengan kehidupan bermasyarakat maupun dalam segala ospek
penyelenggaraan negara.
2. Dimensi idealitas
Mengandung cita-cita yang ingn dicapai dalam berbagai bidang kehidupan bermasyaraat,
berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai dasar panasila mengandung tujuan yang dicapai
sehingga mampu menggugah motivasi untuk mewujudkan cita-cita. Nilai yang
terkandung dalam pancasila bersifat sistematis dan rasional, jadi pancasila haruslah
memberi cita-cita dan harapan tentang masa depan yang lebih baik.
3. Dimensi fleksibilitas
Merangsang masyarakat untuk mengembangkan pemikiran pemikiran baru tentang nilai-
nilai dasar yang terkandung di dalamnya. Pancasila sebagai ideologi terbuka karena
demokratis dan merangsang warga negara untuk mengembangkan pemikiran baru, tanpa
khawatir kehilangan hakikat dirinya. Disini, pancasila memenuhi syarat fleksibilitas
tersebut. Yang di buktikan dari perjalanan sejarah pancasila. Sampai sekarang, pancasila
masih berdiri kokoh, dan selalu menerima pembaharuan tanpa kehilangan jati dirinya.

D.URGENSI PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA

Manusia dalam hidup berbangsa dan bernegara selalu membutuhkan adanya cita-cita
bersama. Cita-cita tersebut perlu dirumuskan dengan cara mencurahkankan segala pikiran dan
gagasan dari segenap penduduk bangsa.Hasil gagasan, ide, dan pikiran dari segenap bangsa
tersebut kemudian disepakati dan dijadikan sebagai landasan, tujuan pandangan hidup, dan
semangat bersama untuk dijunjung tinggi dan diamalkan oleh suatu bangsa dalam kehidupan.
Hal inilah yang kemudian disebut dengan ideologi. Setiap bangsa yang ingin berdiri kokoh dan
mengetauhi dengan jelas kearah mana bangsa itu dibawa, jelas sangat membutuhkan pandangan
hidup atau ideologi. Pandangan hidup suatu bangsa pada hakikatnya adalah kristalisasi dari nilai-
nilai yang dimiliki oleh suatu oleh bangsa dan diyakini kebenarannya sehingga menimbulkan
tekad untuk mewujudkannya. Ini berarti ideologi itu digali dari budaya dan nilai-nilai kehidupan
mereka sendiri yang diakui kebenarannya serta terbukti untuk mengatur dan mengarahkan
kehidupan mereka (Mahendra,Yusril Ihza, 2005: 89).

Pancasila sebagai ideologi nasional yang berfungsi sebagai cita-cita adalah sejalan
dengan fungsi utama dari sebuah ideologi. Adapun fungsi ideologi yaitu sebagai sarana
pemersatu masyarakat sehingga dapat dijadikan prosedur penyelesaian konflik yang dapat kita
telusuri gagasannya dari para pendiri negara kita tentang pentingnya mencari nilai-nilai bersama
yang dapat mempersatukan berbagai golongan masyarakat di Indonesia. Karena pada dasarnya
pancasila yang dimaksudkan oleh Ir. Soekarno pada waktu itu adalah sebagai asas bersama agar
dengan asas itu seluruh kelompok yang terdapat di Indonesia dapat bersatu dan menerima asas
tersebut. Soekarno mengatakan:

“ Kita bersama-sama mencari persetujuan philosophische grondslag, mencari satu


weltanschaung yang kita setujui. Saya katakan lagi, setuju! Yang saudara Yamin setuju, yang Ki

[8]
Bagus setuju, yang Ki Hajar setuju, yang saudara Sanusi setuju, yang saudara Abi Kusno setuju,
yang saudara Liem Koen Hian setuju, pendeknya kita semua mencari satu modus....Baik
saudara-saudara yang bernama kaum kebangsaan yang di sini maupun saudara-saudara yang
dinamakan kaum islam, semuanya telah mufakat .... kita hendak mendirikan satu negara ‘semua
untuk semua’, kita punya tujuan”. ( Risalah Sidang BPUPKI & PPKI, 1998)

Suatu bangsa pasti membutuhkan suatu ideologi yang kuat, karena jika ideologi
diibaratkan sebagai sebuah rumah adalah fondasinya. Rumah akan dianggap kokoh, kuat, dan
tahan lama manakala dasar atau fondasinya menghujam ke dalam tanah. Untuk itulah suatu
bangsa membutuhkan ideologi yang kuat atau kokoh agar bangsa itu tidak tercerai-berai dan
terombang ambing oleh badai perkembangan zaman.

Menurut Soeryanto Poespowardoyo (2000: 52), ideologi sangat menentukan eksistensi


suatu bangsa dan negara. Keberadaan ideologi bagi suatu negara dianggap penting karena: (1)
ideologi dapat membimbing bangsa dan negara untuk mencapai tujuan melalui berbagai realisasi
pembangunan; (2) ideologi merupakan sumber motivasi, inspirasi, dan semangat bagi kehidupan
masyarakat dalam berbangsa dan bernegara; (3) ideologi dapat menciptakan semangat persatuan
dan kesatuan dalam hidup bersama pada suatu masyarakat, bangsa, dan negara.

Ideologi dianggap penting bagi suatu bangsa karena memiliki beberapa fungsi. Menurut
Kodhi. S.A. dan Soejadi, R. (1994: 25), ideologi dapat memberikan:

1. Struktur kognitif, keseluruhan pengetahuan yang dapat dijadikan landasan untuk


memahami dan menafsirkan dunia dan kejadian-kejadian dalam alam sekitarnya.
2. Orientasi dasar negara membuka wawasan yang memberikan makna serta menunjukkan
tujuan dalam kehidupan manusia.
3. Norma-norma yang menjadi pedoman dan pegangan bagi seseorang untuk melangkah
dan bertindak.
4. Bekal dan jalan bagi seseorang untuk menemukan identitasnya.
5. Kekuatan yang mampu menyemangati dan mendorong seseorang untuk menjalaknkan
kegiatan dan mencapai tujuan.
6. Pendidikan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami, menghayati tingkah
lakumya sesuai dengan orientasi dan norma-norma yang terkandung didalamnya. Selain
itu, peran penting pancasila yang lain adalah agar pejabat publik dalam
menyelenggarakan tugasnya tidak kehilangan arah serta seluruh warga dapat
berpartisipasi aktif dalam proes pembangunan dalam berbagai kehidupan bangsa yang
dijiwai oleh nilai-nilai pancasila.
Ideologi akan menjadi realistis dan fleksibel, manakala terjadi orientasi yang bersifat
dinamis antara masyarakat, bangsa, dan ideologinya tersebut. Karena dengan sifat
dinamis inilah nilai-nilai dan cita-cita tidak dipaksakan dari luar, melainkan digali dan
diambil dari kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakatnya sendiri. Dasarnya dari
konsesus (kesepakatan) masyarakat, tidak diciptakan oleh negara, melainkan ditemukan
dalam masyarakatnya sendiri. Oleh karena itu,ideologi terbuka adalah milik dari semua

[9]
rakyat,masyarakat dapay menemukan dirinya di dalamnya. Sifat dinamis tersebut
diantaranya :
a. Dimensi realita
Nilai-nilai yang terkandung di dalam dirinya, bersumber dari nilai-nilai ril
yang hidup dalam masyarakat, sehingga tertanam dan berakar didalam
masyarakat, terutama pada saat ideologi itu lahir, sehingga mereka benar-benar
merasakan dan menghayati bahwa niali-nilai dasar itu adalah milik mereka
bersama. Dengan begitu, pandangan Alfian (BP7 Pusat, 1992: 192)pancasila
mengandung realita ini di dalamnya.
b. Dimensi idealisme
Di dalam dimensi ini mengandung cita-cita yang ingin dicapai dalam
berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Cita-cita
tersebut berisi harrapan yang masuk akal, bukanlah lambungan angan-angan yang
sama sekali tidak bisa direalisasikan. Oleh karena itu, dalam suatu ideologi yang
tangguh biasanya terjalin yang saling mengisidan saling memperkuat antara
dimensi realita dan dimensi idealismeyang terkandung di dalamnya. Logikanya,
pancasila bukan saja memenuhi dimensi kedua dari suatu ideolog, tetapi sekaligus
juga memenuhi sifat keterkaitan yang saling mengisidan saling memperkuat
antara dimensi pertama (dimensi realita) dengan dimensi kedua (dimensi
idealisme).
c. Dimensi fleksibitas
Melalui pemikiran baru tentang dirinya, ideologi itu mempersegar
dirinyamemelihara, dan memperkuat relevansinya dari waktu ke waktu. Dari itu
dapat kita simpulkan bahwa suatu ideologi tebuka, karena bersifat demokratis,
memiliki apa yang mungkin dapat lita sebut sebagai dinamika internal yang
mengandung dan merangsang mereka yang menyakininya untuk mengembangkan
pemikiran-peikiran baru tentang dirinya tanpa khawatir atau menaruh curiga akan
kehilangan hakikat dirinya. Melalui itu kita yakin bahwa pancasila memiliki
dimensi ketiga, yaitu dimensi fleksibilitas atau dimensi pengembangan, yang juga
diperlukan oleh suatu ideologi guna memelihara dan memperkuat relevansinya
dari masa ke masa (Alfian, 1991: 195).
Oleh karena itu suatu ideologi akan selalu reformatif dan terbuka, apabila selalu
mengantisipasi perubahan sesuai dengan aspirasi bangsanya. Karena dalam ideologi yang
terbuka terdapat cita – cita dan nilai – nilai yang mendasar yang bersifat tetap dan tidak
berubah sehingga langsung bersifat operasional, oleh karena itu setiap kali harus
dieksplisitkan. Eksplisitasi dilakukan dengan menghadapkannya pada berbagai masalah
yang selalu silih berganti melalui refleksi yang rasional sehingga terungkap makna
operasionalnya. Dengaan demikian penjabaran ideology dilaksanakan dengan interpretasi
yang kritis dan rasional (Soeryanto, 1991:59). Sebagai suatu contoh keterbukaan ideologi
pancasila antara lain dalam kaitannya dengan kebebasan berserikat yang berkumpul
hingga terdapat 48 partai politik, dalam kaitannya dengan ekonomi (misalnya ekonomi
kerakyatan), demikian pula dalam kaitannya dengan pendidikan, hukum, kebudayaan,

[10]
iptek, hankam dan bidang lainnya. Biarpun demikian, jika suatu ideologi diletakkan pada
posisi sebagai alat legitimasi kekuasaan belaka, maka dapat dipastikan ideologi itu akan
tertutup, kaku, beku, dogmatis, dan menguasai bangsanya. Oleh karena itu, ideologi
sangat penting dan diperlukan dalam kehidupan suatu bangsa. Dalam hal ini,ideologi
harus bersifat dinamis, terbuka, aspiratif, dan senantisa menunjukkan kemampuannya
untuk mengadaptasikan diri dengan perkembangan zaman.

[11]
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian ideologi bervariasi, tetapi
jika dicermati sesungguhnya terkandung inti-inti kesamaan. Kesamaan-kesamaannya, yakni
ideologi adalah prinsip, dasar, arah, dan tujuan dalam kehidupan. Dengan adanya pengertian
tersebut, sudah jelas bahwa ideologi sangat penting dalam kehidupan kita. Karena ideologi
berfungsi mendasari mendasari kehidupan masyarakat sehingga mampu menjadi landasan,
pedoman, dan bekal serta bagi suatu kelompok, masyarakat, bangsa, dan negara. Akan tetapi
kalau fungsi itu tidak diterapakan sama sekali di dalam kehidupan kita, maka berbagai rintangan
akan datang. Maka dari itu, untuk menghindari semua itu agar tidak terjadi, kita sebagai warga
negara Indonesia yang baik harus menjaga persatuan dan kesatuan dengan erat.

B. SARAN

Pengamalan nilai-nilai pancasila hendaknya diterapkan secara utuh olehmasyarakat


indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, terutamadikalangan mahasiswa karena
mahasiswa agent of change
dalam kehidupan bermasyarakat yang mampu membawa perubahan ke arah yang lebih baik.Den
gan penerapan nilai-nilai pancasila dapat meminimalisir
konflik perbedaaan dan menyatukan bangsa indonesia dalam kesatuan yang utuhsehingga
menggambarkan identitas suatu bangsa.

[12]
DAFTAR PUSAKA

Arif, Abubakar dan Wibowo. 2006. Prespektif Sejarah Perjuangan Bangsa. Jakarta:Grasindo.

Ilahi, Muhammad Takdir. 2012. Paradigma Pembangunan dan Kemandirian Bangsa.


Yogyakarta:AR-RUZZ.

Winarmo. 2016. Paradigma Baru Pendidikan Pancasila. Jakarta:Bumi Aksara.

Sutrisno, Slamet. 2006. Filsafat dan Ideologi Pancasila.Yogyakarta:CV Andi.

Salamah, Umi dkk. 2016. Pendidikan Pancasila. Malang:Madani.

Mulkhan, Abdul Munir. 1992. Dasar Filsafat Negara. Malang:UMM-PRESS

Budiyono, Kabul. 2009. Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi. Bandung:ALFABETA

[13]

Anda mungkin juga menyukai